Blok 13 Punya Ayuu

download Blok 13 Punya Ayuu

of 3

description

jh

Transcript of Blok 13 Punya Ayuu

I. Klarifikasi IstilahII. Identifikasi masalah1. Apa Hubungan kebiasaan pasien yang suka main kucing dengan riwayat penyakit sekarang

III. LO ( learning Objektiv )1. Tinea Pedis Definisi Adalah infeksi jamur superfisial pada pergelangan kaki, telapak dan sela sela disebut juga athletes foot Etiologi Epidermophyton Trichophyton Microsporum C. Albicans Dapat ditularkan secara kontak langsung atau tidak langsung. Epidemiologi Banyak terjadi pada daerah tropis Faktor predisposisi Usia : semua usia Jenis kelamin : Dapat menyerang pria dan wanita Bangsa / ras : Bangsa yg hidup di daerah tropis Daerah : lebih banyak di daerah tropis Musim / iklim : iklim panas memperburuk penyakit Lingkungan : panas dan lembab, serta sepatu yang sempit sering mempermudah infeksi Patofisiologi Infeksi dermatofita melibatkan 3 langkah utama. Yang pertama perlekatan ke keratinosit, jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin di antaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal lain, sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea bersifat fungistatik. Yang kedua penetrasi melalui ataupun di antara sel, setelah terjadi perlekatan spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses deskuamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur ke jaringan. Langkah terakhir perkembangan respon host, derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed Type Hypersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatifita. pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya inflamasi menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin test hasilnya negatif. Infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Manifestasi Klinis Tipe papulo skeamosa hiperkeratotik kronis :Jarang didapat vesikel dan pustula, sering pada tumit dan tepi kaki dan kadang kadang sampai ke punggung kaki. Eritema dan plak hiperkeratotik di atas daerah lesi yang mengalami likenifikasi. Biasanya simestris, jarang dikeluhankan dan kadang kadang tak begitu dihiraukan oleh penderita. Tipe intertriginosa kronik :Manifestasi klinis berupa fisura pada jari jari, tersering pada sela jari kaki ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai bau yang tidak enak. Tipe subakut :Lesi intertriginosa berupa vesika atau pustula. Dapat sampai ke punggung kaki dan rumit dengan eksudat yang jenih, Kecuali jika mengalami infeksi sekunder. Proses subakut dapat diikut selulitis, limfangitis, limfadenitis dan erisipelas. Tipe akut :Gambaran lesi akut, eritema , edema, berbau. Lebih sering menyerang pria. Kondisi hiperhidrosis dan maserasi pada kaki, stasis vaskular, dan bentuk sepatu yang kurang baik terutama merupakan predisposisi untuk mengalami infeksi. Effloresensi Fisura pada sisi kaki, beberapa milimeter sampai 0,5 cm. Sisik halus putih kecoklatan. Vesikula miliar dan dalam Vesikopustula miliar sampai lentikular pada telapak kaki dan sela jari. Hiperkeratotik biasanya pada telapak kaki Penegakan diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang : Pemerksaan kulit Lokalisasi : interdigitalis, antara jari jari ke 3,4 dan 5, serta telapak kaki. Efforesensi Pemeriksaan histopatologi Kerokan kulit + KOH 10 % Biakan agar sabouraud : tumbuh koloni koloni jamur Sinar wood : fluoresensi positif Penatalaksanaan Non MedicamentosaProfilaksis sangat penting, mengeringkan kaki dengan baik setiap habis mandi, kaus kaki yang selalu bersih dan bentuk sepatu yang baik Medicamentosa Gliseofulvin 500 mg sehari selama 1 2 bulan Salep whitfield I atau II, tolnaftaf dan toksiklat berkhasiat baik Obat obat gol Azol dan Terbinatif memberi hasi yang baik. Prognosis Baik asalkan dilakukan pencegahan dan pengobatan yang adekuat.

Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Budimulja, U. sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. : Penyakit Jamur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2008 Siregar, Atlas Berwarna Saripati Kulit. Ed.2. Jakarta.2004