BIOPSIKOLOGI
-
Upload
etty-rosmalindaa-dewii -
Category
Documents
-
view
1.148 -
download
163
Transcript of BIOPSIKOLOGI
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biopsikologi berpeluang untuk menyeumbang peran penting dalam
kehidupan. Sebagai salah satu perspektif keilmuan dalam khasanah ilmu
psikologi, ia mencoba menjawab suatu fenomena psikologis dengan pemahaman
fisiologis. Ia pun berkaitan erat dengan neuroscience, ilmu yang mendalami hal
ihwal otak kita. Berbagai penelitian meembuktikan, aplikasi praktis biopsikologi
dalam berbagai bidang terapan psikologi dapat meningkatkan optimalisasi potensi
manusia dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Bipsokologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia
pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan
kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna
kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan
sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat dan tingkah
laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat
pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan
tidak dipelajari melalui pengalaman.dan Reseptor sensoris motorik berupa sel-sel
khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan
diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera
yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan,
tekanan, getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang
tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus
pembahasan dalam makalah ini yaitu.
1.2.1 Apa pengertian dari biopsikologi ?
1.2.2 Apa hubungan antara otak dan pikiran ?
1
2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
tentang biopsikologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari biopsikologi.
2. Mengetahui hubungan antara otak dan pikiran.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat
memberikan tambahan pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih memahami
tentang biopsikologi. Selain itu, bagi mahasiswa Prodi S1 Keperawatan
khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam memberikan
pembelajaran yang sesuai sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
1.5 Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
menggunakan metode kepustakaan dan Internet. Adapun teknik-teknik yang
dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan
dengan penulisan makalah ini.
1.5.2 Internet
Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs
yang relevan dan realistis.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Biopsikologi
Biopsikologi adalah ilmu yang mempelajari mekanisme prilaku dan
pengalaman dari sisi fisiologi, evolusi, serta perkembangan. Biopsikologi
merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Tujuan dari mempelajari
Biopsikologi adalah untuk mengaitkan antara topik biologi dan topik psikologi.
Biopsikologi sendiri merupakan cabang ilmu yang pembahasannya terpusat pada
fungsi otak. Istilah biopsikologi memiliki makna yang sama dengan psikobiologi,
psikologi fisiologis, dan neurosains prilaku. Istilah biopsikologi memberi tekanan
bahwa tujuan akhirnya adalah mengkaitkan antara topik – topik biologi dengan
psikologi. Sebagai bidang studi, neurosains banyak mengandung konsep – konsep
yang berkaitan dengan prilaku. Dibidang studi tersebut pun banyak terkandung
detail – detail yang berkaitan dengan anatomi dan kimia.
Sebagian besar pembahasan didalam biopsikologi terpusat pada fungsi
otak. Menunjukan ilustrasi otak dari dari sisi atas (ahli antomi akan menyebutnya
dengan sisi dorsal) dan sisi bawah (sisi ventral).
Membahas mengenai otak, maka selayaknya kita memahami sedikit
gambaran otak. Apabila kita melakukan pengamatan yang mendetail terhadap
bagian otak, maka akan terungkap bahwa ada sub-area yang sangat berbeda. Pada
tingkat mikroskopis, kita akan mengetahui bahwa otak terdiri dari dua tipe sel:
1. Tipe sel yang pertama disebut dengan Neuron. Neuron merupakan
jaringan dalam otak yang fungsi dan perannya adalah meneruskan
stimulus atau informasi antar-neuron dan meneruskannya pula ke otot-otot
penggerak serta kelenjar.
Sel saraf atau neuron berfungsi untuk menerima, meneruskan, dan
memproses stimulus; memicu aktivitas sel tertentu; dan pelepasan
neurotransmiter dan molekul informasi lainnya. Sel saraf menerima
sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik
eksternal (reseptor somatik) maupun internal (reseptor viseral). Reseptor
3
4
mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang
saraf sampai ke otakdan medulla spinalis yang kemudian akan
mengintepretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respons terhadap
informasi bisa terjadi. Impuls dari otak dan medula spinalis memperoleh
respons yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh, yang disebut efektor.
Neuron-neuron itu bertugas sebagai penerma dan penyampai
semua perangsang; bekerjanya secara sentripetal, yaitu dari luar. Sel-sel
neuroglia menyongkong jaringan, dan memperkokoh susunannya. Pada
kelelahan rokhaniah, tonjolan-tonjolan itu menjadi saling berjauhan,
sehingga penerimaan perangsang-perangsang menjadi terlambat atau
tehambat.
A. Anatomi Neuron
Neuron adalah unit fungsional system saraf yang terdiri dari badan sel
dan perpanjangan sitoplasma.
1. Badan Sel, Atau Perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
a. Satu Nukleus tunggal, Nukleuolus yang menonjol, dan organel lain
seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
5
b. Badan Nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-
ribosom bebas serta berperan dan sintesis protein.
c. Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neuro tibulus yang dapat
dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan
perak.
2. Dendrid adalalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda
dan pendek, serta berfungsi untuk mengantar impuls ke sel tubuh.
a. Permukaan dendrid penuh dengan spina dendrid yang
dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.
b. Neurofibril dan badan Nissl memanjang kedalam dendrid.
3. Akson adalah suatu prosesu tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang
dari dendrid. Bagian ini menghantar inpuls menjauhi badan sel ke
neuron lain, keselain (sel otot atau kelejar), atau kebadan sel neuron
yang menjadi asal akson.
a. Origo akson, akson berasal dari badan sel hillock akson, yaitu
regia yang tidak mengandung badan Nissl.
b. Ukuran akson, panjang akson berukuran kurang dari 1mm – 1m
lebih (1mm=0,04 inci ; 1m =3,28 kaki). Dibagian ujungnya,
sebuah akson dapat bercabang banyak.
1. Percabangan akhir memiliki sesuatu pembesaran yang disebut
kenop sinaptik, terminal presinaptik, atau terminal bouton.
6
2. Sisi percabangan (kolateral), yang berujung pada akhir yang
sama dengan pembesaran, dapat terjadi disisi distal.
c. Pelapisan akson
1. Semua akson dalam system saraf perifer dibungkus dengan
lapisan schwann, disebut juga neurilema, yang dihasil kan sel –
sel schwann.
a. Akson besar (diameter diatas 2µm), memiliki lapisan dalam
yang disebut myelin, suatu kompleks lipoprotein yang
dibentuk oleh membrane plasma sel – sel schwann. Akson
ini, yang tampak berwarna puth, disebut serabut
termielinilisasi.
b. Pada saraf perifer, sel – sel schwann myelinisasi akson
dengan cara melingkari dalam bentuk gulungan jelly.
c. Myelin berfungsi sebagai insulator listrik dan memprecepat
hantaran imfuls saraf.
d. Nodus ranvier menunjukan celah antara sel – sel schwann
yang berdekatan. Celah ini merupakan tempat pada akson
dimana myelin dan lapisan schwann terputus, sehingga
melapisi sebagian akson.
e. Akson yang berdiametir kecil biasanya tidak termielinisasi
dan tertanam pada sitoplasma sel schwann.
2. Akson dalam SSP tidak memiliki lapisan neurolima .
a. Serabut termielinisasin tanpa neurilema terdapat pada
bagian putih otak dan medulla spinalis.
1. Dalam SSP, meilin dihasilkan dari ologodendrosit
bukan dari sel schwann.
2. Meilin bertanggung jawab untuk tampilan putih pada
subtansi putih.
b. Serabut tidak termienilisasi tanpa neurilema terdapat pada
subtansi abu – abu otak dan medulla spinalis.
7
3. Terminasi akhir dari semua sererabut saraf tidak
memiliki neurilema dan myelin.
4. Regenerasi neuron yang rusak memerlukan neurilema.
a. Neuron tidak dapat membelah secara mitosis, tetapi
serabut dapat bergenerasi jika badann selnya masih
utuh.
b. Jika akson mengalami kerusakan berat, maka
neurilema (lapisan sel – sel schwann) yang
melapisinya melakukan pembelahan untuk menutup
luka.
c. Jika bagian distalakson rusak, bagian akson terdekat
dengan badan sel akan membuat percabangan baru.
d. Lapisan neurilema kosong menjadi semacam
tubulus seluler untuk mengarahkan akson yang
tergenerasi ; setiap percabangan akson tambahan
yang masuk lapisan celah akan terdisintegrasi.
5. Neuron dalam SSP tidak memiliki neurilema dan tidak
bergenerasi.
B. Klasifikasi neuron
1. Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi
impulsnya.
a. Neuron sensori (Eferen), menghantarkan inpuls listrik dari reseptor
pada kulit, organ indra, atau seuatu organ internal ke SSP.
b. Neuron motoric menyampaikan inpuls dari SSP ke Efektor.
c. Interneuron (neuron yang berhubungan), ditemukan seluruhnya dalam
SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motoric atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
2. Struktur neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah
prosesusnya.
8
a. Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrid atau lebih.
Sebagian besar neuron motoric, yang ditemukan dalam otak dan
medulla spinalis, masuk kedalam golongan ini .
b. Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indra, seperti mata, telinga, dan hidung.
c. Neuron unipolar (pseudounipolar), kelihatanya memiliki sebuah
prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.
1. Kedua prosesus (akson dan dendrit), berfungsi selama
perkembangan menjadi satu batang tunggal yang bercabang untuk
membuat bentuk Y.
2. Semua neuron sensori (aperen), pada ganglia spinal termasuk
dalam pseudounipolar.
3. Prosesus neuron pseudounipolar yang membawa pesan sensi
kedalam sel terlihat secara structural seperti akson, tetapi secara
fungsional berperan seperti dendrit.
4. Neuron unifolar memiliki sebuah prosesus tunggal. Neuron ini
terdapat pada embrio dan dalam potoreseptor mata.
2. Tipe sel kedua adalah Glia. Secara teknis, ukuran dan bentuk Glia jauh
lebih kecil dibandingkan Neuron. Namun pada dasarnya ada kemiripan
fungsi dan peran antara Glia dengan Neuron, yaitu sama-sama meneruskan
informasi. Namun yang menjadikan Glia dan Neuron berbeda adalah
sebab Glia tidak mampu meneruskan informasi dengan jarak yang sangat
jauh.
Sel neuroglial adalah sel penunjang tarnbahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glial dapat
menjalani mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab
atas terjadinya tumor sistem saraf.
1. Anatomi Sel Neuroglial
Sel neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel
penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak
9
seperti neuron, sel glial dapat menjalani mitosis selama rentang
kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor system saraf.
1. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah
prosesus panjang sebagian besar melekat pada dinding kapiler
darah melalui pedikel atau “kaki vascular”.
a. Sel ini memberikan penopang strukturan dan mengatur
transpor materi diantara darah dan neuron.
b. Kaki vascular dipercaya berkontribusi terhadap barrier
darah otak, atau tingkat kesulitan makromolekul tertentu
pada plasma darah untuk masuk kejaringan otok.
c. Astrosit fibrosa terletak disubstansi putih otak dan medulla
spinalis; astrosit proto plasma ditemukan pada substansi
abu – abu.
2. Oligodenroglia (oligodenrosit), menyerupai astrosit, tetapi
badan selnya lebih kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit
dan lebih pendek.
a. Oligodenrosit dalam SSP analog dengan sel schwann pada
saraf perifer.
b. Bagian ini membentuk lapisan myelin untuk melapisi akson
dalam SSP.
3. Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan
dipercaya memiliki peran fagositik. Sel glia berukuran kecil
dan prosesusnya lebih sedikit dari jenis sel glial lain.
4. Sel ependymal membentuk membrane epitalial yang melapisi
rongga serebral (otak) dan rongga medulla spinalis.
Sejak Psikologi lahir, pendekatan secarsa biopsikologi secara implisit
sudah diungkapkan, namun secara eksplisit baru muncul pada karya D.O Hebb
(1949), “Organization of Behavior”. Dalam karyanya tersebut, Hebb
mengemukakan teori yang komprehensif tentang fenomena psikologi yang
berkaitan dengan persepsi, emosi, pikiran dan memori yang mungkin dikontrol
melalui aktivitas otak. Teori tersebut merupakan salah satu dasar yang penting
10
dalam menguraikan dan mengkonkritkan pembahasan tentang perilaku manusia
yang kompleks dan kasat mata.
Meskipun biopsikologi tergolong ilmu yang masih muda, namun ia
memiliki perkembangan yang cepat dan memiliki kaitan yang erat dengan disiplin
ilmu yang lain, diantaranya:
1. Biological Psychiatry, membahas tentang biologi yamg berkaitan dengan
penyimpangan psikiatris dan perlakuan (treatment) terhadap penyimpangan
tersebut melalui manipulasi otak.
2. Developmental Neurobiology, membahas tentang perubahan sistem saraf
sejalan dengan kemasakan dan usia; neurobiology biasa juga disebut dengan
neuroscience.
3. Neuroanatomy, mempelajari tentang struktur atau anatomi sistem saraf.
4. Neurochemistry, mempelajari proses-proses kimiawi yang muncul akibat
aktivitas saraf, terutama proses yang mendasari transmisi sinyal melalui sel-
sel saraf.
5. Neuroendocrinology, mempelajari interaksi antara sistem saraf dengan
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang diproduksinya.
6. Neuroethology, mempelajari kaitan antara sistem saraf dan perilaku yang
muncul dalam lingkungan alami hewan dan dalam lingkungan laboratorium
yang dikontrol ketat.
7. Neuropathology, mempelajari penyimpangan sistem saraf.
8. Neuropharmacology, mempelajari efek obat-obatan pada sistem saraf,
terutama yang mempengaruhi transmisi sel saraf.
9. Neurophysiology, mempelajari respon sistem saraf, terutama yang terlibat
dalam transmisi sinyal elektronik melalui sel-sel saraf dan antara sel-sel
saraf.
2.2 Hubungan Antara Otak Dan Pikiran
(Guyton dan Hall 2006:759) Setiap pikiran hampir selalu melibatkan
sinyal-sinyal yang menjalar secara bersamaan di dalam sebagaian besar korteks
serebri, talamus, sistem limbik, dan formasio retikularis batang otak. Beberapa
11
pikiran yang bersahaja mungkin hampir seluruhnya bergantung pada pusat-pusat
yang lebih rendah. Sebaliknya ada suatu tipe pola pikiran yang memang
membutuhkan banyak keterlibatan korteks serebri, yaitu yang melibatkan
penglihatan, karena hilangnya korteks visual akan menyebabkan pasien tak
mampu mengerti bentuk visual atau warna.
Pikiran adalah hasil dari pola perangsangan berbagai bagian system saraf
pada saat yang bersamaan, melibatkan korteks serebri, thalamus, system limbik,
dan bagian atas formasio retikularis batang otak. Daerah system limbik, talamus,
dan formasio retikularis yang terangsang di duga menentukan sifat-sifat umum
dari pikiran, sehingga menimbulkan beberapa sifat seperti rasa senang, rasa tak
senang, rasa sakit, rasa tak enak, model sensasi yang sederhana, lokalisasi dari
sebagian besar daerah tubuh, dan sifat-sifat umum lainnya. Namun, area korteks
serebri yang terangsang secara khusus menentukan sifat khusus dari pikiran,
seperti (1) lokalisasi sensasi yang spesifik pada permukaan tubuh dan benda-
benda yang ada dalam lapang penglihatan (2) merasakan tekstur dari sutra (3)
pengenalan visual terhadap pola empat persegi panjang dari balok dinding beton,
dan (4) sifat-sifat individual yang terutama memerlukan kesiagaan penuh.
Kesadaran mungkin dapat digambarkan sebagai kesiagaan yang terus-menerus
terhadap keadaan lingkungan atau rentetan pikiran kita.
Bagan Hubungan Otak dan pikiran
RANGSANG
INDRA OTAK
MOTORIS
PERBUATAN
Rangsang (Stimulus) Penerima (Reseptor) Perasaan (Sensitivitas)
1. Cahaya
2. Suara
3. Panas dingin dan tekanan
4. Gas
5. Bahan Kimia
Mata
Telinga
Kulit
Hidung
Lidah
Penglihatan
Pendengaran
Perabaan
Penciuman
Pengecapan
Proses pengamatan atau penyerapan melalui 3 proses:
a. Proses Fisik, stimulus mengenai alat indra.
b. Proses fisiologis, stimulus diteruskan oleh saraf sensoris ke otak.
c. Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari apa
yang diterima oleh indra.
Rangsangan berupa: cahaya, suara, panas dingin dan tekanan, gas, bahan
kimia → Reseptor (Mata, telinga, kulit, hidung, lidah) → Hasil dari pola “pikiran”
perangsangan berbagai system saraf pada saat yang bersamaan melibatkan korteks
serebri, talamus, sistem limbik, dan bagian atas formasio retikularis batang otak
→ Otak (Pertama receptor rangsangan sensoris: ujung distal dendrit yang akan
menerima stimulus peka terhadap suatu rangsagan misalnya kulit. Kedua neuron
aferen sensoris: melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medulla spinalis
yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat. Ketiga pusat
saraf yaitu pusat sinaps: sisi sinaps yang berlangsung dalam substansi abu-abu.
Impuls dapat ditransmisi, diulang rutenya, atau dihambat pada bagian lain.
Tempat integrasi dimana masuknya sensoris dan di analisa kembali ke neuron
eferen. Keempat Neuro Eferen yaitu motorik: melintas sepanjang akson neuron
motorik sampai efektor yang akan merespon impuls eferen menghantarkan impuls
ke perifer sehingga menghisalkan aksi yang khas. Kelima alat efektor: dapat
berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang merespons,
12
merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau
kelenjar).→motoris→Perbuatan “Perilaku”.
13
Proses Berpikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa
kata-kata atau bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa
manusia dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan
manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk
lain. Sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh (powerful) dalam
proses berpikir,sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau
gambaran (image). Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh sebagai berikut.
Bayangkan bahwa Anda ada disuatu tempat di sudut kota mislanya di
Bulaksumur, dan Anda diminta datang di Kraton. Dalam kaitan ini, Ansa akan
menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya yang
berkaitan dengan Bulaksumur dan Kraton, dan menentukan jalan-jalan mana saja
yang ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di Kraton. Jadi disini
Anda menggunakan gambaran atau bayangan (image) yang merupakan visual
map atau juga disebut sebagai cognitive map yang memberikan gambaran tentang
keadaan yang dihadapi. Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat
yang baru, akan memperoleh gambaran tentang kota atau tempat yang baru itu,
dan ini memberikan gambaran kepada orang yang bersangkutan, atau memberikan
visual map atau cognitive map. Ini yang sering disebut non-verbal thinking.
Demikian juga apabila orang berpikir menggunakan skema-skema tertentu, atau
gambar-gambar tertentu termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau
bayangan-bayangan atau image, namun sebagaian terbesar dalam berpikir orang
menggunakan bahasa atau verbal, yaitu berpikir dengan menggunakan simbol-
simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan
alat yang penting dalam berpikir, maka sering dikemukakam bil;a seseorang itu
berpikir, orang itu bicara dengan sendirinya.
Tinjauan Ulang Sistem Saraf Pusat
Yang disebut sebagai susunan saraf ialah: segenap otak yang ada di
kepala, ditambah dengan semua saraf dan sel –sel diseluruh badan. Pada jenis
14
binatang bertulang punggung dna manusia, susunan saraf ini terdiri atas: susunan
saraf sentral (yaitu otak besar dan otak kecil, sumsum perpanjangan dan sumsum
tulang belakang) dan susunan saraf periferi (yaitu indera dan saraf-saraf). Susunan
saraf periferi itu menghubungkan organ-organ pusat dengan semua bagian tubuh.
Seperti halnya keadaan tubuh manusia, susunan saraf itu juga terdiri atas
banyak sel-sel. Sel-sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama,
dikelompokkan menjadi ringan. Pada jaringan saraf dibedakan dua jenis, yaitu:
neuron-neuron sel-sel saraf dalam pengertian sempit, dan sel-sel neuroglia atau
sel-sel penyangga saraf, yang mempunyai paling sedikit dua tonjolan (bahkan
sering banyak tonjolan). Tubuh sel disebut sel ganglion. Tonjolan-tonjolan yang
menyampaikan perangsang-perangsang kepada sel, disebut dendrit. Sedang
tonjolan yang melepaskan perangsang dari sel, disebut neurit. Dengan bantuan
tonjolan-tonjolan tersebut yang masing-masing mempunyai bentuk-bentuk
tonjolan sendiri yang lebih halus (disebut fibri), neuron-neuron berhubungan satu
sama lainnya.
(Kowalak-Welsh-Mayer 2003:268) Sistem saraf pusat meliputi otak dan
medulla spinalis. Otak terdiri atas serebrum, serebelum, batang otak, dan struktur
primitive yang terletak di bawah serebrum, yaitu : diensefalon, system ,limbic
serta system aktivitas retikuler (RAS, reticular activating system). Medulla
spinalis merupakan lintasan primer untuk menyampaikan pesan-pesan diantara
daerah peifer tubuh dan otak.
Medulla spinalis juga mengantarai refleks. Dalam zat putih yang ada di
dalam otak besar, terdapat hubungan tanggapan-tanggapan. Pada kulit otak yang
berwarna kelabu, terletak kesadaran manusia. Sedang otak kecil menjadi organ
yang mengatur fungsi dari indera. Sedang sumsum tulang belakang membawa
semua perangsang dari dan ke otak, dan merupakan organ dari gerak-gerak
refleks.
Serebrum
Hemisfer serebri kiri dan kanan dihubungkan oleh korpus kalosum, yaitu
massa jaringan yang memungkinkan komunikasi antara pusat-pusat terkait dalam
hemisfer kanan dan kiri. Setiap hemisfer serebri dibagi menjadi empat lobus
15
berdasarkan patokan anatomi dan perbedaan fungsinya. Lobus tersebut diberi
nama tulang cranial yang menutupinya (frontal, temporal, parietal, dan oksipital) :
1. Lobus frontalis –memengaruhi kepribadian, penilaian (judgement),
kemampuan berpikir abstrak, perilaku sosial, ekspresi bahasa, dan
gerakan (pada bagian motorik)
2. Lobus temporalis- mengendalikan pendengaran, pemahaman bahasa, dan
menyimpan serta mengingat memori (meskipun memori disimpan
diseluruh otak)
3. Lobus parietalis- menginterprestasi dan mengitegrasi rasa, yang meliputi
rasa nyeri, suhu dan sentuhan; juga menginterpretasi ukuran, bentuk,
jarak, tekstur (Lobus parietalis pada hemisfer nondominan, yang
biasanya hemisfer kanan, terutama penting bagi kesadaran akan skema )
4. Lobus oksipitalis – terutama berfungsi dalam menginterpretasi stimuli
visual.
Korteks serebri, yang merupakan lapisan permukaan yang tipis pada
serebrum, tersusun dari substansia grisea (badan sel sarafnya tidak bermielin).
Permukaan serebrum memiliki konvolusi (girus) dan alur atau fisura (sulkus).
16
Serebelum
Serebelum yang juga memiliki dua buah hemisfer berfungsi
mempertahankan tonus otot, mengoordinasi gerakan otot, dan mengendalikan
keseimbangan.
Batang otak
Batang otak, yang tersusun atas pons, mesensefalon (otak tengah), serta
medulla oblongata, meneruskan pesan antara tingkat yang lebih tinggi dan tingkat
yang lebih rendah di dalam system saraf. Nervus kranialis berasal dari pons,
mesensefalon, dan medulla oblongata :
1. Pons-menghubungkan serebelum dengan serebrum dan mesensefalon
dengan medulla oblongata ; pons mengandung satu dari beberapa pusat
pernapasan.
2. Mesensefalon (midbrain)- mengantarai refleks auditorius dan visual.
3. Medulla oblongata- mengatur fungsi respirasi vasomotor, dan kardiak.
Struktur primitif
Diensefalon berisikan thalamus dan hipotalamus yang terletak di bawah
hemisfer serebri. Thalamus mengirimkan semua stimulus sensorik (kecuali
olfaktori) ketika rangsangan ini berjalan naik ke korteks serebri. Fungsi thalamus
17
meliputi kesadaran primitive akan rasa nyeri, skrining semua stimulus yang
datang, dan pemfokusan perhatian. Hipotalamus mengontrol atau memengaruhi
suhu tubuh, selera makan, keseimbangan air, sekresi hipofisis, emosi dan fungsi
otonom yang meliputi siklus tidur dan bangun.
System limbic memiliki letak yang dalam di dalam lobus temporalis.
Bagian ini memulai dorongan primitif (rasa lapar, agresi, dan pembangkitan nafsu
seksual serta emosi) dan menyaring semua pesan sensorik yang berjalan ke
korteks serebri.
RAS merupakan jalinan yang difus dari neuron yang hipereksitabel dan menyebar
seperti kipas dari batang otak hingga korteks serebri. Bagian ini berfungsi
menyaring semua informasi sensorik yang datang dan menyalurkannya ke daerah
otak yang tepat untuk diinterpretasi. Aktivitas RAS juga menstimulasi keadaan
terjaga (wakefulness).
Medula spinalis
Medulla spinalis menghubungkan batang otak pada level foramen
magnum dan berakhir dekat vertebra lumbalis kedua. Penampang medulla spinalis
terlihat sebagai massa substansi grisea (badan kelabu) di daerah sentral yang
berbentuk seperti huruf H dan dibagi menjadi kornudorsalis (kornu posterior) dan
kornu ventralis (kornu anterior). Substansi grisea dalam kornu dorsalis mengirim
impuls sensorik (aferen) dan dalam kornu ventralis mengirim impuls motorik
(eferen). Substansi alba (badan putih yang merupakan akson bermielin dari
serabut saraf sensorik dan motorik) mengelilingi kedua kornu tersebut dan
membentuk jaras (traktus) saraf yang naik (asenden) dan turun (desenden).
Fungsi Otak
Komunikasi terdiri atas dua aspek yaitu aspek sensoris komunikasi dan
aspek motoric komunikasi.
1. Aspek sensoris komunikasi: terdapat pada bagian daerah asosiasi
auditorius dan visual korteks. Jika terjadi kerusakan dapat
menyebabkan ketidakmampuan untuk memahami kata yang
diucapakan atau kata yang ditulis. Efek ini berturut-turut disebut afasia
18
reseptif auditorius dan afasia reeptif visual. Beberapa orang dapat
memahami sepenuhnya kata yang diucapkan. Pengartian kata untuk
menyatakan pikiran terjadi pada area Wernicke dalam bagian posterior
girus temporalis superior dalam hemisfer. Jika terjadi rusak dan hancur
dianggap sebagai afasia umum atau agnosia umum.
2. Aspek motoric komunikasi: proses bicara meliputi pembentukan
pikiran yang harus dinyatakan dan pilihan kata yang harus digunakan,
serta tindakan vokalisasi yang sebenarnya.
3. Pengolahan informasi merupakan proses masuknya informasi yang
sedemikian rupa sehingga terjadi reaksi motorik yang tepat. Lebih dari
99% dari semua informasi sensoris terus dibuang karena tidak penting
misalnya orang menyadari bagian tubuh yang bersentuhan dengan
pakaian, tidak menyadari tekanan pada tempat duduk ketika sedang
duduk, dan lain-lain. Perhatian ditujukan pada suatu objek khusus
dalam lapangan penglihatan dan bunyi yang terus-menerus biasanya
dipindahkan ke latar belakang. Bila informasi sensoris penting telah
dipilih dan akan disalurkan ke dalam daerah motorik otak yang tepat
untuk menimbulkan reaksi yang diinginkan.
4. Pembentukan pikiran dan pilihan kata merupakan fungsi daerah
sensori otak.
BAB 3
PENUTUP3.1 Simpulan
Biopsikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari mengenai mekanisme
perilaku dan pengalaman dari sisi fisiologi, evolusi, serta perkembangan. Tujuan
dari mempelajari Biopsikologi adalah untuk mengaitkan antara topik biologi dan
topik psikologi. Biopsikologi sendiri merupakan cabang ilmu yang
pembahasannya terpusat pada fungsi otak.
Sejak Psikologi lahir, pendekatan secarsa biopsikologi secara implisit
sudah diungkapkan, namun secara eksplisit baru muncul pada karya D.O Hebb
(1949), “Organization of Behavior”. Dalam karyanya tersebut, Hebb
mengemukakan teori yangkomprehensif tentang fenomena psikologi yang
berkaitan dengan persepsi, emosi, pikiran dan memori yang mungkin dikontrol
melalui aktivitas otak. Teori tersebut merupakan salah satu dasar yang penting
dalam menguraikan dan mengkonkritkan pembahasan tentang perilaku manusia
yang kompleks dan kasat mata.
Pikiran adalah hasil dari pola perangsangan berbagai bagian system saraf
pada saat yang bersamaan, melibatkan korteks serebri, thalamus, system limbik,
dan bagian atas formasio retikularis batang otak. Daerah system limbik, talamus,
dan formasio retikularis yang terangsang di duga menentukan sifat-sifat umum
dari pikiran, sehingga menimbulkan beberapa sifat seperti rasa senang, rasa tak
senang, rasa sakit, rasa tak enak, model sensasi yang sederhana, lokalisasi dari
sebagian besar daerah tubuh, dan sifat-sifat umum lainnya.
3.2 Saran
Bagi masyarakat diharapkan agar lebih aktif lagi mencari informasi
tentang biopsikologi mengingat bahwa pembelajaran ini sangat menarik karena
berkaitan dengan fungsi otak. Dengan mempelajari tentang biopsikologi dan
mengetahui tentang hubugan antara otak dan pikiran di harapkan agar dapat
membedakan antara pikiran dan otak. Karena pikiran dan otak merupakan bagian
yang berbeda. Tetapi otak dan pikiran ini sangat saling berkaitan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 .Jakarta:EGC
Kalat. W. J. 2010. Biopsikologi Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.
Kowalak-Welsh-Mayer.2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.kuliahpsikologi.com/tag/hubungan-antara-otak-dan-pikiran/
http://www.indospiritual.com/artikel_hubungan-antara-otak-dan-pikiran-dalam-peristiwa-nde.html