Bobi Pendahuluan Ruptur Hepar

2
Pendahuluan Lebih kurang 80% cedera pada hepar disebabkan trauma tembus, sementara 15-20% terjadi karena trauma tumpul. beberapa tahun terakhir ini seluruh angka kematian pasien dengan trauma hepar sekitar 10-15%. Hal ini banyak dipengaruhi oleh penyebab luka pada hepar, seperti luka bacok angka kematiannya hanya 1%, sementara cedera hepar yang besar yang melibatkan vena hepatica angka kematiannya berkisar 45-50%. Ruptur hepar diketahui dengan CT scan, dan dapat ditangani tanpa operasi jika tidak terjadi hipotensi yang bermakna (Schwartz, 2000). Apabila ruptur hepar tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi yaitu hematoma subkapsular, abses hepatic, dan hematobilia yang ditandai oleh perdarahan gastrointestinal atas atau bawah, ikterik obstruktif, nyeri kolik abdomen. Saat ini dianjurkan untuk mengawasi hematoma ini dengan CT scan. Jika dicurigai terjadi perdarahan intrahepatik terus menerus, maka tindakan arteriografi hepatic dengan embolisasi selektif mungkin cukup membantu (Schwartz, 2000). Penegakkan diagnosis rupture hepar dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat trauma; pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi; rontgen; Ultra SonoGrafi; CT Scan abdomen Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) yang merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien

description

Bobi Pendahuluan Ruptur Hepar - Universitas jenderal Soedirman Purwokerto Blok Ecce 2

Transcript of Bobi Pendahuluan Ruptur Hepar

PendahuluanLebih kurang 80% cedera pada hepar disebabkan trauma tembus, sementara 15-20% terjadi karena trauma tumpul. beberapa tahun terakhir ini seluruh angka kematian pasien dengan trauma hepar sekitar 10-15%. Hal ini banyak dipengaruhi oleh penyebab luka pada hepar, seperti luka bacok angka kematiannya hanya 1%, sementara cedera hepar yang besar yang melibatkan vena hepatica angka kematiannya berkisar 45-50%. Ruptur hepar diketahui dengan CT scan, dan dapat ditangani tanpa operasi jika tidak terjadi hipotensi yang bermakna (Schwartz, 2000).Apabila ruptur hepar tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi yaitu hematoma subkapsular, abses hepatic, dan hematobilia yang ditandai oleh perdarahan gastrointestinal atas atau bawah, ikterik obstruktif, nyeri kolik abdomen. Saat ini dianjurkan untuk mengawasi hematoma ini dengan CT scan. Jika dicurigai terjadi perdarahan intrahepatik terus menerus, maka tindakan arteriografi hepatic dengan embolisasi selektif mungkin cukup membantu (Schwartz, 2000). Penegakkan diagnosis rupture hepar dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat trauma; pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi; rontgen; Ultra SonoGrafi; CT Scan abdomen Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) yang merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau tidak responsive tanpa indikasi yang jelas untuk eksplorasi abdomen (Schwartz, 2000).Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.