Bio Etik
-
Upload
fina-agustiani-liaw -
Category
Documents
-
view
242 -
download
4
description
Transcript of Bio Etik
BIOETIK
VANIA LEVINA
102011259
KELOMPOK F3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
I . PendahuluanEtik adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang moralitas. Etik terbagi
dalam etik normatif dan metaetik (etik analitik). Pada etik normatif, para filosof mencoba menegakkan apa yang benar secara moral dan mana yang salah secara moral dalam kaitannya dengan tindakkan manusia. Pada metaetik, para filosof memperhatikan analisis kedua konsep moral di atas.1
Bioetika dakah salah satucabang dare etik normatif. Bioetik atau Biomedical adalah etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis.1
Beberapa contaoh pertanyaan didalam Bioetika adalah : Apakah seorang dokter berkewajiban secara moral untuk memberitahukan kepada seseorang yang berada dalam stadium terminal bahwa ia sedang sekarat? Apakah membuka rahasia kedokteran dapat dibenarkan secara moral? Apakah aborsi ataupun euthanasia dapat dibenarkan secara moral?1
Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa rules dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah : 1. Prinsip Otonomy/autonomy, 2. Prinsip beneficence, 3. Prinsip non-maleficence, 4. Prinsip Justice. 1
Tujuan Bioetik sendiri ialah : Untuk Membantu dokter dalam berhadapan dengan pasien, untuk mencegah dokter berbuat seenaknya pada pasien, untuk melindungi hak pasien
A. Identifikasi istilah yang tidak diketahuiAsites : penumpukkan cairan pada rongga peritoniumObat kemoterapeutik : istilah obat-obatan yang digunakan pada penderita kanker
B. Rumusan masalah- Kekurangan sarana & tenaga kerja - Pasien dr.Bagus sangat banyak- Daerah wilayah kerja dr.bagus sangt terpencil
C. Mind mapping
HipotesisDokter Bagus telah melakukan prinsip-prinsip Bioetik
II . Pembahasan
- Kekurangan sarana & tenaga kerja Dr. Bagus menyarankan agar anak balita tersebut di rawat d RS yang ada di kota ( p.2 b.3) & pada pasien ke-4 dr.Bagus juga memberi surat rujukan ke RS yang berada di kota ( p.6 b.3 ). Hal ini dilakukan dr.Bagus karena kekurangan sarana & prasaran dan dia meberikan pilihan yang terbaik.
- Pasien dr.Bagus sangat banyakDr.Bagus hanya dengan 1 orang mantrinya, sedangkan pasiennya sangat banyak, apakah
pelayanannya efektiv selama 25 tersebut? Kemungkina, ya, karena tidak ada keluhan dari pasien-pasiennya, ini berarti dr.Bagus memberikan pelayanan semaksimal mungkin.
- Daerah wilayah kerja dr.bagus sangt terpencil
A. Prinsip Beneficence ( tindakan berbuat baik)Prinsip Beneficence adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam benficence tidak hanya dikenal perbuatan utuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya ( mudharat).1
A. 1 General beneficence : 2
o melindungi & mempertahankan hak yang laino mencegah terjadi kerugian pada yang lain,o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,o B. 2 Specific beneficence : 2
o menolong orang cacat,o menyelamatkan orang dari bahaya.
Contoh pada kasus dr. Bagus :o Paragraf 1 baris 2
“Sehari-hari dia bertugas di sebuah puskesmas” menunjukkan bahwa dokter tenar mengikuti prinsip beneficence karena ia berbuat baik bagi pasien dan juga termasuk dalam check list yaitu pada check list ke 8 (memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan/prefensi pasien), check list ke 5 (paternalism bertanggung jawab/berkasih sayang).
o Paragraf 1 baris 3“Tidak menutup kemunginan ia harus mengobati pasien di malam hari”
ini menunjukkan bahwa dokter tenar mengikuti prinsip beneficence karena ia berbuat baik bagi pasien dan juga termasuk dalam check list yaitu pada check list ke 1(mengutamakan alturisme, menolong tanpa pamrih dan rela berkorban untuk kepentingan orang lain).
o Paragraf 2 baris 4, Paragraf 3 baris 5, paragraf 4 baris 11Dr. Bagus meberikan obat, oralit, dan vitamin serta nasehat, menunjukkan bahwa
dokter berbuat yang terbaik bagi pasien dan meminimalisir bagian terburuk. Hal ini sesuai dengan check list no 9 (meminimalisasi akibat buruk).
B. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence).Prinsip non-maleficence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “aboce all do no harm”.1
Contoh pada kasus Dr. Bagus :o Paragraf 3 baris 6
Dokter Bagus meminta mantri untuk menjelaskan cara membuat air oralit, dokter mencegah agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan air oralit, hal ini menunjukkan bahwa perbuatan dokterBagus sesuai dengan prinsip non-malficense pada check list ke 9 ( menghindari misrepresentasi dari pasien).
o Paragraf 5 baris 2Dr.Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan telebih dahulu memberi pertolongan pada pemnuda tersebut, hal ini menunjukkan bahwa perbuatan dokter Bagussesuai dengan prinsip non-malficense pada check list ke 1 (menolong pasien emergency),
o Paragraf 5 baris 9Dr. Bagus melakukan amputasi, hal ini menunjukkan bahwa perbuatan dokter Bagus sesuai dengan prinsip non-malficense pada check list 2( manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter, 3 (mengobati pasien yang luka), dan 6 (tidak menganggap pasien hanya sebagai objek).
C. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy)Prinsip autonomy adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomy pasien (the right to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent.1
· Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.2
· Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.2
Contoh pada kasus dr. Bagus :o Paragraf 5 baris 7
Dr.Bagus memberitahukan kepada istrinya bahwa suaminya hanya bisa ditolong dengancara amputasi. Menunjukkan dr.Bagus menjalankan check list no 3 (berterus terang).
o Paragraf 5 baris 7 dan 8Dr. Bagus menanyakan tentang keputusan untuk amputasi, dalam hal ini dr.Bagus menjalankan check list no. 7 (melaksanakan informed consent).
D. Keadilan (justice).Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).1
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Contoh pada kasus dr.Bagus :o Paragraf 2 baris 2
Dengan tujuan memasyarakatkan antre, dr. Bagus memeriksa pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran.Hal ini menunjukkan perbuatan dr. Bagus baik dalam hal Justice dalam check list no 1 (memberlakukan segala sesuatu secara universal.
III. PenutupA. Kesimpulan
Dalam kasus dr.Bagus ini terdapat beberapa contoh yang sesuai dengan prinsip bioetika kedokteran. Dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa dalam mempelajari kaidah dasar bioetik.
Daftar Pustaka
1. Budi S, Zulhasmar S, Tjetjep DS. Bioetik dan Hukum kedokteran. Ed 1. Jakarta : Pustaka Dwipar; 2005.h.29-31
2. Budiman H, Darmino S. Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam profesi dokter. Jakarta. 2011
Makalah Bioetika (Pembahasan kasus berdasarkan kaidah Beneficence, Non-maleficence, Autonomi, Justice)
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka derita.
Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada orang kecil di daerah terpencil.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah “Totalitas seorang dokter dalam pelayanannya”.
Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini sudah mencakup banyak aspek yang menjadi masalah atau kendala dalam pelayanan sang dokter di tempat tugasnya, sehingga mudah untuk dijabarkan atau dijelaskan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan kaidah bioetik seperti Beneficence, Non - Malficence, Autonomy dan Justice apabila sudah terjun kedunia kerja yang sesungguhnya.
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi bioetik
Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.
2.2 Pembahasan Masalah
Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang
dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie.
Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:
Beneficence
Non - Maleficence
Justice
Autonomi
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan
terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence
menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang
buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;
Mengutamakan Alturisme
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
Tidak ada pembatasan “goal based”
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan
Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
Mengembangkan profesi secara terus menerus
Minimalisasi akibat buruk
Kaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus
1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri,
hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga
desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana
kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak
menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).
Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas
waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan
niatnnya untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.
Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah
Beneficence.
2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut
dirawat dirumah sakit yang berada dikota.(Paragraf 2).
Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang
berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat
lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.
3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar
istirahat yang cukup.(Paragraf 2).
Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan
agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan
diterima pasien.
4. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu,
memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya.
5. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar
anak bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada
orang tua pasien. (Paragraf 4).
Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar
pasien tidek terlalu menderita.
6. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini dokter
Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab
sebagai seorang dokter dalam menangani pasiennya.
7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun
dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun
belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang
ada hanya bagaimana mengobati pasien-pasiennya (Paragraf 7).
Disini dokter Bagus menunjukkan sis i altruisme, ia menolong dan rela berkorban
demi kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
2.2.2 Non – Malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kunoFist, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Menghindari misrepresentasi
Memberikan semangat hidup
Tidak melakukan white collar crime
Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:
1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah
satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk
kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda
tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter
Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada
orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda
tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia
adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan
suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal
untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa
akibat pendarahan.
2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap
individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib
sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan
sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan
membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip
sebagai berikut:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan Informed Consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga
pasien sendiri
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien
Mejaga hubungan atau kontrak
Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :
1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk
berobat. “Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti
ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering
mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat
kondisi keadaan anak ibu”, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).
Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan
pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap
menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari
ibu tersebut
2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan
tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu
sendiri.
3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
kontrol. (Paragraf 5).
Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien,
apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan
pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.
4. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya,
pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)
Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan
prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus
menerapkan prinsip ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adiluntuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter
terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
Bijak dalam makroalokasi
Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :
1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).
Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia
memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan
tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.
2. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan
prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia
akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).
Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi
kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.
PENUTUP
3. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter
Bagus melaksanakansegala tugas praktek kedokterannya berdasarkan prinsip-prinsip yang
ada di dalam kaidah bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non maleficence, justice dan
autonomi.
Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan
pasien. Ia mengutamakan kepentingan pasien. Kemudian sesuai prinsip non maleficence,
dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan
darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk
pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi,
dokter Bagus mengutamakan hak-hak pasien dalam mengambil keputusan tentang
penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam
menentukan nasibnya sendiri.
Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi pasien, sehingga
terciptanya situasi yang,baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan
demi kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
2. 2. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika, Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.