Break Even Point (1)

17
MAKALAH MANAJEMEN KOMUNIKASI “BREAK EVEN POINT” Oleh : Tsara Mumtazi Islamy 3351121078 Jurusan Profesi Apoteker

Transcript of Break Even Point (1)

Page 1: Break Even Point (1)

MAKALAH MANAJEMEN KOMUNIKASI

“BREAK EVEN POINT”

Oleh :

Tsara Mumtazi Islamy 3351121078

Jurusan Profesi Apoteker

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Jenderal Achmad Yani

Cimahi

2012

Page 2: Break Even Point (1)

Break Even Point (BEP)

1. Pengertian Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah Suatu keadaan dimana produksi dalam

suatu perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang

dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima atau singkatnya adalah

keadaan plus plos. Masalah break-even baru muncul apabila suatu perusahaan di

samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap

Menurut Mulyadi (1997 : 232):

“Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan

tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah

pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi

hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.”

Selanjutnya menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) :

“Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba

dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan, dimana total

biaya (tetap dan variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba

dan tidak rugi.”

Sedangkan menurut S.Munawir (2002 ; 458) :

“Titik break event atau tititk pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu

keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak

menderita rugi (total penghasilan = biaya total).”

Dari pengertian tersebut diatas, dapatlah disimpulkan bahwa Break even

point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam opersi tidak mengalami laba

dan tidak mengalami kerugian (dimana total penghasilan sama dengan biaya

total).

Analisa BEP yang sering kali juga disebut dengan istilah “ Cost-Volume-

Profit “ merupakan suatu alat analisa yang sering digunakan oleh manajemen

Page 3: Break Even Point (1)

didalam pengambilan keputusan atas masalah yang berkaitan dengan harga biaya,

volume produksi, penjualan dan keuntungan. Dengan memanfaatkan analisis

pulang pokok, manajer dapat mengetahui titik impas (Break even point) yang

menunjukkan volume penjualan dan produksi yang tidak mangakibatkan kerugian

atau diperolehnya keuntungan analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk

mengetahui berapa volume produksi dan penjualan yang harus dicapai untuk

mendapatkan sejumlah keuntungan tertentu. 

Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break even point bila mana

penghasilannya (revenue) yang diterima sama dengan ongkosnya dan juga adanya

keseimbagan dalam grafik break even dimana terdapat titik potong antara garis

hasil penjualan dan jumlah biaya-biaya.

2. Perhitungan Break Even Point (BEP)

Ketika ingin memulai sebuah usaha, ada tiga hal pokok yang harus anda

pertimbangan atau perhitungkan yaitu : Produk, Modal dan Pasar.  Dalam

pembahasan kali ini karena judulnya bagaimana cara menghitung BEP, maka

pembahasan hanya difokuskan pada modal. Adapun untuk 2 pokok lainnya akan

dibahas dalam kesempatan yang lain. Dengan memiliki modal anda akan dapat

membeli peralatan untuk berproduksi, membeli bahan baku, membayar gaji

pekerja dan membuat program marketing seperti halnya pemasangan iklan di

media massa baik cetak maupun elektronik.

Modal atau untuk lebih membumi, marilah kita sebut modal menjadi uang.

Sumber uang bagi anda seorang pengusaha tentunya beragam untuk setiap orang

seperti dari simpanan/tabungan, warisan keluarga, pinjaman dari kerabat/sahabat

dan pinjaman dari lembaga keuangan. Pada umumnya sumber uang dari selain

lembaga keuangan tidak terlalu ribet dengan urusan administrasi dan studi

kelayakan usaha, karena anda memiliki hubungan kekerabatan dan emosional

yang cukup dekat dengan sumbernya, sehingga mereka akan sangat mempercayai

anda.

Page 4: Break Even Point (1)

Sebaliknya pinjaman yang diperoleh dari lembaga keuangan baik itu bank

dan non bank, ketika anda mengajukan kredit, anda diwajibkan untuk

memaparkan studi kelayakan usaha yang intinya harus dapat menyakinkan pihak

kreditor, bahwa usaha anda pantas untuk dibiayai dan memiliki prospek yang

positif. Salah satu indicator yang umum digunakan oleh kreditor adalah tingkat

Breakeven Point (BEP).

Selanjutnya untuk menyamakan persepsi,kita bahas apa sebenarnya disebut

dengan BEP. Dalam bahasa umum, BEP dapat disebut juga sebagai Titik Pulang

Pokok. Titik Pulang pokok memiliki makna saat/kapan modal yang digunakan

akan kembali. Dalam menghitung “saat atau kapan” ini, ada dua metode

penghitungan yang dapat kita pilih yaitu saat jumlah produksi mencapai berapa

unit dalam hal ini disingkat dengan (Q) ? Atau saat total penjualan mencapai

berapa harga berapa rupiah atau disingkat dengan (P)?

Adapun rumus/formula dari dua metode tersebut diatas adalah sebagai

berikut :

1. BEP-Unit              = (Biaya Tetap)

(Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

2. BEP-Rupiah         = (Biaya Tetap)

(Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)

Penjelasan Rumus :

1. BEP Unit / Rupiah =  Titik pulang pokok

2. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak

sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan

peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.

3. Biaya Variable adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar,

biaya listrik dll

4. Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.

Page 5: Break Even Point (1)

5. Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah

unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.

6. Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan

biaya variable per unit.

Untuk lebih jelasnya kita aplikasikan rumus tersebut dalam contoh kasus dibawah

ini :

Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan

rencana produksi seperti berikut ini :

1) Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :

Biaya Gaji Pegawai + Pemilik                                       = Rp.75,000,000

Biaya Penyusutan Mobil Kijang                                  = Rp.  1,500,000

Biaya Asuransi Kesehatan                                            = Rp.15,000,000

Biaya Sewa Gedung Kantor                                         = Rp.18,500,000

Biaya Sewa Pabrik                                                       = Rp.30,000,000

2) Biaya Variable per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :

Biaya Bahan Baku                                                         = Rp.35,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung                                      = Rp.25,000

Biaya Lain                                                                     = Rp.15,000

3) Harga Jual per Unit Rp.95,000.

Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam

unit maupun dalam rupiah :

Page 6: Break Even Point (1)

BEP unit adalah

= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)

= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)

= Rp.140juta / Rp.20,000

= 7,000 unit

BEP Rupiah adalah

= Biaya Tetap / (Kontribusi Margin per unit : Harga per unit)

= Rp.140 juta / (Rp.20,000 : Rp. 95,000)

= Rp.140juta  / 0.2105

= Rp.665,083,135

Penjelasan perhitungan BEP :

Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan

Usaha Maju Terus harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan

harga Rp.95,000 unit, maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665,083,135.

Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.

Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda

sebagai manager atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa

minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan

cara menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda

miliki.

Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal

penjualan yang anda harus capai adalah sebagai berikut :

Page 7: Break Even Point (1)

BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable per

unit)

BEP – Laba = (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)

BEP – Laba = Rp.215juta / Rp.20,000

BEP – Laba = 10,750 unit atau

BEP – Laba = Rp.1,021,250,000 (10,750 unit x Rp.95,000)

Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual

sebanyak 10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar

Rp.75,000,000.

A Penjualan (10,750 unit x Rp.95,000) Rp.1,021,250,000

B Dikurangi :

1. Biaya Tetap Rp.140,000,000

2. Biaya Variable (10,750 x

Rp.75,000)

Rp.806,250,000

Total Biaya Rp.   946,250,000

C Laba / (Rugi) Rp.     75,000,000

3. Manfaat dan kekurangan Break Even Point (BEP)

Manfaat BEP :

1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan

tertentu.

3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak

menderita rugi.

4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan

volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Page 8: Break Even Point (1)

Menurut Matz, Usry dan Hammer (1991: 224) juga menjelaskan beberapa

manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu :

a. Membantu pengendalian melalui anggaran.

b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.

c. Menganalisa dampak perubahan volume.

d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.

e. Merundingkan upah.

f. Manganalisa bauran produk.

g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.

h. Menganalisa margin of safety.

Kekurangan Analisis BEP :

1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu

2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan

3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu

4. Sales mix adalah konstan

Kelemahan Analisa Break Even Point.

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan,

tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa

kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain :

asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk

jangka waktu yang pendek.

Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,

tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain,

tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan

jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan

garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel

operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan

volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan

Page 9: Break Even Point (1)

karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah

lembur.

Klasifikasi biaya

Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam

mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini

tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah

melewati titik tersebut.

Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu

penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan

proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-

biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil

dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu

yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya

jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar

dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

4. BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:

1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi,

dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-

nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC.

Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.

2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini

akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC

per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.

3. Perubahan dalam sales price per unit

4. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR).

Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun

semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.

5. Terjadinya perubahan dalam sales mix

Page 10: Break Even Point (1)

6. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk

maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain

(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi

kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun

akan berubah.

5. Gambar BREAK EVEN POINT (BEP)

6. Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :

Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi

(1993 : 259) adalah sebagai berikut :

a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.

b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat

kegiatan.

c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.

d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.

e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.

f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.

g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.

h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya

Page 11: Break Even Point (1)

7. Efek Perubahan Berbagai Faktor Terhadap BEP

1. Efek perubahan harga jual per unit dan jumlah biaya terhadap BEP

Analisa BEP digunakan asumsi bahwa harga jual per unit tetap konstan

(P).

Bila P naik memiliki efek yang menguntungkan karena BEP nya akan

turun.

Dalam gambar BEP, titik break-even-nya akan bergeser ke kiri, yang

berarti untuk tercapainya BEP cukup diperlukan jumlah produk yang lebih

kecil.

2. Efek perubahan “sales-mix” terhadap BEP

Sales-mix untuk mencari break-even point dari dua atau lebih produk

yang dihasilkan perusahaan.

Apabila ada perubahan sales-mix, maka BEP-nya secara totalitas akan

berubah.

Perhitungannya dengan cara mencari break-even point satu jenis produk

karena adanya variable cost dan harga jual per unit yang berbeda dari

masing-masing jenis produk.

Sumber: Prasetya, Hery. Drs., dan Lukiastuti Fitri. S.E., M.M (2009) Manajemen

Operasi, MedPress: Yogyakarta.

Merdiyanto, Handono., Inti sari Manajemen Keuangan.