blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh...

61
PRAKTIK EKSPOR DAN IMPOR Disusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Bisnis Internasional Oleh: ISMOKO BAYU P :115020205111001 SITI ZULAIKHA :115020205111004 FIKRI FAHMI HAKIM :115020202111006 OCTAVIANI EKA P :115020201111063 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

PRAKTIK EKSPOR DAN IMPORDisusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Bisnis Internasional

Oleh:

ISMOKO BAYU P :115020205111001SITI ZULAIKHA :115020205111004FIKRI FAHMI HAKIM :115020202111006OCTAVIANI EKA P :115020201111063

Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas BrawijayaMalang

2013

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini,

yang berjudul “PRAKTIK EKSPOR DAN IMPOR”. Dengan tepat pada

waktunya. Makalah ini disusun gguna memenuhi tugas mata kuliah Bisnis

Internasional.

Dalam penyusunan makalah ini alhamdulillah tidak banyak hambatan

yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah

ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lain berkat bantuan,

dorongan dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.

Oleh karena itu kau mengucapkan terima kasi kepada:

1. Ibu Nadiyah selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas

makalh, petunjuk, serta bimbingan kepada kami. Sehingga kami

termotivasi dan menyelesaikan tugas makalh ini.

2. Teman-teman kelompok 8 yang tetap semangat dalam menyelesaikan

tugas makalah tepat oada waktunya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat

kami harapkan untuk menyempurnakan makalh selanjutnya.

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sering kita mendengar bahwa kegiatan menjual barang atau jasa ke

negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari

negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa

bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat

digunakan untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.

Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk

impor merupakan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang

sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat.

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak

saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi

seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada

industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri

membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang

domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam

antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor

penentu daya saing suatu produk.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008

mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode

yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26

miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor

hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut

meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang

memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas.

Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan

bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-

mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam,

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu,

serta timah.

Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang

tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor

nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut

meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara

itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-

Oktober 2008 sebesar 41,20 persen. Jepang pun masih merupakan negara

tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar (12,80 persen),

diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57 persen),

dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).

Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor

untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat

pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan

dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57

persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-

Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen,

sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan

kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen,

sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.

Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan

meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi

ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September

yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23

miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year

mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PERNGERTIAN EKSPOR DAN IMPOR

Sebuah negara dan perusahaan-perusahaan internasional lainnya,

dalam menjalankan kegiatannya tentu tidak terlepas dari praktik ekspor

dan impor. Ekspor merupakan proses transportasi barang atau komoditas

dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses

perdagangan. Sedangkan eksportir adalah perusahaan atau perorangan

yang melakukan kegiatan ekspor. Untuk lebih mengenal lebih jauh

mengenai praktik ekspor dan impor ini, maka terlebih dahulu akan dibahas

mengenai ekspor.

Ekspor dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil, besar

baik multinasonal maupun internasional. Banyak orang beranggapan

bahwa ekspor dilakukan oleh sebuah perusahaan yang identik dengan

perusahaan besar dan memiliki cabang-cabang di luar negeri. Namun,

ekspor sebenarnya juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil. Hal

ini terlihat pada survei yang dilakukan oleh Biro Sensus AS. Dalam survei

ini diinformasikan bahwa ekspor didominasi oleh sebagian kecil

perusahaan-perusahaan besar, sebanyak 202.185dari keseluruhan 209.455

(96,5%) berasal dari perusahaan-perusahaa kecil sampai menengah yang

nilai ekspor totalnya hanya mencapai 31%. Perusahaan-perusahaan yang

sangat kecil (kurang dari 20 orang pekerja) jumlahnya mencapai dua per

tiga dari seluruh perusahaan AS yang melakukan ekspor ditahun 1998.

2.2. TUJUAN KEGIATAN EKSPOR

Tujuan perusahaan melakukan kegiatan ekspor adalah untuk

meningkatkan keuntungan dan pejualan serta untuk melindungi

keuntungan dan penjualan dari penurunan.

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

2.2.1. ALASAN MELAKUKAN EKSPOR

Alasan-alasan lain yang membuat sebuah perusahaan

melakukan kegiatan ekspor, yaitu:

Untuk melayani pasar di mana perusahaan tidak memiliki

fasilitas produksi atau pabrik lokal tidak memproduksi produk

lengkap campuran dari perusahaan itu.

Untuk memenuhi persyaratan pemerintah di negara tersebut,

yaitu ekpor cabang lokal.Di negara-negara berkembang,

pemerintahnya sering mengharuskan cabang

untuk mengekspor, dan beberapanya mewajibkan perusahaan

itu memperoleh mata uangasing yang cukup untuk menutupi

biaa impornya.

Untuk tetap kompetitif di pasar dalam negeri.

Untuk menguji pasar-pasar di luar negeri dan persaingan luar

negeri dengan biaya yang tidak mahal. Hal ini dilakukan oleh

sebuah perusahaan yang ingin mengetahui bagaimana

masyarakat menerima suatu produk sebelum berinvestasi dalam

fasilitas-fasilitas produk lokal.

Untuk memenuhi permintaan aktual atau prospektif dari

konsumen terhadap sebuahperusahaan untuk mengekpor.

Untuk mengompensasi siklus penjualan di pasar domestik.

Untuk menjual lebih banyak, yang memungkinkan perusahaan

menggunakan kelebihan kapasitas produksinya untuk

menurunkan biaya tetap per unit.

Untuk memperluas daur hidup produk dengan mengekspor ke

negara-negara yangteknologinya kurang berkembang.

Untuk mengalihkan perhatian para pesaing asing yang berada

di pasar dalam negeri perusahaan itu dengan memasuki pasar-

pasar dalam negeri mereka.

Untuk ikut mencicipi kesuksesan yang telah dicapai oleh

berbagai perusahaan lain dengan cara mengekspor.

Untuk meningkatkan tingkat utilisasi peralatan.

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

2.2.2. ALASAN TIDAK MELAKUKAN EKSPOR

Selain perusahaan-perusahan yang ingin melakukan ekspor,

tentu masih banyak perusahaan yang tidak melakukan kegiatan

ekspor. Alasan sebuah perusahaan tidak melakukan ekspor adalah

sibuk mengurusi bisnis dalam negerinya dan enggan untuk terlibat

dalam suatu operasi yang baru dan tidak dikenal, karena hal ini

akan menimbulkan masalah seperti:

o mencari pasar asing yang tepat,

o prosedur pendanaan dan pembayaran,

o dukungan dari pemerintah serta

o prosedur ekspor.

Perusahaan yang tidak melakukan kegiatan ekspor sebagian

besar menyatakan bahwa mereka tidak tahu dari mana harus

memulainya, seperti bagaimana menentukan pasar yang tepat;

takut dengan kerumitannya, misalnya yang berkaitan dengan

prosedur pembayaran, pendanaan, dan ekspor; serta tidak

tahu bahwa informasi dan dukungan dari pemerintah sebenarnya

ada dan siap digunakan.

Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai hal

yang berkaitan dengan bagaimana menentukan pasar luar negeri

yang tepat, bagaimana prosedur pembayaran dan pendanaanya, dan

dukungan pemerintah serta prosedur ekspor itu sendiri.

2.3. MENENTUKAN PASAR LUAR NEGERI YANG TEPAT

Dalam menentukan pasar luar negeri yang tepat, baik itu untuk

ekspor ataupun untuk produksi luar negeri, pertama-tama adalah

menentukan apakah pasar untuk produk-produk perusahaan itu ada atau

tidak. Namun, bagi perusahaan-perusahaan yang baru dibidang ekspor,

apalagi perusahaan tersebut adalah perusahaan kecil, mugkin akan masih

sulit bagi mereka untuk memulai ekspor. Tetapi, di negara seperti AS

terdapat berbagai program bantuan ekspor yang tersedia, seperti:

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Trade Information Center (TIC)

Dapat digunakan untuk mencari informasi mengenai segala

bantuan ekspor daripemerintah federal sekaligus informasi

mengenai pasar regional dari berbagai negara.Tujuan situs TIC ini

adalah untuk mendidik mereka yang tidak berpengalaman

mengenai sumber-sumber daya yang tersedia

sebelum mereka menghubungi TIC secara langsung untuk

menerima bantuan.

International Trade Administration(ITA)

Menawarkan berbagai kegiatan ekspor seperti penyuluhan

ekspor, analisis pasar luar negeri, penilaian kemampuan kompetisi

perusahaan, serta pengembangan kesempatanpasar dan perwakilan

penjualan melalui acara-acara promosi ekspor. Selain itu,

ITA juga memberikan informasi mengenai pasar-pasar dan praktik 

perdagangan di seluruhdunia melalui Trade Development.

Small Business Administration

Menawarkan bantuan melalui kantor-kantor daerahnya bagi

para pengekspor dan calonpengekspor yang skalanya kecil.

Departemen Pertanian

Memberikan informasi mengenai pasar asing untuk produk-

produk pertanian.

Program bantuan ekspor dari Departemen Perdagangan

Memberikan bantuan dalam melakukan riset pasar.

Departemen Perdagangan jugamembantu menentukan lokasi

wakil-wakil di luar negeri dan melakukan penjualanmelalui

pameran-pameran dagaang, serta pertunjukan video dan katalog.

Sumber-sumber bantuan lainnya

Seperti: World Trade Centers Assosiation yang melalui

keanggotaanya, para eksportir dan importir memiliki akses ke

suatu sistem perdagangan online; Dewan Ekspor Distrik yang

terdiri atas pakar-pakar bisnis dan perdagangan sukarela yang

membantu dalam lokakarya dan juga menyediakan layanan

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

konsultasi di antara para eksportir yang berprospek dan

berpengalaman.

Setelah menentukan pasar untuk produk-produk perusahaan

dengan bantuan program ekspor di atas, maka secepat mungkin

rencana pemasaran ekspor harus dibuat. Rencana pemasaran

ekspor, mencakup pasar-pasar yang akan dikembangkan, strategi

pemasaran untuk melayani pasar-pasar tersebut, dan taktik yang

diperlukan untuk menjadikan strategi itu operasional. Rencana

ekspor juga akan menyebutkan apa yang harus dilakukan dan

kapan, siapa yang harus melakukannya, serta berapa banyak uang

yang harus dikeluarkan.

2.4. BAURAN PEMASARAN

Bauran pemasaran berlaku bagi para eksportir, seperti kebijakan

penetapan harga. Harga-harga yang tidak bersaing menyebabkan penjualan

lepas kepada para pesaing, dan penetapan harga yang tidak tepat juga

dapat menyebabkan para eksportir merugi.

2.4.1. SYARAT PENJUALAN

Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan syarat

penjualan yang akan dipilih ketika mengekspor, seperti:

FAS (Free Alongside Ship),

Penjual membayar semua ongkos angkut sampai sisi kapal.

Dimana Free Alongside Ship (FAS) adalah dimana Penjual

melakukan penyerahan barang dengan menggunakan persyaratan

Free Alongside Ship yang memiliki kewajiban utama adalah

pembeli dengan memikul biaya pengangkutan barang dan risiko

terhadap barang. Selain itu pembeli memiliki kewajiban untuk

mengurus formalitas ekspor. Penyerahan barang oleh penjual

kepada pembeli dilakukan di samping kapal pengangkutan. Free

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Alongside Ship hanya dapat dipakai dalam pengangkutan laut atau

pengangkutan antara pulau saja.

Cost, Insurance and Freight (CIF)

Merupakan bagian dari Incoterms. Penyerahan barang

dengan Cost, Insurance and Freight dilakukan di atas kapal,

namun ongkos angkut dan premi asuransi sudah dibayar oleh

penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu penjual wajib

untuk mengurus formalitas ekspor. Selain itu dengan persyaratan

CIF, maka penjual memiliki kewajiban untuk menutup kontrak

asuransi dan melakukan pembayaran premi asuransi. Persyaratan

penyerahan barang dengan CFR hanya dapat dilakukan untuk

pengangkutan laut dan pengangkutan antara pulau saja.

Penjual wajib mentup asuransi angkutan laut terhadap

risiko kerugian pembeli terhadap kerusakan atau kehilangan barang

yang mungkin terjadi selama dalam perjalanan. Meskipun penjual

yang menutup asuransi, risiko atas barang telah berpindah dari

pihak penjual kepada pembeli sejak penyerahan barang di atas

kapal di pelabuhan pengapalan. Sama seperti CFR, nama

pelabuhan tujuan dicantumkan dibelakangterms CIF, misalnya CIF

Tanjung Priok.

CFR (Cost and Freight)

Seperti CIF hanya saja pembeli yang membayar biaya

asuransi. Penjual melakukan penyerahan barang dengan Cost and

Freight dilakukan di atas kapal, namun ongkos angkut sudah

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

dibayar penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu penjual

wajib mengurus formalitas ekspor. Selain itu dengan persyaratan

CFR, maka peralihan risiko dan biaya tambahan beralih setelah

barang dimuat di atas kapal.

DAF (nama tempat): Delivered at Frontier

Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab

sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin

impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.

Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered At

Frontier dilakukan di perbatasan negara tujuan, tetapi belum

memasuki daerah pabean negara tujuan. Selain itu dengan

persyaratan DAF, maka penjual memiliki kewajiban untuk

mengurus formalitas ekspor. Dan bila barang-barang tersebut telah

ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli saat datangnya alat

angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas impornya di

tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi

belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.

Syarat ini berlaku untuk alat angkut apa saja bilamana

barang-barang tersebut harus diserahkan di perbatasan darat. Bila

penyerahan dilakukan di pelabuhan maka penyerahan harus

dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

2.4.2. SYARAT PEMBAYARAN

Setelah mengetahui bagaimana menentukan pasar luar

negeri yang tepat, para eksportir juga dituntut untuk mengetahui

bagaimana prosedur pembayaran dan pendanaan. Berikut ini

adalah jenis syarat pembayaran yang ditawarkan oleh eksportir

kepada pembeli asing:

Uang muka

Ketika reputasi kredit pembeli tidak dikenal/tidak jelas,

uang muka biasanya diperlukan. Tetapi tidak banyak konsumen

yang rela membayar uang mukanya sebelum barang diterima.

Sebagian modal kerja mereka menjadi terikat sampai

barangnya diterima dan dijual. Mereka tidak memperoleh

jaminan akan mendapatkan apa yang mereka pesan.

Rekening terbuka (open account)

Ketika penjualan dilakukan pada rekening terbuka, si

penjual menanggung semua risikonya .Kesepakatan dengan

syarat penjualan ini hanya ditawarkan kepada para konsumen

yang dapat diandalkan di negara-negara yang perekonomiannya

stabil. Penjual akan mempunyai resiko yang tinggi dikarenakan

modalnya akan terikat sampai pembayaran atas penjualannya

diterima.

Konsinyasi

Merupakan suatu prosedur dimana barang dikirimkan ke

pembeli dan pembayarannya tidak dilakukan sampai barang

tersebut terjual. Resikonya ditanggung semua oleh penjual.

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Kesepakatan ini harus dilakukan dengan menyelidiki terlebih

dahulu mengenai pembeli dan negara tempat pembeli itu

berada, sama ketika melakukan rekening terbuka.

Letter of credit (L/C)

Merupakan dokmen yang diterbitkan oleh bank si pembeli

yang berjanji membayar sejumlah nilai tertentu kepada penjual

di saat bank penerbit menerima dokumen-dokumen yang

disyaratkan dalam L/C untuk jangka waktu yang telah

ditentukan.

Wesel dokumen (documentary of draft)

Apabila eksportir tidak yakin dengan kesepakatan L/C

karena alasan politik dan komersial, maka eksportir dapat

menyetujui pembayaran berdasarkan documentary draft, yang

lebih murah. Wesel ekspor (ekspor draft) adalah sebuah

pesanan tanpa syarat yang diberikan oleh penjual kepada

pembeli, berisi instruksi kepada pembeli untuk membayar pada

saat penunjukan (sight draft) atau pada tanggal yang telah

disetujui (time draft).

2.5. PENDANAAN EKSPOR

Sedangkan mengenai pendanaan ekspor, terdiri dari swasta dan

pemerintah. Sumber-sumber pendanaan ekspor tersebut antara lain bank-

bank komersial, anjak piutang, penebusan utang (forfaiting), bank ekspor-

impor (Eximbank), dan Small Business Administration.

o Bank-bank komersial

Melakukan sumber pendanaan ekspor melalui pinjaman untuk

modal kerja danpemberian diskonto wesel berjangka. Dengan

menerima sebuah wesel berjangka, maka bank menerima

tanggungjawab untuk melakukan pembayaran pada saat wesel itu

jatuhtempo.

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

o Anjak piutang

Penerapan harga diskon tanpa memotong piutang. Anjak

piutang digunakan untuk menyediakan modal kerja kepada para

perusahaan manufaktur yang sedang kekurangan uang tunai.

Perusahaan anjak piutang dapat berbentuk factoring house atau sebuah

departemen khusus dalam bank komersial.

o Penebusan utang (forfaiting)

Pembelian obligasi yang timbul dari penjualan barang dan jasa

serta jatuh tempo padasuatu tanggal setelah waktu 90 sampai 180 hari

yang biasanya berlaku dalam anjak piutang, piutang-piutang ini

biasanya dalam bentuk wesel dagang atau wesel promes (promissory

note) dengan waktu jatuh temponya berkisar dari 6 bulan sampai 5

tahun.Risiko politik dan risiko transfer ditanggung oleh pelakunya.

o Bank ekspor-impor

Badan pemerintah utama yang bertanggungjawab untuk

membantu ekspor barang dan jasa AS melalui berbagai jenis pinjaman,

jaminan, dan asuransi. Program-program yang ditawarkan oleh bank

ekspopr impor, yaitu:

Pinjaman langsung dan perantara, di mana program ini

menanggung sampai 85%nilai barang dan jasa yang

diekspor, dengan perjanjian pembayaran kembali dalamsatu

tahun atau lebih.

Jaminan modal kerja

Garansi, menyediakan perlindungan pembayaran kembali

untuk pinjaman-pinjaman sektor swasta kepada para

pembeli barang modal dan jasa terkait di AS.

Asuransi kredit ekspor, suatu badan ekspor dapat

mengurangi risikopembayarannya dengan cara membeli

satu dari sekian banyak kebijakan untuk melindungi dirinya

dari risiko politik dan perdagangan dari pembeli asing

yanggagal membayar utangnya.

o Small Business Administration

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Menjalankan program-program garansi pinjaman dan pinjaman

langsung untuk membantu para eksportir bisnis kecil.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, alasan lain sebuah

perusahaan tidak melakukan kegiatan ekspor adalah ketidaktahuan

mereka mengenai dukungan pemerintah. Dukungan-dukungan

pemerintah ini, antara lain:

Overseas Private Investment Corporation(OPIC)

Perusahaan pemerintah menawarkan asuransi pada para

investor Amerika di negara-negara berkembang untuk melindungi

mereka dari penipuan, ketidakmampuan suatu mata uang untuk

ditukarkan, dan kerusakan-kerusakan akibat perang atau revolusi.

Foreign Sales Corporation(FSC)

Bentuk korporasi khusus yang disahkan oleh pemerintah

federal yang memberikanpengurangan pajak bagi perusahaan-

perusahaan pengekspor.

Zona-zona Perdangangan Luar Negeri

Zona perdagangan bebas (Free Trade Zone – FTZ) yaitu

sebuah kawasan tertutup yang berada di luar wilayah kepabeanan

negara di mana FTZ berlokasi. Barang-barangyang berada di zona

ini, tidak perlu membayar bea masuk.

Perusahaan-perusahaan yang tidak mengekspor juga

mengeluhkan kerumitan prosedur ekspor, yang biasanya terkait

dengan hal dokumentasi karena jika ingin mengirim sebuah barang

ke luar negeri, jumlah dokumen yang diperlukan sangat banyak.

Menurut penelitian dari Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD), transaksi rata-rata ke luar negeri

membutuhkan 35 dokumen dan total berkasnya kira-kira360

salinan. Sedangkan total biaya dokumentasi untuk suatu

pengiriman diperkirakan antara $150 dan $300.

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

2.6. DOKUMEN EKSPOR DAN IMPOR

Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan

internasional (ekspor impor), baik yang dikeluarkan pengusaha,

perbankan, pelayaran, dan instansi lainnya mempunyai arti dan peranan

penting. Oleh sebab itu semua dokumen yang menyangkut kegiatan

tersebut harus dibuat dan diteliti dengan seksama.

Dokumen-dokumen dlam perdagangan internasional (ekspor

impor) tersebut dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu dokumen

induk, dokumen penunjang dan dokumen pembantu.

2.6.1. DOKUMEN INDUK 

Yang dimaksud dengan dokumen induk adalah dokumen

inti yang dikeluarkan oleh Badan Pelaksana Utama Perdagangan

internasional, yang memiliki fungsi sebagai alat pembuktian

pelaksanaan suatu transaksi.. Termasuk dalam dokumen ini antara

lain:

Letter Of Credit (L/C)

Suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bang atas

permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negri

yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak

kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir

bersangkutan. Penjelasan mengenai L/C telah dibahas pada ban

sebelumnya (lihat bab 5).

Bill Of Lading (B/L)

Surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal

laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan

juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan

barang melalui laut. Penjelasan rinci tentang B/L telah

diterangkan pada bab sebelumnya (lihat bab 6).

Faktur  (Invoice)

Adalah suatu dokumen yang penting dalam perdagangan,

data-data dalam invoice akan dapat diketahui berapa jumlah

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

wesel yang akan dapat ditarik, jumlah penutupan asuransi, dan

penyelesaian segala macam bea masuk.

Faktur (invoice) dapat dibedakan ke dalam tiga bentu yaitu :

Proforma Invoice

Merupakan penawaran dalam bentuk faktur biasa dari

penjual kepada pembeli yang potensial juga merupakantawaran

pada pembeli untuk menempatkan pesanannya yang pasti dan

sering dimintakan oleh pembeli supaya instansi yang berwenang

di negara importir akan memberikan izin impor.Faktu ini

biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang

sehingga segera setelah pembeli yang bersangkutan telah

menyetujui pesanan maka akan ada kontrak yang

pasti.Penggunaan faktur ini juga digunakan bilamana

penyelesaian akan dilakukan dengan :

Dengan pembayaran terlebih dahulu sebelum pengapalan.

Atas dasar consignment

Tergantung pada tender

Commercial Invoice

Nota perincian tentang keterangan jumlah barang-barang

yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut serta

perhitungan pembayaran. Faktur ini oleh penjual (eksportir)

ditujukan kepada pembeli (importir) yang nama dan alamatnya

sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh

yang berhak menandatangani.

Consular Invoice

Faktur yang dikeluarkan oleh instansi resmi yaitu

kedutaanatau konsulat.Faktur ini terkadang ditandatangani oleh

konsul perdagangan negri pembeli, dibuat oleh eksportir dan

ditandatangani oleh konsul negara pembeli, atau dibuat dan

ditandatangani negara sahabatdari negara pembeli.

Peraturan-peraturan antar negara memiliki perbedaan antar

satu dengan yang lainnya tetang faktur ini, tetapi yang jelas

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

kegunaan dari faktu ini antara lain untuk memeriksa harga jual

dibandingkan harga pasar yang sedang berlakudan untuk

memastikan bahwa tidak terjadi dumping, selain itu juga

diperlukan untuk menghitung bea masuk di tempat importir.

Dokumen (Polis) Asuransi

Surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan perusahaan

asuransi atas permintaan eksportir maupun importir untuk

menjamin keselamatan atas barang yang dikirim.

Dokumen asuransi ini pentingkarena dapat membuktikan

bahwa barang-barang yang disebut di dalamny telah diasuransi.

Jenis-jenis resikoyang ditutup juga disebutkan dalam dokumen

ini. Dokumen ini menyatakan pihak mana yang meminta asuransi

dan kepada siapa klaim dibayarkan.Setiap asuransi wajib dibayar

dengan valuta yang sama dengan L/C kecuali syarat-syarat L/C

menyatakan lain.

Besarnya asuransi tidak perlu sama dengan besarnya L/C,

dapat lebih besar atau lebih kecil tergantung pada jumlah

penarikan, syarat-syarat pengapalan, atau syarat-syarat L/C.

Penggantian kerugian apabila terjadi kerusakan atau

kehilangan akan dibayarkan senilai yang dinyatakan dalam

dokumen asuransi tersebut kepada eksportir juga kepada

importirapabila telah di endorse. Dokumen asuransi dapat dibuat

atas nama pengasuransi, atas order bank, atas nama pembawa.

2.6.2. DOKUMEN PENUNJANG

Dokumen yang dikeluarkan untuk memperkuat atau

merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk, terutama

faktur (invoice). Termasuk dalam dokumen ini antara lain :

Daftar Pengepakan (Packing List)

Dokumen ini dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian

dari barang-barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti

dan sebagainya dan biasanya diperlukan oleh bea cukai untuk

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

memudahkan pemeriksaan. Uraian barang tersebut meliputi jenis

bahan pembungkus dan cara mengepaknya. Dengan adanya

packing list maka importir atau pemeriksa barang tidak akan keliru

untuk memastikan isinya. Nama dan uraian barang haruslah sama

dengan seperti tercantum dalam commercial invoice.

Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin )

Surat pernyataan yang ditandatangani untuk membuktikan

asal dari suatu barang, digunakan untuk memperoleh fasilitas bea

masuk atau sebagai alat penghitung kuota di negara tujuan dan

untuk mencegah masuknya barang dari negara terlarang.

Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate Of Inspection)

Keterangan tentang keadaan barang yang dimuat oleh

independent surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi

yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia

perdagangan internasional, berfungsi sebagai jaminan atas mutu

dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, keadaan barang,

pengepakan barang, banyak isi pengepakan. Laporan yang dibuat

atas pemeriksaan kualitatif dan analitis didasarkan pada

pemeriksaan sampling 2% dari berat yang sebenarnya, dan

merupakan dokumen yang disyaratkan L/C.

Sertifikat Mutu  (Certificate Of Quality )

Keterangan yang dibuat berkaitan dengan hasil analisis

barang-barang di laboratorium perusahaan atau badan penelitian

independen yang menyangkut mutu barang yang diperdagangkan.

Dalam hubungannya dengan hal tersebut di Indonesia berlaku

peraturan yang mengharuskan adanya standarisasi dan

pengendalian mutu untuk barang-barang ekspor,yaitu dengan

menerbitkan sertifikat mutu (certificate of quality). Sertifikat ini

wajib dimiliki oleh setiap eksportir untuk keperluan persagangan

apabila diminta oleh pembeli.

Sertifikat Mutu Dari Produsen (Manufacture’s Quality

Certificate)

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Dokumen ini lazimnya dibuat oleh produsen atau pabrik

pembuat barang yang diekspor atau supplier yang menguraikan

tentang mutu dari barang-barang, termasuk penjelasan tentang

baru atau tidaknya barang dan apakah memenuhi standar barang

yang ditetapkan. Dokumen ini juga menunjukkan keterangan

mengenai barang yang diproduksi oleh produsen yang membawa

merek dagangnya (trade mark).

Keterangan Timbangan  (Weight Note)

Catatan yang berisi perincian berat dari tiap-tiap kemasan

barang seperti yang tercantum dalam commercial invoice.

Keterangan berat dari barang-barang yang dikapalkan atas dasar

suatu L/C haruslah sama dengan yang tercantum pada dokumen-

dokumen pengapalan. Dokumen ini disamping untuk mengetahui

berat barang , juga diperlukan untuk mempersiapkan alat-alat

pengangku barang pada saat pemeriksaan barang.

Daftar Ukuran (Measurement List)

Daftar yang berisi ukuran dan takaran dari tiap-tiap kemasan

seperti panjang, tebal, garis tengah serta volume barang. Ukuran

dalam dokumen ini haruslah sama dengan syarat-syarat yang

tercantum dalam L/C. Volume pengepakan setiap barang tersebut

diperlukan untuk menghitung biaya angkut atau untuk keperluan

persiapan barang.

Analisa Kimia (Chemical Analysis)

Pernyataan yang dikeluarkan oleh labotaturium kimia yang

berisi komposisi kimiawi dari suatu barang. Dokumen ini juga

menjelaskan tentang bhan-bahan dan proporsi serta kandungan

bahan yang terdapat dalam barangyang diharuskan

pemeriksaannya. Penelitian tersebut dilakukan oleh badan analisa

obat-obatan, dan bahan-bahan kimia.

Wesel (Bill Of Exchange)

Sebuah alat pembayaran yang memberikan perintah yang

tidak bersyarat dalam bentuk tertulis, yang ditujukan oleh

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

seseorang kepada orang lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam

wesel antara lain:

i. Drawer : yang menandatangani wesel (penarik)

ii. Drawee : yang membayar (tertarik)

iii. Payee : yang menerima pembayaran

iv. endorsee : pihak yang menerima perpindahan atau

pengalihan wesel

Dalam sebuah wesel juga terdapat jangka waktu pembayaran

yang dikenal dengan istilah tenorwesel , yaitu jangka waktu pada

saat mana sebuah wesel dapat dibayarkan yang tercantum pada

setiap wesel. Tenor dala sebuah wesel dapat dibedakan menjadi :

o Sight draft : wesel yang dibayar pada saat diperlihatkan

atau saat diminta pembayarannya.

o Time (term/usance) draft : wesel berjangka yang

dibayarkan setelah beberapa waktu kemudian, dibedakan

atas : time sight draft (wesel yang pembayarannya harus

dilakukan pada waktu tertentu setelah wesel diajukan atu di

aksep), time date draft (wesel yang harus dibayar pada

tanggal tertentu yang telah ditetapkan misalnya 30 hari

setelah pengapalan

2.6.3. DOKUMEN PEMBANTU

Instruction Manual

Keterangan terinci mengenai cara kerja suatu alat.

Layout Scheme

Gambar denah tata letak mesin

Brochure/Leaflet

Buku atau kertas berisi keterangan singkat mengenai suatu

produk

Perusahaan angkutan luar negeri bertindak sebagai agen

bagi eksportir. Perusahaan ini mempersiakan dokumen-dokumen,

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

memesan tempat pada angkutan, dan berfungsi sebagai

departemen lalu lintas barang ekspor bagi perusahaan. Setelah

pengiriman,perusahaan ini akan menyampaikan semua dokumen

kepada pihak importir atau kepada bank yang membayar, sesuai

dengan permintaan eksportir. Dokumentasi yang baik dan benar

akan berpengaruh pada suksesnya suatu pengiriman ekspor.

Dokumen ekspor dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Dokumen pengiriman

Dokumen ini dipersiapkan oleh para eksportir atau

perusahaan angkutan merekasehingga pengiriman melewati

pabean, dimuat ke dalam pengangkut, dan

dikirimketujuannya. Dokumen-dokumen ini meliputi:

Konosemen (bill of lading) ekspor, yang memiliki

tiga tujuan yaitu kontrak pengangkutan antara

pengirim dan pembawa (perusahaan angkutan),

tanda terima dari perusahaan angkutan atas barang-

barang yang dikirim, dan sertifikasi kepemilikan.

Daftar kemasan ekspor.

Lisensi (izin-izin) ekspor. Lisensi ekspor mencakup

komoditas ekspor di manalisensi tervalidasi tidak

diperlukan; tidak memerlukan aplikasi formal.

Surat pernyataan ekspor dari pengirim.

Sertifikat asuransi, yang merupakan bukti bahwa

pengiriman telah diasuransikanterhadap kerugian

atau kerusakan selama masa transit. Asuransi laut

atas suatu transaksi internasional dapat diatur oleh

pihak eksportir maupun pihak importir,bergantung

pada syarat-syarat penjualannya. Terdapat tiga jenis

polis asuransi laut,yaitu:

a) Basic named perils, menanggung bahaya-

bahaya di laut, kebakaran, penolakan,kargo,

ledakan, dan badai.

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

b) Broad named perils, mencakup pencurian,

gagal serah, kerusakan, dan kebocoran di

luar yang ditanggung oleh basic named

perils. Kedua polis inimemuat klausul yang

menentukan sejauh mana kerugian yang

disebabkan oleh bahaya yang diasuransikan

akan dibayarkan. Pembeli asuransi dapat

memilih salah satu, yaitu: bebas dari rata-

rata partikular (tidak termasuk

kerugianparsial), atau dengan rata-rata

partikular (termasuk kerugian parsial). Tarif

yangdikenakan dari kedua opsi ini tentu

berbeda-beda.

c) All risks, menanggung semua kerugian dan

kehilangan fisik dari penyebabeksternal,

serta lebih mahal daripada polis-polis di

atas. Risiko perang ditanggung dalam

kontrak yang terpisah.

2. Dokumen penagihan

Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk

penagihan berbeda antara negara-negarayang satu dengan

yang lainnya. Namun, dokumen-dokumen yang paling

umumdigunakan, yaitu:

Faktur komersial (commercial invoice)

Faktur komersial untuk pesanan ekspor sama

dengan faktur domestik, hanya sajafaktur ini

mencantumkan informasi tambahan seperti asal

barang, tanda-tanda pengemasan ekspor, dan

klausul yang menyatakan bahwa barang-barang

tersebut tidak akan dialihkan ke

negara lain. Beberapa negara pengimpor

mewajibkan faktur komerial ditulis dalam bahasa

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

mereka dan diberikan visanya oleh konsulat mereka

setempat.

Faktur konsuler (consular invoice)

Merupakan formulir khusus. Formulir ini

dibeli dari konsulat, dipersiapkan dalambahasa

negara tujuan ekspor, kemudian diberikan visanya

oleh konsulat.

Sertifikat asal barang

Dokumen ini diterbitkan karena sejumlah

pemerintah asing mengharusnkan adanyasuatu

sertifikat terpisah mengenai asal barang yang

diekspor. Dokumen ini padaumumnya diterbitkan

oleh kamar dagang setempat dan diberikan visanya

olehkonsulat.

Sertifikat pemeriksaan

Sertifikat ini sering kali diminta oleh

pembeli barang-barang seperti biji-bijian,bahan

makanan, dan hewan hidup.

Selain hal-hal yang berkaitan dengan

prosedur ekspor ini, ekspor tentu tidak terlepas dari

masalah pengirimannya. Karena itu, di bawah ini

akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan kemajuan dalam teknik-teknik penanganan

bahan yang tidak hanya dapat menghemat uang

tetapi juga dapat menjangkau pasar-pasar yang

sebelumnya tidak dapat mereka layani.

2.7. CARA MENGURANGI PENCURIAN DAN BIAYA PENANGANAN

Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi pencurian dan biaya

penanganan sekaligus adalah meliputi pemakaian peti kemas, kapal-kapal

LASH, dan RO-RO maupun angkutan udara.

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

o Peti Kemas

Peti kemas ini diisi oleh penjual dengan barang yang akan

dikirim dari dalam gudangnya sendiri. Peti kemas yang disegel

hanya akan dibuka pada saat barang-barang tiba di tempat tujuan

akhirnya. Peti kemas ini akan dijemput oleh trailer atau sebuah

kereta di tepi kapal, di mana barang-barang itu akan dimuat ke atas

kapal.

o Lighter Aboard Ship (LASH)

Kapal-kapal LASH memberi eksportir dan importir akses

langsung ke layanan angkutan lintas samudra meskipun mereka

berlokasi di jalur perairan dangkal. Jenis kapal ini mampu

mengangkut muatan berupa lighters (tongkang = barges).

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

o RO-RO Kapal RO-RO (roll on-roll)

Memungkinkan trailer-trailer yang sudah dimuati dan

segala perangkat yang memiliki roda dibawa masuk ke kapal yang

dirancang secara khusus ini. Jasa RO-RO telah membawa manfaat

dari segi pengemasan bagi pelabuhan-pelabuhan yang selama ini

tidak mampu menginvestasikan uangnya untuk peralatan-peralatan

pengangkutan yang diperlukan untuk peti-peti kemas.

o Angkutan Udara

Angkutan udara memungkinkan dilakukannya pengiriman

yang sebelumnya memakan waktu 30 hari menjadi satu hari.

Dengan menggunakan angkutan udara, para pelangganakan lebih

puas ketika mereka menerima kirimannya lebih cepat. Selain itu,

ketidakpuasan akibat kerusakan barang yang terjadi selama masa

pengiriman atau keterlambatan karena kapal pengirimnya yang

rusak sedang diperbaiki, kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Setelah mengetahui berbagai macam hal mengenai ekspor, berikut

ini akan dijelaskan mengenai hal yang berkaitan dengan impor. Masalah-

masalah yang dimiliki importir juga dimiliki oleh eksportir.

2.8. TEORI IMPOR

Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu

negara ke negara lain. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan

campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor

adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Jika perusahaan

menjual produknya secara lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih

murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negeri.

Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat

impor dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah

mengenakan tarif (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar

langsung oleh importir, yang kemudian akan membebankan kepada

konsumen berupa harga lebih tinggi dari produknya.

Demikianlah sebuah produk mungkin berharga terlalu tinggi

dibandingkan produk yang berasal dari dalam negeri. Ketika pemerintah

asing menerapkan tarif, kemampuan perusahaan asing untuk bersaing di

Negara-negara itu dibatasi. Pemerintah juga dapat menerapkan kuota pada

produk impor, yang membatasi jumlah produk yang dapat dimpor. Jenis

hambatan perdagangan seperti ini bahkan lebih membatasi dibandingkan

tarif, karena secara eskpilit menetapkan batas jumlah yang dapat dimpor.

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Dalam kasus ekspor, terdapat perusahaan-perusahaan kecil yang

bisnis utamanya hanyalah mengimpor, dan terdapat perusahaan-

perusahaan dunia yang bagi mereka mengimpor komponen dan bahan

mentah senilai jutaan dolar setiap tahunnya hanyalah merupakan salah satu

fungsinya. Di bawah ini akan diuraikan mengenai cara-cara bagaimana

prospek importir mengidentifikasikan sumber-sumber impornya:

Jika produk itu tidak diimpor, maka dapat menghubungi kamar dagang

asing.

Dapat menggunakan electronic bulletin board dari berbagai World

Trade Center yang ada melalui jaringan internet.

2.9.TEKNIS KEGIATAN IMPOR

Sedangkan mengenai teknisnya, teknis kegiatan impor dapat

dibantu oleh pialang pabean. Pialang pabean (customhouse broker) yaitu

usaha independen yang menangani pengiriman impor dengan meminta

kompensasi tertentu. Pialang pabean yang bertindak sebagai agen bagi

importir membawa barang-barang yang diimpor melalui pabean, yang

mewajibkan mereka mengetahui dengan baik berbagai peraturan impor

dan daftar tarif yang ekstensif. Para pialang pabean juga dapat

menyediakan jasa-jasa lain, seperti mengatur transportasi untuk barang-

barang setelah meninggalkan pabean atau bahkan transportasi untuk

barang-barang dari suatu negara asing jika eksportir tidak melakukannya.

Setiap importir, juga harus mengetahui bagaimana menghitung

pajak-pajak impor dan klasifikasi produk. Hal ini berkaitan dengan

Harmonized Tariff Schedule of the United States (HTSUSA) yaitu versi

Amerika dari kode tarif global adalah Harmonized System, yang

digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk mengklasifikasikan

produk-produk impor. Setiap produk memiliki nomor HTSUSA-nya

sendiri yang unik. HTSUSA juga memperlihatkan unit-unit pelaporan,

yang digunakan Pabean AS dalam kegiatan Administrasinya.

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

BAB III

STUDI KASUS

Masalah Ekonomi : Ekspor dan Impor Beras di Indonesia

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam masalah ini, sebenarnya kita sama-sama mengetahui

bahwa negara kita ini merupakan negara yang sangat subur dan yang

paling menguntungkan adalah negara kita merupakan negara dengan

penghasil komoditi utama yaitu beras. Dalam hal Ekspor dan Impor,

ternyata Indonesia dengan segala keunggulan dibidang pertanian

khususnya dalam hal komoditi beras, masih membeli (Impor) beras dari

negara lain.

Pemerintah Indonesia berencana untuk mengimpor 2 juta ton beras

tahun 2012 ini. Rencana impor beras oleh itu, untuk memastikan

ketersediaan stok beras di dalam negeri. Sebelumnya, Indonesia berniat

untuk tidak impor karena ada prediksi kenaikan produksi panen tahun ini.

Namun ternyata, panen tahun ini belum mencukupi untuk kebutuhan

nasional.

Diantara negara yang menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam

hal impor beras antara lain : Thailand, Vietnam, Kamboja dan Myanmar.

Dari negara-negara tersebut, contohnya Myanmar yang bisa mengekspor

beras ke Indonesia karena mereka mendapatkan surplus sekitar

dua juta ton beras disebabkan oleh konsumsi masyarakat mereka yang

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

rendah.

Dalam hal ini, ada beberapa faktor mengapa Indonesia melakukan impor

beras dari luar negri sedangkan kita sama-sama mengetahui bahwa negara

kita Indonesia ini termasuk negara yang sangat subur.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kita dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

Mengapa Indonesia masih mengimpor beras dari luar negri

sedangkan Indonesia termasuk salah satu negara dengan kontribusi

terhadap produksi beras dunia mencapai 8,5%?

Apa solusi untuk menciptakan ketahanan pangan di Indonesia?

C. LANDASAN TEORI

Landasan teori yang digunakan dalam makalah ini menggunakan

teori-teori dasar dalamekonomi. Teori-teori dasar tersebut terbagi menjadi

dua golongan yaitu :

1. Teori Mikroekonomi

Dalam teori mikroekonomi ini menganalisis hal-hal seperti

interaksi penjual dan pembeli di pasar barang, tingkah laku

pembeli dan penjual dalam melakukan kegiatan ekonomi, dan

interaksi penjual dan pembeli di pasaran faktor.

2. Teori Makroekonomi

Sedangkan dalam teori makroekonomi menganalisis aspek

berikut seperti penentuan kegiatan perekonomian dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya, masalah inflasi dan pengangguran dan

faktor yang menyebabkannya, dan bentuk-bentuk kebijakan

pemerintah dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi yang

timbul.

D. PEMBAHASAN

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan

sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah

Indonesia yang sangat subur. Negara Indonesia memiliki peran penting

sebagai produsen bahan pangan di mata dunia. Indonesia adalah produsen

beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia

terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton. China dan

India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54%. Vietnam dan

Thailand yang secara tradisional merupakan negara eksportir beras hanya

berkontribusi 5,4% dan 3,9%.

Dalam konteks pertanian umum, Indonesia memiliki potensi yang luar

biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak

menguasai pasar dunia. Namun, dalam konteks produksi pangan memang

ada suatu keunikan. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara

penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu

menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan terutama beras.

Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi

kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor

beras dari Negara penghasil pangan lain seperti Thailand. Salah satu

penyebab utamanya adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data

statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa, makanan pokok

semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras

menjadi sangat besar.

Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia

dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata

konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan

Philppine 100 kg. Hal ini mengakibatkan kebutuhan beras Indonesia

menjadi tidak terpenuhi jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri

dan harus mengimpornya dari negara lain.

Selain itu, Indonesia masih mengimpor komoditas pangan lainnya

seperti 45% kebutuhan kedelai dalam negeri, 50% kebutuhan garam dalam

negeri, bahkan 70% kebutuhan susu dalam negeri dipenuhi melalui impor.

Page 32: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Faktor lain yang mendorong adanya impor bahan pangan adalah

iklim, khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor

pertanian pangan, seperti yang terjadi saat ini. Pergeseran musim hujan

dan musim kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan

waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih besarta pupuk yang

digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan

benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak

menentu yang dapat menyebabkan kelangkaan karena keterlambatan

pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil produksi pangan pada waktu itu

menurun.

Bahkan terjadinya anomali iklim yang ekstrem dapat secara

langsung menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan tertentu,

karena tidak mendukung lingkungan yang baik sebagai syarat tumbuh

suatu tanaman. Contohnya saat terjadi anomali iklim El Nino

menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman tebu, sehingga negara

melalukan impor gula.

Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan

pertanian yang semakin sempit. Terdapat kecenderungan bahwa konversi

lahan pertanian menjadi lahan non pertanian mengalami percepatan. Dari

tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah di Jawa seluas

1 Juta Ha di Jawa dan 0,62 juta Ha di luar Jawa. Walaupun dalam periode

waktu yang sama dilakukan percetakan sawah seluas 0,52 juta ha di Jawa

dan sekitar 2,7 juta Ha di luar pulau Jawa, namun kenyataannya

percetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi, tidak

mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap

beras impor.

Ketergantungan impor bahan baku pangan juga disebabkan

mahalnya biaya transportasi di Indonesia yang mencapai 34 sen dolar AS

per kilometer. Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand, China, dan

Vietnam yang rata-rata sebesar 22 sen dolar AS per kilometer. Sepanjang

kepastian pasokan tidak kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka

Page 33: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

industri produk pangan akan selalu memiliki ketergantungan impor bahan

baku.

Faktor-faktor di atas yang mendorong dilakukannya impor masih

diperparah dengan berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang semakin

menambah ketergantungan kita akan produksi pangan luar negeri. Seperti

kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi. Privatisasi,

akar dari masalah ini tidak hanya parsial pada aspek impor dan harga

seperti yang sering didengungkan oleh pemerintah dan pers. Lebih besar

dari itu, ternyata negara dan rakyat Indonesia tidak lagi punya kedaulatan,

yakni kekuatan dalam mengatur produksi, distribusi dan konsumsi di

sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, kita telah tergantung oleh

mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.

Privatisasi sektor pangan—yang notabene merupakan kebutuhan pokok

rakyat—tentunya tidak sesuai dengan mandat konstitusi RI, yang

menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat”. Faktanya, Bulog dijadikan privat, dan industri hilir

pangan hingga distribusi (ekspor-impor) dikuasai oleh perusahaan seperti

Cargill dan Charoen Phokpand. Mayoritas rakyat Indonesia jika tidak

bekerja menjadi kuli di sektor pangan, pasti menjadi konsumen atau end-

user. Privatisasi ini pun berdampak serius, sehingga berpotensi besar

dikuasainya sektor pangan hanya oleh monopoli atau oligopoli (kartel),

seperti yang sudah terjadi saat ini.

Liberalisasi, disebabkan oleh kebijakan dan praktek yang

menyerahkan urusan pangan kepada pasar (1998, Letter of Intent IMF),

serta mekanisme perdagangan pertanian yang ditentukan oleh perdagangan

bebas (1995, Agreement on Agriculture, WTO). Akibatnya negara

dikooptasi menjadi antek perdagangan bebas. Negara ini pun melakukan

upaya liberalisasi terhadap hal yang harusnya merupakan state obligation

terhadap rakyat. Market access Indonesia dibuka lebar-lebar, bahkan

hingga 0% seperti kedelai (1998, 2008) dan beras (1998). Sementara

domestic subsidy untuk petani kita terus berkurang (tanah, irigasi, pupuk,

Page 34: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

bibit, teknologi dan insentif harga). Di sisi lain, export subsidy dari

negara-negara overproduksi pangan seperti AS dan Uni Eropa beserta

perusahaan-perusahaannya malah meningkat. Indonesia pun dibanjiri

barang pangan murah, sehingga pasar dan harga domestik kita hancur. Hal

ini jelas membunuh petani kita.

Deregulasi, beberapa kebijakan sangat dipermudah untuk

perusahaan besar yang mengalahkan pertanian rakyat. Seperti contoh UU

No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air,

Perpres 36 dan 65/2006, UU No. 18/2003 Tentang Perkebunan, dan yang

termutakhir UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. Dengan

kemudahan regulasi ini, upaya privatisasi menuju monopoli atau kartel di

sektor pangan semakin terbuka. Hal ini semakin parah dengan tidak

diupayakannya secara serius pembangunan koperasi-koperasi dan UKM

dalam produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan.

Dengan sistem kebijakan dan praktek ini, Indonesia kini tergantung

kepada pasar internasional (harga dan tren komoditas). Maka saat terjadi

perubahan pola-pola produksi – distribusi – konsumsi secara internasional,

kita langsung terkena dampaknya. Kasus kedelai 2008 ini sebenarnya

bukanlah yang pertama, karena ada kasus-kasus sebelumnya (beras pada

tahun 1998, susu pada tahun 2007, dan minyak goreng pada tahun 2007).

Hal ini akan sedikit banyak serupa pada beberapa komoditas pangan yang

sangat vital bagi rakyat yang masih tergantung pada pasar internasional:

beras, kedelai, jagung, gula, singkong dan minyak goreng.

E. PEMECAHAN MASALAH

Untuk mengurangi dampak ketergantungan kita akan bahan pangan

impor dan menciptakan ketahanan pangan, diperlukan beberapa usaha di

antaranya yaitu:

1) Mematok harga dasar pangan yang menguntungkan petani dan

konsumen. Harga tidak boleh tergantung kepada harga

internasional karena tidak berkorelasi langsung dengan ongkos

Page 35: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

produksi dan keuntungan. Harga harus sesuai dengan ongkos

produksi dan keuntungan petani dan kemampuan konsumen.

2) Memberikan insentif harga kepada petani komoditas pangan

(terutama beras, kedelai, jagung, singkong, gula dan minyak

goreng) jika terjadi fluktuasi harga. Hal ini sebagai jaminan untuk

tetap menggairahkan produksi pangan dalam negeri.

3) Mengatur kembali tata niaga pangan. Pangan harus dikuasai oleh

negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Bulog bisa diberikan peran ini, tapi harus dengan intervensi yang

kuat dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan

Kementerian Keuangan.

4) Mengoptimalkan penelitian dan pengembangan benih varietas

unggul yang tahan terhadap anomali iklim dan berumur sedang. Ini

dapat dilakukan dengan melibatkan lembaga-lembaga penelitian,

studi perguruan tinggi, maupun kerjasama bilateral.

5) Menambah produksi pangan secara terproyeksi dan

berkesinambungan, dengan segera meredistribusikan tanah objek

landreform yang bisa segera dipakai untuk pertanian pangan.

6) Menyediakan insentif bagi petani komoditas pangan, terutama

bibit, pupuk, teknologi dan kepastian beli.

7) Memperlancar arus distribusi hasil pertanian dengan siklus yang

pendek, sehingga dapat tersalurkan ke seluruh penjuru Nusantara

dengan harga yang terjangkau sampai ke tangan rakyat.

8) Memberikan dukungan pelembagaan organisasi petani komoditas

pangan, yakni kelompok tani, koperasi, dan ormas tani.

9) Menciptakan diversifikasi pangan yang memiliki nilai gizi yang

setara dengan beras dan ekonomis terjangkau oleh rakyat.

Sehingga rakyat tidak selalu bergantung pada ketersediaan beras.

Hal ini dapat dijalankan bersamaan dengan menggali potensi

tanaman tradisional (lokal) yang sudah terbiasa dikonsumsi oleh

masyarakat setempat.

Page 36: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

10) Untuk menunjang budidaya tanaman pangan yang lebih cermat dan

akurat perlu didukung dengan ketersediaan data iklim khususnya

curah hujan yang secara kontinyu dapat di-update secara otomatis

dari stasiun-stasiun iklim yang telah dipasang. Selain itu,

Balitklimat telah dan sedang menyusun kalender tanam yang

diharapkan dapat membantu Dinas Pertanian, petani dan pelaku

agribisnis serta pengguna lainnya dalam budidaya dan

pengembangan tanaman pangan khususnya dan tanaman-tanaman

semusim lainnya.

F. MENGAPA IMPOR

Pertama, bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor dengan tujuan

mengamankan stok beras dalam negeri. Bulog berargumen bahwa data

produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan

produksi beras yang merupakan kerjasama antara BPS dan Kementrian

Pertanian ini masih diragukan keakuratannya, terutama metode

perhitungan luas panen yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang

megandalkan metode pandangan mata.

Selanjutnya, data konsumsi beras juga diperkirakan kurang akurat.

Data ini kemungkinan besar merupakan data yang underestimate atau

overestimate. Angka konsumsi beras sebesar 139 kg/kapita/tahun

sebenarnya bukan angka resmi dari BPS. Jika merujuk pada data BPS

yang didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),

konsumsi beras pada tahun ini mencapai 102 kg/kapita/tahun. Angka ini

underestimate, karena SUSENAS memang tidak dirancang untuk

menghitung nilai konsumsi beras nasional.

Sebenarnya kebijakan impor beras ini juga bisa menjadi tantangan

tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas beras.

Para petani dituntut untuk berproduksi bukan hanya mengandalkan

kuantitas tetapi juga kualitas. Tentunya hal ini sedikit sulit terjadi tanpa

adanya dukungan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan petani lokal relatif

tertinggal dari petani luar negeri terutama dalam bidang teknologi.

Page 37: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

Pemerintah harus memberi kepastian jaminan pasar sebagai peluang

mengajak petani bergiat menanam komoditas tanaman pangan.

Mengapa Tidak Impor

Kebijakan yang dipilih pemerintah untuk membuka kran Impor

juga mendatangkan kontra. Pada satu sisi, keputusan importasi beras

tersebut berlangsung ketika terjadi kenaikan harga beras saat ini. Selain

itu, produksi padi dalam negeri dinyatakan cukup, dan masa panen masih

berlangsung di banyak tempat. Bahkan berdasarkan Angka Ramalan

(ARAM) II yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi

nasional tahun ini diperkirakan mencapai 68,06 juta ton gabah kering

giling, meningkat 1,59 juta ton (2,40%) dibandingkan tahun 2010 lalu.

Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen

seluas 313,15 ribu hektar (2,36%), dan produktivitas sebesar 0,02 kuintal

per hektar (0,04%). Sementara itu, berdasarkan data Kementerian

Pertanian, terdapat tiga provinsi yang mencatat surplus padi, yakni Jawa

Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Surplus yang tejadi pada

beberapa daerah ini tentunya dapat dijadikan cadangan oleh Bulog dan

untuk didistribusikan ke daerah lain yang mengalami defisit.

Selanjutnya, impor beras yang terjadi di tengah produksi berlebih

menurut data BPS sekarang ini memiliki dampak negatif yang panjang,

seperti berkurangnya devisa negara, disinsentif terhadap petani, serta

hilangnya sumber daya yang telah terpakai dan beras yang tidak

dikonsumsi dan terserap oleh bulog.

G. PENUTUP

Kesimpulan

Dalam masalah ini, adanya proses impor beras dari luar negri

disaat nilai produksi beras di Indonesia mengalami surplus memang

banyak menimbilkan tanda tanya. Seharusnya, pemerintah dalam hal ini

khususnya Bulog melakukan manajemen stok yang lebih baik, bulog harus

memaksimalkan penyerapan beras dari para petani lokal. Hal ini selain

dapat mengamankan stok beras juga dapat menghasilkan pendapatan bagi

Page 38: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

petani sehingga kesejahteraan petani dapat naik. Bulog harus lebih agresif

menyerap gabah dari petani agar mereka tidak dirugikan.

Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat menggelar operasi pasar

untuk menstabilkan harga. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan

manajemen stok yang baik. Pemerintah harus berkomitmen kuat mengatasi

segala persoalan perberasan nasional secara komprehensif dari hulu ke

hilir agar tidak harus selalu bergantung pada impor.

Akan tetapi, kebijakan untuk mengimpor beras dengan alasan

pengamanan stok oleh Bulog ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Hal

ini dikarenakan data produksi dan data konsumsi beras yang masih

diragukan keakuratan dalam perhitungannya. Pada akhirnya, tugas bagi

berbagai pihak yang terkait adalah memperbaiki kinerja masing-masing.

BPS diharapkan dapat memberikan data yang lebih akurat lagi.

Akan tetapi, diperlukan juga kebijaksanaan oleh Bulog agar setiap

kebijakan yang diambil tidak merugikan petani lokal yang

kesejahteraannya masih rendah tanpa mengorbankan ketahanan pangan

Indonesia.

Saran

Berdasarkan pemaparan masalah diatas, kami menyarakan

pemerintah khususnya BULOG untuk lebih memperhatikan dan

merealisasikan manajemen stok yang lebih baik serta memaksimalkan

penyerapan beras lokal dari petani-petani lokal, sehingga stok beras dapat

diatur dengan baik dan petani Indonesia pun dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup mereka.

Page 39: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan

-Sumber-

Ball, Donald A dkk. 2005.Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global

Edisi 9 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/11/29/indonesia-negara-

penghasil-pangan-yang-masih-impor-bahan-pangan/

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/11/15/kebijakan-impor-beras-di-

indonesia/