BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI...

8
Cito Yasuki Rahmad : Bimbingan dan Pelatihan Produksi Karya Seni Audiovisual Bagi Siswa Jurusan TPPP... Volume 8 No. 1 Juni 2017 13 BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI AUDIOVISUAL BAGI SISWA JURUSAN TPPP (TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENYIARAN PROGRAM PERTELEVISIAN) SMK NEGERI 1 KLATEN JAWA TENGAH Cito Yasuki Rahmad Program Studi S1 Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak FKamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek yang berfungsi sebagai kenang- kenangan semata, tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak. Sesuai dengan karakter siswa sekolah menengah atas yang masih memiliki antusias tinggi terhadap sesuatu hal yang berbasis teknologi, kegiatan pelatihan produksi karya seni yang berbasis audiovisual kiranya dirasa sangat dibutuhkan oleh siswa. Apalagi pada realitasnya, penguasaan teknologi videografi di kalangan civitas sekolah masih jauh dari harapan. Lebih jauh, skill di bidang seni audiovisual dapat menjadi wadah bagi penyaluran talenta dan kreativitas siswa. Maka pelatihan produksi karya seni audiovisual sebagai media ekspresi seni merupakan usaha sistematis dan strategis sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat. Selain pelatihan produksi karya seni audiovisual sebagai bentuk peningkatan kapasistas masyarakat, melalui film dapat juga mengandung informasi sebagai media sosialisasi peran dan fungsi film serta sebagai bentuk lain media alternatif yang menarik bagi masyarakat. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan produksi film sebagai media ekspresi, yaitu menggunakan metode partisipatoris. Metode ini meletakkan posisi yang seimbang antara guru/fasilitator dan murid/peserta pelatihan. Siswa diharapkan mampu berorientasi dan mempunyai target mampu menciptakan karya-karya seni audiovisual seperti film-film fiksi pendek yang cukup baik dan mampu bersaing dengan hasil-hasil karya dari sekolah lainnya tanpa harus bergantung dari peralatan yang serba memadai di setiap lini produksi. Kata kunci: Pelatihan, Karya seni, Audiovisual, Partisipatoris. Abstract Cameras were not only used to capture objects and to serve as a mere reminiscence, but also used to capture moving objects. Character of high school students were still having high enthusiasm for anything that was technology based, hence this training activity in audiovisual based art production was urgently needed. Especially in reality, the mastery of videography technology among school members was still low. Audiovisual skill could be a means of students’ talent and creativity channeling. For that, the training of audiovisual based art production as an artistic expression media was a systematic and strategic effort in a form of community service. The production training of audiovisual artwork was useful for capacity building of the community. Film could be a medium of information and socialization. The film acts as an alternative form of media that appealed to the community. The method used was a participatory method. This method positioned teacher/facilitator and student/participant equally in the training. Participants were expected to be oriented and had a target of creating audiovisual based art such as great short fiction films and able to compete with other schools’ work without having to rely on advanced equipments. Keywords: training, art work, audiovisual, participator.

Transcript of BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI...

Page 1: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Cito Yasuki Rahmad : Bimbingan dan Pelatihan Produksi Karya Seni Audiovisual Bagi Siswa Jurusan TPPP...

Volume 8 No. 1 Juni 2017 13

BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENIAUDIOVISUAL BAGI SISWA JURUSAN TPPP

(TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENYIARAN PROGRAMPERTELEVISIAN) SMK NEGERI 1 KLATEN JAWA TENGAH

Cito Yasuki RahmadProgram Studi S1 Televisi dan Film

Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta

Abstrak

FKamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata, tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak. Sesuaidengan karakter siswa sekolah menengah atas yang masih memiliki antusias tinggi terhadap sesuatu halyang berbasis teknologi, kegiatan pelatihan produksi karya seni yang berbasis audiovisual kiranya dirasasangat dibutuhkan oleh siswa. Apalagi pada realitasnya, penguasaan teknologi videografi di kalangancivitas sekolah masih jauh dari harapan. Lebih jauh, skill di bidang seni audiovisual dapat menjadiwadah bagi penyaluran talenta dan kreativitas siswa. Maka pelatihan produksi karya seni audiovisualsebagai media ekspresi seni merupakan usaha sistematis dan strategis sebagai bentuk pengabdian padamasyarakat. Selain pelatihan produksi karya seni audiovisual sebagai bentuk peningkatan kapasistasmasyarakat, melalui film dapat juga mengandung informasi sebagai media sosialisasi peran dan fungsi filmserta sebagai bentuk lain media alternatif yang menarik bagi masyarakat. Metode yang digunakan dalampelaksanaan pelatihan produksi film sebagai media ekspresi, yaitu menggunakan metode partisipatoris.Metode ini meletakkan posisi yang seimbang antara guru/fasilitator dan murid/peserta pelatihan. Siswadiharapkan mampu berorientasi dan mempunyai target mampu menciptakan karya-karya seni audiovisualseperti film-film fiksi pendek yang cukup baik dan mampu bersaing dengan hasil-hasil karya dari sekolahlainnya tanpa harus bergantung dari peralatan yang serba memadai di setiap lini produksi.

Kata kunci: Pelatihan, Karya seni, Audiovisual, Partisipatoris.

Abstract

Cameras were not only used to capture objects and to serve as a mere reminiscence, but also usedto capture moving objects. Character of high school students were still having high enthusiasm foranything that was technology based, hence this training activity in audiovisual based art productionwas urgently needed. Especially in reality, the mastery of videography technology among schoolmembers was still low. Audiovisual skill could be a means of students’ talent and creativitychanneling. For that, the training of audiovisual based art production as an artistic expressionmedia was a systematic and strategic effort in a form of community service. The production trainingof audiovisual artwork was useful for capacity building of the community. Film could be a mediumof information and socialization. The film acts as an alternative form of media that appealed to thecommunity. The method used was a participatory method. This method positioned teacher/facilitatorand student/participant equally in the training. Participants were expected to be oriented and hada target of creating audiovisual based art such as great short fiction films and able to compete withother schools’ work without having to rely on advanced equipments.

Keywords: training, art work, audiovisual, participator.

Page 2: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

14 Volume 8 No. 1 Juni 2017

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKebutuhan akan sistem pendokumentasian

dewasa ini telah merambah segala aspek kehidupanmanusia tidak terkecuali pada lembaga pendidikanformal (sekolah). Dokumentasi setiap kegiatan siswadi sekolah tidak cukup dalam format still picture(foto) tetapi akan menjadi lebih sempurna danmenarik jika pengerjaannya dibuat dengan formataudiovisual (video). Format ini semakinmemungkinkan dipelajari oleh siapa saja termasukbagi siswa setingkat SMA, karena perkembanganteknologinya pun kini semakin memudahkanpengguna dalam mengoperasikan.

Seiring dengan berjalannya waktu,perkembangan teknologi kamera baik fotografimaupun video semakin hari berkembang semakinpesat. Fungsi dan kebutuhan penggunaanya punsemakin luas dirasakan oleh berbagai pihak.Kamera tidak hanya digunakan sekedar untukmenangkap objek yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata, tetapi juga digunakan untukmenangkap objek yang sedang bergerak. Sebutsaja perkembangannya kemudian seperti kameravideo, kamera mikro, kamera sensor dan lainsebagainya. Sesuai dengan karakter siswa sekolahmenengah atas yang masih memiliki antusias tinggiterhadap sesuatu hal yang berbasis teknologi,kegiatan pelatihan produksi karya seni yang berbasisaudiovisual kiranya dirasa sangat dibutuhkan olehsiswa. Apalagi pada realitasnya, penguasaanteknologi videografi di kalangan civitas sekolah masihjauh dari harapan. Lebih jauh, skill di bidang seniaudiovisual dapat menjadi wadah bagi penyalurantalenta dan kreativitas siswa.

Realitas-realitas di atas mendorong ProgramStudi Televisi dan Film FSRD ISI Surakartamendapatkan peluang untuk dapatmenyelenggarakan sebuah pelatihan danpembimbingan teknis tentang dasar-dasar produksikarya seni audiovisual bagi siswa SMK khusunyasiswa Jurusan TPPP (Teknologi Produksi danPenyiaran Program Pertelevisian).

B. Permasalahan MitraBerdasarkan data tersebut di atas maka

usaha memproduksi karya seni audiovisual tidaksaja menjadi tanggung jawab sekolah namun jugaberbagai elemen masyarakat dan meliputi berbagaibidang. Salah satu bidang penting dalam upayamemproduksi karya seni audiovisual sebagai alatekspresi di bidang pendidikan dengan melakukanpelatihan di SMK melalui media ekspresi seni.

Pelatihan produksi karya seni audiovisualsebagai media ekspresi seni merupakan usahasistematis dan strategis sebagai bentuk pengabdianpada masyarakat. Selain pelatihan produksi karyaseni audiovisual sebagai bentuk peningkatankapasistas masyarakat, melalui film dapat jugamengandung informasi sebagai media sosialisasiperan dan fungsi film serta sebagai bentuk lain mediaalternatif yang menarik bagi masyarakat karenamengandung media pandang (visual) dan dengar(audio) yang berisi sejumlah informasi pendidikansekaligus hiburan.

Media pembelajaran berbasis audiovisualmerupakan media pembelajaran yang memanfaatkanpenggabungan antara gambar, suara atau audio, danvideo. Film dan Video merupakan contoh mediapembelajaran berbasis audiovisual yang mampudigunakan untuk penyampaian materi. Hal ini yangmenjadikan terkadang stadarisasi proses di awaldalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajardengan kondisi riil siswa yang relatif cukup banyaknamun kondisi peralatan audiovisual pendukungnyakurang memadai. Keadaan seperti ini tentunyadialami hampir semua sekolah baik di tingkat dasar,menengah pertama, maupun menengah atas. Kondisiini yang juga menjadi permasalahan pada mitrapengabdian pada masyarakat ini. Dengan melihatadanya celah permasalahan yang dihadapi mitratersebut kiranya perlu dicoba dengan beberapastrategi pembelajaran yang cukup inovatif bahkankreatif agar beberapa materi dasar keahlian dijurusan TPPPP ini mampu sedikit banyaktersampaikan.

Page 3: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Cito Yasuki Rahmad : Bimbingan dan Pelatihan Produksi Karya Seni Audiovisual Bagi Siswa Jurusan TPPP...

Volume 8 No. 1 Juni 2017 15

METODOLOGI

A. Solusi yang ditawarkanDalam proses pembelajaran, guru harus

bekerjasama dan memfasilitasi siswanya untuk selaludapat mengembangkan potensi dirinya, bukansekedar menyampaikan materi pelajaran saja, olehkarena itu perlu st rategi dalam metodepembelajarannya. Program pelatihan produksi filmini menggunakan metode partisipatoris yang masihteramat jarang dilakukan oleh elemen masyarakatdi Indonesia dikarenakan nilai atau paradigmanyamasih belum popular serta memerlukan waktu yangpanjang selama proses pelatihan, produksi maupunpasca produksinya. Oleh karena itu programpengabdian pada masyarakat ini merupakanmomentum yang strategis bagi civitas akademikauntuk mendedikasikan dirinya dalam upaya pelatihanaudiovisual (film).

Metode pelaksanaan pelatihan produksi filmsebagai media ekspresi menggunakan metodepartisipatoris. Metode ini meletakkan posisi yangseimbang antara guru/fasilitator dan murid/pesertapelatihan. Sumber metode ini terinspirasi olehpendidikan pembebasan ala Paulo Freire yangpercaya bahwa sumber pengetahuan adalah milikbersama dan bersama-sama dapat dicapai melaluiberbagi/sharing.

Fasillitator bertugas memfasilitasi bagaimanapeserta menemukan kembali pengetahuan danpengalaman hidup sehari-hari dilingkungannya,mengelompokannya dan menganalisis sesuaikebutuhannya. Fasilitator dalam tahap menemukankembali pengetahuan dan pengalaman hidup sehari-hari dilingkungan para peserta lebih banyakmendengarkan suara-suara peserta daripadamendominasinya sehingga posisinya bisa menjadiguru sekaligus murid. Posisi peserta bisa murid danguru sekaligus, karena peserta lebih mengenalpengetahuan dan lingkungannya. Letak posisi yangutama adalah pada peserta bukan pada guru/fasilitator. Sedangkan dalam proses pelatihan,fasilitator berbagi pengetahuannya dengan pesertamelalui teknik-teknik dan cara memproduksi film.

Pelaksanaan metode ini juga dibantubeberapa mahasiswa dari program studi Televisi danFilm ISI Surakarta sebagai instruktur/fasilitator yangsecara intensif mengarahkan hal-hal teknisperwujudan hasil luaran/out put kegiatan.

Proses pelatihan memproduksi film dilingkungan sekolah ini terbagi beberapa tahap, yaitu:1. Tahap pengembangan gagasan bersama. Tahap

ini seluruh peserta diberi ruang bersama untukberbagi pengetahuan dan pengalamannyamengenai keberadaan hubungan manusia denganlingkungan sekitarnya dan cerita pengalamanberadaptasi dengan kondisi sekitar yangberubah-ubah. Pada tahap ini seluruh pesertamerumuskan bersama cerita apa saja yangmenarik dan ingin divisualisasikan sehingga ceritaini menjadi cerita milik bersama.

2. Tahap manajemen, yaitu penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran,dalam tahap ini upaya pembagian pekerjaan dibelakang kamera: sutradara, kamerawan,audioman, ligthingman dan sebagainya denganpekerjaan yang menuntut tampil di depan kamerayaitu pemain: antagonis maupun protagonis.Tahap ini peserta diajak berbagi peran danberupaya secara serius untuk bekerja sesuaipillihannya dalam rangka memproduksi film.

3. Tahap teknikalisasi, yaitu tahap memproduksicerita bersama menjadi bentuk audiovisualmelalui rekayasa film baik melalui prosespengambilan gambar, editing, mixing audiomaupun efek.

B. Tujuan dan ManfaatKegiatan pelatihan ini diharapkan untuk

menumbuhkan minat karya seni audiovisual padasiswa sebagai wadah berekspresi menuangkan ide-ide kreatif siswa, dan pengembangan pembelajarankesenian dan ketrampilan di sekolah. Siswa pesertapelatihan diprioritaskan kelas II (XI) denganpertimbangan mereka masih mempunyai waktuuntuk memberikan kontribusi ke sekolah setelahmengikuti pelatihan ini. Sekolah rekanan dalampenyelenggaraan pelatihan ini adalah Sekolah

Page 4: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

16 Volume 8 No. 1 Juni 2017

Menengah Kejuruan Negeri 1 Klaten denganpertimbangan bahwa sekolah tersebut berkualiasdengan memiliki peringkat akreditasi jurusan A dansignifikan dengan bidang ilmu yang diajukan dipengabdian ini serta dukungan sarana-prasaranamultimedia yang memadai sekaligus dengan siswayang sarat dengan potensi untuk dikembangkan.Siswa diharapkan mampu berorientasi danmempunyai target mampu menciptakan karya-karyaseni audiovisual seperti film-film fiksi pendek yangcukup baik dan mampu bersaing dengan hasil-hasilkarya dari sekolah lainnya tanpa harus bergantungdari peralatan yang serba memadai di setiap liniproduksi.

Target luaran yang dihasilkan dalampengabdian masyarakat ini, dapat dijelaskan sebagaiberikut :1. Meningkatnya kemampuan siswa peserta

pelatihan dalam mengoperasikan kamera videosesuai dengan kaidah yang baik dan benar.

2. Menumbuhkan semangat para siswa dalamupayanya menuntut ilmu dalam bidang produksifilm.

3. Memperkaya kompetensi para siswa di SekolahMenengah Kejuruan Negeri 1 Klaten khususnyapengetahuan ekspresi seni melalui film.

Dengan adanya pelatihan ini dapat jugadigunakan sebagai media publikasi yang efektifanatar kedua belah pihak lembaga pendidikan.Luaran dari pelatihan ini akan menyampaikan danmemberikan beberapa materi (modul) yang terkaitdengan dasar-dasar produksi audiovisual yangnantinya dapat digunakan oleh para siswa.

PEMBAHASAN

Kegiatan yang telah terlaksana padaprogram pengabdian kepada masyarakat tematik iniada tiga tahap, yaitu :

A. Tahap I Pengembangan Gagasan Bersama.Tahap awal ini termasuk tahapan pra

produksi yang dilaksanakan selama satu hari penuh,

yaitu pada tanggal 17 September 2016 bertempatdi ruang pertemuan SMK N 1 Klaten. Padapertemuan pertama peserta beserta tim fasilitatorberbagi cerita dan pengalaman mengenai peristiwayang terjadi disekitar keseharian perserta. Kemudianide tersebut dihubungkan dengan media film yangmemberikan ruang terbuka untuk merekam peristiwaitu dan dapat menjadi bahan refleksi bersama bagipenonton atau teman sekolahnya agar dapatmengurangi risiko terjadinya permasalahan.Berangkat dari visi bersama belajar mengungkapkanpengalaman itulah ide atau gagasan bersama itudibangun.

Gambar 1. Peserta beserta tim fasilitator berbagicerita dan pengalaman mengenai peristiwa yang

terjadi disekitar keseharian perserta. (Foto: Arip,2016)

Selama satu hari tersebut pengembanggagasan bersama dibedah lagi menjadi beberapamateri. Materi awal adalah menyusun bersamasebuah desain produksi film yang berisi mengenai,ide, tema, sasaran penonton, pesan/kalimat moralfilm dan sinopsis. Desain produksi ini dirumuskanbersama untuk menjadi panduan secara umumtentang film yang akan dibuat.

Selanjutnya membangun bersama idemenjadi bentuk cerita/alur cerita sesuai tema yangtelah dirumuskan bersama. Problem besar munculmanakala keinginan peserta mulai keluar dari ide/tema yang telah disepakati bersama dari awal.Peserta ingin agar semua tema dimasukkan dalamalur cerita agar ceritanya lebih lengkap dan dianggapmenarik bagi peserta. Namun karena sudah

Page 5: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Cito Yasuki Rahmad : Bimbingan dan Pelatihan Produksi Karya Seni Audiovisual Bagi Siswa Jurusan TPPP...

Volume 8 No. 1 Juni 2017 17

disepakati bersama maka ide yang meluas itukemudian dikerucutkan lagi sesuai dengan ide awalyang telah dirumuskan.

Gambar 2. Memilih dan menyusun cerita yangakan diproduksi.(Foto: Rangga,2016)

Tingkat kesulitan yang tinggi juga dialamipeserta ketika sama sekali belum pernah membuatcerita bersama sehingga masih timbulketidakpercayaan diri dan perasaan tidak yakinbahwa peserta mampu membuat cerita sendiri yanglebih menarik. Problem ini dapat diatasi ketikafasilitator memberi semangat dan memberi contoh-contoh berbagai film cerita pendek baik yang adadialognya maupun film cerita pendek yang tanpadialog.

B. Tahap II Manajemen.Manajemen atau pengelolaan dasar

produksi karya seni audiovisual seperti contohnyafilm atau program-program siaran televisi berbedadengan manajemen produksi pada umumnya, sebabpada prinsipnya merupakan hasil perpaduan antaraseni dan teknologi. Manajemen produksi filmberhubungan dengan semua aktifitas/proses untukmewujudkan suatu produksi sesuai dengan tujuanyang ditetapkan. Dalam manajemen berlaku istilahPOAC (Planning, Organizing, Actuat ing,Controlling) Perencanaan, Pengorganisasian,Pelaksanaan dan Pengawasan. ManajemenProduksi Film, selain mengurusi hal teknis jugaberhubungan dengan usaha penciptaan/kreatifitas,artistik, teknologi dan manusia. Manajemenproduksi film biasanya mengacu pada SOP (standard

operational procedure) yang terdiri dari empattahapan yakni, Pre Production (pra produksi), SetUp and Rehearsal (persiapan dan latihan),Product ion (produksi), Post Product ion(pascaproduksi). Akan tetapi, tahap Set Up andRehearsal ini jarang diterapkan di Indonesia karenadirasa tidak begitu efisien karena terlalu bertele-teledan hanya menambah budget produksi. Berbedadengan di luar negeri tahapan ini sangat dianjurkandan sering dilaksanakan karena tahap ini menentukankeberhasilan produksi.

Tahap persiapan ini mulai dari rencanaproduksi, diperinci dengan rencana pelaksanaanyang akan dilakukan masing-masing kelompok kerjaproduksi. Pada saat perencanaan, kesalahanrelatif mudah dikoreksi daripada saat produksi.Baik atau tidaknya proses pra produksi akanterlihat pada saat produksi, jadi tahap para produksiadalah elemen yang penting dalam sebuah prosesproduksi, bahkan tahap pra produksi ini mencakup70% dari keseluruhan Manajemen produksi film itusendiri.

Adapun hal yang dibahas pada tahap iniantara lain:1. Menetapkan konsep film baik itu konsep cerita

(naratif) maupun konsep teknis (sinematografi).2. Merumuskan pesan, bentuk, karakter, cara/

teknik perwujudan sebuah film.3. Menetapkan dasar pendekatan produksi

apakah produksi dalam studio atau luar studio.4. Pengusulan skenario, format produksi dan

kebutuhan lainnya.5. Merancang segala aktifitas kegiatan pada saat

produksi film.6. Menjadwalkan atau menyusun waktu yang akan

digunakan untuk produksi film.

Peserta yang terlibat dalam tahap inimerupakan susunan inti anggota tim perencana,yakni produser, penulis skenario, sutradara,kameraman dan penata artistik. Tahap pra produksiini adalah tahap persiapan yang harus dilaksanakan,karena di dalam produksi tanpa persiapan yangmatang tentunnya akan mengalami kesulitan pada

Page 6: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

18 Volume 8 No. 1 Juni 2017

saat melakukan eksekusi di lapangan, agar pada saatproduksi tidak terlalu banyak impovisasi maka tahapini harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Materi terakhir adalah pembagian peran/kerja sesuai dengan kesepakatan bersama, siapayang akan berperan di depan kamera, yaitu menjadipemain utama protagonis, antagonis, peranpembantu, dan siapa yang berperan menjadi perandi belakang kamera, seperti sutradara, kamerawan,konsumsi, editor, perlengkapan dan sebagainya.Pembagian kerja ini merupakan bentuk manajemendiri sebagai sebuah kelompok yang akan membuatmedia film sebagai tujuan pertamanya, dan membuattata kelola bersama dalam merubah alur ceritamenjadi pengadeganan, perekaman adegan,penyuntingan gambar dan suara di meja editing.Tahap ini perlu dirumuskan agar mekanisme kerjamemproduksi gambar dapat sistematis dan runtutserta dapat terkontrol.

Sebelum tahapan pra produksi di akhiripengenalan berbagai alat produksi film, caramengoperasikannya dan diteruskan dengan latihanpengambilan gambar sesuai alur cerita bersama.

C. Tahap III Teknikalisasi.Tahap ini merupakan kelanjutan dari rencana

tindak lanjut yang telah dirumuskan sebelumnya.Rumusan bersama alur cerita dan jadual produksidilaksanakan bersama sesuai dengan pembagiankerja yang telah disusun dan disepakati bersama.Tahap teknikalisasi ini diawali dengan melalukanreading naskah dan latihan pemain bahkan sampaipada blocking kamera, agar pada saat produksinanti tidak terjadi kekeliruan yang akan menghambatjalanya produksi sesuai yang direncanakan. Hal yangharus dilakukan antara lain latihan camera, blockingcamera, latihan perlengkapan lengkap, gladi resik.Tahap latihan ini bisa bervariasi tergantung kebutuhandari skenario. Tujuan dilakukannya latihan antaralain:1. Talent atau pemain akan terbiasa dengan naskah

sesuai karakteristik yang dituntut.2. Setting studio atau lokasi direncanakan dengan

tetap.

3. Sutradara mengatur posisi, grouping, aksi sesuaiperencanaan.

4. Selama latihan sutradara melihat melaluiviewfinder dari posisi kamera yang tepat, bilaperlu melakukan koreksi.

Tahap ini adalah tahap eksekusi dari prosespra produksi. Produksi akan baik dan lancar kalaupra produksinya juga baik. Tentunya di lapangankondisinya akan sangat berbeda dari apa yang direncanakan tetapi pra produksi yang baik akanmeminimalisir terjadinya improvisasi yang tidak perlu.Produksi akan dilakukan setelah semua persiapanselesai dilakukan. Proses pengambilan gambarmerupakan tahap dari aktifitas produksi yangmerupakan perwujudan rancangan produksi menjadisebuah film atau yang terekam dalam mediapenyimpan atau disk. Beberapa aktifitas yangdilaksanakan dalam proses pengambilan gambaratau shooting adalah:1. Menyampaikan lembaran tugas yang akan

dilakukan masing-masing peserta. Dalamlembaran itu terdapat keterangan tugas yangharus dilakukan/diperhatikan/diawasi olehpersonil yang menerima tugas tersebut. Jadi tiappersonil tahu apa yang harus dilakukan sesuaitugas diskripsi yang telah diberikan.

2. Melaksanakan pengambilan gambar sesuaidengan rencana yang telah disepakati.

3. Menyusun dan menyampaikan laporan shootingsesuai jalur tugas yang telah ditetapkan. Laporanini untuk bahan evaluasi.

Sebelum proses produksi atau pengambilangambar berlangsung fasilitator dan peserta terlebihdahulu mempersiapkan dan memastikan lagikebutuhan apa saja yang akan diperlukan pada tahapberikutnya.

Pada awal proses pengambilan gambar padatanggal 18 September 2016, masing-masing pesertamasih mengalami sedikit kesulitan baik masalah tenismau non teknis, seperti pemakaian kamera SonyHVR Z 7 yang masih perlu penyesuaian lagi,bagaimana merubah adegan cerita diatas kertas

Page 7: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Cito Yasuki Rahmad : Bimbingan dan Pelatihan Produksi Karya Seni Audiovisual Bagi Siswa Jurusan TPPP...

Volume 8 No. 1 Juni 2017 19

menjadi adegan di depan mata kamera, bagaimanamenyutradarainya, bagaimana karakter/tingkah lakupemain di depan kamera, bagaimana gambar yangdi viewfinder kamera selalu diperhatikan dansebagainya.

Gambar 3. Pelatihan pengambilan gambar besertapengadeganan (Foto: Rangga,2016).

Proses pengambilan gambar merupakantahap dari aktifitas produksi yang merupakanperwujudan rancangan produksi menjadi sebuah filmakan tetapi proses pengambilan suara juga tidakkalah pentingnya dengan visual. Oleh karena itupelatihan proses pengambilan suara juga perludilaksanakan. Dalam pelaksanaan proses ini tentusaja membutuhkan latihan baik memegangperalatannya maupun jarak dan arah yang diperlukandalam proses pengambilan suara ini.

Proses pengambilan gambar berjalan denganlancar akan tetapi masih ada beberapa kendala yangterjadi disaat proses berlangsung, salah satunyadalam pengadeganan yang kadang kala peserta masihragu-ragu dalam melakukan adegan yang telahdipelajari dan dihafalkan sebelumnya. Hal ini tidakmenjadi kendala yang berarti karena suasana prosespelatihan diupayakan dengan suasana santai danpenuh dengan canda dengan batas wajar karena jugamembutuhkan keseriusan dan proses beradeganyang perlu konsentrasi.

Gambar 4. Proses pengambilan suara dan gambarbeserta peng adeganan(Foto: Rangga,2016).

Diakhiri dengan tahap penyuntingan digitalmenggunakan computer personal (pc) atau laptopyang sesuai dengan kemampuan sebagai komputerediting. Proses penyuntingan gambar/editting yangsecara sederhana, proses editing merupakan usahamerapikan dan membuat sebuah tayangan filmmenjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalamkegiatan ini seorang editor akan merekonstruksipotongan-potongan gambar yang diambil olehjuru kamera. Proses kerja tahapan ini sebagaiberikut: menganalisis skenario bersama sutradara danjuru kamera mengenai kontruksi dramatinya,melakukan pemilihan shot yang terpakai baik danyang tidak sesuai, menyiapkan bahan gambar danmenyusun daftar gambar yang memerlukan efeksuara, berkonsultasi dengan sutradara atas hasileditingnya, dan bertanggung jawab sepenuhnya ataskeselamatan semua materi gambar dan suara yangdiserahkan kepadanya untuk keperluan editing.Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yangpasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatanreview sangat membantu tercapainya kesempurnaanhasil akhir suatu produksi audio visual.

Page 8: BIMBINGAN DAN PELATIHAN PRODUKSI KARYA SENI …repository.isi-ska.ac.id/3164/1/2368-6912-1-PB.pdfFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstrak ... pembimbingan teknis tentang

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

20 Volume 8 No. 1 Juni 2017

KESIMPULAN

Beberapa permasalahan dilapangan itudimungkinkan untuk dapat diselesaikan, tergantungbagaimana kita mensikapinya. Kesimpulan yangdapat diperoleh dari rangkaian tahap pelatihanproduksi film ini bahwa permasalahan pertamapeserta yang awalnya tidak begitu yakin dan percayadiri untuk dapat membuat cerita bersama. Pesertajuga kurang percaya diri saat memproduksi film yangdibangun dari proses penyusunan cerita yangdibuatnya sendiri. Adapun solusi yang bisadigunakan adalah dengan diberi fasilitasi dandorongan menciptakan karya sendiri dalam pelatihanini, pelan-pelan dan penuh keyakinan peserta dapatmembangun cerita mereka sendiri dan mampumemproduksi adegan dan gambar yang direkammelalui kamera sesuai dengan alur cerita yang telahdibangun.

Dalam proses pelatihan ini ada perubahanpengetahuan dan perilaku pada peserta yang dapatmenjadi indikator, yang pertama adalah telah terjadipeningkatan kapasitas baik individu maupunkelompok dalam membuat film dalam pelatihan ini.Kedua, yang dapat diperoleh adalah peserta dapatmerencanakan dan melaksanakan proses produksifilm pendek ini secara sistematis dan dapatmelibatkan pihak-pihak yang berkepentingandengan tema tersebut di atas dengan baik tanpa

hambatan teknis maupun non teknis sehingga prosespelatihan produksi film dapat terselenggara denganlancar.

Dampak yang diharapkan dari pelatihan initerjalin kerjasama yang lebih luas, sehingga dapatuntuk mempererat jalinan kerjasama di bidangpendidikan diantara dua lembaga pendidikan formal.

DAFTAR PUSTAKA

Agung B. 2005. Panduan Membuat VideoKeluarga. Kawan Pustaka

Darwanto SS. 1994. Dasar-Dasar Produksi AcaraTV. Yogyakarta: Duta Wacana Press

Dadan Efendi. 1993. Berwiraswasta DenganKamera Video. Surabaya: Karya Anda

Kahar Muamalsyah. 23 Februari 2012. PauloFreire Pendidikan Untuk Pembebasan.Dapat diakses di http://m.kompasiana.com/muamal syah /pau lo- f rei re -pend idikan- untuk- pembebasan .Diakses pada 20 Mei 2016.

NRA. Candra. 2015. Bahan Ajar Videografi I.Prodi Televisi dan Film. ISBI SulawesiSelatan. ISI Press: Surakarta

Richard Shaull. 2000. “Kata Pengantar dalamPaulo Freire”, Pendidikan KaumTertindas. Jakarta: LP3ES.

Sutrisno P. 1987. Media Televisi. Jakarta: CV. Baru.