Biokimia Mineral

12
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu/ 8 Mei 2013 Biokimia Umum Waktu : 08.00 s.d. 11.00 PJP : dr. Husnawati, S.Ked. Asisten : Edwin Afriansyah Dhian Anugrah PS. Sari Yuniarini MINERAL Kelompok 15 Jannatul Ajilah B04120124 Kanti rahmi Fauziyah B04120125 Devy Nur Priscaningtyas B04120128 Indira Septianawati B04120147

description

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kandungan mineral dalam abu tulang.Pembuatan abu tulang. Sebayak 3-5 gram tepung abu tulang dimasukkan ke dalam pinggan porselin dan dipanaskan dalam tanur hingga menjadi abu. Hasil abu tulang yang berwarna kelabu disingainkan dan selanjutnya digerushalus didalam mortar. Abu halus tersebut dipanaskan kembali hingga putih. Abu putih dibuarkan hingga menjadi dingin dan dipindahkan ke dalam gelas piala 250 ml. lima puluh ml HNO3 10% ditambahkan lalu diaduk hingga rata. Campuran tersebut dipanaskan hingga abunya larut dan akuades ditambahkan sebanyak isi yang sama. Campuran tersebut disaring dan NH4OH pekat ditambahkan ke dalam filtrat hingga basa. Endapan putih yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring. Uji klorida. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HNO3 10%. Larutan AgNO3 2% ditambahkan kedalam filtrat asam tersebut. Adanya klor ditunjukkan oleh endapan putih yang terbentuk.Uji sulfat. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HCl 10%. Larutan BaCl2 2% ditambahkan kedalam filtrat asam tersebut. Adanya sulfat ditunjukkan oleh endapan putih yang terbentuk.Uji kalsium. Endapan yang terdapat di kertas saring dilarutkan ke dalam larutan asam asetat 10%. Larutan tersebut disaring kembali. Satu ml ammonium oksalat 1% ditambahkan kedalam 1ml filtrat. Adanya kalsium ditunjukkan oleh endapan putih yang terbentuk.Uji fosfat. Bahan uji yang digunakan adalah filtrat dari endapan abu tulang dan larutan asam asetat 10%. Satu ml ammonium oksalat 1% dan pereaksi molibdat khusus ditambahkan kedalam 1ml filtrat lalu dicampur rata. Satu ml larutan ferosulfat khusus ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Adanya fosfat ditunjukkan oleh larutan warna biru yang terbentuk.Uji magnesium. Sisa filtrat dipanaskan hingga mendidih. Kristal ammonium karbonat dan ammonium klorida ditambahkan kedalam filtrat panas hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk disaring. Filtrat yang telah disaring ditambahkan Kristal dinatrium hydrogen fosfat dan larutan ammonium hidroksida hingga basa. Adanya magnesium ditunjukkan oleh endapan putih yang terbentuk. Uji besi. sedikit larutan HCl 10% ditambahkan ke dalam system endapan yang tidak larut dalam asam asetat di kertas saring. Campuran tersebut disaring menggunakan kertas saring. Satu ml larutan ammonium tiosianat dicamputkan ke dalam filtrat. Adanya besi ditunjukkan oleh perubahan warna merah pada larutan. Satu ml larutan kalium ferosianida dicamputkan ke dalam filtrat. Adanya besi ditunjukkan oleh perubahan warna hijau adau biru pada larutan.

Transcript of Biokimia Mineral

Page 1: Biokimia Mineral

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu/ 8 Mei 2013Biokimia Umum Waktu : 08.00 s.d. 11.00

PJP : dr. Husnawati, S.Ked.Asisten : Edwin Afriansyah

Dhian Anugrah PS. Sari Yuniarini

MINERALKelompok 15

Jannatul Ajilah B04120124Kanti rahmi Fauziyah B04120125Devy Nur Priscaningtyas B04120128Indira Septianawati B04120147

DEPARTAMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013

Page 2: Biokimia Mineral

Pendahulan

Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari

karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat

badan. Jumlah seluruh mineral dalam tubuh hanya sebesar 4% (Piliang, 2002).

Semua mineral esensial dianggap ada di dalam tubuh hewan (Widodo, 2002).

Pembagian mineral ke dalam kelompok mineral makro dan mikro tergantung

kepada jumlah mineral tersebut di dalam tubuh hewan, kandungan mineral yang

lebih dari 50 mg/kg termasuk kedalam mineral makro, sedangkan di bawah

jumlah tersebut termasuk mineral mikro (Darmono, 1995).

Mineral diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral

berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan

jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi.

Terdapat 22 jenis mineral esensial yaitu tujuh mineral makro yang mencakup

kalsium, natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor, sulfur dan lima belas mineral

mikro dan mineral unsur jarang (trace mineral) yang mencakup besi, yodium,

seng, kobalt, mangan, tembaga, molibdenum, selenium, kromium, vanadium,

flourin, silikon, nikel, dan arsen. Alumunium, timbal, rubidium, argentum, dan

raksa hanya bersifat menguntungkan dalam beberapa kondisi (Underwood 2001).

Mineral mikro dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, apabila termakan dalam

jumlah besar dapat bersifat racun (Widodo, 2002).

Abu tulang merupakan hasil pengabuan dari tulang pada suhu 400oC. Abu

tulang terdiri dari bahan anorganik yang terbentuk dari garam-garamnya. Abu

tulang tersebut dapat dianalisis secara kuantitaif dan kualitatif (Underwood 2001).

Abu tulang yang terdiri dari senyawa anorganik merupakan pemisahan dari

kandungan tulang yang terdiri dari air, senyawa organik, dan senyawa anorganik.

Tulang yang terdiri dari mineral, protein, dan sedikit vitamin D. Mineral sendiri

terdiri dari kalsium karbona, fosfat, dan magnesium sedangkan protein terdiri dari

glikosaminoglikans, osteokalsin, osteonektin, bone-sialo protein, serta osteopontin

(Darmono 1995).

Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu dengan penentuan abu total dan penentuan individu komponen

mineral (makro & trace mineral) menggunakan titrimetrik, spektrofotometer,

Page 3: Biokimia Mineral

AAS (atomic absorption spectrofotometer). Pengabuan merupakan tahapan

persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis elemen-elemen mineral

(individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu pengabuan cara kering

dan pengabuan cara basah. Pengabuan cara kering menggunakan panas tinggi dan

adanya oksigen dengan suhu tinggi 500C hingga 6000C. Pengabuan cara basah

menggunakan oksidator-oksidator kuat. Pengabuan cara basah ini dilakukan

dengan mendestruksi komponen-komponen organik (C, H, dan O) bahan dengan

oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara ini dilakukan untuk menentukan

elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari cara kering karena pengabuan

cara kering lama dan terjadi kehilangan mineral karena suhu tinggi (Sudarmadji

1996).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kandungan mineral dalam abu

tulang.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan antara lain tabung reaksi, labu

erlemeyer, gelas piala, pipet tetes, pipet mohr, bulb hitam, batang pengaduk,

penangas air, penyaring, corong. Bahan yang digunakan yaitu larutan NH4OH,

akuades, filtrat abu tulang, larutan HNO3 10%, larutan AgNO3 2%, Larutan HCL

10%, latutan BaCl2 2%, larutan CH3COOH 10%, larutan ammonium oksalat 1%,

pereaksi molibdat khusus, larutan ferosulfat khusus, kristal ammonium karbonat,

kristal ammonium klorida, kristal dinatrium hidrogen fosfat, larutan ammonium

hidroksida, larutan ammonium tiosianat, larutan kalium ferosianida.

Prosedur Kerja

Pembuatan abu tulang. Sebayak 3-5 gram tepung abu tulang dimasukkan

ke dalam pinggan porselin dan dipanaskan dalam tanur hingga menjadi abu. Hasil

abu tulang yang berwarna kelabu disingainkan dan selanjutnya digerushalus

didalam mortar. Abu halus tersebut dipanaskan kembali hingga putih. Abu putih

dibuarkan hingga menjadi dingin dan dipindahkan ke dalam gelas piala 250 ml.

lima puluh ml HNO3 10% ditambahkan lalu diaduk hingga rata. Campuran

Page 4: Biokimia Mineral

tersebut dipanaskan hingga abunya larut dan akuades ditambahkan sebanyak isi

yang sama. Campuran tersebut disaring dan NH4OH pekat ditambahkan ke dalam

filtrat hingga basa. Endapan putih yang terbentuk disaring menggunakan kertas

saring.

Uji klorida. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HNO3 10%.

Larutan AgNO3 2% ditambahkan kedalam filtrat asam tersebut. Adanya klor

ditunjukkan oleh endapan putih yang terbentuk.

Uji sulfat. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HCl 10%. Larutan

BaCl2 2% ditambahkan kedalam filtrat asam tersebut. Adanya sulfat ditunjukkan

oleh endapan putih yang terbentuk.

Uji kalsium. Endapan yang terdapat di kertas saring dilarutkan ke dalam

larutan asam asetat 10%. Larutan tersebut disaring kembali. Satu ml ammonium

oksalat 1% ditambahkan kedalam 1ml filtrat. Adanya kalsium ditunjukkan oleh

endapan putih yang terbentuk.

Uji fosfat. Bahan uji yang digunakan adalah filtrat dari endapan abu tulang

dan larutan asam asetat 10%. Satu ml ammonium oksalat 1% dan pereaksi

molibdat khusus ditambahkan kedalam 1ml filtrat lalu dicampur rata. Satu ml

larutan ferosulfat khusus ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Adanya fosfat

ditunjukkan oleh larutan warna biru yang terbentuk.

Uji magnesium. Sisa filtrat dipanaskan hingga mendidih. Kristal

ammonium karbonat dan ammonium klorida ditambahkan kedalam filtrat panas

hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk disaring. Filtrat yang telah

disaring ditambahkan Kristal dinatrium hydrogen fosfat dan larutan ammonium

hidroksida hingga basa. Adanya magnesium ditunjukkan oleh endapan putih yang

terbentuk.

Uji besi. sedikit larutan HCl 10% ditambahkan ke dalam system endapan

yang tidak larut dalam asam asetat di kertas saring. Campuran tersebut disaring

menggunakan kertas saring. Satu ml larutan ammonium tiosianat dicamputkan ke

dalam filtrat. Adanya besi ditunjukkan oleh perubahan warna merah pada larutan.

Satu ml larutan kalium ferosianida dicamputkan ke dalam filtrat. Adanya besi

ditunjukkan oleh perubahan warna hijau adau biru pada larutan.

Page 5: Biokimia Mineral

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil uji-uji mineral abu tulang

Sampel Uji Hasil KeteranganSempel 1 Klorida

SulfatKalsiumFosfat

MagnesiumBesi

++++++

Endapan putihEndapan putihEndapan putih

Larutan berwarna biruEndapan putih

Larutan berwarna merah dan hijau Sampel 2 Klorida

SulfatKalsiumFosfat

MagnesiumBesi

++++++

Endapan putihEndapan putihEndapan putih

Larutan berwarna biruEndapan putih

Larutan berwarna merah dan hijau

Gambar 1 hasil uji-uji mineral abu tulang.

Keterangan : a) uji klor e) uji magnesiumb) uji sulfat f) uji besi (kalium ferosianida)c) uji kalsium g) uji besi (amonium tiosianat)d) uji fosfat

Pembahasan

Pengujian klorida dilakukan untuk menunjukkan kandungan klor yang

terkandung di dalam tulang. Uji klorida menggunakan filtrat yang telah dibasakan

dengan NH4OH. Penambahan HNO3 10% pada filtrat bertujuan untuk

mengasamkan filtrat dan memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah

diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk

suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang

dapat bereaksi dengan klorida sehingga hasil pengujian klorida membentuk

senyawa AgCl yang nenunjukkan adanya endapan putih pada larutan. Reaksi

yang terjadi sebagai berikut : Cl-(aq)  + AgNO3(aq)            AgCl(s) + NO3

-(aq) (Page

1998). Berdasarkan hasil percobaan uji klorida terhadap abu tulang mendapat

Page 6: Biokimia Mineral

hasil positif karena terbentuk endapan putih pada larutan. Sampel 1 dan sampel 2

mendapatkan hasil yang sama yaitu terbentuknya endapan putih.

Pengujian sulfat dilakukan untuk menunjukkan kandungan sulfat yang

terkandung dalam tulang. Uji Sulfat menggunakan filtrat yang telah dibasakan.

Penambahan HCL 10% memiliki fungsi yang sama dengan penambahan HNO3

10% pada uji klorida yaitu untuk mengasamkan filtrat dan memisahkan mineral

dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat

bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa

BaCL2 merupakan garam yang dapat bereaksi dengan sulfat sehingga hasil

pengujian sulfat membentuk endapan putih berupa senyawa BaSO4. Persamaan

reaksi dari uji sulfat secara teoritis adalah SO42-

(aq) + BaCl2(aq)   BaSO4(s) +

2Cl-(aq) (Page 1998). Berdasarkan hasil percobaan uji sulfat, sampel 1 dan sampel 2

mendapatkan hasil positif ini ditunjukkan dengan adanya endapan putih.

Kandungan sulfat yang terkandung dalam tulang hanya sedikit karena endapan

yang terbentuk tidak terlalu banyak.  

Pengujian kalsium dilakukan untuk menunjukkan kandungan kalsium yang

terkandung di dalam tulang. Uji kalsium menggunakan endapan tulang yang telah

diasamkan dengan larutan CH3COOH. Penambahan amonium oksalat

(NH4COOH) 1%  ke dalam larutan akan menghasilkan endapan putih. Persamaan

reaksi untuk uji kalsium secara teoritis adalah Ca + NH4COOH              CaCOOH

(Lehninger 1998). Hasil pengujian kalsium sampel 1 dan sampel 2 menghasilkan

endapan putih yang menunjukkan keberadaan kalsium dalam tulang.

Pengujian fosfat dilakukan  menunjukkan kandungan fosfat yang dilihat

dari endapan tulang. Uji fosfat menggunakan endapan tulang yang telah

diasamkan menggunakan larutan CH3COOH. Penambahan larutan urea

(CO(NH2)2) 1%  dan pereaksi molibdat khusus ke dalam larutan filtrat asam

bertujuan untuk memisahkan mineral agar dapat bereaksi dengan larutan

ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru karena senyawa

ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa berwarna. Persamaan

reaksi dalam uji fosfat adalah FeSO4 + PO43- Fe3(PO4)2 + SO4

2- (Lehninger

1998). Berdasarkan hasil pengujian fosfat mendapatkan hasil positif karena

Page 7: Biokimia Mineral

terbentuknya larutan yang berubah warna menjadi biru untuk sampel 1 dan

sampel 2.

Pengujian magnesium dilakukan untuk menunjukkan kandungan

magnesium dalam abu tulang. Uji fosfat menggunakan endapan abu tulang yang

telah diasamkan dengan larutan CH3COOH. Filtrat asam tersebut dipanaskan agar

lebih reaktif dan ikatan pada mineral menjadi longgar terhadap senyawa lain.

Setelah dilakukan pemanasan, ke dalam filtrat ditambahkan kristal amonium

karbonat dan amonium klorida. Pemanbahan kristal dinatrium hidrogen fosfat dan

larutan amonium hidroksida dilakukan dengan tujuan memisahkan mineral

dengan senyawa organik lain. Kristal akan bereaksi dengan magnesium dengan

ditandai adanya endapan putih pada larutan. Persamaan reaksi dalam uji

magnesium secara teoritis  adalah Mg + NaHPO4           MgHPO4(s) + 2Na+ 

(Lehninger 1998). Berdasarkan hasil pengujian magnesium, untuk sampel 1 dan

sampel 2 mendapatkan hasil positif karena terbentuk endapan putih.

Pengujian besi dilakukan melalui endapan abu tulang dari sisa filtrat asam.

Endapan dari filtrat asam yang dilarutkan menggunakan larutan HCl 10%. Uji

besi dapat diketahui dengan penambahan amonium tiosianat (NH4SCN) dan

kalium ferosianida (KFeCN) pada masing-masing filtrat. Penambahan larutan

amonium tiosianat ke dalam filtrat akan membentuk warna merah sedangkan

penambahan larutan kalium ferosianida ke dalam filtrat membentuk warna biru

atau hijau. Fungsi dari penambahan kedua larutan tersebut adalah mendeteksi

kandungan besi dalam jaringan biologis. Persamaan reaksi dalam uji besi dalam

abu tulang secara teoritis adalah Fe + NH4SCN (Amonium tiosianat) Fe

SCN + NH4+ dan Fe + KFeCN (Kalium Ferosianat) FeCN + K+.

Berdasarkan pengujian besi didapatkan hasil positif yaitu dengan terbentuknya

larutan bewarna hijau dan merah untuk sampel 1 dan sampel 2.

Simpulan

Uji mineral terhadap abu tulang mendapatkan hasil positif untuk semua uji

yaitu uji klorida, uji sulfat, uji fosfat, uji magnesium, uji kalsium, dan uji besi.

Hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan putih pada uji klorida, uji sulfat,

uji magnesium, dan uji kalsium. Larutan bewarna biru merupakan hasil positif

Page 8: Biokimia Mineral

dari uji fosfat. Larutan bewarna hijau dan merah menujukkan adanya besi dalam

abu tulang.

Daftar Pustaka

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.

Lehninger AL. 1998. Dasar-dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.

Page DS. 1998. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Piliang WG. 2002. Nutrisi Vitamin Volume 1 Edisi ke-5. Bogor: IPB Press.

Sudarmadji. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Underwood AL. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Iis Sopyan, penerjemah; HilariusW, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis Sixth Edition.

Widodo W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Universitas Muhamadiyah. Malang.