blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh...
Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/01/Kel-8-TEORI-IMPOR-DAN-EKSPOR.docx · Web viewSeperti contoh...
PRAKTIK EKSPOR DAN IMPORDisusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Bisnis Internasional
Oleh:
ISMOKO BAYU P :115020205111001SITI ZULAIKHA :115020205111004FIKRI FAHMI HAKIM :115020202111006OCTAVIANI EKA P :115020201111063
Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas BrawijayaMalang
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini,
yang berjudul “PRAKTIK EKSPOR DAN IMPOR”. Dengan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun gguna memenuhi tugas mata kuliah Bisnis
Internasional.
Dalam penyusunan makalah ini alhamdulillah tidak banyak hambatan
yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah
ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.
Oleh karena itu kau mengucapkan terima kasi kepada:
1. Ibu Nadiyah selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas
makalh, petunjuk, serta bimbingan kepada kami. Sehingga kami
termotivasi dan menyelesaikan tugas makalh ini.
2. Teman-teman kelompok 8 yang tetap semangat dalam menyelesaikan
tugas makalah tepat oada waktunya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan makalh selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sering kita mendengar bahwa kegiatan menjual barang atau jasa ke
negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari
negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa
bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat
digunakan untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.
Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk
impor merupakan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang
sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat.
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak
saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada
industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri
membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang
domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam
antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor
penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008
mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode
yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26
miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor
hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut
meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang
memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas.
Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan
bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-
mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam,
kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu,
serta timah.
Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang
tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor
nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut
meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara
itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-
Oktober 2008 sebesar 41,20 persen. Jepang pun masih merupakan negara
tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar (12,80 persen),
diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57 persen),
dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor
untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat
pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan
dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57
persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-
Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen,
sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan
kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen,
sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan
meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi
ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September
yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23
miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year
mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PERNGERTIAN EKSPOR DAN IMPOR
Sebuah negara dan perusahaan-perusahaan internasional lainnya,
dalam menjalankan kegiatannya tentu tidak terlepas dari praktik ekspor
dan impor. Ekspor merupakan proses transportasi barang atau komoditas
dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses
perdagangan. Sedangkan eksportir adalah perusahaan atau perorangan
yang melakukan kegiatan ekspor. Untuk lebih mengenal lebih jauh
mengenai praktik ekspor dan impor ini, maka terlebih dahulu akan dibahas
mengenai ekspor.
Ekspor dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil, besar
baik multinasonal maupun internasional. Banyak orang beranggapan
bahwa ekspor dilakukan oleh sebuah perusahaan yang identik dengan
perusahaan besar dan memiliki cabang-cabang di luar negeri. Namun,
ekspor sebenarnya juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil. Hal
ini terlihat pada survei yang dilakukan oleh Biro Sensus AS. Dalam survei
ini diinformasikan bahwa ekspor didominasi oleh sebagian kecil
perusahaan-perusahaan besar, sebanyak 202.185dari keseluruhan 209.455
(96,5%) berasal dari perusahaan-perusahaa kecil sampai menengah yang
nilai ekspor totalnya hanya mencapai 31%. Perusahaan-perusahaan yang
sangat kecil (kurang dari 20 orang pekerja) jumlahnya mencapai dua per
tiga dari seluruh perusahaan AS yang melakukan ekspor ditahun 1998.
2.2. TUJUAN KEGIATAN EKSPOR
Tujuan perusahaan melakukan kegiatan ekspor adalah untuk
meningkatkan keuntungan dan pejualan serta untuk melindungi
keuntungan dan penjualan dari penurunan.
2.2.1. ALASAN MELAKUKAN EKSPOR
Alasan-alasan lain yang membuat sebuah perusahaan
melakukan kegiatan ekspor, yaitu:
Untuk melayani pasar di mana perusahaan tidak memiliki
fasilitas produksi atau pabrik lokal tidak memproduksi produk
lengkap campuran dari perusahaan itu.
Untuk memenuhi persyaratan pemerintah di negara tersebut,
yaitu ekpor cabang lokal.Di negara-negara berkembang,
pemerintahnya sering mengharuskan cabang
untuk mengekspor, dan beberapanya mewajibkan perusahaan
itu memperoleh mata uangasing yang cukup untuk menutupi
biaa impornya.
Untuk tetap kompetitif di pasar dalam negeri.
Untuk menguji pasar-pasar di luar negeri dan persaingan luar
negeri dengan biaya yang tidak mahal. Hal ini dilakukan oleh
sebuah perusahaan yang ingin mengetahui bagaimana
masyarakat menerima suatu produk sebelum berinvestasi dalam
fasilitas-fasilitas produk lokal.
Untuk memenuhi permintaan aktual atau prospektif dari
konsumen terhadap sebuahperusahaan untuk mengekpor.
Untuk mengompensasi siklus penjualan di pasar domestik.
Untuk menjual lebih banyak, yang memungkinkan perusahaan
menggunakan kelebihan kapasitas produksinya untuk
menurunkan biaya tetap per unit.
Untuk memperluas daur hidup produk dengan mengekspor ke
negara-negara yangteknologinya kurang berkembang.
Untuk mengalihkan perhatian para pesaing asing yang berada
di pasar dalam negeri perusahaan itu dengan memasuki pasar-
pasar dalam negeri mereka.
Untuk ikut mencicipi kesuksesan yang telah dicapai oleh
berbagai perusahaan lain dengan cara mengekspor.
Untuk meningkatkan tingkat utilisasi peralatan.
2.2.2. ALASAN TIDAK MELAKUKAN EKSPOR
Selain perusahaan-perusahan yang ingin melakukan ekspor,
tentu masih banyak perusahaan yang tidak melakukan kegiatan
ekspor. Alasan sebuah perusahaan tidak melakukan ekspor adalah
sibuk mengurusi bisnis dalam negerinya dan enggan untuk terlibat
dalam suatu operasi yang baru dan tidak dikenal, karena hal ini
akan menimbulkan masalah seperti:
o mencari pasar asing yang tepat,
o prosedur pendanaan dan pembayaran,
o dukungan dari pemerintah serta
o prosedur ekspor.
Perusahaan yang tidak melakukan kegiatan ekspor sebagian
besar menyatakan bahwa mereka tidak tahu dari mana harus
memulainya, seperti bagaimana menentukan pasar yang tepat;
takut dengan kerumitannya, misalnya yang berkaitan dengan
prosedur pembayaran, pendanaan, dan ekspor; serta tidak
tahu bahwa informasi dan dukungan dari pemerintah sebenarnya
ada dan siap digunakan.
Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai hal
yang berkaitan dengan bagaimana menentukan pasar luar negeri
yang tepat, bagaimana prosedur pembayaran dan pendanaanya, dan
dukungan pemerintah serta prosedur ekspor itu sendiri.
2.3. MENENTUKAN PASAR LUAR NEGERI YANG TEPAT
Dalam menentukan pasar luar negeri yang tepat, baik itu untuk
ekspor ataupun untuk produksi luar negeri, pertama-tama adalah
menentukan apakah pasar untuk produk-produk perusahaan itu ada atau
tidak. Namun, bagi perusahaan-perusahaan yang baru dibidang ekspor,
apalagi perusahaan tersebut adalah perusahaan kecil, mugkin akan masih
sulit bagi mereka untuk memulai ekspor. Tetapi, di negara seperti AS
terdapat berbagai program bantuan ekspor yang tersedia, seperti:
Trade Information Center (TIC)
Dapat digunakan untuk mencari informasi mengenai segala
bantuan ekspor daripemerintah federal sekaligus informasi
mengenai pasar regional dari berbagai negara.Tujuan situs TIC ini
adalah untuk mendidik mereka yang tidak berpengalaman
mengenai sumber-sumber daya yang tersedia
sebelum mereka menghubungi TIC secara langsung untuk
menerima bantuan.
International Trade Administration(ITA)
Menawarkan berbagai kegiatan ekspor seperti penyuluhan
ekspor, analisis pasar luar negeri, penilaian kemampuan kompetisi
perusahaan, serta pengembangan kesempatanpasar dan perwakilan
penjualan melalui acara-acara promosi ekspor. Selain itu,
ITA juga memberikan informasi mengenai pasar-pasar dan praktik
perdagangan di seluruhdunia melalui Trade Development.
Small Business Administration
Menawarkan bantuan melalui kantor-kantor daerahnya bagi
para pengekspor dan calonpengekspor yang skalanya kecil.
Departemen Pertanian
Memberikan informasi mengenai pasar asing untuk produk-
produk pertanian.
Program bantuan ekspor dari Departemen Perdagangan
Memberikan bantuan dalam melakukan riset pasar.
Departemen Perdagangan jugamembantu menentukan lokasi
wakil-wakil di luar negeri dan melakukan penjualanmelalui
pameran-pameran dagaang, serta pertunjukan video dan katalog.
Sumber-sumber bantuan lainnya
Seperti: World Trade Centers Assosiation yang melalui
keanggotaanya, para eksportir dan importir memiliki akses ke
suatu sistem perdagangan online; Dewan Ekspor Distrik yang
terdiri atas pakar-pakar bisnis dan perdagangan sukarela yang
membantu dalam lokakarya dan juga menyediakan layanan
konsultasi di antara para eksportir yang berprospek dan
berpengalaman.
Setelah menentukan pasar untuk produk-produk perusahaan
dengan bantuan program ekspor di atas, maka secepat mungkin
rencana pemasaran ekspor harus dibuat. Rencana pemasaran
ekspor, mencakup pasar-pasar yang akan dikembangkan, strategi
pemasaran untuk melayani pasar-pasar tersebut, dan taktik yang
diperlukan untuk menjadikan strategi itu operasional. Rencana
ekspor juga akan menyebutkan apa yang harus dilakukan dan
kapan, siapa yang harus melakukannya, serta berapa banyak uang
yang harus dikeluarkan.
2.4. BAURAN PEMASARAN
Bauran pemasaran berlaku bagi para eksportir, seperti kebijakan
penetapan harga. Harga-harga yang tidak bersaing menyebabkan penjualan
lepas kepada para pesaing, dan penetapan harga yang tidak tepat juga
dapat menyebabkan para eksportir merugi.
2.4.1. SYARAT PENJUALAN
Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan syarat
penjualan yang akan dipilih ketika mengekspor, seperti:
FAS (Free Alongside Ship),
Penjual membayar semua ongkos angkut sampai sisi kapal.
Dimana Free Alongside Ship (FAS) adalah dimana Penjual
melakukan penyerahan barang dengan menggunakan persyaratan
Free Alongside Ship yang memiliki kewajiban utama adalah
pembeli dengan memikul biaya pengangkutan barang dan risiko
terhadap barang. Selain itu pembeli memiliki kewajiban untuk
mengurus formalitas ekspor. Penyerahan barang oleh penjual
kepada pembeli dilakukan di samping kapal pengangkutan. Free
Alongside Ship hanya dapat dipakai dalam pengangkutan laut atau
pengangkutan antara pulau saja.
Cost, Insurance and Freight (CIF)
Merupakan bagian dari Incoterms. Penyerahan barang
dengan Cost, Insurance and Freight dilakukan di atas kapal,
namun ongkos angkut dan premi asuransi sudah dibayar oleh
penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu penjual wajib
untuk mengurus formalitas ekspor. Selain itu dengan persyaratan
CIF, maka penjual memiliki kewajiban untuk menutup kontrak
asuransi dan melakukan pembayaran premi asuransi. Persyaratan
penyerahan barang dengan CFR hanya dapat dilakukan untuk
pengangkutan laut dan pengangkutan antara pulau saja.
Penjual wajib mentup asuransi angkutan laut terhadap
risiko kerugian pembeli terhadap kerusakan atau kehilangan barang
yang mungkin terjadi selama dalam perjalanan. Meskipun penjual
yang menutup asuransi, risiko atas barang telah berpindah dari
pihak penjual kepada pembeli sejak penyerahan barang di atas
kapal di pelabuhan pengapalan. Sama seperti CFR, nama
pelabuhan tujuan dicantumkan dibelakangterms CIF, misalnya CIF
Tanjung Priok.
CFR (Cost and Freight)
Seperti CIF hanya saja pembeli yang membayar biaya
asuransi. Penjual melakukan penyerahan barang dengan Cost and
Freight dilakukan di atas kapal, namun ongkos angkut sudah
dibayar penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu penjual
wajib mengurus formalitas ekspor. Selain itu dengan persyaratan
CFR, maka peralihan risiko dan biaya tambahan beralih setelah
barang dimuat di atas kapal.
DAF (nama tempat): Delivered at Frontier
Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab
sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin
impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered At
Frontier dilakukan di perbatasan negara tujuan, tetapi belum
memasuki daerah pabean negara tujuan. Selain itu dengan
persyaratan DAF, maka penjual memiliki kewajiban untuk
mengurus formalitas ekspor. Dan bila barang-barang tersebut telah
ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli saat datangnya alat
angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas impornya di
tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi
belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.
Syarat ini berlaku untuk alat angkut apa saja bilamana
barang-barang tersebut harus diserahkan di perbatasan darat. Bila
penyerahan dilakukan di pelabuhan maka penyerahan harus
dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga.
2.4.2. SYARAT PEMBAYARAN
Setelah mengetahui bagaimana menentukan pasar luar
negeri yang tepat, para eksportir juga dituntut untuk mengetahui
bagaimana prosedur pembayaran dan pendanaan. Berikut ini
adalah jenis syarat pembayaran yang ditawarkan oleh eksportir
kepada pembeli asing:
Uang muka
Ketika reputasi kredit pembeli tidak dikenal/tidak jelas,
uang muka biasanya diperlukan. Tetapi tidak banyak konsumen
yang rela membayar uang mukanya sebelum barang diterima.
Sebagian modal kerja mereka menjadi terikat sampai
barangnya diterima dan dijual. Mereka tidak memperoleh
jaminan akan mendapatkan apa yang mereka pesan.
Rekening terbuka (open account)
Ketika penjualan dilakukan pada rekening terbuka, si
penjual menanggung semua risikonya .Kesepakatan dengan
syarat penjualan ini hanya ditawarkan kepada para konsumen
yang dapat diandalkan di negara-negara yang perekonomiannya
stabil. Penjual akan mempunyai resiko yang tinggi dikarenakan
modalnya akan terikat sampai pembayaran atas penjualannya
diterima.
Konsinyasi
Merupakan suatu prosedur dimana barang dikirimkan ke
pembeli dan pembayarannya tidak dilakukan sampai barang
tersebut terjual. Resikonya ditanggung semua oleh penjual.
Kesepakatan ini harus dilakukan dengan menyelidiki terlebih
dahulu mengenai pembeli dan negara tempat pembeli itu
berada, sama ketika melakukan rekening terbuka.
Letter of credit (L/C)
Merupakan dokmen yang diterbitkan oleh bank si pembeli
yang berjanji membayar sejumlah nilai tertentu kepada penjual
di saat bank penerbit menerima dokumen-dokumen yang
disyaratkan dalam L/C untuk jangka waktu yang telah
ditentukan.
Wesel dokumen (documentary of draft)
Apabila eksportir tidak yakin dengan kesepakatan L/C
karena alasan politik dan komersial, maka eksportir dapat
menyetujui pembayaran berdasarkan documentary draft, yang
lebih murah. Wesel ekspor (ekspor draft) adalah sebuah
pesanan tanpa syarat yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli, berisi instruksi kepada pembeli untuk membayar pada
saat penunjukan (sight draft) atau pada tanggal yang telah
disetujui (time draft).
2.5. PENDANAAN EKSPOR
Sedangkan mengenai pendanaan ekspor, terdiri dari swasta dan
pemerintah. Sumber-sumber pendanaan ekspor tersebut antara lain bank-
bank komersial, anjak piutang, penebusan utang (forfaiting), bank ekspor-
impor (Eximbank), dan Small Business Administration.
o Bank-bank komersial
Melakukan sumber pendanaan ekspor melalui pinjaman untuk
modal kerja danpemberian diskonto wesel berjangka. Dengan
menerima sebuah wesel berjangka, maka bank menerima
tanggungjawab untuk melakukan pembayaran pada saat wesel itu
jatuhtempo.
o Anjak piutang
Penerapan harga diskon tanpa memotong piutang. Anjak
piutang digunakan untuk menyediakan modal kerja kepada para
perusahaan manufaktur yang sedang kekurangan uang tunai.
Perusahaan anjak piutang dapat berbentuk factoring house atau sebuah
departemen khusus dalam bank komersial.
o Penebusan utang (forfaiting)
Pembelian obligasi yang timbul dari penjualan barang dan jasa
serta jatuh tempo padasuatu tanggal setelah waktu 90 sampai 180 hari
yang biasanya berlaku dalam anjak piutang, piutang-piutang ini
biasanya dalam bentuk wesel dagang atau wesel promes (promissory
note) dengan waktu jatuh temponya berkisar dari 6 bulan sampai 5
tahun.Risiko politik dan risiko transfer ditanggung oleh pelakunya.
o Bank ekspor-impor
Badan pemerintah utama yang bertanggungjawab untuk
membantu ekspor barang dan jasa AS melalui berbagai jenis pinjaman,
jaminan, dan asuransi. Program-program yang ditawarkan oleh bank
ekspopr impor, yaitu:
Pinjaman langsung dan perantara, di mana program ini
menanggung sampai 85%nilai barang dan jasa yang
diekspor, dengan perjanjian pembayaran kembali dalamsatu
tahun atau lebih.
Jaminan modal kerja
Garansi, menyediakan perlindungan pembayaran kembali
untuk pinjaman-pinjaman sektor swasta kepada para
pembeli barang modal dan jasa terkait di AS.
Asuransi kredit ekspor, suatu badan ekspor dapat
mengurangi risikopembayarannya dengan cara membeli
satu dari sekian banyak kebijakan untuk melindungi dirinya
dari risiko politik dan perdagangan dari pembeli asing
yanggagal membayar utangnya.
o Small Business Administration
Menjalankan program-program garansi pinjaman dan pinjaman
langsung untuk membantu para eksportir bisnis kecil.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, alasan lain sebuah
perusahaan tidak melakukan kegiatan ekspor adalah ketidaktahuan
mereka mengenai dukungan pemerintah. Dukungan-dukungan
pemerintah ini, antara lain:
Overseas Private Investment Corporation(OPIC)
Perusahaan pemerintah menawarkan asuransi pada para
investor Amerika di negara-negara berkembang untuk melindungi
mereka dari penipuan, ketidakmampuan suatu mata uang untuk
ditukarkan, dan kerusakan-kerusakan akibat perang atau revolusi.
Foreign Sales Corporation(FSC)
Bentuk korporasi khusus yang disahkan oleh pemerintah
federal yang memberikanpengurangan pajak bagi perusahaan-
perusahaan pengekspor.
Zona-zona Perdangangan Luar Negeri
Zona perdagangan bebas (Free Trade Zone – FTZ) yaitu
sebuah kawasan tertutup yang berada di luar wilayah kepabeanan
negara di mana FTZ berlokasi. Barang-barangyang berada di zona
ini, tidak perlu membayar bea masuk.
Perusahaan-perusahaan yang tidak mengekspor juga
mengeluhkan kerumitan prosedur ekspor, yang biasanya terkait
dengan hal dokumentasi karena jika ingin mengirim sebuah barang
ke luar negeri, jumlah dokumen yang diperlukan sangat banyak.
Menurut penelitian dari Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD), transaksi rata-rata ke luar negeri
membutuhkan 35 dokumen dan total berkasnya kira-kira360
salinan. Sedangkan total biaya dokumentasi untuk suatu
pengiriman diperkirakan antara $150 dan $300.
2.6. DOKUMEN EKSPOR DAN IMPOR
Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan
internasional (ekspor impor), baik yang dikeluarkan pengusaha,
perbankan, pelayaran, dan instansi lainnya mempunyai arti dan peranan
penting. Oleh sebab itu semua dokumen yang menyangkut kegiatan
tersebut harus dibuat dan diteliti dengan seksama.
Dokumen-dokumen dlam perdagangan internasional (ekspor
impor) tersebut dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu dokumen
induk, dokumen penunjang dan dokumen pembantu.
2.6.1. DOKUMEN INDUK
Yang dimaksud dengan dokumen induk adalah dokumen
inti yang dikeluarkan oleh Badan Pelaksana Utama Perdagangan
internasional, yang memiliki fungsi sebagai alat pembuktian
pelaksanaan suatu transaksi.. Termasuk dalam dokumen ini antara
lain:
Letter Of Credit (L/C)
Suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bang atas
permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negri
yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak
kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir
bersangkutan. Penjelasan mengenai L/C telah dibahas pada ban
sebelumnya (lihat bab 5).
Bill Of Lading (B/L)
Surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal
laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan
juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan
barang melalui laut. Penjelasan rinci tentang B/L telah
diterangkan pada bab sebelumnya (lihat bab 6).
Faktur (Invoice)
Adalah suatu dokumen yang penting dalam perdagangan,
data-data dalam invoice akan dapat diketahui berapa jumlah
wesel yang akan dapat ditarik, jumlah penutupan asuransi, dan
penyelesaian segala macam bea masuk.
Faktur (invoice) dapat dibedakan ke dalam tiga bentu yaitu :
Proforma Invoice
Merupakan penawaran dalam bentuk faktur biasa dari
penjual kepada pembeli yang potensial juga merupakantawaran
pada pembeli untuk menempatkan pesanannya yang pasti dan
sering dimintakan oleh pembeli supaya instansi yang berwenang
di negara importir akan memberikan izin impor.Faktu ini
biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang
sehingga segera setelah pembeli yang bersangkutan telah
menyetujui pesanan maka akan ada kontrak yang
pasti.Penggunaan faktur ini juga digunakan bilamana
penyelesaian akan dilakukan dengan :
Dengan pembayaran terlebih dahulu sebelum pengapalan.
Atas dasar consignment
Tergantung pada tender
Commercial Invoice
Nota perincian tentang keterangan jumlah barang-barang
yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut serta
perhitungan pembayaran. Faktur ini oleh penjual (eksportir)
ditujukan kepada pembeli (importir) yang nama dan alamatnya
sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh
yang berhak menandatangani.
Consular Invoice
Faktur yang dikeluarkan oleh instansi resmi yaitu
kedutaanatau konsulat.Faktur ini terkadang ditandatangani oleh
konsul perdagangan negri pembeli, dibuat oleh eksportir dan
ditandatangani oleh konsul negara pembeli, atau dibuat dan
ditandatangani negara sahabatdari negara pembeli.
Peraturan-peraturan antar negara memiliki perbedaan antar
satu dengan yang lainnya tetang faktur ini, tetapi yang jelas
kegunaan dari faktu ini antara lain untuk memeriksa harga jual
dibandingkan harga pasar yang sedang berlakudan untuk
memastikan bahwa tidak terjadi dumping, selain itu juga
diperlukan untuk menghitung bea masuk di tempat importir.
Dokumen (Polis) Asuransi
Surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan perusahaan
asuransi atas permintaan eksportir maupun importir untuk
menjamin keselamatan atas barang yang dikirim.
Dokumen asuransi ini pentingkarena dapat membuktikan
bahwa barang-barang yang disebut di dalamny telah diasuransi.
Jenis-jenis resikoyang ditutup juga disebutkan dalam dokumen
ini. Dokumen ini menyatakan pihak mana yang meminta asuransi
dan kepada siapa klaim dibayarkan.Setiap asuransi wajib dibayar
dengan valuta yang sama dengan L/C kecuali syarat-syarat L/C
menyatakan lain.
Besarnya asuransi tidak perlu sama dengan besarnya L/C,
dapat lebih besar atau lebih kecil tergantung pada jumlah
penarikan, syarat-syarat pengapalan, atau syarat-syarat L/C.
Penggantian kerugian apabila terjadi kerusakan atau
kehilangan akan dibayarkan senilai yang dinyatakan dalam
dokumen asuransi tersebut kepada eksportir juga kepada
importirapabila telah di endorse. Dokumen asuransi dapat dibuat
atas nama pengasuransi, atas order bank, atas nama pembawa.
2.6.2. DOKUMEN PENUNJANG
Dokumen yang dikeluarkan untuk memperkuat atau
merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk, terutama
faktur (invoice). Termasuk dalam dokumen ini antara lain :
Daftar Pengepakan (Packing List)
Dokumen ini dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian
dari barang-barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti
dan sebagainya dan biasanya diperlukan oleh bea cukai untuk
memudahkan pemeriksaan. Uraian barang tersebut meliputi jenis
bahan pembungkus dan cara mengepaknya. Dengan adanya
packing list maka importir atau pemeriksa barang tidak akan keliru
untuk memastikan isinya. Nama dan uraian barang haruslah sama
dengan seperti tercantum dalam commercial invoice.
Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin )
Surat pernyataan yang ditandatangani untuk membuktikan
asal dari suatu barang, digunakan untuk memperoleh fasilitas bea
masuk atau sebagai alat penghitung kuota di negara tujuan dan
untuk mencegah masuknya barang dari negara terlarang.
Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate Of Inspection)
Keterangan tentang keadaan barang yang dimuat oleh
independent surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi
yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia
perdagangan internasional, berfungsi sebagai jaminan atas mutu
dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, keadaan barang,
pengepakan barang, banyak isi pengepakan. Laporan yang dibuat
atas pemeriksaan kualitatif dan analitis didasarkan pada
pemeriksaan sampling 2% dari berat yang sebenarnya, dan
merupakan dokumen yang disyaratkan L/C.
Sertifikat Mutu (Certificate Of Quality )
Keterangan yang dibuat berkaitan dengan hasil analisis
barang-barang di laboratorium perusahaan atau badan penelitian
independen yang menyangkut mutu barang yang diperdagangkan.
Dalam hubungannya dengan hal tersebut di Indonesia berlaku
peraturan yang mengharuskan adanya standarisasi dan
pengendalian mutu untuk barang-barang ekspor,yaitu dengan
menerbitkan sertifikat mutu (certificate of quality). Sertifikat ini
wajib dimiliki oleh setiap eksportir untuk keperluan persagangan
apabila diminta oleh pembeli.
Sertifikat Mutu Dari Produsen (Manufacture’s Quality
Certificate)
Dokumen ini lazimnya dibuat oleh produsen atau pabrik
pembuat barang yang diekspor atau supplier yang menguraikan
tentang mutu dari barang-barang, termasuk penjelasan tentang
baru atau tidaknya barang dan apakah memenuhi standar barang
yang ditetapkan. Dokumen ini juga menunjukkan keterangan
mengenai barang yang diproduksi oleh produsen yang membawa
merek dagangnya (trade mark).
Keterangan Timbangan (Weight Note)
Catatan yang berisi perincian berat dari tiap-tiap kemasan
barang seperti yang tercantum dalam commercial invoice.
Keterangan berat dari barang-barang yang dikapalkan atas dasar
suatu L/C haruslah sama dengan yang tercantum pada dokumen-
dokumen pengapalan. Dokumen ini disamping untuk mengetahui
berat barang , juga diperlukan untuk mempersiapkan alat-alat
pengangku barang pada saat pemeriksaan barang.
Daftar Ukuran (Measurement List)
Daftar yang berisi ukuran dan takaran dari tiap-tiap kemasan
seperti panjang, tebal, garis tengah serta volume barang. Ukuran
dalam dokumen ini haruslah sama dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam L/C. Volume pengepakan setiap barang tersebut
diperlukan untuk menghitung biaya angkut atau untuk keperluan
persiapan barang.
Analisa Kimia (Chemical Analysis)
Pernyataan yang dikeluarkan oleh labotaturium kimia yang
berisi komposisi kimiawi dari suatu barang. Dokumen ini juga
menjelaskan tentang bhan-bahan dan proporsi serta kandungan
bahan yang terdapat dalam barangyang diharuskan
pemeriksaannya. Penelitian tersebut dilakukan oleh badan analisa
obat-obatan, dan bahan-bahan kimia.
Wesel (Bill Of Exchange)
Sebuah alat pembayaran yang memberikan perintah yang
tidak bersyarat dalam bentuk tertulis, yang ditujukan oleh
seseorang kepada orang lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam
wesel antara lain:
i. Drawer : yang menandatangani wesel (penarik)
ii. Drawee : yang membayar (tertarik)
iii. Payee : yang menerima pembayaran
iv. endorsee : pihak yang menerima perpindahan atau
pengalihan wesel
Dalam sebuah wesel juga terdapat jangka waktu pembayaran
yang dikenal dengan istilah tenorwesel , yaitu jangka waktu pada
saat mana sebuah wesel dapat dibayarkan yang tercantum pada
setiap wesel. Tenor dala sebuah wesel dapat dibedakan menjadi :
o Sight draft : wesel yang dibayar pada saat diperlihatkan
atau saat diminta pembayarannya.
o Time (term/usance) draft : wesel berjangka yang
dibayarkan setelah beberapa waktu kemudian, dibedakan
atas : time sight draft (wesel yang pembayarannya harus
dilakukan pada waktu tertentu setelah wesel diajukan atu di
aksep), time date draft (wesel yang harus dibayar pada
tanggal tertentu yang telah ditetapkan misalnya 30 hari
setelah pengapalan
2.6.3. DOKUMEN PEMBANTU
Instruction Manual
Keterangan terinci mengenai cara kerja suatu alat.
Layout Scheme
Gambar denah tata letak mesin
Brochure/Leaflet
Buku atau kertas berisi keterangan singkat mengenai suatu
produk
Perusahaan angkutan luar negeri bertindak sebagai agen
bagi eksportir. Perusahaan ini mempersiakan dokumen-dokumen,
memesan tempat pada angkutan, dan berfungsi sebagai
departemen lalu lintas barang ekspor bagi perusahaan. Setelah
pengiriman,perusahaan ini akan menyampaikan semua dokumen
kepada pihak importir atau kepada bank yang membayar, sesuai
dengan permintaan eksportir. Dokumentasi yang baik dan benar
akan berpengaruh pada suksesnya suatu pengiriman ekspor.
Dokumen ekspor dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Dokumen pengiriman
Dokumen ini dipersiapkan oleh para eksportir atau
perusahaan angkutan merekasehingga pengiriman melewati
pabean, dimuat ke dalam pengangkut, dan
dikirimketujuannya. Dokumen-dokumen ini meliputi:
Konosemen (bill of lading) ekspor, yang memiliki
tiga tujuan yaitu kontrak pengangkutan antara
pengirim dan pembawa (perusahaan angkutan),
tanda terima dari perusahaan angkutan atas barang-
barang yang dikirim, dan sertifikasi kepemilikan.
Daftar kemasan ekspor.
Lisensi (izin-izin) ekspor. Lisensi ekspor mencakup
komoditas ekspor di manalisensi tervalidasi tidak
diperlukan; tidak memerlukan aplikasi formal.
Surat pernyataan ekspor dari pengirim.
Sertifikat asuransi, yang merupakan bukti bahwa
pengiriman telah diasuransikanterhadap kerugian
atau kerusakan selama masa transit. Asuransi laut
atas suatu transaksi internasional dapat diatur oleh
pihak eksportir maupun pihak importir,bergantung
pada syarat-syarat penjualannya. Terdapat tiga jenis
polis asuransi laut,yaitu:
a) Basic named perils, menanggung bahaya-
bahaya di laut, kebakaran, penolakan,kargo,
ledakan, dan badai.
b) Broad named perils, mencakup pencurian,
gagal serah, kerusakan, dan kebocoran di
luar yang ditanggung oleh basic named
perils. Kedua polis inimemuat klausul yang
menentukan sejauh mana kerugian yang
disebabkan oleh bahaya yang diasuransikan
akan dibayarkan. Pembeli asuransi dapat
memilih salah satu, yaitu: bebas dari rata-
rata partikular (tidak termasuk
kerugianparsial), atau dengan rata-rata
partikular (termasuk kerugian parsial). Tarif
yangdikenakan dari kedua opsi ini tentu
berbeda-beda.
c) All risks, menanggung semua kerugian dan
kehilangan fisik dari penyebabeksternal,
serta lebih mahal daripada polis-polis di
atas. Risiko perang ditanggung dalam
kontrak yang terpisah.
2. Dokumen penagihan
Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
penagihan berbeda antara negara-negarayang satu dengan
yang lainnya. Namun, dokumen-dokumen yang paling
umumdigunakan, yaitu:
Faktur komersial (commercial invoice)
Faktur komersial untuk pesanan ekspor sama
dengan faktur domestik, hanya sajafaktur ini
mencantumkan informasi tambahan seperti asal
barang, tanda-tanda pengemasan ekspor, dan
klausul yang menyatakan bahwa barang-barang
tersebut tidak akan dialihkan ke
negara lain. Beberapa negara pengimpor
mewajibkan faktur komerial ditulis dalam bahasa
mereka dan diberikan visanya oleh konsulat mereka
setempat.
Faktur konsuler (consular invoice)
Merupakan formulir khusus. Formulir ini
dibeli dari konsulat, dipersiapkan dalambahasa
negara tujuan ekspor, kemudian diberikan visanya
oleh konsulat.
Sertifikat asal barang
Dokumen ini diterbitkan karena sejumlah
pemerintah asing mengharusnkan adanyasuatu
sertifikat terpisah mengenai asal barang yang
diekspor. Dokumen ini padaumumnya diterbitkan
oleh kamar dagang setempat dan diberikan visanya
olehkonsulat.
Sertifikat pemeriksaan
Sertifikat ini sering kali diminta oleh
pembeli barang-barang seperti biji-bijian,bahan
makanan, dan hewan hidup.
Selain hal-hal yang berkaitan dengan
prosedur ekspor ini, ekspor tentu tidak terlepas dari
masalah pengirimannya. Karena itu, di bawah ini
akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kemajuan dalam teknik-teknik penanganan
bahan yang tidak hanya dapat menghemat uang
tetapi juga dapat menjangkau pasar-pasar yang
sebelumnya tidak dapat mereka layani.
2.7. CARA MENGURANGI PENCURIAN DAN BIAYA PENANGANAN
Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi pencurian dan biaya
penanganan sekaligus adalah meliputi pemakaian peti kemas, kapal-kapal
LASH, dan RO-RO maupun angkutan udara.
o Peti Kemas
Peti kemas ini diisi oleh penjual dengan barang yang akan
dikirim dari dalam gudangnya sendiri. Peti kemas yang disegel
hanya akan dibuka pada saat barang-barang tiba di tempat tujuan
akhirnya. Peti kemas ini akan dijemput oleh trailer atau sebuah
kereta di tepi kapal, di mana barang-barang itu akan dimuat ke atas
kapal.
o Lighter Aboard Ship (LASH)
Kapal-kapal LASH memberi eksportir dan importir akses
langsung ke layanan angkutan lintas samudra meskipun mereka
berlokasi di jalur perairan dangkal. Jenis kapal ini mampu
mengangkut muatan berupa lighters (tongkang = barges).
o RO-RO Kapal RO-RO (roll on-roll)
Memungkinkan trailer-trailer yang sudah dimuati dan
segala perangkat yang memiliki roda dibawa masuk ke kapal yang
dirancang secara khusus ini. Jasa RO-RO telah membawa manfaat
dari segi pengemasan bagi pelabuhan-pelabuhan yang selama ini
tidak mampu menginvestasikan uangnya untuk peralatan-peralatan
pengangkutan yang diperlukan untuk peti-peti kemas.
o Angkutan Udara
Angkutan udara memungkinkan dilakukannya pengiriman
yang sebelumnya memakan waktu 30 hari menjadi satu hari.
Dengan menggunakan angkutan udara, para pelangganakan lebih
puas ketika mereka menerima kirimannya lebih cepat. Selain itu,
ketidakpuasan akibat kerusakan barang yang terjadi selama masa
pengiriman atau keterlambatan karena kapal pengirimnya yang
rusak sedang diperbaiki, kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Setelah mengetahui berbagai macam hal mengenai ekspor, berikut
ini akan dijelaskan mengenai hal yang berkaitan dengan impor. Masalah-
masalah yang dimiliki importir juga dimiliki oleh eksportir.
2.8. TEORI IMPOR
Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu
negara ke negara lain. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor
adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Jika perusahaan
menjual produknya secara lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih
murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negeri.
Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat
impor dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah
mengenakan tarif (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar
langsung oleh importir, yang kemudian akan membebankan kepada
konsumen berupa harga lebih tinggi dari produknya.
Demikianlah sebuah produk mungkin berharga terlalu tinggi
dibandingkan produk yang berasal dari dalam negeri. Ketika pemerintah
asing menerapkan tarif, kemampuan perusahaan asing untuk bersaing di
Negara-negara itu dibatasi. Pemerintah juga dapat menerapkan kuota pada
produk impor, yang membatasi jumlah produk yang dapat dimpor. Jenis
hambatan perdagangan seperti ini bahkan lebih membatasi dibandingkan
tarif, karena secara eskpilit menetapkan batas jumlah yang dapat dimpor.
Dalam kasus ekspor, terdapat perusahaan-perusahaan kecil yang
bisnis utamanya hanyalah mengimpor, dan terdapat perusahaan-
perusahaan dunia yang bagi mereka mengimpor komponen dan bahan
mentah senilai jutaan dolar setiap tahunnya hanyalah merupakan salah satu
fungsinya. Di bawah ini akan diuraikan mengenai cara-cara bagaimana
prospek importir mengidentifikasikan sumber-sumber impornya:
Jika produk itu tidak diimpor, maka dapat menghubungi kamar dagang
asing.
Dapat menggunakan electronic bulletin board dari berbagai World
Trade Center yang ada melalui jaringan internet.
2.9.TEKNIS KEGIATAN IMPOR
Sedangkan mengenai teknisnya, teknis kegiatan impor dapat
dibantu oleh pialang pabean. Pialang pabean (customhouse broker) yaitu
usaha independen yang menangani pengiriman impor dengan meminta
kompensasi tertentu. Pialang pabean yang bertindak sebagai agen bagi
importir membawa barang-barang yang diimpor melalui pabean, yang
mewajibkan mereka mengetahui dengan baik berbagai peraturan impor
dan daftar tarif yang ekstensif. Para pialang pabean juga dapat
menyediakan jasa-jasa lain, seperti mengatur transportasi untuk barang-
barang setelah meninggalkan pabean atau bahkan transportasi untuk
barang-barang dari suatu negara asing jika eksportir tidak melakukannya.
Setiap importir, juga harus mengetahui bagaimana menghitung
pajak-pajak impor dan klasifikasi produk. Hal ini berkaitan dengan
Harmonized Tariff Schedule of the United States (HTSUSA) yaitu versi
Amerika dari kode tarif global adalah Harmonized System, yang
digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk mengklasifikasikan
produk-produk impor. Setiap produk memiliki nomor HTSUSA-nya
sendiri yang unik. HTSUSA juga memperlihatkan unit-unit pelaporan,
yang digunakan Pabean AS dalam kegiatan Administrasinya.
BAB III
STUDI KASUS
Masalah Ekonomi : Ekspor dan Impor Beras di Indonesia
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam masalah ini, sebenarnya kita sama-sama mengetahui
bahwa negara kita ini merupakan negara yang sangat subur dan yang
paling menguntungkan adalah negara kita merupakan negara dengan
penghasil komoditi utama yaitu beras. Dalam hal Ekspor dan Impor,
ternyata Indonesia dengan segala keunggulan dibidang pertanian
khususnya dalam hal komoditi beras, masih membeli (Impor) beras dari
negara lain.
Pemerintah Indonesia berencana untuk mengimpor 2 juta ton beras
tahun 2012 ini. Rencana impor beras oleh itu, untuk memastikan
ketersediaan stok beras di dalam negeri. Sebelumnya, Indonesia berniat
untuk tidak impor karena ada prediksi kenaikan produksi panen tahun ini.
Namun ternyata, panen tahun ini belum mencukupi untuk kebutuhan
nasional.
Diantara negara yang menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam
hal impor beras antara lain : Thailand, Vietnam, Kamboja dan Myanmar.
Dari negara-negara tersebut, contohnya Myanmar yang bisa mengekspor
beras ke Indonesia karena mereka mendapatkan surplus sekitar
dua juta ton beras disebabkan oleh konsumsi masyarakat mereka yang
rendah.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor mengapa Indonesia melakukan impor
beras dari luar negri sedangkan kita sama-sama mengetahui bahwa negara
kita Indonesia ini termasuk negara yang sangat subur.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kita dapat
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
Mengapa Indonesia masih mengimpor beras dari luar negri
sedangkan Indonesia termasuk salah satu negara dengan kontribusi
terhadap produksi beras dunia mencapai 8,5%?
Apa solusi untuk menciptakan ketahanan pangan di Indonesia?
C. LANDASAN TEORI
Landasan teori yang digunakan dalam makalah ini menggunakan
teori-teori dasar dalamekonomi. Teori-teori dasar tersebut terbagi menjadi
dua golongan yaitu :
1. Teori Mikroekonomi
Dalam teori mikroekonomi ini menganalisis hal-hal seperti
interaksi penjual dan pembeli di pasar barang, tingkah laku
pembeli dan penjual dalam melakukan kegiatan ekonomi, dan
interaksi penjual dan pembeli di pasaran faktor.
2. Teori Makroekonomi
Sedangkan dalam teori makroekonomi menganalisis aspek
berikut seperti penentuan kegiatan perekonomian dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, masalah inflasi dan pengangguran dan
faktor yang menyebabkannya, dan bentuk-bentuk kebijakan
pemerintah dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi yang
timbul.
D. PEMBAHASAN
Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan
sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah
Indonesia yang sangat subur. Negara Indonesia memiliki peran penting
sebagai produsen bahan pangan di mata dunia. Indonesia adalah produsen
beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia
terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton. China dan
India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54%. Vietnam dan
Thailand yang secara tradisional merupakan negara eksportir beras hanya
berkontribusi 5,4% dan 3,9%.
Dalam konteks pertanian umum, Indonesia memiliki potensi yang luar
biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak
menguasai pasar dunia. Namun, dalam konteks produksi pangan memang
ada suatu keunikan. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara
penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu
menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan terutama beras.
Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi
kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor
beras dari Negara penghasil pangan lain seperti Thailand. Salah satu
penyebab utamanya adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data
statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa, makanan pokok
semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras
menjadi sangat besar.
Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia
dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata
konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan
Philppine 100 kg. Hal ini mengakibatkan kebutuhan beras Indonesia
menjadi tidak terpenuhi jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri
dan harus mengimpornya dari negara lain.
Selain itu, Indonesia masih mengimpor komoditas pangan lainnya
seperti 45% kebutuhan kedelai dalam negeri, 50% kebutuhan garam dalam
negeri, bahkan 70% kebutuhan susu dalam negeri dipenuhi melalui impor.
Faktor lain yang mendorong adanya impor bahan pangan adalah
iklim, khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor
pertanian pangan, seperti yang terjadi saat ini. Pergeseran musim hujan
dan musim kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan
waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih besarta pupuk yang
digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan
benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak
menentu yang dapat menyebabkan kelangkaan karena keterlambatan
pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil produksi pangan pada waktu itu
menurun.
Bahkan terjadinya anomali iklim yang ekstrem dapat secara
langsung menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan tertentu,
karena tidak mendukung lingkungan yang baik sebagai syarat tumbuh
suatu tanaman. Contohnya saat terjadi anomali iklim El Nino
menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman tebu, sehingga negara
melalukan impor gula.
Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan
pertanian yang semakin sempit. Terdapat kecenderungan bahwa konversi
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian mengalami percepatan. Dari
tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah di Jawa seluas
1 Juta Ha di Jawa dan 0,62 juta Ha di luar Jawa. Walaupun dalam periode
waktu yang sama dilakukan percetakan sawah seluas 0,52 juta ha di Jawa
dan sekitar 2,7 juta Ha di luar pulau Jawa, namun kenyataannya
percetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi, tidak
mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap
beras impor.
Ketergantungan impor bahan baku pangan juga disebabkan
mahalnya biaya transportasi di Indonesia yang mencapai 34 sen dolar AS
per kilometer. Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand, China, dan
Vietnam yang rata-rata sebesar 22 sen dolar AS per kilometer. Sepanjang
kepastian pasokan tidak kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka
industri produk pangan akan selalu memiliki ketergantungan impor bahan
baku.
Faktor-faktor di atas yang mendorong dilakukannya impor masih
diperparah dengan berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang semakin
menambah ketergantungan kita akan produksi pangan luar negeri. Seperti
kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi. Privatisasi,
akar dari masalah ini tidak hanya parsial pada aspek impor dan harga
seperti yang sering didengungkan oleh pemerintah dan pers. Lebih besar
dari itu, ternyata negara dan rakyat Indonesia tidak lagi punya kedaulatan,
yakni kekuatan dalam mengatur produksi, distribusi dan konsumsi di
sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, kita telah tergantung oleh
mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.
Privatisasi sektor pangan—yang notabene merupakan kebutuhan pokok
rakyat—tentunya tidak sesuai dengan mandat konstitusi RI, yang
menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Faktanya, Bulog dijadikan privat, dan industri hilir
pangan hingga distribusi (ekspor-impor) dikuasai oleh perusahaan seperti
Cargill dan Charoen Phokpand. Mayoritas rakyat Indonesia jika tidak
bekerja menjadi kuli di sektor pangan, pasti menjadi konsumen atau end-
user. Privatisasi ini pun berdampak serius, sehingga berpotensi besar
dikuasainya sektor pangan hanya oleh monopoli atau oligopoli (kartel),
seperti yang sudah terjadi saat ini.
Liberalisasi, disebabkan oleh kebijakan dan praktek yang
menyerahkan urusan pangan kepada pasar (1998, Letter of Intent IMF),
serta mekanisme perdagangan pertanian yang ditentukan oleh perdagangan
bebas (1995, Agreement on Agriculture, WTO). Akibatnya negara
dikooptasi menjadi antek perdagangan bebas. Negara ini pun melakukan
upaya liberalisasi terhadap hal yang harusnya merupakan state obligation
terhadap rakyat. Market access Indonesia dibuka lebar-lebar, bahkan
hingga 0% seperti kedelai (1998, 2008) dan beras (1998). Sementara
domestic subsidy untuk petani kita terus berkurang (tanah, irigasi, pupuk,
bibit, teknologi dan insentif harga). Di sisi lain, export subsidy dari
negara-negara overproduksi pangan seperti AS dan Uni Eropa beserta
perusahaan-perusahaannya malah meningkat. Indonesia pun dibanjiri
barang pangan murah, sehingga pasar dan harga domestik kita hancur. Hal
ini jelas membunuh petani kita.
Deregulasi, beberapa kebijakan sangat dipermudah untuk
perusahaan besar yang mengalahkan pertanian rakyat. Seperti contoh UU
No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air,
Perpres 36 dan 65/2006, UU No. 18/2003 Tentang Perkebunan, dan yang
termutakhir UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. Dengan
kemudahan regulasi ini, upaya privatisasi menuju monopoli atau kartel di
sektor pangan semakin terbuka. Hal ini semakin parah dengan tidak
diupayakannya secara serius pembangunan koperasi-koperasi dan UKM
dalam produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan.
Dengan sistem kebijakan dan praktek ini, Indonesia kini tergantung
kepada pasar internasional (harga dan tren komoditas). Maka saat terjadi
perubahan pola-pola produksi – distribusi – konsumsi secara internasional,
kita langsung terkena dampaknya. Kasus kedelai 2008 ini sebenarnya
bukanlah yang pertama, karena ada kasus-kasus sebelumnya (beras pada
tahun 1998, susu pada tahun 2007, dan minyak goreng pada tahun 2007).
Hal ini akan sedikit banyak serupa pada beberapa komoditas pangan yang
sangat vital bagi rakyat yang masih tergantung pada pasar internasional:
beras, kedelai, jagung, gula, singkong dan minyak goreng.
E. PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengurangi dampak ketergantungan kita akan bahan pangan
impor dan menciptakan ketahanan pangan, diperlukan beberapa usaha di
antaranya yaitu:
1) Mematok harga dasar pangan yang menguntungkan petani dan
konsumen. Harga tidak boleh tergantung kepada harga
internasional karena tidak berkorelasi langsung dengan ongkos
produksi dan keuntungan. Harga harus sesuai dengan ongkos
produksi dan keuntungan petani dan kemampuan konsumen.
2) Memberikan insentif harga kepada petani komoditas pangan
(terutama beras, kedelai, jagung, singkong, gula dan minyak
goreng) jika terjadi fluktuasi harga. Hal ini sebagai jaminan untuk
tetap menggairahkan produksi pangan dalam negeri.
3) Mengatur kembali tata niaga pangan. Pangan harus dikuasai oleh
negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Bulog bisa diberikan peran ini, tapi harus dengan intervensi yang
kuat dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Keuangan.
4) Mengoptimalkan penelitian dan pengembangan benih varietas
unggul yang tahan terhadap anomali iklim dan berumur sedang. Ini
dapat dilakukan dengan melibatkan lembaga-lembaga penelitian,
studi perguruan tinggi, maupun kerjasama bilateral.
5) Menambah produksi pangan secara terproyeksi dan
berkesinambungan, dengan segera meredistribusikan tanah objek
landreform yang bisa segera dipakai untuk pertanian pangan.
6) Menyediakan insentif bagi petani komoditas pangan, terutama
bibit, pupuk, teknologi dan kepastian beli.
7) Memperlancar arus distribusi hasil pertanian dengan siklus yang
pendek, sehingga dapat tersalurkan ke seluruh penjuru Nusantara
dengan harga yang terjangkau sampai ke tangan rakyat.
8) Memberikan dukungan pelembagaan organisasi petani komoditas
pangan, yakni kelompok tani, koperasi, dan ormas tani.
9) Menciptakan diversifikasi pangan yang memiliki nilai gizi yang
setara dengan beras dan ekonomis terjangkau oleh rakyat.
Sehingga rakyat tidak selalu bergantung pada ketersediaan beras.
Hal ini dapat dijalankan bersamaan dengan menggali potensi
tanaman tradisional (lokal) yang sudah terbiasa dikonsumsi oleh
masyarakat setempat.
10) Untuk menunjang budidaya tanaman pangan yang lebih cermat dan
akurat perlu didukung dengan ketersediaan data iklim khususnya
curah hujan yang secara kontinyu dapat di-update secara otomatis
dari stasiun-stasiun iklim yang telah dipasang. Selain itu,
Balitklimat telah dan sedang menyusun kalender tanam yang
diharapkan dapat membantu Dinas Pertanian, petani dan pelaku
agribisnis serta pengguna lainnya dalam budidaya dan
pengembangan tanaman pangan khususnya dan tanaman-tanaman
semusim lainnya.
F. MENGAPA IMPOR
Pertama, bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor dengan tujuan
mengamankan stok beras dalam negeri. Bulog berargumen bahwa data
produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan
produksi beras yang merupakan kerjasama antara BPS dan Kementrian
Pertanian ini masih diragukan keakuratannya, terutama metode
perhitungan luas panen yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang
megandalkan metode pandangan mata.
Selanjutnya, data konsumsi beras juga diperkirakan kurang akurat.
Data ini kemungkinan besar merupakan data yang underestimate atau
overestimate. Angka konsumsi beras sebesar 139 kg/kapita/tahun
sebenarnya bukan angka resmi dari BPS. Jika merujuk pada data BPS
yang didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),
konsumsi beras pada tahun ini mencapai 102 kg/kapita/tahun. Angka ini
underestimate, karena SUSENAS memang tidak dirancang untuk
menghitung nilai konsumsi beras nasional.
Sebenarnya kebijakan impor beras ini juga bisa menjadi tantangan
tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas beras.
Para petani dituntut untuk berproduksi bukan hanya mengandalkan
kuantitas tetapi juga kualitas. Tentunya hal ini sedikit sulit terjadi tanpa
adanya dukungan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan petani lokal relatif
tertinggal dari petani luar negeri terutama dalam bidang teknologi.
Pemerintah harus memberi kepastian jaminan pasar sebagai peluang
mengajak petani bergiat menanam komoditas tanaman pangan.
Mengapa Tidak Impor
Kebijakan yang dipilih pemerintah untuk membuka kran Impor
juga mendatangkan kontra. Pada satu sisi, keputusan importasi beras
tersebut berlangsung ketika terjadi kenaikan harga beras saat ini. Selain
itu, produksi padi dalam negeri dinyatakan cukup, dan masa panen masih
berlangsung di banyak tempat. Bahkan berdasarkan Angka Ramalan
(ARAM) II yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi
nasional tahun ini diperkirakan mencapai 68,06 juta ton gabah kering
giling, meningkat 1,59 juta ton (2,40%) dibandingkan tahun 2010 lalu.
Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen
seluas 313,15 ribu hektar (2,36%), dan produktivitas sebesar 0,02 kuintal
per hektar (0,04%). Sementara itu, berdasarkan data Kementerian
Pertanian, terdapat tiga provinsi yang mencatat surplus padi, yakni Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Surplus yang tejadi pada
beberapa daerah ini tentunya dapat dijadikan cadangan oleh Bulog dan
untuk didistribusikan ke daerah lain yang mengalami defisit.
Selanjutnya, impor beras yang terjadi di tengah produksi berlebih
menurut data BPS sekarang ini memiliki dampak negatif yang panjang,
seperti berkurangnya devisa negara, disinsentif terhadap petani, serta
hilangnya sumber daya yang telah terpakai dan beras yang tidak
dikonsumsi dan terserap oleh bulog.
G. PENUTUP
Kesimpulan
Dalam masalah ini, adanya proses impor beras dari luar negri
disaat nilai produksi beras di Indonesia mengalami surplus memang
banyak menimbilkan tanda tanya. Seharusnya, pemerintah dalam hal ini
khususnya Bulog melakukan manajemen stok yang lebih baik, bulog harus
memaksimalkan penyerapan beras dari para petani lokal. Hal ini selain
dapat mengamankan stok beras juga dapat menghasilkan pendapatan bagi
petani sehingga kesejahteraan petani dapat naik. Bulog harus lebih agresif
menyerap gabah dari petani agar mereka tidak dirugikan.
Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat menggelar operasi pasar
untuk menstabilkan harga. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan
manajemen stok yang baik. Pemerintah harus berkomitmen kuat mengatasi
segala persoalan perberasan nasional secara komprehensif dari hulu ke
hilir agar tidak harus selalu bergantung pada impor.
Akan tetapi, kebijakan untuk mengimpor beras dengan alasan
pengamanan stok oleh Bulog ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Hal
ini dikarenakan data produksi dan data konsumsi beras yang masih
diragukan keakuratan dalam perhitungannya. Pada akhirnya, tugas bagi
berbagai pihak yang terkait adalah memperbaiki kinerja masing-masing.
BPS diharapkan dapat memberikan data yang lebih akurat lagi.
Akan tetapi, diperlukan juga kebijaksanaan oleh Bulog agar setiap
kebijakan yang diambil tidak merugikan petani lokal yang
kesejahteraannya masih rendah tanpa mengorbankan ketahanan pangan
Indonesia.
Saran
Berdasarkan pemaparan masalah diatas, kami menyarakan
pemerintah khususnya BULOG untuk lebih memperhatikan dan
merealisasikan manajemen stok yang lebih baik serta memaksimalkan
penyerapan beras lokal dari petani-petani lokal, sehingga stok beras dapat
diatur dengan baik dan petani Indonesia pun dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
-Sumber-
Ball, Donald A dkk. 2005.Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global
Edisi 9 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/11/29/indonesia-negara-
penghasil-pangan-yang-masih-impor-bahan-pangan/
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/11/15/kebijakan-impor-beras-di-
indonesia/