Biopreservatif Pada Wine
-
Upload
junkdwi-ariesta-wijaya-putra -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Biopreservatif Pada Wine
1. Biopreservatif pada Wine
Pengertian
Pengawetan menggunakan jasa makhluk hidup (organisme atau mikroorganisme) atau
bahan-bahan yang dihasilkan oleh makhluk hidup tersebut.
Keuntungan pengawetan dengan menggunakan jasa makhluk hidup ini adalah
1. Kehilangan nutrisi lebih rendah
2. Kebutuhan energi dan biaya operasional lebih rendah
3. Teknologi simpel
4. Kadang-kadang menghasilkan produk baru
Proses pengawetan dengan cara ini misalnya dilakukan dengan peragian (fermentasi).
Wine adalah salah satu produk yang menggunakan jasa makhluk hidup yang dilakukan
dengan cara peragian (fermentasi).
Perkembangan Wine di Bali
Anggur Bali (Alphonse Lavallée) ketika dipertegas oleh Menteri Pertanian RI,
sebenarnya merupakan varietas untuk bahan minuman, bukan untuk konsumsi buah segar.
Perkembangan anggur Bali sebenarnya dikembangkan sejak Penjajahan Belanda, yaitu tahun
1900-an. Pada masa itu, dibangun Kebun Percobaan Banjarsari di Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur, dengan koleksi sekitar 30 varietas anggur. Namun yang kemudian paling populer adalah
Varietas anggur yang dikembangkan di Probolinggo (Jatim) dan Buleleng (Bali).
Perkembangan budidaya anggur di Indonesia tidak terlepas dari upaya penyebaran agama
Kristen Katolik oleh Belanda. Kebiasaan orang Belanda untuk menyediakan minuman anggur
dalam perayaan Ekaristi menjadi alasan berkembangnya perkebunan anggur di Indonesia. Dalam
ajaran Katolik yang diyakini oleh Bangsa penjajah dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), Kanon
924 memang mengatur penggunaan anggur dalam Perayaan Ekaristi. Sehingga anggur yang
dibudidayakan oleh Belanda adalah anggur untuk bahan minuman wine.
Anggur Bali yang merupakan varietas Alphonse Lavallée, dikembangkan pertama kali
oleh Alphonse Lavallée (1791 - 1873), pendiri hotel the École Centrale Paris. Jenis anggur ini
dikembangkan oleh Alphonse sebagai bahan baku pembuatan minuman wine di hotel. Karena
dari awal anggur Bali merupakan bahan baku minuman wine, sifat buahnya sangat mudah
hancur, sesuai dengan sifat anggur wine. Sehingga sampai sekarang petani tidak begitu
memahami ini, padahal sudah terlihat sekali ciri dan kelemahan anggur Bali yang terkenal sangat
cepat busuk, karena bukan jenis anggur untuk dikonsumsi langsung sebagai buah segar.
Untuk mendapatkan pasar, maka petani Desa Dencarik harus merubah segmen pasar,
yang awalnya menanam anggur untuk wine, mesti beralih menanam anggur untuk buah
konsumsi. Banyak varietas anggur yang sekarang dilansir oleh pemerintah yang sesuai dengan
topografi di Desa Dencarik, yang mencapai 0-400 mdl. Namun yang paling mirip dengan anggur
Bali adalah varietas Jestro AG 60. Dalam kualitas, varietas Jestro AG 60 jauh lebih manis dalam
hal rasa daripada anggur Bali (BS 6), begitu pula dengan buahnya yang lebih besar tanpa biji.
Varietas Jestro AG 60, memang buahnya diperuntunkkan sebagai buah konsumsi, atau dapat
dimakan langsung. Sehingga buah Varietas Jestro AG 60 tidak cepat busuk seperti anggur Bali
varietas BS 6 yang dikenal selama ini.
Gambar 1. Produksi wine skala rumah tangga