BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN · PDF file- kontrak harga satuan dibolehkan...

download BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN · PDF file- kontrak harga satuan dibolehkan pekerjaan tambahan maksimal 10% dari nilai kontrak awal. ... dituangkan dalam gambar detail disain

If you can't read please download the document

Transcript of BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN · PDF file- kontrak harga satuan dibolehkan...

  • BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN

    UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

    Oleh : Abu Sopian

    (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

    Abstrak

    Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan kontrak, Pejabat Pembuat

    Komitmen (PPK) harus menetapkan jenis kontrak yang digunakan. PPK dapat memilih

    salah satu di antara 3 (tiga) jenis kontrak yaitu: kontrsk lump sum; kontrak harga satuan;

    kontrak gabungan (sebagian lump sum dan sebagian harga satuan). Kontrak lump sum

    diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya sudah pasti, kontrak harga satuan

    diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya masih bersifat perkiraan, kontrak gabungan

    diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya sebagian sudah pasti dan sebagian masih

    bersifat perkiraan.

    Dalam hal terdapat perbedaan kondisi di lapangan pada saat penyelesaian pekerjaan dapat

    dilakukan perubahan kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

    - kontrak lump sum tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. - kontrak harga satuan dibolehkan pekerjaan tambahan maksimal 10% dari nilai kontrak

    awal.

    - kontrak gabungan, porsi lump sum tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang sedangkan porsi harga satuan dibolehkan maksimal 10% dari nilai kontrak awal.

    Untuk membuka kemungkinan dilakukannya penambahan/pengurangan pekerjaan pada

    pekerjaan konstruksi, PPK lebih memilih menggunakan jenis kontrak harga satuan.

    Permasalahannya adalah, apakah dibolehkan menggunakan kontrak harga satuan pada

    pekerjaan konstruksi. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

    Kata Kunci : Pekerjaan konstruksi, disain perencanaan, kontrak lump sum, kontrak harga

    satuan, pekerjaan tambah/kurang.

    A. Perencanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Pengadaan pekerjaan konstruksi dilaksanakan dengan lebih dahulu menyusun rencana yang

    dituangkan dalam gambar detail disain bangunan. Gambar detail disain bangunan

    gedung/rumah dinas pemerintah yang akan dikerjakan/dibangun disusun oleh konsultan

    perencanaan sebelum proses pemilihan penyedia pekerjaan. Dalam proses pemilihan

    penyedia pekerjaan yang dilakukan dengan cara lelang, gambar detail disain bangunan

    tersebut telah dijadikan bahan rujukan utama bagi para peserta lelang dalam

    memperhitungkan harga penawarannya. Setiap komponen pekerjaan yang akan

    dilaksanakan oleh penyedia sebagai pemenang lelang telah diperhitungkan dalam surat

    penawarannya. Pengurangan maupun penambahan pekerjaan akan berdampak pada

    pengurangan/penambahan biaya.

    Dalam kenyataannya menyusun disain rencana detail bangunan yang benar-benar sempurna

    bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai manusia konsultan perencana tidak luput dari

    kekurangan dan kesalahan. Sekecil apapun kemungkinannya, tetap saja bisa terdapat

    http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_29_2000.pdf#page=2http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_29_2000.pdf#page=2http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_29_2000.pdf#page=3http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_29_2000.pdf#page=3

  • kesalahan/kekurangan dalam perencanaan baik yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang

    luput dari perhitungan konsultan perencana seperti kesalahan dalam menilai jenis tanah di

    lokasi bangunan maupun yang disebabkan oleh kondisi lain yang terjadi pada saat

    pelaksanaan pekerjaan. Contoh kesalahan konsultan perencana adalah tidak

    memperhitungkan perlunya pemasangan cerucup untuk menahan agar tanah tidak longsor.

    Pada saat pengerjaan bangunan diketahui bahwa diperlukan pemasangan cerucup untuk

    menghindari terjadinya tanah longsor yang dapat membahayakan bangunan. Contoh kondisi

    yang terjadi diluar kesalahan konsultan perencanaan adalah pengurangan sebagian pekerjaan

    yang sudah direncanakan disebabkan oleh kegagalan pembebasan lahan. Pada saat akan

    dilaksanakan sebagian pekerjaan tidak dapat dilaksanakan karena ditentang oleh masyarakat

    pemilik lahan.

    Kesalahan perencanaan tersebut tidak mungkin diabaikan begitu saja dengan tetap

    melaksanakan pekerjaan menurut disain yang keliru. Pemasangan cerucup dalam contoh di

    atas jika tidak dilakukan dapat menyebabkan robohnya bangunan yang ada. Sedangkan

    pembangunan di atas tanah yang masih diklaim oleh masyarakat dalam contoh di atas tidak

    mungkin dilanjutkan karena ditentang oleh masyarakat/pemilik lahan.

    B. Peraturan Tentang Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

    Peraturan tentang kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam pasal 50 Perpres

    nomor 70 tahun 2012 dan pasal 51 Perpres nomor 54 tahun 2010.

    Pasal 50 Perpres nomor 70 tahun 2012 berbunyi PPK menetapkan jenis Kontrak

    Pengadaan Barang/Jasa dalam rancangan kontrak.

    Pasal 51 ayat (1) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi: Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian

    seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak,

    dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai

    dengan isi kontrak;

    d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

    Pasal 51 ayat (2) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi:

    Kontrak harga satuan merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

    seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai

    berikut:

    a. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu;

    b. Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani;

    c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan

    d. Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan

    Pasal 51 ayat (3) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi:

  • Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang merupakan gabungan

    Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.

    Berdasarkan ketentuan tersebut diatas dipahami bahwa: kontrak lump sum digunakan untuk

    penyelesaian pekerjaan yang volumenya sudah dapat dipastikan, kontrak harga satuan

    digunakan untuk penyelesaian pekerjaan yang volumenya masih berupa perkiraan atau

    belum dapat dipastikan, kontrak gabungan adalah kontrak untuk pekerjaan yang volumenya

    sebagian sudah pasti dan sebagian masih bersifat perkiraan. Contoh pekerjaan yang

    volumenya sudah pasti adalah pembangunan gedung kantor. Contoh pekerjaan yang

    volumenya masih perkiraan adalah pengadaan bahan makan untuk narapidana. Contoh

    pekerjaan yang volumenya sebagian masih bersifat perkiraan adalah pembangunan gedung

    kantor dengan pondasi tiang pancang pada lahan tanah yang labil. Volume untuk pekerjaan

    fisik gedung sudah pasti sedangkan volume untuk tiang pancang masih bersifat perkiraan.

    Berdasarkan uraian di atas jenis kontrak yang tepat untuk pekerjaan konstruksi adalah

    kontrak lump sum. Dalam hal bangunan tersebut dibangun di atas tanah yang labil dan

    pondasi yang digunakan adalah tiang pancang yang belum dapat dipastikan volumenya

    maka dapat digunakan kontrak gabungan. Kontrak harga satuan tidak boleh digunakan

    untuk pekerjaan konstruksi karena volume pekerjaan konstruksi sudah dapat dipastikan.

    Pembayaran atas pekerjaan konstruksi seperti pembangunan gedung tidak mungkin dihitung

    berdasarkan unit price. Kalaupun jumlah gedung yang dibangun lebih dari satu unit maka

    harga gedung yang satu tentu berbeda dengan harga gedung yang lainnya.

    C. Masalahan Kontrak Pekerjaan Konstruksi Masalah yang paling sering muncul dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah tidak

    dibolehkannya penambahan/pengurangan pekerjaan. Padahal di satu sisi

    kesalahan/kekurangan perencanaan merupakan hal yang sering ditemukan, dan di sisi lain

    setiap kesalahan/kekurangan perencanaan harus diatasi dengan penambahan dan/atau

    pengurangan pekerjaan. PPK dan penyedia sebagai pihak yang terikat dalam kontrak tidak

    mungkin melanjutkan penyelesaian pekerjaan menurut rencana yang didalamnya terdapat

    kesalahan tanpa melakukan penambahan/pengurangan pekerjaan, apalagi akibat jika

    pelaksanaan kontrak tersebut dapat menimbulkan kerugian negara. Jika para pihak berkeras

    untuk tidak menambah/mengurangi pekerjaan maka yang pasti terjadi adalah:

    a. penyedia memilih untuk tidak meneruskan kontrak dan menerima risiko blacklist. b. pekerjaan dilanjutkan sesuai rencana dan hasilnya tidak sempurna karena ada pekerjaan

    yang seharusnya ditambahkan tidak dilakukan, atau terdapat pemborosan karena ada

    pekerjaan yang seharusnya dikurangi tidak tetapi tetap dikerjakan.

    Masalah tersebut disebabkan karena adanya ketentuan pasal 51 ayat (1) huruf f Perpres

    nomor 54 tahun 2010 yang tidak membolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. Pasal 51

    ayat (1) huruf f Perpres nomor 54 tahun 2010 tersebut dimaksudkan untuk:

    1. Mengharuskan para konsultan perencana menyusun disain perencanaan bangunan secara lengkap dengan memasukkan seluruh komponen pekerjaan yang perlu dikerjakan

    ke dalam gambar disain bangunan, sehingga pengerjaan fisik bangunan dapat dilakukan