Blok 29 Lili Andriani

download Blok 29 Lili Andriani

of 8

Transcript of Blok 29 Lili Andriani

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    1/8

    Ventrikel Fibrilasi

    Lili Andriani

    102011252

    Kelompok : B8

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

    email :[email protected]

    Pendahuluan

    Ventrikel fibrilasi (VF) merupakan sebuah takiaritmia letal dengan angka kematian

    sangat tinggi bila tidak dilakukan defibrilasi segera. Sebagian besar kematian jantung mendadak

    disebabkan oleh takiaritmia ini. Pada pasien infark miokardium akut, komplikasi ini juga

    merupakan sebab kematian paling tinggi. Semua kelainan jantung jenis apapun dapat

    mengalamiVF.

    Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang bagaimana proses terjadinya VF serta

    cara penanganan pertama yang harus dilakukan pada seseorang yang mengalami VF. Tujuan

    penulisan tinjauan pustaka ini adalah agar menambah wawasan pembaca tentang ventrikel

    fibrilasi.

    Anamnesis

    Pasien dengan shock berada dalam keadaan tidak sadar sehingga autoanamnesis tidak

    memungkinkan. Pada keadaan ini dapat dilakukan allo-anamnesis pada kerabat terdekat yang

    berada dengan pasien. Hal yang dapat ditanyakan pada anamnesis adalah:

    Usia pasien

    Riwayat penyakit sekarang seperti sudah berapa lama pasien tidak sadar, adakah gejala

    yang dirasakan maupun tampak dari pasien sebelum mengalami shock, riwayat trauma

    juga perlu dipikirkan karena ada kemungkinan terjadi perdarahan gastrointestinal yang

    menyebabkan shock hipovolemik.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    2/8

    Riwayat penyakit sebelumnya seperti adanya hipertensi, diabetes mellitus, gangguan

    jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung akut dan kronik, pericarditis), serta

    adanya riwayat demam dan infeksi (pada shock sepsis).

    Riwayat terapi termasuk obat yang pernah maupun masih dikonsumsi pasien.

    Kebiasaan pasien, termasuk merokok dan minum alkohol.

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan Fisik yang dilakukan meliputi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda

    vital dan pemeriksaan lainnya. Keadaan umum pasien tampak lemah, pucat, kelelahan serta

    berkurangnya kemampuan menanggapi rangsang. Tingkat kesadaran pasien dapat somnolen

    sopor. Penilaian derajat kesadaran dapat dilakukan dengan menggunakan Glasgow Coma Scale.

    Respons Jenis Respons Poin

    Eye Opening (E) Spontan mata berkedip 4

    Terbuka dengan perintah bicara/jeritan 3

    Terbuka pada rangsangan sakit 2

    Tidak ada respons dengan suara & rasa sakit 1

    Verbal (V) Percakapan terorientasi 5

    Bicara membingungkan, dapat menjawab 4

    Respons tidak jelas, kata-kata tidak cocok 3

    Kata-kata sembarangan 2

    Tidak ada respons terhadap pertanyaan 1

    Motorik (M) Melakukan gerakan yang diperintahkan 6

    Tahu lokasi rangsang sakit (rasa sakit lokal) 5

    Tidak merasakan sakit 4

    Fleksus tidak normal, decorticate posture

    fleksi sendi siku/elbows

    3

    Ekstensor abnormal (rigit), decerebrate posture 2

    Tidak ada respons nyeri 1Tabel 1: Glasgow Coma Scale. Sumber : Dokumen Pribadi

    Pada pasien shock denyut nadi dapat menjadi lemah namun cepat hingga tidak teraba.

    Tekanan darah sistolik dapat turun hingga kurang dari 90 mmHg. Suhu tubuh umumnya

    menurun karena adanya gangguan sirkulasi dan paling dapat dirasakan pada akral tubuh, namun

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    3/8

    pada keadaan shock sepsis dapat dijumpai akral yang hangat. Pernapasan umumnya cepat dan

    dangkal.1

    Pemeriksaan Jugular Vein Pressure juga dapat dilakukan. Nilai normal JVP berkisar dari

    5 -2 cmH2O hingga 5 +4 cmH2O. Peningkatan tekanan vena jugularis yang menyebabkan

    terjadinya distensi vena merupakan salah satu tanda terjadinya shock kardiogenik. Bila ada

    kecurigaan shock kardiogenik maka harus dicari penyebabnya. Auskultasi bunyi jantung dapat

    membantu untuk investigasi awal. Perhatikan adanya murmur, gallop maupun bunyi jantung

    yang abnormal lainnya.2

    Pemeriksaan Penunjang

    Elekrokardiografi (EKG)

    Rekaman EKG menunjukkan gambaran sentakan mendadak dan tidak teratur. Tidak ada

    kompleks QRS sejati.2 Karateristik : Frekwensi: Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif,

    Gelombang P: Tidak terlihat, Kompleks QRS: Cepat, undulasi ireguler tanpa pola yang khas

    (multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar, Hantaran: Banyak focus di

    ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi;

    tidak terjadi kontraksi ventrikel, Irama: Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang

    khusus.3

    Ventrikel Fibrilasi

    Pada VF, kontraksi ventrikel yang sangat cepat tidak memungkinkan adanya pengisian

    dan kontraksi ventrikel. Akibatnya hemodinamik akan langsung kolaps. Pasien sendiri akan

    tampak seperti kejang, disertai apneu dengan gagal sirkulasi. Defibrilasi adalah satu-satunya cara

    untuk menghentikan kontraksi ventrikel yang sangat tidak terkoordinasi ini. Meskipun jarang,

    VF kadang hanya berlangsung sementara (berubah spontan kembali ke irama sinus). Pada EKG

    kita akan melihat aktivitas ventriekl yang sangat kacau ditandai oleh gelombang fibrilasi.

    Morfologi kompleks QRS sangat beragam. Gelombang fibrilasi ini sendiri dapat terlihat kasar

    (koarse) atau lebih halus (fine). Ini adalah salah satu aritmia yang tidak boleh tidak terdiagnosis.4

    Etiologi

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    4/8

    Penyebab utama Fibrilasi Ventrikel adalah infark miokard akut, blok AV total dengan respons

    ventrikel sangat lambat, gangguan elektrolit (hipokalemia dan hiperkalsemia), asidosis berat,

    medikasi proaritmik, perubahan keseimbangan jalur simpatik dan parasimpatik (terutamanya

    peningkatan katekolamin), hipotermia atau hipertermia, penyakit listrik primer (sindrom

    pemanjangan QT, sindrom Brugada, takikardia ventrikular polimorfik) dan hipoksia/iskemik.

    Salah satu penyebab Fibrilasi Ventrikel primer yang sering pada orang dengan jantung normal

    adalah sindrom Brugada.2Pada keadaan ini terjadi kelainan genetik pada gen yang mengatur

    kanal natrium (SCN5A) sehingga tercetus VF primer. Angka kejadiannya tinggi pada populasi

    Asia dan kelompok laki-laki usia muda. Pada EKG permukaan saat irama sinus ditemukan

    adanya gambaran RBBB inkomplit dengan elevasi ST di sadapan V1-V3. VF akan menyebabkan

    tidak adanya curah jantung sehingga pasien dapat pingsan dan mengalami henti nafas dalam

    hitungan detik. VF kasar (coarse VF) menunjukan aritmia ini baru terjadi dan lebih besar

    peluangnya untuk diterminasi dengan defibrilasi. Sedangkan VF halus sulit dibedakan dengan

    asistol dan biasanya sulit diterminasi.

    Epidemiologi

    Fibrilasi ventrikel umumnya merupakan tanda dari penyakit jantung koroner dan bertanggung

    jawab dari sekitar 50% kematian akibat PJK. Frekuensi fibrilasi ventrikel di seluruh dunia

    kurang lebih sama dengan frekuensinya di Amerika Serikat.

    Insiden fibrilasi ventrikel pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita (3 : 1). Rasio ini

    merupakan refleksi dari tingginya insiden PJK pada pria dari pada pada wanita. Insiden fibrilasi

    ventrikel sebanding dengan insiden PJK, dengan puncak terjadi pada usia 45-75 tahun. Fibirlasi

    Ventrikel ( Ventricular Fibrillation) (VT) tanpa denyut adalah penyebab tersering henti jantung

    yang dapat disembuhkan. Tingkat keberhasilan menurun 7-10% untuk tiap menit tiap

    defibrilasi.5

    Patofisiologi

    Membran plasma otot jantung membutuhkan jangka waktu tertentu untuk bisa kembali ke

    potensial istirahat utuk kemudian bisa kembali menghantarkan potensial aksi kembali.

    Misalkan dalam jantung terdapat satu bagian yang mengalami potensial aksi. Kemudian

    potensial aksi ini menjalar ke bagian lain dari jantung ( kecuali dari arah ventrikel ke atrium

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    5/8

    karena celah atrioventrikular hanya bisa dilalui potensial aksi dari atrium ke ventrikel )

    kemudian karena potensial aksi muncul di tempat yang tidak semestinya dan menyebar tidak

    pada arah yang seharusnya aka ada sebagian otot jantung yang terdepolarisasi dan ada yang

    tidak sehingga potensial aksi bisa kembali lagi ke tempat asalnya begitu seterusnya. Hal ini

    menyebabkan potensial aksi dari nodus sino atrial tidak membuat otot ventrikel jantung

    terdepolarisasi, ingat bahwa untuk melakukan potensial aksi otot jantung juga membutuhkan

    semacam waktu istirahat sedangakan di ventrikel sedang ada potensial aksi yang lepas kendali

    dan berputar-putar saja sehingga tidak memberi otot jantung waktu beristirahat. Hal ini

    menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah kalau terjadi pada ventrikel dan kalau hal ini

    terus dibiarkan dapat menyebabkan kematian. Kalau hal ini terjadi pada atrium, jantung masih

    bisa memompa darah walaupun tidak efektif sehingga penderitanya masih bisa bertahan untuk

    beberapa bulan.6

    Manifestasi Klinis

    pasien yang mengalami dan keluar dari serangan jantung di rumah sakit, 75% memiliki VF

    sebagai irama jantung awal mereka. mereka berhasil diresusitasi, 75% Cardiac Arrest Disease

    yang signifikan, dan 20% sampai 30% memiliki infark transmural. Pasien tanpa etiologi iskemik

    memiliki dan peningkatan risiko episode selanjutnya dari kematian mendadak, sedangkan

    mereka yang memiliki Miocard Infark terkait dengan prediktor kematian mendadak (Sudden

    Cardiac Disease) termasuk bukti iskemia, penurunan fungsi ventrikel kiri sistolik, 10 atau lebih

    prematur ventrikel kompleks per jam pada telemetri , diinduksi atau spontan VT, hipertensi dan

    hipertrofi ventrikel kiri, merokok, jenis kelamin laki-laki, obesitas, kolesterol tinggi, usia lanjut,

    dan penggunaan alkohol yang berlebihan.7

    Kejadian aritmia ditandai khas oleh insidensi tinggi pasien yang sadar dan aktif bergerak

    segera sebelum kejadian, didominasi oleh VF sebagai mekanisme elektris, dan mempunyai

    durasi penyakit terminal yang pendek (

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    6/8

    mendadak, takirkardia persisten atau serangan vertigo. Namun demikian, awitan serangan

    jantung ini pada banyak pasien berlangsung dengan cepat tanpa gejala pendahuluan yang

    peringatan sebelumnya.8

    Penelitian jangka panjang pada populasi baik yang tidak diseleksi maupun yang berisikotinggi menunjukkan bahwa mati jantung mendadak dapat didahului dengan gejala angina,

    dyspnea, palpitasi, keluhan mudah letih, dan keluhan nonspesifik lainnya selama beberapa

    hari,minggu atau bulan. Namun demikian, semua keluhan prodmoral ini merupakan petunjuk

    untuk meramalkan untuk setian kejadian jantung yang penting. Diantara pasien henti jantung

    yang terjadi diluar rumah sakit yang bertahan hidup, 28 persen melaporkan adanya gejala awal

    yang baru berupa memburuknya angina pectoris atau dyspnea sebelum serangan henti jantung.

    Gejala prodmoral berguna untuk mengidentifikasi pasien yang berada pada resiko terjadinya

    kardiovaskular.

    Awitan (onset) peristiwa terminal, yang berlanjut menjadi henti jantung, didefinisikan

    sebagai perubahan akut status kardiovaskualr yang mendahului henti jantung sampai 1 jam. Bila

    gejala awitan terjadi mendadak atau segera, maka probabilitas bahwa henti berasal dari jantung

    dan dikaitkan dengan penyakit arteri koronaria yang mendasari adalah >95%. Hampir semua

    henti jantung yang terjadi melalui mekanisme fibrilasi ventrikel (VF) akan dimulai dengan

    takikardi ventrikel (VT) yang persisten atau nospesifik, yang kemudian berlanjut menjadi

    fibrilasi ventrikel.8

    Penatalaksanaan

    Untuk mengatasi fibrilasi bisa dilakukan defibrilasi elektrik. Yang dimaksud dengan

    defibrilasi elektrik adalah pemberian kejutan listrik tegangan tinggi pada jantung agar semua otot

    jantung terdepolarisasi disaat yang sama lalu kemudian pada giliran berikutnya penyebaran

    potensial aksi kembali normal. Pemberian kejutan listrik ini bisa dengan dosis 110 volts selama

    0,1 detik atau 1000 volts selama beberapa ratus mikro detik.

    Meskipun fibrilasi dapat diatasi dengan defibrilasi elektrik, tetapi biasanya masalah tidak

    selesai begitu saja. Jika fibrilasi terjadi selama paling tidak 1 menit, otot jantung menjadi sangat

    lemah untuk memompa darah karena kekurang oksigen dan nutrisi pasca berhentinya

    pemompaan darah. Hal ini bisa diatasi dengan CPR.

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    7/8

    Cardio pulmonary resuscitation atau CPR atau jantung paru resusitasi adalah penggantian

    fungsi jantung dan paru yang diperuntukkan bagi berhentinya jantung yang terjadi karena kejutan

    listrik, tenggelam, berhenti bernafas, dan sebab lainnya. Dua bagian utama dari CPR adalah

    bantuan pernapasan dan pemijatan dada. Oleh karena itu CPR bisa digolongkan pendukung

    kehidupan darurat atau pertolongan darurat.

    Menurut Prof. dr Ruswan Dachlan Sp An KIC, CPR dapat menggandakan kesempatan

    korban untuk selamat jika dilakukan dengan segera. Hal ini dikarenakan jika ditunda-tunda maka

    dalam 5 sampai 8 menit maka akan terjadi kecacatan mental permanen atau kerusakan jaringan

    otak. Jika dibiarkan lebih lama lagi maka dapat dipastikan korban akan meninggal.

    Berdasarkan pengalaman dalam unit perawatan koroner dan program latihan yang diawasi,

    mungkin sebagian besar korban kematian mendadak dapat diresusitasi pada saat henti yang

    dengan sokongan kardiopulmoner segera dan defibrilasai. Sehingga penting bagi sebagian

    masyarakat dilatih untuk memulai CPR sesegera setelah henti jantung dan bahwa sistem

    paramedis disusun untuk berespon dengan defibrilator dalam 3 menit.6

    Penderita yang mengalami fibrilasi telah dilakukan pengobatan melalui massage jantung (metoda

    mekanik) namun akan sangat berhasil apabila dilakukansyok listrik, 60 Hz. AC, 6 amper dalam

    waktu 0,25 sampai 1 detik. Penggunaan syok listrik untuk mengsinkronisasikan rithme jantung

    disebut couthershock. Apabila penderita tidak memberikan respon, dapat dilakukan pengulangan

    hingga terjadi defibrilasi. Metode couteshock ini dikenal dengan nama defibrilasi. 9

    Prognosis

    Daftar pustaka

    1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL. Harrisons principal of internal medicine. 17th

    edition.

    New York: The McGraw Hill Companies, 2008. p. 1425-42.

    2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi 5.

    Jakarta: Interna Publishing, 2009. p. 1623-9.

    3. Gray, Huon H.,dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

    4. Henry A, Pakpahan P. elektrokardiografi ilustratif. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia. H. 134.

    5. Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta. Erlangga.

  • 8/10/2019 Blok 29 Lili Andriani

    8/8

    6. Arthur C Guyton, John E Hall. 2008. Textbook of Medical Physiology 11 edition. Delhi :

    Saunders Elsevier.

    7. Griffin, Brian P. manual of cardiovascular medicine. Jakarta: EGC; 2009. H. 318.

    8. Isselbacher, Kurt J; Braunwald, E; Wilson, Jean D; Martin, Joseph B; Fauci, Anthony S

    and Kasper, Dennis L. 1999. Harisons Priciples of internal Medicine. . Singapore.

    Arrangement with McGraw-Hill Bock Co.

    9. Gabriel F. fisika kedokteran. Jakarta: EGC; 2000. H. 257.

    10.