Bosan

download Bosan

of 5

description

kisah dan teladan

Transcript of Bosan

Bosan Hidup

BosanHidupPosted on Juni 7, 2008 by sigit setiawan

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.

Sang Ustad pun tersenyum, Oh, kamu sakit.

Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, Alergi Hidup. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku. demikian ujar sang Ustad.

Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup. pria itu menolak tawaran sang Ustad.

Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?

Ya, memang saya sudah bosan hidup.

Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut obat oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, Sayang, aku mencintaimu. Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, Hari ini, Bos kita kok aneh ya?

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu. Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya? Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini .

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini

QurbanTerbaikPosted on Februari 16, 2008 by sigit setiawan

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban.Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan.Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarunghingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dinitentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti.Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya. Berapa harga kambing yang itu pak ? ujarku menunjuk kambing coklat tersebut. Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

Tidak bisa turun pak? kataku mencoba bernegosiasi. Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal si pedagang bertahan. Satu juta lima ratus ribu ya? aku melakukan penawaran pertama Maaf pak, masih jauh. ujarnya cuek.Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu? kataku Masih belum nutup pak ujarnya tetap cuek Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik? ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah. Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumputkata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selainyang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu.Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil.Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya.Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang? kataku kemudian Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah katanyaBelum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakanharga kambing coklat Mega Super tadi.Meskipun pakaian korpri yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar. Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas? katanya kagum Dua juta tidak kurang tidak lebih kek. kata si pedagang setengah malas menjawabsetelah melihat penampilan si kakek. Weleh larang men regane (mahal benar harganya) ? kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan bisa di tawar-kan ya mas ? lanjutnya mencoba negosiasi juga. Cari kambing yang lain aja kek. si pedagang terlihat semakin malas meladeni. Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini) Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas. katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.

Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas? lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi.Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu. Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan Ora ono ongkos kirime tho? (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih Dua juta sudah termasuk ongkos kirim si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek , mau di antar ke mana mbah? (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah) Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi) kata si kakek sambil menerimanya tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu).

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku.Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat.Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya.Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek.Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing.Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi

Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super, Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinyaYang sanggup mengkoleksi raket hanya untuk olah-raga seminggu sekaliYang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligusTapi apa yang aku pikirkan?Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuankuyang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana.Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya.

Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu