Bronkodilator

4
Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif. Ada 3 golongan bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan golongan xanthin. Ketiga golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran nafas A. Farmakodinamik Salbutamol adalah obat golongan agonis adrenoreseptor β 2 yang merupakan obat simpatomimetik yang membalikkan keadaan bronkospasme menjadi bronkodilatasi. Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor β 2 di trachea (batang tenggorok) dan bronkus, yang menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic- adenosin monophosphat (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek bronkodilatasi (merelaksasikan otot polos bronkus), merangsang pembersihan mukosiliar, dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells. B. Farmakokinetik Semua obat golongan β 2 agonis selain efektif dengan pemberian oral juga diabsorbsi dengan baik dan cepat pada pemberian aerosal. Salbutamol peroral diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Metabolisme 1

description

KOAS FK UNISMA

Transcript of Bronkodilator

Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif. Ada 3 golongan bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan golongan xanthin. Ketiga golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran nafasA. FarmakodinamikSalbutamol adalah obat golongan agonis adrenoreseptor 2 yang merupakan obat simpatomimetik yang membalikkan keadaan bronkospasme menjadi bronkodilatasi. Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor 2 di trachea (batang tenggorok) dan bronkus, yang menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic- adenosin monophosphat (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek bronkodilatasi (merelaksasikan otot polos bronkus), merangsang pembersihan mukosiliar, dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.B. FarmakokinetikSemua obat golongan 2 agonis selain efektif dengan pemberian oral juga diabsorbsi dengan baik dan cepat pada pemberian aerosal. Salbutamol peroral diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Metabolisme salbutamol di hepar dan dirubah menjadi sulfat yang tidak aktif dan dieksresikan melalui urine.Salbutamol inhalasi mulai berefek segera setelah diberikan dan menetap selama 3-5 jam, sedangkan pemberian peroral mulai berefek setelah 15 menit dan berlangsung selama 4-8 jam dengan waktu paruh ~ 4 jam, serta bioavaibilitasnya sekitar 30%.C. IndikasiMerupakan obat bronkodilator untuk menghilangkan gejala sesak napas pada penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum.D. DosisPemberian peroral sehari 3-4 x 2-4 mg. Inhalasi sehari 3-4 x 2 semprotan dari 100 mcg, pada serangan akut 2 puff yang dapat diulang setelah 15 menit.

E. Efek SampingEfek samping obat 2 agonis berupa tremor, rasa gugup, takikardia, palpitasi, nyeri kepala, mual dan muntah, terutama pemberian oral. Efek samping sistemik ini jarang terjadi pada pemberian inhalasi.F. InteraksiDengan Obat Lain Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. Peningkatkan resiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek salbutamol dapat terjadi dengan penggunaan bersama Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol). Penurunan efek salbutamol juga dapat terjadi dengan penggunaan bersama Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin.Dengan MakananPenggunaan bersama caffein dapat menyebabkan stimulasi CNS.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, Arini. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ISO volume 48 tahun 2013-2014. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC. Goodman, Louis L, Gilman, Afred. 2010. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10 Volume 1. Jakarta: EGC. Rang H.P., Dale M.M. 2012. Pharmacology International Edition 7th Edition. Elseveir Limited.2