Bronkopneumoni
-
Upload
citrahidayat -
Category
Documents
-
view
90 -
download
0
description
Transcript of Bronkopneumoni
BRONKOPNEUMONIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Preseptoran KepaniteraanBagian Ilmu Kesehatan Anak
Disusun oleh:
Citra Aulia Dini 4151141404Sabrina Raissa 4151141437Muhamad Husen A 4151141478Berlianie Dea Baby 4151141496Siti Maryam Pratiwi 4151131579Yucca Camelia 4151141517Intan Ayu Pawestri 4151141476Eka Annisa 4151141420Ryan Arya Hidayat 4151141483Irga Dirgahayu 4151141007Alfira Fresdi 4151141445
Preceptor:Yasmar Alfa,dr.,Sp.A(K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKRS DUSTIRA/FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANICIMAHI
2015
1
2
STATUS RUANGAN
I. ANAMNESIS (Heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2015)
A. KETERANGAN UMUM
Nama penderita : By. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 14 Desember 2014
Umur : 8 bulan 1 minggu
Alamat : Ciwaruga RT/RW 01/05, Parongpong
AYAH : Nama : Tn. D
Umur : -
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 19 Agustus 2015
Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2015
B. KELUHAN UTAMA :
Anak terlihat sesak napas.
3
C. ANAMNESIS KHUSUS :
Sesak napas terlihat sejak 1 hari sebelum pasien masuk rumah sakit. Sesak
napas tidak disertai dengan bunyi mengi. Riwayat sesak napas setelah tersedak
disangkal oleh ibu pasien.
D. ANAMNESIS UMUM :
Keluhan sesak napas didahului dengan demam, batuk, dan pilek sejak 5
hari yang lalu. Batuk disertai dahak namun tidak dikeluarkan oleh pasien
sehingga tidak diketahui warna dahaknya.
Sesak baru pertama dirasakan. Sehari-hari pasien diasuh oleh pengasuh
yang akhir-akhir ini mengalami batuk pilek. Ayah pasien memiliki riwayat alergi.
Ibu pasien mengatakan tidak ada kebiruan pada bibir atau jari-jari tangan atau
kaki sangat sesak. Pasien diberi obat penurun panas dan obat batuk namun tidak
ada perbaikan.
E. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
Nama Dasar Ulangan
BCG 1 bulan -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
Campak - - -
Hepatitis B
0 bulan 1 bulan 6 bulan - -
4
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Orang yang serumah : Pengasuh mengalami batuk pilek.
3. PERKEMBANGAN
Berbalik : 5 bulan
Duduk tanpa bantuan : 7 bulan
Duduk tanpa pegangan : 8 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : -
Berjalan tanpa dipegang : -
Bicara 1 kata : -
Bicara 1 kalimat : -
Membaca : -
Menulis : -
Sekolah : -
4. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITASKUALITA
S
0 – 5 bulan Susu formulaSiang : on demand
Malam : 3x tiap 3 jamCukup
6 – sekarang
Susu formula + bubur susu
Susu formula 5x, bubur susu 2 kali pagi
dan soreCukup
5
5. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)
Campak Diare Asma
Batuk rejan Demam Tifoid Eksim
TBC Kuning Kaligata
Difteri Cacing Sakit
tenggorokan
Tetanus Kejang ISPA atas
Bronchopneumonia
II. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015)
1. PENGUKURAN
Umur : 8 bulan 1 minggu
Berat Badan : 7,3 kg
Tinggi Badan : 64 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Status Gizi : BB/PB = 0 s.d 1 SD (Normal)
PB/U = -1 s/d -2 SD (Normal)
BB/PB = -1 s.d -2 SD (Normal)
TANDA VITAL
Respirasi : 60x/menit
Tipe : Abdominothorakal
Nadi : 122x /menit
6
Suhu : 38 C
KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sesak : (+), PCH : tidak ada, Retraksi : Ada, epigastrik
Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. KEPALA
Bentuk Kepala : Simetris normocephal, (LK : 44 cm)
Mata : Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Hidung : PCH -/- , Rhinorea -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Bibir sianosis (-)
2. LEHER
KGB : Tidak teraba
Retraksi suprasternal : (-)
7
3. THORAX
a. Dinding Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Retraksi intercostal (-)
Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BVS kanan = kiri
Ronkhi +/+ basah sedang nyaring
Wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
4. ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Retraksi epigastrik (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Lembut, nyeri tekan (-)
Hepar, lien tidak teraba
R L
LR
8
5. GENITALIA
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelainan : Tidak ada kelainan
6. EKSTREMITAS
Akral Hangat, CRT <2 detik
Kulit sianosis (-)
Edema -/-
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Rutin
DARAH
Tanggal pemeriksaan : 19 Agustus 2015
Hb : 12,2 g/dl
Leukosit : 22,2 103/uL
Hematokrit : 36,5 %
Trombosit : 429 103/uL
Basofil : 0
Eosinophil : 1
Segmen : 63,9 %
Limfosit : 19,9 %
Monosit : 8 %
B. Rontgen
Cor, sinus dan diafragma dalam batas normal
Pulmo : Tampak infiltrat di kedua lapang tengah dan bawah
9
IV. RESUME
Sesak napas terlihat sejak 1 hari sebelum pasien masuk rumah sakit. Sesak
napas tidak disertai dengan bunyi mengi. Riwayat sesak napas setelah tersedak
disangkal oleh ibu pasien.
Keluhan sesak napas didahului dengan demam, batuk, dan pilek sejak 5
hari yang lalu. Batuk disertai dahak namun tidak dikeluarkan oleh pasien
sehingga tidak diketahui warna dahaknya.
Sesak baru pertama dirasakan. Sehari-hari pasien diasuh oleh pengasuh
yang akhir-akhir ini mengalami batuk pilek. Ayah pasien memiliki riwayat alergi.
Ibu pasien mengatakan tidak ada kebiruan pada bibir atau jari-jari tangan atau
kaki sangat sesak. Pasien diberi obat penurun panas dan obat batuk namun tidak
ada perbaikan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Pengukuran
Umur : 8 bulan 1 minggu
Berat Badan : 6,7 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Lingkar kepala : 43,5 cm
Status Gizi : BB/PB = Normal
10
PB/U = Normal
BB/U = Normal
LK/U = Normal
Tanda Vital
Respirasi : 60x/menit
Tipe : Abdominothorakal
Nadi : 122x /menit
Suhu : 38 C
Kepada, Leher : Tak ada kelainan
Thorax
Retraksi intercostal (-)
Ronkhi +/+ basah sedang nyaring
Wheezing -/-
Abdomen
Retraksi epigastrik (+)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik
Sianosis (-)
Edema (-)
11
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Darah :
Hb : 12,2 g/dl
Leukosit : 22,2 103/uL
Hematokrit : 36,5 %
Trombosit : 429 103/uL
Basofil : 0
Eosinophil : 1
Segmen : 63,9 %
Limfosit : 19,9 %
Monosit : 8 %
V. DIAGNOSIS BANDING
- Bronchopneumonia et causa Streptococcus pneumoni
- Bronchopneumonia et causa Staphylococcus aureus
- Bronchopneumonia et causa Haemophilus influenza
VI. DIAGNOSIS KERJA
Bronchopneumonia et causa Streptococcus pneumoni
VII. USUL PEMERIKSAAN
Darah rutin
Foto thoraks
12
VIII. TERAPI
Istirahat
O2 lembab 2 liter/menit menggunakan nasal canule
Terapi cairan
Ampisillin 3 x 250 mg iv
Paracetamol syr 3 x 3/4 cth
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi saluran pernapasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru yang melibatkan area bronkus, bronkiolus, dan alveolus
sekitarnya, yang memicu eksudat mukoprurulen dan dapat mengakibatkan
obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang
merata ke lobulus yang berdekatan. Bronkopneumonia merupakan pneumonia
lobularis yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (virus,bakteri,jamur) dan
sebagian kecil oleh non-infeksi (aspirasi, dll).
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO, 95% pneumonia pada anak-anak di dunia terdapat di
negara-negara berkembang. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir
30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun, dan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak usia <5 tahun di seluruh dunia, terutama di
negara berkembang.
ETIOLOGI
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
mikoplasma. Bakteri merupakan penyebab utama di negara berkembang. Bakteri
tersering adalah Streptococcus pneumonia (30 - 50%), sedangkan virus yang
sering menjadi penyebab bronkopneumonia yaitu Respiratory syncytial virus
14
(RSV) sebanyak 15-40%. Berikut merupakan agen infeksi yang menyebabkan
bronkopneumonia berdasarkan usia:
Usia Agen Infeksi
0-3 minggu
*Group B streptococcus
*Gram negative enteric bacilli
*Cytomegalovirus
*Listeria monosytogenes
*Herpes simplex virus
3 minggu-3 tahun
*Chlamidya trachomatis
*Respiratory sincitial virus
*Parainfluenza virus type 3
*Streptococcus pneumonia
*Bordetella pertussis
*Staphylococcus aureus
3 bulan-5 tahun
*RSV, influenza, parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus
*Streptococcus pneumonia
*Haemophylus influenza
*Mycoplasma pneumonia
*Mycobacterium tuberculosis
5-15 tahun
*Mycoplasma pneumonia
*Chlamydophilia pneumonia
*Streptococcus pneumonia
*Mycobacterium tuberculosis
Sebab lain dari pneumonia adalah aspirasi makanan atau minuman, sekresi
orofaringeal, aspirasi isi lambung ke dalam paru, atau akibat flora normal yang
terjadi pada daya tahan tubuh yang terganggu.
15
Faktor Predisposisi atau faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya bronkopneumonia pada anak yaitu:
1. Usia 0-2 bulan jauh lebih tinggi (morbiditas & mortalitas) dari anak usia
sekolah (bayi muda belum bisa batuk, masih belum banyak terdapat
immunoglobulin yang spesifik)
2. Prematuritas
3. Gizi kurang/jelek
4. ISPA atas (common cold)
5. Asap rokok atau polusi udara dalam rumah
6. Gangguan faal cilia congenital
7. Penderita defisiensi immunoglobulin (herediter), penerima transplantasi
organ, AIDS
8. Berat badan lahir rendah
9. Tidak mendapat ASI eksklusif
10. Kepadatan hunian
PATOFISIOLOGI
Pneuomonia bakteri akut dapat bermanifestasi sebagai salah satu dari pola
anatomic dan radiografik, yaitu bronkopneumonia (pneumonia lobularis) dan
pneumonia lobaris. Bronkopneumonia mengisyaratkan distribusi peradangan yang
bebercak dan umumnya lebih dari satu lobus. Pola ini terjadi akibat infeksi awal
di brokus dan brokiolus yang meluas ke alveoli sekitarnya.
16
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran
sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan
yang meliputi empat stadium, yaitu :
Stadium I/Hiperemia (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Pada stadium I, disebut hyperemia karena mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini
ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
17
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan
gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin.
Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
(host) Universitas Sumatera Utara sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit
dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
18
Stadium IV/Resolusi (7 – 11 hari)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
MANIFESTASI KLINIK
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40
derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa
hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang.
1. Anamnesis
Keluhan Utama : sesak nafas mendadak dan didahului oleh batuk pilek (ISPA
atas)
19
Status Gizi : Malnutrisi berat dan kronik (gangguan mekanisme pertahanan
tubuh)
Respirasi : Bayi <2bulan : ≥ 60x/m, 2-24 bulan : ≥50x/m, 2-5 tahun : ≥40x/m
Suhu : demam
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Hidung : PCH (+)
Leher : Retraksi SS
Thorax : Retraksi IC, Auskultasi : ronki basah sedang nyaring
Abdomen : Retraksi epigastrium
Ekstremitas : Sianosis perifer (bila sesak berat dan lama)
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax : Gambaran difus merata pada kedua lapang paru, berupa bercak
infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru.
Laboratorium : infeksi virus : leukosit normal/ leukopenia dengan limfosit
predominan, bakteri : leukositosis dengan neutrofil predominan
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut ini:
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan adanya retraksi
suprasternal, intercostal, atau epigastrik
2. Panas badan
20
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5. Leukosit (pada infeksi virus normal atau leukopenia dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang
dominan).
KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronkopneumonia antara lain:
1. Empiema torasis
- Adanya penimbunan pus/nanah di dalam rongga pleura
2. Pneumothorax
- Akumulasi udara di dalam rongga pleura karena terdapat hubungan
langsung rongga pleura dengan atmosfir akibat defek pada dinding
dada atau pecahnya alveoli atau keduanya.
3. Efusi pleura yang disebabkan oleh H. Influenza
4. Abses paru
5. Bronkiektase
6. Perikarditis purulenta
7. Miokarditis
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Umum
21
1. Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.
2. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
3. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat.
4. Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia
5. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk.
Pemberian Antibiotik
1. Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak
<5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang
menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah.
Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan
azitromisin. Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika
S.pneumonia sangat mungkin sebagai penyebab
2. M. pneumonia lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak ≥ 5 tahun. Makrolid diberikan jika M. pneumonia atau
C. penumonia dicurigai sebagai penyebab.
22
3. Jika S .aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacilin dengan amoksisilin.
4. Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat peroral atau termasuk dalam derajat penumonia berat.
Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol,
co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime dan cefotaxime.
5. Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotik intravena.
Rekomendasi UKK respirologi:
Antibiotik untuk community acquired pneumonia:
- Neonatus – 2 bulan: Ampisilin + Gentamisin
- > 2 bulan: - Lini pertama ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol
- Lini kedua seftriakson
Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral
dengan antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena
sebelumnya.
Pemberian nutrisi
23
Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan peroral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastrc tube (NGT) atau
intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan
pernapasan, khususnya pada bayi dan anak dengan ukuran lubang hidung yang
kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak
mengalami overhidrasi karena pada penumonia berat terjadi peningkatansekresi
hormon antidiuretik.
Kriteria Rawat Inap
1. Bayi:
- Saturasi Oksigen <92%, sianosis
- Frekuensi napas >60x/menit
- Distres pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
- Tidak mau minum/menetek
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah
2. Anak
- Saturasi oksigen <92%, sianosis
- Frekuensi napas >50x/menit
- Distres pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah