Bismillah BAB II
-
Upload
risto-arsowati-christiningrum -
Category
Documents
-
view
333 -
download
43
description
Transcript of Bismillah BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Getuk Pisang
1. Pengertian Getuk
Getuk adalah makanan khas dari Jawa yang berbahan dasar umbi-
umbian yang memiliki rasa yang khas serta memiliki kandungan
karbohidrat dan gizi yang tidak sedikit. Selain itu makanan ini juga
murah harganya dan mudah dikembangkan karena tidak mengenal
musim dalam penanamannya (Fatmawati dkk, 2010). Secara umum
getuk terbuat dari singkong, gula pasir, margarin, pewarna, dan perisa
(jika diinginkan). Makanan ini biasanya disantap sebagai makanan
selingan dan mempunyai cita rasa yang legit dan manis
(Nur Gomo, Arief T, 2010).
Getuk singkong adalah makanan semi basah yang dbuat dari
singkong, dikukus, dicampur dengan gula, digilang/dilumatkan,
kemudian dibentuk dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan
bahan tambahan makanan lain yang diijinkan (SNI 01-4299-1996)
getuk singkong). Menurut Yulia K (2011), bahan utama yang
digunakan dalan pembuatan getuk adalah singkong dan bahan-bahan
lain yang digunakan antara lain adalah gula dan margarin. Dalam
pembuatan getuk ini terdiri dari beberapa tahap antara lain pengupasan,
pencucian, pemotongan, pengukusan, penggilingan, pencampuran,
pencetakan, dan pengemasan.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Getuk Singkong
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan Normal1.1. Bau Manis khas1.2. Rasa Normal1.3 Warna2. Air % b/b Maks. 403. Jumlah gula dihitung
sebagai sakarosa% b/b Min. 22
4.Bahan tambahan makanan
4.1. Pengawet Sesuai SNI 01-0222-1995 dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI yang
berlaku
4.2. Pewarna tambahan
4.3. Pemanis buatan
5. Cemaran logam5.1. Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 1,05.2. Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 10,05.3. Seng (Zn) Mg/kg Maks. 40,05.4. Raksa (Hg) Mg/kg Maks. 0.056. Arsen Mg/kg Maks. 0,57. Cemaran mikroba7.1. Angka lempeng total Kol/g Maks. 1 x 106
7.2. E. Coli APM/g Negatif7.3. Kapang dan khamir Kol/g Maks. 1 x 104
Sumber : SNI 01-4299-1996 Getuk Singkong
2. Pengertian Getuk Pisang
Getuk Pisang (gethuk gedang) adalah makanan kue yang tebuat
dari pisang masak yang dikukus lalu ditumbuk halus bersama gula pasir
dan kemudian digulung dengan daun pisang sehingga berbentuk bulat
panjang. Getuk pisang biasanya diberi warna coklat kemerahan. Cara
menyajikan biasanya diiris-iris menjadi beberapa bagian. Getuk pisang
sering dijajakan di terminal angkutan umum, stasiun kerta api maupun di
dalam kereta api sebagai makanan oleh-oleh. Selain itu juga banyak
tersedia di pasar-pasar, toko-toko roti, supermarket, dan sebagainya. Kue
jajanan ini merupakan makanan yang enak dan banyak disukai
(Anonim, 2013).
Gambar 2.1 Produk Getuk Pisang
3. Pembuatan Getuk
Dalam pembuatan getuk pisang meliputi beberapa tahap yaitu mulai dari sortasi bahan, kemudian pencucian, lalu pengukusan, setelah itu penumbukkan, pencampuran, penimbangan, dan yang terakhir pengemasan. Berikut penjabaran pembuatan getuk pisang:
Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Getuk Pisang (Endang, Novie, 2011)
B. Bahan Baku Pembuatan Getuk Pisang
1. Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Buah pisang sebagai
produk utama dari tanaman pisang mempunyai aneka kegunaan. Selain
sebagai buah segar, buah pisang dapat pula dimanfaatkan untuk aneka
Dibungkus dengan daun pisang
Ditimbang sesuai berat yang diinginkan
Pisang dicampur dengan gula dan garam
Dikupas kulit pisang lalu ditumbuk adonan pisang hingga
halus.
Dikukus selama 5 jam sampai matang
Dicuci hingga bersih
Pisang Raja Nangka
makanan olahan, seperti tepung pisang untuk makanan bayi, saru buah
pisang, keripik pisang, getuk pisang, dan lain-lain. Buah pisang memiliki
kandungan nutrisi yang baik dan lengkap. Kandungan gizi yang terdapat
dalam setiap 100 gram buah pisang matang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Syarat Mutu Getuk Singkong
Komposisi Kimia JumlahKalori (Kalori) 99Protein (gr) 1,2Lemak (mg) 0,2Karbohidrat (mg) 25,8Serat (gr) 0,7Kalsium (mg) 8Fosfor (mg) 28Besi (mg) 0,5Vitamin A (RE) 44Vitamin B (mg) 0,008Vitamin C (mg) 3Air (gr) 72
Sumber : Cahyono, 1995
Banyak jenis tanaman pisang di Indonesia telah dibudidayakan
oleh masyarakat. Akan tetapi tidak semua jenis pisang memiliki nilai
komersial yang tinggi. Ada beberapa varietas (jenis) yaitu pisang hias,
jenis pisang ini ditanam hanya untuk tujuan kesenangan yakni sebagai
penghias taman, kedua pisang serat yang lebih dikenal dengan pisang
manila. Jenis pisang ini hanya dimanfaatkan untuk keperluan bahan tekstil
dan buahnya tidak dapat dimakan, dan yang ketiga jenis pisang komersial
yaitu jenis-jenis pisang yang sangat disukai oleh kebanyakan masyarakat
karena rasa dan aroma.
Dari ketiga jenis pisang tersebut yang memiliki nilai ekonomi
tingga dan daya serap pasar luas adalah dari jenis pisang buah (Musa
paradisiacal.L.). jenis-jenis pisang yang tergolongan ke dalam Musa
paradisiacal L mempunyai nilai ekonomi yang tinggi adalah:
1. Pisang tanduk
Pisang tanduk ukuran buahnya besar dan bentukya menyerupai
tanduk. Oleh karenanya, dikenal dengan nama pisang tanduk. Bila
matang warna kulit buahnya cokelat kemerahan dan berbintik-bintik.
Warna daging buahnya putih kemerahan. Pisang jenis ini cocok untuk
olahan. Berat setiap tandanya 7-10 kg terdiri dari tiga sisir dan setiap
sisirnya 10 buah (Sahutu, 1993)
2. Pisang Raja Sere
Pisang raja sere dikenal dengan pisang meja. Ukuran buahnya kecil
dengan panjang buah 10-15 cm dengan diameter 3-4 meter. Berat per
tandan antara 10-14 kg, jumlah sisir 5-9, dan tiap sisir terdiri dari 12-16
buah. Buah yang matang warna kulitnya kuning kecoklatan dengan
bintik-bintik coklat kehitaman. Kulit buah tipis, warna daging buah putih,
rasanya manis dan aromanya harum (Prabawati dkk, 2008)
3. Pisang Nangka
Warna kulit buah pisang nangka saat matang tetap hijau dengan
rasa buahnya asam manis. Berat per tandan antara 11-14 kg terdiri dari 6-
8 sisir, dan tiap sisir terdiri dari 14-24 buah. Panjang buah 24-28 cm
dengan diameter 3,5-4 cm. Pisang nangka digunakan untuk pisang
olahan. Buah pisang nangka cocok diolah menjadi keripik, buah dalam
sirup, dan tepung serta olahan sehari-hari seperti pisang goreng dan kolak
pisang (Prabawati dkk, 2008).
Perubahan warna merupaka perubahan fisik yang menonjol pada
waktu pemasakan. Buah yang masih muda berwarna hijau karena klorofil
memegang peranan penting. Proses perubahan warna kulit pisang dari
hijau menjadi kuning disebabkan oleh hilangnya klorofil tanpa atau hanya
sedikit pembentukan karetomoid (Apandi (1984) dalam Natalia (2002).
C. Bahan Tambahan Pembuatan Getuk Pisang
1. Gula Pasir
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri
pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang
diperoleh dari bit atau tebu. Gula terlihat dalam pengawetan dan
pembuatan aneka ragam produk-produk makanan (Buckel et al., 1987).
Fungsi gula dalam pembuatan getuk pisang adalah untuk memberikan
rasa manis. Gula pasir terbuat dari tebu yang mengalami proses
kristalisasi. Ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna
kecoklatan karena ukurannya seperti pasir, maka sering disebut gula
pasir (Anonimb, 2012).
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam
produk-produk makanan. Walaupun gula sendiri mampu unuk memberi
stabilitas mikroorganisme pada suatu produk jika diberikan pada
konsentrasi yang cukup (diatas 70% padatan terlarut biasanya
dibutuhkan), ini pun umum bagi gula dipakai sebagai salah satu
kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan. Apabila gula
ditambahkan dalam bahan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40%
padatan terlarut) sebagaian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk
pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan
berkurang. Walaupun demikian, pengaruh konsentasi gula pada aw
bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang
mengandung komponen berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama
dapat menunjukan ketahan yang berbeda-beda terhadap kerusakan
karena mikroorganisme. Produk-produk pangan berkadar gula yang
tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok
mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam
pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal lain (Buckle et al, 1978).
2. Vanili
Aroma vanili banyak digunakan dalam industri makanan/
minuman, farmasi dan kosmetika. Dalam industri makanan/minuman
umumnya digunakan dalam bentuk ekstrak, keperluan farmasi dalam
bentuk tincture dan untuk parfum dalam bentuk tincture atau absolut.
Untuk konsumsi langsung dalam rumah tangga umumnya dalam bentuk
utuh atau bubuk. Penggunaannya langsung dicampurkan kedalam bahan
makanan atau minuman (Endang dkk, 2007).
Vanili digunakan secara luas pada industri pangan terutama
sebagai cita rasa (Flavor) dan pada industri parfum. Citarasa vanili ada
yang alami dan ada yang sintetik (Setyaningsih, 2007). Vanili (pada
industri pangan terutama sebagai cita rasa (Flavor) dan pada industri
parfum. Citarasa vanili ada yang alami dan ada yang sintetik
(Setyaningsih, 2007). Vanili (Vanilla planifolia) adalah tanaman penghasil
bubuk vanili yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini
dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong.
Gambar 2.3 Vanili
Vanili, hasil dari biji buah vanili. Vanili bubuk yang banyak
dipakai sekarang dibuat sintesis dari eugenol dengan alkali alkohol pada
140oC atau dengan KOH pada 220oC. Penggunaan vanili bubuk terlalu
banyak akan memberi rasa pahit pada kue. Bumbu spekuk merupakan
campuran dari kayu manis, fulli, cengkeh, dan gardamungu yang digiling
halus dengan perbandingan tertentu (Hanifah, 2006).
Gambar 2.4 Vanili Bubuk
3. Garam
Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang
digunakan adalah garam beryodium. Garam yang biasanya digunakan
untuk industri pangan yang memiliki rumus molekul NaCl. Konsumsi
garam per orang per hari sekitar 6-18 gram NaCl (Winarno, 2002).
Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu metoda
pengawetan pangan yang pertama dan masih dipergunakan secara luas
untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam juga memberikan
pengaruh terhadap aktivitas air (aw) dari bahan, jadi mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari
pengaruh racunnya (Buckle, 1978).
4. Air
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang
berbeda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Kandungan air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya
tahan bahan itu. Selain merupakan bahan makanan, air merupakan pencuci
yang baik bagi bahan makanan atau alat yang digunakan dalam
pengolahan. Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan
sebagai senyawa yang ada dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan
malah berfungsi sebagai pelarut, air melarutkan berbahai bahan seperti
garam, mineral, dan senyawa cita rasa lainnya (Winarno, 1992).
Air merupakan komponen utama bahan pangan. Daging segar,
buah dan sayuran mengandung paling sedikit 70% air beberapa buah-
buahn bahkan mengandung air sampai 96-98%. Pengaruh panas terhadap
air dalam bahan pangan sangatpenting dalam pemasakan dan produk akhir.
Air dalam bahan pangan mengandung aroma dan beberapa zat gizi.
Pemanasan dapat menghilangkan air dalam bahan pangandan bersamanya
dapat hilang pula aroma, gizi dan uap air (Mahendradatta, 2007).