BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL...

54
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Living Qur’an Tentang Metode Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh Kementerian Agama Kota Depok-Jawa Barat) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Magister Agama (M.Ag) dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh: CUTRA SARI NPM. 215.4.10.612 Pembimbing: Prof. DR. H. Said Agil Husen Munawar, MA DR. H. Muhammad Ulinnuha Khusnan, Lc, MA KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCA SARJANA MAGISTER INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA TAHUN 1438 H/ 2017 M

Transcript of BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL...

Page 1: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA

DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Living Qur’an Tentang Metode Bimbingan dan Penyuluhan

Penyuluh Kementerian Agama Kota Depok-Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Magister Agama

(M.Ag) dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

CUTRA SARI

NPM. 215.4.10.612

Pembimbing:

Prof. DR. H. Said Agil Husen Munawar, MA

DR. H. Muhammad Ulinnuha Khusnan, Lc, MA

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCA SARJANA MAGISTER

INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

TAHUN 1438 H/ 2017 M

Page 2: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah

Tesis yang berjudul:

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM

PERSPEKTIF AL-QUR‟AN (Studi Living Qur’an Tentang Metode

Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh Kementerian Agama Kota Depok-

Jawa Barat) yang disusun oleh:

Nama : Cutra Sari

NIM : 215.4.10.612

Saya berpendapat bahwa tesis tersebut dapat diajukan kepada

Fakultas Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta: Agustus 2017

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof. DR. H. Said Agil Husen Munawar, MA DR. H. M. Ulinnuha, Lc,

MA

Page 3: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA

DALAM PERSPEKTIF AL-QUR‟AN (Studi Living Qur’an Tentang Metode

Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh Kementerian Agama Kota Depok-

Jawa Barat)” yang disusun oleh Cutra Sari dengan Nomor Pokok Mahasiswa

215.4.10.612 telah diujikan pada hari ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, tanggal

…………………., dan dinyatakan …………………….. dengan

yudisium/predikat …………………

Tesis ini telah disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Agama (M.Ag) pada Program Pascasarjana Magister Studi Agama

Islam Konsentrasi Ulumul Qur‟an dan Ulumul Hadis Program Studi Ilmu

Agama Islam di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

Direktur Program

DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Panitia Ujian

Ketua Sidang ( …………………… )

Sekretaris Sidang ( ……………………. )

Penguji 1 ( …………………….. )

Penguji 2 ( …………………… )

Pembimbing 1 ( …………………… )

Pembimbing 2 ( …………………… )

Page 4: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cutra Sari

NIM : 215.4.10.612

Tempat, tgl. Lahir : Petaling (Bangka), 10 Nopember 1984

Menyatakan bahwa tesis dengan judul BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR‟AN (Studi

Living Qur’an Tentang Metode Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh

Kementerian Agama Kota Depok-Jawa Barat) adalah benar-benar asli karya

kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan

di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 10 Agustus 2017

Penulis,

Cutra Sari

Page 5: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Sang Pemilik dan Penggenggam setiap detik

kehidupan seluruh umat manusia, atas limpahan hidayah dan inayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Semoga

Shalawat dan salam senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi Junjungan

Alam, Rasulullah, Muhammad SAW.

Dalam penyelesaian tesis ini tentu tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, baik perorangan maupun lembaga, yang langsung maupun

tidak langsung, mulai dari perencanaan, penelitian, penyusunan, sampai

penyelesaian. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Prof. DR. Khuzaemah Y. Tango, MA selaku Rektor Institut Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Prof. DR. KH. Said Agil Husen Munawwar, MA selaku Pembimbing

I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

dalam penyusunan tesis ini.

4. DR. H. Muhammad Ulinnuha Khusnan, Lc, MA selaku Pembimbing

II yang telah memberikan banyak masukan positif bagi penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

5. Para Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah dengan

ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis sehingga dapat

menambah khazanah keilmuan.

6. Staf Tata Usaha Institut Ilmu Al-Qur‟an yang telah membantu

memfasilitasi penulis dalam perkuliahan di Institu Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta.

Page 6: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

v

7. Teman-teman seperjuangan Fakultas Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

(IAT) IIQ Jakarta angkatan 2015 atas kebersamaannya dalam

menuntut ilmu dan pengalaman yang takkan tergantikan, serta

ukhuwah islamiyah yang sangat bermakna.

8. Kepala Kementerian Agama Kota Depok, Drs. H. Ismatullah Syarif,

M.Ag yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Pokjaluh (Kelompok Kerja Penyuluh) Kementerian

Agama Kota Depok.

9. Kasi Bimas Islam beserta seluruh pegawai Kementerian Agama kota

Depok atas bantuannya dalam proses penyelesaian tesis ini.

10. Ketua Umum Pokjaluh Kota Depok, Drs. H. Fachrudin dan segenap

teman-teman penyuluh agama Islam Fungsional Kementerian Agama

Kota Depok, atas kesediannya untuk menjadi informan bagi

penelitian penulis.

11. My one and only lovely hero “emak” atas do‟a-do‟a terpanjat yang

mengetuk pintu langit untuk keberkahan dan kesuksesan ananda.

Sungguh beruntung anakmu ini memiliki perempuan yang hebat luar

biasa sepertimu “emak”.

12. Teman hidup serta anak-anak luar biasa (Kayyisa Aufa, Si Kembar

Athaya Farhana, Athiya Khaira) yang bersabar dalam perjalanan

panjang “bunda” berproses menuntut ilmu untuk menjadi pribadi

yang lebih baik lagi.

13. Abang-abang, adik, ayuk dan seluruh keluarga yang telah banyak

memberikan support bagi penulis.

14. Seluruh teman dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih tak terhingga penulis kepada beliau-beliau yang

tersebut di atas. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah dan

anugrah-Nya yang berlimpah bagi mereka. Sangat disadari dalam tesis ini

Page 7: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

vi

terdapat banyak kekurangan oleh karena itu semua saran dan kritik penulis

terima dengan lapang dada demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Akhirnya

harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Senin, 21 Agustus 2016

Jakarta

Penulis

Page 8: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis di Institut Ilmu Al-

Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu dan berpedoman pada

buku pedoman penulisan berikut ini:

1. Konsonan

th : ط a أ

zh : ظ b ة

„ : ع t ث

gh : غ ts ث

f : ف j ج

q : ق h ح

k : ك kh خ

l : ل d د

m : و dz ذ

n : ن r ز

w : و z ش

h : ي s س

′ : ء sy ش

y : ي sh ص

dh ض

2. Vokal

Page 9: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

viii

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah: a آ : â ي... : ai

Kasrah: i ي : î و... : au

Dhammah: u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lâm (ال) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lâm (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

al-Madînah : انمديىت al-Baqarah : انبقسة

b. Kata sandang yang diikuti alif lâm (ال) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lâm (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

as-Sayyidah : انسيدة ar-Rajul : انسجم

ad-Dârimî : اندازمي asy-Syams : انشمس

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ),

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.Aturan ini

berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

فهبء Âmanâ billâhi : آمىبببلل Âmana as-Sufahâ’u : آمهانس

انريه كع Inna al-ladzîna : إن Wa ar-Rukkai : وانس

d. Ta Marbûthah (ة)

Page 10: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

ix

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqf atau diikuti oleh kata

sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

ف ئدة لاميت al-Af’idah : ال الاس al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : انجبمعت

Sedangkan Ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

ب سي Âmilalatun Nâshibah‘ : عبمهتوبصبت انك al-Âyat al-Kubrâ : اليت

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi

apabila telah dialihaksarakan, maka berlaku ketentuan ejaan yang

telah disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal

kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-

lain. Ketentuan yang berlaku pada (EYD) berlaku pula dalam alih

aksara ini, seperti cetak miring (italic) dan cetak tebal (bold) dan

ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata

sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,

bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallân

al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an

dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-

Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 11: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS .................................................................... i

PERNYATAAN PENULIS ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

ABSTRAKSI ....................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................... 11

E. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................. 11

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 15

G. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 23

BAB II. BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM

TINJAUAN ILMU

A. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Agama ...................................... 25

B. Urgensi Bimbingan dan Penyuluhan Agama ........................................... 29

C. Unsur-Unsur Bimbingan dan Penyuluhan ................................................ 32

D. Metode dan Pendekatan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.. ............. 46

Page 12: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xi

BAB III. TERMINOLOGI DAN PENAFSIRAN AYAT-AYAT

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

A. Dakwah .......................................................................................................... 68

B. Tabligh ........................................................................................................... 81

C. Amar Makruf Nahi Mungkar ...................................................................... 88

D. Irsyad ............................................................................................................ 101

E. Mau’idzah Hasanah .................................................................................... 105

F. Tabsyir .......................................................................................................... 114

G. Indzar/ tandzir ............................................................................................. 119

H. Washiyah ...................................................................................................... 132

I. Tarbiyah ........................................................................................................ 137

J. Ta’lim ............................................................................................................ 139

K. Khotbah ......................................................................................................... 144

BAB IV. RESEPSI PENYULUH AGAMA KOTA DEPOK

TERHADAP AYAT-AYAT BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

A. Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Depok .................. 154

B. Metode Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh agama Islam

Kementerian Agama Kota Depok ............................................................ 170

C. Resepsi penyuluh agama Islam Kota Depok terhadap ayat

bimbingan dan penyuluhan

1. Ayat tentang Kewajiban Berdakwah ................................................. 173

2. Ayat tentang Metode Bimbingan dan Penyuluhan .......................... 174

3. Ayat tentang Materi Bimbingan dan Penyuluhan ............................ 183

4. Ayat Tentang Karakteristik Penyuluh ............................................... 188

D. Analisis Kesesuaian Metode Penyuluh Agama Kota Depok

Dengan Isyarat Al-Qur‟an ........................................................................ 193

Page 13: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xi

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 196

B. Saran ............................................................................................................. 197

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 199

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

i

Page 15: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xiv

ABSTRAK

Nama: Cutra Sari, NPM: 215.4.10.612, Judul: BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Living

Qur’an Tentang Metode Bimbingan dan Penyuluhan Penyuluh Kementerian

Agama Kota Depok-Jawa Barat)

Kementerian Agama sebagai salah satu fasilitator kegiatan keagamaan di

masyarakat memiliki rumpun jabatan yang bertugas untuk memberikan bimbingan

dan penyuluhan kepada masyarakat tentang keagamaan dan pembangunan melalui

bahasa agama. Rumpun jabatan tersebut adalah penyuluh agama. Para penyuluh

agama mencakup seluruh agama yang diakui di Indonesia. Mereka tersebar di

setiap Kementerian Agama Kabupaten/ Kota, yang berkedudukan di kecamatan

(Kantor Urusan Agama Kecamatan) di seluruh Indonesia. Peran mereka sangat

strategis sebagai social change agent yang harus memberikan pemahaman

keagamaan dan pembangunan kepada masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini

sangat penting, karena membahas bagaimana metode penyuluh agama dalam

memberikan bimbingan dan penyuluhan, sekaligus mengukur resepsi penyuluh

agama terhadap ayat-ayat bimbingan dan penyuluhan.

Peneliti menggunakan metode living Qur’an dalam penelitian ini. Living

Qur’an yaitu kajian yang lebih menekankan pada aspek respon masyarakat

terhadap kehadiran Al-Qur’an. Jadi dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan

data-data dan menela’ah buku-buku, literatur-literatur perpustakaan terkait dengan

pembahasan kemudian membaca dan menangkap resepsi para penyuluh agama

Islam Kementerian Agama Kota Depok terhadap ayat-ayat terkait bimbingan dan

penyuluhan dalam Al-Qur’an. Kemudian menganalisa kesesuaian metode yang

mereka gunakan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat

Kota Depok dengan isyarat yang diinginkan oleh Al-Qur’an.

Hasil penelitian menunjukkan, dari empat (4) ayat tentang berbagai dimensi

bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam Al-Qur’an; yaitu QS. Ali

Imran [3]: 104 tentang kewajiban berdakwah, QS. An-Nahl [16]: 125 tentang

metode bimbingan dan penyuluhan, QS. Al-Isra’ [17]: 24 tentang materi bimbingan

dan penyuluhan serta QS. Al-Maidah [5]: 67 tentang karakteristik penyuluh. Dari

18 orang informan penyuluh Agama Islam kementerian Agama Kota Depok,

penulis mendapatkan bahwa mereka memiliki resepsi yang berbeda-beda terhadap

ayat-ayat bimbingan dan penyuluhan; baik dalam aspek bacaan/ hafalan ayat,

aspek tulisan, aspek kognisi, maupun aspek aplikasi ayat tersebut. Misalnya resepsi

penyuluh agama Kota Depok terhadap QS. Ali Imran [3]: 104; dalam aspek

hafalan/ bacaan: hafal dengan baik yaitu sebanyak 12 orang (66,67%), 2 orang

(11,11%) menghafal ¾ bagian ayat, 3 orang (16,67%) dapat menghafalkan ½

bagian dari ayat tersebut sedangkan sisanya sebanyak 1 orang (5,56%) hanya dapat

menyebutkan ¼ bagian dari ayat tersebut. Dalam aspek tulisan, dari 18 informan

sebanyak 11 orang (61,11%) dapat menulis dengan baik, 4 orang (22,22%) dapat

menuliskan ¾ ayat, 2 orang (11,11%) dapat menuliskan ½ bagian ayat, dan 1 orang

Page 16: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xv

(5,56%) tidak dapat menuliskan ayat tersebut. Dalam aspek kognisi; sebagian besar

memahami dengan baik sejalan dengan pemahaman mufassirin yaitu sebanyak 14

orang (77,78%), memahami dengan paham tidak mendalam yaitu sebanyak 3 orang

(16,67%), sisanya sebanyak 1 orang (5,56%) hanya memahami tema dari ayat

tersebut. Sedangkan dalam aspek aplikasi sebanyak 83, 33 % atau 15 orang dari 18

informan tersebut. Sedangkan sisanya sebanyak 3 orang (16,67 %) tidak meyakini

apakah sudah mengaplikasikannya dalam kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan di

tempat tugasnya masing-masing.

Resepsi para penyuluh agama Islam Kota Depok pada ayat-ayat yang lain

juga tidak jauh berbeda dengan QS. Ali Imran [3]: 104 tersebut. Menurut

pengamatan peneliti para penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota Depok,

telah melaksanakan sebagian besar konsep Al-Qur’an tentang bimbingan dan

penyuluhan agama Islam. Metode yang mereka gunakan dalam bimbingan dan

penyuluhan merupakan representasi dari konsep Al-Qur’an dan sesuai dengan

isyarat yang diinginkan oleh Al-Qur’an.

Page 17: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xvi

ABSTRACT

Name: Cutra Sari, NPM: 215.4.10.612, Title: THE RELIGION AND RESULT OF

RELIGION IN THE PERSPECTIVE OF THE QUR'AN (Study of Living Qur'an

on the Method of Counseling and Extension of the Ministry of Religious Affairs of

Depok-West Java)

The Ministry of Religious Affairs as one of the facilitators of religious

activities in the community has a cluster of duties in charge of providing guidance

and counseling to the community about religion and development through religious

language. The clan of the office is a religious instructor. The religious counselors

cover all the recognized religions in Indonesia. They are spread in every Ministry

of Religious Affairs District/City, which is located in the sub-district (Office of

Religious Affairs District) throughout Indonesia. Their role is very strategic as a

social change agent that must provide religious understanding and development to

the community. Therefore this research is very important, because it discusses how

the method of religious instructors in providing guidance and counseling, as well as

measuring the receptions of religious counselors verses guidance and counseling.

Researcher uses Living Qur'an method in this research. Living Qur'an is a

study that emphasizes the public response to the presence of the Qur'an. So in this

study, researcher collects the data and explores the books, library literatures that

related to the discussion and read and then capture the receptions of religious

instructors of the Ministry of Religious Affairs of Depok City against verses related

to guidance and counseling in the Qur'an. Then the researcher analyzes the

suitability of the methods that they use in providing guidance and counseling to the

people of Depok City with the signals desired by the Qur'an.

The results showed, from four (4) verses about the various dimensions of

guidance and counseling to the community in the Qur'an; such QS. Ali Imran [3]:

104 about the duty of preaching, QS. An-Nahl [16]: 125 about guidance and

counseling methods, QS. Al-Isra '[17]: 24 on guidance and extension materials and

QS. Al-Maidah [5]: 67 on the characteristics of extensionists. From the 18

informant counselors of the Islamic Religion Ministry of Religious Affairs of

Depok City, the author found that they have different receptions to guidance and

counseling verses; in the aspects of reading/ memorizing paragraphs, aspects of

writing, aspects of cognition, as well as application aspects of the verse. For

example the receptions of religious counselors of Depok City against QS. Ali

Imran [3]: 104; In the aspects of rote / reading: memorized well there are 12 people

(66.67%), 2 people (11.11%) memorize ¾ section of paragraph, 3 people (16.67%)

can memorize ½ part of the verse while the rest, 1 person (5.56%) can only

mention ¼ part of the verse. In writing aspect, from 18 informants; 11 people

(61,11%) can write well, 4 people (22,22%) can write ¾ verse, 2 person (11,11%)

can write ½ part verse, and 1 People (5.56%) cannot write the verse. In the aspect

of cognition; there are 14 people (77.78%), they understood well in line with the

understanding of interpreters (mufassirin), 3 people (16.67%), they understand with

Page 18: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xvii

in-depth understanding; the rest of 1 person (5.56%) only understand the theme of

The verse. While in the aspect of the application as much as 83, 33% or 15 people

from 18 informants. While the rest, 3 people (16.67%) do not believe whether it

has been applied in Guidance and Counseling activities in place of their respective

duties.

The perception of the extension of Islamic religion in Depok City in other

verses is also not much different from the QS. Ali Imran [3]: 104 such. According

to the observation of the researcher, that the Islamic preachers of Ministry of

Religious Affairs of Depok City, has carried out most of the concept of Al-Qur'an

about guidance and counseling of Islam. The method they use in guidance and

counseling is a representation of the concept of the Qur'an and in accordance with

the cues desired by the Qur'an.

Page 19: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xviii

Page 20: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xix

Page 21: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

xx

Page 22: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar merupakan tujuan

utama dan termulia diciptakannya manusia. Allah SWT menciptakan

alam semesta yang sebesar dan selengkap ini demi terwujudnya usaha

amar ma‟ruf nahi munkar. Allah azza wajalla sengaja menciptakan

manusia sebagai khalifah di permukaan bumi, demi terwujudnya

kekhalifahan. Untuk menunjang keberhasilan kekhalifahan dimaksud,

Allah mengutus sejumlah Nabi dan Rasul sebagai penunjuk jalan menuju

kehendak-Nya.

Nabi Allah Adam, as adalah manusia pertama yang menjadi

manusia atau khalifah di permukaan bumi. Anak-anak Nabi Adam, as

dilahirkan dan telah mendapati ayah mereka sebagai seorang nabi yang

selalu menyuruh mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka dari

mereka dari kemunkaran. Sejak masa itu pula kemudian datang sejumlah

Nabi dan Rasul yang terus-menerus bersambung hingga berakhir dengan

kerasulan nabi Muhamad SAW. Para Nabi dan Rasul itu sengaja diutus

untuk membawa misi dari sisi Allah SWT yang paling utama, yaitu amar

ma‟ruf nahi munkar. Misi para Rasul ini berjalan dengan tujuan utama

diciptakannya manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Oleh

Karena itu, perbuatan menyuruh manusia pada kebaikan dan mencegah

dari hal-hal yang mungkar termasuk perbuatan yang paling mulia di sisi

Allah azza wa jalla.1

Pada zaman sekarang, masyarakat Islam sangat membutuhkan

para penerus perjuangan Nabi dan Rasul dalam menegakkan Risalah

Allah SWT; untuk berdakwah, menyeru umat manusia kepada kebaikan

dan mencegah dari perbuatan mungkar. Kementerian Agama sebagai

salah satu fasilitator kegiatan keagamaan dalam masyarakat Indonesia

memiliki sebuah rumpun jabatan yang menjadi tombak kementerian

agama dalam membentengi kegiatan keagamaan di masyarakat. Rumpun

jabatan tersebut adalah para penyuluh agama Islam.

Secara bahasa “penyuluh” merupakan arti dari kata bahasa

Inggris counseling yang sering diterjemahkan dengan “menganjurkan

atau menasihatkan”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia penyuluhan

berasal dari kata suluh yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi

dan mendapatkan imbuhan pe- dan an yang menunjukan proses atau

1 Fethullah Gullen, Dakwah; Jalan Terbaik dalam Berpikir dan Menyikapi Hidup,

(Jakarta: Republika Penerbit, 2011), hlm. 27

Page 23: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

2

cara, kegiatan memberi penerangan, menunjukan jalan.2 Dengan

demikian, penyuluh agama Islam merupakan para juru penerang

penyampai pesan yang memberi nasihat, memberikan penerangan bagi

masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang

baik. Di samping itu penyuluh agama Islam merupakan ujung tombak

dari Kementerian Agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat

Islam dalam mencapai kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir

bathin. Hasil akhir yang ingin dicapai dalam bimbingan dan penyuluhan

ini pada hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang

memiliki pemahaman mengenai agamanya secara memadai. Pemahaman

yang memadai dapat ditunjukkan melalui pengamalannya yang penuh

komitmen dan konsisten seraya disertai wawasan multi kultural untuk

mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai

satu sama lain.

Di Indonesia, profesi penyuluh agama Islam diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu: Pertama, Penyuluh agama Islam fungsional yang

berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berada di bawah

koordinasi Direktorat Penerangan Agama Islam. Kedua, penyuluh agama

Islam non-PNS yang ada di masyarakat dan terdaftar sebagai penyuluh

agama Islam di Kantor Kementerian Agama pada masing-masing

kabupaten/kota. Kedua penyuluh tersebut pada dasarnya memiliki tugas

pokok yang sama; yakni melakukan dan mengembangkan kegiatan

bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa

agama.3 Sejak tahun 2017 sesuai dengan peraturan Dirjen Bimas Islam

Kementerian Agama Republik Indonesia DJ. III no. 432/2016 mengenai

petunjuk teknis Pengangkatan Penyuluh Agama Islam non-PNS, maka

setiap penyuluh agama Islam PNS maupun non-PNS harus terintegrasi di

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan tempat tugas masing-masing

penyuluh. Peraturan ini berbeda dengan kondisi sebelumnya di mana

penyuluh Agama berada di bawah Seksi Bimas Islam Kementerian

Agama Kota/Kabupaten.

Bagi Kementerian Agama posisi Penyuluh Agama dalam

keadaan dilematis. Di satu sisi secara ideal keberadaan mereka sungguh

memiliki makna penting di tengah maraknya berbagai persoalan

keagamaan. Namun di sisi yang lain, mereka dalam kondisi yang

stagnasi, tidak ada perubahan kinerja dan perhatian. Hal ini

mengakibatkan tumbuhnya apatisme cukup serius di kalangan Penyuluh

Agama, terutama Penyuluh Agama non-PNS, dengan honor Rp

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari http://kbbi.web.id/suluh, tanggal 17

Agustus 2017, pkl. 20.15 3 Abdul Basit, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam Dan Pemberdayaannya,

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014, hlm. 160

Page 24: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

3

500.000,- tiap bulannya, sangat tidak seimbang dengan kerja para

penyuluh di lapangan.

Posisi Penyuluh Agama sebagai komunikator, sebenarnya

tidak jauh berbeda dengan profesi yang begitu terhormat dan tengah

marak di kalangan media sebagai “motivator”. Mario Teguh, Ari

Ginanjar dengan ESQ, adalah beberapa contoh motivator yang

sebenarnya cara kerja mereka tidak jauh berbeda dengan penyuluh.

Namun mereka melakukan pembaharuan dengan konsep-konsep yang

lebih aktual dan dibutuhkan publik. Komunikator dan motivator, tidak

selalu ditempuh pada konteks kemampuan mempengaruhi khalayak

dalam persoalan ekonomi, kewirausahaan dan pembangunan

kepribadian, tetapi bidang-bidang sosial keagamaan pun tidak kalah

penting dalam menumbuhkan dan membangun harmoni masyarakat.

Setidaknya ada dua (2) persoalan penting ketika melihat

keberadaan penyuluh agama. Pertama, bisa jadi masalah utama adalah

“kemampuan” penyuluh agama yang tertinggal dengan kemajuan

teknologi dan percepatan sosial yang ada dalam masyarakat, serta

kebutuhan riil publik. Metode yang dibangun oleh penyuluh agama

dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat kurang aktual atau

tidak up to date. Bandingkan dengan cara KH. Zainuddin MZ (alm),

Ustadz Yusuf Mansyur, Mamah Dedeh, atau Aa‟ Gym dan para

pendakwah popular lainnya, yang mampu mengemas dakwahnya secara

apik dan menarik. Ini artinya, agama bukan lagi merupakan wilayah

„kaum sarungan‟ semata, tetapi telah merambah kepada kelompok-

kelompok sosial kelas atas yang semula hampir tidak pernah

diperhitungkan.

Kedua, sejak terbitnya peraturan tentang Jabatan Fungsional

penyuluh agama, belum pernah dilakukan pengkajian secara serius

bagaimana kebutuhan penyuluh agama jika dikaitkan dengan persoalan-

persoalan aktual di masyarakat. Misalnya saja, berapa sebenarnya

kebutuhan riil penyuluh agama dengan perkembangan jumlah penduduk,

rumah ibadah, serta persoalan-persoalan keagamaan yang muncul di

masyarakat.4

Selain persoalan regulasi, ada masalah klasik yang selalu

mengiringi kinerja Penyuluh Agama Islam Fungsional, yakni salary.

Sama halnya dengan penyuluh pertanian di kementerian Pertanian,

penyuluh KB di kementerian BKKBN atau penyuluh perhutanan di

Kementerian Kehutanan, penyuluh agama Islam juga sama halnya dalam

hal menjadi pejabat fungsional yang memiliki tugas pokok dan fungsi

4 Kustini Dan Koeswinarno, Penyuluh Agama Menuju Kinerja Profesional, Analisa

Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 02 Desember 2015, hlm, 173-186

Page 25: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

4

yang tidak jauh berbeda. Akan tetapi nasib penyuluh agama jauh berbeda

dengan penyuluh pada Kementerian lainnya. Penyuluh agama memiliki

tunjangan profesi yang paling kecil nominalnya dibandingkan penyuluh

pada Kementerian lainnya. Jika dilihat dari regulasi yang ada, penyuluh

di beberapa kementerian telah mengalami perbaikan peraturan,

sementara Penyuluh Agama sejak tahun 1999 masih stagnan, walaupun

dengan sedikit perubahan Tunjangan Jabatan Fungsional melalui Perpres

No. 50 Tahun 2007.5

Penyuluh Agama Islam di lingkungan Kementerian Agama

Kota Depok secara keseluruhan berjumlah 108 orang, dengan rincian 19

orang penyuluh agama Islam fungsional PNS dan 89 orang penyuluh non

PNS, Penyuluh Agama kristen berjumlah 1 orang dan Penyuluh Agama

Hindu 1 orang. Dari 19 orang penyuluh agama Islam fungsional, tersebar

masing-masing menjadi 1 atau 2 orang di 11 kecamatan di kota Depok.

Sedangkan 89 orang penyuluh agama Islam non PNS tersebar ke seluruh

Kota Depok dengan rata-rata 8 orang di setiap Kecamatan6.

Komposisi penyuluh agama Islam non PNS yang tersebar

merata sebanyak 8 orang di setiap Kecamatan di seluruh Indonesia

adalah kebijakan baru yang diambil oleh pemerintah pusat dalam

mengoptimalkan kinerja para penyuluh. Penyuluh non PNS (P3K;

pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) mulai tahun 2017

memiliki masa kerja 3 tahun. 8 orang P3K terpilih di setiap Kecamatan

ini adalah hasil penjaringan melalui rekrutmen baru yang

diselenggarakan secara nasional pada bulan Nopember 2016. Bidikannya

adalah para sarjana Islam non tadris.

Ada 3 tahapan uji kompetensi yang dihadapi para penyuluh

non-PNS terpilih, yaitu uji kelayakan berkas, ujian tulis dan ujian

wawancara yang dikombinasikan dengan ujian membaca kitab dan

praktek penyuluhan. Beberapa kompetensi yang diujikan tersebut

meliputi semua aspek keilmuan agama dan skill komunikasi yang harus

dimiliki seorang penyuluh sebagai garda terdepan Kementerian Agama.

Seperti dinamika yang harus dihadapi penyuluh agama Islam

di Kota Depok. Dengan tipikal masyarakat kota yang heterogen,

bimbingan dan penyuluhan agama Islam di perkotaan pada umumnya

memiliki tantangan yang berbeda dengan bimbingan dan penyuluhan

masyarakat pedesaan. Bimbingan dan penyuluhan agama Islam di

masyarakat pedesaan cenderung lebih mudah karena homogennya kultur,

bahasa, ekonomi, mata pencaharian, pendidikan dan lain sebagainya.

5 Kustini Dan Koeswinarno, Penyuluh Agama Menuju Kinerja Profesional, hlm. 173

6 Data diambil dari narasumber bp. Umar Nashir As-Subhi, Kasi Bimas Islam

Kementerian Agama Kota Depok.

Page 26: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

5

Sehingga para penyuluh Agama lebih mudah mengidentifikasi

kebutuhan jama‟ahnya.

Hambatan dan tantangan dalam bimbingan dan penyuluhan di

masyarakat perkotaan antara lain adalah kompleksnya latar belakang

masyarakat/ para jama‟ah seperti pendidikan, strata sosial, ekonomi,

kultur, dan lain sebagainya. Selain itu, sikap penduduk kota yang

cenderung pragmatis, serba instan, oportunis dan lain-lain. Maka para

penyuluh agama Islam biasanya lebih banyak menemukan kesulitan.

Antara lain kesulitan atau kendala untuk membuat masyarakat/

jama‟ahnya untuk konsisten hadir di pengajian.

Secara spesifik tantangan kehidupan keagamaan khususnya

Islam di Kota Depok sangat beragam. Tidak jarang peristiwa keagamaan

di Depok menjadi skala Nasional; seperti Gafatar, “Nabi” Depok Ahmad

Mushadeq, Money Game KSP Pandawa, Ahmadiyah, dan sederet

peristiwa Nasional lainnya. Selain tantangan kehidupan keagamaan, ada

beberapa faktor lain yang mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan

masyarakat Depok; antara lain faktor peredaran gelap Narkoba yang

sudah mencapai titik kritis, pergaulan bebas remaja, dan berbagai

penyakit masyarakat lainnya.

Kompleksnya masalah yang dimiliki Kota Depok memerlukan

pengamatan yang jeli oleh para pelaku dakwah pada umumnya dan

penyuluh agama Islam di lingkungan kementerian Agama kota Depok

pada khususnya. Strategi dan juga metode yang digunakan harus mampu

bertransformasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Kepekaan pada kebutuhan jama‟ah dibutuhkan para penyuluh agama

agar bisa mengidentifikasi kepentingan masyarakat sehingga mudah

untuk menarik minat para mad‟u (objek dakwah) untuk hadir dan aktif

dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama Islam yang dilakukan

para penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Depok.

Banyak metode dan cara yang bisa dilakukan oleh para

penyuluh Agama Islam. Dewasa ini bermunculan beberapa penceramah

kondang dengan masing-masing gaya dan tempat di pasar dakwah.7

Seperti di media televisi misalnya, dakwah disampaikan dalam bahasa

yang segar dan dibumbui komedi seperti dakwah ustadz Cepot. Bentuk

dakwah dengan kemasan komedi seperti ini adalah untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan hiburan. Atau dakwah dalam bahasa yang

menggugah kesadaran spiritual melalui dzikir seperti dakwah ustadz

Arifin Ilham. Dakwah model ini adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan religiusitas, dan lain sebagainya. Atau beberapa contoh

7 Greg Fealy, Ustadz Seleb, Bisnis Moral dan Fatwa Online; Ragam Ekspresi Islam

Kontemporer di Indonesia. (Jakarta: Komunitas Bambu. 2012) h. 25

Page 27: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

6

cantik kemasan dakwah seperti paparan di atas. Gaya atau beberapa

metode tersebut dapat diadopsi oleh para penyuluh Agama agar kegiatan

bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat

dapat mencapai hasil atau target yang ingin dicapai.

Kegiatan membimbing dan memberikan penerangan

(menganjurkan umat melakukan kebaikan dan mencegah kepada

kemungkaran) seringkali disebutkan dalam Al-Qur‟an dengan berbagai

bentuk/ terminologi. Salah satu terma yang paling dekat maknanya

dengan bimbingan dan penyuluhan adalah terma dakwah. Dakwah

berasal dari bahasa Arab د, ع , و dalam kitab Mu‟jam Maqayis al-

Lughoh. Kata dakwah berarti dasar kecenderungan sesuatu disebabkan

suara dan kata.8 Kata Dakwah Islamiyah dalam Ensiklopedi Indonesia

diartikan sebagai ajakan, seruan untuk memeluk, mempelajari dan

mengamalkan ajaran agama Islam.9 Kata dakwah dalam berbagai

bentuknya (fi‟il dan isim) terulang dalam Al-Qur'an sebanyak 215 kali.10

Istilah ini memiliki arti yang identik dengan istilah tabligh, amr ma‟ruf

nahi munkar, irsyad, mau‟idhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah,

tarbiyah, at-ta‟lim dan khotbah.11

Menyeru manusia pada kebaikan bisa dilakukan dengan

berbagai metode, seperti yang sudah disebutkan dalam QS. An-Nahl:

[16]: 125;

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl [16]: 125)

8Abi Al-Husen Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu‟jam Maqayis al-Lughoh,

(Mesir:Mushtafa al-Babi al-Halabi, 1389 H/1969 M), hlm 356

وهو ان تميل الشيء اليك بصوت وكلام يكون منك 9 Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1980),

hlm. 739 10

Muhammad Fu‟ad, Abdu al-Baqi, Almu‟jam Almufahras li alfazh al-Qur‟an Dar

al-Ma‟rifah, Beirut, 1992), hlm.326 11

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.17.

Page 28: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

7

Ayat tersebut di atas telah memberikan pedoman bagaimana

caranya menyeru manusia kepada kebaikan harus dilakukan, yaitu

dengan cara hikmah, mau‟idzotul hasanah, dan mujadalah billati hiya

ahsan. Menurut Imam Asy-Syaukani (w. 1250 H) hikmah adalah

ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut suatu penafsiran

adalah argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Sedangkan

mau‟idzotul hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang

baik di mana nasihat tersebut dapat bermanfaat bagi orang yang

mendengarkannya. Atau menurut penafsiran adalah argumen-argumen

yang memuaskan sehingga pihak yang mendengarkan dapat

membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen tersebut,

Sedangkan diskusi dengan cara yang baik (mujadalah billati hiya ahsan)

adalah berdiskusi dengan cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi

yang ada.12

Syeikh Muhammad Abduh (w. 1905 M) dalam Tafsir Al

Manar, memberikan definisi:

1. Golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat

berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.

Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah”, yakni dengan alasan-

alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh akal

mereka.

2. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam, maka dengan metode mau‟idzotul

hasanah dengan anjuran dan didikan, dengan ajaran yang mudah

difahami.

3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua

golongan tersebut. Mereka ini dengan metode mujadalah billati

hiya ahsan yakni dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya

berfikir secara sehat13

.

Syeikh Yusuf al-Qardhawi membagi lagi dua metode diskusi,

yaitu metode yang baik (hasan) dan metode yang lebih baik (ahsan). Al-

Qur‟an menggariskan bahwa salah satu pendekatan dakwah adalah

dengan menggunakan metode diskusi yang lebih ahsan. Diskusi dengan

metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan segi-segi persamaan

antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-

12

Asy-Syaukani, Muhammad bin „Ali, Fath al-Qadir, Dar al-Fikr, tt, 1973, iii/203

(Seperti yang dikutip oleh Ali Musthofa Ya‟kub dalam bukunya Sejarah dan Metode

Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014) hlm. 121)) 13

Abduh, Muhammad, Tafsir al-Manar Juz III, (pendapat ini kemudian dikutip oleh

M. Natsir, Fiqhud Da‟wah, (Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1996) hlm. 162)

Page 29: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

8

masalah perbedaaan kedua belah pihak sehingga diharapkan mereka

akan mencapai segi-segi persamaan pula.14

Oleh karena itu, untuk memahami dengan benar tentang

bagaimana kegiatan membimbing dan memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada masyarakat dilakukan, maka metodenya harus

merujuk kepada Al-Qur‟an sebagai sumber pokok panduan hidup umat

Islam. Namun Al-Qur‟an hanya dapat dipahami dengan benar melalui

penafsiran. Menurut Muhammad Arkoun (w. 2010 M) sebagaimana

dikutip Quraish Shihab mengatakan:

“Al-Qur‟an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang

tidak terbatas, kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya

mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud

mutlak. Dengan demikian, ayat Al-Qur‟an selalu terbuka

untuk interpretasi baru tidak pernah pasti dan tertutup dalam

interpretasi tunggal. Itulah sebabnya, sehingga tafsir Al-

Qur‟an bermacam-macam coraknya, karena dipengaruhi oleh

jalan pikiran penulisnya yang berkaitan dengan situasi dan

kondisi ketika penafsiran dibuat.15

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa perlu

untuk mencari penafsiran tentang bagaimana membimbing dan

memberikan penyuluhan agama Islam dalam Al-Qur‟an. Dalam

penelitian ini, fokus penelitian adalah metode bimbingan dan penyuluhan

agama Islam dalam Al-Qur‟an. Peneliti mengumpulkan data tentang

ayat-ayat bimbingan dan penyuluhan agama Islam, kemudian

memberikan pemaparan para mufassir klasik dan kontemporer.

Selanjutnya melalui pendekatan living Qur‟an, peneliti

mengobservasi resepsi para penyuluh agama Islam di Kota Depok

terhadap ayat-ayat terkait bimbingan dan penyuluhan dalam Al-Qur‟an.

Untuk memperoleh data, peneliti akan melakukan wawancara mendalam

(deep interview) terhadap informan penyuluh agama Islam Kementerian

Agama Kota Depok, juga melalui metode FGD; focus group discussion.

Peneliti kemudian mengkomparasikan ayat-ayat terkait bimbingan dan

penyuluhan agama Islam dengan aplikasi metode bimbingan dan

penyuluhan agama Islam yang dilakukan oleh para penyuluh agama

14

Al-Qardhawi, Syeikh Yusuf, Al-Shahwah al-Islamiyah baina al-Juhud wa al-

Tatarruf, Riasah al-Mahakim al-Syari‟ah wa al Syu‟un al-Diniyah, Qatar, 1402 H, hlm. 212

(Seperti yang dikutip oleh Ali Musthofa Ya‟kub dalam bukunya Sejarah dan Metode

Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014) hlm. 123) 15

M.Iskandar, Pemikiran Hamka Tentang Dakwah, Dalam http://digilib.uin-

suka.ac.id, diakses 10 Nopember 2016, pkl 21.00

Page 30: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

9

Islam di lingkungan Kementerian Agama Kota Depok. Penelitian ini

untuk melihat apakah metode yang digunakan para penyuluh agama

Islam sebagai juru terang dan pembimbing kegiatan keagamaan di

masyarakat Kota Depok telah sesuai dengan kehendak al-Qur‟an.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, beberapa masalah yang

bisa diteliti pada judul ini adalah:

a. Ada kesenjangan kompetensi di antara para penyuluh agama

Islam; kompetensi para penyuluh yang beragam; banyak

penyuluh Agama yang belum memahami dengan baik tugas

pokok dan fungsi penyuluh agama

b. Penyuluh Agama banyak yang belum memahami sejarah

Nabi Muhammad dalam membimbing masyarakat Jahiliyah

Arab menjadi masyarakat yang berakhlak dan beradab.

c. Kesenjangan kesejahteraan penyuluh agama Islam dengan

penyuluh-penyuluh pada kementerian atau instansi

pemerintah lainnya.

d. Stagnasi peraturan yang melindungi hak penyuluh agama

Islam dan payung hukum yang belum kokoh bagi para

penyuluh agama Islam Fungional dalam rumpun jabatan

keagamaan di Kementerian Agama.

e. Metode bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan penyuluh

agama Islam belum menjawab kebutuhan masyarakat,

sehingga penyuluhan tersebut belum menarik hati jama‟ah

untuk hadir.

f. Pengajian dengan metode “jiping (mengaji kuping)” yang

marak di Kota Depok belum menyentuh ranah dasar

kebutuhan masyarakat akan bimbingan kegamaan yang lebih

detil dan terperinci, sehingga keberhasilan membimbing dan

menyuluh masyarakat belum tercapai maksimal.

g. Tantangan dalam membimbing dan memberikan penyuluhan

yang beragam, seperti masyarakat di Kota Depok lebih

kompleks; dengan kondisi masyarakat yang pragmatis,

oportunis, dan heterogennya kultur, bahasa, latar belakang

pendidikan ekonomi dan lain sebagainya.

h. Kehidupan keagamaan masyarakat Depok yang dipengaruhi

oleh berbagai masalah; sosial keagamaan maupun

heterogennya pemahaman keagamaan di tengah masyarakat.

Page 31: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

10

2. Batasan Masalah

Dari identifikasi permasalahan yang dilakukan, ternyata

ditemukan banyak persoalan yang dapat dibahas. Namun

demikian, karena mengingat keterbatasan waktu yang ada, maka

pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada:

a. Metode-metode bimbingan dan penyuluhan Agama Islam

menurut Al-Qur‟an

b. Penerapan metode bimbingan dan penyuluhan agama Islam

oleh para penyuluh agama Islam di lingkungan Kementerian

Agama Kota Depok.

c. Resepsi penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota

Depok terhadap ayat-ayat bimbingan dan penyuluhan.

d. Kesesuaian metode penyuluh dalam melaksanakan bimbingan

dan penyuluhan Agama Islam dengan isyarat yang diinginkan

Al-Qur‟an.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas,

maka rumusan masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah terminologi dan penafsiran ayat-ayat

bimbingan dan penyuluhan Agama Islam dalam kajian tafsir

Al-Qur‟an?

b. Bagaimanakah resepsi penyuluh agama Islam Kementerian

Agama Kota Depok terhadap ayat-ayat bimbingan dan

penyuluhan?

c. Bagaimanakah kesesuaian metode bimbingan dan

penyuluhan agama Islam penyuluh Agama Islam Kota

Depok dengan isyarat yang diinginkan al-Qur‟an?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan terminologi dan penafsiran ayat-ayat terkait

bimbingan dan penyuluhan agama Islam dalam Al-Qur‟an.

2. Untuk menjelaskan resepsi para penyuluh agama Islam

kementerian Agama Kota Depok terhadap ayat-ayat bimbingan dan

penyuluhan.

3. Untuk menjelaskan analisis kesesuaian metode bimbingan dan

penyuluhan agama Islam oleh para Penyuluh Agama Islam di

lingkungan Kementerian Agama Kota Depok dengan isyarat

metode bimbingan dan penyuluhan yang dijabarkan dalam Al-

Qur‟an.

Page 32: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

11

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini

adalah agar tesis ini dapat memberi manfaat secara teoritis dan praktis

yang meliputi:

1. Memberikan sumbangan ilmiah dan pengembangan khazanah

kajian keilmuan dalam bidang studi Islam.

2. Sebagai salah satu bahan bagi pembaca atau siapa saja yang

tertarik dengan kajian metode bimbingan dan penyuluhan

masyarakat dalam perspektif Al-Qur‟an dengan pendekatan

metode studi living Qur‟an.

3. Memberikan referensi bagi para penyuluh Agama Islam dalam

menerapkan metode bimbingan dan penyuluhan agama Islam yang

sejalan dengan isyarat yang diinginkan Al-Qur‟an.

E. Kajian Pustaka Terdahulu Yang Relevan

Telah banyak literatur yang membahas tentang kegiatan

bimbingan dan penyuluhan di tengah masyarakat; baik berupa buku,

artikel, skripsi, tesis, maupun dalam bentuk disertasi. Namun sejauh

pengamatan penulis belum ada yang membahasnya dengan

menggunakan uraian term-term tentang bimbingan dan penyuluhan

secara spesifik yang ada dalam Al-Qur‟an secara lengkap, seperti term

da‟wah, tabligh, amr ma‟ruf dan nahi munkar, mau‟idhoh hasanah,

tabsyir, indzhar, washiyah, at-ta‟lim, dan khotbah. Beberapa literatur

yang penulis temukan hanya memfokuskan pembahasan pada salah satu

term tersebut, seperti dakwah. Lebih spesifik lagi penulis belum

menemukan kajian bimbingan dan penyuluhan dalam Al-Qur‟an dengan

metode studi living Al-Qur‟an untuk memetakan aplikasi metode

bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok profesi

tertentu khususnya penyuluh agama Islam di lingkungan kementerian

Agama.

1. Abdul Basit, 2014, jurnal dakwah “Tantangan Profesi Penyuluh

Agama Islam dan Pemberdayaannya”. Tantangan yang dihadapi

oleh penyuluh agama Islam di Indonesia menurut Abdul Basit

diantaranya adalah munculnya gerakan Islam liberal dan

fundamental, dimana kehadirannya justru membenturkan

masyarakat satu dengan masyarakat. Oleh karena itu, adanya

profesi Penyuluh Agama Islam sebagai kepanjangan pemerintah

melalui Kementerian Agama diharapkan mampu menjadi

Page 33: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

12

penangkal gerakan yang memecah belah masyarakat khususnya

dan Bangsa Indonesia umumnya.16

2. Mohammad Taufik Hidayatullah, 2012, disertasi, “Strategi

Peningkatan Kompetensi Agama Islam di Tiga Daerah Propinsi

Jawa Barat. Hasil penelitian Taufik menghasilkan beberapa

kesimpulan, antara lain: a) karakteristik pribadi penyuluh Agama

Islam yang positif adalah usia, pendidikan nonformal dan tingkat

orientasi belajar; dukungan kelembagaan penyuluhan menunjukkan

kategori rendah terutama dalam hal fasilitas dan sumber informasi

penyuluhan; b) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pemenuhan kebutuhan penyuluh agama Islam adalah penyuluh

agama Islam yang diwakili oleh peran edukator; dukungan

kelembagaan penyuluhan yang diwakili oleh dukungan kebijakan

pusat dan dukungan kepemimpinan atasan. c) Strategi

meningkatkan kompetensi penyuluh agama Islam dilakukan

dengan cara penguatan dukungan kelembagaan penyuluhan dan

mengembangkan kerjasama dengan stakeholders penyuluhan

agama.17

3. Firman Nugraha, 2013, jurnal dakwah “Penyuluhan Agama

Transformatif; Sebuah Model Dakwah”. Firman menulis

aktualisasi Penyuluhan Agama transformatif dalam rangka

penyuluhan pembangunan yang melahirkan kemandirian ekonomi

jamaah dimulai dari kesadaran reflektif atas fenomena sosial

keagamaan yang pada jamaah. Kesadaran reflektif ini diikuti olah

aksi nyata yang mendasar pada permasalahan dan sumberdaya

yang potensial untuk dikembangkan dari dan oleh jamaah itu

sendiri. Ada lima langkah aktual yang dilakukan dalam

mewujudkan penyuluhan agama transformatif, yakni mengubah

paradigma penyuluhan dari monolog ke dialog; memperkaya

materi penyuluhan dari dimensi ukhrawi an-sich dengan kebutuhan

riil jamaah; mengembangkan jaringan kerja antar institusi;

penyuluh agama secara konsisten serius dengan keberpihakan

kepada kaum mustad„afin dan mendampingi mereka dalam proses

transformasi sosial keagamaan.18

4. Koestini dan Kuswinarno, 2015, Jurnal, “Penyuluh Agama;

Menuju Kinerja Profesional. Penyuluh Agama (PA) menurut

16

Abdul Basit, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam Dan Pemberdayaannya,

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014, hlm. 157 - 178 17

Mohammad Taufik Hidayatullah, Strategi Peningkatan Kompetensi Agama Islam

di Tiga Daerah Propinsi Jawa Barat, (bogor: 2012) 18

Firman Nugraha, “Penyuluhan Agama Transformatif; Sebuah Model Dakwah”.

Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 7 No. 21 | Edisi Januari – Juni 2013, hlm. 1-23

Page 34: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

13

mereka mempunyai peran penting dalam masyarakat, yakni

sebagai tangan panjang Kementerian Agama dalam melakukan

pembinaan umat.

Melalui penelitian kualitatif dengan strategi

wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi,

dan studi dokumen diperoleh temuan sebagai berikut; Pertama,

bahwa model komunikasi yang dikembangkan oleh PA PNS masih

bersifat face to face, kurang mengembangkan model lain yang

lebih canggih yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan teknologi. Kedua, pendekatan terhadap kelompok

binaan masih sangat terbatas pada kelompok-kelompok religius,

kecuali beberapa PA di Manado yang mencoba mengembangkan

kelompok binaan yang lebih luas. 19

Penelitian yang peneliti tulis berbeda dengan empat literatur

di atas; Muhammad Taufik, Abdul Basit, Firman Nugraha dan

Koestini/ Kuswinarno. Dalam tulisannya, mereka memang sepakat

menulis tentang penyuluh agama yang secara mirip menjelaskan

peningkatan kompetensi penyuluh dengan berbagai pendekatan.

Taufik dengan melakukan penelitian yang dilakukan secara kuantitatif

menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi kompetensi

penyuluh. Abdul Basit menjelaskan tentang berbagai tantangan yang

dihadapi penyuluh agama dalam kehidupan modern saat ini. Firman

menawarkan sebuah model dakwah bagi para penyuluh melalui

penyuluhan agama transformatif yang beradaptasi dengan kemajuan

umat.

Sedangkan Koestini dan Kuswinarno, mereka membahas

tentang penelitian yang dilakukan di berbagai daerah yang

menunjukkan kecenderungan penyuluh Agama melakukan metode

face to face dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada

masyarakat. Keempat literatur tersebut memang secara lugas

membahas penyuluh agama, tetapi mereka tidak membahas

bagaimanakah wawasan Al-Qur‟an tentang penyuluh agama Islam,

ayat-ayat yang bisa ditafsirkan sebagai ayat-ayat bimbingan dan

penyuluhan, dan metode bimbingan penyuluhan yang diisyaratkan

oleh Al-Qur‟an juga tidak diulas dalam tulisan mereka tersebut.

5. Atabik Lutfi, 2011, buku “Tafsir Da‟awi”. Dalam bukunya Atabik

menjelaskan sebuah pendekatan tafsir yang terfokus pada

pembahasan ayat-ayat yang bersinggungan dengan tema dakwah

19

Koestini dan Kuswinarno, Jurnal, “Penyuluh Agama; Menuju Kinerja Profesional

Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 02 Desember 2015 halaman

173-186

Page 35: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

14

secara khusus. Secara metodologis, Atabik membahas ayat-ayat

dakwah dengan metode tafsir maudhu‟i yang terkait khusus dengan

tema dakwah dengan merujuk kepada beberapa literatur tafsir

induk yang bernuansa ijtima‟i, yang diramu dengan bahasa

kekinian dan konteks dakwah keIndonesiaan. 20

Dalam bukunya ini Atabik tidak secara khusus membahas

terminologi Al-Qur‟an yang lainnya yang memiliki persamaan makna

dengan dakwah seperti tabligh, amar ma‟ruf nahi munkar, tabsyir,

indzar dan lain sebagainya seperti bahasan peneliti dalam tesis ini.

6. Ali Mustafa Ya‟qub, 2014, buku; Sejarah dan Metode Dakwah

Nabi. Dalam bukunya Ali Mustafa Ya‟qub menulis tentang

perjalanan dakwah Nabi dan kehidupan beliau sehari-hari. Dalam

menjalankan dakwahnya Rasulullah tidak pernah berakrab-akrab

dengan pelaku maksiat, para penguasa ataupun kelompok yang

kuat. Nabi Muhammad SAW sangat akrab dengan kelompok yang

lemah, menyatu dengan umat dan kelas bawah dan berpenampilan

sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sikap Rasulullah

seperti itu tampaknya merupakan bagian dari pendekatan Nabi

dalam berdakwah. Sehingga ditambah dengan pendekatan-

pendekatan lainnya, beliau meraih sukses yang gemilang dalam

berdakwah.21

7. M. Natsir, 1996, buku “Fiqih Dakwah; Jejak Risalah dan Dasar-

Dasar Dakwah”. Dalam buku ini M. Natsir banyak menjelaskan

tentang fondasi-fondasi dasar dakwah yang harus diketahui oleh

para du‟at atau muballigh. Persiapan para pendakwah sebelum

terjun ke masyarakat sangat penting karena sebagai juru penerang

di masyarakat tentunya seorang pendakwah harus memiliki bekal

yang cukup secara keilmuan serta perbekalan ruhani yang baik

juga.22

8. Fethullah Gullen, 2011, buku; Dakwah; Jalan Terbaik dalam

Berpikir dan Menyikapi Hidup. Dalam karyanya ini Fethullah

Gullen memaparkan tentang berbagai dimensi dakwah antara lain;

urgensi dakwah ditegakkan, tuntunan agar dakwah berhasil, dan

20

Atabik Lutfi, Tafsir Da‟awi, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2011), hlm. viii – ix. 21

Ali Musthofa Ya‟kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2014) hlm. 235-236 22

M. Natsir, Fiqih Dakwah; Jejak Risalah dan Dasar-Dasar Dakwah, Cet. ke 10

(Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1996)

Page 36: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

15

beberapa contoh keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

mendakwahi bangsa Arab dan Umat Islam.23

Ketiga literatur di atas; Ali Mustafa Ya‟kub, M. Natsir dan

Fethullah Gulen juga berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan.

Mereka hanya membahas salah satu aspek bimbingan dan penyuluhan

yaitu; terminologi dakwah dalam Al-Qur‟an dan beberapa dimensi

dakwah; seperti sejarah dakwah Nabi, asas-asas dakwah dan ilmu

tentang materi dakwah lainnya.

F. Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk

menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran secara

keilmuan. Menurut Guba dan Lincoln Penelitian terbagi atas beberapa

paradigma; dan setiap paradigma mempunyai teknik-teknik inti, pokok

dan jenis kebenaran yang diperolehnya.24

Metode penelitian pada

dasarnya adalah bagaimana seorang peneliti mengungkapkan sejumlah

cara yang diatur sistematis, logis, rasional dan terarah tentang pekerjaan

sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data, sehingga diharapkan

mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah (problem

akademik).25

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di lingkup

penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota Depok yang

tersebar di 11 (sebelas) kecamatan se kota Depok; penyuluh agama

Islam Fungsional PNS berjumlah 19 orang dan Penyuluh Agama

Islam Non PNS berjumlah 89 orang. Sampel untuk penelitian dari

penyuluh Non PNS akan dipilih acak sebagai keterwakilan dari

masing-masing kecamatan, dipilih 2 orang masing-masing

kecamatan. Jadi jumlah narasumber adalah 18 orang penyuluh

agama Islam Fungsional PNS di Kementerian Agama Kota Depok.

Penelitian tentang bimbingan dan penyuluhan dalam

perspektif Al-Qur‟an melalui pendekatan living Qur‟an ini

dilakukan selama ± 6 (enam) bulan terhitung sejak Nopember 2016

hingga April 2017.

23

Fethullah Gullen, Dakwah; Jalan Terbaik dalam Berpikir dan Menyikapi HIdup,

hlm. 1-5 24

Jalaludin rahmat, Metodologi Penelitian Agama, sebuah pengantar penyunting

taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 91-96 25

M. Mansyur, M.Chirzin, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis,

(Yogyakarta: Teras, 2007. h.71

Page 37: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

16

Penelitian tentang resepsi para penyuluh agama Islam

Kementerian Agama Kota Depok terhadap ayat-ayat dakwah ini di

dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

No Waktu Lokasi Kegiatan Keterangan

1. Bulan I

(Nop

2016)

Kec.

Sukmajaya,

Cilodong,

dan

Cipayung

Mengadakan

eksplorasi

wilayah dan

wawancara

mendalam

terhadap

penyuluh agama

Islam yang

bertugas di

kecamatan

tersebut

Wawancara

dilakukan

beberapa kali

di satu

wilayah

sesuai dengan

kebutuhan

peneliti (min.

2x di satu

wilayah

kecamatan)

2. Bulan

II

(Des

2016)

Kec.

Cimanggis,

Tapos dan

Beji

Mengadakan

eksplorasi

wilayah dan deep

interview kepada

penyuluh yang

bertugas di

kecamatan

setempat

Wawancara

dilakukan

beberapa kali

di satu

wilayah

sesuai dengan

kebutuhan

peneliti (min.

2x di satu

wilayah

kecamatan)

3

.

3

Bulan

III (Jan

2017)

Kec.

Bojongsari,

Sawangan

dan Limo

Mengadakan

eksplorasi

wilayah dan deep

interview kepada

penyuluh yang

bertugas di

kecamatan

setempat

Wawancara

dilakukan

beberapa kali

di satu

wilayah

sesuai dengan

kebutuhan

peneliti (min.

2x di satu

wilayah

kecamatan)

Bulan

IV (Feb

2017)

Kec.

Panmas,

dan Cinere

Mengadakan

eksplorasi

wilayah dan deep

interview kepada

penyuluh yang

Wawancara

dilakukan

beberapa kali

di satu

wilayah

Page 38: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

17

bertugas di

kecamatan

setempat

sesuai dengan

kebutuhan

peneliti (min.

2x di satu

wilayah

kecamatan)

Bulan

V

(Maret

2017)

Di Tk. Kota

Depok

Mengadakan

FGD di

pertemuan rutin

penyuluh tk. Kota

Depok sebanyak

2x

Wawancara

dilakukan

beberapa kali

di satu

wilayah

sesuai dengan

kebutuhan

peneliti (min.

2x di satu

wilayah

kecamatan)

Bulan

VI

(April

2017)

Membuat

rumusan hasil

penelitian

lapangan dan

FGD

Rumusan

hasil

penelitian

dan FGD

merupakan

sumber data

peneliti

dalam

menulis

penelitian ini

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian metode studi

living Qur‟an. Studi living Qur‟an yaitu kajian yang lebih

menekankan pada aspek respon masyarakat terhadap kehadiran Al-

Qur‟an.26

Living Qur‟an adalah studi tentang Al-Qur‟an, tetapi

tidak bertumpu pada eksistensi tekstualnya, melainkan studi

tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan kehadiran Al-

Qur‟an dalam wilayah geografi tertentu dan mungkin masa tertentu

26

M. Mansyur, M.Chirzin, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, h.68

Page 39: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

18

pula.27

Jadi dalam penelitian ini akan mengumpulkan data-data dan

menela‟ah buku-buku, literatur-literatur perpustakaan terkait

dengan pembahasan kemudian membaca dan menangkap resepsi

para penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota Depok

terhadap ayat-ayat terkait bimbingan dan penyuluhan dalam Al-

Qur‟an. Kemudian menganalisa kesesuaian metode yang

digunakan oleh para penyuluh agama Islam Kementerian Agama

Kota Depok dengan isyarat yang diinginkan oleh Al-Qur‟an.

3. Metode Penelitian

a. Metode Pengumpulan Data

1) Sumber Data

Sumber data penulis dalam penelitian tesis ini

terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primernya adalah kitab-kitab tafsir klasik karya Ibnu

Jarir Ath-Thabary Jami‟ al-Bayan „an Ta‟wil Ayyi Al-

Qur‟an, Ahmad Mushtafa al-Maraghi dalam kitab

tafsirnya al-Maraghi, Tafsir Karya Ibnu Katsir Tafsir fi

Al-Quran al-Adzim dan Tafsir kontemporer karya

Wahbah Zuhaily At-Tafsir al-Munir fi al-„Aqidah wa

asy-Syari‟ah wa al-Manhaj, Tafsir Al Mishbah karya

Qurasih Shihab, juga buku-buku terkait kegiatan

bimbingan dan penyuluhan masyarakat; strategi dan

metode dan lain sebagainya.

Sedangkan sumber sekunder lainnya adalah

buku-buku yang terkait dengan objek penelitian yang

penulis teliti seperti kitab Lubab an-Nuqul fi Asbabi an-

Nuzul karya Jalaluddin As-Suyuthi, ma‟a‟jim dan kitab-

kitab terkait lainnya.

2) Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data-data yang diperlukan selama penelitian, dilakukan

dengan metode kepustakaan dan lapangan. Metode

kepustakaan yaitu metode pengumpulan data-data

penelitian dengan bahan-bahan tertulis sebagai sumber

datanya.

Kemudian metode lapangan digunakan untuk

merekam aplikasi metode bimbingan dan penyuluhan

yang dilakukan penyuluh Agama Islam Kementerian

Agama Kota Depok dengan melalui empat teknik; yaitu

27

Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an,”

dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta:

Teras, 2007), hlm. 39

Page 40: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

19

observasi, wawancara mendalam (depth interview)28

,

teknik dokumentasi dan metode FGD (Focus Group

Discussion).

Dalam ranah penelitian living Qur‟an ini,

metode observasi memegang peranan yang sangat

penting, yang akan memberikan gambaran situasi riil

yang ada di lapangan. Observasi adalah mengumpulkan

data langsung dari lapangan. Data yang diobservasi bisa

berupa gambaran tentang sikap perilaku, serta tindakan

keseluruhan interaksi antar manusia.29

Proses observasi

dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang akan

diteliti. Dilanjutkan dengan pemetaan, sehingga

diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian.

Kemudian menentukan siapa yang akan diobservasi,

kapan, berapa lama dan bagaimana.30

Selain itu metode wawancara dalam penelitian

living Qur‟an adalah suatu yang niscaya. Seorang

peneliti tidak akan mendapatkan data yang akurat dari

sumber utamanya, jika dalam penelitian tentang aktivitas

yang berkaitan dengan fenomena Living Qur‟an di suatu

komunitas tertentu, tidak melakukan wawancara dengan

para responden atau partisipan. Dalam penelitian living

Qur‟an yang bertujuan untuk mengetahui fenomena

interaksi masyarakat dengan Al-Qur‟an, maka metode

wawancara ini mutlak diperlukan. Dalam penelitian ini

wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan peneliti

terhadap data dari informan.

Penelitian living Qur‟an tentang fenomena

bimbingan dan penyuluhan agama Islam yang terjadi di

masyarakat akan semakin kuat jika disertai dengan

dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa

dokumen yang tertulis, seperti agenda kegiatan, daftar

hadir peserta, materi kegiatan, tempat kegiatan dan

sebagainya. Bisa juga berupa dokumen yang

tervisualisasikan, seperti foto kegiatan atau rekaman

dalam bentuk video, atau juga berupa audio.

28

M. Mansyur, M.Chirzin, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, h.72 29 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya

(Jakarta: Grasindo, tth), hlm. 112. 30

J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya,

hlm. 112

Page 41: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

20

Metode FGD (Focus Group Discussion) atau

diskusi kelompok terarah merupakan metode dan teknik

pengumpulan data kualitatif dengan cara melakukan

wawancara kelompok.31

Peneliti menggunakan teknik

FGD untuk bisa secara langsung membaca dan

menganalisa informan-informan yang tergabung dalam

diskusi kelompok terarah ini; baik dari aspek kognitif,

afektif maupun konasinya terhadap ayat-ayat bimbingan

dan penyuluhan dalam Al-Qur‟an.

Metode wawancara maupun FGD dilakukan

peneliti berulang-ulang dengan intensitas pertemuan

rutin selama 6 bulan penelitian tersebut. Rata-rata

peneliti bertemu sebanyak 3x dengan 1 informan

sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan

dalam penulisan tesis ini.

b. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah gabungan antara metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif dan metode penelitian

kuantitatif. Yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, yaitu gambaran secara jelas, sistematis,

faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antara

fenomena yang diselidiki.32

Metode kualitatif dalam

penelitian ini adalah metode penelitian yang ditujukan untuk

memahami bimbingan dan penyuluhan agama Islam dari

sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-

orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta

memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.

Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan

penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif

tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi

lingkungan sesuatu unit sosial: individu, lembaga, kelompok

atau masyarakat.

31

FGD merupakan sebuah proses pengumpulan data dan karenanya mengutamakan

proses. FGD dilakukan tidak untuk tujuan menghasilkan pemecahan masalah secara

langsung ataupun untuk mencapai konsensus. (Dikutip dari Edi Indrizal, Diskusi Kelompok

Terarah, diakses dari www.jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id diakses tanggal 28 Desember

2016 pkl 23.04. 32

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grasindo, 2009), hlm. 29

Page 42: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

21

Selain metode kualitatif, peneliti juga menggunakan

metode kuantitatif untuk menghitung besar prosentase

resepsi informan terhadap aspek dalam penelitian Living

Qur‟an yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian kuantitatif

merupakan penelitian yang menggunakan analisis data yang

berbentuk numerik/angka. Pada dasarnya pendekatan ini

menggambarkan data melalui angka-angka, seperti persentasi

tingkat pengangguran, kemiskinan, data rasio keuangan dan

lain sebagainya. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk

mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori

dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang

diselidiki oleh peneliti.33

Metode kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti juga

melalui pendekatan deskriptif atau statistika dalam arti

sempit. Kuantitatif pendekatan deskriptif yaitu statistika yang

hanya mendeskripsikan tentang data yang dijadikan dalam

bentuk tabel, diagram, pengukuran rata-rata, simpangan baku

dan seterusnya tanpa perlu menggunakan signifikansi atau

tidak bermaksud membuat generalisasi.34

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistem

hitung sederhana untuk menentukan jumlah prosentase dari

keseluruhan informan dalam satu aspek penelitian,

menggunakan rumus:

Pp = jml informan x 100%

Jml informan keseluruhan

Pp = prosentase dari populasi (informan)

Setelah didapat hasil prosentase dari setiap aspek

penelitian dalam metode living Qur‟an ini, maka peneliti

kemudian membuat diagram yang menggambarkan besarnya

prosentase dari keseluruhan informan dalam meresepsi ayat-

ayat bimbingan dan penyuluhan dalam penelitian ini.

c. Metode Penulisan/ Penyajian Laporan Penelitian

Metode penulisan/ penyajian laporan penelitian ini

menggunakan metode penelitian tafsir tematis atau

33

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif (Teori dan Aplikasi pada Bidang

Manajemen dan Ekonomi Islam), Jakarta: Prenada Media Grup, 2015, hlm. 109). 34

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif (Teori dan Aplikasi pada Bidang

Manajemen dan Ekonomi Islam), hlm 209

Page 43: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

22

maudhu‟i35

, dengan langkah-langkah penyajian data sebagai

berikut:

1) Menetapkan pembahasan yang akan dikaji

2) Mencari terminologi Al-Qur‟an terkait bahasan

3) Merujuk tema metode bimbingan dan penyuluhan

dengan ayat-ayat Al-Qur‟an yang terkait

4) Membahas penafsiran para mufassir klasik maupun

kontemporer terkait ayat-ayat tersebut.

5) Melakukan studi living Qur‟an terkait aplikasi

metode dakwah Penyuluh Agama Islam di

lingkungan kementerian agama Kota Depok

terhadap mad‟unya yaitu masyarakat Depok secara

keseluruhan.

6) Mengkomparasi hasil penelitian dengan isyarat yang

diinginkan Al-Qur‟an terkait metode dakwah yang

dilakukan penyuluh agama Islam.

7) Menganalisa dan mengukur keberhasilan setiap

metode dakwah yang dilakukan dan memetakan

implikasinya terhadap mad‟u atau objek dakwah.

Dalam penulisan laporan penelitian ini, mengacu

pada Buku Pedoman tentang Penulisan Proposal Skripsi dan

Tesis Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)

Jakarta. Buku pedoman transliterasi Arab latin yang

diterbitkan oleh Kementerian Agama dengan penegasan:

1) Dalam daftar kepustakaan, Al-Qur‟anal-Karim

ditulis pada urutan pertama sebelum sumber-sumber

lainnya dan ditulis secara alfhabetis

2) Ayat-ayat Al-Qur‟an tidak diberi catatan kaki pada

akhir kutipan ayat disebutkan nama surah dan nomor

ayatnya.

35

Kata maudhu‟i berasal dari kata bahasa Arab wadh‟a yadha‟u dengan isim

maf‟ulnya mawdhu‟. Bila dikaitkan dengan pembicaraan seperti mawdhu‟ al kalam, maka ia

berarti materi atau tema yang sedang dibicarakan. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid al-Lughoh

wa al A‟lam, (Beirut: Dar al-Masyruq, 1999), h.905. Tafsir tematik (maudhu'i) menurut

pengertian istilah ulama adalah dengan menghimpun seluruh ayat al-Qur'an yang memiliki

tujuan dan tema yang sama (Lihat Abdul Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu'i,

diterjemahkan oleh Rasihan Anwar, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 43-44

Page 44: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

23

G. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, perumusan dan pembahasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi

penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM

DALAM TINJAUAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang Pengertian

Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam secara Bahasa

dan Etimologi. Kemudian di sub bab selanjutnya akan

dipaparkan Urgensi Bimbingan dan Penyuluhan Agama

Islam di tengah Masyarakat. Sub bab selanjutnya akan

dijelaskan Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Agama

Islam, dilanjutkan dengan pemaparan Tingkat Jabatan,

Kedudukan dan Kelompok Sasaran. Kemudian

pemaparan tentang Sejarah Bimbingan dan Penyuluhan

Agama Islam; Dari Masa Nabi hingga Era Kontemporer

dan sub bab terakhir akan membahas Pendekatan dan

Metode Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam

BAB III TERM-TERM DAN AYAT-AYAT TERKAIT

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM

DALAM AL-QUR‟AN SERTA PENAFSIRANNYA

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang term-term Al-

Qur‟an untuk menyebutkan tema bimbingan dan

penyuluhan dalam Islam; da‟wah, tabligh, amr ma‟ruf

dan nahi munkar, mau‟idhoh hasanah, tabsyir, ta‟lim,

indzhar, washiyah, dan khotbah dan kemudian

menyebutkan ayat-ayat al-Qur‟annya serta menjelaskan

penafsirannya menurut mufassir klasik maupun

kontemporer serta menjelaskan sabab-sabab nuzul ayat.

BAB IV PENYULUH AGAMA ISLAM KEMENTERIAN

AGAMA KOTA DEPOK

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang Penyuluh

Agama Islam Kementerian Agama Kota Depok, Resepsi

Page 45: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

24

penyuluh agama Islam terhadap ayat-ayat bimbingan

dan penyuluhan, metode Bimbingan dan Penyuluhan

analisis keberhasilan Bimbingan dan penyuluhan

Penyuluh Agama Islam di Kota Depok dan Analisis

Kesesuaian Metode Bimbingan dan Penyuluhan para

Penyuluh Agama Islam dengan isyarat yang diinginkan

Al-Qur‟an.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran

juga rekomendasi terkait kelanjutannya.

Page 46: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

194

BAB V

PENUTUP

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan

kemampuannya. Walaupun demikian, harus ada seorang atau sekelompok orang

yang memfokuskan dirinya dalam kegiatan dakwah. Terlebih dewasa ini, arus

globalisasi, informasi, dan teknologi semakin maju, sehingga tantangan dakwah

pun akan semakin kompleks. Oleh karena itu, kegiatan dakwah harus direncanakan

dengan baik dan dibutuhkan organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah.

Penyuluh agama Islam adalah salah satu satuan kerja dalam tubuh

Kementerian Agama Republik Indonesia yang diberi tanggungjawab untuk

berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Penyuluh diberikan beban kerja sebagai

pembimbing untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang paham

keberagamaan yang baik dan program pembangunan pemerintah melalui bahasa

agama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Living Qur‟an yang telah penulis

lakukan terhadap penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota Depok

dalam memahami dan mengaplikasikan ayat-ayat bimbingan dan penyuluhan,

maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an memiliki berbagai terminologi yang memiliki arti yang

identik dengan bimbingan dan penyuluhan agama Islam, antara lain

da‟wah, tabligh, amr ma‟ruf nahi munkar, irsyad, mau‟idhoh hasanah,

tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, at-ta‟lim dan khotbah. Berbagai

terminologi tersebut mencakup segala dimensi bimbingan dan

penyuluhan, salah satunya adalah konsep yang terperinci mengenai

metode bimbingan dan penyuluhan. Salah satunya dalam QS. An-Nahl

[16]: 125, menjelaskan metode bil hikmah, bil mau‟idzatil hasanah, dan

al mujadalah billati hiya ahsan.

2. Para penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota Depok memiliki

resepsi yang berbeda-beda terhadap ayat-ayat tentang bimbingan dan

penyuluhan. Ada empat (4) ayat yang peneliti sampaikan dalam

penelitian living Qur‟an ini; yaitu QS. Ali Imran [3]: 104 sebagai

representasi dari ayat tentang kewajiban berdakwah/ bimbingan dan

penyuluhan, QS. An-Nahl [16]: 125 tentang metode bimbingan dan

penyuluhan, QS. Al-Isra‟ [17]: 2 sebagai representasi dari ayat tentang

materi bimbingan dan penyuluhan, dan QS. Al-Maidah [5]: 67 sebagai

representasi dari ayat tentang karakteristik penyuluh. Ada empat (4)

aspek yang menjadi pengamatan penulis, yaitu aspek bacaan/ hafalan

ayat, aspek tulisan, aspek kognisi, dan aspek aplikasi ayat dalam kegiatan

bimbingan dan penyuluhan. Secara garis besar resepsi para penyuluh

agama Islam Kementerian Agama Kota Depok, yaitu sebagai berikut:

Page 47: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

195

a. QS. Ali-Imran [3]: 104, secara umum lebih dari 60% memahami ayat

ini dengan baik. Selebihnya memahami dengan paham terbatas.

b. QS. An-Nahl [16]: 125, secara umum lebih dari 60% memahami ayat

ini dengan baik. Sisanya sebanyak kurang lebih 40% memahami

dengan pemahaman terbatas.

c. QS. Al-Isra‟ [17]: 24, Lebih dari 60% penyuluh Agama Islam PNS

kota Depok memahami ayat ini. Selebihnya tidak memahami, tidak

hafal ayat.

d. QS. Al-Maidah [5]: 67, Lebih kurang 60% dari jumlah penyuluh

agama Islam PNS memahami ayat. Akan tetapi jumlah sisanya tidak

memahami ayat dengan baik.

3. Menurut pengamatan peneliti masih ada sebagian dari penyuluh agama

Islam Kementerian Agama Kota Depok yaitu sebesar 40 % dari jumlah

keseluruhan penyuluh yang belum memahami ayat-ayat bimbingan dan

penyuluhan dengan baik; baik dari aspek hafalan/ bacaan, tulisan,

pemahaman maupun aplikasi di tengah masyarakat. Hal ini tentunya

harus menjadi perhatian yang serius bagi Kementerian Agama untuk

mengupgrade kapabilitas dan kompetensi para penyuluh sebagai ujung

tombak Kementerian Agama di tengah masyarakat. Meskipun sebagian

lainnya sebesar 60% penyuluh agama Islam Kementerian Agama Kota

Depok telah melaksanakan sebagian konsep Al-Qur‟an tentang

bimbingan dan penyuluhan agama Islam. Metode yang mereka gunakan

dalam bimbingan dan penyuluhan merupakan representasi dari konsep

Al-Qur‟an. Metode Al-Qur‟an bil hikmah; dapat direpresentasikan dalam

bentuk metode ceramah maupun konsultasi. Metode bil mau‟idzatil

hasanah dapat terwakili dari metode ceramah maupun konsultasi.

Sedangkan metode mujadalah billati hiya ahsan merupakan representasi

dari metode diskusi/ hiwar yang digunakan oleh para penyuluh agama

Islam Kementerian Agama Kota Depok dalam bimbingan dan

penyuluhan kepada masyarakat. Jadi, metode yang mereka gunakan telah

sesuai dengan konsep Al-Qur‟an tentang metode bimbingan dan

penyuluhan.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

memberikan beberapa saran/ rekomendasi demi kemajuan dan keberhasilan

bimbingan dan penyuluhan para penyuluh agama Islam di lingkup

Kementerian Agama Kota Depok, yaitu:

1. Lebih meningkatkan peran dan eksistensi penyuluh Agama Islam

Kementerian Agama Kota Depok, agar peranannya dapat dirasakan

seluruh elemen masyarakat kota Depok melalui bimbingan dan

penyuluhan di wilayah binaannya.

2. Harus meningkatkan kompetensi personal penyuluh dalam bidang

pengetahuan agama umumnya dan pengetahuan terhadap ayat-ayat

Page 48: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

196

bimbingan dan penyuluhan khususnya, baik dalam aspek bacaan/

hafalan ayat, aspek tulisan, pemahaman terhadap ayat maupun

aplikasinya di tempat bimbingan dan penyuluhan.

3. Harus meningkatkan inovasi dalam metode bimbingan dan penyuluhan

agar masyarakat binaan lebih tertarik untuk menghadiri bimbingan dan

penyuluhan yang diadakan para penyuluh.

4. Bagi pihak pemerintah:

a. Membuat aturan rekrutmen penerimaan penyuluh agama Islam yang

lebih tepat guna menyeleksi penyuluh yang memiliki kompetensi

yang memadai di bidang penyuluhan agama kepada masyarakat

b. Membuat diklat/ pelatihan yang memfokuskan pada peningkatan

kompetensi penyuluh secara keilmuan akademis, khususnya ilmu Al-

Qur‟an dan cabang-cabangnya.

Page 49: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

197

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Na‟im Muhammad Husain, 1984, Al-Da‟wah ila Allah „ala Bashirah,

Kairo: Dar al-Kitab al-Mishry

Abi Al-Husen Ahmad bin Faris bin Zakaria, 1389 H/1969 M, Mu‟jam Maqayis al-

Lughoh, Mesir:Mushtafa al-Babi al-Halabi,

Ahmadi, Abu, 1985.Metodik Pengajaran, Bandung: Pustaka Setia

Al-Farmawi, Abdul Hay, 2002, Metode Tafsir Maudhu'i, diterjemahkan oleh

Rasihan Anwar, Bandung: Pustaka Setia

Al-Isfahani, Al-Raghib, Mu‟jam Mufradat Alfazh al-Qur‟an, dalam Nadim

Mar‟asyli, [ed.], [Beirut: Dar al-Fikr, t.th]

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, 1970, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Dar al Fikri

Al-Qardhawi, Syeikh Yusuf, 1402 H, Al-Shahwah al-Islamiyah baina al-Juhud wa

al- Tatarruf, Qatar: Riasah al-Mahakim al-Syari‟ah wa al Syu‟un al-Diniyah

Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi, Mawaqi‟ At-Tafasir ,Mesir, t.th,

Al-Wakil, 1986, Muhammad al-Sayyid, Usus al Da‟wah wa Adab al-Du‟at, Mesir:

Dar al –Wafa‟

Al-Zamakhsyari, Abi Qasim Jar Allah Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-

Kharizmi, 1983, Al-Kasysyaf „an haqaiq al-tanzil wa „Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-

Ta‟wil, Beirut: Dar al-Fikr.

Amin, M. Masyhur, 1997, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta : Al-Amin

Press

An-Nisabury, Al-Wahidi, 1994, Asbâb an-Nuzul, Beirut, Libanon: Darul Fikri

Anwar, Hamdani, 2015, Metodologi Penelitian (diktat kuliah IIQ Jakarta)

Arifin, Isep Zainal, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah

Melalui Psikoterapi Islami, Jakarta: Rajawali Press

Arifin. H. M. 1979, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama, Jakarta: Bulan Bintang

Page 50: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

198

Ar-Rifa‟I, Muhammad Nasib, 1999, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I terj.oleh Drs.

Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press

As-Suyuthi, Jalaluddin, 2008, Asbab An-Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an,

Jakarta: Gema Insani Press

Asy-Syaukani, Muhammad bin „Ali,1973, Fath al-Qadir, Dar al-Fikr, tt, iii/203

Ath-Thabariy, 2007, Tafsir Ath-Thabariy; Jami‟ al-Bayan „an Ta‟wil al-Qur‟an,

Jakarta: Pustaka Azzam

B. setiwan, dkk, 2004, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Delta

Pamungkas

Basit, Abdul, 2005, Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bernard Lewis, Ch Pellat dan J.Schacht, 1965, The Encyclopedia of Islam, vol. II,

Leiden: E.J, Brill “Da‟wa”

Departemen Agama, 2015, Buku Pedoman Teknis Kepenyuluhan, ed. Revisi,

Bandung: Bid. Penais Kanwil Jawa Barat

Didin Hafidhuddin, 1998, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press

Fealy, Greg, 2012, Ustadz Seleb, Bisnis Moral dan Fatwa Online; Ragam Ekspresi

Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu

Gullen, Fethullah , 2011, Dakwah; Jalan Terbaik dalam Berpikir dan Menyikapi

HIdup, Jakarta: Republika Penerbit.

Hafiduddin, Didin, 1998, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press. Cet. 3.

Hallen A., 2002, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press Cet. Ke 1

Hamdani, 2012, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, CV Pustaka Setia

Hamka, 1988, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas

Hamzah Ya‟cub, 1992, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership,

Bandung:Dipenogoro

Page 51: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

199

Hasanah, Siti Uswatun, 2011, Memoar Dakwah, Ciputat: Pusat Pengembangan

Agama dan Sosial

Ibn Katsir, 1388/1969, Tafsir al-Qur‟an al-Karim, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-

„Arabi, jilid 3

Ibn Manzur, 1990, Lisan al-„Arab, Beirut: Dar al-Shadir

Ibn Taymiyah, t.th, Majma‟ al-Fatawa, Riyadh: tt

Ibnu Katsir, al-Imam Abu al-Fida‟ al-Hafidz, 1994, Tafsir al-Qur‟an al-„Adzhim,

Beirut: Dar al-Fikri

Ibnu Taimiyah, 1995, Etika Beramar Ma‟ruf Nahi Munkar, Penj. Abu fahmi,

Jakarta: gema Insani Press

Iskandar, M. 2016, Pemikiran Hamka Tentang Dakwah, Dalam http://digilib.uin-

suka.ac.id, diakses 10 Nopember 2016

J.Milton Cowan [ed], Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, [Beirut:

Librairie Du Liban, t.th], “da‟wah”

Jalaludin Rahmat, 1996, Islam Aktual, Bandung: Mizan,

Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, 1998, Usul Fiqih II, Bandung: Pustaka Setia

L. Crow & Crow, 1960, An Introduction to Guidance, New York: American Book

Company

Louis Amin Ma‟luf, 1998, Al-Munjid Fi Al-Lughoh wa al-A‟lam, Lebanon, Beirut:

Dar el-Machero Sarl Publishers

Lutfi, Atabik, 2011, Tafsir Da‟awi, Jakarta: Al-I‟tishom

M. Dawam Rahardjo, 1996, Ensiklopedi al-Qur‟an: Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina

M. Mansyur, M.Chirzin, dkk, 2007, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan

Hadis, Yogyakarta: Teras

M. Munir dan Wahyu Ilahi, 2006, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana

Page 52: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

200

Mubarak, Achmad, tth. Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus

Muhammad Fu‟ad, Abdu al-Baqi, 1992, Almu‟jam Almufahras li alfazsh al-

Qur‟an, Beirut: Dar al-Ma‟rifah

Muhammad Mahmud al-Shawwaf, tth, Min al-Qur‟an ila al-Qur‟an , al-Da‟wah

wa al-Du‟at

Muhyiddin,Asep 2002, Dakwah Dalam Al-Qur‟an, Disertasi UIN Jakarta

Mujab, A.Mahali, 2002, Asbab an-Nuzul; Studi Pendalaman Al-Qur‟an, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Perkasa

Mulkhan, Abdul Munir 1996 Ideologi Gerakan Dakwah; Episode Kehidupan M.

Natsir dan Azhar Basyir,Yogyakarta: Sipres,

Munir, M, 2006, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media

Natsir, M, 1996, Fiqhud Da‟wah, Jakarta: Yayasan Capita Selecta

Nuh, Sayyid Muhammad, Fiqh al-Da‟wah al-Fadliyah, Mesir: Dar al-Wafa‟

Rahmat, Jalaludin, 1989, Metodologi Penelitian Agama, sebuah pengantar

penyunting taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Yogyakarta: Tiara Wacana

Rama Yulianis, 2006, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia

Salman Bin Fahd al-Audah, tth, Urgensi Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Penj.

Samsul Munir Amin,2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah

Samsul Munir, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Sinar Grafika

Offset

Sayyid Quthb, 1971, Fi Zhilalil Qur‟an, jilid 5, Beirut: Dar al_Syuruq

Shihab, M.Quraish, 1994, Membumikan Al-Qur‟an (Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat), Bandung: Mizan.

Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati

Sugiono, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Grasindo

Page 53: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

201

Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya

Syukir, Asmuni, 1983, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas

Tim Penyusun, 1980, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve

Tim Penyusun, 2015, Buku Pedoman Teknis Kepenyuluhan Ed.Revisi II, Bandung:

Bid. Penais Ziswaf Kementerian Agama prop Jawa Barat

W. J. S. Poerwodarminto, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka

Warson, Ahmad Munawwir, 1999, Al-Munawwir; Kamus Arab –Indonesia

Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progresif

Ya‟kub, Ali Musthofa, 2014, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka

Firdaus

Zuhaily, Wahbah, 1991, at-Tafsir al-Munir fi al-„Aqidah wa asy-Syari‟ah wa al-

Manhaj, Beirut: Dar al Fikri al-Mu‟ashir

JURNAL Novaili, Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Mewujudkan Keluarga

Sakinah Terhadap Pasangan Calon Suami Istri Di Kantor Urusan Agama (Kua),

KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 6, No. 2,

Desember 2015

Nugraha, Firmana, 2013, “Penyuluhan Agama Transformatif; Sebuah Model

Dakwah”. Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 7 No. 21 | Edisi Januari – Juni 2013

Nurul Hidayati, Metode Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit, Jurnal:

KONSELING RELIGI, volume 1, Nomor 2, Juli- Desember 2010

Aep Kusnawan, Urgensi Penyuluhan Agama, Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 5 No. 17

Januari-Juni 2011

Basit, Abdul, 2014, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam Dan

Pemberdayaannya, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1

Page 54: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/31/3/215410612... · 2020. 4. 14. · BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF

202

Hamdani Khaerul Fikri, Metode Dakwah; Solusi untuk Menghadapi Problematika

Dakwah Kontemporer, Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015

Kustini Dan Koeswinarno, 2015, Penyuluh Agama Menuju Kinerja Profesional,

Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 02 Desember