BRONKHO PNEUMONIA.doc

17
BRONKO PNEUMONI A. Defenisi Bronkhopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti : virus, bakteri, jamur, benda asing (purnawan Junaidi, 1982 : 577). B. Klasifikasi 1. Pembagian pneumonia menurut dasar anatomic : a. Pneumonia lobaris b. Pneumonia lobularis (bronko pneumoni) c. Penumonia interstisialis (bronkiolitis) 2. Pembagian pneumonia menurut etiologi : a. Bakteri : - Diprococcus pnemonia - Pneumococcus - Streptococcus aureus - Hemofilus influenza - Bacillus fried lander - Mycobacterium tuberculosis b. Virus : - Respiratory syticial virus - Virus influenza - Adenovirus - Virus sitomegali c. Myoplasma pneumothorax

Transcript of BRONKHO PNEUMONIA.doc

SIDROMA GAWAT NAFAS

BRONKO PNEUMONI

A. Defenisi

Bronkhopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti : virus, bakteri, jamur, benda asing (purnawan Junaidi, 1982 : 577).

B. Klasifikasi

1. Pembagian pneumonia menurut dasar anatomic :

a. Pneumonia lobaris

b. Pneumonia lobularis (bronko pneumoni)

c. Penumonia interstisialis (bronkiolitis)

2. Pembagian pneumonia menurut etiologi :

a. Bakteri : - Diprococcus pnemonia

Pneumococcus

Streptococcus aureus

Hemofilus influenza

Bacillus fried lander

Mycobacterium tuberculosis

b. Virus : - Respiratory syticial virus

Virus influenza

Adenovirus

Virus sitomegali

c. Myoplasma pneumothorax

d. Jamur : aspergillus species dan candida albicans.

e. Pneumonia hipostatik yaitu pneumonia yang sering timbul pada daerah paru-paru dan disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus pada posisi yang sama ( terjadi karena kongesti paru paru yang lama.

f. Sindrom loeffler

Pada foto torax menunjukkan gambaran infiltrat besar dan kecil yang tersebar ( menyerupai tuberculosis miliaris.

C. Tanda dan Gejala

1. Peningkatan suhu tubuh yang mendadak biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas, kadang timbul kejang.

2. Pernafasan cepat dan dangkal disekitar pernafasan cuping hidung.

3. Sianosis sekitar hidung dan mulut.

4. Kadang-kadang muntah dan diare.

5. Batuk ( pada permulaan penyakit tidak ditemukan, tapi setelah beberapa hari, mula-mula kering, kemudian menjadi produktif.

D. Komplikasi

1. Empiema

2. Otitis media akut

3. Ateletaksis

4. Emfisema

5. Meningitis

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto thorak ( bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus.

2. Laboratorium :

Pada gambaran darah tepi : leukositosis : 15.000 40.000/mm3 Urine : - warna lebih tua

Albuminemia (karena suhu naik dan sedikit toraks hialin)

Analisa gas darah arteri asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Penicilin 50.000 u/kgBB/hari + kloromfenikol 50-70 mg/kg/BB atau ampicilin (AB spektrum luas) ( terus sampai dengan bebas deman 4-5 hari.

2. Pemberian oksigen

3. Pemberian cairan intravena ( glukosa 5% dan NaCl 0,9% 3 : 1 + KCl 10 meq/500 ml/botol infus

Jadi karena sebagian besar jatuh dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia.

G. Patofisiologi (WOC)

G. Penatalaksanaan Keperawatan

Menjaga kelancaran pernafasan (suchon/hisap sekret O2 2 l/menit, ekstensi kepala, ubah posisi rutin).

Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

(Pada bayi yang masih dapat ASI, jika tidak resah boleh menetak dengan catatan, sering-sering dianjurkan kepada ibunya untuk kadang-kadang melepas uting susu dan mulut bayi dengan tujuan untuk memberi kesempatan bernafas.

Mengontrol suhu tubuh.

Suhu tubuh dikontrol secara rutin, jika panas, diberi kompres dingin dan obat penurun panas.

Cegah komplikasi dan gangguan rasa aman dan nyaman dengan perubahan posisi tiap-tiap 2 jam. Postural drainase, fisiotherapi dada, bayi ditengkurapkan, isap lendir 5-10 menit sekali dapat dilakukan pada pagi dan sore hari.

Penyuluhan kesehatan pada orang tua rentang perawatan anak.

Menjaga lingkungan yang bersih dan aman, jangan dibawa keluar pada malam hari, jaga kebersihan anak.

Proses keperawatan

a. Pengkajian

Identitas klien dan keluarga

Keluhan utama :

Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau makan, anak rewel dan gelisah, sakit kepala.

Riwayat kehamilan dan persalinan :

Riwayat kehamilan :

Penyakit injeksi yang pernah diderita ibu selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur, bayi kembar, penyakit persalinan, Apgar scor.

Keadaan kesehatan saat ini :

(Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan dangkal gelisah, ronchi (+), wheezing (+), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare).

Riwayat keluarga

(Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan penyakit-penyakit infeksi saluran nafas lainnya.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat

Tanda-tanda vital

(TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan, sianosis)

TB/BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

Kulit

(tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)

Kepala ( sakit kepala

Mata (tidak ada yang begitu spesifik)

Hidung ( nafas cuping hidung, sianosis

Mulut ( pucat sianosis, membran mukosa kering, bibr kering dan pucat.

Telinga :

Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada kasus ini.

Leher ( tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.

Jantung ( pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi tambahan.

Paru-paru ( infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), ronchi (+), wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat beraktifitas.

Punggung ( tidak ada spesifik

Abdomen ( bising usus (+),distensi abdomen, nyeri biasanya tidak ada.

Genitallia ( tidak ada gangguan

Ekstremitas ( kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari dan kaki.

Neurologis ( terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik tidak ada.

Pemeriksaan penunjang

Leukositosis (15.000 40.000/m3)

( gas darah arteri

Ro. Thorax = infiltrat pada lapangan paru

Riwayat sosial

(siapa pengasuh klien, interaksi sosial, kawan bermain, peran ibu, keyakinan agama/budaya).

Kebutuhan dasar

Makanan dan minuman

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual dan muntah.

Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

BAK

Tidak begitu terganggu

Kenyamanan

Mialgia, sakit kepala

Higiene

Penampilan kusut, kurang tenaga

Pemeriksaan tingkat perkembangan

Motorik kasar :setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

Motorik halus :gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda, menggenggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis dihubungkan dnegan usia.

Perkembangan bahasa : mengucap satu kata, merangkai kata sesuai dengan usia.

Data psikologis

Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya support, keseriusan penyakit.

Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :

Keseriusan ancaman terhadap anaknya.

Pengalaman sebelumnya.

Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya.

Adanya supportif dukungan.

Agama, kepercayaan dan adat.

Pola komunikasi dalam keluarga.

b. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum (Marilyn, Doengoes, 2000).

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan alveoli-kapiler. (Marilyn, Doengoes, 2000).

3. Gangguan rasa nyaman : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi infeksi (Marilyn, Doengoes, 2000).

4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan utama (Marilyn, Doengoes, 2000).

5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggunaan diuretik, perpindahan cairan ke area lain (Marilyn, Doengoes, 2000).

C. Nursing Care Plan

No.

DXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria hasilPerencanaan

IntervensiRasional

1.Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Menunjukkan tanda-tanda kepatenan jalan nafas.

Bunyi nafas normal (Ronchi (-), Wheezing (-))

Frekuensi normal sesuai dengan umur anak.a. Monitor vital sign setiap 2 4 jam dengan teratur.

b. Berikan O2 sesuai indikasi dan sesuai dengan umur anak

c. Lakukan drainase postural sesuai indikasi Distress pernafasan dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, TD(, (nadi, (RR, ( suhu dan gelisah.

Menyediakan kebutuhan O2 yang cukup untuk kebutuhan anak.

(upaya kebersihan jalan nafas dengan pengeluaran mukosa

d.Lakukan perkusi dada sesuai order Mengidentifikasi penumpukan sputum dan kerusakan jaringan paru dan perubahan suara sonor pepenan.

e. Auskultasi paru setiap 2 jam Mengidentifikasi perubahan bunyi nafas (ronchi, wheezing) untuk menentukan kebutuhan pengisapan lendir.

f. Atus posisi dengan peninggian kepala 300 dan menempatkan ganjal pada bahu (pada bayi digendong duduk). Meningkatkan ekspansi dada dan melonggarkan jalan nafas.

g. Ubah posisi bayi seseirng mungkin 2 jam sekali. Meningkatkan pergerakan dan menghindari atelektasis paru dan distresi pernafasan.

No.

DXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria hasilPerencanaan

IntervensiRasional

h. berikan Th/antibiotik sesuai order. Melemahkan/membunuh kuman untuk mengurangi menyebarkan infeksi

2.Keruaskan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan alveoli-kapiler.Menunjukkan pebaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal.a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas. Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/ indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

Observasi warna kulit membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer atau sianosis sentral. Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi dan sianosis sentral menunjukkan hipoksemia sistemik.

c. Awasi frekuensi jantung/warna Takikardi biasanya sebagai akibat demam/ dehidrasi terapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.

d. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluller.

e. Pertahankan istirahat tidur Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

No.

DXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria hasilPerencanaan

IntervensiRasional

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif. Meningkatkan inspirasi maksimal meningkatkan pengeluaran sekret utuk memperbaiki ventilasi.

g. Berikan oksigen sesuai order. Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg

h. Awasi AGD Menggerakkan proses penyakit dan memudahkan tetapi paru.

3.Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.Suhu tubuh normal komplikasi lebih lanjut tidak terjadi vital sign dlam batas normala. Berikan lingkungan yang nyaman.

b. Berikan kompres air dingin pada axilla, tempirat Hindari stress pada anak, menyediakan sirkulasi udara yang nyaman

Menurunkan panas tubuh melalui efek konduksi panas.

c. Berikan tetapi cairan sesuai indikasi Mempertahankan fungsi cairan dalam keseimbangan suhu tubuh.

d. Anjurkan minum yang cukup pada anak besar, teruskan pemberian ASI jika masih menyusui. Menurunkan resiko dehidrasi akibat kehilangan cairan yang berlebihan akibat hipertensi

e. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order. Menurunkan reaksi infeksi dan menurunkan panas secara farmokologis, output pasien melalui urin dan keringat.

No.

DXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria hasilPerencanaan

IntervensiRasional

f. Ajak (ikut sertakan) orang tua dalam perawatan anaknya. Meningkatkan keterampilan orang tua dan meningkatkan sosialisasi dengan anak saat dirawat.

Peyebaran hematogen

Perluasan langsung dari tempat lain

Aspirasi nasofaring/ orofaring

Benda Asing

Jamur

Virus

Bakteri

Udara inhalasi droplet

MK : kerusakan pertukaran gas

Perub. Membran alveolar kapiler

pe( pnd sputum cairan eksudat

Edema trakeobronkial

Infeksi parenkim paru

Reaksi inflamasi

MK : tidak efektif bersihan jalan nafas gas

MK : anxietas

Sesak nafas batuk

Kesukaran menelaah

Sekret statis kerja silia(

MK : resti penyebaran infeksi

MK :

- Resti aspirasi

- Resti terhadap perubahan nutrisi (-) dari kebutuhan tubuh

MK : Intoleransi aktifitas

pe( energi untuk aktifitas

Ambilan O2 menurun

MK : Resti terhadap kekurangan volume cairan

Demam, keringat dan diaforesis