Bpd
-
Upload
anang-widigdyo -
Category
Documents
-
view
227 -
download
18
description
Transcript of Bpd
BUPATI BLITAR
PERATURAN BUPATI BLITAR
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLITAR,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, dan sebagai pelaksanaan Peraturan
Daerah kabupaten Blitar Nomor 11 Tahun 2006 tentang Badan
Permusyawaratan Desa guna mewujudkan demokrasi di Desa
yang berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
ditetapkan Peraturan Bupati tentang Badan Permusyawaratan
Desa;
b. bahwa untuk melaksanakan hal sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu untuk diatur dan ditetapkan dalam Peraturan
Bupati
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Nomor 9) ;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah
ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indoensia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952) ;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4587) ;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593).
8. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BLITAR TENTANG BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA .
- 2 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kabupaten Blitar.
2. Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Daerah, adalah Kabupaten Blitar.
4. Bupati, adalah Bupati Blitar.
5. Kecamatan, adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten.
6. Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
10. Lembaga kemasyarakatan, adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat.
11. Perangkat Desa, adalah pembantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya.
12. Dusun, adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan Kerja
Pelaksanaan Pemerintah Desa.
13. Peraturan Daerah, adalah Peraturan Daerah Kabupaten Blitar.
14. Peraturan Desa, adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD
bersama Kepala Desa.
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDes, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui
- 3 -
bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI DAN WEWENANG BPD
Pasal 2
BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa berkedudukan di setiap
Desa
Pasal 3
BPD mempunyai kedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa,
mempunyai arti :
a. BPD tidak dapat dibubarkan oleh Kepala Desa
b. Kepala Desa tidak dapat diberhentikan oleh BPD, kewenangan BPD hanya
sebatas mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati melalui
Camat
c. Penetapan setiap program kerja Pemerintahan Desa dan penetapan
kebijaksanaan Pemerintahan Desa harus selalu dimusyawarahkan oleh
Pemerintah Desa dengan BPD
d. Dalam melaksanakan tugasnya Pemerintah Desa dan BPD harus mampu
menciptakan hubungan kerja secara sinergis
Pasal 4
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan BPD sebatas pada tingkat perumusan
kebijaksanaan dan pelaksanaan tidak sampai pada aspek teknis administrasi.
Pasal 5
(1) BPD mempunyai wewenang untuk meminta keterangan kepada Pemerintah Desa
(2) Mekanisme permintaan keterangan BPD kepada Pemerintah Desa dilakukan
melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Ketua BPD berdasarkan hasil Risalah
Rapat BPD yang dibuat oleh Sekretaris BPD
BAB III
KEANGGOTAAN BPD
Pasal 6
(1) Keanggotaan BPD dipilih secara musyawarah dengan keterwakilan yang
proporsional untuk setiap Dusun
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari Ketua Rukun Warga,
Rukun Tetangga dan tokoh masyarakat yang diakui ketokohannya di masyarakat
(3) Keanggotaan BPD mewajibkan adanya unsur perempuan di dalamnya
- 4 -
Pasal 7(1) BPD melakukan kegiatan untuk menyusun keanggotaan BPD dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah anggota BPD di Desanya.
b. Menentukan jumlah anggota BPD untuk setiap Dusun
c. Menentukan jumlah anggota BPD dari unsur perempuan
(2) Ketentuan jumlah anggota BPD untuk setiap Dusun diatur sebagai berikut :
a. Desa yang terdiri dari 1 (satu) Dusun, maka keterwakilan wilayah ditetapkan
berdasarkan stelsel Rukun Warga (RW)
b. Desa yang terdiri dari 2 (dua) Dusun, maka jumlah anggota BPD untuk Dusun
dengan penduduk terbesar adalah ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah
BPD.
c. Desa yang terdiri lebih dari 2 (dua) Dusun, maka jumlah anggota BPD setiap
Dusun adalah sesuai dengan jumlah penduduk secara proporsional
d. Desa yang terdiri lebih dari 2 (dua) Dusun, apabila terdapat 1 (satu) Dusun
dengan jumlah penduduk lebih 50 % (lima puluh persen) dari total jumlah
penduduk Desa, maka jumlah anggota BPD adalah ½ (setengah) dikurangi 1
(satu) dari jumlah BPD dan sisanya dibagi secara proporsional jumlah penduduk
setiap Dusun yang lain.
PROSES PEMBENTUKAN BPD
Pasal 8
(1) Dalam rangka Pembentukan BPD disusun Panitia Musyawarah dengan
Keputusan BPD.
(2) Panitia Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari anggota
BPD dan tokoh masyarakat yang dianggap mampu dengan jumlah sesuai
kebutuhan
(1) Mekanisme musyawarah penetapan anggota BPD diatur dalam tata tertib BPD.
Pasal 8
(2) Yang dapat dipilih sebagai anggota BPD adalah peserta musyawarah.
(3) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah,
jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
(4) Mekanisme musyawarah penetapan anggota BPD diatur dalam tata tertib BPD.
(5) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai
berikut :
- 5 -
a. jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa terdiri dari 5 (lima) orang anggota
BPD ;
b. jumlah penduduk 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa terdiri dari 7 (tujuh orang
anggota BPD ;
c. jumlah penduduk 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa terdiri dari 9 (sembilan)
orang anggota BPD ;
d. jumlah penduduk diatas 2.500 jiwa terdiri dari 11 (sebelas) orang anggota BPD.
Pasal 9
Yang dapat ditetapkan sebagai anggota BPD adalah penduduk Desa warga Negara
Republik Indonesia yang :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, seperti G.30 S/PKI
dan/atau kegiatan organisasi terlarang lainnya ;
d. berpendidikan dan berijazah sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama ;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun ;
f. sehat jasmani dan rohani ;
g. berkelakuan baik, jujur dan adil ;
h. tidak sedang menjalani hukuman atau terdakwa ;
i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap ;
j. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat di desa yang bersangkutan ;
k. terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 6
(enam) bulan terakhir pada saat musyawarah penetapan anggota BPD ; dan
l. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD.
Pasal 10
(3) Pembentukan BPD diawali dengan dibentuknya Panitia Musyawarah.
(4) Panitia Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari anggota
BPD, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka
masyarakat.
(5) Susunan kepanitiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota ;
b. Sekretaris merangkap anggota ;
c. Bendahara merangkap anggota ;
- 6 -
d. Seksi-seksi merangkap anggota.
(4) Penentuan kedudukan dalam Panitia Musyawarah ditetapkan dengan
musyawarah dan mufakat atau voting.
Pasal 11
(1) Pantia Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai tugas :
a. membuat Tata Tertib Musyawarah ;
b. menetapkan besarnya biaya musyawarah ;
c. menerima pendaftaran calon anggota BPD ;
d. melakukan pemeriksaan persyaratan administrasi calon anggota BPD ;
e. mengajukan bakal calon yang memenuhi syarat kepada BPD untuk ditetapkan
sebagai calon anggota BPD ;
f. membuat dan menandatangani berita acara rapat musyawarah dan melaporkan
kepada BPD.
(2) Panitia Musyawarah yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
yang berlaku dalam proses musyawarah dikenakan tindakan dan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 12
Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b dipimpin oleh peserta
musyawarah tertua dibantu oleh peserta musyawarah termuda.
Pasal 13
(1) Hasil musyawarah/mufakat penetapan anggota BPD ditetapkan dengan keputusan
BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati
melalui Kepala Desa dan Camat.
Pasal 14
(1) Sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-
sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Pejabat lain yang
ditunjuk.
(2) Susunan kata-kata sumpah/janji anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) adalah sebagai berikut :
“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-
baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
- 7 -
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa
saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945
serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia“.
Pasal 15
Pelantikan Anggota BPD oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk dilaksanakan
selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal pengesahan .
Pasal 16
Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
BAB IV
PIMPINAN BPD
Pasal 17
(1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1
(satu) orang Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota
BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua
dan dibantu oleh anggota termuda.
Pasal 18
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2) Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu perdua)
dari jumlah anggota BPD.
(3) Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(4) Keputusan BPD dianggap sah apabila disetujui lebih dari ½ (satu per dua)
ditambah 1 (satu) dari anggota BPD yang hadir .
(5) Hasil Rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan
notulen yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
BAB V
- 8 -
PEMBIAYAAN BPD
Pasal 19
(1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa.
(2) Tunjangan Pimpinan dan Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam APBDes.
Pasal 20
(1) Untuk melaksanakan kegiatannya, BPD disediakan biaya operasional sesuai
kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam
APBDes.
BAB VI
SEKRETARIAT BPD
Pasal 21
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPD dibantu oleh Sekretariat BPD.
(2) Sekretariat BPD dipimpin oleh Sekretaris BPD.
(3) Untuk membantu pelaksanaan tugas sekretaris BPD, BPD dapat mengangkat staf
sekretariat BPD.
(4) Alat kelengkapan BPD lainnya seperti komisi atau panitia dapat dibentuk sesuai
dengan kebutuhan.
(5) Pembentukan Sekretariat BPD dan alat kelengkapan BPD lainnya ditetapkan
dengan Keputusan BPD.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Sekretaris BPD berfungsi :
a. mengatur dan mengurus administrasi kesekretariatan BPD ;
b. berperan sebagai penghubung antara BPD dan Pemerintah Desa ;
c. merencanakan dan menyusun agenda kegiatan BPD ;
d. mengelola anggaran kegiatan BPD dan Sekretariat BPD ;
e. menyiapkan bahan-bahan rapat BPD dan bertugas sebagai Notulis dalam kegiatan
rapat-rapat yang diselenggarakan oleh BPD ;
BAB VII
LARANGAN BAGI ANGGOTA BPD
- 9 -
Pasal 23
Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
a. sebagai pelaksana proyrk desa ;
b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan
mendiskriminasikan wargaatau golongan masyarakat lain ;
c. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa
dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukan ;
d. menyalahgunakan wewenang ;
e. melanggar sumpah / janji jabatan.
Pasal 24
Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pemimpin dan Anggota BPD :
a. tidak boleh merangkap jabatan sebagai Kepala Desa atau Perangkat Desa atau
Pengurus Badan Usaha Milik Desa ;
b. tidak boleh merangkap menjadi Panitia Pemilihan Kepala Desa.
BAB VIII
PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTI ANTAR WAKTU ANGGOTA BPD
Pasal 25
Anggota BPD berhenti atau diberhentikan karena :
a. meninggal dunia ;
b. mengajukan berhenti atas permohonan sendiri ;
c. tidak lagi memenuhi syarat atau melanggar sumpah/janji ;
d. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik anggota BPD yang baru ;
e. tidak berdomisili di desa yang bersangkutan ; dan
f. melakukan tindak pidana yang telah mendapat keputusan hukum yang tetap.
Pasal 26
(1) Pemberhentian anggota BPD dan/atau Pimpinan BPD diusulkan oleh Pimpinan
BPD melalui Kepala Desa dan Camat kepada Bupati.
(2) Usulan pemberhentian anggota BPD dan atau Pimpinan BPD sekurang-kurangnya
harus mendapatkan persetujuan 2/3 dari jumlah anggota BPD.
Pasal 27
(1) Pemimpin dan atau Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum
berakhir masa jabatannya diadakan pergantian antar waktu.
- 10 -
(2) Masa jabatan anggota dan / atau Pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu
masa jabatan yang belum dijalani oleh anggota BPD yang berhenti atau
diberhentikan.
(3) Tata cara dan mekanisme penetapan anggota dan / atau Pimpinan BPD pengganti
diatur dalam tata tertib BPD.
BAB IX
TATA TERTIB BPD
Pasal 28
(1) Sebelum melaksanakan tugasnya, BPD harus terlebih dahulu menyusun dan
menetapkan Peraturan Tata Tertib BPD dengan Keputusan BPD.
(2) Peraturan Tata Tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
suatu rapat BPD yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota BPD.
(3) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan kepada Bupati
melalui Camat.
BAB X
MEKANISME SIDANG BPD
Pasal 29
(1) Sidang BPD dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun.
(2) Sidang BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh Ketua BPD.
(3) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, sidang dipimpin oleh Wakil Ketua BPD.
(4) Pelaksanaan Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD.
BAB XI
TINDAKAN PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA BPD
Pasal 30
Anggota BPD dalam mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam Sidang BPD,
tidak dapat dituntut secara hukum.
Pasal 31
(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota BPD dilaksanakan setelah adanya ijin
tertulis dari Camat atas nama Bupati.
(2) Hal-hal lain yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
- 11 -
(1), adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara lima tahun atau lebih ;
b. dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
hukuman mati.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilaporkan kepada Bupati paling
lambat 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) BPD (Badan Perwakilan Desa) yang pada saat ini masa jabatannya ditetapkan
selama 5 lima tahun tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan berakhir masa
jabatannya.
(2) Apabila masa jabatan BPD (Badan Perwakilan Desa) sudah berakhir dan BPD
(Badan Permusyawaratan Desa) belum terbentuk, maka BPD (Badan Perwakilan
Desa) tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai terbentuknya BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) yang sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah
ini.
Pasal 33
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Blitar
Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa (BPD) dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Blitar.
Ditetapkan di Blitar
pada tanggal 18 Desember 2006
BUPATI BLITAR,
ttd
- 12 -
HERRY NOEGROHO
Diundangkan di Blitar
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR,
BACHTIAR SUKOKARJADJI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2007 NOMOR
- 13 -
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR
NOMOR 11 TAHUN 2006
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
I. UMUM
Bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa maka ada perubahan yang mendasar dalam pelaksanaan
demokrasi di Desa BPD yang dulu adalah Badan Perwakilan Desa berubah menjadi
Badan Permusyawaratan Desa. Penetapan anggotan BPD tidak lagi melalui proses
pemilihan namun cukup melalui musyawarah dan mufakat . Keanggotan BPD terdiri
dari para Ketua Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. BPD berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Khusus untuk pengangkatan Penjabat Kepala Desa diusulkan oleh BPD
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang berkembang di desa
yang bersangkutan.
Huruf e
Untuk menghindari terjadinya kerancuan dalam pertanggungjawaban Panitia
Pemilihan Kepala Desa, maka pimpinan dan anggota BPD tidak boleh
menjadi ketua dan atau anggota dalam Panitia Pemilihan Kepala Desa.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruh h
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan kepala desa” adalah
membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang
berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa terpilih dan mengusulkan
calon kepala desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi
kepala desa.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
- 15 -
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “keterwakilan wilayah” adalah dari masing-masing
dusun harus ada perwakilannya yang duduk dalam BPD.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “hal tertentu” adalah rapat BPD yang akan
membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis
bagi kepentingan masyarakat desa dan membebani masyarakat atau
- 16 -
keuangan desa seperti usulan pemberhentian kepala desa, penetapan
APBDesa, melakukan pinjaman desa.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Status Staf Sekretariat BPD adalah bukan sebagai Perangkat Desa dan
pembebanan pembiayaan tunjangan staf Sekretariat BPD dibebankan pada
anggaran operasional BPD.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
- 17 -
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
- 18 -