bioetik sem1

15
Kaidah-kaidah Bioetik dalam Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Bioetik adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang. Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosinonal.Dengan adanya tuntutan zaman yang mengharuskan profesi dalam dunia kedokteran yang semakin berkompetensi maka seorang dokter semakin dituntut untuk mempunyai kemampuan di atas standar kompetensi.Termasuk salah satunya etika-etika kedokteran,oleh karena itu kita sebagai seorang calon dokter perlu menguasai dan memahami kaidah-kaidah dasar dalam etika kedokteran.Maka dalam makalah ini, saya mencoba membahas tentang penerapan kaidah-kaidah dasar bioetik. Pembahasan Kaidah-kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip- prinsip yang ada dalam kaidah tersebut. Dalam bioetik kita mengenal 4 kaidah-kaidah dasar kedokteran yaitu :

description

sem1

Transcript of bioetik sem1

Kaidah-kaidah Bioetik dalam KedokteranFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Bioetik adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang. Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosinonal.Dengan adanya tuntutan zaman yang mengharuskan profesi dalam dunia kedokteran yang semakin berkompetensi maka seorang dokter semakin dituntut untuk mempunyai kemampuan di atas standar kompetensi.Termasuk salah satunya etika-etika kedokteran,oleh karena itu kita sebagai seorang calon dokter perlu menguasai dan memahami kaidah-kaidah dasar dalam etika kedokteran.Maka dalam makalah ini, saya mencoba membahas tentang penerapan kaidah-kaidah dasar bioetik.

Pembahasan

Kaidah-kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip-prinsip yang ada dalam kaidah tersebut. Dalam bioetik kita mengenal 4 kaidah-kaidah dasar kedokteran yaitu :

Beneficence

Dalam kaidah ini, sebagai seorang dokter kita harus melakukan yang terbaik untuk pasien, sejatinya berbuat baik tanpa memikirkan untung dan rugi yang akan kita dapat. Berbuat baik tanpa pamrih adalah hal yang paling penting dalam kaidah ini. Kaidah-kaidah yang terkandung dalam beneficence ini adalah : Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentintingan orang lain)

Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter

Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya

Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang

Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia

Pembatasan goal based

Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien

Minimalisasi akibat buruk

Kewajiban menolong pasien gawat darurat

Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

Tidak menarik honorarium diluar kepantasan

Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan

Mengembangkan profesi secara terus menerus

Memberikan obat berkhasiat namun murah

Menerapkan Golden Rule Principle Non-maleficenceDalam kaidah ini, posisi seorang dokter adalah dokter tidak memperburuk keadaan, dikaidah ini pasiennya adalah pasien emergency yang terancam akan kehilangan bagian tubuhnya jika tidak segera ditangani tetapi dokter disini akan menangani sehingga memperkecil keburukan kehilangan sesuatu tersebut. Kaidah-kaidah yang terkandung dalam non-maleficence ini adalah :

Menolong pasien emergency

Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah

Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat)

Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)

Mengobati pasien yang luka

Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek

Mengobati secara tidak proporsional

Mencegah pasien dari bahaya

Menghindari misrepresentasi dari pasien

Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

Memberikan semangat hidup

Melindungi pasien dari serangan

Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya AutonomiDalam kaidah ini, dokter benar-benar menghargai dan menghormati martabat dan hak dari pasien. Pasien juga berhak menentukan nasibnya sendiri dan sebagai seorang dokter kita harus menghargai keputusan pasien tersebut. Dalam kaidah ini terdapat prinsip : Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien

Tidak menginterverensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)

Berterus terang

Menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Menghargai rasionalitas pasien

Melaksanakan informed consent

Mebiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Tidak menginterverensi atau menghalangi autonomi pasien

Mencegah pihak lain menginterverensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non-emergency Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien

Menjaga hubungan (kontrak) JusticeDalam kaidah ini dokter dituntut memperlakukan pasien sama rata, tidak membeda-bedakan pasien secara ekonomi sosial maupun budaya. Dokter harus adil memperlakukan semua pasiennya. Justice memiliki kaidah-kaidah diantaranya : Memberlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Mengambil kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accesibility, availability, quality)

Menghargai hak hukum pasien

Menghargai hak orang lain

Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)

Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll

Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang

Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebuthuna pasien

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil

Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat

Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

Bijak dalam makroalokasi Dalam kasus dr.Bagus ini banyak kaidah-kaidah yang terdapat didalamnya. Makalah ini akan membahasnya secara berparagraf. Setiap paragraf memiliki kaidah yang berbeda-beda satu sama yang lain. Berikut adalah uraian dari kasus ini :

Paragraf 1

Dokter Bagus telah lama bertugas disuatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari harinya ia bertugas disebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena Puskesmas tersebut merupakan satu satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.

Dalam paragraf pertama ini terdapat kaidah beneficence karena dr.Bagus menunjukkan kaidah altruismenya, dengan ia rela berkorban demi kepentingan orang lain terbukti karena ia menerima ditempatkan didesa terpencil. Ia juga menolong tanpa pamrih karena ia bekerja dari pagi hingga sore tanpa mengenal lelah, ia bahkan masih mengobati pasien di saat malam hari jika dibutuhkan oleh warga sekitar.

Paragraf 2

Pada suatu hari, ketika ia datang ke Puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pasien pertama adalah seorang ibu, datang dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr.Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. Dalam paragraf kedua ini kaidah yang diterapkan adalah kaidah-kaidah justice, karena dokter memberikan kesempatan yang sama bagi para pasiennya dengan membuat antrian, dokter juga menghargai hak setiap pasien untuk sehat karena dokter memberikan beberapa obat dan juga vitamin pada pasiennya.

Paragraf 3

Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang air besar. Setelah memeriksakan anak tersebut, dr.Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada dikota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr.Bagus. pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah ini tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dr.Bagus kepada pak mantri. Dalam paragraf ketiga ini terdapat dua kaidah, kaidah yang pertama yaitu kaidah autonomi dimana dokter menghargai hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri, karena orangtua dari anak tersebut menolak anaknya dirawat di RS yang berada di kota namun dokter Bagus menghargai hal tersebut. Kaidah yang kedua yaitu kaidah beneficence dimana dokter memberikan obat yang murah namun berkhasiat bagi kesembuhan anak ibu tersebut, dokter juga menunjukkan altruismenya dimana dokter Bagus rela berkorban demi kepentingan orang lain karena dokter akan mampir ke rumah ibu tersebut untuk melihat kondisi anaknya saat selesai bekerja, dan tanpa lelah ia melakukannya.

Paragraf 4

Pasien ketiga adalah seorang anak laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan dirumah sakit. Namun keluarga pasien menghentikan pengobatannya lebih lanjut. Orangtua pasien bukanlah orang kaya sehingga mereka tak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik yang mahal. Tetapi orangtua pasien ingin anaknya mendapat pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk obat-obatan mahal tersebut. Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pada mereka untuk tidak usah membeli obat itu. Karena berdasarkan pengetahuannya pada penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul asites dan pasien tampak sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat-obat kemoterapeutik. Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita kata dr.Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien Dalam paragraf keempat ini terdapat dua kaidah bioetik diantaranya kaidah beneficence dimana dokter menjamin kehidupan minimal manusia dengan memberikan obat-obatan penunjung agar dapat meminimalisasi akibat buruk yang akan di dapati nantinya. Yang kedua yaitu kaidah non-maleficence dimana dokter menghindari misrepesentai dari pasien dengan cara menjelaskan pada keluarga pasien kondisi pasien kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh itu kecil dan keluarga pasien pun menerima penjelasan dari dokter.

Paragraf 5

Saat mempersilahkan pasien ke empatnya masuk ke ruang periksa, dr.Bagus terkejut karena serombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dr.Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang-tulang ditelapak tangan tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walaupun dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. Dalam paragraf kelima ini terdapat kaidah-kaidah non-maleficence dimana dokter bagus menolong pasien yang emergency, pasiennya juga dalam keadaan berbahaya dan dapat berisiko kehilangan sesuatu tetapi dokter menunjukkan bahwa ia dapat mengatasinya dengan cara amputasi agar dapat meminimalisasi rasa sakitnya. Dokter juga mengobati luka dari pasien serta menghindari misrepresentasi dari pasien dengan menjelaskan pada istri dari pasien keadaan pasien yang sebenarnya dan apa tindakan yang harus di ambil segera dan tepat.

Paragraf 6

Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulag dengan membawa surat rujukan tersebut.

Dalam paragraf keenam ini terdapat kaidah beneficence yaitu dokter mengusahakan agar manfaat dan kebaikan yang di dapat pasien lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya karena dokter menyarankan pada pasien untuk memeriksakan diri lebih lanjut karena ingin memastikan apakah dugaan dari dokter tersebut benar atau tidak. Dokter juga meminimalisai akibat buruk yang akan terjadi pada pasien. Paragraf 7

Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang sangat cerewet, karena begitu masuk si ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat-cepat langganannya yang berada dikota, jauh dari puskesmas. Dari Lab Klinik ini dr.Bagus mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh Rp. 300.000,- Dalam paragraf ini terdapat bahwa dokter melanggar kaidah-kaidah bioetik, diantaranya yang pertama melanggar kaidah non-maleficence dimana dokter memandang pasiennya hanya sebagai objek untuk mencari keuntungan hanya karena jengkel melihat ibu tersebut yang sangat cerewet. Dokter juga melakukan white collar crime yang merugikan pasien dimana dokter tanpa memeriksa pasien langsung membuat surat rujukan yang sebenarnya tidak perlu untuk dirujuk dan hal tersebut merugikan pasien karena harus mengeluarkan uang yang seharusnya tidak digunakan untuk memeriksakan diri di lab. Yang kedua yaitu dokter Bagus melanggar kaidah autonomi yaitu tidak menjaga hubungan kontrak karena dengan memberikan surat rujukan tersebut dokter melepaskan tanggungjawabnya terhadap pasien tersebut. Paragraf 8

Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien yang masih banyak. pak mantri tolong umumkan ke pasien, saya akan istirahat makan sejenak kata dr.Bagus. Demikianlah kegiatan sehari hari dr.Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut.

Dalam paragraf yang kedelapan ini dokter melanggar kaidah beneficence dimana sokter tidak mengutamakan altruisme, karena dokter tidak rela berkorban demi kepentingan orang lain, dokter tahu bahwa masih banyak pasien yang mengantri namun demi kepentingannya untuk beristirahat dokter menyuruh pasiennya menunggu hingga ia selesai beristirahat.

Kesimpulan

Dari pembahasan kasus ini kita dapat menyimpulkan bahwa dokter Bagus telah bekerja dengan memenuhi kaidah-kaidah bioetik sesuai dengan prinsip-prinsip dari tiap-tiap kaidah. Dokter Bagus melaksanakan kaidah beneficence dimana dokter Bagus mengabdikan diri di desa tersebut dan bekerja tanpa mengenal lelah hanya untuk menolong warga desa yang sakit. Dokter Bagus juga melaksanakan kaidah non-maleficencenya dimana dokter menolong pasiennya yang emergency dan menanganinya dengan baik tanpa memperburuk akibat-akibat yang ada. Dokter bagus juga memenuhi kaidah autonominya dengan menghargai keputusan dari tiap pasiennya untuk menentukan nasib mereka sendiri, memberikan kesempatan pada pasiennya untuk mempertimbangkan semuanya. Dokter Bagus juga memberlakukan kaidah justice dalam pekerjaannya dimana dokter menghargai hak sehat setiap pasien dan memberi kesempatan yang sama terhadap setiap pasiennya dalam porsi yang sama. Dengan melakukan segala kaidah-kaidah bioetik dalam tugasnya dokter Bagus dapat menciptakan susana nyaman dan baik dalam puskesmas tersebut.

Daftar Pustaka

1. Triharnoto. The doctor. Jakarta: Pustaka anggrek, 2009.h.13

2. Chang W. Bioetika. Yogyakarta: Kanisius, 2009.h.8

3. Daldiyono. Bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2006.h.403 sampai 6

4. Hanafiah MJ, Etika kedokteran dan hukum kesehatam. Edisi ke-4. Jakarta: EGC, 2009.h.35. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. Edisi ke-1. Jakarta: EGC, 2005.h.124