Bioetanol (Article Review)

download Bioetanol (Article Review)

of 4

Transcript of Bioetanol (Article Review)

Produksi Bioetanol1. PENDAHULUAN Menipisnya bahan bakar di bumi membuat para peneliti semakin gencar untuk menemukan bahan bakar alternatif agar laju penggunaan bahan bakar dapat dikurangi. Bioetanol merupakan salah satu bahan untuk dicampurkan ke dalam bahan bakar. Bioetanol diperoleh melalui serangkaian proses yakni persiapan bahan baku, fermentasi, dan pemurnian. Saat ini sudah banyak bioetanol yang dihasilkan dan menggunakan berbagai macam bahan baku seperti jagung, singkong, ubi jalar, dan tebu. Bahan baku yang digunakan juga termasuk sangat mudah ditemukan dan cenderung kurang dimanfaatkan. Saat bahan baku mengandung karbohidrat maka bioetanol akan dapat diperoleh dengan fermentasi oleh bantuan mikroorganisme. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya kandungan oksigen yang tinggi (35%) sehingga jika dibakar sangat bersih, serta ramah lingkungan karena emisi gas karbon monoksida lebih rendah 19-25% dibanding BBM sehingga tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer (Saputra, 2011). Tulisan ini merupakan suatu ulasan terhadap jurnal penelitian yang membahas bioetanol. Dengan harapan menambah wawasan pembaca terkait bioetanol dan teknologi produksinya, maka saya memilih judul Produksi Bioetanol untuk artikel ulasan ini. Sekaligus juga mengetahui bahan baku paling efektif dan dapat dikomersialkan. 2. METODE Artikel ini merupakan hasil suatu studi literatur tentang bioetanol dengan memanfaatkan jurnal elektronik dari internet. Situs www.biotechnologyforbiofuels.com/content/4/1/8 merupakan suatu situs internet yang khusus menyediakan jurnal penelitian terkait bahan bakar nabati. Situs ini menyediakan jurnal-jurnal berstandar dan open access. Topik yang dibahas kebanyakan membahas produksi bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan mikroba melalui teknik ferementasi. Bioetanol merupakan kata pencarian yang menampilkan banyak jurnal dan cukup variatif. Dengan menggunakan bioetanol sebagai topik, maka jurnal-jurnal yang digunakan dalam artikel ini adalah: Production of ethanol from winter barley by the EDGE (enhanced dry grind enzymatic) process

Watermelon juice: a promising feedstock supplement, diluent, and nitrogen supplement for ethanol biofuel production Direct ethanol production from cellulosic materials using a diploid strain of Saccharomyces cerevisiae with optimized cellulase expression

Jurnal-jurnal ini digunakan sebagai bahan pembuatan artikel untuk kemudian dibandingkan satu sama lain guna mengetahui bahan baku paling efektif dan tergolong mudah untuk mendapatkan bioetanol.

3. HASIL Berikut adalah hasil ringkasan terhadap jurnal-jurnal yang digunakan dalam artikel ini. Production of ethanol from winter barley by the EDGE (enhanced dry grind enzymatic) process (JURNAL 1): Permintaan akan bahan bakar tetap meningkat dan pengembagan bahan bakar alternatif masih pelu dilakukan. Penelitian terkait bioetanol generasi kedua yakni yang berbahan baku lignoselulosa ternyata kurang membantu oleh karena prosesnya yang lebih rumit dari yang diharapkan. Hingga hasil bioetanol generasi kedua tersebut dapat dimanfaatkan untuk publik maka diperlukan bioetanol berbahan baku bukan makanan dan Winter Barley adalah jawabannya. Winter Barley merupakan bahan baku yang memiliki pati lebih sedikit dibandingkan jagung yang merupakan bahan baku bioetanol juga. Bahan baku bukan makanan ini bila dilumat akan mempunyai visikositas yang tinggi oleh karena kandungan -glucans nya. Hal inilah yang membuat para peneliti tertantang untuk memanfaatkannya. Karena tergolong cara yang sangat baru maka peneliti menciptakan proses yang baru, EDGE (enhanced dry grind enzymatic), utnuk dapat memanfaatkan -glucans dalam memproduksi bioetanol.Peneliti juga -glucans dan juga melakukan

menggunakan beberapa jenis enzim untuk dapat mengubah

fermentasi hingga diperoleh bioetanol. Dengan menggunakan 30% dari berat total bahan baku kering melalui proses EDGE maka akan didapat 15% v/v etanol. Watermelon juice: a promising feedstock supplement, diluent, and nitrogen supplement for ethanol biofuel production (JURNAL 2): Ada dua alasan ekonomis yang kuat dan menjadi bahan pertimbangan untuk memanfaatkan semangka sebagai bahan baku produksi bioetanol. Pertama, hampir 20% dari panen semangka tiap tahunnya tidak dijual karena bentuknya yang jelek ataupun adanya kerusakan pada kulitnya. Hal ini merupakan kerugian bagi para petani. Kedua, semangka mengandung lycopene and L-citrulline, yang cukup penting dan dibutuhkan,

yang dapat dipisahkan melalui suatu proses. Proses pemisahan lycopene and L-citrulline ini akan menyisakan jus semangka yang mengandung 7-10% gula fermentasi tanpa asam amino yang langsung dapat dimanfaatkan untuk fermentasi mengasilkan bioetanol. Fermentasi pda pH 5 merupakan kondisi paling akhir bagi ragi untuk dapat melakukan fermentasi dengan bahan baku ini. Dengan menggunakan jus semangka sebagai diluen, bahan baku tambahan, dan juga sumber nitrogen untuk fermentasi pada pH 3 mengasilkan etanol 25% w/v gula fermentasi atau setara dengan 0.41-0.46 g etanol dalam setiap gram gula. Sedangkan, pada pH 5 dihasilkan etanol 0.360.41 g dari tiap gram gula. Direct ethanol production from cellulosic materials using a diploid strain of Saccharomyces cerevisiae with optimized cellulase expression (JURNAL 3): Beras merupakan sumber lignoselulosa paling banyak. Selulosa tersebut perlu melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan bioetanol. Agar proses ini dapat berjalan maka dibutuhkan beberapa enzim selulotik seperti endoklunase, selulosahidrolase, dan -glukosidase. Studi ini berusaha

mengoptimalkan fungi dari enzim selulotik guna meningkatkan aktivitas degrdasi selulosa yang selanjutnya akan memampukan proses produksi etanol secara langsung. Maka peneliti menggunakan Saccaromyces cerevisiae dalam bentuk diploid. Hasil fermentasi dengan bantuan S. cerevisiae diperoleh 7.6 g/l etanol dalam 72 jam.

4. PEMBAHASAN Ketiga jurnal yang digunakan dalam artikel ulasan ini sama-sama menyajikan tentang pembuatan bioetanol hanya saja setiap peneliti memiliki bahan baku yang berbeda dan juga mikroba yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jurnal 1 cukup menarik karena merupakan suatu penelitian terhadap bahan baku yang bukan bahan makanan. Selama ini kebanyakan bahan baku utnuk fermentasi menghasilkan etanol adalah bahan makanan seperti jagung, singkong, atau juga seperti padaJurnal 2 yang menggunakan semangka. Penelitian yang menggunakan Winter Barley ini tidak memerlukan perlakukan khusus, berbeda dengan bahan baku lignoselulosa, dalam melakukan fermentasi langsung. Namun, Jurnal 3 menunjukkan hasil fermentasi yang paling besar diantara ketiganya. Memang benar bahwa metode ini cukup unggul dibandingkan Jurnal 1 dan 2 dari segi hasil fermentasi. Pemanfaatan mikroba S. cerevisiae membuat fermentasi ini menghasilkan etanol hanya dalam hitungan jam. Namun, lignoselulosa merupakan bahan baku bioetanol generasi kedua yang notabene belum direalisasikan hingga

sekarang karena tekniknya yang rumit dan memerlukan perlakukan khusus. Jadi, belum dapat dikomersialkan ke masyarakat. Jurnal 2 adalah penelitian yang tergolong unik dengan memanfatkan hasil sampingan dari produksi lycopene dan L-citrulline yakni jus semangka. Namun, dalam penelitian yang digunakan adalah jus semangka sebagai bahan tambahan dengan hasil etanol 25% w/v gula fermentasi.

5. KESIMPULAN Mengingat pentingnya mencari bahan bakar alternatif saat ini, maka perlu untuk menentukan bahan baku fermentasi bioetanol yang paling efektif dan dapat dikomersialkan. Setelah mengulas ketiga jurnal memang cukup revolusioner dalam pencarian bahan bakar alternatif. Namun, Jurnal 1 lebih baik dari ketiganya karena bahan bakunya merupakan bahan bukan makanan dan juga dapat dikomersialkan. Tanpa harus takut kekurangan bahan baku, karena bahannya bukan makanan, metode ini diharapkan dapat memberi kontribusi akan kekhawatiran publik pada menipisnya cadangan minyak bumi. Sealain itu, metode EDGE yang tergolong baru ini juga tidak memerlukan perlakukan khusus seperti pada bioetanol generasi kedua.

6. DAFTAR PUSTAKA Bruton, B., Fish, W., Russo, V. (2009). Watermelon juice: a promising feedstock supplement, diluent, and nitrogen supplement for ethanol biofuel production [Electronic version]. Journal of Biotechnology for Biofuels, 2:18, 1-9. Fukuda, H., Kondo, A., Tanaka, T., Taniguchi, N., & Yamada, R. (2011). Direct ethanol production from cellulosic materials using a diploid strain of Saccharomyces cerevisiae with optimized cellulase expression [Electronic version]. Journal of Biotechnology for Biofuels, 4, 1-8. Hicks, K.B., Johnston, D.B, Konieczny-Janda, G., Kurantz, M., Li, M., Nghiem, N.P., Senske, G., Shetty, J. Production of ethanol from winter barley by the EDGE (enhanced dry grind enzymatic) process [El;ectronic version]. Journal of Biotechnology for Biofuels, 3:8, 1-8. Saputra, Desi, (2011), LIPI Kembangkan Bioetanol Generasi Kedua,

http://www.antaranews.com/berita/272273/lipi-kembangkan-bioetanol-generasi-kedua