Molusca Di Padang Lamun

18
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(1): 71-89 ISSN 0125-9830 STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA DI PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU TALISE, SULAWESI UTARA oleh: UCU YANU ARBI UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung – LIPI Received 29 September 2010, Accepted 9 Februari 2011 ABSTRAK Moluska merupakan salah satu penghuni tetap di padang lamun. Informasi mengenai keanekaragaman jenis moluska di perairan Pulau Talise sampai saat ini masih sangat sedikit. Penelitian fauna moluska di padang lamun perairan pada seluruh bagian Pulau Talise, Minahasa Utara telah dilakukan dilakukan bulan Juli, Agustus dan Oktober 2009. Padang lamun perairan Pulau Talise masih dalam kondisi yang cukup bagus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise. Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat mulai dari tepi pantai menuju ke arah laut pada sepuluh stasiun. Dalam penelitian ini diperoleh 182 jenis moluska yang terdiri dari 146 jenis dari kelas Gastropoda dan 36 jenis dari kelas Pelecypoda. Pyrene scripta (Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae) dan Strombus urceus (Strombidae) dari kelas Gastropoda serta Anadara antiquata (Arcidae) dari kelas Pelecypoda merupakan moluska yang penyebarannya relatif luas. Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di Stasiun 2 (H = 3,75) dan terendah pada Stasiun 7 (H = 2,78). Nilai indeks kemerataan jenis (J) berkisar antara 0,72 – 0,95 dan nilai indeks kekayaan jenis (D) berkisar antara 7,48 – 12,3. Stasiun 2 terletak pada bagian utara sedangkan Stasiun 7 terletak pada bagian selatan pulau. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga indeks struktur komunitas tersebut menunjukkan bahwa komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise berada dalam kondisi yang cukup bagus. Kata Kunci: struktur komunitas, moluska, padang lamun, perairan Pulau Talise . ABSTRACT COMMUNITY STRUCTURE OF MOLLUSCS IN SEAGRASS BED OF TALISE ISLAND WATERS, NORTH SULAWESI. Marine mollusc is one of common benthic community dwelling in the seagrass bed. Information on mollusc

Transcript of Molusca Di Padang Lamun

Page 1: Molusca Di Padang Lamun

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(1): 71-89 ISSN 0125-9830

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA DI PADANG LAMUNPERAIRAN PULAU TALISE, SULAWESI UTARA

oleh:

UCU YANU ARBIUPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung – LIPI

Received 29 September 2010, Accepted 9 Februari 2011

ABSTRAK

Moluska merupakan salah satu penghuni tetap di padang lamun. Informasi mengenai keanekaragaman jenis moluska di perairan Pulau Talise sampai saat ini masih sangat sedikit. Penelitian fauna moluska di padang lamun perairan pada seluruh bagian Pulau Talise, Minahasa Utara telah dilakukan dilakukan bulan Juli, Agustus dan Oktober 2009. Padang lamun perairan Pulau Talise masih dalam kondisi yang cukup bagus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise. Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat mulai dari tepi pantai menuju ke arah laut pada sepuluh stasiun. Dalam penelitian ini diperoleh 182 jenis moluska yang terdiri dari 146 jenis dari kelas Gastropoda dan 36 jenis dari kelas Pelecypoda. Pyrene scripta (Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae) dan Strombus urceus (Strombidae)dari kelas Gastropoda serta Anadara antiquata (Arcidae) dari kelas Pelecypoda merupakan moluska yang penyebarannya relatif luas. Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di Stasiun 2 (H = 3,75) dan terendah pada Stasiun 7 (H = 2,78). Nilai indeks kemerataan jenis (J) berkisar antara 0,72 – 0,95 dan nilai indeks kekayaan jenis (D) berkisar antara 7,48 – 12,3. Stasiun 2 terletak pada bagian utara sedangkan Stasiun 7 terletak pada bagian selatan pulau. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga indeks struktur komunitas tersebut menunjukkan bahwa komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise berada dalam kondisi yang cukup bagus.

Kata Kunci: struktur komunitas, moluska, padang lamun, perairan Pulau Talise .

ABSTRACT

COMMUNITY STRUCTURE OF MOLLUSCS IN SEAGRASS BED OF TALISE ISLAND WATERS, NORTH SULAWESI. Marine mollusc is one of common benthic community dwelling in the seagrass bed. Information on mollusc

Page 2: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

72

diversity in Talise Island waters is limited. Ecological studies on the molluscs in the seagrass bed around of Talise Island were conducted on July, August and October 2009. The aim of the study is to know the condition of molluscs in the mentioned area. Molluscs sampling was set at ten stations surrounding the island, applying quadrant transect line method. A total of 182 species of molluscs have been succesfully identified, which consists of 146 species of the class Gastropoda and 36species of the class Pelecypoda. Pyrene scripta, Cypraea annulus and Strombus urceus (Gastropoda) and Anadara antiquata (Pelecypoda) were the common and widely distributed species in the studied area. The highest diversity index was found at Station 2 (northern part of the island, H = 3.75), and the lowest was found at Station 7 (southern part of the island, H = 2.78). An evenness index (J) was 0.72 to 0.95 and richness index (D) was 7.48 to 12.3. The values of these three indexes exemplified good condition of mollusc community structure in the seagrass beds of Talise Island waters.

Keywords: community structure, molluscs, seagrass beds, Talise Island waters.

PENDAHULUAN

Perairan pesisir secara umum merupakan kesatuan ekosistem perairan yang luas dan kompleks (Sukmara & Crawford, 2002). Di dalam ekosistem perairanterdapat tiga ekosistem yang paling kompleks yaitu hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut mempunyai interaksi fisik, bahan organik terlarut, bahan organik partikel dan migrasi fauna yang memiliki arti penting bagi kesuburan perairan. Selain itu, ketiga jenis ekosistem juga mampu menopang kehidupan berbagai biota akuatik yang berasosiasi di dalamnya (Pramudji, 2004).Pemanfaatan sumber daya untuk memperoleh hasil optimum dalam kegiatan penelitian biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi mengacu pada konsep pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip biologi, ekologi dan habitat dari sumber daya biota yang mempunyai nilai ekonomis tinggi tersebut perlu dipelajari dan dimengerti.

Masyarakat nelayan Sulawesi Utara telah memanfaatkan potensi moluska sejak jaman dahulu sebagai bahan makanan (Kinnaird, 2002). Masyarakat mengeksploitasi moluska yang bernilai ekonomis dengan berbagai cara, dari yang paling konvensional hingga menggunakan perlengkapan modern untuk mengambil berbagai jenis moluska dari alam (Gabbi, 2000). Kegiatan tersebut masih berlangsung sampai sekarang dengan metode yang lebih baik walau belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein dari moluska. Beberapa jenis moluska bahkan tidak hanya dikonsumsi dagingnya saja, akan tetapi cangkangnya juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan koleksi. Bahkan, beberapa jenis moluska mampu menghasilkan mutiara yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Akibatnya masyarakat mengeksploitasi secara maksimal untuk memenuhi

Page 3: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

73

permintaan pasar, sehingga beberapa jenis terancam punah dan akhirnya mendapat status dilindungi oleh undang-undang (Arbi, 2009a).

Pulau Talise secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara (Sukmara & Crawford, 2002). Sebelah barat adalah Pulau Nain di Kepulauan Bunaken, sebelah selatan adalah Pulau Bangka, Pulau Tindila, Pulau Lehaga dan Kota Likupang di daratan Sulawesi, sebelah timur adalah Pulau Pulau Komang, Pulau Kinabuhutan dan Pulau Bangka, sedangkan sebelah utara adalah Pulau Biaro di Kabupaten Sitaro. Pulau Talise memiliki luas sekitar 200 ha dengan panjang sekitar 6 km (memanjang dari utara ke selatan) dan memiliki lebar sekitar 2 km (melebar dari timur ke barat), sedangkan Pulau Kinabuhutan memiliki luas sekitar 62 ha (Tangkilisan et al., 1999). Kepulauan Gangga-Bangka-Talise merupakan salah satu dari lima lokasi utama tujuan penyelaman, dimana 17% dari kunjungan penyelaman di seluruh Provinsi Sulawesi Utara terdapat di kepulauan ini (Vantier & Turak, 2004). Selain memiliki padang lamun yang cukup luas, pulau-pulau tersebut juga memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi komunitasmoluska di padang lamun perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Sasaran dari penelitian ini adalah tersedianya data keanekaragaman jenis moluska.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentangkeberadaan jenis-jenis moluska di ekosistem tersebut, terutama keberadaan yang memiliki nilai ekonomis penting.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di seluruh bagian dari perairan Pulau Talise, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (09o54’00”

LS dan 116o20’30” BT) pada bulan Juli, Agustus dan Oktober 2009. Penelitian dilakukan di sepuluh lokasi dengan jarak yang agak berjauhan, dengan asumsi bahwa kesepuluh lokasi tersebut mewakili setiap tipe habitat dan hampir mencakupseluruh bagian dari perairan Pulau Talise tersebut (Gambar 1). Kesepuluh lokasi tersebut adalah Pantai Buluh Desa Airbanua, Labuhan Gelap Desa Airbanua, Pintu Kota Desa Airbanua, Tanah Hutan Desa Airbanua, Batu Menangis Desa Tambun, bagian barat Desa Tambun, bagian timur Desa Tambun, lokasi Budidaya Mutiara Desa Talise, Tanah Kebun Desa Talise, dan depan Pulau Kinabuhutan Desa Talise dengan tipe habitat peruntukan lahan daratan di sekitar lokasi penelitian yang bervariasi.

Pengukuran komunitas moluska dilakukan dengan metoda transek kuadratdan koleksi bebas. Transek kuadrat digunakan untuk memperolah data kualitatif tentang struktur komunitas moluska di perairan tersebut (Loya, 1978; Green, 1979; Magurran, 1988; Krebbs, 1989; Gasperz, 1991; English et al., 1994; Brower et al.,1997; Heryanto et al., 2006). Tali transek ditarik tegak lurus garis pantai dari posisi surut terendah ke arah laut sepanjang 100 meter. Kerangka pralon ukuran 1m x 1m

Page 4: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

74

meter digunakan sebagai plot transek (sampling). Kerangka pralon sebagai plot pengamatan diletakkan pada setiap 10 meter sepanjang garis transek. Pada setiap lokasi dilakukan tiga kali transek sebagai pengulangan. Pengambilan contoh moluska difokuskan pada jenis-jenis moluska bentik yang hidup pada substrat sampai kedalaman sekitar 20 cm karena beberapa jenis moluska mampu menguburkan diri sampai kedalaman tersebut sehingga harus dilakukan pembongkaran substrat. Pengamatan dilakukan saat air menjelang surut pada siang hari. Koleksi bebas digunakan sebagai pelengkap data kuantitatif untuk memberikan gambaran sebaran lokal dan kekayaan jenis fauna moluska. Koleksi bebas dilakukan dengan cara menyusuri area padang lamun di luar transek, menyusuri area hutan mangrove serta melakukan penyelaman pada area terumbu karang dengan bantuan snorkel dan perlengkapan selam SCUBA. Metode-metode tersebut diterapkan agar dapat mewakili seluruh wilayah lokasi penelitian, sehingga perlu memperhatikan jumlah transek, penanganan spesimen sesuai standar dan perhitungan yang seteliti mungkin (Heryanto et al., 2006).

Beberapa indeks struktur komunitas dihitung dengan formula tertentu (Clifford & Stephenson, 1975; Clarcke & Warwick, 2001) dan dikonfirmasikan dengan software PRIMER version 5.1.2 dan BioDiversity Professional version 2 (Clarcke & Warwick, 2001), antara lain indeks keanekaragaman jenis atau indeks Shannon (H), indeks kemerataan jenis atau indeks Pielou (J) dan indeks kekayaan jenis atau indeks Margalef (d) dihitung menurut Odum (1971). Nilai kepadatan jenis dihitung dengan merujuk pada Misra (1985). Kemiripan kuantitatif komunitas moluska antar lokasi dihitung dengan menggunakan indeks kemiripan Sorensen (Brower & Zar, 1977).

H = ∑pi (ln pi)J = H/ln(S)d = (S-1)/(log(N)

dimana:S : Total spesiesN : Total individuH : Indeks keanekaragaman jenis (Shannon) dalam log eJ : Indeks kemerataan jenis (Pielou)d : Indeks kekayaan jenis (Margalef)

Page 5: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

75

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di padang lamun perairan Pulau Talise.Figure 1. Map of observation on seagrass beds of Talise Island waters.

Setiap fauna moluska yang terdapat dalam kerangka frame tersebut dicatat jumlah jenis dan jumlah individunya dan dikumpulkan dalam plastik sampel. Identifikasi fauna moluska merujuk pada Abbott (2002), Abbott & Dance (1990), Dance (1992), Dharma (1988; 1992; 2005), Lamprell & Whitehead (1992), Matsuura et al. (2000), Poppe & Groh (1999), Roberts et al. (1982), Severns et al. (2004), Starosta & Senders (2007), Tan & Chou (2000), Wells & Bryce (1988), Wilson (1993; 1994) serta Wilson & Gillet (1988). Jenis-jenis moluska yang belum teridentifikasi di lapangan diawetkan untuk diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium. Contoh moluska yang akan diawetkan sebelumnya dimatikan dengan cara direndam menggunakan air tawar selama 10 menit kemudian difiksasi dalam jangka waktu sekitar 2 hari dengan larutan formalin 10% yang dicampur dengan pewarna Rose Bengal. Untuk penyimpanan dalam waktu lebih dari 2 hari, spesimen diawetkan dalam larutan alkohol 70% (Pohle & Thomas, 2001).

Untuk mendukung data lapangan, juga dilakukan pengukuran beberapa parameter fisika dan kimia oseanografi. Pengukuran parameter fisika oseanografi antara lain derajat keasaman/kebasaan (pH), kandungan garam (salinitas), suhu atau temperatur perairan, kecerahan atau turbiditas perairan serta kecepatan arus permukaan perairan. Semua pengukuran parameter oseanografi fisika dilakukan secara in situ (langsung di lapangan). Kadar oksigen terlarut (DO) ditentukan dengan metoda elektrokimia menggunakan DO meter tipe AZ 8682 (dalam mg/L). Derajad keasaman/kebasaan (pH) perairan diukur menggunakan pH meter tipe AZ 8403. Suhu perairan diukur menggunakan thermometer tipe GMK-910T 4-wire Pt100 Platinum RTD seri FB 1878 (dalam oC). Salinitas diamati dengan menggunakan refraktometer tipe ATAGO S/Mill-E (dalam ‰). Kecerahan air laut diukur dengan cakram sechi disk hasil modifikasi (dalam meter).

Pengukuran parameter kimia oseanografi dititikberatkan pada parameter fosfat (PO4

3-) dan nitrat (NO32-) saja. Pengukuran parameter kimia oseanografi

dilakukan secara ex-situ, yaitu dilakukan di laboratorium dengan metode

Page 6: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

76

spektrofotometri menggunakan Spektrofotometer merk Nicolet Evolution 100 (dalam mg/liter). Selain itu, juga dilakukan pengukuran atau pencatatan kondisi lingkungan didasarkan pada fakta yang ada di lapangan pada saat itu, misalnya menyangkut cuaca, tipe habitat, jenis substrat, arus, waktu pengambilan data, prosentase tutupan lamun serta peruntukan lahan. Penentuan posisi masing-masing stasiun menggunakan GPS (Geographical Positioning System) merk Garmin tipe GPSmap 60CSx.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik habitat Kondisi habitat pesisir Pulau Talise termasuk lengkap jika dilihat dari keberadaan ekosistem lamun, terumbu karang dan hutan mangrove. Terlihat adanya perbedaan dan karakteristik pada masing-masing bagian dari Pulau Talise. Pada sisi timur pulau, secara umum memiliki pertumbuhan lamun dan terumbu karang yanglebih baik dari pada bagian barat. Pada bagian utara memiliki hutan mangrove yang lebih baik dibanding dengan bagian selatan pulau. Kondisi bagian timur dan utara memiliki karakter berombak sedangkan pada bagian barat dan selatan memiliki arus yang cukup kuat pada saat pergantian waktu pasang dan waktu surut. Secara lengkap, gambaran karakteristik habitat di Pulau Talise disajikan pada Tabel 1.

Kondisi fisika dan kimia oseanografi Berdasarkan pengukuran parameter fisika oseanografi dan kimia oseanografi perairan di seluruh bagian Pulau Talise diketahui bahwa nilainya hampir konstan pada tiga kali pengukuran pada waktu yang berbeda. Pengukuran parameter fisika oseanografi dititikberatkan pada parameter suhu, pH, salinitas, DO dan kecerahan perairan. Pengukuran parameter kimia oseanografi dititikberatkan pada parameter fosfat dan nitrat. Secara rinci, hasil pengukuran fisika dan kimia oseanografi disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika dan kimia oseanografi, angka-angka yang didapat pada masing-masing parameter merupakan angka-angka yang berada pada batas normal. Artinya bahwa kondisi tersebut merupakan kondisi yang masih baik yang dapat mendukung kehidupan biota laut secara optimal. Kondisi yang masih baik dapat terjaga apabila ekosistem tersebut belum mendapatkan pengaruh yang signifikan dari campur tangan manusia. Pulau Talise dapat dikatakan bebas dari kegiatan industri yang menghasilkan bahan pencemar. Kalaupun ada kegiatan industri yang berlangsung hanya berupa industri budidaya kerang mutiara yang tidak menghasilkan bahan polutan. Kegiatan pertanian dan perkebunan di seluruh bagian Pulau Talise juga tidak memanfaatkan bahan kimia seperti pestisida, karena umumnya berupa perkebunan kelapa dan tanaman-tanaman yang bersifat tahunan (Tangkilisan et al., 1999).

Page 7: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

77

Tabel 1. Kondisi habitat pada masing-masing stasiun di perairan Pulau Talise.Table 1. Habitat conditions at each station of Talise Island waters.

Sta Location Position SubstratSeagrass

VegetationSeagrass Covered Depth

Mangrove Vegetation

Coral Condition

Lahan pantai

1 Wowoniang, Desa Aerbanua

1o52’28,98” N 125o06’11,69” E

Sand-mud, Coral fragment

TH, EA, HP, HO, SI

70-90% 30-60 cm Rhizopora spBruguiera sp

Sufficient Coconut plantation

2 Labuhan Gelap, Desa Aerbanua

1o51’54,28” N 125o04’48,93” E

Sand-mud, Coral fragment

TH, EA, SI 70-90 % 40-70 cm Rhizopora spBruguiera sp

Bad Coconut plantation

3 Pintu Kota, Dea Aerbanua

1o51’31,49” N 125o04’05,63” E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, SI 50-80% 10-30 cm Rhizopora spBruguiera sp

Good Coconut plantation

4 Forest , Desa Aerbanua

1o50’07,75” N 125o03’18,25” E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, HP, HO, SI

40-80 % 30-50 cm Moderate Coconut plantation

5 Batu Menangis, Desa Aerbanua

1o49’05,17” N 125o02’56,25” E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, HP, HO, SI

40-80 % 30-50 cm Bad Coconut plantation

6 West Desa Tambun

1o48’07,67” N 125o02’44,35” E

Sand-mud sand TH, HO, SI 40-60 % 20-50 cm Rhizopora sp Bruguiera sp

Not Sufficient

Village, Coconut trees

7 East Desa Tambun

1o48’44,87” N 125o03’52,09” E

Mud-sand mud TH, EA, HO, SI

60-70 % 30-70 cm Rhizopora sp Bruguiera sp

Bad Coconut plantation

8 Oyster Culture, Desa Talise

1o49’25,45” N 125o04’17,50” E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, HP, HO

60-70 % 10-30 cm Avicennia sp Rhizophora sp Bruguiera sp

Moderate Oyster culture

9 Garden , Desa Talise

1o50’60,77” N 125o05’10,85” E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, SI 40-60 % 40-70 cm Avicennia sp Rhizophora sp Bruguiera sp

Bad Coconut plantation

10 Kinabuhutanisland, Desa Talise

1505756 N dan 125052350 E

Mud-sand, Coral fragment

TH, EA, HP, HO, SI

60-70 % 20-60 cm Rhizopora sp Bruguiera sp

Bad Coconut plantation

* ket: TH (Thalassia hemprichii), EA (Enhalus accoroides), HP (Halodule pinifolia), HO (Halophila ovalis), SI (Syringodium isoetifolium).

Tabel 2. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia organik di perairan Pulau Talise.

Table 2. Measurement of physical and chemical parameters of Talise Island waters.

PARAMETER

PHYSIC CHEMIST

Temperature (oC) 29,2 - 30,1 Phosphate / PO43- (mg/L) 0,015 - 0,056

pH 7,69 - 8-18 Nitrate / NO32- (mg/L) < 0,05

Salinity (‰) 32 - 34

DO (mg/L) 17 - 24

Clearness(m) 5,26 - 6,18

Kondisi komunitas moluskaHasil penelitian pada sepuluh stasiun mendapatkan 1578 individu moluska.

Total moluska yang diperoleh terdiri dari 182 jenis yang terbagi dalam dua kelasyaitu 146 jenis dari kelas Gastropoda dan 36 jenis dari kelas Pelecypoda. Jumlah individu serta jenis dan persebaran moluska disajikan dalam Tabel 3. Gastropoda didominasi famili Conidae (22 jenis) kemudian diikuti oleh famili Cypraeidae (16jenis) serta famili Buccinidae dan Cerithiidae (masing-masing 12 jenis). Dari 146 jenis dari kelas gastropoda, jumlah individu didominasi oleh Pyrene scripta

Page 8: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

78

(Columbellidae) sebesar 26,74% kemudian diikuti oleh Cypraea annulus (Cypraeidae) sebesar 14,58%, Trochus histrio (Trochidae) sebesar 4,34% dan Strombus urceus (Strombidae) sebesar 3,73%. Kelas pelecypoda didominasi famili Cardiidae (8 jenis) kemudian diikuti oleh famili Tellinidae dan Veneridae (masing-masing 5 jenis). Dari 36 jenis dalam kelas pelecypoda, jumlah individu didominasi oleh Anodontia edentula (Lucinidae) sebesar 17,61% kemudian diikuti oleh Septifer bilocularis (Mytilidae) sebesar 11,5% dan Anadara antiquate (Arcidae) sebesar10,33%. Hasil tersebut digambarkan dalam grafik histogram seperti yang terjadi pada Gambar 2. Jenis gastropoda yang selalu hadir pada masing-masing stasiun adalah Pyrene scripta (Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae) dan Strombus urceus (Strombidae) sedangkan jenis pelecypoda yang selalu hadir pada masing-masing stasiun adalah Anadara antiquata (Arcidae). Jumlah jenis gastropoda yang ditemukan pada masing-masing stasiun yang paling banyak adalah 49 jenis (Stasiun 1) dan yang paling sedikit adalah 21 jenis (Stasiun 4). Jumlah jenis pelecypoda yang ditemukan pada masing-masing stasiun yang paling banyak adalah 16 jenis (Stasiun 6) dan yang paling sedikit adalah 10 jenis (Stasiun 9 dan Stasiun 10). Secara keseluruhan jumlah jenis moluska yang paling banyak ditemukan pada Stasiun 1 (64jenis) dan yang paling sedikit pada Stasiun 4 dan Stasiun 9 (35 jenis). Stasiun 1 memiliki kondisi habitat lamun yang relatif paling baik jika dibandingkan dengan stasiun lainnya serta keberadaan hutan mangrove dan terumbu karang yang terjagakarena terletak paling jauh dengan pemukiman. Hasil tersebut digambarkan dalam grafik histogram seperti yang terjadi pada Gambar 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis dan individu gastropoda jauh lebih banyak dibanding pelecypoda. Jika dikaitkan dengan substrat yang ada maka jenis-jenis moluska yang menghuni suatu perairan memiliki korelasi positif dengan jenis substratnya. Sesuai dengan sifatnya, pelecypoda lebih menyukai habitat dengan substrat yang relatif halus. Hal ini berkaitan dengan perilaku makan dimana hampir semua jenis pelecypoda memiliki sifat sebagai penyaring makanan (filter feeder). Penyaringan makanan dari substrat lebih sering terjadi pada substrat yang memiliki tekstur yang halus misalnya substrat lumpur. Pada substrat yang lebih kasar, misalnya pasir, kerikil atau yang lebih kasar lagi lebih sulit bagi pelecypoda untuk menyaring makanan dari jenis substrat tersebut. Jenis gastropoda berdasarkan cara makannya memiliki jenis yang bervariasi, antara lain sebagai pemakan lumut (grazer), pemakan detritus (detritus / deposit feeder), pemakan cacing (polychaeta feeder), penyaring (filter feeder), pemakan bangkai (scavanger), pemakan kekerangan (bivalvia feeder) dan pemakan keong (gastropoda feeder. Dengan demikian pada setiap jenis substrat relatif lebih mudah untuk menemukan jenis-jenis gastropoda. Perbedaan jenis substrat umumnya menentukan jenis-jenis gastropoda yang menghuni substrat tersebut (Susetiono, 2005).

Page 9: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

79

Gambar 2. Grafik histogram prosentase jenis-jenis moluska dominan (prosentase datas 2%) di padang lamun perairan Pulau Talise.

Figure 2. Histogram graphs the percentage of dominant species of molluscs(percentages above 2%) in seagrass beds of Talise Island waters.

Gambar 3 Grafik histogram perbandingan jumlah jenis moluska pada masing-masing stasiun di padang lamun perairan Pulau Talise.

Figure 3. Histogram graph comparing the number of mollusc species at each station inseagrass of Talise Island waters.

Page 10: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

80

Tabel 3. Komposisi jenis moluska hasil transek di padang lamun perairan Pulau Talise.Table 3. Composition of mollusc spesies on seagrass beds of Talise Island waters.

STATIONNO FAMILI Species

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Σ

GASTROPODA

1 ACMAEIDAE Patelloida saccharina 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 ARCHITECTONICIDAE Architectonica perspectiva 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13 BUCCINIDAE Cantharus pulcher 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 14 BUCCINIDAE Engina alveolata 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 25 BUCCINIDAE Engina zonalis 0 0 3 0 0 0 1 2 1 0 76 BUCCINIDAE Nassarius albescens 2 4 0 0 1 1 1 1 0 2 127 BUCCINIDAE Nassarius callospira 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 BUCCINIDAE Nassarius crenoliratus 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 29 BUCCINIDAE Nassarius distorsus 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

10 BUCCINIDAE Nassarius dorsatus 1 5 1 0 1 0 0 0 0 1 911 BUCCINIDAE Nassarius glans 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 112 BUCCINIDAE Nassarius globosus 6 2 0 0 0 0 0 0 0 0 813 BUCCINIDAE Nassarius particeps 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 114 BUCCINIDAE Nassarius reeveanus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 115 BULLIDAE Bulla ampulla 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 316 CASSIDAE Casmaria erinacea 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 117 CASSIDAE Semicassis pyrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 118 CERITHIIDAE Cerithium balteatum 0 19 3 3 0 0 0 0 0 0 2519 CERITHIIDAE Cerithium columna 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 220 CERITHIIDAE Cerithium dialeucum 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 321 CERITHIIDAE Cerithium echinatum 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 222 CERITHIIDAE Cerithium salebrosum 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 223 CERITHIIDAE Cerithium tenellum 6 18 2 0 1 0 1 0 3 1 3224 CERITHIIDAE Cerithium torresi 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 425 CERITHIIDAE Cerithium zonatum 13 10 0 5 0 1 0 0 0 0 2926 CERITHIIDAE Certhium nodulosum 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 127 CERITHIIDAE Clypeomorus batillariaeformis 6 3 0 0 0 0 0 0 0 0 928 CERITHIIDAE Pseudovertagus aluco 0 0 0 0 3 0 0 0 0 4 729 CERITHIIDAE Rhinoclavis chinensis 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 230 COLUMBELLIDAE Parviterebra trilineata 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 131 COLUMBELLIDAE Pyrene bidentata 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 332 COLUMBELLIDAE Pyrene scripta 58 129 9 15 32 13 5 6 13 28 30833 CONIDAE Conus arenatus 0 0 0 1 0 1 2 2 0 0 634 CONIDAE Conus boeticus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 135 CONIDAE Conus capitaneus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 136 CONIDAE Conus catus 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 337 CONIDAE Conus connectens 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 238 CONIDAE Conus conspersus 0 5 1 2 0 0 0 0 0 0 839 CONIDAE Conus coronatus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 240 CONIDAE Conus distans 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 141 CONIDAE Conus emaciatus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 142 CONIDAE Conus imperialis 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 143 CONIDAE Conus leopardus 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 244 CONIDAE Conus magus 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 245 CONIDAE Conus miliaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 246 CONIDAE Conus muriculatus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 147 CONIDAE Conus musicus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 148 CONIDAE Conus mustelinus 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 149 CONIDAE Conus novaehollandiae 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 150 CONIDAE Conus parvulus 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 451 CONIDAE Conus planorbis 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 252 CONIDAE Conus textile 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 353 CONIDAE Conus tropicensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 154 CONIDAE Conus virgo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 155 COSTELLARIIDAE Vexillum cavea 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 556 COSTELLARIIDAE Vexillum daedalum 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 157 COSTELLARIIDAE Vexillum granosum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 158 COSTELLARIIDAE Vexillum grunerri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 159 COSTELLARIIDAE Vexillum michaui 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 160 COSTELLARIIDAE Vexillum miliaris 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 261 COSTELLARIIDAE Vexillum plicarium 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 362 COSTELLARIIDAE Vexillum polygonum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 163 COSTELLARIIDAE Vexillum radix 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 164 COSTELLARIIDAE Vexillum sanguisugum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 165 COSTELLARIIDAE Vexillum unifasciatum 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 166 CYPRAEIDAE Cypraea annulus 31 70 11 3 23 3 2 1 9 15 16867 CYPRAEIDAE Cypraea carneola 0 2 0 0 0 0 1 1 1 1 668 CYPRAEIDAE Cypraea caurica 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 169 CYPRAEIDAE Cypraea cicercula 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 170 CYPRAEIDAE Cypraea erosa 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 271 CYPRAEIDAE Cypraea fellina 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 272 CYPRAEIDAE Cypraea helvola 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 173 CYPRAEIDAE Cypraea isabella 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 474 CYPRAEIDAE Cypraea lynx 0 0 1 1 0 1 0 1 2 4 1075 CYPRAEIDAE Cypraea moneta 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 476 CYPRAEIDAE Cypraea nucleus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

77 CYPRAEIDAE Cypraea pallidula 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 178 CYPRAEIDAE Cypraea staphylaea 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 279 CYPRAEIDAE Cypraea teres 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 380 CYPRAEIDAE Cypraea tigris 2 2 0 1 2 1 0 0 0 1 981 CYPRAEIDAE Cypraea vitellus 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 482 EPITONIIDAE Eglisia tricarinata 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 183 FASCIOLARIIDAE Peristernia festigium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 184 FISSURELLIDAE Hemitoma tricarinata 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 485 HALIOTIDAE Haliotis varia 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 386 HIPPONICIDAE Hipponix australis 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 287 JANTHINIDAE Janthina pallida 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 188 LITTORINIDAE Littorina scabra 0 0 1 0 0 5 1 2 7 0 1689 LITTORINIDAE Littorina undulata 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 290 MITRIDAE Mitra eremetarum 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 191 MURICIDAE Coralliophyla neritoidea 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 292 MURICIDAE Coralliophyla violacea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 193 MURICIDAE Cronia margariticola 0 0 1 0 0 1 1 0 0 2 594 MURICIDAE Morula echinata 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 395 MURICIDAE Morula uva 3 0 3 1 3 0 2 0 0 0 1296 NATICIDAE Eunaticina papilla 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 197 NATICIDAE Natica arachnoidea 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 198 NATICIDAE Natica simplex 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 399 NATICIDAE Natica stellata 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

100 NATICIDAE Polinices mammila 5 1 0 0 0 1 1 1 1 0 10101 NATICIDAE Polinices melastomus 1 0 2 0 0 1 0 0 0 3 7102 NATICIDAE Polinices sebae 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2103 NERITIDAE Nerita chamaeleon 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1104 NERITIDAE Nerita polita 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 3105 NERITIDAE Neritina violacea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1106 OLIVIDAE Oliva annulata 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2107 OLIVIDAE Oliva reticulata 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2108 OVULIDAE Ovula ovum 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3109 PHASIANELLIDAE Phasianella solida 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2110 PHENACOLEPADIDAE Cinnalepeta cinnamomea 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2111 PHYLLIDIIDAE Phyllidida exquisita 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1112 POTAMIDIDAE Cerithidea undulata 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2113 POTAMIDIDAE Terebralia palustris 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1114 RANELLIDAE Cymatium labiosum 0 1 1 0 0 2 0 0 2 2 8115 RANELLIDAE Cymatium vespaceum 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

116 RANELLIDAE Gyrineum lacunatum 2 2 0 0 3 0 0 0 0 0 7117 SILIQUARIIDAE Siliquaria cumingi 0 0 0 0 1 2 0 0 0 1 4118 STROMBIDAE Lambis lambis 0 0 1 3 0 1 1 0 0 0 6119 STROMBIDAE Strombus gibberulus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1120 STROMBIDAE Strombus labiatus 4 7 0 0 1 1 2 0 0 1 16121 STROMBIDAE Strombus luhuanus 0 0 0 0 4 0 1 1 1 0 7122 STROMBIDAE Strombus microurceus 2 4 0 1 2 0 0 0 0 7 16123 STROMBIDAE Strombus mutabilis 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4124 STROMBIDAE Strombus urceus 7 19 3 1 4 3 1 2 1 2 43125 STROMBIDAE Strombus vomer 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1126 STROMBIDAE Terebellum terebellum 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1127 TEREBRIDAE Terebra amonea 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1128 TEREBRIDAE Terebra maculata 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2129 TRIVIIDAE Trivirostra oryza 3 4 0 0 0 0 1 0 0 1 9130 TROCHIDAE Clanculus consobrinus 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 4131 TROCHIDAE Clanculus denticulatus 9 28 1 2 0 0 1 0 3 0 44132 TROCHIDAE Liotina peronii 1 3 1 0 3 1 1 1 0 1 12133 TROCHIDAE Microtis tuberculata 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1134 TROCHIDAE Phasianotrochus eximius 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1135 TROCHIDAE Pseudostomatella maculata 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1136 TROCHIDAE Stomatia phymotis 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4137 TROCHIDAE Tectus fenestratus 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2138 TROCHIDAE Trochus histrio 12 22 3 0 3 2 0 1 7 0 50139 TROCHIDAE Trochus niloticus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1140 TURBINIDAE Angaria delphinus 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 3141 TURBINIDAE Astralium calcar 5 1 2 1 1 1 1 0 3 0 15142 TURBINIDAE Turbo chrysostomus 0 0 1 0 1 1 1 0 2 0 6143 TURBINIDAE Turbo petolathus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1144 TURRIDAE Turridrupa bijubata 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 4145 VANIKORIDAE Vanikoro cancellata 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1146 VOLUTIDAE Cymbiola vespertilio 3 1 0 0 2 1 0 0 0 0 7

PELECYPODA1 ARCIDAE Anadara antiquata 15 13 1 2 1 4 5 1 1 1 442 ARCIDAE Anadara maculosa 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13 ARCIDAE Anadara scapha 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 14 ARCIDAE Barbatia barbata 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 15 CARRDIIDAE Corculum cardisa 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 16 CARRDIIDAE Fragum fragum 0 3 6 0 0 2 2 1 3 0 177 CARRDIIDAE Fragum unedo 0 0 0 0 0 0 2 0 5 0 78 TRIDACNIDAE Hippopus hippopus 0 0 0 1 3 0 1 3 0 2 10

Page 11: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

81

Indeks keanekaragaman jenis (H), indeks kemerataan jenis (J) dan indeks kekayaan jenis (D) dari masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 2,78 (Stasiun 2) – 3,75 (Stasiun 7). Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang lebih melimpah daripada jenis lainnya, kondisi homogenitas substrat, kondisi dari tiga ekosistem penting di daerah pesisir (padang lamun, terumbu karang dan hutan mangrove) sebagai habitat dari fauna perairan. Berpedoman pada Daget (1976), bahwa jika nila H berkisar di atas 2,0 maka nilai keanekaragaman jenis di suatu wilayah perairan termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian moluska di ekosistem padang lamun perairan Pulau Talise mempunyai keanekaragaman jenis moluska tinggi. Nilai indeks kemerataan jenis (J) berkisar antara 0,72 (Stasiun 2) – 0,95(Stasiun 7). Nilai indeks kemerataan jenis dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas. Suatu komunitas bisa dikatakan stabil bila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang mendekati angka 1, dan sebaliknya dikatakan tidak stabil jika mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang mendekati angka 0. Sebaran fauna seimbang atau merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang berkisar antara 0,6 sampai 0,8 (Odum, 1963). Penyebaran jenis suatu organisme berkaitan erat dengan dominasi jenis, bila nilai indeks kemerataan jenis kecil (kurang dari 0,5) menggambarkan bahwa ada beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dengan jenis yang lain. Semakin kecil nilai indeks kemerataan jenis mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak meratasedangkan semakin besar nilai indeks kemerataan jenis maka penyebaran jenis relatif merata. Pengertian tersebar merata dalam hal ini adalah apabila dilakukan transek secara berulang-ulang di sembarang titik stasiun maka peluang untuk mendapatkan hasil yang sama adalah besar. Secara umum, nilai indeks kemerataan jenis moluska pada lokasi penelitian di padang lamun perairan Pulau Talise

9 CARRDIIDAE Trachycardium enode 0 2 0 0 1 0 0 2 0 0 510 CARRDIIDAE Trachycardium flavum 2 6 0 6 3 5 3 12 0 0 3711 TRIDACNIDAE Tridacna maxima 0 0 0 0 0 0 1 3 0 1 512 TRIDACNIDAE Tridacna squamosa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 113 CHAMIDAE Chama isotoma 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 114 FIMBRIIDAE Fimbria fimbriata 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 415 GLYCYMERIDIDAE Glycymeris pectunculus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 116 LIMMIDAE Lima vulgaris 2 2 0 0 0 1 1 1 1 0 817 LUCINIDAE Anodontia edentula 12 18 7 3 3 16 1 0 8 7 7518 MACTRIDAE Mactra maculata 3 1 1 2 1 0 0 0 0 2 1019 MALLEIDAE Malleus malleus 1 1 5 6 4 0 0 0 2 1 2020 MYTILIDAE Septifer bilocularis 11 4 8 9 4 4 5 4 0 0 4921 PECTINIDAE Chlamys senatorius 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 122 PHOLADIDAE Pholas orientalis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 123 PINNIDAE Atrina vexillum 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 224 PINNIDAE Pinna muricata 2 3 6 4 1 2 6 1 0 0 2525 PTERIIDAE Pinctada margaritifera 0 0 7 5 8 2 2 0 0 0 2426 SPONDYLIDAE Spondylus squamosus 0 0 5 2 0 2 0 1 0 0 1027 TELLINIDAE Tellina crassa 3 10 1 2 0 4 2 0 0 3 2528 TELLINIDAE Tellina laevigata 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 129 TELLINIDAE Tellina remies 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 330 TELLINIDAE Tellina scobinata 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 331 TELLINIDAE Tellina virgata 7 7 0 0 0 4 0 1 2 1 2232 VENERIDAE Dosinia altior 1 0 0 0 0 2 1 1 0 0 533 VENERIDAE Grafarium pectinatum 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 134 VENERIDAE Grafarium tumidum 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 135 VENERIDAE Lioconcha castrensis 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 236 VENERIDAE Pitar manillae 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2

TOTAL 284 446 126 94 139 121 80 74 92 122 1578

Page 12: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

82

Tabel 4. Struktur komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise.Table 4. Community structure of molluscs on seagrass beds of Talise Island waters.

STATIONNO PARAMETER

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Total Species 64 48 49 35 43 60 52 44 35 502 Total Individual 284 446 126 94 139 121 80 74 91 1213 Diversity index (H) 3,37 2,78 3,56 3,18 3,05 3,67 3,75 3,46 3,15 3,244 Evennes index (J) 0,81 0,72 0,91 0,9 0,81 0,9 0,95 0,92 0,89 0,835 Richness index (D) 11,15 7,71 9,93 7,48 8,51 12,3 11,64 9,99 7,52 10,2

cenderung mendekati 1, yang berarti bahwa komunitas moluska di wilayah perairan tersebut berada dalam kondisi yang cukup stabil.

Nilai indeks kekayaan jenis (D) pada masing-masing stasiun berkisar antara 7,48 (Stasiun 4) – 12,3 (Stasiun 6). Berdasarkan kriteria dimana jika nilai indeks kekayaan jenis di atas 8,57 termasuk dalam kategori tinggi (Mason et al., 2005). Secara umum, kekayaan jenis moluska dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, terutama oleh faktor kualitas lingkungan, baik fisik maupun kimia. Kualitas lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat tekanan yang diterima oleh lingkungan tersebut. Tingginya nilai kekayaan jenis moluska di padang lamun perairan Pulau Talise juga sangat dipegaruhi oleh kondisi tiga ekosistem penting di wilayah ini. Kondisi padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang yang masih baik berperan dalam menyediakan makanan, tempat perlindungan dan berbagai bentuk kebutuhan hidup lainnya.

Hasil yang didapatkan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman jenis, kemeratan jenis dan kekayaan jenis menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis moluska di padang lamun perairan Pulau Talise termasuk cukup tinggi. Banyaknya jenis moluska yang didapatkan erat kaitannya dengan keberadaan tiga ekosistem penting pada lokasi penelitian, yaitu padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang. Walaupun kondisi terumbu karang di sekitar lokasi penelitian dapat dikatakan telah mengalami kerusakan hampir di semua bagian serta rendahnya kualitas hutan mangrove, namun terdapat beberapa faktor lain yang masih mampu mendukung keberadaan moluska di ekosistem tersebut. Kondisi padang lamun dapat dikategorikan dalam kondisi yang masih baik sehingga kebutuhan hidup berbagai jenis moluska masih mencukupi untuk perkembangannya terutama sebagai tempat mencari makan, tempat berlindung dari serangan pemangsa, tempat perkembangbiakan dan tempat untuk membesarkan anakan. Rendahnya tingkat pencemaran lingkungan di sekitar perairan Pulau Talise juga memungkinkan perkembangbiakan berbagai jenis organisme laut berjalan secara alamiah. Di samping itu, sirkulasi air pada wilayah ini termasuk dalam lintasan arus lintas Indonesia yang terkenal kaya akan nutrisi bagi organisme laut.

Dibandingkan hasil-hasil penelitian di lokasi lain, hasil yang didapat dalam penelitian ini termasuk tinggi. Penelitian di Teluk Kotania, Seram Barat didapatkan 142 jenis (Cappenberg, 1996). Penelitian Dody (1996) di Pulau Fair, Maluku Tenggara mendapatkan 58 jenis. Penelitian Pelu (2001) di Teluk Saleh Pulau

Page 13: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

83

Sumbawa, NTB menemukan 56 jenis. Penelitian di perairan sekitar Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara didapatkan 96 jenis (Cappenberg, 2000). Penelitian di Tabel 5. Nilai indeks kemiripan jenis moluska di padang lamun perairan Pulau Talise.Table 5. Similarity index of molluscs on seagrass beds of Talise Island waters.

STATION 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 * 57,53 29,76 28,04 43,97 33,58 21,43 15,08 29,26 35,962 * * 20,98 20,74 31,45 25,75 15,21 12,69 20,82 26,413 * * * 47,27 43,78 43,72 36,89 23 42,2 36,294 * * * * 41,2 43,72 39,08 32,14 30,11 30,565 * * * * * 34,62 30,12 24,41 32,03 52,116 * * * * * * 42,79 35,9 44,13 35,397 * * * * * * * 44,16 30,23 23,768 * * * * * * * * 24,1 19,399 * * * * * * * * * 37,38

10 * * * * * * * * * *

Gambar 4. Dendogram berdasarkan kesamaan jenis dari setiap stasiun.Figure 4. Dendogram according to similarity from each station.

perairan Teluk Kuandang, Tanjung Tungkup, Pulau Paniki, Pulau Tagulandang dan Pulau Pasige Sulawesi Utara (Cappenberg, 2002) ditemukan 73 jenis gastropoda. Penelitian di Teluk Santong Pulau Sumbawa, NTB ditemukan 22 jenis (Yulianto & Dody, 2000). Penelitian Mudjiono (2002) di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur menemukan 76 jenis. Penelitian di Teluk Gilimanuk, Bali ditemukan 35 jenis (Cappenberg et al., 2006). Penelitian di Likupang, Sulawesi Utara didapatkan sebanyak 128 jenis (Arbi, 2009b).

Hasil analisa cluster berdasar kesamaan jenis masing-masing stasiun menggunakan program BioDiversity Pro version 2 disajikan pada Gambar 4. Dari gambar dendogram terlihat bahwa Stasiun 1 dan Stasiun 2 memiliki kesamaan yang paling tinggi. Namun, secara keseluruhan, dari Sembilan stasiun penelitian memiliki nilai kesamaan rendah, di bawah 50% (Tabel 5). Hanya pada hubungan antara Stasiun 1 dan Stasiun 2 serta Stasiun 5 dan Stasiun 10 saja yang memiliki nilai indeks kemiripan jenis di atas 50%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada

Page 14: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

84

masing-masing stasiun memiliki kondisi habitat yang berbeda-beda. Pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 dengan jarak yang relatif dekat memiliki tipe habitat, jenis substrat, pemanfaatan lahan sekitar lokasi maupun kondisi habitat yang hampir sama.

KESIMPULAN

Ekosistem lamun perairan Pulau Talise merupakan habitat 182 jenis moluska yang terdiri dari 146 jenis Gastropoda dan 36 jenis Pelecypoda yang mewakili 53 famili. Pyrene scripta (Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae) dan Strombus urceus (Strombidae) dari kelas Gastropoda serta Anadara antiquata (Arcidae) dari kelas Pelecypoda merupakan moluska yang terdapat hampir pada semua stasiun. Secara umum nilai indeks keanekaragaman jenis moluska di ekosistem lamun perairan Pulau Talise berada dalam kondisi tinggi. Untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kekayaan jenis moluska dan sebarannya di ekosistem lamun perairan Pulau Talise, maka perlu penelitian secara kontinyu.

PERSANTUNAN

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teknisi dan nelayan lokal yang membantu pengambilan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Pradina Purwati serta kepada seluruh editor atas koreksian dan segala masukannya. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Biodiversitas Biota Laut Perairan Pulau Talise yang didanai oleh Program Insentif Peneliti dan Perekayasa Dirjen DIKTI tahun 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, R.T. 2002. Seashells of the world, revised and updated. St. Martin’s Press, New York. 160 pp.

Abbott, R.T. & P. Dance. 1990. Compendium of seashell. Crawford. House Press, Australia. 411 pp.

Arbi, U.Y. 2009a. Beberapa jenis moluska yang dilindungi di Indonesia. Oseana, 34 (4): 25-33.

Page 15: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

85

Arbi, U.Y. 2009b. Komunitas moluska di padang lamun Perairan Likupang, Sulawesi Utara. Oseanologi and Limnologi di Indonesia, 35 (3): 417-434.

Brower, J.E. & J.H. Zar. 1977. Field and laboratory methods for general ecology. MWC Brawn Company Publishing, IOWA. 194 pp.

Brower, J.E., J.H. Zar & C.N. Ende von. 1998. Field and laboratory methods for general ecology, fourth edition. Mc.Graw-Hill Companies Inc., USA. 273 pp.

Cappenberg, H.A.W. 1996. Komunitas moluska di padang lamun Teluk Kotania, Seram Barat. Dalam: Perairan Maluku dan Sekitarnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. 11: 19-34.

Cappenberg, H.A.W. 2000. Moluska. Dalam: Penelitian Sumberdaya Kelautan Kawasan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Laut Sulawesi UtaraBidang Biologi Laut. Proyek Pengembangan dan Penerapan Iptek Kelautan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. 102 hal.

Cappenberg, H.A.W. 2002. Keanekaragaman jenis gastropoda di padang lamun Perairan Sulawesi Utara. Dalam: Perairan Sulawesi dan Sekitarnya Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta: 83-92.

Cappenberg, H.A.W., A. Aziz & I. Aswandy 2006. Komunitas moluska di perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 40: 53-64.

Clarcke, K.R. & R.M. Warwick. 2001. Change in marine communities: an approach to statistical analysis and interpretation. Bourne Press Ltd., Bournemouth.138 pp.

Clifford, H.T. & W. Stephenson. 1975. An introduction to numerical classification. Academic Press, London. 229 pp.

Daget, J. 1976. Les modeles mathematiques en ecologie. Masson, Coll. Ecol., 8. Paris. 172 pp.

Dance, S.P. 1992. Eyewitness handbook shells. Dorling Kindersley, London. 256 pp.

Dharma, B. 1988. Siput dan kerang Indonesia 1 (Indonesian shells). PT Sarana Graha, Jakarta. 111 hal.

Page 16: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

86

Dharma, B. 1992. Siput dan kerang Indonesia (Indonesian shells II). Verlag Christa Hemmen, Germany. 135 hal.

Dharma, B. 2005. Recent and fossil Indonesian shells. Conchbooks, Hackenheim, Germany. 424 pp.

Dody, S. 1996. Komunitas moluska di Pulau Fair, Maluku Tengah. Perairan Maluku dan Sekitarnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ambon. 11: 1-8.

English, S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources, Townsville. 368 pp.

Gabbi, G. 2000. Shells, guide to the jewels of the sea. Periplus, Turin. 168 pp.

Gasperz, V. 1991. Metode perencanaan percobaan, untuk ilmu-ilmu pertanian, ilmu-ilmu teknik dan biologi. Armico, Bandung. 472 hal.

Green, R.H. 1979. Sampling design and statistical methods for environmental biologists. John Wiley & Sons, Canada. 257 pp.

Heryanto, R. Marsetyowati & F. Yulianda. 2006. Metode survei dan pemantauan populasi satwa, seri kelima: siput dan kerang. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. 56 hal.

Kinnaird, M.F. 2002. Sulawesi Utara: sebuah panduan sejarah alam. Percetakan Redikencana, Jakarta. 82 hal.

Krebbs, O.J. 1989. Ecological methodology. Harper Collin Publishers, Canada. 654 pp.

Lamprell, K. & T. Whitehead. 1992. Bivalves of Australia, volume 1. Crawford House Press, New South Wales. 78 pp.

Loya, Y. 1978. Plotless and transect methods, In: D.R.Stoddard & R.E. Johannes(Eds.) Coral Reef Research Method., Paris (UNESCO): 22–32.

Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Croom Helm Ltd., London. 177 pp.

Matsuura, K., O.K. Sumadhiharga & K. Tsukamoto. 2000. Field guide to Lombok Island. Identification guide to marine organism in seagrass beds of Lombok Island, Indonesia. University of Tokyo. 449 pp.

Page 17: Molusca Di Padang Lamun

MOLUSKA PADANG LAMUN PULAU TALISE

87

Misra, R. 1985. Ecological workbook. Oxford & IBM Publ. Co., New Delhi. 224 pp.

Mudjiono. 2002. Komunitas moluska (keong dan kerang) di rataan terumbu Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Dalam: Perairan Sulawesi dan Sekitarnya, Biologi, Lingkungan dan Oseanografi: 75-82.

Mason, N.W.H., D. Mouillot, W.G. Lee & J.B. Wilson 2005. Functional richness, functional evenness and functional divergence: The primary components of functional diversity. OIKOS 111: 112-118.

Odum, E.P. 1963. Ecology. The University of Georgia, Georgia. 152 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. W.E. Saunders, Philadelphia. 574 pp.

Pelu, U. 2001. Penelitian fauna moluska di pantai Teluk Saleh, Sumbawa, NTB Dalam: K. Takaendengan (Ed.) Penelitian potensi sumber daya kelautan pesisir Pulau Sumbawa dan sekitarnya. Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Kelautan Kawasan Timur Indonesia T.A .2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta: 41-47.

Pohle, G.W. & M.L.H. Thomas, 2001. Monitoring protocol for marine benthos: Intertidal and subtidal macrofauna, http:// attentionnature.ca / English / monitoring / protocols / marine / benthics / benthos.html, diakses tanggal10 Januari 2010.

Poppe, G.T. & K. Groh. A conchological iconography: The family Strombidae. ConchBooks, Hackenheim. 60 pp.

Pramudji. 2004. Mangrove di pesisir Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. 51 hal.

Roberts, D., S. Soemodihardjo & W. Kastoro. 1982. Shallow water marine molluscs of North-West Java. LON LIPI, Jakarta. 143 pp.

Severns, P.F., M. Severns & R. Dyerly. 2004. Handy pocket guide to tropical seashells. Periplus Editions (HK) Ltd., Singapore. 64 pp.

Starosta, P. & J. Senders. 2007. Shells. Firefly Books Ltd. New York. 379 pp.

Sukmara, A. & B. Crawford. 2002. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sosial masyarakat Desa Talise sebagai desa Proyek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat di Sulawesi Utara. Konperensi Nasional III Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia 2002: 1-16.

Page 18: Molusca Di Padang Lamun

ARBI

88

Susetiono. 2005. Krustasea dan moluska mangrove Delta Mahakam, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. 72 hal.

Tan, K.S. & L.M. Chou. 2000. A guide to common seashells of Singapore. Singapore Science Centre, Singapore. 168 pp.

Tangkilisan, N., V. Semuel, F. Masambe, E. Mungga, I. Makaminang, M. Tahumil & S. Tompoh. 1999. Profil sumberdaya wilayah pesisir Desa Talise, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Penerbitan khusus Proyek Pesisir, Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island, USA. 28 hal.

Vantier, L. de & E. Turak. 2004. Managing marine tourism in Bunaken National Park and adjacent waters, North Sulawesi, Indonesia. NRM III PA & A, Jakarta. 114 pp.

Wells, F.E. & C.W. Bryce. 1988. Seashells of Western Australia. Western Australian Museum, Perth. 207 pp.

Wilson, B. 1993. Australian marine shells 1. Odyssey Publishing, Australia. 408 pp.

Wilson, B. 1994. Australian marine shells 2. Odyssey Publishing, Australia. 370 pp.

Wilson, B.R. & K. Gillet. 1988. A field guide to Australian shells prosobranch gastropods. Reed Books Pty. Ltd., New South Wales. 287 pp.

Yulianto, K., & S. Dody. 2000. Jenis-jenis moluska penghuni rataan terumbu Teluk Santong Perairan Teluk Saleh, Sumbawa Besar, NTB. Dalam: T. Kakaendengan (Ed.). Penelitian Potensi Sumberdaya Kelautan Pesisir Pulau Sumbawa dan Sekitarnya. Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Kelautan Kawasan Timur Indonesia T.A. 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta: 95-99.