Pengolahan Limbah Kulit Rambutan menjadi Wine
-
Upload
pandu-adijaya -
Category
Education
-
view
1.849 -
download
21
Transcript of Pengolahan Limbah Kulit Rambutan menjadi Wine
PENGOLAHAN LIMBAH KULIT RAMBUTAN
MENJADI WINE
Disusun dalam rangka kegiatan Student Project
SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun 2014
OLEH:
Enrico Aziezy
Pandu Adijaya
KELAS X AKSELERASI
SMA NEGERI 1 PURWOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Drs. Arif Priadi, M.Ed.
Jabatan : Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto
NIP : 19610510 198703 1 009
Pangkat/Golongan : Pembina / IV a
mengesahkan laporan tersebut dibawah:
Judul : Laporan Karya Ilmiah
“Pengolahan Limbah Kulit Rambutan menjadi
Wine”
Penyusun : 1. Enrico Aziezy NIS. 18025
2. Pandu Adijaya NIS. 18032
Jabatan : Siswa SMA Negeri 1 Purwokerto.
Demikian surat pengesahan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui, Purwokerto, April 2014
Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto Pembimbing
Drs. Arif Priadi, M.Ed. Drs. Tri MargonoNIP. 19610510 198703 1 009 NIP. 19670518 199212 1 002
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
KATA PENGANTAR.............................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Tujuan...........................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
KAJIAN TEORI......................................................................................................9
A. Teori Dasar....................................................................................................9
B. Teori Lanjutan.............................................................................................11
BAB III..................................................................................................................12
METODE PENULISAN........................................................................................12
A. Waktu dan Tempat Percobaan....................................................................12
1. Waktu Pelaksanaan..................................................................................12
2. Tempat Pelaksanaan................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................13
PEMBAHASAN....................................................................................................13
A. Alat dan Bahan............................................................................................13
1. Alat..........................................................................................................13
2. Bahan.......................................................................................................13
B. Deskripsi Bahan..........................................................................................13
1. Kulit Rambutan.......................................................................................13
2. Ragi/Kamir..............................................................................................14
3. Air............................................................................................................15
C. Faktor-faktor...............................................................................................15
D. Langkah Percobaan.....................................................................................17
3
BAB V....................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan Percobaan................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
Lampiran................................................................................................................21
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Karya Ilmiah “Pengolahan Limbah Kulit Rambutan menjadi
Wine” dengan sebaik-baiknya.
Dengan berkembangnya kebutuhan konsumsi seseorang tentulah
diperlukan alternatif penggganti produser bahan makanan tertentu yang
kebutuhannya semakin melonjak. Kulit rambutan sebagai bahan yang tidak
dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi kami coba olah kembali karena berpotensi
sebagai bahan makanan yang bermanfaat untuk dikonsumsi sehari-hari.
Pemanfaatan bahan alternatif merupakan salah satu penyelesaian dari
masalah pemenuhan kebutuhan terbatas. Oleh karena masalah itu kami berusaha
untuk menemukan pemenuh kebutuhan yang dapat menjadi alternatif wine.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung kami dalam pelaksanaan karya ilmiah serta penyusunan laporan ini
khususnya kepada pembimbing dan orang tua kami. Tak lupa kami memohon
maaf atas kekurangan terhadap penyusunan laporan yang masih perlu perbaikan.
Masukan dan kritikan akan selalu menjadi pembangun bagi kami untuk lebih baik
kemudian. Terimakasih.
Purwokerto, April 2014
Hormat kami,
Penyusun
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wine merupakan salah satu jenis minuman penghangat tubuh yang
biasanya menjadi minuman keseharian masyarakat subtropics khususnya pada
musim dingin yang kini juga dikonsumsi oleh penduduk beriklim tropis
termasuk salah satunya Indonesia. Wine muncul dan dikembangkan pertama
kali di daratan mesir dan meluas hingga ke Eropa dan sampai di Asia.
Seiring dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai
mengonsumsi wine maka akan mendorong peningkatan kebutuhan terhadap
wine. Namun kebutuhan yang melonjak ini bukan merupakan hal yang harus
atau wajib dipenuhi karena wine masih dibatasi peredarannya di Indonesia.
Pembatasan itu dikarenakan kandungan alkohol yang cukup besar pada wine
umumnya sehingga dikhawatirkan dapat merusak jaringan-jaringan serta
system organ tubuh manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Wine biasa dibuat melalui fermentasi berbahan anggur. Fermentasi inilah
yang menyebabkan timbulnya alkohol pada bahan dasar pembuat wine.
Masalah inilah yang berusaha kami pecahkan yakni menghasilkan wine
dengan kadar alkohol rendah sehingga tidak membahayakan tubuh
pengonsumsi.
6
Bahan dasar kulit rambutan kami pilih sebagai alternatif pengganti anggur
karena kulit rambutan merupakan bahan yang sangat mudah diperoleh. Kulit
rambutan merupakan limbah dari mengonsumsi buah rambutan sehingga
pemanfaatannya dalam pembuatan wine merupakan terobosan yang baik.
Disamping itu kulit rambutan memiliki kandungan glukosa yang tidak terlalu
berlebih sehingga tidak menghasilkan kadar alkohol yang tinggi pada proses
fermentasi. Kadar alkohol yang rendah tersebut dapat meminimalkan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada sistem organ pengonsumsi.
B. Tujuan
Oleh karena kandungan alkohol yang tinggi pada wine, maka percobaan
ini berusaha untuk menghasilkan wine yang memiliki kadar alkohol rendah
sebagai tujuan utama atas dasar pemenuhan kebutuhan yang mengutamakan
aspek kesehatan. Tujuan dari percobaan ini mengacu pada kontra sosial
kebanyakan masyarakat yang menganggap bahwa wine merupakan jenis
minuman yang dilarang untuk dikonsumsi. Fakta tersebut sebenarnya
bukanlah dari wine itu sendiri, namun oleh karena bahaya yang ditimbulkan
oleh kadar alkohol didalamnya sehingga kami berusaha untuk memutar
pemikiran masyarakat dengan menghipotesa percobaan kami bahwa wine
berbahan dasar kulit rambutan tidak berbahaya karena menghasilkan sedikit
alkohol.
Di samping memusatkan perhatian pada kandungan yang terdapat pada
wine kulit rambutan, percobaan ini juga berusaha meningkatkan pemanfaatan
7
terhadap limbah-limbah yang nantinya akan menjadi sampah apabila tidak
segera dimanfaatkan.
Sehingga prinsip pemanfaatan limbah menjadi ramah lingkungan menjadi
bagian dari tujuan pelaksanaan dari percobaan ini.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Dasar
Wine merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur
yang difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur,
menyebabkan buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam,
enzyme, ataupun nutrisi lain. Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah
anggur menggunakan khamir dari type tertentu. Yeast tersebut akan
mengkonsumsi kandungan gula yang ada pada buah anggur dan mengubahnya
menjadi alcohol. Perbedaan varietas anggur dan strain khamir yang digunakan,
tergantung pada type dari wine yang akan diproduksi.
Teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan oleh
orang Mesir pada tahun 2500 sebelum Masehi. Dari Mesir, budidaya dan
teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut
Hitam sampai ke Spanyol, Jerman, Perancis, dan Austria. Sejalan dengan
perjalanan Columbus teknologi pengolahan dan budidaya anggur mulai menyebar
ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia, dan
Australia. Penyebaran ini juga menjadikan anggur mempunyai beberapa sebutan,
seperti grape di Amerika dan Eropa, putao di China, dan Anggur di Indonesia.
9
Selain menggunakan buah anggur, minuman wine juga dapat dibuat dari buah-
buahan lain yang banyak mengandung gula, seperti apel, berry, lengkeng, ataupun
nanas. Penamaan minuman anggur atau wine yang dibuat dari selain buah anggur
biasanya menyertakan nama buah yang digunakan, seperti wine apel, ataupun
wine berry dan secara umum disebut dengan Fruity wine. Sedangkan jika wine
terbuat dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti beras dan gandum, maka
wine tersebut lebih dikenal dengan istilah minuman Sake (barley wine atau rice
wine). Minuman wine yang dibuat dari bahan baku jahe dikenal dengan sebutan
Brandy.
Mikroorganisme yang sering berperan dalam fermentasi anggur buah adalah
dari golongan khamir dari genus Saccharomyces, Candida, Hansenula pichia.
Dari genus Saccharomyces yang dapat digunakan dalam pembuatan anggur buah
antara lain Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces ovifformes, dan
Saccharomyces fermentati.
Khamir yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur
adalah Sacharomyces cerevisiae dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces
cerevisiae varietas ellipsoideus biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur
karena khamir jenis ini mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada
suhu yang agak tinggi yaitu 30 oC. Selain itu dapat menghasilkan alkohol cukup
tinggi yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga mampu memfermentasi
beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa,
maltosa dan maltotriosa. Fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat
10
dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35 0C, proses ini dapat
berlangsung 35 – 60 jam.
B. Teori Lanjutan
Kulit rambutan mengandung sejumlah glukosa namun dalam jumlah yang
sedikit dan cukup untuk diubah dalam proses fermentasi. Pada umumnya, wine
mengandung kadar alkohol yang tinggi yang memabukkan. Artinya dengan
sedikitnya jumlah glukosa maupun zat terkait yang terkandung dalam kulit
rambutan akan menghasilkan fermentasi alcohol dalam kadar atau persentase yang
rendah dan tidak menyebabkan efek mabuk.
Proses fermentasi akan memerlukan waktu beberapa hari untuk
dapatmenghasilkan jenis wine yang siap untuk dikonsumsi. Proses pendiaman
atau fermentasi yang terlalu lama akan menyebabkan wine yang dihasilkan
berkualitas buruk. Hal ini disebabkan karena proses pembusukan yang dilakukan
oleh bakeri pengurai. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian bahan pengawet
baik yang sifatnya alami maupun buatan. Namun pengawet alami lebih
diutamakan karena terobosan alternative bertujuan mengolah bahan limbah
menjadi bahan yang bermanfaat dan tidak terlepas dari unsur sehat.
Untuk produksi wine rumahan ataupun konsumsi sendiri dengan bahan dasar
kulit rambutan maka tidak mutlak diperlukan pengawet sehingga kualitas wine
kulit rambutan lebih bagus. Serta proses penyimpanan dapat dilakukan dengan
11
menggunakan lemari pendingin. Dibawah suhu 10 0C memungkinkan untuk
menghindarkan wine kulit rambutan dari pembusukan.
12
BAB III
METODE PENULISAN
A. Waktu dan Tempat Percobaan
1. Waktu Pelaksanaan
Percobaan dan penelitian dilaksanakan pada Kamis dan Jumat, 3 dan 4 April
2014.
2. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan percobaan dan penelitian dilakukan di rumah penyusun dan
Laboratorium Daerah Kabupaten Purbalingga.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Blender 1 unit
Gunting 1 buah
Botol Air 1 buah
Penyaring 1 buah
Kontainer/Wadah 1 buah
2. Bahan
Kulit Rambutan 300 gram
Air 250 ml
Khamir/Ragi 3 gram
B. Deskripsi Bahan
1. Kulit Rambutan
Kulit rambutan yang digunakan dapat berasal dari jenis apapun asalkan memenuhi
aspek kebersihan. Kriteria kulit rambutan yang digunakan harus memiliki kualitas
yang baik, artinya tidak memiliki kecacatan baik bercak maupun dari kesegaran
yang dapat dilihat. Buah yang masih segar dan bersih akan terlihat lebih menarik.
Rambutan yang memiliki bercak putih yang biasanya berupa organisme parasit
maupun bercak hitam yang biasanya menandakan pembusukan sebaiknya tidak
14
digunakan sebagai bahan dasar karena dapat menyebabkan kandungan bahan lain
yang dapat membahayakan.
2. Ragi/Kamir
Khamir yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah
Sacharomyces cerevisiae dari varietas Ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae
varietas Ellipsoideus biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur karena
khamir jenis ini mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada suhu
yang agak tinggi yaitu 30 oC. Selain itu dapat menghasilkan alkohol cukup tinggi
yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga mampu memfermentasi beberapa
macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, maltosa
dan maltotriosa. Fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat
dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35 0C, proses ini dapat
berlangsung 35 – 60 jam. Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai
berikut:
Divisi : Eumycophyta
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sacharomycetales
Famili : Sacharomycetaceae
Genus : Sacharomyces
15
Species : Sacharomyces cerevisiae
3. Air
Air yang digunakan merupakan air matang yang sudah direbus maupun air
mineral kemasan yang terjamin kehigienisannya.
C. Faktor-faktor
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Wine
a. Spesies sel khamir
Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat
yang digunakan sebagai medium, sebagai contoh untuk memproduksi alkohol dari
pati dan gula digunakan Sacharomyces cerevisiae sedangkan untuk laktosa dari
“whey” menggunakan Candida pseudotropicalis. Seleksi tersebut bertujuan agar
didapatkan mikroorganisme yang mampu tumbuh dengan cepat dan toleransi
terhadap konsentrasi yang tinggi, mampu mengahasilkan alkohol dalam jumlah
banyak dan tahan terhadap alkohol tersebut.
b. Jumlah sel khamir
Inokulum yaitu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium
fermentasi. Tipe dan kosentrasi mikroorganisme yang diinokulasikan merupakan
“critical factor” yang mempengaruhi. Menurut Soeharto (1986), jumlah “starter”
optimum pada fermentasi alkohol adalah 2-5% serta jumlah khamir yang harus
tersedia dalam jumlah yang cukup dengan jumlah sel berkisar 2-5 . 106 sel per ml.
16
c. Derajat keasaman(pH)
Derajat keasaman optimum untuk pertumbuhan khamir yang digunakan
pada fermentasi etanol adalah 4,5 – 5,5. Sedangkan menurut Daulay dan Rahman
(1992), pada umumnya sel khamir dapat tumbuh dan memproduksi etanol secara
efisien pada pH 3,5 – 6,0.
d. Suhu
Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk
pembentukan selnya, optimum untuk khamir adalah 25 – 30 oC serta khamir dapat
tumbuh secara efesien pada suhu 28 – 35 oC. Peningkatan suhu sampai 40 oC dapat
mempertinggi kecepatan awal produksi etanol, tetapi produktivitas fermentasi
secara keseluruhan menurun karena meningkatnya pengaruh penghambatan oleh
etanol terhadap pertumbuhan sel khamir.
e. Oksigen
Selama fermentasi alkohol berlangsung, diperlukan sedikit oksigen yaitu
sekitar 0,05-0,10 mmHg tekanan oksigen, yang diperlukan sel khamir untuk
biosintesa lemak tak jenuh dan lipid. Jumlah oksigen yang lebih tinggi dapat
merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga produktivitasnya alkohol menjadi
lebih rendah. Menurut Daulay dan Rahman (1992), persediaan oksigen yang besar
penting untuk kecepatan perkembangbiakan sel khamir dan permulaan fermentasi,
namun produksi alkohol terbaik pada kondisi anaerob.
17
D. Langkah Percobaan
1. Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan percobaan adalah
menentukan masalah yang akan diteliti maupun produk yang akan
dihasilkan.
2. Membuat hipotesa terhadap hasil percobaan
3. Menyusun alat dan bahan yang akan digunakan dalam melakukan
percobaan. Setelah alat dan bahan lengkap atau mencukupi maka
selanjutnya mempersiapkan alat dan bahan serta percobaan.
4. Menyiapkan sekitar 300 gram kulit rambutan yang telah dipisahkan dari
daging buahnya. Daging buah biasanya dikonsumsi. Maka setelah kulit
rambutan disiapkan selanjutnya membersihkan atau mencuci kulit
rambutan hingga bersih dan terbebas dari bakteri.
5. Menyiapkan blender. Memasukkan kulit rambutan yang telah dibersihkan
bersama 200 ml air mineral yang telah direbus. Dilanjutkan dengan
memblender selama 2-3 menit.
6. Menyaring jus kulit rambutan ke dalam kontainer/wadah. Gunakan
saringan dengan kerapatan tinggi untuk memperkecil kontaminasi ampas.
Wadah yang digunakan dipastikan dalam kondisi steril dan bebas garam-
garam. Kontaminasi garam-garam dapat menyebabkan proses fermentasi
gagal.
7. Menutup rapat wadah dan membiarkan selama 2-3 hari dalam suhu kamar.
Jangan menyimpan pada suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Dalam tahap ini berlangsung proses fermentasi.
18
8. Wine telah siap. Selanjutnya dilakukan deteksi kandungan wine di
laboratorium.
9. Setelah diteliti di laboratorium maka hasil percobaan dapat dibandingkan
dengan hipotesa yang dilakukan di awal percobaan.
10. Melakukan percobaan ulang untuk menguji kebenaran data maupun
kebenaran percobaan.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Percobaan
Dari percobaan pembuatan wine kulit rambutan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan bahwa minuman hasil fermentasi berakohol dapat
diproduksi dalam bentuk produk alternatif yang lebih sehat dan tidak
menimbulkan efek samping, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Pemanfaatan limbah dari kehidupan sehari-hari merupakan cara yang murah untuk
menciptakan kreasi dari produk yang telah ada maupun untuk menciptakan
produk baru yang bermanfaat namun tidak menimbulkan bahaya atau efek
samping bagi pengonsumsi.
B. Saran
Menciptakan trobosan baru atau alternative tidaklah harus menggunakan biaya
yang besar maupun bahan-bahan yang mahal. Namun alangkah baik apabila suatu
alternatif diciptakan berdasarkan pemanfaatan bahan yang mudah didapat dan
ketersediaanya tidak terbatas.
20
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.co.id
http://lordbroken.wordpress.com/
21
Lampiran
22
23
KULIT RAMBUTAN YANG BERSIH DAN SEGAR
[Cite your source here.]
24
MASUKKAN KE DALAM BLENDER[Cite your source here.]
25
TAMBAHKAN AIR[Cite your source here.]
26
KULIT RAMBUTAN YANG TELAH DI-BLENDER[Cite your source here.]
27
JUS KULIT RAMBUTAN YANG TELAH DIPERAS[Cite your source here.]
28
RAGI YANG TELAH DIHALUSKAN[Cite your source here.]
29
TABURKAN RAGI PADA PERASAN JUAS KULIT ERAMBUTAN DAN SIAP DIFERMENTASI
[Cite your source here.]