Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia adalah Negara hukum, sesuai dengan pasal 1 ayat 3 UUD 1945, bahwa segala aspek kehidupan rakyat Indonesia harus diatur oleh undang- undang. Kemudian perlu juga diperhatikan bahwa paradigma hukum di Indonesia menganut paradigma hukum positif dimana satu-satunya bentuk hukum yang diakui sebagai landasan adalah hukum tertulis sebagai ketentuan yang berlaku saat ini. Paradigma ini berpijak pada nilai filosofis kepastian hukum atau yang sering disebut juga dengan prinsip legalitas. Kepastian hukum atau legalitas ini merupakan jaminan terhadap pengujian sebuah nilai keadilan yang tampaknya relatif menjadi sebuah nilai yang pasti sebagaimana tertera dalam suatu produk perundang-undangan tertulis. Paradigma hukum yang

Transcript of Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Page 1: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia adalah Negara hukum, sesuai dengan pasal 1 ayat 3 UUD

1945, bahwa segala aspek kehidupan rakyat Indonesia harus diatur oleh

undang-undang. Kemudian perlu juga diperhatikan bahwa paradigma hukum

di Indonesia menganut paradigma hukum positif dimana satu-satunya bentuk

hukum yang diakui sebagai landasan adalah hukum tertulis sebagai ketentuan

yang berlaku saat ini. Paradigma ini berpijak pada nilai filosofis kepastian

hukum atau yang sering disebut juga dengan prinsip legalitas. Kepastian

hukum atau legalitas ini merupakan jaminan terhadap pengujian sebuah nilai

keadilan yang tampaknya relatif menjadi sebuah nilai yang pasti sebagaimana

tertera dalam suatu produk perundang-undangan tertulis. Paradigma hukum

yang menjamin prinsip legalitas ini kemudian tertuang dalam pasal 1 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Dalam implementasi kehidupan hukumnya, Indonesia juga

menegaskan dirinya sebagai Negara kesejahteraan. Tentang hal ini dapat

dimaknai bahwa cita-cita dan upaya dalam mensejahteraan rakyat

merupkakan prioritas utama dalam penyelenggaraan roda pemerinahannya.

Cita-cita dari Negara sesuai dengan prembule UUD 1945 alenia ke-4 adalah

untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

Page 2: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial

Dengan penjelasan diatas salah satu poin dari cita-cita Negara ini

adalah pendidikan. Hari ini pun pendidikan masih merupakan salah satu

kebutuhan yang urgent untuk meningkatkan SDM dan merupakan cara untuk

menggapai tujuan nasional.tentang hal ini tertuang dalam pembukaan UUD

1945 yang menegaskan bahwa salah satu tujuan dari negara ini adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan bentuk Indonesia yang merupakan

Negara hukum maka segala aspek kehidupan harus diatur oleh hukum yang

wujudnya berupa undang-undang, maka dari itu pendidikan yang merupakan

bagian dari aspek kehidupan manusia diatur oleh undang-undang. Undang-

undang yang mengatur tentang pendidikan bermula dari pasal 31 UUD 1945

setelah amandemen, yang paling berpengaruh pada konteks pendidikan

nasional adalah perubahan pasal-pasal yang cukup strategis dalam system

pendidikan nasional, khusus dalam pasal yang berkaitan dengan pembiayaan

persoalan pendidikan adalah pasal 32 ayat 4 tentang anggaran pendidikan

nasional yang mencapai angka 20% dari APBN dan dalam peraturan

selanjutnya yang mengatur pendidikan adalah UU No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Sebagai tata perundangan tertinggi dan dasar, UUD 1945 mengatur

segenap aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks itu,

Page 3: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

penyelenggaraan pendidikan bagi warga negara juga diatur sepenuhnya dalam

UUD 1945. Hal ini dinyatakan secara jelas pada Pembukaan (Preambule)

UUD 1945 alinea IV sebagai landasan utama dan umum, bahwa

penyelenggaran pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mencerdasan

kehidupan bangsa. Landasan utama dan umum itu kemudian dirinci pada

batang tubuh UUD 1945 yakni pasal 31 UUD 1945 yang secara langsung

memberikan jaminan hukum terhadap hak warga negara untuk memperoleh

layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh negara. Kemudian, landasan

utama dan umum tersebut diturunkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, dimana pengukuhan terhadap perlindungan

warga negara untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas juga dijamin

dalam undang-undang ini. Salah satu jaminan atau perlindungan hukum bagi

warga negara, bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak boleh merugikan

rakyat dan menghindari dari praktek komersialisasi pendidikan. Hal tersebut

tercantum dalam pasal 4 ayat (1) tentang penyelengaraan pendidikan yang

tidak diskriminatif dengan mengacu pada pemenuhan hak azasi manusia. Juga

dalam pasal 5 ayat (1) junto ayat (2) tentang hak setiap warga negara untuk

mendapatkan pendidikan dan pasal 11 ayat (1) yakni jaminan untuk

meningkatkan pendidikan yang berkualitas.

Page 4: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

UU No. 20 tahun 2003 juga mengatur masalah pembiayaan institusi

atau lembaga pendidikan. Dalam pasal 9 junto pasal 12 ayat (2) huruf b junto

pasal 46 ayat (1) ternyatakan bahwa tanggung jawab pembiayaan pendidikan

tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, melainkan juga mengikutsertakan

masyarakat. Bentuk keikutsertaan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan

ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP) dalam rangka menjaga

agar tidak terjadi kesewenang-wenangan atau praktek-praktek komersialisasi

pendidikan. Dalam pasal 114 PP. No 60 tahun 1999 tentang Pendidikan

Tinggi, terdapat kemungkinan penarikan dana dari masyarakat untuk

membiayai intitusi pendidikan tinggi. Pasal itu secara jelas dan rinci

menyebutkan dan mengatur bentuk penarikan itu sebagaimana yang tercantum

dalam ayat (3), sebagai berikut;

a. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)

b. Biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi

c. Hasil kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi pendidikan tinggi

d. Hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan

tinggi

e. Sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintah atau lembaga

non-pemerintah

f. Penerimaan masyarakat lainnya

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka segenap aktivitas

penarikan dana dari masyarakat yang tidak sesuai dengan ayat 3 pasal 114 PP.

Page 5: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

No. 60 tahun 1999 bisa diindikasikan sebagai praktek pungutan liar yang

bertentangan dengan hukum.

Undang-undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003 merupakan tonggak

dari upaya privatisasi di bidang pendidikan, dan merupakan hasil dari

ratifikasi perjanjian Indonesia dengan WTO mengenai liberalisasi segala

aspek kehidupannya. Dalam negosiasi perundingan GATS, penyediaan jasa

pendidikan merupakan salah satu dari 12 sektor jasa lainnya yang akan

diliberalisasi. Liberalisasi perdagangan sektor jasa pendidikan berdampingan

dengan liberalisasi layanan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi,

jasa akuntansi, serta jasa-jasa lainnya. Sejak tahun 2000, negosiasi perluasan

liberalisasi jasa dalam GATS dilakukan dengan model initial offer dan initial

request. Dimana setiap negara bisa mengirimkan initial request yaitu daftar

sektor-sektor yang diinginkan untuk dibuka di negara lain. Negara diwajibkan

meliberalisasi sektor-sektor tertentu yang dipilihnya sendiri atau disebut initial

offer. Alasan pemerintah dalam meliberalisasi sector jasa pendidikan terkait

dengan upaya memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan di Indonesia

menjadi lebih bermutu. Dan setiap kali pembicaraan seputar pendidikan

nasional, pada saat yang bersamaan, bayang-bayang ideologi tersebut selalu

mengikuti. Yang pasti, ideologi tersebut merupakan reperentasi dari

kepentingan rezim yang berkuasa. Pendidikan nasional yang berada dalam

Page 6: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

bayang-bayang ideologi penguasa kemudian bertransformasi menjadi alat

yang paling mumpuni untuk melangengkan kekuasaan.1

Dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 menyebutkan secara

implicit dalam pasal 46 ayat 1 menyebutkan bahwa “Pendanaan pendidikan

menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat.” Dengan adanya pasal ini negara seakan-akan ingin lepas

tangan dalam hal pembiayaan pendidikan dan berupaya mengkomerialisasikan

pendidikan. Hal ini yang menjadikan alat legitimasi hampir seluruh

universitas di Indonesia dalam menerapkan kebijakan melakukan pungutan

dari pihak orangtua mahasiswa.

Dalam hal ini Universitas Jenderal Soedirman pun memberlakukan

kebijakan senada yang bernama POM yaitu kebijakan yang mengharuskan

pihak mahasiswa untuk membayarkan sejumlah uang guna membiayai kegitan

sarana maupun prasarana universitas yang mengatasnamakan partisipasi

mahasiswa. Akan tetapi kebijakan ini dianggap tidak legal oleh DIKTI karena

hanya didasari oleh SK rector UNSOED dan diperkuat oleh akta notaris serta

aspek transparansi yang dinilai kurang maksimal serta diperkuat lagi dengan

tingkat ketidaktahuan mahasiswa terhadap lembaga POM, laporan keuangan

mengenai penggunaan dana, bentuk alokasi dan sikap mahasiswa sendiri yang

mengaku keberatan dengan adanya kebijakan POM2 yang menjadikan

1 Mu’arif. 2008. Liberalisasi pendidikan. Pinus. Yogyakarta. Hal . 5 2 Data hasil penelitian yang dilakukan oleh CPU mengenai POM di Universitas Jendral Soedirman

Page 7: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

lembaga POM dibubarkan. Dengan dibubarkannya POM maka pihak rektorat

mengeluarkan kebijakan BOPP yang alur pembiayaannya berubah bentuk

pengelolaan yang tadi dikelola penuh oleh pihak universitas, yang katanya

menjadi PNBP (Pemasukan Negara Bukan Pajak). Dengan diberlakukannya

kebijakan ini maka dalam praktek penerimaan mahasiswa baru yang melalui

jalur SNMPTN baik dari jalur local maupun nasional akan dikenai kisaran

biaya antara 5 juta rupiah hingga 180 juta rupiah, hal ini sangat berkontradiksi

dengan tujuan dibentuknya UNSOED yang berjuluk kampus paling murah di

Jawa Tengah.

Dengan keadaan pendidikan nasional hari ini sangat terlihat bahwa

pendidikan adalah milik orang kalangan atas sehingga masyarakat kalangan

bawah seolah-olah dibuat tidak boleh mengenyam pendidikan tinggi dan

hanya akan dijadikan buruh oleh kaum kapitalis, kemiskinan berusaha

dicitrakan sedemikian rupa oleh media orang kaya agar tampak biasa dan

wajar. Tampaknya para kapitalis memiliki metode yang bagus dalam upaya

menyembunyikan penindasan yang dilakukannya yaitu dengan cara membuat

pendidikan menjadi kebutuhan mewah bagi orang miskin.3

3 Nurani Soyomukti. Metode pendidikan Marxis Sosialis. Yogyakarta: AM Ar-ruzz Media.2008. Hal. 142. Jeremy seabrook dalam bukunya kemiskinan global mengatakan : “orang miskin dibentuk ulang oleh orang kaya. Mereka menjadi subyek kesombongan berondongan publisitas dan iklan, untuk memiliki dan membelanjakan…. Dikalangan yang terpinggirkan, budaya itu membangkitkan suatu karikatur partisipasi pasar kejahatan, penyalah-gunaan obat, kecanduan, perasingan… tersingkir dari pasar global, kaum muda hanya menjadi pasukan bayaran transnasional, dalam kancah perang untuk memenangkan logo dan merk. Sehingga mereka dapat diperbudak karena mereka bodoh.

Page 8: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Jumlah penduduk sampai dengan 30 april 2009 Kabupaten Banyumas

adalah 1.802.1524 dan jumlah penduduk yang usia sekolah adalah 502.305

orang usia tersebut berada dikisaran umur 6 tahun sampai umur 23 tahun.5

Untuk jumlah penduduk disekitar wilayah UNSOED yaitu kecamatan

Purwokerto Utara yang terdiri dari 7 kelurahan yaitu grendeng, sumampir,

karang wangkal, bobosan, purwanegara, bancarkembar, dan pabuwaran

mencapai angka 98.098 jiwa.6 Dengan diberlakukannya kebijakan BOPP

tesebut maka hanya sebagian kecil dari masyarakat sekitar UNSOED

khususnya warga Kelurahan Karang Wangkal, Grendeng, dan Sumampir yang

mengenyam atau dapat mengakses pendidikan di UNSOED.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi masyarakat sekitae UNSOED tentang biaya

pendidikan di UNSOED khususnya setelah kebijakan BOPP

diberlakukan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

4 www.banyumaskab.go.id diposting pada tanggal 21 oktober 20095 ibid6 ibid

Page 9: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar UNSOED khususnya daerah

Grendeng, Karang Wangkal dan Sumampir mengenai biaya pendidikan di

UNSOED.

2. Untuk mengetahui apakah warga disekitar UNSOED dapat mengakses

pendidikan di UNSOED.

D. Luaran Yang DiharapkanPenulisan karya tulis ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak

yang berkepentingan dalam hal ini pemerintah terutama Dinas Pendidikan

Nasional , Dinas Pendidikan Tinggi serta masyarakat untuk mengetahui

dampak yang ditimbulkan dengan diberlakukannya kebijakan BOPP.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Memberikan pengetahuan tentang apakah sebenarnya dasar hukum dari

BOPP.

b. Memberikan pemahaman dan pengetahuan terhadap masyarakat

tentang latar belakang dari kebijakan BOPP dan mekanisme PNBP

serta mekanisme mengakses pendidikan di Universitas Jend.

Soedirman.

2. Secara praktis

a. Penulisan ini supaya menjadi acuan terhadap masyarakat dan

mahasiswa tentang dampak yang ditimbulkan dari munculnya

kebijakan BOPP

Page 10: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Sejarah Berdirinya UNSOED

Sekitar tahun 1960, lembaga pendidikan yang ada di derah Banyumas

baru sampai pada tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas baik umum

maupun kejuruan. Sedangkan hasrat dan minat masyarakat untuk mencapai

pendidikan yang lebih tinggi, semakin meningkat.Pada waktu itu, para lulusan

SMTA yang akan melanjutkan pendidikan, terpaksa harus mencari ke luar

daerah Banyumas. Hal tersebut hanya terjangkau oleh para lulusan SMTA,

yang orang tuanya mampu dan bersedia membiayainya. Kemudian timbul

usaha melalui pimpinan masyarakat, baik formal maupun informal, untuk

mendirikan Universitas di daerah Banyumas. Usaha tersebut mulai dirintis

dengan :

1. Membentuk Panitia Pendiri Fakultas Pertanian pada tanggal 10

Februari 1961, sebagai embrio atau modal dasar berdirinya

Universitas Jenderal Soedirman di daerah Banyumas yang

berkedudukan di Purwokerto

2. Mendirikan sebuah yayasan pembina yang bernama Yayasan

Pembina Universitas Jenderal Soedirman, dengan Akte Notaris

nomor : 32 tanggal 20 November 1961.

Page 11: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Atas terbentuknya Yayasan Pembina Universitas Jenderal Soedirman,

maka segala tugas dan kewajiban serta hak milik Panitia pendiri Fakultas

Pertanian, diserahkan kepada Yayasan Pembina Universitas Jenderal

Soedirman. Atas usaha Pendiri Fakultas Pertanian yang kemudian dilanjutkan

oleh Yayasan Pembina Universitas Jenderal Soedirman, berhasil didirikan

Fakultas Pertanian, dan untuk sementara di bawah naungan Universitas

Diponegoro yang berlokasi di Purwokerto, dengan Surat Keputusan Menteri

PTIP nomor 121, tanggal 20 September 1962.

Setelah Fakultas Pertanian berdiri masyarakat Banyumas semakin

bersemangat untuk mendirikan suatu Universitas. Hal ini terbukti dengan

mengalirnya berbagai bantuan, baik berupa moril maupun materiil dari

seluruh penjuru Karesidenan Banyumas (Kabupaten Banyumas, Cilacap,

Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara). Pengurus Yayasan Pembina

Universitas Jenderal Soedirman dan para pemimpin Masyarakat, baik formal

maupun informal, berusaha menghubungi tokoh-tokoh Perguruan Tinggi

(UGM, IPB dan UNDIP) dan Pimpinan Departemen PTIP, pimpinan Daerah

Tingkat I Jawa Tengah, Pimpinan Angkatan Darat dan Instansi-instansi

lainnya, dalam usaha mendirikan suatu Universitas.

Di samping bantuan dari berbagai pihak, dan atas karunia Tuhan Yang

Maha Kuasa, pada tanggal 23 September 1963, lahirlah Universitas Negeri di

daerah Banyumas dengan nama Universitas Jenderal Soedirman, yang

berkedudukan di Purwokerto, dengan Keputusan Presiden RI No. 195

Page 12: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

tangggal 23 September 1963 dan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 153,

tanggal 25 Nopember 1963. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri PTIP -

Prof. Dr. TOJIB HADIWIDJAJA, pada hari Minggu tanggal 27 November

1963, bertempat di rumah dinas Residen Banyumas di Purwokerto.7

B. Analisis Filosofis PendidikanPendidikan merupakan proses pembudayaan. Melalui berbagai

internalisasi serta sosialisasi nilai, pendidikan menyiapkan individu agar

mampu hidup di masyarakatnya dengan cara yang beradab (civilized).

Beradab artinya bahwa individu mampu membedakan mana yang baik-buruk,

pantas-tercela, indah-jelek, benar-salah, dan berbagai nilai serta keterampilan

teknis lainnya sebagai bekal hidup bersama dengan indidividu lainnya. Arti

penting pendidikan justru lahir selepas masa pendidikan itu sendiri.

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia (humanized).

Artinya pendidikan bertujuan untuk menyadarkan individu agar ia tahu dan

sadar siapa dirinya, termasuk juga di dalamnya tahu dan sadar akan kewajiban

serta haknya sebagai; anggota masyarakat, warga negara, atau peserta didik.

Dalam konteks seperti itu, pendidikan merupakan hak dasar atau azasi yang

melekat semenjak lahir pada individu atau manusia. Kemudian, untuk

menjamin hak dasar itu, negara sebagai lembaga tertinggi yang melindungi,

mengayomi, dan memenuhi hajat hidup warganya, harus menyelenggarakan

pendidikan bagi warganya. Secara mendasar, kewajiban negara dalam rangka

7 www.unsoed.ac.id diposting pada tanggal 21 oktober 2009

Page 13: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

menyelenggarakan pendidikan bagi warganya ini merupakan bentuk

pelestarian nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karenanya, penyelenggaraan

pendidikan harus bebas dari segala bentuk diskriminasi apapun, mengingat

hak dasar atau azasi setiap manusia adalah sama. Untuk menyelenggarakan

pendidikan yang memanusiakan manusia ini, maka dibutuhkan pula

pendekatan yang manusiawi. Pendekatan yang manusiawi menurut Paulo

Freire 8 yakni yang menempatkan antara pendidik, peserta didik, dan elemen

lainnya dalam posisi setara. Dalam konteks itu, pengambilan-pengambilan

kebijakan menyangkut aktivitas pendidikan; kurikulum, pembiayaan, dan

kebutuhan lainnya, juga diselenggarakan melalui mekanisme yang

menjunjung tinggi prinsip kesetaraan posisi itu (equality).

Dalam paradigma itu, peserta didik tidak boleh diposisikan sebagai

obyek penderita dari segenap kebijakan yang dirumuskan oleh penyelenggara

pendidikan atau elemen lainnya, dalam konteks ini adalah BOPP. Peserta

didik dalam pendidikan yang memanusiakan manusia harus diajak dialog dan

dilibatkan secara aktif dalam berbagai aspek perumusan kebijakan.

Ketidakpelibatan peserta didik, dalam konteks ini mahasiswa, merupakan

proses pembendaan manusia yang tentu saja merendahkan martabat manusia.

8 Paulo Freire Politik Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2007.

Page 14: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

C. BOPP

BOPP terbentuk pada tahun 2009 setelah lembaga POM dibubarkan

karena terbukti illegal, dan pembubaran lembaga tersebut merupakan

perjuangan dari mahasiswa UNSOED sendiri yang tergabung dalam sebuah

lembaga mahsiswa yang bernama CPU (Centra Peduli UNSOED) dan

diperkuat dengan inspeksi mendadak yang dilakukan oleh DIKTI pada tahun

2007 yang menyatakan bahwa POOM ditingkat universtas dan POM

ditingkatan fakultas dinyatakan illegal.

BOPP sendiri adalah Biaya Operasional Pendidikan dan

Pembangunan, merupakan salah satu kebijakan UNSOED dalam hal

pembiayaan kegiatan mahasiswa, pembangunan sarana dan prasarana serta

pembangunan fasilitas di Universitas Jendral Soedirman yang dibebankan

kepada orang tua mahasiswa yang mulai diberlakukan mulai tahun 2009.

Mekanisme dari pemungutan dana ini adalah UNSOED telah menentukan

biaya tersebut dari awal pendaftaran mahasiswa baru terutama dari jalur

penerimaan local dan tertuang didalam buku petunjuk pendaftaran. Untuk

besarnya biaya BOPP terbagi dalam 4 level. Kisaran besarnya biaya BOPP

rata-rata setiap fakultas mulai dari Rp. 5.000.000,- (level 1) sampai dengan

ratusan juta rupiah atau dalam level 4 didalam brosur tersebut dikosongkan

agar calon mahasiswa mengisi sendiri jumlah nominal yang akan diberikan

untuk dana BOPP (untuk jalur penerimaan local) sedangkan mahasiswa yang

Page 15: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

masuk lewat jalur SNMPTN nasional akan dikenai pembiayaan BOPP

sejumlah Rp. 2.500.000,-.

Dalam hal pengelolaan BOPP berbeda dari POM hal ini dijelaskan

oleh Pembantu Rektor III Universitas Jenderal Soedirman, Kusbiyanto yang

menyatakan bahwa BOPP merupakan Penghasilan Negara Non-Pajak dan

akan masuk kedalam kas Negara. Akan tetapi dengan diberlakukannya

kebijakan BOPP tidak sertamerta POM akan lenyap dari muka bumi hal ini

dinyatakan oleh Prof.Soedjarwo,yang menyatakan bahwa lembaga POM ke

depannya fungsinya hanya sebatas monitoring.9

D. Analisis yuridis BOPP

1) Status Hukum

Secara hukum BOPP lahir dari SK Rektor UNSOED yang didasari

oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No. 60 tahun 1999

tentang Pendidikan Tinggi dan UU No.9 tahun 2009 tentang BHP. Hal ini

dibuktikan dengan tidak diaturnya BOPP dalam perundang-undangan

manapun baik dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional maupun dalam PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.

Berbeda halnya dengan keberadaan komite sekolah yang diatur dalam

9 http://lpm-memi.blogspot.com/2009/06/bopp-dan-mahasiswa.html. Prof.Soedjarwo enggan memberikan keterangan lebih lanjut ketika ditanya mengenai masalah tersebut. Beliau hanya memberikan sedikit mengenai POM ke depannya,” POM ke depannya fungsinya hanya sebatas monitoring”

Page 16: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

ketentuan UU Sisdiknas 10. BOPP hanya merupakan regelling atas dasar asas

fries emmersen yaitu kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat Tata

Usaha Negara.11 Dalam hal penerapan BOPP sebagai interpretasi pasal 46 UU

No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS maka hal tersebut telah tercakup

dalam hal pembiayaan SPP, SPI dan pendamping yang selama ini telah ada

dalam pembiayaan per semester yang dibayarkan oleh mahasiswa. Dan dalam

PP No. 60 tahun 1999 hanya ada pengaturan tentang sumbangan atau hibah

dari perseorangan, lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah. Akan

tetapi apabila yang dimaksud dalam pasal terbut hanya sumbangan, maka dari

arti kata sumbangan telah jelas terlihat bahwa tidak ada unsur paksaan dalam

hal pemberian. Disini terlihat sangat kontradiksi tentang konsep sumbangan

yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal partisipasi pembiayaan pendidikan,

hal ini terlihat jelas dimana BOPP merupakan suatu kewajiban setiap

mahasiswa baru yang masuk ke UNSOED dengan kata lain sumbangan ini

bukan suka rela akan tetapi suka paksa. Dan apabila penerapan BOPP yang

mendasari UU No. 9 tahun 2009 tentang BHP dalam pasal 40 ayat 2 yaitu :

“Pendanaan pendidikan formal yang diselenggarakan badan hukum

pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.”

10 Pasal 56 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.11 Philpus M. Hadjon. Pengantar administrasi Negara. Yogyakarta. Gajah Mada Press. 2005

Page 17: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Hal ini sangat inkostitional karena UNSOED bukan berstatus sebagai

lembaga BHP melainkan masih berstatus PTN murni. Jadi hal dengan ini

BOPP hanya didasari oleh asas fries emmersen yang dimiliki oleh rector

UNSOED yang diikuti oleh asas segala perbuatan pejabat Tata Usaha Negara

dianggap legal sebelum adanya putusan yang membalikkan tindakan tersebut.

Mengenai BOPP sebagai PNBP, hal ini juga masih meragukan karena

dalam penelitian ini penulis tidak diperkenankan untuk melihat SK MENKEU

yang menetapkan bahwa BOPP merupakan PNBP dan pihak rektorat sendiri

enggan menjelaskan lebih lanjut, sehingga status hukum daripada BOPP

sendiri masih diragukan karena belum adanya kekuatan hukum tetap yang

menaunginya serta menjadi landasan hukum yang jelas dari keberadaan BOPP

itu sendiri.

2) Analisis BOPP dalam perspektif sosiologi hokum

BOPP yang merupakan sebuah kebijakan dari pihak rektorat yang

mempunyai kekuasaan diwilayah UNSOED, dalam hal ini menurut perspektif

sosiologi hukum merupakan warga lapisan atas (upper class) yang memiliki

kekuasaan dalam hal pembentukan peraturan, dan mahasiswa disini berperan

sebagai warga lapisan bawah (lower class) dengan adanya pembagian

golongan seperti itu, maka orang yang dinamakan pemimpin atau disini

disebut rector mempunyai otoritas dalam hal pembuatan peraturan.

Apabila kekuasaan dihubungkan dengan hukum maka ada dua hal

yang paling menonjol, yaitu :

Page 18: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

1. Para pembentuk, penegak maupun pelaksana hukum adalah warga

masyarakat yang mempunyai kedudukan yang mengandung unsur-

unsur kekuasaan. Akan tetapi mereka tidak dapat mempergunakan

kekuasaannya secara sewenang-wenang karena ada pembatasan

tentang perananan yang ditentukan oleh cita keadilan masyarakat

dan oleh pembatasan praktis dari penggunaan kekuasaan tersebut.

Akan tetapi dengan adanya system hukum yang merupakan suatu

sarana bagi penguasa untuk mempertahankan serta menambah

kekuasannya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Charles E.

Merriam : “ the morale of the community depends in large measure

on the sanse of justice in political society and the wide spread

feeling of injustice is the deadliest foe of political power”

2. Sistem hukum antara lain menciptakan dan merumuskan hak dan

kewajiban berserta pelaksanaannya. Dalam hal ini ada hak warga

lapisan bawah yang tidak dapat dijalankan oleh pemilik kekuasaan.

Apalagi masyarakat mengakui adanya hak-hak tersebut.12

Apabila digambarkan dengan bagan tentang hubungan upper class

sebagai pemegang kekuasaan pembuatan peraturan dengan lower class,

sebagai berikut :

Faktor-faktor sosial dan12 Soerjono Soekanto. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1998. Hal 98

Page 19: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Personal lainnya

Lembaga pembuat

peraturan

Umpan Balik

Norma

Umpan Balik Norma

Lembaga penerap

Pearturan Aktivitas

Penerapan

Faktor-faktor Sosial dan Faktor-faktor Sosial dan

Personal Lainnya Personal Lainnya

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa :

a) Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana

seorang pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan bertindak.

Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan

hukum merupakan fungsi-peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya,

Pemegang

Peranan

Page 20: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

sanksi-sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta

keseluruhan kompleks sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya.

b) Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak

sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-

peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya,

keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang

mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang

peranan.

c) Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan bertindak

merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka,

sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, ideologis

dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang

dari pemegang peran serta birokrasi.

Sehingga apabila BOPP ini semakin jelas ketidakjelasan dasar hukum

dan memberatkan mahasiswa maka mahasiswa dapat mempertanyakannya,

terlebih lagi dalam hal perubahan social yang menjelaskan perkembangan

peraturan publik dan peraturan positif dalam hal ini kebijakan BOPP, yang

menggunakan metode pemaksaan agar mahasiswa agar menaatinya dan selain

itu apabila tatanan normatif gagal memenuhi kebutuhan penguasa (rektorat)

dan kelas yang berada dibawah (mahasiswa) dan dalam menopang struktur

mengikatnya akan menyebabkan ketidak stabilan dalam struktur tersebut,

maka dari itu, peraturan public dan peraturan postif harus bersifat objektif

Page 21: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

atau dalam pembuatan peraturan tersebut melibatkan masyarakat atau bahkan

peraturan tersebut bukan merupakan hasil dari penguasa melainkan

masyarakat secara umum.13 Sehingga ketegangan dalam birokratis dapat

dihindari.

E. Konsepsi PNBP

PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah :

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan;

2. Sumber daya alam adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, dipermukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh Negara;

3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap berupa cabang, perwakilan, atau agen dari perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, serta bentuk badan usaha lainnya;

4. Instansi Pemerintah adalah Departemen dan Lembaga Non-Departemen; 5. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk

melakukan kewajiban membayar menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, atau dalam suatu periode tertentu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.14

Dalam hal pengelolaan PNBP yang tertuang dalam pasal 4 UU No. 20

Tahun 1997 adalah “Seluruh Penerimaan Nagara Bukan Pajak wajib disetor

langsung secepatnya ke Kas Negara”, dengan hal tersebut seluruh dana yang

13 Roberto M. Urger. Teori Hukum Kritis. Bandung. Nusamedia. Hal. 8214 UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP

Page 22: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

disebut PNBP langsung disetor secepat-cepatnya ke kas Negara dan dikelola

dalam APBN.15

Dalam hal penggunaan dana PNBP Sebagian dana dari suatu jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk kegiatan tertentu

yang berkaitan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut oleh

instansi yang bersangkutan.16 Dana PNBP merupakan dana yang luwes, hal ini

dikarenakan karena dana PNPB dapat digunakan oleh instansi-instansi

pemerintah lainnya yang diatur dalam pasal 8 (2) UU No. 20 Tahun 1997,

yaitu :

a. Penelitian dan pengembangan teknologi;

b. pelayanan kesehatan;

c. pendidikan dan pelatihan;

d. penegakan hukum;

e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;

f. pelestarian sumber daya alam.

Jadi apabila BOPP mengatasnamakan bagian dari PNBP maka

seharusnya dalam kebijakan tersebut maka seharusnya alur keuangan BOPP

disetorkan langsung dari mahasiswa ke rekening kas Negara bukan ke

rekening rector serta didasari oleh adanya SK dari menteri Keuangan yang

dimaksud dalam pasal 7 (1) UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan

Negara sebagai Bendahara Negara yang berwenang untuk :

a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;

15 Pasal 5 UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP16 Pasal 7 (1) UU No.20 Tahun 1997

Page 23: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara; d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara; e. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka

pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara; f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

pelaksanaan anggaran negara; g. menyimpan uang negara; h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan

investasi; i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna

Anggaran atas beban rekening kas umum negara; j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama

pemerintah; k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah; l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara; m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar

akuntansi pemerintahan; n. melakukan penagihan piutang negara; o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara; p. menyajikan informasi keuangan negara;q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik negara; r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam

rangka pembayaran pajak;s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.17

Untuk mengakses dana PNBP agak rumit karena proposal pebiayaan

kegiatan instansi yang menginginkannya harus dibuat perencanaan dalam

jangka waktu satu tahun, dan apabila disetujui oleh MENKEU maka akan

turun SK dalam hal alokasi dana yang akan diterima oleh instansi tersebut.

17 Pasal 7 UU No. 1 2004 Tentang pebendaharaan Negara

Page 24: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

Page 25: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalan penyusunan karya tulis ini

adalah metode pendekatan yuridis sosiologis atau “socio legal research”,

yaitu metode pendekatan yang memandang hukum sebagai suatu fenomena

sosial, yang dalam interaksinya tidak lepas dari faktor-faktor lain non-

hukum.

B. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian deskriptif yaitu

suatu penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan yang diselidiki

dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah dirumah warga yang berada di Kelurahan

Grendeng, Karangwangkal dan Sumampir di Kecamatan Purwokerto Utara,

Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian dilakukan selama 3 hari berturut-

turut di bulan Oktober tahun 2009 dan antara pukul 09.00 sampai dengan

11.00 WIB.

D. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah :

Page 26: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

a. Populasi meliputi warga sekitar UNSOED yaitu Kelurahan Grendeng,

Sumampir dan Karang Wangkal.

E. Metode Pengambilan Sampel

Berpijak pada metode penelitian kualitatif, maka, pengambilan sampel

pada populasi didasarkan pada pertimbangan subyektif kami selaku peneliti

atau yang disebut purposive sampling. Hal itu untuk menunjukan responden

mana yang dapat mewakili populasi.

F. Sumber Data

a. Data Primer

Data dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung dari data sekunder saja

yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan terhadap

responden.

b. Data Sekunder

Data yang bersumber dari dari peraturan perundang-undangan, buku-buku

literature, internet, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian

ini.

G. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Page 27: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Untuk wawancara diberikan kepada warga asli yang ada di lokasi

penelitian kami, karena mereka yang bersinggungan langsung dengan

kehidupan warga asli daerah sekitar UNSOED dengan adanya kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh UNSOED karena mereka yang merasakan

dampak dari kebijakan tersebut dan dapatkah mereka mengakses fasilitas

pendidikan di UNSOED. Wawancara yang kami gunakan adalah wawancara

semi terstruktur, yaitu memberikan suatu pertanyaan pada responden yang

sudah tersetruktur, kemudian melakukan pendalaman terhadap pertanyaan

tersebut agar memperjelas jawaban dari responden.

H. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini kan disajikan

dalam bentuk uraian secara sisitematis. Data sekunder yang diperoleh

dilakukan sinkronisasi terhadap data yang satu dengan data yang lainnya dan

juga data primer diuraikan berdasarkan pengumpulan data, sehingga tersusun

sebagai satu kesatuan yang utuh.18

I. Analisis Data

18 Bambang Sunggono.2003. metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003. Halaman 101

Page 28: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Metode analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

kualitatif 19, maka analisis peneliti melalui melalui 4 tahapan, yaitu:

a. Analisis Domain

Analisis untuk memperoleh gambaran umum terlebih dahulu secara

menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi sosialnya.

b. Analisis Taksonomi

Setelah diketahui domainnya maka selanjutnya dijabarkan secara rinci,

kemudian dilakukan observasi.

c. Analisis Komponensial

Dilakukan dengan mengontraskan antar elemen, yaitu dilakukan dengan

observasi dan wawancara dengan pertanyaan yang memperjelas.

d. Analisis Tema Kultural

Yaitu mencari hubungan domain dan bagaimana hubungan.

J. Validitas Data

Validitas data yang disebutkan oleh Moleong adalah kegiatan untuk

menguji derajat kepercayaan data yang telah diperoleh melalui beberapa

metode. Pengumpulan data dalam penelitian, tentunya pengukuran ini

dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Peneliti dalam

menggunakan sumber data dalam keabsahan data. Untuk penelitian yang

bersifat kualitatif maka cara yang ditempuh adalah dengan melalui triangulasi.

19 Prof. Dr. Soegiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Halaman 255

Page 29: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk.keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

triangulasi dengan sumber20 dengan cara :

Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dari orang yang memiliki latar belakang yang berbeda.

Membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan

Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

20 Lexi, Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Halaman 178

Page 30: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya Universitas negeri di lingkungan warga asli banyumas.

Dari analisis hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa mayoritas

warga asli Kabupaten Banyumas khususnya warga asli Kelurahan Grendeng,

Karang Wangkal dan Sumampir di untungkan dengan adanya universitas

negeri, karena mereka berharap anak mereka dapat mengenyam pendidikan

yang murah, berkuatitas dan merupakan universitas negeri serta dapat

membantu warga sekitar dalam hal sector usaha seperti halnya usaha kost,

perdagangan dan sebagainya, sehingga dapat mendongkrak keadaan ekonomi

mereka dan merupakan usaha sampingan daripada profesi warga sekitar yang

mayoritas hanya sebagai petani.

Jika dikorelasikan antara analisis hasil penelitian dengan tujuan

dibangunnya Universitas Jendral Soedirman terlihat jelas terdapat kesamaan

tujuan yaitu untuk mendongkrak SDM di Kabupaten Banyumas dengan

dibangunnya universitas negeri yang murah dan berkualitas sehingga warga

asli Banyumas tidak perlu jauh-jauh untuk mengenyam pendidikan tinggi

diluar daerah serta untuk menjadikan Banyumas sebagai kota pendidikan.21

21 www.banyumaskab.go.id

Page 31: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Disamping itu untuk meningkatkan roda perekonomian Kabupaten Banyumas

serta pengenalan Kabupaten Banyumas kepada masyarakat Indonesia.

B. Dampak yang ditimbulkan dengan diberlakukannya kebijakan mengenai BOPP tehadap masyarakat sekitar UNSOED

Berdasarkan data analisis penelitian terhadap masyarakat sekitar

UNSOED, mayoritas ternyata tidak dapat mengakses pendidikan di UNSOED

hal ini dikarenakan biaya yang terlampau melambung tinggi.

Berdasarkan hasil analisis selanjutnya, mayoritas masyarakat sekitar

UNSOED hanya berprofesi sebagai petani dan pedagang, dengan

diberlakukannya kebijakan BOPP yang mengharuskan mahasiswa membayar

uang dengan kisaran 2,5 juta hingga 180 juta merupakan hal yang sangat

mustahil untuk dilakukan oleh mereka. Walaupun adanya jaminan keringanan

SPP dan berbagai macam beasiswa yang ditawarkan UNSOED maupun

pemerintah tetap saja memberatkan karena untuk biaya registrasi awal saja

mereka sudah tidak sanggup. Hal ini yang menjadikan UNSOED yang dahulu

dikenal sebagai kampus rakyat dan kampus paling murah di Jawa Tengah

berubah menjadi kampus yang mahal dan hanya dapat dinikmati oleh

kalangan menengah keatas. Sehingga banyak pemuda asli lingkungan sekitar

UNSOED tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, serta

mereka lebih memilih untuk bekerja diluar kota sebagai buruh pabrik, dan

yang lebih mengenaskan lagi tidak sedikit diantara mereka yang menjadi

pengangguran.

Page 32: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

C. Pendapat Mengenai Setuju/Tidaknya masyarakat terhadap kebijakan BOPPBerdasarkan dari hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh penulis,

dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat sekitar UNSOED menolak

keberadaan BOPP, alasan yang paling banyak adalah karena ketidakmampuan

mereka untuk mengakses pendidikan di UNSOED, padahal mereka

menginginkan anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan di perguruan

tinggi untuk mengubah strata social mereka dimasyarakat.

Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kecamatan Purwokerto Utara

yang usianya berkisar antara umur 19-23 tahun atau usia yang tepat untuk

mengenyam pendidikan tinggi mencapai jumlah 3.221 jiwa, akan tetapi hanya

sebagian kecil yang dapat meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih

tinggi. Hal tersebut sangat kontradiktif sekali dengan tujuan awal

dibangunnya Universitas Jendral Soedirman.

D. Pernah/tidaknya masyarakat sekitar UNSOED dilibatkan dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan UNSOED

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, mayoritas

responden mengatakan tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan kebijakan

oleh pihak UNSOED, seharusnya apabila pihak UNSOED dalam hal

mengeluarkan kebijakan public harus dibicarakan dengan masyarakat sekitar

sehingga pihak UNSOED dapat mengetauhi apa yang diinginkan masyarakat

asli Kabupaten Banyumas khususnya yang berada di lingkungan sekitarnya,

Page 33: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

karena kebijakan pada hakekatnya adalah suatu posisi yang sekali dinyatakan

akan mempengarui keberhasilan-keberhasilan dimasa yang akan datang.22

Sementara itu, Carl J. Friedrick menguraikan kebijakan sebagai

serangkaian tindakan yang diusulkan sesorang,kelompok, pemerintah disini

UNSOED dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan dan

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksana usulan kebijakan tersebut dalam

rangka mencapai tujuan tertentu.23 Dengan kedua penjelasan tersebut maka

jelaslah dalam pembentukan kebijakan haruslah melibatkan warga sekitar

sehingga dapat terciptanya suatu koalisi yang solid untuk mencapai tujuan

bersama baik dari UNSOED maupun masyarakat sekitar.

BAB V

22 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. Dasar-Dasar Politik Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004. Hal 2323 ibid

Page 34: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh penulis maka dapat

disimpulkan bahwa BOPP dalam perspektif masyarakat sekitar UNSOED

adalah status hukum daripada BOPP sendiri masih diragukan karena belum

adanya kekuatan hukum tetap yang menaunginya serta menjadi landasan

hukum yang jelas dari keberadaan BOPP itu sendiri serta ditambah lagi

dengan ketidakmampuan masyarakat Kabupaten Banyumas menjangkau dan

mengakses pendidikan di UNSOED yang biayanya terlalu tinggi sehingga

dengan diberlakukanya kebijakan BOPP masyarakat sekitar UNSOED banyak

yang menjadi pengangguran dan buruh diluar Purwokerto serta ketidak

sinkronan antara realita UNSOED hari ini dengan tujuan awal dibangunnya

UNSOED.

B. Saran

Penulis menyarankan kebijakan mengenai BOPP dihapuskan karena

memberatkan masyarakat sekitar UNSOED, dan kebijakan BOPP merupakan

bentuk dari komersialisasi pendidikan yang dilakuakan oleh UNSOED, serta

apabila UNSOED akan mengambil suatu kebijakan haruslah melibatkan

masyarakat sekitar UNSOED, dan memberikan timbal balik yang sepadan

kepada masyarakat lingkungan sekitar sehingga dapat memenuhi tujuan awal

dan utama dari dibentuknya UNSOED itu sendiri.

Page 35: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

“ Janganlah tuan percaya pada pendidikan sekolah.

Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit-bandit yang

sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau

guru itu sudah pula bandit pada dasarnya. “

-Pramoedya Ananta Toer-

Daftar pustaka

Page 36: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Literature

Freire, Paulo. Politik Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2007

Hadjon , Philpus M.. Pengantar administrasi Negara. Yogyakarta. Gajah Mada

Press. 2005

Lexi, Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mu’arif. 2008. Liberalisasi pendidikan. Pinus. Yogyakarta

Soegiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta

Soekanto, Soerjono. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. PT RajaGrafindo

Persada. 1998

Sunggono, Bambang. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada. 2003

Soyomukti, Nurani. Metode pendidikan Marxis Sosialis. Yogyakarta: AM Ar-ruzz

Media.2008

Syaukani, Imam dan A. Ahsin Thohari. Dasar-Dasar Politik Hukum. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2004.

Urger, Roberto M.. Teori Hukum Kritis. Bandung. Nusamedia

\

Pearaturan perundang-undangan

Page 37: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi

UU No. 9 tahun 2009 tentang BHP

UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara

Internet

www.banyumaskab.go.id

http://lpm-memi.blogspot.com/2009/06/bopp-dan-mahasiswa.html.

www.unsoed.ac.id

Lampiran I

Page 38: Bopp Dalam Perspektif Masyarakat Sekitar Unsoed

Draft wawancara

1. Apa dampak langsung dengan adanya universitas negeri di lingkungan anda?

2. Bagaimanakah dampak yang anda rasakan dengan biaya pendidikan yang

mahal, khususnya biaya diperguruan tinggi?

3. Apakah anda pernah dilibatkan secara langsung dalam pengambilan kebijakan

oleh pihak UNSOED?

4. Apakah mengerti yang dimaksud dengan BOPP?

5. Apakah dampak langsung yang anda rasakan dengan adanya kebijakan BOPP

di UNSOED?

6. Apakah anda setuju dengan diberlakukannya kebijakan BOPP di UNSOED?

7. Apakah ada harapan anda kepada UNSOED?