biosukuriti peternakan rakyat

download biosukuriti peternakan rakyat

of 7

Transcript of biosukuriti peternakan rakyat

Subsektor peternakan merupakan subsektor yang sangat penting peranannya dalam menjaga ketahanan pangan yang tidak tergantikan oleh subsektor lain. Peranan tersebut menjadi begitu penting karena pangan asal hewan merupakan penyedia protein hewani sebagai kebutuhan pokok utama dalam memenuhi gizi masyarakat (Warsito, 2010).Menurut Dawami (2012) telur sebagai sumber protein hewani bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk Indonesia. Jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan di desa, hampir semua penduduk menjadi peternak ayam meski dalam skala kecil yaitu di bawah 65.000 ekor per periode.Biosekuriti merupakan konsep yang menjadi salah satu kunci, sukses tidaknya suatu sistem produksi di peternakan unggas. Dengan semakin merebaknya berbagai penyakit unggas berbahaya seperti avian influenza (AI), maka program biosekuriti menjadi sebuah hal yang mutlak untuk dilaksanakan.Asal kata biosekuritas adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yanglayak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.Agen penyakit adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi dan parasit baik yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh ayam (ektoparasit). Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang (ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi.Agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan peternakan ayam melalui berbagai macam cara seperti berikut ini:1. Terbawa masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal)2. Masuknya ayam sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang berperan sebagai pembawa (carrier),3. Masuknya ayam dari luar flok (transmisi horizontal)4. Tertular melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan Mycoplasma serta Aspergillus.5. Terbawa masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau karyawan yang bergerak dari flok ke flok, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella, Campylobacter)6. Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan sarana lain seperti truk, kandang ayam, tempat telur dll.7. Terbawa oleh burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau dan serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi vektor leucocytozoonosis yang cukup merugikan.8. Terbawa melalui makanan yang tercemar mikroorganisme di pabriknya. Kontaminasi bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini.9. Menular lewat air seperti berbagai jenis bakteri (Salmonella, Escherichia coli) dan fungi (Aspergillus)10. Menular lewat udara seperti virus velogenik ND dan ILT.11. Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas terkontaminasi yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen spesifik (non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus, reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan diantara ternak akibat peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang terkontaminasi.Selama ini, penerapan biosekuriti di tingkat breeding dan hatchery memang sudah sangat baik, namun jika melihat di tingkat peternakan rakyat, maka diakui bahwa sebagian besar masih menerapkan tindakan biosekuriti alakadarnya bahkan ada yang tidak menerapkan biosekuriti sama sekali. Beberapa peternak mengungkapkan bahwa penerapan konsep biosekuriti hanya akan menambah biaya produksi, sebagian lainnya mungkin hanya sekedar malas dan menganggap praktik biosekuriti tidak praktis, sisanya bisa jadi belum memahami bahwa bahkan praktik biosekuriti yang sederhana dan terlihat sepele pun bisa memberikan perbedaan yang nyata bagi produksi dan performans ternaknya.Pertahanan pertama

Sebelumnya, mari melihat kembali apa sesungguhnya yang dimaksud dengan biosekuriti. Biosekuriti adalah suatu tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian penyakit dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan baik di industri perunggasan maupun peternakan lainnya akan mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Biosekuriti sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu set program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya agen penyakit berbahaya di berbagai tempat seperti peternakan, tempat penampungan hewan dan rumah potong hewan.

Biosekuriti merupakan serangkaian kebiasaan, prosedur dan sikap, di mana di sini manusialah yang menjadi pembatas bagi bibit penyakit untuk tidak menyerang ternak. Dalam hal ini, ada hal yang bisa dikatakan menjadi musuh dari biosekuriti yakni faktor resiko. Faktor resiko merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kejadian penyakit tetapi tidak selalu berupa faktor yang menyebabkan kejadian penyakit. Beberapa hal yang termasuk faktor resiko di peternakan unggas antara lain adalah manusia, sapronak, kendaraan, peralatan, hewan liar, hama, air, produk, litter bekas, bangkai unggas dan lain sebagainya. Di sinilah biosekuriti berperan sebagai pengatur interaksi antara faktor-faktor resiko tersebut dengan unggas. Oleh karena itu, biosekuriti bersifat khas untuk setiap lokasi peternakan dan jenis penyakit, sehingga setiap peternak harus mengenal dengan baik lokasi kandangnya serta memahami jenis-jenis penyakit apa yang memiliki kecenderungan kuat muncul di lokasi tersebut.Elemen biosekuritiBiosekuriti merupakan sebuah konsep yang berlaku dua arah. Pertama mencegah penyakit masuk ke dalam suatu peternakan (bioexclusion), kedua mencegah penyakit menyebar keluar dari suatu peternakan (biocontainment). Konsep ini tercermin dalam tiga elemen biosekuriti yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas dan sanitasi.

1. IsolasiIsolasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengurangi kontak antara faktor resiko dengan ternak semaksimal mungkin sehingga kemungkinan ternak tertular penyakit turun sampai ke level yang paling rendah. Contohnya adalah pemberian pagar di sekeliling farm, pemisahan ternak berdasarkan kelompok umur, dan pembagian area peternakan menjadi area bersih dan kotor.2. Pengedalian lalu lintasPengendalian ini pada intinya mengatur pergerakan faktor resiko ke dalam atau keluar farm berdasarkan pembagian area yang sudah ditetapkan. Contoh tindakan yang bisa dilakukan adalah mengendalikan siapa saja yang boleh masuk ke area bersih, apa saja hal yang harus dilakukan sebelum masuk ke area bersih dan melarang orang yang tidak berkepentingan masuk ke area farm.3. Sanitasi dan desinfeksiSanitasi dan desinfeksi dilakukan untuk memusnahkan atau menetralisasi organisme penyebab penyakit (virus, bakteri, parasit dan jamur) sehingga potensi terjadinya penyakit bisa ditekan serendah mungkin. Hal yang perlu diingat bahwa sanitasi di sini juga termasuk pengendalian hama (nyamuk, tikus, lalat, dsb.) dan pemusnahan sampah biologis seperti bangkai, kotoran, litter bekas, botol vaksin bekas, telur pecah, air buangan pencucian tempat pakan dan minum. Sementara itu, desinfeksi dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang bahan aktifnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan bibit penyakit yang ingin dibasmi.Biosekuriti Struktur BangunanPeternakan Parent Stock setidaknya harus berada dalam radium 3 kilometer dari area perunggasan komersial ataupun peternakan unggas rakyat. Fasilitas minimal yang harus dimiliki adalah : luasan area kandang harus dikelilingi oleh pagar keliling yang terkubur dengan kedalaman 3 meter untuk mencegah satwa liar masuk dengan cara menggali dan pada bagian atas pagar dilengkapi dengan kawat berduri untuk mencegah masuknya pihak luar yang tidak bertanggung jawab ; bagian terbuka dari pagar keliling harus berada dalam pengawasan ; area selebar 1 meter di sebelah dalam dan sebelah luar dari pagar harus dibersihkan dari rumput agar setiap kegiatan tikus atau hama dapat dideteksi area seluas 3 meter di sekitaran gedung perimeter harus tetap bebas dari semua vegetasi kecuali rumput yang dipangkas untuk mengah,bat pergerakan tikus dan aktivitas satwa liar ; masuknya pekerja ke dalam flok yang berisi populasi unggas dengan umur yang seragam harus melalui bilik mandi dan wajib mengganti baju secara keseluruhan. harus dijaga terhadap pemisahan antara material yang memiliki potensi "terkontaminasi diluar" dengan area dalam dengan level keamanan unggas yang tinggi. tidak ada kendaraan atau peralatan yang diijinkan masuk ke dalam area kandang dari waktu pengisian flok sampai dengan populasi tersebut habis ; peraltan untuk memotong rumput, spraying, vaksinasi, dan alat itmbang harus berada di area dalam pagar selama masa hidup populasi di dalam flok ; semua peraltan seperti tenpat pakan, tangki gas, meteran gas dan meteran listrik, yang memerlukan perawatan dari personel yang bukan merupakan pegawai kandang harus diletakkan pada area yang berdekatan dengan pagar perimeter ; bentuk bangunan flok harus dikonstruksikan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk dilaksanakan dekontaminasi secara total setelah flok tersebut kosong

Desain bangunan harus termasuk : dinding perimeter, dengan ketinggian 70 cm, harus dibangun dengan blok beton ; lantai dengan permukaan halus terbuat dari beton dengan konformasi permukaan miring ke samping ; permukaan interior bangunan termasuk langit-langit bangunan dan dinding samping harus di lapisi dengan bahan yang tidak mudah rusak seperti baja galvanis atau alumunium yang dapat dengan mudah untuk dibersihkan ; semua celah dan lobang ke dalam bangunan harus disaring untuk mencegah akses dari burung liar, tikus dan hewan liar yang lainnya. direkomendasikan untuk pintu masuk pekerja terbuat dari logam dan diatas pintu tersebut terdapat lobang yang dipasangi jala-jala besi.

Daftar pustaka Clauer, P.J. 1997. Biosecurity for Poultry. Virginia Cooperative Extension. Publication Number 408-310. Dikutip dari jurnal Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam yang di susun oleh Upik Kesumawati Hadi Dawami, A. 2012. Konsumsi Ayam dan Telur Penduduk Indonesia Masih Rendah. http://www.poskotanews.com/2012/10/12/konsumsi-ayam-dan-telur-penduduk-indonesia-masih-rendah/. Di akses pada 11 september 2014 Himawati, D. 2006. Analisis Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD Sari Bumi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Dikutip dari jurnal Analisis Usaha Pada Peternakan Rakyat Ayam Petelur Di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar di susun oleh Ike Metasari 1), Sunaryo Hadi Warsito2), Iwan Sahrial Hamid3) .poultryindonesia judul Pendekatan Biosekuriti Sederhana diakses pada 11 . September, 2014