BLENDED E-LEARNING DALAM · PDF filerancangan pembelajaran sampai ... maupun media elektronika...
-
Upload
truongtuong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BLENDED E-LEARNING DALAM · PDF filerancangan pembelajaran sampai ... maupun media elektronika...
BLENDED E-LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN
Disusun oleh:
1. Khairina Faidah Q (201510010311021)
2. Velia Nursyah H (201510010311022)
3. Shafna Aulia Y (201510010311023)
4. Alfiya Senja (201510010311024)
5. Muhammad Faiesal (201510010311025)
6. Ulfa Utari (201510010311026)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era teknologi saat ini, hampir semua aktifitas manusia
membutuhkan bantuan perangkat canggih yang dapat dengan mudah
membantu aktifitasnya.
Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya
informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas
jarak, tempat, ruang dan waktu. Pengaruhnya pun meluas ke berbagai
kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan tidak antipati atau
alergi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut,
namun sebaliknya menjadi subyek atau pengajar dapat mengintegrasikan
teknologi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi
pembelajaran. Pemanfatan teknologi dalam sistem pembelajaran
menimbulkan pembelajaran berbasis elektronik sebagai hasil teknologi.
Salah satu aplikasi teknologi adalah teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini yang telah
mengubah sistem pembelajaran pola konvensional atau tradisional menjadi
pola bermedia, diantaranya media komputer dengan internetnya yang
memunculkan e-learning.
Pada pola pembelajaran bermedia ini, pembelajar dapat memilih
materi pembelajaran berdasarkan minatnya sendiri, sehingga belajar
menjadi menyenangkan, tidak membosankan, penuh motivasi, semangat,
menarik perhatian dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Blended Learning?
2. Apa saja unsur dalam Blended Learning?
3. Apa saja karakteristik dalam Blended Learning?
4. Bagaimana prosedur dalam Blended Learning?
5. Bagaimana penerapan dalam Blended Learning?
6. Bagaimana pengembangan dalam Blended Learning?
7. Apa manfaat dalam Blended Learning?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dari Blended Learning
2. Untuk mengetahui unsur dari Blended Learning
3. Untuk mengetahui karakteristik dari Blended Learning
4. Untuk mengetahui prosedur dari Blended Learning
5. Untuk mengetahui penerapan dari Blended Learning
6. Untuk mengetahui pengembangan dari Blended Learning
7. Untuk mengetahui manfaat dari Blended Learning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Blanded Learning
Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu
Blended dan Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk
meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau
formula atau suatu penyelarasan kombinasi atau paduan (Oxford English
Dictionary) Heinze and Procter (dalam Rusman, 2013: 242). Sedangkan
learning memiliki makna umum yakni belajar, dengar demikian sepintas
mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur
pencampuran, atau penggabungan antara suatu pola dengan pola yang
lainnya. Ellena Mosa menyampaikan bahwa pengertian dicampurkan disini
adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson)
dengan online learning.
Selain blended learning ada istilah lain yang sering digunakan di
antaranya blended learning dan hybrid learning. Istilah yang disebutkan
tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau
kombinasi pelajaran. Supaya tidak membingungkan masalah tersebut
pernah dijelaskan oleh Mainnen (dalam 2013: 243) yang menyebutkan
“blended learning mempunyai beberapa alternatif nama, yaitu mixed
lerning, hybrid learning, Blended Blended e-Leraning dan melted learning
(bahasa Finlandia)” Karena model pembelajaran campuran ini lebih banyak
menggunakan blended e-learning pada perkuliahan daripada tatap muka
atau resedensial dan tutorial kunjung, maka penulis menggunakan istilah
Blended Blended e-Learning. Selain itu Hainze (dalam Rusman 2013:14)
juga berpendapat “A better term for ‘blended learniing’ is Blended Blended
e-Learning’”.
Pada perkembangan istilah yang lebih populer adalah Blended
Blended Learning dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah
tersebut merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan
globalisasi dan teknologi Blended e-Leraning Zhao (dalam Rusman
2013:243) menjelaskan “issu Blended Blended e-Learning sulit untuk
didefenisikan karena merupakan sesuatu yang baru. Walau cukup sulit
mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning. Selain itu, pada
penelitian Sharpen et.al (dalam Rusman 2013:243) ditemukan bahwa
“banyak institut yang telah mengembangkan dengan bahasa mereka
sendiri, definisi atau tipologi praktik blended. Defenisi dari Ahmed,et.al
(dalam Rusman 2013:243) menyebutkan :
Blended Blended e-Learning, on the other hand, merges aspect of blended
e-learning such as: web-based instruction, streaming video, audio,
synchronous and asychronous commucation, etc: with tradisional, face-to-
face” learning.
Defenisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawin (dalam
Rusman 2013:243) menjelaskan pengertian dari Blended Blended e-
Learning yaitu:
One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The
model, BEL, is designed basically based on combination of the best aspect
of application of information technology blended e-leraning, struchtured
face-to-face activities, and real world practice.
Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat persamaan antara Blended
Blended e-Learning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang
termasuk web-based instuction, streaming video, audio, synchronous and
asychronous commucation atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi
informasi blended e-learning, dengan kegiatan tatap muka. Blened Blended
e-Learning juga merupakan pendekatan dan model terbaru. Hal ini senada
di ugkapkan oleh Zhao (dalam Rusman 2013:244) menjelaskan bahwa:
Blended Blended e-Learning offers a new learning approach for combining
different delivery modes, normally is online and face-to-face teaching to two
remote sites by means of Blended Blended e-Learning, a combination of
face-to-face and distance leraning.
Pendekatan pembelajaran terbaru tapi penyampaian pesan yang
dikombinasikan melalui dua cara online dan mengajar tatap muka pada
tempat yang berjauhan dengan cara Blended Blended e-Learning, suatu
kombinasi tatap muka dan jarak jauh. Pada intinya menggabungkan dua
pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga menjadi pendekatan
pembelajaran baru. Selanjutnya blended leraning telah didefenisikan
Ahmed (dalam Rusman, 2013:244): Blended learning sebagai kombinasi
karakteristik pembelajaran tradisional dan lingkungan pembelajaran
elektronik atau blended e-learning. Menggabungkan apek blended e-
learning seperti pembelajaran berbasis web, streaming video, audio,
synchronous and asychronous dengan pembelajaran tradisional “tatap
muka”. Pendapat lainnya dipaparkan Bhonk dan Graham (dalam Rusman
2013: 244) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua
sejarah model perpisahan belajar dan mengajar: sistem pembelajaran
tradisional dan sistem pemnyebaran pebelajaran, yang menekankan peran
pusat teknologi berbasis komputer dalam blended learning.
Deskripsi sejarah model perpisahan mengajar dan belajar tersebut
juga dijelaskan oleh Heinze dan Procter (dalam Rusman 2013: 244) sejarah
perjalanan blended learning terjadi jika semakin tinggi teknologi yang
digunakan, maka semakin panjang waktu yang digunakan secara online
learning. Pada awalnya pembelajaran tradisional tatap muka,kemudian
makin tinggi teknologi maka semakin lama waktu pembelajaran beralih
menggunakan elektronik murni (blended e-learning pure) dalam bentuk
online. Tapi terjadi kombinasi metode pembelajaran tradisioanal dengan
online (pure blended e-learning).
Dari defenisi-defenisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat
dikatakan secara sederhana Blended-Blended e-Learning adalah kombinasi
atau penggabungan pendekatan aspek blended learning yang berupa web-
based instuction, streaming video, audio, synchronous and asychronous
dalam jalur blended e-learning system LSM dengan pembelajaran
tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar, dan
dimensi pedagogik. Kesimpulan tersebut sama seperti yang dikemukakan
oleh Bhonk dan Graham (dalam Rusman 2013 : 245) yaitu:
1. Menggabungkan modalitas instruksional atau media pengiriman dan
teknologi (pendidikan tradisional jarak, internet, web, CD ROM, video /
audio, media elektronik lainnya, email, buku online, dll)
2. Menggabungkan metode pembelajaran, teori belajar, dan dimensi
pedagogis
3.Kombinasi antara pembelajaran blanded learning dan tatap muka
2.2 UNSUR BLENDED LEARNING
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pembelajaran
yang mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning yang paling
tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu:
1. Tatap muka
2. Belajar mandiri
3. Aplikasi
4. Tutorial
5. Kerjasama
6. Evaluasi
2.3 KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING
Karakteristik Blended Learning Menurut Sharpen (dalam Rusman
2006:18) karakteristik Blended Blended e-learning adalah
1. ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang
berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional
pendukung lingkungan virtual.
2. Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh
rancangan pembelajaran sampai mendalam.
3. Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, Blended Blended e-learning berisi
pembelajaran tradisonal tatap muka dengan terdapat pembelajaran
berbasis komputer yang berisi pembelajaran online didalamnya. Di dalam
pembelajaran online itu sendiri terdapat pembelajaran berbasis internet
didalamnya, yakni pembelajaran berbasis blended learning dilakukan
dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak,
teknologi audio visual, teknologi komputer dan teknologi m-learning
(mobile learning). Jadi di dalam blended learning terdapat pembelajaran
tatap muka yang menggabungkan e-learning didalam proses
pembelajarannya.
Blended learning menurut Rosenberg (dalam Rusman dkk 2013:349)
mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning yaitu
sebagai berikut:
1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat menyimpan atau memunculkan kembali dan sharing
pembelajaran dan informasi
2) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan
menggunakan standar teknologi internet
3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
Selain karakteristik diatas Soekartawi (2013) juga memberikan ciri-
ciri lebih spesifik mengenai blended learning yaitu :
a) Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran
b) Selama proses belajar siswa selaku peserta didik dan guru selaku
pendidik terpisahkan oleh tempat, jarak geografis dan waktu atau
kombinasi dari ketiganya
c) Karena siswa dan guru terpisah selama pmbelajaran, maka
komunikasi diantara keduanya dibantu dengan media pembelajaran, baik
media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun media elektronika (CD-
ROM, VCD), telepon, radio, vide, televisi, dan computer
d) Jasa pelayanan disediakan baik untuk siswa maupun untuk guru,
misalnya resource learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar,
infrakstruktur pembelajaran.dengan demikian baik siswa maupun guru
tidak harus mengusahakan sendiri keperluan dalam proses belajar
mengajar
e) Komunikasi antar siswa dan guru dapat dilakukan baik melalui cara
komunikasi satu arah maupun dua arah (two ways communication)
f) Proses belajar mengajar pada pendidikan jarak jauh masih
dimungkinkan dengan melakukan pertemuan tatap muka walaupun bukan
suatu keharusan
g) Selama kegiatan belajar mengajar siswa lebih cenderung
membentuk kelompok belajar walaupun sifatnya tidak tepat dan tidak wajib
Karena hal-hal yang disebutkan diatas maka peran guru lebih bersifat
sebagai fasilitator dan siswa bertindak sebagai partisipan.
2.4 PROSEDUR BLANDED LEARNING
Blended learning salah satu solusi alternatif memecahkan permasalahan
pendidikan jarak jauh yang tepat saat ini, karena pelaksanaannya
merupakan campuran dari berbagai keunggulan penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh. Blended learning merupakan pengembangan lebih
lanjut dari metode e-Learning, yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional
atau tatap muka (face-to- face). Pemikiran dan upaya untuk memperbaiki
pelaksanaan pendidikan jarak jauh terus dilakukan oleh para ahli.
Maksudnya tentu saja agar diperoleh keluaran (output) yang lebih baik.
Karena itu, blended learning merupakan gabungan keunggulan
pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
Sebagai pengetahuan perbedaan pembelajaran konvesional dengan
E-learning yaitu pada pembelajaran konvesional guru di anggap sebagai
orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam E-learning focus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Di dalam blended learning
menggabungkan antara kedua perbedaan tersebut agar pelajar dapat
mengikuti arus globalisasi.
Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti
metode pembelajaran ini adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu
topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang
berbeda dari biasanya,Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu
solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan market, dimana metode
pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala waktu
maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat
menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu
namun tetap harus memiliki komitmen.
Prosedurnya dalam pembelajaran itu dengan meningkatkan
kualifikasi guru merupakan salah satu perioritas pemerintah Indonesia, hal
tersebut sebagai wujud realisasi UU Guru dan Dosen No. 14/2005 yang
mempersyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi minimal S-1 dan
memiliki sertifikat dalam pengajar.
Secara spesifik terdapat enam tahapan dalam merancang dan
menyelenggarakan Blended Learning agar hasilnya optimal, yaitu :
(1.) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, (2.) Tetapkan rancangan dari
Blended Learning yang digunakan, (3.) Tetapkan format dari on-line
Learning, (4.) Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat,
(5.) Selenggarakan Blended Learning dengan baik dengan cara menyiapkan
tenaga pengajar yang ahli dalam bidang tersebut, (6.) Siapkan kriteria
untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Blended Learning.
PJJ yang dimaksudkan dalam progam pemerintah tersebut secara
operasional berbeda dengan PJJ yang dikembangkan oleh UT yang
menggunakan modular (printed matterial) sebagai bahan belajar utama.
PJJ pada progam ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi
dengan menggunakan interner sebgai media utama, tatap muka dilakukan
hanya beberapa kali pada progam resendensial, selebihnya menggunakan
progam e-learning. Secara teoritik pembelajaran elektronik (online
instruction, e-learning, atau web based learning), memiliki fungsi utama,
Sudirman, Siahan (dalam Rusman 2013:256) menjelaskan pembelajaran
elektronik berfungsi sebagai suplemen yang sifatnya pilihan, pelengkap,
atau pengganti pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dilihat dari
karakteristik PJJ yang harus dikembangkan.
Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa
pendekatan pembel ajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap
muka dan e-learning yang berbasis internet. Pembelajaran ini berupa
keterpisahan, belajar mandiri, dan layanan belajar atau tutorial.
Pembelajaran jarak jauh ini berbasis pada teknologi informasi dan
komunikasi dengan menggunakan internet sebagai media utama, tatap
muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial, selebihnya
menggunakan program e-learning. Keberhasilan Pembelajaran jarak jauh
PGSD dan sistem pembelajaran jarak jauh yang menggunakan e-learning
sebagai alat utama, sangat menentukan oleh model Learning Management
System (LMS) yang dikembangkan, dan pemerintah bersama pihak terkait
masih mencari-cari model LMS yang handal yang mampu mewujudkan
profil guru profesional, yang memiliki kompetensi kependidikan dan
keguruan yang setara bahkan melebihi guru dengan sistem pembelajaran
reguler. Model blended learning merupakan kombinasi dari beberapa
pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap
muka dan e- learning yang berbasis internet.
2.5 PENERAPAN BLENDED LEARNING
Dalam dunia pendidikan tinggi, Blended Learning banyak digunakan
untuk penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Diawali dengan
Universitas Terbuka yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh yang
dilakukan secara konvensional (tanpa menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi , tetapi saat ini Universitas Terbuka sudah memanfaatkan
teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga
menggabungkan pembelajaran secara konvensionl dan pembelajaran
dengan menggunakan teknologi informasi. Penyelenggara pendidikan di
Universitas Terbuka ini dapat dikatakan menerapkan Blended Learning .
Selain Universitas Terbuka saat ini banyak juga perguruan tinggi yang
menerapkan Blended Learning , bahkan lembaga-lembaga pendidikan non
formal seperti kursus-kursus, pelatihan-pelatihan juga menerapkan
Blended Learning. Jika dikaji secara terminologis maka blended learning
menekankan pada penggunaan internet dengan maksud untuk
memudahkan proses belajar mengajar anatara peserta didik dengan
pendidik. Dengan penggunaan internet ini ,maka materi pengajaran dan
pembelajaran yang disampaikan melalui media ini biasanya mempunyai
teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Proses berlangsungnya
pembelajaran ini akan sangat membantu selain guru sebagai sumber
belajar, serta melatih peserta didik untuk terpacu dan aktif dalam mencari
materi-materi belajar sesuai dengan usaha,dan inisiatif sendiri Khoe Yao
Tung (dalam Rusman, 2013: 250).
Penerapan Blended Learning dalam pendidikan sangat diperlukan
untuk kondisi saat ini, mengingat jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di Indonesia saat ini sangat banyak yang jumlahnya
jutaan orang. Dengan jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang
sangat besar ini, sangat mustahil dapat dilakukan pendidik secara
menyeluruh terhadaop semua tenaga pendidik dan kependidikan dalam
waktu singkat. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki Negara kita khususnya kementerian pendidikan dan pemerintah
daerah seperti keterbatasan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan,
jumlah tenaga pelatih atau instruktur pelatihan , juga keterbatasan waktu
bagi tenaga pendidik untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan secara
berkelanjutan.
Pendidik memiliki keterbatasan waktu di karenakan ,seorang pendidik
dalam mengembangkan kompetensi dan profesinya seharusnya tanpa
meninggalkan atau mengganggu proses belajar mengajar. Prinsip seperti
yang menjadikan kesulitan bagi pendidik atau guru. Dengan menerapkan
Blended Learning, maka dapat membantu kesulitan-kesulitan yang terjadi
pada pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengikuti pendidik dan
pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya
(Wendhi,Prayitno,
2.6 Pengembangan Blended E-learning
Menurut Haughey (dalam Rusman 2013: 251) mengungkapkan bahwa
pengembangan blended e-learning terdapat tiga kemungkinan dalam
pengembangan berbasis internet, yaitu : web course, web centric course
dan web enhanced course.
1.Web Course
Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap
muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian,
dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui
internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. Untuk
pendidikan guru, model seperti ini dapat digunakan untuk peningkatan
“knowledge dan skill”, memperkuat pengetahuannya tentang materi
pelajaran sebagai spesifikasi keilmuan dan memperkuat pemahaman
tentang metodologi pembelajaran melalui simulasi pembelajaran yang
disajikan melalui internet misalnya video streaming, video conference dan
lain-lain.
2.Web Centric Course
Penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan
tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet,
dan sebagian lagi disampaikan internet, dan sebagian lagi melalui tatap
muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada pembelajaran untuk mempelajari materi
pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Pembelajaran juga diberikan
arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam
tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang
temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Model ini
lebih relevan untuk digunakan dalam pengembangan pendidikan guru
dilihat dari kondisi, kultur, dan infrasruktur yang dimiliki saat ini. Secara
substansional materi keguruan identik dengan nilai yang tidak hanya dapat
ditransfer melalui pembelajaran tanpa tatap muka, melainkan diperlukan
direct learning, sehingga unsur-unsur modeling dari seorang guru dapat
diadaptasi dengan baik. Untuk penguasaan materi konseptual, teoretikal
dan keterampilan dapat menggunakan blended learning dengan sistem
jarak jauh.
3.Web Enhanced Course
Pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dan pengajar,
sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan
narasumber lain. Oleh karena itu, peran pengajar dalam hal ini, dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing
mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet dan kecakapan lain
yang diperlukan.
Menurut Harmon dan Jones (dalam Rusman 2013: 252-253)
menjelaskan tantang 5 level penggunaan ICT dalam pembelajaran, yaitu :
information, supplemental, essensial, communal, immersive.
a.Level 1- Information
Pada level ini, bahan bahan pembelajaran tidak terlalu banyak
disajikan melalui ICT, tetapi terbatas pada bahan yang sifatnya informasi
menunjang proses perkuliahan bahkan cenderung bersifat administratif
dan aturan perkuliahan. Misalnya silabus perkuliahan, jadwal perkuliahan
yang telah disediakan juga tempat untuk menyimpan informasi oleh guru.
b.Level 2- Supplemental
Pada level ini, sudah memulai memasukkan bahan-bahan perkuliahan
/pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum menguraikan isi
pembelajaran secara lengkap, materi yang disajikan pokok-pokoknya saja.
Misalnya bahan pembelajaran bagi guru di sajikan melalui presentasi power
point, acrobat reader dan file html yang sudah ditempatkan di web diakses
dan direview oleh para guru.
c. Level 3- Essensial
Pada level ini, hampir semua materi pembelajaran disediakan di
dalam web. Aktifitas belajar para guru/peserta didik tidak akan berjalan
baik, jika tidak menggunakan fasilitas web. Dengan demikian, sudah ada
ketergantungan penggunaan ICT dalam pembelajaran dimana antara guru
sebagai peserta didik dengan pengelola pembelajaran menggunakan
infrasruktur ICT secara lebih baik.
d. Level 4- Communal
Pada level ini, mengombinasikan pola tatap muka di kelas atau
penggunaan web secara online. Begitu halnya, dengan penyajian bahan
pembelajaran disajikan melalui cara langsung dikelas dan disajikan online.
Pada pola ini dituntut kemandirian dari para guru untuk mencari dan
mengembangkan bahan belajarnya secara mandiri materi-materi pelajaran
yang dikuasainya maupun materi tentang kependidikan.
e.Level 5- Immersive
Pada level ini, pembelajaran dilangsungkan secara virtual, seluruh isi
materi pembelajaran, disajikan secara online. Level ini memandang
pembelajaran mulai dari perekrutan, proses pembelajaran, sistem evaluasi,
dan kelulusan dilangsung secara virtual.
2.7 Manfaat Blended Learning
Menurut Bersin Josh (2004) keuntungan Blended Learning
Berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran, saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal
untuk semua jenis pembelajaran pelatihan, karena setiap teknologi
memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki
keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke
mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai
keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar,
film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi
mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada
kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan
dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk
tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu.
Demikian juga metode pembelajaran untuk Sekolah Dasar dapat
efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda
untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua
kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka
pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat. Dengan
blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional
untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif,
efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi.
Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis
blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah:
• memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan
• kemudahan implementasi
• efisiensi biaya
• hasil yang optimal
• menyesuaikan berbagai kebutuhan belajar, dan
• meningkatkan daya tarik pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan konsep pada Blended Learning, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Blended Learning merupakan pembelajaran yang
mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
berbasis online (E-Learning) yang memiliki beberapa unsur dan
karakteristik yang mendukung dalam proses pembelajarannya, didalamnya
juga terdapat prosedur blended learning yang dapat membantu kebutuhan
akademik guru, serta penerapannya yang banyak di gunakan oleh beberapa
penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh maupun kursus-kursus
yang memanfaatkan keunggulan blended learning untuk digunakan dalam
program-progamnya.
Daftar Pustaka
Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven
Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer
Bersin, Josh. The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. 2004. San Francisco, John Wiley & Sons.
Glazer, Francine S. 2012. Blended Learning. Virginia, Stylus Publishing.
Prayitno,Wendi ,Penerapan Blended Learning Dalam Pengembangan Dan Pelatihan (Diklat) Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2016, diakses di http://lpmpjogja.org/Artikel-br_10Juli pada tanggal 16 November 2016 pada pukul 20:30
Rusman, dkk, 2013. Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada Soekartawi, A. Haryono dan F. Libero, 2002. Greater Learning
Opportunities Trough Distance Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education
Staker, Heather and Michael B. Horn, Classifying K–12 Blended learning,
Inno Sight Institut, May 2012. Thorne, Kaye and David Mackey, Everything You Ever Needed to Know
About Training. 2007. London: Kogan Page Publishers.
Tucker, Catlin R. Blended Learning in Grades 4–12. 2012. London, Corwin
Press.