BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN...

91
BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata DI PANTAI GELAMAN DAN PANTAI ALANGALANG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA SKRIPSI Oleh: VINY RATNASARI 26020115120005 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019

Transcript of BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN...

Page 1: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA

LAMUN Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata DI PANTAI

GELAMAN DAN PANTAI ALANG–ALANG DI TAMAN

NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA

SKRIPSI

Oleh:

VINY RATNASARI

26020115120005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

Page 2: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

ii

BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA

LAMUN Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata DI PANTAI

GELAMAN DAN PANTAI ALANG–ALANG DI TAMAN

NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA

Oleh:

VINY RATNASARI

26020115120005

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Derajat Sarjana S1 pada Departemen Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

Page 3: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

iii

Page 4: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

iv

Page 5: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Viny Ratnasari menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi

ini adalah asli karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah diajukan

sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) dari

Universitas Diponegoro maupun perguruan tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini berasal dari penulis

baik yang dipublikasikan atau tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip

nama sumber penulis dengan benar dan semua ini dari karya ilmiah/skripsi ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Semarang, 20 Oktober 2019

Penulis,

Viny Ratnasari

NIM.26020115120005

Page 6: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

vi

RINGKASAN

Viny Ratnasari. 26020115120005. Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon

pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai Gelaman dan

Pantai Alang–Alang di Taman Nasional Karimunjawa, Jepara (Ali Djunaedi dan

Adi Santoso)

Pemanasan global telah menjadi isu lingkungan yang menghkawatirkan di

berbagai Negara, disebabkan oleh berbagai aktifitas kegiatan manusia dan

menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) terbanyak ke atmosfer bumi yang

bedampak pada perubahan iklim. Ekosistem padang lamun berkemampuan

menyerap dan menyimpan jumlah besar karbon dari atmosfir yang dapat

mengurangi emisi karbon.

Penelitian ini bertujuan mengetahui kerapatan, tutupan lamun, nilai

biomassa dan simpanan karbon pada lamun jenis Enhalus acoroides dan

Cymodocea serrulata yang ada di perairan Pantai Gelaman (Stasiun 1) dan Pantai

Alang–Alang (Stasiun 2) di Taman Nasional Karimunjawa Jepara. Metode

sampling menggunakan line transect quadrant yang mengacu pada metode LIPI

2017. Pengamatan nilai kerapatan, persentase penutupan lamun dilakukan di

semua titik, sampling dilakukan pada titik 50 m setiap substasiun dengan metode

pencuplikan. Pengukuran karbon pada sampel lamun menggunakan metode LOI

(Loss on Ignition).

Hasil penelitian ditemukan sebanyak 6 lamun pada 2 Stasiun yaitu, Enhalus

acoroides, Cymodocea serrulata, C. rotundata, Thalassia hemprichii, Halodule

uninervis dan Halophila ovalis. Kerapatan lamun total di Stasiun 1 yaitu sebesar

1235 ind/m2 dan nilai total tutupan lamun sebesar 68,76%. Kerapatan lamun total

di Stasiun 2 yaitu sebesar 1135 ind/m2 dan nilai total tutupan lamun sebesar

51,78%. Nilai rata-rata biomassa lamun jenis Cymodocea serrulata di kedua

Stasiun sebesar 12,00 gbk/m2. Pada Enhalus acoroides di kedua Stasiun sebesar

365,43 gbk/m2. Nilai rata-rata karbon lamun jenis Cymodocea serrulata di kedua

Stasiun sebesar 2,75 gC/m2. Nilai rata-rata karbon jenis Enhalus acoroides di

kedua Stasiun sebesar 105,42 gC/m2.

Kata kunci : Karbon, lamun, Biomassa, Simpanan Karbon, Karimunjawa

Page 7: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

vii

SUMMARY

Viny Ratnasari. 26020115120005. Biomass and Carbon Savings Estimated at

Seagrass Enhalus acoroides and Cymodocea serrulata in Gelaman Beach and

Alang-Alang Beach in Karimunjawa National Park, Jepara (Ali Djunaedi and

Adi Santoso)

Global warming has become a worrying environmental issue in many

countries, it is caused by various human activities and producing most carbon

dioxide gas (CO2) to earth atmosphere that affectthe climate change. Seagrass

ecosystem is able to absorb and store large number of carbon from the atmosphere

that can reduce carbon emissions. This research aims to determine the density,

seagrass cover, biomass value and carbon storage in seagrass species Enhalus

acoroides and Cymodocea serrulata that exist in Gelaman Beach (Station 1) and

Alang–Alang Beach (Station 2) watersin Karimunjawa National Park Jepara.

The sampling method used line transect quadrant that is reffering to LIPI

2017 method. Observation of the density value, the percentage of seagrass closure

was conducted in all points, while the sampling was conducted at the point 50 m

on each substation by sampling method. Carbon measurement in seagrass sample

used LOI (Loss on Ignition) method.

From the research result, it is found 6 seagrasses in 2 Stations that are,

Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C. rotundata, Thalassia hemprichii,

Halodule uninervis and Halophila ovalis. Total seagrass density in Station 1 that

is totaling 1235 ind/m2 and the total value of seagrass closure is68,76%. Total

seagrass density in Station 2 is 1135 ind/m2 and total value of seagrass closure is

51,78%. Biomass average value of seagrass type Cymodocea serrulata in both

Stations is 12,00 gbk/m2. In the type of Enhalus acoroides is 365,43 gbk/m2.

Carbon average value of seagrass type Cymodocea serrulata in both Stations is

2,75 gC/m2. Carbon avaerage value for seagrass type Enhalus acoroides in both

Stations is 105,42 gC/m2.

Keywords : Carbon, Seagrass, Biomass, Carbon Storage, Karimunjawa

Page 8: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis laporan penelitian

dengan judul “Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Lamun Enhalus

acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai Gelaman dan Pantai Alang–Alang

di Taman Nasional Karimunjawa, Jepara” ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Ali Djunaedi, M.Phill selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Adi

Santoso, M.Sc selaku pembimbing kedua dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini;

2. Ir. Adi Santoso, M.Sc selaku dosen wali yang telah memberikan

bimbingan selama perkuliahan

3. Orangtua, keluarga, sahabat serta teman-teman Ilmu Kelautan 2015, yang

telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis melakukan

perkuliahan sampai dengan penelitian

Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

laporan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih

sangat jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik demi perbaikan penulisan

skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Semarang, Oktober 2019

Penulis

Page 9: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................ iv

RINGKASAN ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Pendekatan dan Perumusan Masalah ........................................................ 3

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

2.1 Lamun ...................................................................................................... 5

2.2. Jenis–Jenis Lamun ..................................................................................... 6

2.2.1. Enhalus acoroides ............................................................................. 6

2.2.2. Cymodocea serrulata ........................................................................ 7

2.2.3. Thalassia hemprichii ......................................................................... 8

2.2.4. Cymodocea rotundata ....................................................................... 9

2.2.5. Halodule uninervis ............................................................................ 9

2.2.6. Halophila ovalis .............................................................................. 10 2.3. Persebaran Lamun di Indonesia .............................................................. 11

2.4. Ekosistem Padang Lamun ....................................................................... 12

2.5. Parameter Ekologi Lamun ....................................................................... 14

2.5.1 Suhu ................................................................................................. 14

2.5.2. Salinitas ............................................................................................ 14

2.5.3. Kecerahan ........................................................................................ 14

2.5.4. Kedalaman ....................................................................................... 15

2.5.5. Nutrien ............................................................................................. 15

Page 10: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

x

2.5.6 Substrat ............................................................................................ 16

2.5.7. Arus .................................................................................................. 16 2.6. Fotosintesis ............................................................................................... 17

2.6.1 Definisi ............................................................................................. 17

2.6.2. Tanaman Air .................................................................................... 18

2.7. Biomassa ................................................................................................... 19

2.8. Karbon .................................................................................................... 20

2.8.1. Definisi Karbon.............................................................................. 20

2.8.2. Siklus Karbon Pesisir .................................................................... 21

2.8.3. Lamun Penyerap Karbon ............................................................... 22

III. MATERI DAN METODE............................................................................ 24

3.1. Materi......... .............................................................................................. 24

3.1.1 Materi Penelitian ............................................................................. 24

3.1.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 24 3.2. Metode…….. ............................................................................................ 25

3.3. Prosedur Penelitian .................................................................................. 26

3.3.1 Penentuan Lokasi dan StasiunPeneltian ........................................ 26

3.3.2. Pengamatan dan Pengambilan Sampel Lamun ............................. 27

3.3.3. Pengambilan Parameter Kualitas Air ............................................. 29

3.3.4. Pengukuran Biomassa Lamun ........................................................ 29

3.3.5. Pengukuran Karbon Lamun ............................................................ 29 3.4. Analisis Data ............................................................................................ 30

3.4.1 Kerapatan dan Presentasi Tutupan Lamun .................................... 30

3.4.2 Keanekaragaman ............................................................................. 30

3.4.3 Keseragaman ................................................................................... 31

3.4.4 Dominansi ........................................................................................ 31

3.4.5 Biomassa .......................................................................................... 31

3.4.6 Karbon.............................................................................................. 32

3.4.7. Total Stok Karbon ........................................................................... 33 3.5. Skema Diagram Alir Penelitian............................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 34

4.1. Hasil .................................................................................................... 34

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................. 34

4.1.2 Komposisi Lamun ........................................................................... 35

4.1.3 Kerapatan dan Presentase Tutupan Lamun ................................... 35

4.1.4. Indeks Ekologi ................................................................................. 38

4.1.5. Biomassa Lamun ............................................................................ 39

4.1.6. Nilai Estimasi Stok Karbon Lamun ............................................... 42

4.1.7. Karakteristik dan Kondisi Perairan................................................ 45 4.2. Pembahasan .............................................................................................. 47

4.2.1. Kerapatan dan Tutupan Lamun...................................................... 47

4.2.2. Indeks Ekologi ................................................................................ 49

4.2.3. Biomassa Lamun ............................................................................ 50

Page 11: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

xi

4.2.4. Kandungan Karbon Pada Lamun ................................................... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 54

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 54

5.2. Saran ..................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 55

LAMPIRAN ............................................................................................................. 61

Page 12: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Enhalus acoroides (Kordi, 2011)……………………….………………...…....6

2. Cymodocea serrulata (Kordi, 2011)…………………………………………...7

3. Thalassia hemprichii (Kordi, 2011)……………………………………..……..8

4. Cymodocea rotundata (Kordi, 2011)……………………………………..……9

5. Halodule uninervis (Kordi, 2011)………………………………………….…10

6. Halophila ovalis (Kordi, 2011)……………………………………………….11

7. Peta lokasi Penelitian…………………………………………………………27

8. Transek 50 x 50 cm (Rahmawati et al., 2017)………………………………..27

9. Transek Garis dalam Satu Stasiun (Rahmawati et al., 2017)…………………28

10. Grafik Kerapatan Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2…………….………….37

11. Grafik Persentase Tutupan Lamun di Stasiun1 dan 2………………….…....38

Page 13: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kerapatan Padang Lamun Ind/m2 di Stasiun 1 dan Stasiun 2. ........................... 75

2. Persentase Tutupan Lamun (%) di Stasiun 1 dan Stasiun 2. .............................. 77

3. Indeks ekologi Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2. ............................................. 79

4. Biomassa Lamun (gbk/m2) di Stasiun 1 dan Stasiun 2. ...................................... 80

5. Biomassa Lamun Cymodocea serrullata (gbk/m2) di Stasiun 1 dan 2. ............. 83

6. Biomassa Lamun Enhallus acoroides (gbk/m2) di Stasiun 1 dan 2. .................. 84

7. Karbon Lamun Cymodocea serrullata (gC/m2) di Stasiun 1 dan 2. .................. 85

8. Karbon Lamun Enhallus acoroides (gC/m2) di Stasiun 1 dan 2 ........................ 85

9. Hasil Analisa Kadar Abu Sampel Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2. .............. 86

10. Hasil Analisa Ukuran Butir Sedimen di Stasiun 1 dan Stasiun 2….. ............. .88

11. Dokumentasi Lapangan. ..................................................................................... 89

12. Dokumentasi Laboratorium. ............................................................................... 90

Page 14: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global atau global warming telah menjadi isu lingkungan yang

menghkawatirkan di berbagai negara (IPCC, 2007). Pemanasan global disebabkan

oleh berbagai aktifitas kegiatan manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil,

produksi semen dan alih fungsi lahan. Aktivitas kegiatan manusia tersebut

menjadi penyumbang gas karbon dioksida (CO2) terbanyak ke udara maupun

atmosfer bumi yang bedampak pada perubahan iklim (Nellemann et al., 2009).

Karbon dioksida akan berikatan dengan air laut dan menimbulkan reaksi yang

menyebabkan penurunan pH air laut sehingga mempengaruhi konsentrasi ion

karbonat. Ion karbonat dibutuhkan oleh biota laut seperti koral, kepiting dan

kerang untuk membentuk kerangka tubuhnya. Biota laut ini berperan dalam rantai

makanan di laut (Susana, 1988).

Menurut Fourqurean et al. (2012), 83.000 metrik ton karbon dapat diserap

padang lamun dalam setiap kilometer persegi. Nilai ini lebih besar dari

kemampuan hutan menyerap karbon sebesar 30.000 metrik ton dalam setiap

kilometer perseginya. Dengan besarnya nilai karbon yang diserap dan disimpan

padang lamun, dapat menyimpan 10 persen dari kandungan karbon di lautan di

seluruh dunia. Menurut Rustam et al. (2013), Penelitian secara intensif dan

menyeluruh terkait peranan lamun sebagai blue carbon dalam upaya mitigasi

perubahan iklim juga telah dilakukan sejak 10 tahun terakhir selain hutan di

daratan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian pada ekosistem lamun di

Page 15: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

2

Teluk Banten sebagai penyerap (CO2) pada Agustus 2009 dan Juli 2010

berdasarkan pada perbedaan tekanan parsial (CO2) pada atmosfer dan air.

Lamun memanfaatkan karbon dioksida untuk fotosintesis dalam

pertumbuhannya dan disimpan dalam biomassa yang dikenal dengan blue carbon.

Serasah dan lamun bagian bawah seperti rhizome dan akar dapat tersimpan dalam

sedimen dalam waktu yang sangat lama. Biomassa dan simpanan karbon lamun

dipengaruhi oleh kerapatanya, semakin tinggi keraptan makan akan semakin

tinggi nilai biomassa dan kandungan karbonya (Kiswara dan Ulumuddin, 2009).

Padang lamun di perairan Pantai Alang–Alang dan Pantai Gelaman

berpotensi sebagai penyimpan karbon. Potensi lamun di Pantai Alang–Alang dan

Pantai Gelaman sebagai penyimpan karbon didukung dengan adanya luasan

padang lamun dan keragaman spesies yang berada di kedua Pantai tersebut . Hal

ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hafizt dan Danoedoro

(2017), Estimasi stok karbon padang lamun di pulau Kemujan kepulauan

Karimunjawa sebesar 6,66 ton Karbon di mana termasuk kandungan karbon yang

tinggi.

Lamun yang diukur kandungan karbonnya adalah lamun jenis Enhalus

acoroides dan Cymodocea serrulata. Kedua jenis lamun tersebut merupakan

lamun berukuran besar yang memiliki waktu pergantian komponen relatif lama

dan kemampuanya dalam menyimpan karbon. Fungsi ini menjadikan padang

lamun berperan sebagai reservoir karbon (Kennedy dan Bjork, 2009).

Maka dari itu dilakukan suatu perhitungan estimasi simpanan karbon pada

lamun yang terdapat di Pantai Alang–Alang dan Pantai Gelaman, Taman Nasional

Karimunjawa Jepara.

Page 16: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

3

1.2 Pendekatan dan Perumusan Masalah

Lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai kemampuan untuk

menyerap karbon. Kandungan karbon dapat diketahui dengan pendekatan

biomassa, kerapatan, kondisi morfologi dan kualitas perairan sehingga faktor–

faktor tersebut akan mempengaruhi dalam kemampuan penyerapan karbon

(Kiswara dan Ulumuddin, 2009).

Pantai Gelaman di Pulau Kemujan dan Pantai Alang-Alang di Pulau

Karimun Besar menjadi perwakilan lokasi terhadap penelitian ini dikarenakan

Pantai Gelaman mewakili perairan dengan kondisi lamun yg rapat dengan kondisi

perairan yang keruh dan Pantai Alang-Alang mewakili perairan dengan kondisi

lamun yang rapat serta kondisi perairan yang jernih (Ristina et al., 2018).

Kurangnya pengelolaan ekosistem lamun menjadi salah satu faktor, kenapa belum

banyaknya penelitian maupun pemanfaatan fungsi lamun bagi lingkungan.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai biomassa dan simpanan

karbon. Pada lamun jenis Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata, yang ada

di perairan Pantai Alang–Alang dan Pantai Gelaman.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

penyerapan karbon pada lamun di Pantai Alang–Alang dan Pantai Gelaman,

Kepulauan Karimunjawa, Jepara. Data dan informasi pada penelitian ini

Page 17: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

4

diharapkan juga dapat digunakan sebagai data pendukung bagi penelitian

selanjutnya dalam konservasi dan rehabilitasi ekosistem padang lamun.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April – 07 Mei 2019,

penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu penelitian lapangan dan dilanjutkan dengan

penelitian laboratorium. Lokasi pengambilan sampel penelitian berada diperairan

Pantai Alang–Alang dan Pantai Gelaman di Pulau Kemujan dan Karimun besar,

Taman Nasional Karimunjawa. Analisa biomassa dilakukan di laboratorium

kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Diponegoro. Analisa karbon dilakukan di laboratorium teknologi hasil

perikanan Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Diponegoro.

Page 18: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga, berbiji satu dan sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di laut. Tumbuhan ini terdiri dari

rhizome, daun, bunga, buah dan akar. Rhizome merupakan batang yang terendam

merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Rhizome yang berbuku-buku

tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun, dan berbunga. Akar

dan rhizome tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga

tahan terhadap gelombang dan arus. Sebagian besar lamun berumah dua, artinya

dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem

pembiakannya bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan didalam air

(hydrophilous pollination) dan buahnya dapat terendam dalam air (Nontji, 1992).

Lamun mampu hidup dan tumbuh subur pada daerah terbuka. Terutama

pada daerah pasang surut dan perairan pantai yang bersubstrat pasir, lumpur,

kerikil, maupun pecahan karang mati. Pada daerah tropis lamun dapat

berkembang sangat baik dan dapat tumbuh di berbagai habitat mulai pada kondisi

nutrien rendah sampai nutrien tinggi (Dahuri et al., 2001).

Lamun dapat tumbuh bertahun-tahun dan rimpangnya tumbuh memanjang

membentuk pasangan daun dan akar baru. Lamun dapat membentuk komunitas

yang lebat sehingga menjadi padang lamun (seagrass bed) yang cukup luas.

Padang lamun mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi dan terdapat

macam-macam biota laut seperti crustacea, molusca serta berbagai jenis ikan

(Romimohtarto,2001).

Page 19: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

6

2.2. Jenis–Jenis Lamun

2.2.1. Enhalus acoroides

Secara morfologi jenis lamun Enhalus acoroides termasuk tumbuhan

tropis yang mempunyai akar kuat dan dilapisi oleh benang-benang hitam yang

kaku. Rhizome tertanam di dalam substrat dan pada akarnya terdapat rambut bisus

(Kordi, 2011). E. acoroides hidup pada sedimen halus tetapi mampu juga hidup

pada substrat berbatu sedang dan besar (Hutomo, 1987).

E. acoroides memiliki daun seperti pita atau pita rambut (panjang 30-150

cm, lebar 1,25–1,75 cm). Rimpang merambat, kasar, tidak bercabang atau

bercabang (diameter 1-3 cm), dikelilingi oleh kulit luar yang tebal. Rimpang

ditutupi dengan untai berserat hitam dengan akar kuat. Akar panjang dan berbulu

(panjang 5-15 cm, diameter 2-4 mm) (Short dan Coles, 2001).

Lamun jenis ini merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun yang

panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki Rhizome yang tebal.

Terdapat bunga yang besar dari bawah daun, dan terdapat sepanjang Indo-Pasifik

barat di daerah tropis (Waycott et al., 2004).

Gambar 1. Enhalus acoroides (Kordi, 2011).

Page 20: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

7

2.2.2. Cymodocea serrulata

Cymodocea serrulata memiliki daun berbentuk selempang yang

melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.

Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizome

Memiliki rhizome yang halus dan bersifat herbaceous (sedikit lebih kuat). Helai

daun berwarna ungu muda berbentuk segi tiga yang lebar dan menyempit pada

pangkal (Waycott et al., 2004).

Lamun spesies ini memiliki daun (panjang 5-15 cm, lebar 4-9 mm) dan

lebih bulat, ujung daun bulat dengan sedikit gerigi. Seludang daun kokoh, dengan

tunas tegak pendek. Rimpang gemuk (diameter 2-3 mm, panjang antar ruas 2-5

mm), setiap ruas ada 2-5 daun (Short dan Coles, 2001).

C. serrulata hidup di perairan dengan substrat pasir berlumpur atau pasir

dari pecahan karang pada daerah pasang surut. Dapat bertahan hidup pada

intensitas cahaya yang rendah. Hal tersebut dikarenakan lamun jenis ini memiliki

rimpang vertikal panjang yang dianggap menguntungkan untuk akuisisi cahaya

dan untuk mencegah tanaman dari terkubur oleh sedimen, karena memungkinkan

kanopi mencapai lebih tinggi ke dalam kolom air (Terrados et al., 1998).

Gambar 2. Cymodocea serrulata (Kordi, 2011).

Page 21: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

8

2.2.3. Thalassia hemprichii

Lamun Thalassia hemprichii bentuk daunnya seperti selendang yang

muncul dari stem yang tegak lurus dan rhizome penuh oleh sarung daun (leaf

sheath). Daun berbentuk pita, terdapat sepuluh sampai tujuh belas tulang-tulang

daun yang membujur, pada helaian daun terdapat ruji-ruji hitam yang pendek,

ujung daunnya membulat, tidak terdapat ligula (Kordi, 2011). T. hemprichii

memiliki daun melengkung dengan bintik-bintik kecil berwarna hitam, ujung daun

bulat dan bergerigi, memiliki rhizoma tebal. Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa

rambut-rambut kaku. Panjang daun berkisar 100-300 mm dan lebar daun 4-10 mm

(Soedharma et al., 2007).

T. hemprichii hidup dalam semua jenis substrat, bervariasi dari pecahan

karang hingga substrat lunak bahkan pada lumpur cair, tetapi akan dominan pada

substrat keras dan dapat membentuk vegatasi monospesifik pada pasir kasar (Den

Hartog, 1970).

Gambar 3. Thalassia hemprichii (Kordi, 2011).

Page 22: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

9

2.2.4. Cymodocea rotundata

Lamun Cymodocea rotundata ujung daunnya halus dan licin (tidak

bergerigi). Daun berbentuk seperti pita melengkung dengan bagian pangkal

menyempit dan agak melebar di bagian ujung. Rhizoma kecil dan lebih rapuh

berwarna putih. Panjang daun berkisar 5 - 16 cm dan lebar daun 2 – 4 mm, tulang

daun berjumlah 9 - 15 (Soedharma et al., 2007)

C. rotundata selain itu memiliki kantong daun yang tertutup penuh dengan

daun muda, terkadang berwarna gelap dan bagian daun dapat muncul dari vertical

stem, memiliki bagian ujung yang halus dan bulat. Dapat tumbuh di substrat pasir

berlumpur atau pecahan karang pada daerah pasang surut. Habitat dari lamun jenis

ini berada pada zona subtidal rendah dan intertidal dangkal, tumbuh baik di

perairan terlindung yang cenderung memiliki kondisi pasir (Kordi, 2011). C.

rotundata mempunyai teloransi tinggi pada daerah terbuka (Tomascik et

al.,1997).

Gambar 4. Cymodocea rotundata (Kordi, 2011).

2.2.5. Halodule uninervis

Halodule uninervis memiliki ujung daun yang berbentuk trisula dan

runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas, memiliki sarung serat dan rhizome

berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada nodesnya. Lebar dan

Page 23: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

10

panjang daunnya masing-masing 0.2–4 mm dan 5–25 cm (Waycott et al., 2004).

Bagian tengah tulang daun yang hitam biasanya mudah robek menjadi dua pada

ujungnya. Tulang daun tidak lebih dari tiga, daun selalu berakhir pada tiga titik,

yang jelas pada ujung daun, ujung daun seperti trisula (Kordi, 2011). H. uninervis

merupakan jenis lamun pionir hidup pada substrat halus sampai kasar di zona

intertidal dan subtidal (Hutomo, 1987).

Gambar 5. Halodule uninervis (Kordi, 2011).

2.2.6. Halophila ovalis

Lamun Halophila ovalis memiliki ciri-ciri helai daun bulat telur dan

bergaris (panjang 1-4 cm dan lebar 5-20 mm), dengan tulang daun jelas dan 1-20

pasang daun yang sebelah-menyebelah memotong urat daun. Panjang tangkai

daun 1 - 4 cm. Rimpang menjalar dan bulat (diameter 1-2 mm) (Short dan Coles,

2001). H. ovalis hidup hingga dikedalaman 10 (sepuluh) sampai dengan 12 (dua

belas) meter pada substrat pecahan karang hingga lumpur lunak (Tomacik et

al.,1997).

Page 24: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

11

Gambar 6. Halophila ovalis (Kordi, 2011).

2.3. Persebaran Lamun di Indonesia

Menurut El Shaffai (2011), terdapat sekitar 60 spesies lamun di seluruh

dunia. Lamun ini dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis. Lamun yang

terdapat di perairan tropis umumnya tersebar di perairan laut Atlantik dan Indo-

Pasifik. Keanekaragaman lamun di wilayah perairan tropis sangat tinggi, terutama

di wilayah Indo-Pasifik, diketahui terdapat hingga 14 spesies lamun dalam satu

ekosistem. Lamun yang terdapat di perairan tropis didominasi oleh spesies

Thalassia sp. Di Indonesia, hingga saat ini diketahui terdapat 13 spesies lamun

dari tujuh marga, tiga diantaranya (Enhalus Sp., Thalassia Sp., Halophila Sp.)

termasuk suku Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule Sp.,

Cymodocea Sp., Syringodium Sp. dan Thallasodendron Sp.) termasuk suku

Cymodoceae (Kuo, 2007).

Zonasi sebaran lamun dari pantai kearah tubir pada umumnya

berkesinambungan, perbedaan yang terdapat biasanya pada komposisi jenisnya

vegetasi tunggal atau campuran maupun luas tutupannya (Hutomo, 1985)

Secara umum ada 3 tipe vegetasi padang lamun yaitu:

1. Padang lamun vegetasi tunggal, dimana hanya terdapat satu spesies saja.

Page 25: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

12

2. Padang lamun yang berasosiasi dengan dua atau tiga spesies, dimana lebih

sering dijumpai dibandingkan vegetasi tunggal.

3. Padang lamun vegetasi campuran, umumnya terdiri dari spesies-spesies

Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C.

serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis dan Halophila

ovalis.

Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai

Indonesia. Tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominan

tumbuh dengan koloni beberapa jenis pada suatu kawasan tertentu yang berbeda

dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan didominasi oleh

satu jenis lamun.

2.4. Ekosistem Padang Lamun

Perairan pantai lamun tumbuh membentuk padang yang terdiri dari satu

jenis sampai beberapa jenis yang disebut padang lamun. Padang lamun merupakan

suatu ekosistem di kawasan pesisir yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

yang cukup tinggi dan sebagai penyumbang nutrisi yang sangat berpotensial bagi

perairan disekitarnya karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.

Ekosistem padang lamun memberikan habitat bagi biota laut (Kiswara dan

Hutomo, 1985).

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang

memiliki produktivitas tinggi. Di samping itu, ekosistem lamun mempunyai

peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan ekosistem di laut

Page 26: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

13

dangkal. Diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal

sebagai berikut (Nusi, 2014) :

1. Produsen primer

Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan

dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu

karang.

2. Habitat biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai

hewan dan tumbuh-tumbuhan. Padang lamun merupakan daerah pemijahan,

padang pengembalaan dan tempat mencari makan bagi berbagai jenis ikan

herbivora dan ikan–ikan karang.

3. Penangkap sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus

dan ombak sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Rhizome dan akar

lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan

menstabilkan permukaan substrat. Padang lamun yang berfungsi sebagai

penangkap sedimen, dan dapat mencegah erosi.

4. Pendaur zat hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan

elemen-elemen yang langka di lingkungan laut.Peranan padang lamun adalah

sebagai daerah asuhan, dimana sebagian besar ikan penghuni padang lamun

adalah ikan-ikan juvenil dan apabila telah dewasa akan menghabiskan hidupnya

pada tempat lain (Hutomo,1985)

Page 27: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

14

2.5. Parameter Ekologi Lamun

2.5.1 Suhu

Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu

terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme,

penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun (Brouns, 1986). Walaupun

padang lamun secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya

kisaran toleransi yang luas terhadap temperatur, pada kenyataannya spesies lamun

di daerah tropik mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan

temperatur. Kisaran suhu optimal bagi spesies lamun adalah 28-300C.

Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila temperatur

perairan berada di luar kisaran optimal tersebut (Dahuri, 2003).

2.5.2. Salinitas

Salinitas atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam yang terlarut

dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (Nontji, 1993).

Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang

tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Spesies lamun memilki

kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar

memilki kisaran yang lebar yaitu antara 10 dan 400/00. Nilai salinitas optimum

untuk spesies lamun adalah 350/00. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan

ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh

berkurangnya suplai air tawar dari sungai (Dahuri, 2003).

2.5.3. Kecerahan

Keberadaan tumbuhan lamun sangat dipengaruhi penetrasi cahaya

matahari, karena cahaya tersebut diperlukan untuk proses fotosintesis. Lamun

Page 28: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

15

membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses

fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa

distribusi padang lamun hanya terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam

(Dahuri, 2003).

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebaran komunitas lamun di

dunia masih ditemukan hingga kedalaman 90 m, syaratnya pada kedalaman ini

masih terdapat cahaya matahari. Beberapa aktivitas yang dapat meningkatkan

muatan sedimen pada badan air akan berakibat pada tingginya kekeruhan perairan,

sehingga berpotensi mengurangi penetrasi cahaya. Aktivitas tersebut dapat

menimbulkan gangguan terhadap produktivitas primer ekosistem padang lamun

(Dahuri, 2003).

2.5.4. Kedalaman

Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai

kedalaman 30 m. Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara

vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga

mencapai kedalaman 30 m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang

didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, C. serullata dan

Holodule pinifolia, sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona

intertidal bawah (Hutomo, 1987).

2.5.5. Nutrien

Ketersediaan nutrien menjadi faktor pembatas pertumbuhan, kelimpahan

dan morfologi lamun pada perairan yang jernih. Penyerapan nutrien oleh lamun

dilakukan oleh daun dan akar. Penyerapan oleh daun umumnya tidak terlalu besar

terutama di daerah tropik. Penyerapan nutrien dominan dilakukan oleh akar

Page 29: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

16

lamun. Lamun mengambil unsur hara terlarut melalui akar dan daun dengan

mekanisme tergantung pada jenis unsur hara dan konsentrasinya. konsentrasi pada

kolom air tinggi, maka pengambilan melalui daun mungkin lebih dominan.

Sebaliknya apabila nilai ambang di kolom air rendah, pengambilan unsur hara

akan lebih banyak dilakukan melalui akar (Hutomo, 1987).

2.5.6 Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari lumpur

sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40%.

Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencangkup

2 hal, yaitu pelindung tanaman dari arus air laut dan tempat pengolahan serta

pemasok nutrient. Kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama

untuk pertumbuhan dan perkembangan habitat lamun (Dahuri, 2003).

Jenis substrat yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis

lamun dan dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan serta pertumbuhan lamun,

hal ini didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi ukuran butiran pasir

akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan lamun dan proses

dekomposisi dan mineralisasi yang terjadi di dalam substrat (Kiswara, 1992).

2.5.7. Arus

Pasang surut akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke dasar

perairan serta laju kecepatan arus air laut. Kondisi ini akan mempengaruhi sebaran

nutrien diperairan yang mendukung tingkat pertumbuhan lamun dan biomassanya.

Kecepatan arus merupakan faktor yang mempunyai pengaruh sangat nyata

terhadap pertumbuhan lamun di suatu perairan. Produktivitas padang lamun

tampak dari pengaruh keadaan kecepatan arus perairan. Padang lamun

Page 30: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

17

mempunyai kemampuan maksimum menghasilkan “standing crop” pada saat

kecepatan arus 0,5 m/dtk (Dahuri, 2001)

2.6. Fotosintesis

2.6.1 Definisi

Proses kehidupan tanaman salah satunya yaitu fotosintesis, dimana adanya

proses biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi). Karbon dioksida

(CO2) dan air (H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam persenyawaan

organik yang berisi karbon dan kaya energy (Bengen, 2001).

Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan dengan menggunakan

energi dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil untuk membuat bahan

makanan dari molekul sederhana menjadi molekul yang lebih kompleks

(Kimball, 2002).

Reaksi Fotosintesis:

6CO2 + 6H2O + cahaya → C6H12O6 + 6O2

Reaksi tersebut, maka bahan yang digunakan untuk melakukan fotosintesis

yaitu karbondioksida dan air yang kemudian diubah menjadi karbohidrat dan

oksigen dengan bantuan foton yang diserap oleh klorofil. Jadi fotosintesis

merupakan suatu proses pembentukan atau penyusunan senyawa kompleks dari

senyawa sederhana (Benyamin, 2004).

Rangkaian reaksi fotosintesis pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

bagian utama, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap (Salisbury, 1998). Reaksi

terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini

memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen

sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada

Page 31: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

18

warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan

hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh

mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis

akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang

tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak

energi . Reaksi gelap terjadi pada bagian matrik stroma kloroplas. Pada bagian ini,

terdapat seluruh perangkat untuk reaksi-reaksi penyusunan zat gula. Reaksi

tersebut memanfaatkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan pada reaksi terang

yaitu ATP dan NADPH. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah

siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan

kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena

tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun

dalam keadaan gelap tanpa cahaya (Benyamin, 2004).

2.6.2. Tanaman Air

Berbeda dengan tumbuhan darat yang dengan mudah menyerap karbon

dioksida dari udara atmosfer melalui lubang stomata mereka (hadir di atas dan sisi

bawah daun), air dari tanah melalui sistem akar mereka dan energi radiasi dari

sinar matahari (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996). Tanaman air memerlukan

adaptasi khusus untuk melakukan fotosintesis, seperti melakukan adaptasi

terhadap sistem pada perakaran dan daun untuk membantu penyerapan air juga

mencegah atau menghilakan garam sesegera mungkin agar tidak masuk ke sistem

jaringan mereka. Semua proses ini membantu dalam mengatur keseimbangan

osmotik, yang jika tidak akan menyebabkan pencucian air dan pengeringan

tanaman. Dengan cara ini, tanaman air menjalani fotosintesis bawah air. Hasil dari

Page 32: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

19

fotosintesis pada tumbuhan air pada dasarnya karbohidrat dan oksigen yang

digunakan oleh organisme lain yang hidup dalam komunitas biotik yang sama

(Bengen, 2001). Oksigen yang dibutuhkan oleh tumbuhan tidak sebanyak yang

dibutuhkan oleh manusia jugahewan. Oksigen pada tumbuhan hanya akan diserap

sedikit dan sisanya akan mereka lepaskan pada saat fotosintesis (Graha, 2015).

2.7. Biomassa

Biomassa dapat diartikan sebagai massa semua bagian tanaman yang

berasal dari proses fotosintesis, unsur hara dan air yang diserap oleh tanaman

selanjutnya akan diolah melalui proses biosintesis. Biomassa merupakan salah

satu indikator pertumbuhan tanaman dan biasanya didasarkan pada berat kering

tanaman (Sitompul, 1995).

Menurut Kiswara (2009), kerapatan lamun dipengaruhi oleh faktor tempat

tumbuh dari lamun tersebut, beberapa faktor yang mempengaruhi kerapatan

lamun diantaranya adalah tipe sedimen, arus air dan kecerahan. Nilai kerapatan

lamun akan berbanding lurus dengan nilai biomassa lamun.

Biomassa lamun adalah satuan berat (berat kering atau berat abu) lamun

bagian tumbuhan yang berada di atas substrat (daun, seludang, buah dan bunga)

dan bagian di bawah substrat (akar dan rimpang) yang sering dinyatakan dalam

satuan gram berat kering per m2 (gbk/m2). Biomassa di bawah substrat umumnya

lebih besar dibanding di atas substrat. Salah satu manfaat besarnya biomassa di

bawah substrat adalah ketersediaan cadangan makanan pada musimmusim

tertentu dimana produktivitas lamun sangat kecil (Lee et al., 2007). Menurut

Graha (2015), biomassa disusun oleh senyawa utama karbohidrat yang terdiri dari

Page 33: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

20

unsur karbon dioksida, hydrogen dan oksigen. Biomassa pada tumbuhan

dipengaruhi oleh umur, komposisi dan struktur tegakan itu sendiri.

Menurut Prasetyo (2008), pengukuran biomassa suatu ekosistem dapat

memberikan informasi tentang kandungan nutrisi dan persediaan karbon dalam

ekosistem secara menyeluruh atau jumlah bagian-bagian tertentu. Sedangkan

menurut Vialli (2013), besarnya biomassa lamun bukan hanya merupakan fungsi

dari ukuran tumbuhan, tetapi juga merupakan fungsi dari kerapatan atau

kepadatan.

2.8. Karbon

2.8.1. Definisi Karbon

Karbon merupakan salah satu dari senyawa non-logam yang memiliki

nomer atom 6 pada simbol C dalam table periodik dan termasuk kedalam unsur

golongan IV A. Karbon juga sebagai penyusun senyawa–senyawa organik yang

ada di alam dan pembentuk bahan organik yang didalamnya termasuk mahluk

hidup (Munari, 2011). Karbon memiliki cara sendiri untuk terbentuk di alam yang

di mulai dari atmosfer hingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan fotosintesis

tumbuhan. Proses siklus karbon dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berupa

senyawa CO2 yang akan dimanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan

fotosintesis tumbuhan dan akan kembali ke atmosfer (Indriyanto, 2006).

Menurut Davis et. al. (1995), penyerapan karbon dapat terjadi dengan

adanya bantuan proses fotosintesis dapat mengubah karbon anorganik (CO2)

menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar

ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer

sebagai CO2. Karbon diambil dari atmosfer dengan cara fotosintesis tumbuhan

Page 34: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

21

untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen

ke atmosfer.

2.8.2. Siklus Karbon Pesisir

Siklus karbon merupakan siklus biogeokimia dimana terjadinya pertukaran

atau perpindahan karbon diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan

atmosfer bumi. Siklus ini mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali

lagi ke komponen abiotik. Siklus karbon menghasilkan reaksi-reaksi kimia dalam

lingkungan abiotik. Hutan, tanah laut dan atmosfer semuanya menyimpan karbon

yang berpindah secara dinamis diantara tempat-tempat penyimpanan tersebut

sepanjang waktu. Proses yang rumit dan setiap proses saling mempengaruhi

proses lainnya (Sutaryo, 2009).

Menurut Janzen (2004), Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon,

di mana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik yaitu

senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen. Pertukaran

karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah

sebagai sumber atau lubuk karbon. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke

atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari

atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia,

reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan

ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada

pH:

H2CO3⇌ H++ HCO3-

Page 35: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

22

Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang

dihubungkanoleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer.

Biosferteresterial biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-

hayatiorganik seperti karbon tanah, lautan dan sedimen. Pergerakan tahuan

karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia,

fisika, geologi, dan biologi yang bermacam-macam. Lautan mengandung kolam

aktif karbon terbesar dekat permukaan bumi, namun demikian laut dalam bagian

dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer (Houghton,

2005).

2.8.3. Lamun Penyerap Karbon

Penyerapan karbon juga dapat dilakukan oleh lautan yang tersimpan dalam

bentuk sedimen yang berasal dari mangrove, salt marshes dan padang lamun.

Proses penyerapan karbon ini dikenal sebagai blue carbon. Menurut Kawaroe

(2009), Blue carbon mampu menyerap karbon bebas di atmosfer lebih tinggi dari

pada daratan, diperkirakan mencapai 55% dan memiliki kemampuan dalam

menyimpan karbon mencapai jutaan tahun melebihi hutan tropis yang berada

didaratan.

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan yang berperan

dalam penyerapan karbon. Peran ekosistem lamun terhadap penyerapan karbon

dimulai dari proses fotosintesis yang kemudian disimpan sebagai biomassa.

Ekosistem lamun melalui fotosistesis dapat merubah CO2 dari udara dan air

menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan oleh

ekosistem dan sebagian oksigen dilepaskan ke atmosfer. Karbon yang telah

Page 36: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

23

diserap oleh lamun disimpan dalam biomassa pada bagian daun, akar dan rhizome

(Kiswara dan Ulumuddin, 2009).

Page 37: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

24

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel lamun dan data

parameter kualitas air (suhu, pH, salinitas dan ukuran butir sedimen) yang terdapat

di Pantai Alang–Alang Pulau Karimun Besar dan Pantai Gelaman Pulau Kemujan,

Taman Nasional Karimunjawa.

3.1.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data di lapangan dan

penelitian di laboratorium pada penelitian ini akan disajikan pada Tabel 1 dan

Tabel 2.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Lapangan

No Nama Keterangan

1. Transek kuadran Mengukur luasan area sampling dan pengambilan

biomassa karbon

2. Roll meter Mengukur titik dari satu Stasiun ke Stasiun lainnya

3. Alat Tulis Mencatat hasil saat pengamatan

4. GPS Menetukan titik koordinat lokasi

5. pH meter Mengukur pH

6. DO meter Mengukur kadar oksigen

7. Thermometer Mengukur suhu

8. Refraktometer Mengukur salinitas

9. Secchidisk Mengukur kecerahan suatu perairan

Page 38: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

25

Lanjutan Tabel 1.

10. Buku identifikasi

lamun

Mengidentifikasi spesies lamun

11. Kamera Mengambil dokumentasi

12. Skin dive Membantu pengambilan data

13. Padang Lamun Objek yang diamati

14.

15.

16.

17.

18.

Coolbox

Neraca analitik

Kertas label

Plastik ziplock

Herbarium basah

lamun

Mengawetkan sampel

Menimbang berat sampel basah

Memberi tagging pada sampel

Menyimpan sampel

Bahan penelitian

Tabel 2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Laboratorium

No. Nama Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Aquadest

Neracanalitik

Alat tulis

Oven

Desikator

Cawan porselen

Gunting

Laptop

Alumunium foil

Membersihkan sampel

Mengukur berat kering

Mencatat hasil pengamatan

Mengeringkan sampel

Menghilangkan kadar air

Wadah sampel

Memperkecil sampel

Mengolah data

Membungkus sampel

3.2. Metode

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif eksploratif. Metode penelitian dekriptif yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu pada suatu wilayah

Page 39: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

26

(Suryana, 2010). Metode eksploratif adalah menggali secara luas tentang sebab

atau hal yang mempengaruhi sesuatu (Arikunto, 2002).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer utama dan

primer pendukung. Data primer utama meliputi kerapatan, biomassa dan stok

karbon yang ada pada lamun. Data primer pendukung meliputi parameter

lingkungan di antaranya suhu, salinitas, pH dan ukuran butir sedimen.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Penentuan Lokasi dan Stasiun Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada 2 lokasi. Lokasi pertama terdapat di

Pantai Gelaman Pulau Kemujan sebagai Stasiun 1 untuk mewakili perairan

dengan kondisi lamun yang rapat dengan kondisi perairan yang keruh. Lokasi

kedua terdapat di Pantai Alang-Alang Pulau Karimun Besar sebagai Stasiun 2

untuk mewakili perairan dengan kondisi lamun yang rapat serta kondisi perairan

yang jernih. Kedua Stasiun masuk dalam wilayah administratif Kecamatan

Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Secara geografis Stasiun 1

terletak pada 05050’18.38’’ LS dan 110025’08.85’’ BT, sedangkan Stasiun 2

terletak pada 5048’01,90’’ LS dan 110027’30,87’’ BT.

Page 40: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

27

Gambar 7. Peta lokasi Penelitian.

3.3.2. Pengamatan dan Pengambilan Sampel Lamun

Pengamatan dan pengambilan sampel lamun dilakukan di Stasiun 1 dan

Stasiun 2. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Data

diperoleh melalui pengambilan sampel, penghitungan lamun, pengukuran kualitas

air serta pengambilan sedimen.

Gambar 8. Transek 50 x 50cm (Rahmawati et al., 2017).

Metode sampling mengacu pada buku panduan monitoring padang lamun

LIPI dengan menggunakan metode line transect quadrant. Line transect quadrant

terdiri dari line transect yang ditarik di atas ekosistem padang lamun dan kuadrat

Page 41: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

28

adalah bingkai berbentuk segiempat sama sisi berukuran 50x 50 cm yang dibagi

menjadi 4 sub/bidang berukuran 25 x 25 cm yang diletakkan pada garis tersebut

(Gambar 8). Tiga garis transek dibentangkan disetiap titik Stasiun setelah

melakukan pengamatan lingkungan dengan keadaan lamun yang ada di lokasi

tersebut. Transek garis dibentangkan tegak lurus terhadap garis pantai, dimulai

dari titik 0 pada roll meter. Penentuan titik 0 dimulai dari ditemukannya jenis

lamun pertama, kemudian ditarik garis kearah laut lepas sepanjang 100 m. Setiap

Stasiun terdiri dari 3 transek garis pengulangan, dengan jarak antar garis ke

samping adalah 50m. Jarak transek dalam satu garis transek adalah 10 m,

pengulangan dilakukan sampai ujung garis transek mencapai 100 m, sehingga

total transek dalam satu garis transek adalah 11 transek. Gambar 8 merupakan

gambaran garis pengulangan transek yang dibentangkan pada satu Stasiun

pengamatan (Rahmawati et al., 2017).

Gambar 9. Transek Garis dalam Satu Stasiun (Rahmawati et al., 2017).

Menurut Azkab (1999), lamun yang diambil adalah bagian akar dengan

pemotongan rhizoma yang menjalar ke samping (batas luar kuadran/ transek) dan

daun lamun. Sampel lamun kemudian dibersihkan dan dikemas menjadi

herbarium basah. Sampel lamun yang diambil merupakan lamun yang

Page 42: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

29

mendominasi pada transek tersebut. Sampel lamun yang berupa herbarium basah,

dipisahkan menurut jaringannya yaitu akar, rhizome dan daun kemudian dipotong

menjadi bagian terkecil dan ditimbang berat basahnya (Graha, 2015).

3.3.3. Pengambilan Parameter Kualitas Air

Pengambilan data parameter kualitas air yang diukur yaitu parameter fisika

meliputi suhu, salinitas, pH, kecerahan, arus, nitrat dan fosfat. Parameter suhu

dapat diambil menggunakan termometer, salinitas menggunakan refraktometer,

pH menggunakan kertas pH, tingkat kecerahan dapat diukur dengan menggunakan

secchi disk dan arus menggunakan bola duga. Pengambilan data nitrat dan fosfat

menggunakan sampel air pada masing-masing Stasiun (McKenzie et al., 2014).

3.3.4. Pengukuran Biomassa Lamun

Pengukuran biomassa pada sampel lamun E. acoroides dan C. serrulata

dilakukan setelah dilakukan proses pengeringan dan penimbangan berat per

tegakan lamun di laboratorium dengan cara memasukkan ke dalam oven pada

temperatur tetap 60°C selama 4-5 jam. Pengukuran biomassa diketahui dengan

membagi berat total setiap sampel dengan jumlah tegakannya (Supriadi, 2012).

3.3.5. Pengukuran Karbon Lamun

Pengukuran karbon pada sampel jaringan lamun (daun, rhizome dan akar)

dianalisis dengan menggunakan metode LOI (Loss on Ignition) atau disebut

sebagai metode pengabuan (Helrich, 1990). Metode ini dilakukan dengan

prosedur sebagai berikut: Cawan porselin yang akan digunakan dicuci, dibilas dan

dikeringkan, lalu cawan dimasukkan ke dalam tanur listrik selama 2-3 jam pada

suhu 5500C. Cawan porselin lalu didinginkan ke dalam desikator selama 30 menit,

kemudian ditimbang sebagai cawan kosong.

Page 43: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

30

Sampel lamun ataupun sedimen yang telah dikeringkan dimasukkan ke

dalam cawan dan dicatat sebagai berat cawan + berat sampel. Cawan ini

dimasukkan kembali dalam tanur listrik selama 6 jam pada suhu 5500C hingga

menjadi abu yang dapat dilihat dari perubahan warna menjadi warna putih keabu-

abuan tanpa ada bintik hitam. Cawan porselin didinginkan ke dalam desikator lagi

kemudian ditimbang dan didapatkan nilai berat cawan + berat abu (Helrich,

1990).

3.4. Analisis Data

3.4.1 Kerapatan dan Presentasi Tutupan Lamun

Kerapatan jenis yaitu jumlah individu lamun (tegakan) per satuan luas.

Kerapatan Lamun dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Brower, 1990):

Keterangan :

D = Kerapatan Jenis (Tegakan/m2)

Ni = Jumlah Tegakan (Teagakan)

A = Luas Daerah yang disampling (m2)

Persen tutupan (% cover) lamun dianalisa dengan menggunakan rumus

sesuai dengan buku panduan monitoring padang lamun (Rahmawati et al., 2017) :

3.4.2 Keanekaragaman

Keanekaragaman jenis lamun ditentukan dengan menggunakan indeks

keanekaragaman Shanon-Weanner (Brower and Zar, 1998) :

Page 44: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

31

H’ =

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Weaner

Pi = Proporsi frekuensi jenis ke-1 terhadap jumlah total

ni = Jumlah individu dari suatu jenis ke-1

N = Jumlah total individu seluruh jenis

3.4.3 Keseragaman

Indeks keseragaman jenis dihitung dengan menggunakan rumus Shannon

weaner (Brower and Zar, 1998):

Keterangan :

E = Indeks Keseragaman.

H’ = Indeks Keanekaragaman

3.4.4 Dominansi

Indeks dominasi dihitung dengan menggunakan rumus menurut Odum

(1998):

Keterangan :

D = Indeks dominasi Simpson

Pi = Proporsi frekuensi jenis ke-I terhadap jumlah total

3.4.5 Biomassa

Rumus yang digunakan untuk menghitung biomassa ditunjukkan oleh

persamaan menurut Duarte (1990) :

Page 45: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

32

B = W x D

Keterangan :

B = Biomassa Lamun (gram.m- 2 )

W = Berat Kering sebuah Tunas Lamun (gram.tunas-1)

D = Kepadatan Lamun (tunas.m- 2)

3.4.6 Karbon

Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan karbon jaringan

lamun dengan metode pengabuan dapat dihitung dengan persamaan oleh Helrich

(1990):

Keterangan :

a = berat cawan

b = berat cawan + berat kering jaringan lamun

c = berat cawan + berat abu jaringan lamun

Bahan organik dihitung dengan metode pengabuan yaitu pengurangan

berat saat pengabuan oleh Helrich (1990) :

Keterangan :

a = berat cawan

b = berat cawan + berat sampel

c = berat (cawan + abu)

Nilai kandungan karbon jaringan lamun dihitung dengan persamaan

Helrich (1990):

Keterangan :

1,724 = konstanta nilai bahan organik

Page 46: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

33

3.4.7. Nilai Estimasi Kandungan Karbon

Estimasi kandungan karbon dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

(Sulaeman et al., 2005):

Estimasi Kandungan Karbon

3.5. Skema Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Penentuan Lokasi

Identifikasi Masalah

Data Primer Utama Data Primer Pendukung fPPendukung

Parameter Lingkungan

(Suhu, Salinitas, Ph,

Ukuran Butir Sedimen)

Lamun

Pengukuran

Biomassa Pengukuran

Karbon

Analisa Data

Kandungan Karbon

Kesimpulan

Page 47: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pantai Gelaman sebagai lokasi Stasiun 1 terdapat di Dusun Merican Pulau

Kemujan yang berseberangan langsung dengan Pulau Merican yang terletak di

Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan titik

koordinat terdapat pada 5048’01,90’’ LS dan 110027’30,87’’ BT. Sekitar Stasiun 1

terdapat banyak sekali penduduk yang rata-rata bermata pencaharian sebagai

nelayan pencari ikan, karena banyak sekali kapal nelayan yang bersandar.

Kecerahan perairan tergolong keruh karena mempunyai substrat pasir berlumpur.

Kedalaman perairan berkisar antara 0.5–3 meter dengan pantai yang landai dan

terdapat banyak vegetasi mangrove.

Sebagai lokasi Stasiun 2, Pantai Alang–Alang merupakan salah satu pantai

di Pulau Karimun besar yang bersebelahan dengan Pantai Tanjung Gelam yang

terletak di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Koordinat

Stasiun 2 terdapat pada 05050’18.38’’ LS dan 110025’08.85’’ BT. Berbeda

dengan Stasiun 1, sekitaran Stasiun 2 tidak banyak terdapat penduduk. Aktivitas

yang ada disekitar Stasiun 2 diantaranya aktivitas perikanan seperti penangkapan

ikan dan adanya kapal nelayan yang bersandar. Substrat pada Stasiun ini berjenis

pasir. Kedalaman perairannya berkisar antara 0.5–4 meter, Kecerahan perairan

sampai dasar dan terdapat sedikit vegetasi mangrove.

Page 48: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

35

4.1.2 Komposisi Lamun

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan, lamun yang terdapat

di Stasiun 1 dan Stasiun 2 akan disajikan secara lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis–jenis lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2.

No. Jenis Lamun Stasiun1 Stasiun2

1. Enhalus acoroides + +

2. Cymodocea serrulata + +

3. Thalassia hemprichii + +

4. Cymodocea rotundata + +

5. Halodule uninervis + +

6. Halophila ovalis - +

Jumlah spesies 5 6

Keterangan :

- : Tidak ditemukan

+ : Ditemukan

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa jenis lamun Enhalus

acoroides, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, C. rotundata dan

Halodule uninervis merupakan jenis spesies yang ditemukan pada kedua Stasiun.

Jenis lamun H. ovalis hanya ditemukan pada Stasiun 2 saja, hal ini bisa

dikarenakan jenis substrat pasir kasar sampai kerikil mendominasi di Stasiun 2

dibandingkan Stasiun 1.

4.1.3 Kerapatan dan Presentase Tutupan Lamun

Hasil pengukuran kerapatan lamun merupakan jumlah tegakan (Ind) per

satuan luas (m2). Hasil kerapatan dan presentase tutupan lamun akan disajikan

pada Tabel 4.

Page 49: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

36

Tabel 4. Hasil Kerapatan (Ind/m2) dan Tutupan (%) Lamun di Stasiun 1 dan

Stasiun 2

Jenis Lamun Stasiun 1

Stasiun 2

Kerapatan Tutupan Kerapatan Tutupan

E. acoroides 191 18.75

110 11.74

C. serrulata 653 21.21

403 14.58

T. hemprichii 244 16.48

177 9.28

C. rotundata 107 8.71

283 10.11

H. uninervis 40 3.61

99 4.36

H. ovalis - - 63 1.70

Σ 1235 68.76

1135 51.78

X 247 13.75 189 8.63

Tabel 5. Skala Kondisi Padang Lamun berdasarkan Kerapatan (Braun-Blanquet,

1965).

Kerapatan (ind/m2) Kategori

> 175 Sangat rapat

125-175 Rapat

75-125 Agak rapat

25-75 Jarang

< 25 Sangat jarang

Tabel 6. Kategori Persentase Tutupan Lamun (Rahmawati et al., 2017).

Tutupan (%) Kategori

0-25 Jarang

26-50 Sedang

51-75 Padat

76-100 Sangat Padat

Page 50: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

37

Nilai total kerapatan lamun tertinggi ada pada Stasiun 1 sebesar 1235

tegakan/m2 dengan 5 jenis lamun. Nilai kerapatan pada Stasiun 1 berkisar antara

40–653 tegakan/m2. Kerapatan tertinggi di Stasiun 1 yaitu pada jenis lamun

Cymodocea serrulata sebesar 653 tegakan/m2 dan kerapatan terendah pada jenis

lamun Halodule uninervis sebesar 40 tegakan/m2. Nilai total kerapatan terendah

ada pada Stasiun 2 sebesar 1135 tegakan/m2 dengan 6 jenis lamun. Nilai kerapatan

pada Stasiun 2 berkisar antara 63–403 tegakan/m2, sama halnya dengan Stasiun 1

pada Stasiun 2 kerapatan tertinggi ada pada jenis lamun C. serrulata sebesar 403

tegakan/m2. Nilai kerapatan terendah pada Stasiun 2 ada lamun H. uninervis

sebesar 63 tegakan/m2. Hasil ini berbeda dengan Stasiun 1 dikarenakan pada

Stasiun 1 tidak di temukan lamun jenis Halopila ovalis . Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Grafik kerapatan lamun (Ind/m2) di Stasiun 1 dan Stasiun 2

(Gambar 10).

Gambar 10. Grafik Kerapatan Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata;

Th : Thallasia hemprichii; Cr : Cymodocea rotundata;

Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis

Page 51: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

38

Nilai rata-rata tutupan lamun tertinggi, terendah serta nilai total tutupan

lamun pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 dapat dilihat pada Grafik persentase tutupan

lamun (Gambar 11).

Gambar 11. Grafik Persentase Tutupan Lamun di Stasiun 1 dan 2.

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata;

Th : Thallasia hemprichii; Cr : Cymodocea rotundata;

Hu ; Halodule uninervis;

Ho : Halophila ovalis.

4.1.4. Indeks Ekologi

Penilaian kondisi padang lamun juga dapat dilakukan dengan menghitung

indeks ekologi lamun yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman

dan indeks dominansi yang akan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 7. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Lamun di

Stasiun 1 dan Stasiun 2

Stasiun Keanekaragaman Keseragaman Dominansi

H' Kategori E Kategori D Kategori

1 1.83 Sedang

0.92 Tinggi

0.35 Tidak

2 2.05 Sedang 0.88 Tinggi 0.27 Tidak

Page 52: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

39

Nilai indeks keanekaragaman dihitung menggunakan rumus Shannon

Weinner. Nilai keanekaragaman jenis lamun di lokasi penelitian dikategorikan

sedang, karena hasil yang diperoleh adalah H’<1 dan 1<H’<3 (Odum, 1998).

Keanekaragaman jenis lamun pada Stasiun1 dan 2 tergolong sedang karena

memiliki nilai indeks lebih dari 1.

Nilai keseragaman jenis lamun pada semua Stasiun dikategorikan tinggi

karena memiliki nilai indeks lebih dari 0,6. Menurut Odum (1998), keseragaman

yang tinggi memiliki nilai indeks lebih dari 0,6. Keseragaman sedang memiliki

nilai indeks 0,4 sampai 0,6. Nilai indeks kurang dari 0,4 dikategorikan sebagai

keseragaman yang rendah.

Nilai dominansi dihitung menggunakan Simpson’s Index. Nilai dominansi

jenis lamun pada semua Stasiun dikategorikan sebagai tidak ada dominansi. Nilai

D mendekati 0, maka tidak ditemukan spesies yang mendominasi lokasi tersebut,

jika D mendekati 1 maka terdapat spesies yang mendominasi. Indeks dominansi

berbanding terbalik dengan indeks keanekaragaman. Indeks keanekaragaman

tinggi, menandakan bahwa tidak adanya dominansi spesies sehingga indeks

dominansi rendah (Odum, 1998).

4.1.5. Biomassa Lamun

Nilai biomassa dibagi menurut jaringan bawah substrat yang terdiri dari

akar serta rhizome dan jaringan atas substrat yang terdiri dari daun. Biomassa

yang diambil dan dianalisis dalam penelitian ini adalah lamun jenis Cymodocea

serrulata dan Enhalus acoroides. Nilai biomassa lamun jenis C. serrulata

disajikan dalam Tabel 6, nilai biomassa lamun jenis E. acoroides disajikan dalam

Tabel 7 dan nilai biomassa lamun di kedua Stasiun akan disajikan dalam Tabel 8.

Page 53: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

40

Tabel 8. Nilai Biomassa (gbk/m2) lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1 dan

Stasiun 2

Stasiun Sub Stasiun

Total Biomassa

Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1

a 6.36 5.98 12.34

b 7.37 5.18 12.54

c

Total

6.20

19.92

5.78

16.94

11.98

36.87

2

a 4.05 5.44 9.49

b 5.85 4.90 10.75

c

Total

7.02

16.92

7.09

17.43

14.11

34.35

Nilai biomassa pada lamun Cymodocea serrulata pada Stasiun 1 yaitu

sebesar 11,98–12,54 gbk/m2. Nilai tersebut terdiri dari nilai biomassa pada bagian

atas substrat dan bagian bawah substrat. Nilai biomassa pada bagian bawah

substrat yaitu sebesar 6,20–6,36 gbk/m2. Nilai biomassa pada bagian bawah

substrat terdiri dari biomassa lamun pada bagian akar dan Rhizome. Nilai bagian

atas substrat yaitu sebesar 5,18-5,98 gbk/m2.

Hasil nilai biomassa pada lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 2 tidak

jauh berbeda dari Stasiun 1 yaitu sebesar 9,49–14,11 gbk/m2. Nilai biomassa pada

bagian bawah substrat sebesar 4,05–7,02 gbk/m2 dan pada bagian atas substrat

sebesar 4,90–7,09 gbk/m2.

Page 54: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

41

Tabel 9. Nilai Biomassa (gbk/m2) lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1 dan

Stasiun 2

Stasiun Sub Stasiun

Total Biomassa

Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1

a 192.95 83.53 276.48

b 198.43 138.79 337.22

c

Total

446.34

837.73

208.13

430.44

654.47

1268.17

2

a 257.78 140.03 397.81

b 137.79 88.61 226.40

c

Total

228.90

624.47

71.32

299.96

300.22

924.43

Hasil nilai biomassa yang dihasilkan lamun Enhalus acoroides tergolong

lebih besar jika dibandingkan dengan lamun jenis Cymodocea serrulata

dikarenakan ukuran morfologi dari lamun E. acoroides lebih besar dari lamun C.

serrulata. Nilai biomassa lamun jenis E. acoroides pada Stasiun 1 yaitu sebesar

276,48–654,47 gbk/m2. Bagian bawah substrat menghasilkan nilai biomassa

sebesar 192,95–446,34 gbk/m2 dan bagian atas substrat sebesar 83,53–208,13

gbk/m2.

Lamun jenis Enhalus acoroides pada Stasiun 2 menghasilkan nilai

biomassa sebesar 226,40–397,81 gbk/m2. Nilai biomassa pada bagian bawah

substrat sebesar 192,95–446,34 gbk/m2 dan bagian atas substrat sebesar 71,32-

140,03 gbk/m2.

Page 55: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

42

Tabel 10. Nilai total Biomassa (gbk/m2) lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Stasiun

Total Biomassa

Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1 857.65 447.38 1305.03

2 641.39 317.39 958.78

Hasil nilai total biomassa didapatkan dari nilai biomassa bawah subsrat

dan atas substrat pada kedua lamun. Stasiun 1 menghasilkan nilai total biomassa

lebih besar dari Stasiun 2, yaitu sebesar 1305,03 gbk/m2. Stasiun 2 menghasilkan

nilai total biomassa sebesar 958,78 gbk/m2.

4.1.6. Nilai Estimasi Stok Karbon Lamun

Nilai estimasi stok karbon lamun dapat diketahui setelah dilakukan

konversi kandungan karbon pada jenis lamun Cymodocea serrulata dan Enhalus

acoroides dengan metode pengabuan. Nilai kandungan karbon dalam jaringan

lamun didapatkan dari nilai biomassa pada setiap transek yang dikonversi dengan

nilai kandungan karbon, sehingga didapatkan nilai estimasi kandungan karbon

terhadap lamun di semua titik. Nilai kandungan karbon yang didapatkan kemudian

dikonversikan kembali menjadi nilai persen karbon/konsentrasi karbon. Nilai

estimasi stok karbon pada bagian (akar, rhizome dan daun) lamun E. acoroides

dan C. serrulata disajikan pada Tabel 9 dan 10. Nilai estimasi kandungan karbon

lamun di kedua Stasiun akan disajikan pada Tabel 11. Nilai estimasi kandungan

karbon dibawah substrat dan diatas substrat akan disajikan dalam bentuk Tabel

12.

Page 56: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

43

Tabel 11. Nilai stok karbon (gC/m2) lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1 dan

Stasiun 2

Stasiun Sub Stasiun

Total Stok Karbon

Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1

a 2.13 1.54 3.67

b 1.79 1.39 3.19

c

Total

1.21

5.14

0.96

3.89

2.17

9.03

2

a 1.01 0.90 1.91

b 1.17 1.05 2.22

c

Total

1.77

3.95

1.58

3.53

3.35

7.48

Nilai estimasi stok karbon lamun jenis Cymodocea serrulata di Stasiun 1

dan Stasiun 2 ialah 1,91–3,67 gC/m2. Nilai estimasi stok karbon lamun tertinggi

terletak di Stasiun 1 dibandingkan Stasiun 2 karena tingginya kerapatan lamun C.

serrulata pada Stasiun 1. Nilai estimasi stok karbon terendah terletak di Stasiun 2

karena kerapatan lamun C. serrulata lebih rendah dari Stasiun 1. Nilai estimasi

stok karbon lamun jenis C. serrulata bagian bawah substrat yaitu 1,01–2,13

gC/m2, sedangkan pada bagian atas substrat yaitu 0,90–1,58 gC/m2.

Page 57: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

44

Tabel 12. Nilai stok karbon (gC/m2) lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1 dan

Stasiun 2

Stasiun Sub Stasiun

Total Stok Karbon

Bawah

Substrat Atas Substrat Total

1

a 44.90 37.13 82.03

b 62.50 42.93 105.44

c

Total

139.68

247.08

30.66

110.72

170.34

357.80

2

a 95.31 64.36 159.67

b 58.92 15.31 74.23

c

Total

18.66

172.90

22.14

101.81

40.80

274.71

Nilai estimasi stok karbon lamun jenis Enhalus acoroides di Stasiun 1 dan

Stasiun 2 ialah 40,80–159,67 gC/m2. Nilai estimasi stok karbon lamun E.

acoroides tertinggi terletak di Stasiun1 dengan nilai total 357,80 gC/m2. Nilai

estimasi stok karbon lamun jenis E. acoroides bagian bawah substrat ialah 18,66–

139,68 gC/m2. Nilai estimasi stok karbon lamun jenis E. acoroides bagian atas

substrat ialah 15,31–64,36 gC/m2.

Tabel 13. Perbandingan nilai total estimasi stok Karbon (gC/m2) lamun di Stasiun

1 dan Stasiun 2

Stasiun

Total Stok Karbon

Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1 252.22 114.61 366.83

2 176.84 105.34 282.18

Hasil yang didapatkan dari perbandingan nilai total estimasi stok karbon

lamun tertinggi ada pada Stasiun 1 sebesar 366,83 gC/m2 dan terendah ada di

Page 58: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

45

Stasiun 2 sebesar 282,18 gC/m2. Hal ini bisa disebabkan karena pada Stasiun 1

kerapatan lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata lebih tinggi jika di

bandingkan dengan Stasiun 2.

Tabel 14. Perbandingan Nilai Estimasi Stok Karbon (gC/m2) Lamun Enhalus

acoroides dan Cymodocea serrulata

Jenis Lamun

Total Stok Karbon

Bawah

Substrat

Atas

Substrat

Total Stok

Karbon

Cymodocea serrulata

Enhalus acoroides

1.51

70.00

1.24

35.42

2.75

105.42

Perbandingan nilai estimasi stok karbon pada kedua jenis lamun disajikan

dalam Tabel 10. Data yang didapat pada lamun jenis Enhalus acoroides dan

Cymodocea serrulata memiliki perbandingan nilai yang signifikan, dilihat dari

kandungan stok karbon dibawah substrat dan kandungan stok karbon diatas

substrat. Lamun jenis C. serrulata memiliki nilai estimasi karbon dibawah

substrat yang rendah yaitu 1,51 gC/m2 dan nilai estimasi karbon diatas substrat

sebesar 1,24 gC/m2. Lamun jenis E. acoroides memiliki nilai estimasi dibawah

substrat yang tinggi, yaitu sebesar 70,00 gC/m2 dan nilai estimasi karbon diatas

substrat sebesar 35,42 gC/m2. Total estimasi karbon pada lamun jenis E.

acoroides didapatkan hasil yang lebih besar yaitu sebesar 105,42 gC/m2

dibandingkan dengan total estimasi karbon pada lamun jenis C. serrulata dengan

nilai 2,75 gC/m2.

4.1.7. Karakteristik dan Kondisi Perairan

Karakteristik dan kondisi lingkungan perairan merupakan salah satu faktor

utama yang mempengaruhi kondisi padang lamun di perairan tersebut.

Page 59: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

46

Pengukuran parameter perairan yang telah dilakukan dalam penelitian ini akan

disajikan dalam bentuk Tabel 13. Tipe substrat di perairan akan disajikan dalam

bentuk Tabel 14.

Tabel 15. Parameter lingkungan perairan di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Parameter Stasiun

Baku Mutu(*) 1 2

Suhu (oC) 30,9 31 28,0 – 30,0

pH 7,8 7,7 7,0 – 8,5

Salinitas (ppt) 32 30 33,0 – 34,0

Kedalaman (m) 0,5 - 2 0,5 - 1,5 -

Kecerahan (m) 2- 2,5 0,1 - 0,5 -

Kecepatan Arus (m/s) 0,2- 0,5 0,4 - 0,8 0,15

Nitrat (mg/L) 0,0264 0,0318 0,0080

Fosfat (mg/L) 0,6154 0,5641 0,0150

Keterangan :

(*) Kepmen LH Nomor 200 Tahun 2004 untuk ekosistem lamun

Suhu yang diperoleh pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 adalah 30,9oC dan 31oC,

Stasiun 2 merupakan Stasiun dengan suhu tertinggi dengan lebih tinggi 1oC

dibandingkan suhu optimum yang ditetapkan. Nilai pH yang diperoleh pada

Stasiun 1 dan Stasiun 2 yaitu sebesar 7,8 dan 7,7. Salinitas yang diperoleh dari

Stasiun 1 dan Stasiun 2 adalah sebesar 32 ‰ dan 30 ‰. Salinitas pada Stasiun 1

dan 2 memiliki nilai lebih rendah 1-2 ‰ dibandingkan salinitas optimum yang di

tetapkan, dikarenakan pengambilan data lapangan dilakukan setelah hujan.

Kedalaman di lokasi penelitian berkisar antara 0,5-2 m. Kecerahan yang diperoleh

pada lokasi penelitian yaitu 0,5-2,5 m. Kecerahan pada Stasiun 1 lebih keruh

dibandingkan dengan Stasiun 2 yang relatif cerah. Kecepatan arus pada kedua

lokasi diperoleh sebesar 0,3-0,6 m/s. Hasil pengukuran nitrat dan fosfat berasal

Page 60: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

47

dari sampel air pada tiap Stasiun penelitian. Kandungan nitrat dan fosfat di kedua

Stasiun mengalami lonjakan sangat tinggi dan melebihi kisaran optimum.

Tabel 16. Tipe substrat (%) Perairan di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Tipe Substrat Presentase substrat

Stasiun 1 Stasiun 2

Kerikil 0 1.92

Pasir kasar 70.83 75.88

Pasir halus 22.69 17.95

Lanau 6.48 4.25

Tipe substrat pada kedua Stasiun yaitu pasir, Stasiun 2 dengan presentase

pasir kasar tertinggi yaitu 75,88 % dan Stasiun 1 sebesar 70,83 %. Presentase

pasir halus dan lanau tertinggi pada Stasiun 1, dengan 22,69 % dan 6,48 %.

Stasiun 2 memiliki presentase pasir halus dan lanau sebesar 17,95 % dan 4,25 %.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kerapatan dan Tutupan Lamun

Hasil pengamatan menunjukan spesies lamun yang ditemukan pada lokasi

penelitian terdapat lebih dari 2 spesies lamun (Tabel 3). Lamun jenis Enhalus

acoroides dan Cymodocea serrulata mempunyai kerapatan yang tinggi dibanding

jenis lamun yang lain (Tabel 4), disebabkan karena kedua jenis lamun tersebut

mempunyai bentuk morfologi yang berbeda dan adaptasi yang baik dibandingkan

dengan lamun jenis lain. Den Hartog (1970), menyatakan bahwa lamun jenis E.

acoroides mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap jenis substrat berpasir

maupun berlumpur karena mempunyai struktur akar yang kuat dan menancap

kokoh pada substrat yang membuat pertumbuhan lamun jenis ini lebih cepat.

Secara morfologis lamun jenis C. serrulata relatif lebih kecil bila dibandingkan

Page 61: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

48

dengan jenis Enhalus acoroides. Lamun jenis Cymodocea serrulata ini mudah

ditemukan pada perairan berpasir yang relatif tenang (Lanyon, 1986),

Stasiun 1 menghasilkan tingkat kerapatan yang tinggi (Tabel 4). Kondisi

tersebut dikarenakan keadaan arus yang relatif tenang (Tabel 13). Philips and

Menez (1988), menyatakan bahwa lamun umumnya dapat tumbuh baik pada

perairan tenang. Arus yang tenang memungkinkan lamun dapat tumbuh dan

berkembang, karena akar dapat lebih mudah tertanam ke dalam substrat sehingga

membantu penyerapan unsur–unsur hara sebagai sumber makanan. Stasiun 2

menghasilkan tingkat kerapatan yang lebih rendah dibandingkan Stasiun 1 (Tabel

4), hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kondisi arus yang lebih kuat (Tabel 13).

Kondisi arus yang lebih kuat dapat membuat akar dan rimpang tidak tertanam

secara maksimal dan membuat tegakan lamun rentan terlepas dari substrat

(Rahman et al.,2016).

Stasiun 2 menunjukkan tingkat kerapatan lamun yang lebih rendah, namun

jumlah lamun yang ditemukan lebih banyak di bandingkan Stasiun 1 (Tabel 3).

Menurut Terrados et al. (1997), ditemukan lebih banyak lamun karena umunnya

distribusi lamun dalam suatu komunitas cenderung beberapa jenis saja, hal ini

diduga berkaitan dengan kemampuan adaptasi suatu jenis lamun terhadap

lingkungannya. Beberapa faktor dapat mempengaruhi jenis dan kerapatan lamun

diantaranya adalah kedalaman, kecerahan, arus dan tipe substrat.

Persentase tutupan lamun total pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 (Tabel 4)

menunjukkan bahwa nilai tutupan lamun di kedua lokasi tidak jauh berbeda.

Stasiun 1 dan Stasiun 2 memiliki kondisi padang lamun yang tergolong sangat

padat (Pandungan Monitoring Padang Lamun, 2014). Tutupan lamun di lokasi

Page 62: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

49

sangat berkaitan dengan kerapatan, semakin tinggi tingkat kerapatan maka

persentase tutupan lamun akan semakin tinggi pula (Hartati et al., 2012).

Persentase tutupan jenis lamun paling tinggi jenis Cymodocea serrulata

(Tabel 4). Jenis tersebut merupakan jenis lamun yang paling banyak ditemukan di

habitat bersubstrat pasir halus yang kaya dengan kandungan bahan organik

(Riniatsih, 2016). Jenis lamun dengan persentase tutupan paling rendah berasal

dari jenis Halophila ovalis (Tabel 4). Persentase tutupan lamun yang berbeda dari

masing–masing spesies juga dapat terjadi karena adanya faktor seperti sedimentasi

dan nutrient dari daratan (Van katwijk et al., 2011).

4.2.2. Indeks Ekologi

Indeks ekologi lamun meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman

dandominansi yang menunjukan kondisi lamun pada lokasi Stasiun penelitian

(Tabel 5). Nilai keanekaragaman jenis lamun di lokasi penelitian dikategorikan

sedang (Tabel 5). Menurut Odum (1998), bila 0 < H’ ≤ 1 maka keanekaragaman

rendah, bila 1 < H’ ≤ 2 maka keanekaragaman sedang, sedangkan H’ > 2 maka

keanekaragaman tinggi. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman menunjukan

perairan tersebut stabil (Kamaruddin et al., 2016).

Nilai indeks keanekaragaman pada Stasiun 1 dan 2 menunjukkan

keanekaragaman sedang (Tabel 5). Tetapi ditemukan lebih banyak lamun pada

Stasiun 2 dari pada Stasiun 1, disebabkan substrat lanau pada Stasiun 1 cukup

tinggi (Tabel 14). Lamun yang memiliki ukuran morfologi kecil seperti Halophila

ovalis tingkat adaptasinya tergolong rendah jika subsrat yang ada didominasi

lanau dan lempung. Lamun H. ovalis mudah ditemukan pada substrat yang

bertekstur pasir keras sampai halus (Dahuri, 2003).

Page 63: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

50

Indeks keseragaman Stasiun 1 dan 2 tergolong tinggi (Tabel 5) karena

memiliki nilai indeks lebih dari 0,6. Menurut Odum (1998), keseragaman yang

tinggi memiliki nilai indeks lebih dari 0,6 keseragaman sedang memiliki nilai

indeks 0,4 sampai 0,6, sedangkan nilai indeks kurang dari 0,4 dikategorikan

sebagai keseragaman yang rendah. Menurut Suryanti et al.(2014), semakin kecil

indeks keseragaman maka semakin besar perbedaan jumlah antara spesies dan

semakin besar indeks keseragaman maka semakin kecil perbedaan jumlah antara

spesies sehingga kecenderungan dominasi oleh jenis tertentu.

Indeks dominansi dihitung dengan Indeks Simpson. Nilai indeks

dominansi berkisar antara 0-1. Semakin besar nilai indeks semakin besar

kecenderungan salah satu spesies yang mendominasi populasi (Odum, 1998).

Pada Stasiun 1 dan 2 tidak terjadi dominansi (Tabel 5), tidak ada satu spesies

tertentu yang mendominasi spesies lainya. Hasil ini menjadi tanda bahwa kondisi

ekosistem relatif stabil (Tabel 13). Nilai indeks dominansi akan berbanding

terbalik dengan dengan nilai indeks keseragaman dan nilai indeks

keanekaragaman.

4.2.3. Biomassa Lamun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaaan

nilai biomassa pada jenis lamun Cymodocea serrulata dan Enhalus acoroides.

Perbedaan terdapat pada bagian bawah substrat dan atas substrat (Tabel 6 dan

Tabel 7). Nilai biomassa yang berada pada bagian bawah substrat lebih tinggi dari

pada bagian lamun yang berada pada bagian atas substrat.

Hasil yang didapatkan, bagian bawah substrat memiliki nilai yang lebih

besar dibandingkan bagian atas substrat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Page 64: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

51

Hemminga and Duarte (2000), bahwa biomassa lamun pada umumnya lebih besar

tersimpan pada bagian bawah substrat (below ground) dibandingkan dengan

bagian atas substrat (above ground). Dikarenakan rhizome mengandung banyak

zat pati dan unsur hara dimana zat tersebut didistribusikan dari hasil fotosintesis

yang disimpan pada bagian dibawah substrat, sehingga biomassa pada rhizome di

bawah substrat lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan lainnya (Erftemeijeret

al.,1993).

Hasil pengamatan lainnya menunjukan lamun jenis Enhalus acoroides

memiliki nilai biomassa lebih tinggi dibandingkan lamun jenis Cymodocea

serrulata (Tabel 6 dan 7), dikarenakan morfologi lamun jenis E. acoroides lebih

besar bila dibandingkan dengan lamun jenis C. serrulata. Pernyataan ini sesuai

dengan Kiswara (1985), lamun E. acoroides merupakan jenis yang mempunyai

ukuran paling besar dengan helaian daun mencapai satu meter (Kiswara, 1985).

Keadaan tersebut memungkinkan jenis ini memiliki biomassa tertinggi diantara

jenis lamun lainnya yang memiliki persentasi tutupan yang sama. Pertumbuhan E.

acoroides dipengaruhi oleh kedalaman, pasang surut dan musim (Estacion and

Fortes, 1988). Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biomassa

lamun adalah nutrien, salinitas, suhu dan cahaya (Govindasamy et al., 2013).

4.2.4. Kandungan Karbon Pada Lamun

Berdasarkan hasil perhitungan karbon (Tabel 9 dan Tabel 10) didapatkan

hasil stok karbon pada lamun jenis C. serrulata dan E. acoroides memiliki

kandungan karbon lebih besar pada bagian bawah substrat dibandingkan bagian

atas substrat. Tingginya nilai karbon bawah substrat disebabkan oleh karbon

Page 65: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

52

bawah substrat tidak terlalu terpengaruh oleh pengaruh fisik lingkungan,

sebagaimana stok karbon yang ada di bagian atas substrat (Supriadi, 2012).

Graha (2015), menyatakan variasi kandungan karbon lamun dipengaruhi

oleh perbedaan biomassa antar jenis ataupun antar jaringan. Semakin tinggi

kandungan biomassa pada lamun maka nilai kandungan karbon pada jaringan

lamun juga semakin meningkat, yang artinya kandungan karbon berbanding lurus

dengan kandungan nilai biomassa pada lamun (Wardah et al., 2009). Nilai

biomassa pada bagian lamun dipengaruhi oleh morfologi jenis lamun yang

ditemukan, semakin besar morfologi lamun tersebut maka cenderung akan

menyimpan biomassa yang lebih besar pada bagian bawah substrat dan kapasitas

untuk mengakumulasi karbon menjadi semakin tinggi (Laffoley and Gimsditch,

2009).

Hasil lainnya didapatkan bahwa lamun jenis E. acoroides memiliki total

nilai karbon yang lebih besar jika dibandingkan dengan lamun jenis C. serrulata

(Tabel 12). Tingginya total nilai karbon lamun jenis E. acoroides dapat

disebabkan karena morfologi dari lamun jenis ini lebih besar jika dibandingkan

dengan lamun jenis C. serrulata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Graha (2015),

lamun jenis E. acoroides memiliki nilai biomassa dan kandungan karbon yang

cenderung lebih besar dibandingkan lamun jenis lain, sehingga jenis lamun E.

acoroides memiliki kontribusi terbesar sebagai penyimpan karbon.

Data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai estimasi

karbon relatif tinggi pada Stasiun 1 yang terletak di perairan pantai Gelaman

(Tabel 11). Dapat disebabkan karena Stasiun 1 memiliki kerapatan dan persentase

lamun yang lebih besar dibandingkan dengan Stasiun 2. Hal ini diduga disebabkan

Page 66: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

53

oleh adanya perbedaan kondisi parameter lingkungan pada perairan tempat lamun

tersebut tumbuh. Parameter tersebut dapat berupa parameter fisik maupun kimia,

di mana setiap perairan memiliki karakteristik tersendiri karena adanya faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kondisi di perairan tersebut (Papilo et al., 2015).

Rendahnya nilai estimasi karbon pada Stasiun 2 diduga karena faktor tekanan

lingkungan dan proses fisiologis yaitu fotosintesis yang berdampak terhadap

penyerapan karbon pada lamun, laju respirasi dan pertumbuhan lamun (Graha et

al., 2016). Pada stasiun 2 kecepatan arus relatif lebih tinggi jika dibandingkan

dengan stasiun 1, Menurut Kordi (2011), arus yang baik untuk pertumbuhan

lamun adalah sebesar 0,5 m/s. Arus yang tenang berperan dalam membersihkan

sedimen atau partikel berlumpur pada daun-daun lamun sehingga proses

fotosisntesis berjalan optimal. Kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan

naiknya padatan tersuspensi sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari ke

perairan dan mengakibatkan berkurangnya laju produktivitas.

Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian oleh

Graha (2015) di pantai Sanur, Denpasar sebesar 20,86 gC/m2. Hal ini dikarenakan

pantai Sanur memiliki kategori tutupan lamun yang rendah sehingga berkorelasi

dengan biomassa dan kandungan karbon pada lamun tersebut juga rendah.

Tingginya nilai stok karbon pada lokasi penelitian ini, diduga karena kondisi

perairan pantai Gelaman dan pantai Alang-Alang masih belum terkena aktivitas

antropogenik manusia yang tinggi dan kondisi lingkungan yang masih dalam

kisaran yang baik jika dillihat dari baku mutu Kementerian Lingkungan Hidup

(2004), dibandingkan dengan kondisi lingkungan di Pantai Sanur Bali

Page 67: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan :

1. Nilai rata–rata biomassa lamun di Stasiun 1

- Jenis Cymodocea serrulata sebesar 12,29 gbk/m2

- Jenis Enhalus acoroides sebesar 422,72 gbk/m2

Nilai rata-rata biomassa lamun di Stasiun 2

- Jenis C. serrulata sebesar 11,45 gbk/m2

- Jenis E. acoroides sebesar 308,14 gbk/m2

2. Nilai rata-rata simpanan karbon lamun di Stasiun 1

- Jenis C. serrulata sebesar 3,01 gC/m2

- Jenis E. acoroides sebesar 119,27 gC/m2

Nilai rata-rata simpanan karbon lamun di Stasiun 2

- Jenis C. serrulata sebesar 2,49 gC/m2

- Jenis E. acoroides sebesar 91,57 gC/m2.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, saran yang bisa diberikan.

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat nilai penyerapan karbon

pada sedimen atau substrat. Selain itu dilakukan penelitian mengenai penyerapan

karbon lamun secara periodik, sehingga dapat dilihat besarnya serapan karbon

setiap tahunnya

Page 68: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

55

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

Kelima. Rineka Cipta. Jakarta.

Azkab, M.H. 1999. Kecepatan Tumbuh dan Produksi Lamun dari Teluk

KutaLombok. Di dalam: Soemodihardjo S, Arinardi OH, Aswandy I, Editor.

Dinamika Komunitas Biologis pada Ekosistem Lamun di Pulau Lombok,

Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pp. 26-33.

Bengen, G.D. 2001. Pedoman Teknis: Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem

Mangove Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institit Pertanian

Bogor. Bogor.

Benyamin, L. 2004. Dasar - Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Brouns, J.J.W.M. and F.M.L. Heijs, 1986 Structural and Functional Aspects of

Seagrass Community and Associated Algae from The Tropical West-

Pacific. PhD thesis, Catholic Univ. Nijmegen. Pp. 431.

Brower, J.E., Zar, J.H. and Von Ende, C.N. 1990. Field and Laboratory Methods

for General Ecology. 3rd ed. Brown Publisher, USA, p 345.

Cox, G.W. 2002. General Ecology Laboratory Manual. Edisi ke-8. New York:

McGraw-Hill Higher Education.

Davis, C. dan Natarina. 1995. Sains dan Teknologi 2 : Berbagai Ide Untuk

Menjawab Tantangan dan Kebutuhan oleh Ristek Tahun 2009.

Gramedia, Jakarta.

Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Balai Pustaka. Jakarta.

. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Den Hartog, C. 1970. The Seagasses of The world. Verhandelingen, Afdeling

Natuurkunde. Koninklijke Nederlandse Akademie Van Wetenschappen.

North Holland Publishing Company, Amsterdam, London

Page 69: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

56

Duarte, C.M. 1990. Seagass Nutrient Content. Mar. Ecol. Prog. Ser., 67:201-207.

El Shaffai, A. 2011. Field Guide to Seagrasses of The Red Sea. 1st ed. Gland,

Switzerland: IUCN and Courbevoie, France.

Erftemeijer, P.L.A., Osinga, R. and Mars, A.E. 1993. Primary Production of

Seagass Beds in South Sulawesi (Indonesia): a Comparison of Habits,

Method and Species. Aquat Bot., 46: 67-90.

Estacion, J. S. dan M. D. Fortes. 1988. Growth Rates and Primary Production of

Enhalus acoroides (L.f.) royle from Lag-it, North Bais Bay, the Philippines.

Aquatic Botany., 29:347-356.

Fourqurean, J.W., Duarte, C.M., Kennedy, H., Marba, N., Holmer, M., Matoe,

M.A., Apostolaki, E., Kendrick, G.A., Jensen, D.K., McGlathery, K.J., and

Serrano, O. 2012. Seagrass Ecosystems as a Globally Significant Carbon

Stock. Nature Geoscience. pp 1-5.

Graha, Y.I. 2015. Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan Pantai Sanur,

Kota Denpasar. Progam Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali.

Govindasamy, C., M. Arulpriya, K. Anantharaj, P. Ruban dan R. Srinivasan.

2013. Seasonal Variations in Seagrass Biomass and Productivity in Palk

Bay, Bay of Bengal, India. International Journal of Biodiversity and

Conservation, 5: 408-417.

Hafizt, M. dan P. Danoedoro. 2017. Kajian Estimasi Standing Carbon Stock

Padang Lamun Menggunakan Citra Quickbird di Pulau Kemujan,

Kepulauan Karimunjawa. Universitas Gajah Mada.

Hartati, R., A.Djunaedi, Hariyadi, dan Mujiono. 2012. Struktur Komunitas

Padang Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa.

International Journal Marine Science., 17(4): 217 – 225.

Hemminga, M.A., dan C.M. Duarte. 2000. Seagrass Ecology. Australia:

Cambridge University Press.

Helrich, K. 1990. Method of Analysis of The Association of Official Analytical

Chemists. Fifteenth Edition. Virginia.

Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan Padang Lamun (Seagrass,

Antophyta) di Perairan Teluk Banten. IPB, Bogor. pp. 299

., dan M. H. Azkab. 1987. Peranan Lamun di Lingkungan Laut Dangkal.

Oseana-LIPI 7(1): 13 – 23.

Indriyanto, K. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Page 70: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

57

IPCC [Climate Change]. 2007. The Physical Science Basic, Contribution of

Working Goup I to The Fourth Assessment Report of the Intergovermental

Panel on Climate Change.

Janzen, H. 2004. Carbon Cycling in Earth Systems - a Soil Science Perspective.

Agriculture, Ecosystems and Environment., 104: 399 – 417.

Kamaruddin, Z.S., S.B. Rondonuwu dan P.V. Maabuat. 2016. Keragaman Lamun

(Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang

Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Jurnal ipa Unsrat., 5(1): 20-24.

Kawaroe, M. 2009. Perspektif Lamun Sebagai Blue Carbon Sink di Laut. Dalam:

Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun Tanggal 18 November

2009. Jakarta, Indonesia

Kennedy, H. dan M. Bjork. 2009. Seagrass Meadows. The Management of

Natural Coastal Carbon sinks, Glan: IUCN.

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Kiswara, W. dan M. Hutomo. 1985. Habitat dan Sebaran Geografik Lamun.

Oseana 10: 21-30.

. 1992. Struktur Komunitas Padang Lamun Perairan Indonesia. Inventarisasi

dan Evaluasi Potensi Laut Pesisir II. Jakarta: P3O LIPI, pp. 54-61

. 2004. Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten 1998 – 2001.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 33 hlm.

. dan Y.I. Ulumuddin. 2009. Peran Vegetasi Pantai Dalam Siklus Karbon

Global: Mangrove dan Lamun Sebagai Rosot Karbon. Workshop Ocean and

climate change. Laut sebagai pengendali perubahan iklim: peran laut

Indonesia dalam mereduksi percepatan proses pemanasan global. Bogor

Kordi, K.H.G.M. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass) : Fungsi, Potensi, dan

Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kuo, J. dan C. den Hartog. 2007. Taxonomy and Biogeography of Seagrasses. in

A.W.D. Larkum, R.J. Orth dan C.M. Duarte (ed). Seagrasses: Biology,

Ecology and Conservation. Springer. Dordrecht. Netherlands

Laffoley, D dan Gimsditch G. 2009. The Management of Natural Coastal Carbon

Sink. IUCN. Gland Switzerland.

Lanyon, J., 1986. Seagrass of the Great Barrier Reef. Great Barrier Reef Marine

Park Authority Special Publication Series (3), 54 hal

Page 71: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

58

Lee, K-S., S.R. Park dan Y.K. Kim. 2007. Effects of Irradiance, Temperature, and

Nutrients on Growth Dynamics of Seagrasses: A review. J. Exp. Mar. Biol.

Ecol 350: 144-175

Nellemann, C., E. Corcorn, C.M. Duarte, L.Valdés, C. DeYoung, L. Fonseca and

G. Grimsditch. 2009. Blue Carbon. A Rapid Response Assessment. United

NationsEnvironment Programme, Norway. 78pp.

Nontji, A. 1992. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 372 hlm.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi-Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.

Jakarta.

Nusi, S. R. 2014. Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pulau Saronde Kec.

Ponelo Kepulauan Kab. Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan

Kelautan.,1(1): 1-5

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. 3rd ed. Universitas Gadja Mada,

Yogyakarta.

Papilo, P., Kunaifi, Erliza H., Nurmiati dan Rizfi F.P. 2015. Penilaian Potensi

Biomassa Sebagai Alternatif Energi Kelistrikan. Jurnal PASTI.,9 (2): 164-

176.

Philips, C.R. dan E.G. Meñez. 1988. Seagrass. Washington D.C.: Smith Sonian.

Institutions Press.

Prasetyo. 2008. Tanaman Budidaya dan Macamnya. Universitas Gadjah Mada

Press. Yogyakarta.

Pratiwi, T.N., R. Hartati dan I. Pratikto. 2017. Biomassa dan Estimasi Simpanan

Karbon pada Ekosistem Padang Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan

Pulau Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Buletin Oseanografi Marina., 6(1)

:74–81

Rahman, A, A., Andi, I, N., dan Muhammad, R. 2016. Studi Laju Pertumbuhan

Lamun (Enhalus acoroides) di Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram

Kabupaten Konawe Selatan. Sapa Laut., 1(1): 10-16.

Rahmawati, S. 2011. Estimasi cadangan karbon pada komunitas lamun di Pulau

Pari, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. J. Segara.,7(1): 1-12.

. dan B. Prayuda. 2014. Etimasi Cadangan dan Serapan Karbon dengan

Pendekatan Pengideraan Jauh, Analisis OBIA (Object Based Image

Analysis). Report. P2OLIPI, Jakarta.

., A. Irawan, I. H. Supriyadi dan M. H. Azkab. 2017. Panduan Monitoring

Padang Lamun . CRITC COREMAP CTI LIPI.

Page 72: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

59

Riniatsih, I. 2016. Distribusi Jenis Lamun dihubungkan dengan Sebaran Nutrien

Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis.,

19(2): 101-107.

Ristina, M., B. Sulardino dan A. Solichin. 2018. Hubungan Kerapatan Lamun

(Seagrass) dengan Kelimpahan Teripang (Holothuria) di Pantai Alang-

Alang Taman Nasional Karimunjawa. Journal of Maquares., 7(4):452-457.

Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. PT.

Djambatan. Jakarta.

Rustam, A., W.S. Pranowo, T.L. Kepel, N.S. Adi dan B. Hendrajana. 2013. Peran

Laut Jawa dan Teluk Banten sebagai Pelepas dan Penyerap CO2. J Segara.,

9(1): 75–84.

Salisburry, F. B. 1998. Photosynthesis 6 Th Edition. Cambridge University.

London.

Sasmitamihardja, D. dan A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Dalam: Proyek

Pendidikan Akademik Dirjen Dikti.Depdikbud, Bandung.

Short, F.T. dan R.G. Coles. 2001. Global Seagrass Reasearch Methods. Elsevier

B.U, 482 hal.

Soedharma D., D.G. Bengen, dan N.P. Zamani. 2007. Spesies-Spesies Lamun.

Sistem Informasi Ekologi Laut Tropis, Institut Pertanian Bogor.

Sitompul , S.M dan B. Guritno. 1992. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah

Mada University Press, Jakarta.

. 1995. Fisiologi Tanaman Tropis. Universitas Mataram. Lombok

Sulaeman, S. dan Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Tanah, Tanaman, Air

dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryanti, C. A dan C.N. Tishmawati. 2014. Hubungan Kerapatan Lamun

(Seagrass) dengan Kelimpahan Syngnathidae di Pulau Panggang Kepulauan

Seribu. Diponegoro Journal of Maquares., 3(4): 147-153.

Suryati, E., H. Triana., U. Widyastuti dan A. Tenriulo. 2016. Regenerasi Dan

Perbanyakan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii hasil Transformasi Gen

Superoksida Dismutase (Masod). Jurnal Riset Akuakultur., 11(4): 321-330.

Susana, T. 1988. Karbon Dioksida. Oseana LIPI. 8(1):1-11.

Page 73: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

60

Supriadi. 2012. Stok dan Neraca Karbon Komunitas Lamun di Pulau

Barranglompo Makassar (disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon

dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme,

Bogor.

Terrados J. 1997. Is Light Involved In The Vertical Growth Response of

Seagrasses When Buried by Sand. Mar.Ecol.Prog.Ser. 152: 295-299

., C.M. Duarte, M.D. Fortes, J. Borum, N.S.R. Agawin, S. Bach, U.

Thampanya, L. Kamp-Nielsen, W.J. Kenworthy, O. Geertz-Hansen dan J.

Vermaat. 1998. Changes in Community Structure and Biomass of Seagrass

Communities along Gradients of Siltation in SE Asia. Elsevier, 46 (5): 757-

768

Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of

Indonesian Seas. 2nd ed. The Ecology of Indonesia Series.

Van Katwijk, M. M., M. E. W. van der Welle, E. C. H. E. T. Lucassen, J. A.

Vonk, M. J. A. Christianen, W. Kiswara, I. I. al Hakim, A. Arifin, T. J.

Bouma, J. G. M. Roelofs et al. 2011. Early Warning Indicators for River

Nutrient and Sediment Loads in Tropical Seagrass Beds: A Benchmark

from a Near-Pristine Archipelago in Indonesia. Marine Pollution Bulletin,

62:1512-1520.

Vialli, R. 2013. Kepadatan dan Biomassa Lamun Thalassia hemprichii pada

Berbagai Rasio C:N:P Sedimen di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu.

Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Wardah., B. Toknok., dan Zulkaidhah. 2009. Persediaan Karbon Tegakan

Agoforestri di Zona Penyangga Hutan Konservasi Taman Nasional Lore

Lindu, Sulawesi Tengah. [Penelitian Strategi Nasional]. Universitas

Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.

Waycott, M., K. McMahon, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine. 2004. A

Guide to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook

University, Townsville-Queensland Australia

Zieman, J.C., and Wetzel, R.G., 1993. Productivity in seagrasses: methods and

rates. In: Phillips, R.C., McRoy, C.P. (Eds.), Handbook of Seagrass

Biology: An Ecosystem Perspective. Gardland STPM Press, New York, pp.

87–116.

Page 74: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

61

LAMPIRAN

Page 75: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

62

Lampiran 1. Kerapatan Padang Lamun Ind/m2 di Stasiun 1 dan Stasiun2

Stasiun 1

Transek Jumlah Tegakan

SubStasiun Meter Ea Cs Th Cr Hu Ho

1

0 16 27 7 0 0 0

10 12 29 5 4 2 0

20 6 21 4 5 3 0

30 7 19 13 8 2 0

40 7 27 11 0 3 0

50 7 36 3 5 2 0

50 3 30 12 2 0 0

70 3 29 6 0 0 0

80 3 15 9 0 0 0

90 2 15 2 0 0 0

100 2 9 4 0 0 0

Jumlah 68 257 76 24 2 0

2

0 11 26 4 0 0 0

10 5 26 7 5 0 0

20 7 8 11 8 2 0

30 12 12 0 0 3 0

40 3 28 25 9 4 0

50 7 28 8 8 3 0

60 7 6 10 0 2 0

70 2 25 4 5 0 0

80 1 14 7 2 0 0

90 4 17 3 1 0 0

100 1 15 3 0 0 0

Jumlah 60 205 82 38 14 0

3

0 7 8 11 8 2 0

10 12 12 0 0 3 0

20 3 28 25 9 4 0

30 7 28 8 8 3 0

40 7 6 10 0 2 0

50 2 25 4 5 0 0

60 1 14 7 2 0 0

70 4 17 3 1 0 0

80 1 15 3 0 0 0

90 15 28 12 3 0 0

100 4 10 3 9 0 0

Jumlah 63 191 86 45 14 0

Jumlah Total 191 653 244 107 40 0

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Page 76: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

63

Lampiran 1. Lanjutan

Stasiun 2

Transek Jumlah Tegakan

SubStasiun Meter Ea Cs Th Cr Hu Ho

1

0 6 33 16 8 0 0

10 4 15 12 23 9 0

20 2 19 8 0 9 0

30 7 19 12 11 7 7

40 2 15 3 16 1 20

50 2 12 8 6 9 0

50 8 7 4 16 3 0

70 1 4 0 5 0 0

80 0 5 0 0 0 0

90 1 0 0 0 0 0

100 1 4 0 0 0 0

Jumlah 34 133 63 85 38 27

2

0 3 14 6 17 0 0

10 7 22 11 14 0 0

20 1 10 8 20 12 0

30 3 19 10 16 9 10

40 5 25 19 12 6 0

50 6 16 5 31 13 0

60 6 23 4 0 4 0

70 4 8 8 5 0 8

80 3 0 0 3 2 0

90 2 6 3 0 0 0

100 1 5 2 0 0 0

Jumlah 41 148 76 118 46 18

3

0 3 5 3 6 0 0

5 5 15 0 29 3 0

10 5 21 11 18 4 0

15 10 17 10 5 0 8

20 0 21 5 6 0 0

25 3 15 4 8 8 10

30 5 12 3 8 0 0

35 2 5 2 0 0 0

40 1 6 0 0 0 0

45 0 1 0 0 0 0

50 1 4 0 0 0 0

Jumlah 35 122 38 80 15 18

Jumlah Total 110 403 177 283 99 63

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Page 77: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

64

Lampiran 2. Persentase Tutupan Lamun (%) di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Keterangan :Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii; Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule

uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Page 78: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

65

Lampiran 2. Lanjutan

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii; Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho :

Halophila ovalis.

Page 79: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

66

Lampiran 3. Indeks ekologi Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2

STASIUN 1

No. Lamun

Kerapatan

Jenis

Kerapatan

Relatif (ni/N) Keanekaragaman Dominansi

Di=ni/A Rdi=(Ni/∑n)*100 ni/N/log(ni/N) (ni/N)^2

1 Ea 191 15.466 0.155 0.416 0.024

2 Cs 653 52.874 0.529 0.486 0.280

3 Th 244 19.757 0.198 0.462 0.039

4 Cr 107 8.664 0.087 0.306 0.008

5 Hu 40 3.239 0.032 0.160 0.001

2 1235 100.000 1.000 1.831 0.351

Keanekaragaman: 1.831

Keseragaman: 0.915

Dominansi 0.351

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Lampiran 3. Lanjutan

STASIUN 2

No. Lamun

Kerapatan

Jenis

Kerapatan

Relatif (ni/N) Keanekaragaman

Dominansi

Di=ni/A Rdi=(Ni/∑n)*100 ni/N/log(ni/N) (ni/N)^2

1 Ea 110 10.732 0.107 0.346 0.012

2 Cs 403 39.317 0.393 0.530 0.155

3 Th 177 17.268 0.173 0.438 0.030

4 Cr 283 27.610 0.276 0.513 0.076

5 Hu 99 9.659 0.097 0.326 0.009

6 Ho 63 6.146 0.061 0.247 0.004

2 1025 100.000 1.000 2.053 0.274

Keanekaragaman: 2.053

Keseragaman: 0.884

Dominansi 0.274

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Page 80: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

67

Lampiran 4. Biomassa Lamun (gbk/m2)di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Stasiun 1

Sub stasiun

Titik (m)

Spesies Tegakan Bagian

Pengukuran

Berat Foil

(gr)

Berat Basah + foil

(gr)

Berat Kering + foil

(gr)

Berat Kering

(g)

Biomassa (gbk/m2)

1

0

Cs 5

akar 0.36 0.6 0.55 0.19 1.03

rhizom 0.35 1.29 1.01 0.66 3.56

daun 0.34 2.36 1.24 0.9 4.86

Ea 1

akar 0.37 1.77 1.07 0.7 26.60

rhizom 0.46 11.66 6.55 6.09 231.42

daun 0.37 5.52 2.2 1.83 69.54

50

Cs 6

akar 0.22 0.76 0.6 0.38 1.67

rhizom 0.22 1.76 1.27 1.05 4.62

daun 0.41 2.67 1.52 1.11 4.88

Ea 1

akar 0.33 1.11 0.75 0.42 10.08

rhizom 0.4 8.86 5.31 4.91 117.84

daun 0.37 11.3 5.02 4.65 111.60

100

Cs 4

akar 0.19 0.57 0.47 0.28 2.30

rhizom 0.48 1.48 1.2 0.72 5.90

daun 0.36 2.39 1.36 1 8.20

Ea 1

akar 0.51 2.69 1.56 1.05 29.40

rhizom 0.35 10.51 6.19 5.84 163.52

daun 0.37 6.84 2.85 2.48 69.44

2

0

Cs 5

akar 0.21 0.59 0.47 0.26 1.40

rhizom 0.21 1.47 1.15 0.94 5.08

daun 0.31 1.96 1.13 0.82 4.43

Ea 1

akar 0.34 3.51 1.82 1.48 56.24

rhizom 0.34 13.68 7.21 6.87 261.06

daun 0.35 12.14 4.91 4.56 173.28

50

Cs 6

akar 0.21 0.51 0.45 0.24 1.06

rhizom 0.19 1.56 1.17 0.98 4.31

daun 0.3 2.36 1.24 0.94 4.14

Ea 1

akar 0.19 3.47 1.86 1.67 40.08

rhizom 0.23 9.36 5.78 5.55 133.20

daun 0.35 10.95 5.66 5.31 127.44

100

Cs 5

akar 0.23 0.51 0.46 0.23 1.89

rhizom 0.26 1.73 1.28 1.02 8.36

daun 0.25 2.14 1.1 0.85 6.97

Ea 1

akar 0.26 1.55 0.95 0.69 19.32

rhizom 0.29 5.47 3.34 3.05 85.40

daun 0.33 8.58 4.46 4.13 115.64

3 0 Cs 5

akar 0.2 0.55 0.44 0.24 1.30

rhizom 0.26 1.41 1.07 0.81 4.37

daun 0.23 2.49 1.41 1.18 6.37

Ea 1 akar 0.36 4.08 2 1.64 62.32

Page 81: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

68

rhizom 0.39 20.47 12.78 12.39 470.82

daun 0.42 17.12 8.87 8.45 321.10

50

Cs 6

akar 0.19 0.47 0.39 0.2 0.88

rhizom 0.26 1.14 0.89 0.63 2.77

daun 0.38 1.58 1.03 0.65 2.86

Ea 1

akar 0.32 2.75 1.2 0.88 21.12

rhizom 0.36 24.94 17.18 16.82 403.68

daun 0.34 6.18 3.76 3.42 82.08

100

Cs 3

akar 0.29 0.52 0.48 0.19 1.56

rhizom 0.26 1.56 1.2 0.94 7.71

daun 0.37 2.39 1.36 0.99 8.12

Ea 1

akar 0.25 2.07 1.09 0.84 23.52

rhizom 0.37 11.58 7.25 6.88 192.64

daun 0.39 15.65 8.29 7.9 221.20

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Lampiran 4. Lanjutan

Stasiun 2

Sub stasiun

Titik (m)

Spesies Tegakan Bagian

Pengukuran

Berat

Foil (gr)

Berat Basah + foil (gr)

Berat Kering + foil (gr)

Berat

Kering (g)

Biomassa (gbk/m2)

1

0

Cs 4

akar 0.24 0.64 0.51 0.27 1.46

rhizom 0.23 1.07 0.8 0.57 3.08

daun 0.3 1.57 0.97 0.67 3.62

Ea 1

akar 0.25 1.37 0.83 0.58 22.04

rhizom 0.27 9.66 7.72 7.45 283.10

daun 0.3 5.98 3.79 3.49 132.62

50

Cs 7

akar 0.23 0.58 0.48 0.25 1.10

rhizom 0.25 1.16 0.67 0.42 1.85

daun 0.27 1.29 0.9 0.63 2.77

Ea 1

akar 0.23 3.79 1.85 1.62 38.88

rhizom 0.33 12.41 10.04 9.71 233.04

daun 0.31 12.05 8.45 8.14 195.36

100

Cs 3

akar 0.28 0.65 0.53 0.25 2.05

rhizom 0.25 1.06 0.57 0.32 2.62

daun 0.29 2.36 1.5 1.21 9.92

Ea 1

akar 0.28 3.66 1.9 1.62 45.36

rhizom 0.31 7.37 5.7 5.39 150.92

daun 0.38 6.44 3.67 3.29 92.12

2 0

Cs 5

akar 0.27 0.48 0.41 0.14 0.76

rhizom 0.25 1 0.79 0.54 2.92

daun 0.26 1.54 0.9 0.64 3.46

Ea 1

akar 0.26 1.77 1.03 0.77 29.26

rhizom 0.25 4.96 2.13 1.88 71.44

daun 0.36 5.58 2.55 2.19 83.22

Page 82: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

69

50

Cs 6

akar 0.25 0.51 0.43 0.18 0.79

rhizom 0.24 1.16 0.83 0.59 2.60

daun 0.27 1.75 1 0.73 3.21

Ea 1

akar 0.28 2.41 0.96 0.68 16.32

rhizom 0.3 14.95 6.29 5.99 143.76

daun 0.36 7.33 2.38 2.02 48.48

100

Cs 5

akar 0.28 0.69 0.57 0.29 2.38

rhizom 0.26 1.79 1.25 0.99 8.12

daun 0.31 2.17 1.29 0.98 8.04

Ea 1

akar 0.48 6.03 1.85 1.37 38.36

rhizom 0.3 11.23 4.38 4.08 114.24

daun 0.31 13.82 5.1 4.79 134.12

3

0

Cs 4

akar 0.24 0.71 0.58 0.34 1.84

rhizom 0.31 1.37 1.03 0.72 3.89

daun 0.33 2.43 1.43 1.1 5.94

Ea 1

akar 0.37 5.71 2.62 2.25 85.50

rhizom 0.26 11.59 7.78 7.52 285.76

daun 0.31 5.58 2.59 2.28 86.64

50

Cs 6

akar 0.32 0.79 0.67 0.35 1.54

rhizom 0.27 1.58 1.11 0.84 3.70

daun 0.25 2.28 1.35 1.1 4.84

Ea 1

akar 0.42 6.78 2.89 2.47 59.28

rhizom 0.4 9 6.15 5.75 138.00

daun 0.42 6.72 3.31 2.89 69.36

100

Cs 3

akar 0.26 0.74 0.61 0.35 2.87

rhizom 0.29 1.53 1.17 0.88 7.22

daun 0.36 2.76 1.64 1.28 10.50

Ea 1

akar 0.31 3.03 1.77 1.46 40.88

rhizom 0.32 4.85 3.08 2.76 77.28

daun 0.41 5.27 2.48 2.07 57.96

Keterangan :

Ea : Enhallus acoroides; Cs : Cymodocea serrullata; Th : Thallasia hemprichii;

Cr : Cymodocea rotundata; Hu ; Halodule uninervis; Ho : Halophila ovalis.

Page 83: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

70

Lampiran 5. Biomassa LamunCymodocea serrullata (gbk/m2)di Stasiun 1 dan 2

Stasiun Titik

Biomassa Per-organ Total Biomassa

Akar Rhizome Daun Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

Stasiun 1

Substasiun 1

0 1.03 3.56 4.86 4.59 4.86 9.45

50 1.67 4.62 4.88 6.29 4.88 11.18

100 2.30 5.90 8.20 8.20 8.20 16.40

Stasiun 1

Substasiun 2

0 1.40 5.08 4.43 6.48 4.43 10.91

50 1.06 4.31 4.14 5.37 4.14 9.50

100 1.89 8.36 6.97 10.25 6.97 17.22

Stasiun 1

Substasiun 3

0 1.30 4.37 6.37 5.67 6.37 12.04

50 0.88 2.77 2.86 3.65 2.86 6.51

100 1.56 7.71 8.12 9.27 8.12 17.38

Stasiun 2

Substasiun 1

0 1.46 3.08 3.62 4.54 3.62 8.15

50 1.10 1.85 2.77 2.95 2.77 5.72

100 2.05 2.62 9.92 4.67 9.92 14.60

Stasiun 2

Substasiun 2

0 0.76 2.92 3.46 3.67 3.46 7.13

50 0.79 2.60 3.21 3.39 3.21 6.60

100 2.378 8.118 8.04 10.50 8.04 18.53

Stasiun 2

Substasiun 3

0 1.836 3.888 5.94 8.12 5.94 14.06

50 1.54 3.696 4.84 5.24 4.84 10.08

100 2.87 7.216 10.496 10.09 10.50 20.58

Total 6.27 5.73 12.00

Page 84: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

71

Lampiran 6. Biomassa Lamun Enhallus acoroides(gbk/m2)di Stasiun 1 dan 2

Stasiun Titik

Biomassa Per-organ Total Biomassa

Akar Rhizome Daun Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

Stasiun 1

Substasiun 1

0 26.60 231.42 69.54 258.02 69.54 327.56

50 10.08 117.84 111.60 127.92 111.60 239.52

100 29.40 163.52 69.44 192.92 69.44 262.36

Stasiun 1

Substasiun 2

0 56.24 261.06 173.28 317.30 173.28 490.58

50 40.08 133.20 127.44 173.28 127.44 300.72

100 19.32 85.40 115.64 104.72 115.64 220.36

Stasiun 1

Substasiun 3

0 62.32 635.74 321.10 698.06 321.10 1019.16

50 21.12 403.68 82.08 424.80 82.08 506.88

100 23.52 192.64 221.20 216.16 221.20 437.36

Stasiun 2

Substasiun 1

0 22.04 283.10 132.62 305.14 132.62 437.76

50 38.88 233.04 195.36 271.92 195.36 467.28

100 45.36 150.92 92.12 196.28 92.12 288.40

Stasiun 2

Substasiun 2

0 29.26 71.44 83.22 100.70 83.22 183.92

50 16.32 143.76 48.48 160.08 48.48 208.56

100 38.36 114.24 134.12 152.60 134.12 286.72

Stasiun 2

Substasiun 3

0 85.50 285.76 86.64 371.26 86.64 457.90

50 59.28 138.00 69.36 197.28 69.36 266.64

100 40.88 77.28 57.96 118.16 57.96 176.12

Total 243.70 121.73 365.43

Page 85: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

72

Lampiran 7. Karbon Lamun Cymodocea serrullata (gC/m2)di Stasiun 1 dan 2

Stasiun Sub

stasiun

Stok karbon (gC/m) Total Stok Karbon (gC/m)

Akar Rhizome Daun Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1

1 0.59 1.54 1.54 2.13 1.54 3.67

2 0.35 1.45 1.39 1.79 1.39 3.19

3 0.29 0.92 0.96 1.21 0.96 2.17

2

1 0.35 0.65 0.90 1.01 0.90 1.91

2 0.25 0.92 1.05 1.17 1.05 2.22

3 0.51 1.26 1.58 1.77 1.58 3.35

Total 1.51 1.24 2.75

Lampiran 8. Karbon Lamun Enhallus acoroides (gC/m2) di Stasiun 1 dan 2

Stasiun Sub

stasiun

Stok karbon (gC/m) Total Stok Karbon (gC/m)

Akar Rhizome Daun Bawah

Substrat

Atas

Substrat Total

1

1 3.16 41.74 37.13 44.90 37.13 82.03

2 11.11 51.39 42.93 62.50 42.93 105.44

3 6.25 133.43 30.66 139.68 30.66 170.34

2

1 12.21 83.10 64.36 95.31 64.36 159.67

2 5.05 53.87 15.31 58.92 15.31 74.23

3 18.66 50.51 22.14 18.66 22.14 40.80

Total 70.00 35.42 105.42

Page 86: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

73

Lampiran 9. Hasil Analisa Kadar Abu Sampel Lamun di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Page 87: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

74

Lampiran 9. Lanjutan

Page 88: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

75

Lampiran 10. Hasil Analisa Ukuran Butir Sedimen di Stasiun 1 dan Stasiun 2

Page 89: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

76

Lampiran 11. Dokumentasi lapangan

(A).Pengamatan Lamun dalam Transek pada

kuadran stasiun 2

(B). Pengamatan Lamun Secara Visual pada

Stasiun 2

(C). Pengamatan Kecerahan Perairan (D). Pengamatan pH Perairan

(E). Lamun Cymodocea serrulata (F). Lamun Enhalus acoroides

Page 90: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

77

Lampiran 12. Dokumentasi Laboratorium

(A). Pengeringan Sampel dengan Oven (B). Penimbangan Berat Kering Sampel

(C). Penimbangan sampel Kadar Abu

Sampel

(D). Proses Pengabuan Sampel

(E). Proses Pengabuan Sampel

Page 91: BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA LAMUN …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ160419… · pada Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pantai

RIWAYAT HIDUP

Viny Ratnasari, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Juni 1997,

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Haris

Gunawan dan Ibu Ati Hendrawati. Penulis menempuh pendidikan awal di

TK Pelita Pertiwi, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Mardi

Yuana. Selanjutnya penulis lulus dari SMP Negeri 1 Cicurug tahun 2012.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cicurug pada tahun 2015 dan sekaligus diterima sebagai

mahasiswa di Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Diponegoro, Semarang melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu SM UNDIP

sebagai Staff ahli periode 2016, BEM FPIK sebagai Staff muda periode 2017 dan Kepala

bidang hubungan masyarakat periode 2018. Penulis juga aktif dalam organisasi SeaCrest

sebagai Anggota Bidang PR periode 2017 dan Wakil Ketua 3 periode 2018. Penulis telah

menyelesaikan Praktek Kerja Lapangandi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu SPTN

Wilayah I dan telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Ketanen Kecamatan Trangkil

Kabupaten Pati. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Laut, Budidaya

laut dan Konservasi. Sebagai tugas akhir, penulis melaksanakan penelitian dan menyusun

sebuah skripsi dengan judul “Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Lamun Enhalus

Acoroides dan Cymodocea Serrulata di Pantai Gelaman dan Pantai Alang–Alang di Taman

Nasional Karimunjawa Jepara”.