blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut...
Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2014/11/LAPORAN-PRAKTIKUM-SKPN-IKA.docx · Web viewMenurut...
LAPORAN PRAKTIKUMMK. SURVEY DAN KONSERVASI PLASMA NUTFAH
PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA DI
BALITJESTRO
IKA DYAH SARASWATI
DOSEN PENGAMPU:Prof. Dr. LITA SUTOPO
PROGRAM STUDI ILMU TANAMANPROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2014
PENDAHULUAN
Plasma nutfah adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting
karena tanpa plasma nutfah kita tidak dapat melaksanakan pemuliaan tanaman,
membentuk kultivar atau varietas baru, karena itu plasma nutfah harus dikelola
secara tepat sehingga dari plasma nutfah tersebut pemulia dapat mengembangkan
kultivar-kultivar unggul. Plasma nutfah harus dikonservasi karena plasma nutfah
sering mengalami erosi genetik yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah
semakin menurun.
Menurut Anonymousa, (2014), kemajuan pemuliaan tanaman yang
dilakukan dengan melalui proses seleksi, di satu pihak menguntungkan manusia
dan di lain pihak merugikan. Pemurnian bentuk-bentuk landrace yang heterogen
yang mengakibatkan ada bentuk-bentuk yang terbuang dan pembuangan ini dapat
menimbulkan erosi genetik terutama pada jenis-jenis yang dianggap tidak
memiliki potensi. Ancaman terjadinya erosi genetik ini menyebabkan kegiatan
seleksi yang akan dilakukan harus dipikirkan masak-masak genotipe mana yang
harus dibuang dan disimpan atau yang dianggap mempunyai nilai genetik tinggi
yang disimpan, sementara yang berpotensi genetik rendah dibuang. Adanya
seleksi dan pemurnian genotip dapat menyebabkan keseragaman meningkat
sehingga tidak tahan terhadap berbagai kondisi biotik maupun abiotik yang tidak
menguntungkan.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah
terjadinya erosi genetik yang makin meningkat terhadap plasma nutfah, maka
perlu diberikan perhatian yang lebih besar terhadap plasma nutfah yang ada,
terutama dalam hal ini adalah varietas-varietas lokal tanaman pertanian. Perhatian
tersebut diberikan melalui upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam
bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi) dan pelestarian
(konservasi). Selanjutnya untuk meningkatkan nilai guna dari materi plasma
nutfah, perlu diikuti dengan upaya identifikasi karakterkarakter penting melalui
kegiatan karakterisasi dan evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan sehingga
akan memudahkan dalam upaya pemanfaatannya.
PELAKSANAAN FIELDTRIP
Field trip dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2014 dengan tempat tujuan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), khususnya di Kebun Percobaan Tlekung dan Kebun Percobaan Punten.
Gambar 1. Tempat pelaksanaan fieldtrip
Gambar 2. Konservasi plasma nutfah jeruk di KP Punten dan KP Tlekung
Gambar 3. Koleksi dan konservasi apel di KP. Tlekung
Gambar 4. Koleksi dan konservasi plasma nutfah anggur di KP. Tlekung
Gambar 5. Koleksi dan konservasi lengkeng di KP. Tlekung
Gambar 6. Koleksi dan konservasi in vivo plasma nutfah stroberi di KP Tlekung dan Konservasi i vitro plasma nutfah stroberi di laboratorium pemuliaan tanaman
Kondisi umum koleksi dan konservasi plasma nutfah:
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak
di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada
pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan
laut. Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan
pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di
bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Tugas utama Balitjestro adalah melaksanakan
kegiatan penelitian tanaman jeruk, buah subtropika dan buah subtropika lain.
Fungsi Balitjestro adalah melaksanakan dan menyusun program, rencana
kerja, dan anggaran, mengevaluasi dan melaporkan penelitian tanaman jeruk dan
buah subtropika, melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan
tanaman jeruk dan buah subtropika, melaksanakan penelitian, eksplorasi,
konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jeruk dan buah
subtropika, melaksanakan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi dan fitopatologi tanaman jeruk dan buah subtropika, melaksanakan
penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jeruk dan
buah subtropika, melaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman jeruk dan
buah subtropika, memberikan pelayanan teknis penelitian tanaman jeruk dan buah
subtropika dan menyiapkan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta
menyebarluaskan dan memberdayagunakan hasil penelitian tanaman jeruk dan
buah subtropika.
Sampai saat ini Balitjetro telah mengkoleksi 224 aksesi jeruk (tabel 1), 72
aksesi apel, 43 aksesi anggur, 32 aksesi lengkeng dan 28 aksesi stroberi. Semua
koleksi tersebut diperoleh dari hasil ekslporasi di seluruh Indonesia dan
introduksi.
Konservasi plasma nutfah jeruk dilakukan di dua tempat yaitu di rumah
kasa KP Punten untuk duplikat pohon induk dan ditanam di lapang KP Tlekung
(Gambar 2). Konservasi plasma nutfah buah apel dilakukan di dua tempat yaitu
di KP Banaran, Kota Batu dan KP Tlekung (Gambar 3). Begitu pula plasma
nutfah anggur yang juga dikonservasi di dua tempat, yaitu di KP Banjarsari,
Probolinggo dan KP Tlekung (Gambar 4). Plasma nutfah lengkeng dan stroberi
hanya dikonservasi di KP Tlekung (Gambar 5 dan 6).
a) KP. Tlekung
Kebun Percobaan (KP) Tlekung menempati lahan seluas 12,96 Ha tanah,
terletak pada ketinggian 950 m di atas permukaan laut, memiliki jenis tanah
Latosol dan tipe iklim D dengan curah hujan 1.800 mm / tahun. Daerah ini cocok
untuk pertumbuhan tanaman jeruk dan buah subtropika. Saat ini, ada sekitar 1.625
pohon buah-buahan yang ditanam di Kebun Percobaan ini dan hampir 40% (4,5
Ha) dari luas total Tlekung Kebun Percobaan ditanam jeruk (2 Ha). KP Tlekung
masih cukup luas menyediakan lahan untuk pengembangan tanaman baik sebagai
bahan penelitian atau koleksi plasma nutfah. Kebun yang terletak di Kota Batu ini
menyatu dengan kantor Balitjestro. Kegiatan yang dilakukan di KP Tlekung
adalah penelitian dan pemeliharaan rutin tanaman.
b) KP. Banaran
Kebun Percobaan Banaran mempunyai lahan seluas ± 12.195 m2, terletak
di desa Bumiaji dengan ketinggian tempat ± 950 dpl merupakan salah satu tempat
perbenihan apel sesuai dengan alur yang berlaku mulai dari Pohon Induk Tunggal,
Blok Fondasi, BPMT sampai benih siap salur. Kebun Percobaan ini mempunyai 4
orang tenaga harian tetap diantaranya 2 orang untuk kegiatan rutinitas kebun
sedang sisanya untuk kegiatan penelitian UPBS (Unit Penyediaan Benih Sumber)
apel.
c) KP. Punten
Kebun percobaan Punten memiliki luas lahan 2,7 ha terletak di Desa
Sidomulyo dan Gunung Sari Kota Batu, berada di ketinggian 950 m dpl. Jenis
tanah yang ada di wilayah KP punten adalah Epitsol.Kebun Percobaan Punten
merupakan kebun Koleksi Plasma Nutfah Jeruk yang hingga tahun 2013
memiliki 224 asesi, disamping itu, KP Punten juga difungsikan untuk
memproduksi benih sumber melalui kegiatan UPBS yang telah didistribusikan
kepada 22 daerah di Indonesia, serta mengelola pohon induk BF dan BPMT.
d) KP. Kliran
Kebun percobaan Kliran adalah salah satu bagian dari Balai Penelitian
Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika yang berjumlah 8 kebun percobaan yang
terletak di Dusun Kliran Desa Bulukerto Bumiaji Kota Batu pada ketinggian 950
m di atas permukaan laut. Adapun Kebun Percobaan Kliran II terletak di Dusun
Sumberberantas-Desa Tulung Rejo pada ketinggian 1450 m dpl. Kebun percobaan
Kliran luas kebun seluruhnya adalah 0,6 Ha, yang terbagi menjadi 2 lokasi, yaitu :
seluas 0,5 Ha berada di Kliran dan 0,1 Ha berada di Sumberbrantas. Jarak antara
kedua lokasi tersebut 12 km.
Kebun Percobaan Kliran sebelumnya mempunyai 61 varietas apel yang
mana telah memposisikan KP Kliran sebagai kebun plasma nutfah terbesar
dengan keragaman sumber genetik di Jawa Timur. Pada tahun 2006 dan 2007
telah dilakukan peremajaan (rekoleksi) di Balitjestro, sehingga pemeliharaan
tanaman koleksi tersebut dilakukan di Tlekung.
e) KP. Banjarsari
Kebun Percobaan (KP) Banjarsari berdiri sejak tahun 1955 dan merupakan
kebun satu-satunya koleksi plasma nutfah anggur yang terlengkap di Indonesia,
letak kebun percobaan Banjarsari sangat strategis yaitu terletak di sebelah barat
kota Probolinggo yang menghubungkan antara Kota Surabaya/Jember dan
Banyuwangi. KP Banjarsari luasnya 4,76 Ha dengan jenis tanah alluvial dan
tinggi tempat 4 mdpl. Iklim di daerah ini bercurah hujan rata-rata/tahun 1.200 mm
dengan hari hujan rata-rata/tahun 90 hari. Suhu udara rata-rata/tahun 28 C dengan
suhu minimum 21 C dan suhu maksimum 34 C, kelembaban nisbi rata-rata 76 %.
Kebun Percobaan (KP) Banjarsari selama ini dikenal sebagai koleksi
anggur terlengkap di Indonesia. Namun saat ini (2014), selain anggur KP
Banjarsari dijadikan pula sebagai kebun koleksi plasma nutfah lengkeng dataran
rendah dan jeruk. Penanaman plasma nutfah lengkeng dan jeruk untuk
mengoptimalkan lahan dan sebagai upaya optimalisasi karakterisasi yang selama
ini dilakukan di dataran tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Koleksi plasma nutfah jeruk di Balitjestro
Asal Propinsi
∑Aksesi %Koleksi Aksesi Jeruk
Aceh 4 3% P. Giri matang, P. Giri Siam, K. Gayo, K. Wangkang
Bali 5 4% K. Tejakula, M. Kali Bali,M. Tejakula,P. Bali Besar Putih, S. Kintamani
Bangka-Belitung
2 2% K. Blinyu 3, K. Blinyu 4
Bengkulu 1 1% Nagamik bulat
kep. Riau 5 4% P. Kel.Maseri, Kec. Bataonga WD Maiyah, P. WD. Merah Mudah , P. WD.Mariyah Merah Tua, P. WD-MD-M
Jabar 9 7% K. licin, K. Konde, K. Slopen, K. garut 1, K. Garut, K. Cilaku, K. Sungai Bamban, P. Cikoneng, K. Maseh
Banten 1 1% K. BantenJakarta 1 1% K. Jepun BetawiJambi 1 1% K. Pulau tengah
Jateng 8 6% K. Grabag Pandean, K. Kedu, K. Konde Purworejo, K. Uwik Ragi, P. Putih Tanpa Biji, P. Kudus, P. Bageng, Siam Pati
Jatim 28 22% K. Batu, K. Batu 231, K. Batu 55, K. Pulung, Siam Jember, K. Tawangmangu, Nipis Wajak, M. Pacitan, M. Punten, M. Punten 168, M. Punten 495, M. Punten 598, M. Waturejo, P. Adas Nambangan, P. Besar Gulung, P. Besar Merah, P. Besar Nambangan, P. Bulat Hijau, P. Lonjong Hijau, P. Merah Duku, P. Nambangan, P.Nambangan Lamin, P. Putih Magetan, P. Putih Sri Nyonya, P. Ratu, P. Nawangan, K. Jepun Madura Pmk, K. Madura
Kalbar 6 5% Siam Pontianak, P. Besar Merah, P. Besar Putih, P. Sambas, K. Terigas, Kalamanci
Kalsel 4 3% P. Besar Merah (B), P. Besar Putih (S), Siam Banjar, Limau Kuit
kaltim 4 3% Nipis kutai, P. Sweet Borneo, S. Rantau Pulung, K. Borneo Prima
Maluku Tenggara
6 5% Lemon Matbar,Lemon Ba, lemon Ub, Lemon Nipis, lemon Nipis kecil, Lemon Manis
Maluku utara
4 3% K. Topo Hitam, K. Topo Putih, K. lemo Cina, Lemo Swanggi
NTB 3 2% P. Kota Raja, P. taliwang merah, P. taliwang putih
NTT 9 7% P. Paperalus BBI Non Bes. K. SoE, M. Kupang, P. Kisar Besar BBI Non Bes., P. Kisar Kecil Manis, BBI Non Bes., P. Obesi , K. Kisar, P. Ds. Tutem Molu Utara Bonjong Kisar
Papua 1 1% K. kelilaRiau 1 1% K. RiauSulsel 8 6% P. Pangkajene Merah, P. Pangkajene
Putih, K. Selayar Krtg, K. Taning, P. Sigola-Gola, P. Passiki, P. Baco, P. Kasua
Sulbar 2 2% S. Mamuju kulit tebal, S. mamuju kulit tipis
Sumbar 11 9% K. Kacang Singkarak, K. Manis Singkarak, P. King/Raja, P. Pasaman, K. Kanci, S. Muna, S. Gunung Omeh, K. Berasitepu, K. Krifta, K. Tayayan, K. Kacang singkarak
Sumut 3 2% K. Siompu, K. Sipirok, S. Madu
Public Domain
2 2% K. Jeruk Sambal, Purut
Aksesi-aksesi jeruk yang ada di Balijestro merupakan hasil dari eksplorasi
yang dilakukan dari seluruh Indonesia yang selanjurnya dikoleksi. Dalam kegiatan
koleksi juga diikuti dengan kegiatan pemrliharaan, rejuvinasi, evaluasi dan
pencatatan karakter dari aksesi sebagai upaya untuk dokumentasi aksesi.
3% 4%2%
1%
4%
7% 1%1%1%
6%
22%
5%3%
3%
5%3%2%
7%
1%1% 6%
2% 9%
2% 2%
Koleksi jeruk BalitjestroAceh BaliBangka-Belitung Bengkulukep. Riau JabarBanten JakartaJambi JatengJatim KalbarKalsel kaltimMaluku Tenggara Maluku utaraNTB NTTPapua RiauSulsel SulbarSumbar SumutPublic Domain
Hasil eksplorasi dan koleksi terbanyak dari Jawa Timur sementra yang
paling sedikit berasal dari Bengkulu, Banten, Jakarta, Jambi, Riau, dan Papua.
Jeruk-jeruk tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai materi genetik untuk
penelitian guna peningkatan mutu genetik jeruk.
Hayward, et al., (1993) menjelaskan bahwa ada banyak tahapan dalam
pemuliaan tanaman, salah satu langkah awal adalah pemenuhan kebutuhan
keragaman plasma nutfah. Konservasi ex situ banyak dilakukan untuk mendukung
konservasi plasma nutfah karena adanya kendala konservasi in situ. Langkah
langkah konservasi adalah sebagai berikut:
a. Koleksi: koleksi plasma nutfah dapat dilakukan dengan mengumpulkan
semua bahan genetik yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan dan
pemuliaan, contohnya umbi, tanaman utuh, jaringan meristeatis, pollen, biji
dan jenis lain tergantung pada karakteristik masing-masing tanaman.
Sampling adalah salah satu cara pelaksanaan koleksi yaitu dengan
mengambil sample berdasarkan jumlah bahan koleksi yang akan diambil per
sampel, jumlah persebaran bahan koleksi, jumlah persebaran dan sampel
yang akan diambil untuk koleksi.
b. Pemeliharaan atau maintenance: salah satu tugas konservasi adalah untuk
memperbanyak koleksi atau terus mempertahankan agar bahan koleksi tetap
hidup dalam jangka waktu panjang. Cara pemeliharaan dan perbanyakan
sangat ditentukan oleh cara perbanyakan untuk masing-masing jenis koleksi,
misalkan untuk koleksi membiak generatif dan membiak vegetatif maka
cara penanganannya juga akan berbeda
c. Rejuvinasi atau perbanyakan bahan koleksi: hal ini dilakukan untuk
menantisipasi terjadinya the lost of germinations capasity atau hilangnya
kapasitas berkecambah untuk koleksi berupa biji dan menghindari
kemungkinan hilangnya kemampuan untuk tumbuh bagi tanaman membiak
vegetatif. Pembiakan atau perbanyakan harus sedemikian rupa dibuat agar
sama dengan asal koleksi tersebut diambil.
d. Evaluasi: tujuan koleksi salah satunya untuk bahan pemuliaan di masa
mendatang jika dibutuhkan, oleh karena itu sangat penting bagi pemulia
untuk mengetahui susunan genetik dari bahan genetik koleksinya.
Pemebentukan deskripsi untuk masing-masing koleksi juga diperlukan
untuk mendukung kegiatan pemuliaan terutama jika digunakan sebagai tetua
dalam persilangan maka harus diketahui susunan genetiknya yaitu sebagai
kegiatan seleksi pre-breeding .
e. Dokumentasi: kegiatan dokumentasi adalah salah satu kunci untuk
memberikan informasi mengenai koleksi pada germplasm bank yang juga
berguna dalam evaluasi dan membantu pemulia untuk mendpatkan
informasi yang dibutuhkannya
f. Penyebaran informasi yang ada dari germplasm bank atau bank koleksi
plasma nutfah secara terbuka melalui organisasi plasma nutfah misalkan
IPBGRI, CIAT, FAO dan lain sebagainya untuk memudahkan pemulia atau
peneliti dalam pengembangan plasma nutfah tersebut dan penyebaran
plasma nutfah juga dapat diambil sebagai langkah untuk menanggulangi
peneyabaran hama penyakit.
Dari asesi jeruk yang ada terdapat 18 jenis jeruk, yaitu Grapefruit (C.
paradisi), Keprok/Mandarin (C.reticulata), Siam (C. suhuiensis), Limau/Lime (C.
limon), Manis/Sweet orange (C. sinensis), Jeruk Besar/Pamelo (C.grandis/maxima
Merr), Jeruk purut (Citrus.hystrix), Nagami Kumquat (Fortunella margarita),
Tangelo (C. reticulata x C. maxima), Tangor (C. reticulata x C. sinensis),
Severenia (Citrus buxifolia), Citron (Citrus medica), Trifoliata (Poncirus
trifoliata), Citrumello (P.trifoliata x C. maxima), Citrange (P.trifoliata x C.
sinensis), Limnocitrus littoralis, Feroniella lucida dan lain-lain /tanaman F1 hasil
persilangan.
Dari hasil koleksi tersebut sampai saat ini yang telah dilepas/didaftarkan
adalah : Keprok Batu 55, Siam Ponorogo, Pamelo Sri Nyonya, Pamelo
Nambangan, Siam Pontianak, Siam Banjar dll; selanjutnya varietas-varietas
tersebut menjadi materi dasar pengembangan jeruk dan buah subtropika di
Indonesia.
Pada saat ini di Balitjestro sedang dikembangkan pembentukan tanaman
bebas penyakit yang sudah dilakukan untuk tanaman jeruk dengan Shoot tip
grafting (STG) dan kultur meristem pada tanaman stroberi.
Gambar 7. Pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit: a) Persiapan batang atas dan batang bawah, b) Mikrografting meristem jeruk secara in vitro, c) Planlet
hasil mikrografting, d) Tanaman hasil regrafting, e) Tanaman hasil regrafting, f) Duplikat PIT plasma nutfah jeruk di rumah kasa
Usaha untuk pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit utama di
Balitjestro adalah dengan menyiapkan batang atas dan batang bawah dengan
karakter kualitas buah dan ketahanan terhadap penyakit. Batang atas dan batang
bawah disambungkan dengan teknik mikrografting secara in vitro. Setelah plantlet
terbentuk selanjutnya dilakukan regrafting. Tanaman hasil regrafting ditanam di
rumah kasa dan dilakukan indexing untuk mengetahui status ketahanan tanaman.
Steleh didapatkan tanaman yang tahan maka diambil setidaknya dua tanaman
untuk dikoleksi di rumah kasa.
Menurut Suprianto et al., (2005), keberhasilan pengembangan budidaya
jeruk di Indonesia akan ditentukan oleh ketersediaan bibit yang bermutu pada saat
tanam dan dengan harga yang terjangkau oleh petani. Bibit jeruk bermutu
diartikan sebagai (1) bebas dari patogen sistemik seperti CVPD, dan (2) varietas
batang atas dan bawah terjamin kemurniannya.
Ada beberapa teknologi yang ditawarkan menurut Purbiati et al., untuk
mendapatkan tanaman induk jeruk yang bebas dari patogen sistemik antara lain:
1) mengkulturkan nucellus, 2) mengkulturkan ovule, dan 3) penyambungan tunas
pucuk secara “in vitro” (shoot tip grafting). Diantara ketiga teknologi tersebut
yang lebih berkembang dan banyak negara yang telah mengadopsi adalah “shoot
tip grafting” (STG) atau Penyambungan Tunas Pucuk (PTP). Penyambungan
tunas pucuk jeruk secara “in vitro” terbukti sangat ampuh untuk pembersihan
tanaman jeruk dari berbagai patogen sistemik.
Tanaman induk yang dihasilkan setelah diindeksing dinyatakan bebas dari
7 macam patogen sistemik yaitu CVPD, CTV, CVEV, CEV, CPsV, CCaV dan
CTLV. Pohon induk jeruk bebas terhadap 7 patogen sistemik tersebut kemudian
ditanam dalam pot besar dan dipelihara dalam rumah kasa secara optimal sebagai
sumber materi perbanyakan. Distribusi materi perbanyakan hingga bibit berlabel
bebas penyakit diterima petani mengikuti alur Blok Fondasi – Blok Penggandaan
Mata Tempel (BPMT) – penangkar bibit yang prosesnya dalam pengawasan Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Secara Ringkas Berikut Kriteria Benih Jeruk Berkualitas;
1. Bebas dari 7 macam patogen sistemik
2. Penangkarannya / produksi benih sesuai prosedur baku
3. Benih jeruk berlabel / bersertifikat dari BPSB
4. Varietas jelas / mirip dengan induknya (BPMT)
5. Benih Jeruk mencapai ketinggian kurang lebih 50 cm / 2 flas
6. Perakaran sehat tidak bengkok
Sementara itu, Balitjestro juga mengembangkan buah trobika lainnya
seperti stroberi. Stroberi merupakan salah satu jenis buah subtropika yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Meskipun stroberi merupakan buah
subtropika, namun komoditas ini telah banyak diusahakan secara komersial oleh
petani di Indonesia, khususnya petani di dataran tinggi.
Gambar 8. Perkembangan kultur meristem stroberi; a. saat tanam (0 hari), b. 14 hst, c. 28 hst, d. 42 hst, e. plantlet 56 hst dan f. 90 hst.
Penyakit yang diakibatkan oleh virus merupakan faktor utama yang dapat
menyebabkan penurunan hasil panen, seperti Strawberry Mottle Virus (SMoV)
yang menyebabkan penurunan produksi hingga 30%, Strawberry Mild Yellow
Edge Virus (SMYEV), Strawberry Crinkle Virus (SCV) dan Strawberry Ven
Binding Virus (SVBV) yang menyebabkan penurunan produksi hingga 80%. Oleh
karena sistem penyediaan bibit stroberi secara vegetatif yaitu dengan stolon
maupun anakan masih berpotensi menularkan penyakit yang diakibatkan oleh
virus ke generasi berikutnya, penyediaan bibit stroberi bebas penyakit menjadi
kunci keberhasilan produksi stroberi.
Kultur meristem merupakan teknik yang unik untuk membebaskan bibit
stroberi dari virus, mikoplasma, bakteri dan jamur. Terdapat lima langkah kultur
meristem yakni pemilihan eksplan, sterilisasi eksplan, penanaman meristem,
perbanyakan secara in-vitro, aklimatisasi.
Langkah-langkah pembuatan bibit stroberi bebas penyakit yang telah
dibuat oleh tim penyusun protokol dari Balitjestro Farida Yulianti, STP
Ir. Nirmala F. Devy, MSc. adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan eksplan
Eksplan yang digunakan adalah stolon yang sehat, tegar dan merupakan
stolon pertama atau kedua. Pemilihan eksplan ini berpengaruh terhadap
persentase hidup meristem.
2) Sterilisasi eksplan
Mula-mula eksplan dicuci dengan sabun cair dan dibiarkan dalam air
mengalir selama 1 jam. Eksplan kemudian disterilisasi dengan menggunakan
sodium hipoklorit 5 % selama 15 menit dan 15 % selama 5 menit, dan dibilas
dengan aquades steril 3 kali. Proses sterilisasi dilakukan dalam LAFC,
3) Penanaman meristem
Meristem dipotong dengan menggunakan skapel di bawah mikroskop
dengan perbesaran 40 kali. Meristem yang digunakan terdiri atas apical dome dan
disertai 2 – 3 daun primordial. Meristem kemudian ditanam pada media MS + 0,8
% agar + 1 g/l arang aktif selama 1 – 2 bulan.
4) Perbanyakan secara in vitro
Meristem yang telah tumbuh kemudian dipindah ke media proliferasi
(media MS + 0,8 % agar + 4,4 mM BA). Subkultur dilakukan setiap 45 hari.
Tanaman yang telah besar dan berakar bisa langsung diaklimatisasi, sedangkan
tanaman yang masih kecil harus tetap disubkultur.
5) Aklimatisasi
Tanaman yang telah besar dan mempunyai akar yang cukup banyak
diaklimatisasi pada media pasir yang telah disterilkan. Pada awal proses
aklimatisasi, tanaman disungkup terlebih dahulu selama 2 minggu. Setelah
tanaman dapat beradapatasi dengan lingkungan dan tumbuh dengan baik, tanaman
dipindah ke polybag agar pertumbuhannya lebih optimal.
KESIMPULAN
Sampai saat ini Balitjetro telah mengkoleksi 224 aksesi jeruk, 72 aksesi
apel, 43 aksesi anggur, 32 aksesi lengkeng dan 28 aksesi stroberi. Semua koleksi
tersebut diperoleh dari hasil ekslporasi di seluruh Indonesia dan introduksi.
Konservasi plasma nutfah jeruk dilakukan di dua tempat yaitu di rumah
kasa KP Punten untuk duplikat pohon induk dan ditanam di lapang KP Tlekung.
Konservasi plasma nutfah buah apel dilakukan di dua tempat yaitu di KP Banaran,
Kota Batu dan KP Tlekung. Begitu pula plasma nutfah anggur yang juga
dikonservasi di dua tempat, yaitu di KP Banjarsari, Probolinggo dan KP Tlekung.
Plasma nutfah lengkeng dan stroberi hanya dikonservasi di KP Tlekung.
Aksesi-aksesi jeruk yang ada di Balijestro merupakan hasil dari eksplorasi
yang dilakukan dari seluruh Indonesia yang selanjurnya dikoleksi. Dalam kegiatan
koleksi juga diikuti dengan kegiatan pemrliharaan, rejuvinasi, evaluasi dan
pencatatan karakter dari aksesi sebagai upaya untuk dokumentasi aksesi.
Usaha untuk pembentukan tanaman jeruk bebas penyakit utama di
Balitjestro adalah dengan menyiapkan batang atas dan batang bawah dengan
karakter kualitas buah dan ketahanan terhadap penyakit. Batang atas dan batang
bawah disambungkan dengan teknik mikrografting secara in vitro. Setelah plantlet
terbentuk selanjutnya dilakukan regrafting. Tanaman hasil regrafting ditanam di
rumah kasa dan dilakukan indexing untuk mengetahui status ketahanan tanaman.
Seteleh didapatkan tanaman yang tahan maka diambil setidaknya dua tanaman
untuk dikoleksi di rumah kasa.
Pembenukan bibit stroberi bebas virus dengan teknik kultur meristem.
Kultur meristem merupakan teknik yang unik untuk membebaskan bibit stroberi
dari virus, mikoplasma, bakteri dan jamur. Terdapat lima langkah kultur meristem
yakni pemilihan eksplan, sterilisasi eksplan, penanaman meristem, perbanyakan
secara in-vitro, aklimatisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa, 2014. Konservasi sumberdaya plasma nutfah pemuliaan. http://pttipb.wordpress.com/category/12-konservasi-sumber-daya-plasma-nutfah-pemuliaan/121-metode-pembentukan-konservasi-plasma-nutfah/
Balitjestroa, 2014. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/125.html
Balitjestrob, 2014. Tlekung. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/tlekung.html
Balitjestroc, 2014. Banaran. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/banaran.html
Balitjestrod, 2014. Punten. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/punten.html
Balitjestroe, 2014. Kliaran. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/kliran.html
Balitjestrof, 2014. Banjar. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/banjarsari.html
Balitjestrog, 2014. Stroberi. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/stroberi.html
Budiati, E., 2014. Keragaman plasma nutfah jeruk dan pengembangannya sebagai substitusi buah impor.http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/keragaman-plasmanutfah-jeruk-dan-pengembangannya-sebagai-subtitusi-buah-impor.html
Hayward, M.D., N.O. Bosemark, I. Romagosa. 1993. Plant Breeding Principles and Prospect. Chapman and Hall. London
Purbiati, Supriyanto, and Yati. Kompatilbilitas Batang Atas dan Batang Bawah Pada Penyambungan Tunas Pucuk (PTP) Jeruk (Citrus Sp.) Secara “In Vitro”
Purwanti, I., 2014. Kriteria benih jeruk berkualitas. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/kriteria-benih-jeruk berkualitas.html
Supriyanto, A., D. Agisimanto, T. Purbiati, N.F. Devy, dan M.E. Dwiastuti. 2005. Analisis Genotip Pohon Induk Jeruk Bebas Penyakit Hasil Perbanyakan Tunas Pucuk dengan Primer RAPD. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik. Malang
Yulianti, F., dan Nirmala, 2014. Kultur Meristem pada Stroberi untuk bibit bebas virus. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/289.html