bidukputihpeka-indonesia.org/wp-content/uploads/2018/01/BidukPutih...Beberapa rekomendasi intervensi...

10
Nelayan Mengatur ‘strategi’, Sebelum Menangkap Udang Rebon 03 | November 2017 Cocomesh Bahan Reklamasi Bekas Tambang Mengenal Konsorsium Lamin Segawi Profil Ibu Rahni, Pembuat Terasi Maknyus... Pelatihan Kemasan dan PIRT. bidukputih

Transcript of bidukputihpeka-indonesia.org/wp-content/uploads/2018/01/BidukPutih...Beberapa rekomendasi intervensi...

Nelayan Mengatur ‘strategi’, Sebelum Menangkap Udang Rebon

03

| Novem

ber 2

017

Cocomesh Bahan Reklamasi Bekas Tambang

Mengenal KonsorsiumLamin Segawi

Profil Ibu Rahni, Pembuat Terasi Maknyus...

Pelatihan Kemasan dan PIRT.

bidukputih

Edisi 3 | November 2017bidukputih10

Peran Perempuan Dalam Kelompok Penerima Manfaat

SGIP (Social Gender Integration Project) Peran sentral kelompok perempuan dan kelompok rentan dalam proyek pemanfaatan sumber daya alam berbasis masyarakat (PSDABM) MCA-indonesia oleh Konsorsium PEKA Indonesia.

Kita sering mendengar kata keseteraan gender atau inklusi sosial, namun kadang artinya kurang dimengerti. Seperti dalam proyek Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) MCA-Indonesia yang dikelola oleh Yayasan Kehati dan dilaksanakan oleh Konsorsium Paka Indonesia ini, adanya istilah SGIP (Social Gender Integration Project) lalu apakah SGIP itu?

Integrasi gender dan sosial merupakan upaya pelibatan kelompok perempuan dan kelompok rentan yang ada di 2 lokasi proyek mulai dari : Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan proses Keberlanjutan.

Kelompok apa saja yang menjadi sasaran dari proyek ini? Kelompok yang menjadi sasaran dalsam proyek PSDABM ini dapat dijelaskan berdasarkan target di masing-masing kampong lokasi proyek yaitu :

Kelompok di Sumber Agung :

• Kelompok nelayan pengelola rumput laut.• Kelompok pembuat terasi.• Kelompok pembuat aneka makanan olahan dari

rumput laut.• Kelompok warungan.

Kelompok di Giring-Giring:

• Kelompok perempuan pembuat & pengelola souvenir dari kelapa.

• Kelompok perempuan pembuat makanan olahan dari ikan laut (amplang).

• Kelompok perempuan pembuat sabun dan lulur dari kelapa .

• Kelompok pembuat minyak kelapa.

Perempuan perlu dilibatkan dalam proyek ini kurangnya partisipasi perempuan dan kelompok rentan (difabel, lansia, dan lain sebagainya) dalam pekerjaan dan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Kemudian belum adanya peraturan di tingkat kampung dan kecamatan yang mendorong untuk adanya kesetaraan gender dan pembinaan kaum difabel.

Ada juga kemampuan dan keterampilan yang masih terbatas dalam pengelolaan sumberdaya alam terbarukan. Alasan lain karena keterbatasan informasi untuk mengembangkan wawasan serta kurangnya minat perempuan untuk turut bergabung dalam kegiatan dan organisasi kemasyarakatan.

Selama proyek ini berjalan dari Juli 2016 yang lalu ada beberapa tahapan kegiatan yang telah dilakukan yang terkait dengan SGIP ini antara lain:

1. Need Assessment kondisi awal kelompok – kelompok perempuan dan rentan di 2 kampung.

2. Workshop integrasi gender dan sosial di 2 kampung (Batu Putih dan Sumber Agung.

3. Monitoring dan pendampingan, sebagai bentuk penguatan kelompok dari sisi organisasi/kelembagaan dan manajemen keuangan, terkait dengan: progress dan capaian hasil pelibatan perempuan dan kelompok rentan dalam perencanaan dan pelaksanaan project maupun kegiatan kampung.

4. Menginisiasi peran pemerintah kampung dalam mengelaborasi pasca project ke dalam program kampung melalui BUMKA.

5. Pembuatan buku manual tahapan pelibatan dan capaian hasil integrasi sosial gender dalam project.

Beberapa rekomendasi intervensi project bagi kelompok rentan sbb:

1. Memperkuat peran kelompok-kelompok (buruh terasi, buruh nelayan rumput laut, usaha warungan, maupun dasawisma dan kelompok arisan), aktif telibat dalam pengelolaan project dan juga pendampingan penerima manfaat.

Penguatan dilakukan dari sisi manajemen usaha mau-pun pengembangan produk maupun jaringan pasar, dengan melibatkan SKPD terkait ( Disperindagkop, Dinas Perikanan dan Kelautan, NGO lokal/internasi-onal, maupun CSR perusahaan, yang selama ini masih melakukan aktivitas secara sektoral. Kegiatan dilaku-kan melalui proses diseminasi, workshop, pelibatan dalam pameran maupun dialog sebagai upaya mem-buka ruang komunikasi 2 arah yang integratif

2. Menginisiasi peran pemerintah kampung dalam mengelaborasi pasca project ke dalam program kampung yang menginduk pada RPJMK (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung) dan program tahunan kampung/ RAPBK (Rencana Anggaran Pembangunan dan Belanja Kampung) tahun 2017

3. Mengedukasi masyarakat terkait dengan tata kelola lingkungan sehat, adil gender dan tanggap bencana,

Edisi 3 | November 2017 bidukputih11

terutama pemanfaatan ruang-ruang terbuka yang bisa dikelola sebagai ruang untuk produksi (penjemuran terasi), ruang bermain anak di wilayah kampung nelayan yang kumuh dan juga akses publik apabila terjadi bencana (kebakaran) karena padatnya pemukiman. Melalui proses-proses pendampingan bagi kelompok-kelompok rentan

4. Memberikan masukan kepada pemerintah kampung untuk mulai menyusun draft peraturan kampung yang mengatur tentang mekanisme pelibatan kelompok-kelompok rentan dalam penyusunan program pembangunan kampung

5. Melakukan litigasi kepada pemerintah kampung secara khusus kampung Batu Putih terkait dengan penyusunan rancangan peraturan kampung / surat keputusan kepala kampung tentang tata kelola lingkungan perairan bagi kelompok usaha pendatang yang tidak merugikan nelayan lokal

6. Proses monitoring SGIP ke depan akan melakukan analisis time used terutama dalam pengelolaan waktu produktif baik untuk perempuan maupun laki-laki penerima manfaat, terutama time used kelompok-kelompok rentan dalam mekanisme project

7. Melalui temu stakeholder strategis dan aktor potensial di masing-masing kampung, membantu sinergitas pengelolaan tata ruang produksi bagi kelompok-kelompok rentan yang diintegrasikan dengan penataan kawasan wisata (laut, telaga, souvenir/produksi maupun hutan).

Hal ini akan dilakukan melalui pembentukan tim-tim yang terdiri dari perwakilan kelompok-kelompok rentan dalam penataan kawasan wisata kampung (siapa, berperan sebagai apa dan dimana) sehingga tidak ada lagi dominasi kelompok-kelompok elit kampung dalam pengelolaan kawasan wisata

Beberapa hal yang sudah dinilai berhasil dan menjadi capaian dalam proyek ini antara lain adalah :

1. Adanya data pemetaan time used dan Kebutuhan kelompok di 2 kampung terkait dengan : pembagian waktu kerja setiap kelompok, daftar kebutuhan dan komitmen kontribusi pengembangan usaha kelompok bagi kampung

2. Adanya pemahaman pentingnya pelibatan peran perempuan dan kelompok rentan dalam project pembangunan PLTS dan pembangunan kampung (dari sisi manajemen organisasi & keuangan usaha)

3. Inovasi produk dari kelapa dan rumput laut dalam aneka bentuk olahan makanan, sabun dan lulur, produk cocofit & cocofiber, minyak kelapa, nata de coco, dan lainnya.

4. Sinergitas produk antara kelompok dan BUMKAM di Kampung Giring-Giring & komitmen BUMKAM Sumber Agung untuk pendampingan dan pengembangan kelompok usaha

5. Perwakilan kelompok mengikuti kegiatan pelatihan PIRT, kemasan dan label halal di Batu Putih.

Ibu Anik, Spesialis SGIP sedang berdiskusi dengan Ibu-Ibu Kelompok di Kampung Sumber Agung. (FOTO: PEKA INDONESIA)

KAMPUNG GIRING-GIRING BERPRESTASISalah Satu Kampung di Kecamatan Biduk-Biduk Yang Menuai Banyak Prestasi

Jika kita membaca sejarah awal mula Kampung Giring-Giring di Kecamatan Biduk-Biduk Kabupaten Berau akan semakin tahu perjalanan kampung ini. Sejarah menuliskan bahwa Sekilas Kampung Giring-Giring ditemukan pada 1921 oleh seorang berkebangsaan Filipina bernama Sikaromong dan menikah dengan seorang warga suku bajau. Di Giring-Giring beliau berkebun kelapa dan bercocok tanam untuk penghidupan sehari-hari. Berselang beberapa waktu kemudian berdatangan pula warga Sulawesi yang sebagian besar pedagang dan petani yang bertempat tinggal di Giring-Giring dan berkeluarga.

Adapun sebutan Kampung Giring-Giring berasal dari satu cerita bahwa pada waktu dahulu kala ada sejumlah rerumputan yang tumbuh di sebagian besar daratan kampung, rumput tersebut mempunyai kembang /bunga dan buanya menyerupai/mirip buah durian bulat berduri, tetapi bila buah tersebut sudah tua buahnya berguguran jatuh ketanah, buah tersebut sangat banyak di tanah berhamburan bila ditiup angin kencang buah tersebut berguling-guling secara beriring-iringan kesana kemari dalam bahasa bajau disebut: Giling-Giling atau Giring-Giring.

Kampung Giring-Giring ini secara lokasi administrasi mempunyai luas wilayah 5.960 Ha yang berbatasan sebelah utara dengan Kampung Biduk-Biduk, sebelah selatan dengan Kampung Teluk Sulaiman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan sebelah timur berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi.

Kampung Giring-Giring didiami oleh masyarakat yang berasal dari suku berbeda-beda seperti suku bugis, mandar, bajau, jawa, banua dan banjar dengan jumlah penduduk 1.115 jiwa yang terdiri dari lak-laki 605 jiwa dan perempuan 510 jiwa yang tersebar di 4 (empat) Rukun Tetangga (RT). Adapun agama dan kepercayaan sepenuhnya menganut agama Islam, dengan semua status berkewarganegaraan Indonesia.

Dengan adanya pembauran melalui pola perkawinan antara suku, maka hubungan antara masyarakat dapat terjalin dengan baik sehingga keadaan tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antara kelompok masyarakat. Selain itu, masyarakat juga masih mempertahankan tradisi semangat gotong-royong baik melalui acara-acara pesta pernikahan, kegiatan keagamaan, peringatan hari ulang tahun kampung, bersih lingkungan dan kegiatan lainnya.Demikian pula dengan tingkat pendidikan penduduknya bervariasi mulai dari tingkat SD sampai Starata 1, dimana rata-rata menempuh pendidikan sampai tingkat SLTP/sederajat.

Kondisi Ekonomi masyarakat Kampung Giring-Giring secara umum jelas terlihat perbedaan antara tingkat

Edisi 3 | November 2017bidukputih12

Kepala Kampung Giring-Giring menerima piala Lomba Kampung.

(FOTO: PEKA INDONESIA)

kehidupan ekonomi rumah tangga miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan oleh karena mata pencaharian masyarakat yang berbeda-beda baik dalam usaha disektor formal maupun non formal.

Berdasarkan data profil Kampung Giring-Giring masyarakat yang bermatapencaharian sebagai PNS hanya ada 10 orang, petani ada 54 orang, nelayan ada 77 orang, yang bergerak di indsutri kecil rumah tangga ada 20 orang, yang mempunyai toko/kios ada 11 orang, Polri ada 1 orang dan yang lainnya.

Sampai saat ini seiring perjalanan waktu Kampung Giring-Giring telah melalui pergantian kepemimpinan kampung, sehingga pada 2016 dan 2017 Kampung Giring-giring telah menuliskan catatan emas yang ditandai dengan berbagai prestasi penghargaan yang didapat baik tingkat propinsi maupun kabupaten. Hal ini tidak terlepas dari masa kepemimpinan Kepala Kampung yang sekarang dan adanya dukungan penuh dari masyarakat serta pemerintah kabupaten yang selalu mendorong kampung untuk maju tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat saja.

Hal ini seperti disampaikan oleh Kepala Kampung Giring-Giring dalam suatu wawancara dengan Tim Konsorsium Peka Indonesia “……respon kabupaten terhadap program MCA-Indonesia yang dilakukan oleh Konsorsium PEKA Indonesia ini sangat baik sekali Pak,….Kampung akan menjadi terbuka kepada pihak mana saja yang mau membantu yah..seperti ini karena akan dapat memajukan Giring-Giring, dan dari PEKA Indonesia sangat aktif di Biduk-Biduk ini, seperti yang sudah dilakukan di Giring-Giring ada diberikan bantuan pendampingan untuk BUMK, dan pembinaan serta pelatihan kepada kelompok-kelompok….Pemda sangat menyambut baik program ini dan berharap kampung tidak tergantung dari pemerintah saja sehingga ada pihak ke-3 yang menyangkut masyarakat bisa disambut dan juga perlu adanya perubahan layanan…”.

Adanya kerja sama berbagai pihak tersebut membuat Kmapung Giring-Giring mendapatkan prestasi yang membanggakan. Prestasi-prestasi itu yang tercatat dari 2016 dan 2017 antara lain adalah :

1. Juara I Posyandu Tingkat Kecamatan 2016.

2. Juara I lomba PHBS mewakili kecamatan Biduk-Biduk tingkat kabupaten 2016.

3. Juara I Posyandu tingkat Kabupaten 2016.

4. Juara II Tingkat kabupaten untuk kejuaraan P2WKSS (Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera) 2016.

5. Juara I Posyandu tingkat propinsi Kalimatan Timur 2016.

6. Juara I tingkat kabupaten untuk Lomba Kampung dan Juara III tingkat propinsi 2017.

7. Kampung Giring-Giring juga ditunjuk kabupaten untuk mewakili Kalimatan Timur ke Kalimatan Utara sebagai Nara sumber dalam bimbingan teknis (Bimtek) tentang posyandu.

8. Pembentukan KP-ASI (Kelompok Pendukung-Air Susu Ibu) 2016 yang dilakukan langsung oleh Ibu Bupati.

Hal yang menjadi penilaian penting dalam lomba kampung itu karena adanya capaian BUMK dalam peningkatan ekonomi kreatif melalui simpan pinjam, kegiatan kelompok, usaha kuliner, souvenir, lulur, sabun, dari sabut kelapa menjadi cocopeat dan cocofiber. Ini tidak terlepas dari pendampingan yang memang sudah dari lama dilakukan oleh PEKA Indonesia. Capaian-capaian itu yang menjadikan Kampung Giring-Giring menjadi kampung yang berprestasi dan ke depannya diharapkan akan lebih baik lagi.

Edisi 3 | November 2017 bidukputih13

Kepala Kampung presentasi Lomba Kampung Tingkat Propinsi. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Kampung Giring-Giring Menerima Penghargaan BIMTEK. (FOTO: PEKA INDONESIA)

PENGELOLAAN KEUANGAN USAHA Untuk Memperkuat Bisnis Kelompok

Edisi 3 | November 2017bidukputih14

Diskusi keuangan kelompok Terasi Batu Putih. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Seiring perjalanan proyek Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) yang dikelola oleh Yayasan kehati yang dibiayai oleh MCA-Indonesia dan dilaksanakan oleh Konsorsium Peka Indonesia menjelang berakhir. Pendampingan yang dilakukan untuk kelompok dengan berbagai pendekatan telah dilakukan guna memperkuat kapasitas kelompok untuk menjalankan usahanya. Sumber daya yang ada di Sumber Agung yang potensial adalah rumput laut dan ada juga udang rebon yang masih belum dikelola dengan maksimal. Sedangkan di Kampung Giring-Giring potensi sumber daya alam yang ada adalah kelapa.

Pelatihan yang diberikan dari proyek PSDABM MCA-Indonesia yang dilaksanakan oleh Konsorsium Peka Indoensia yang telah dipraktikkan adalah dodol rumput laut dan karagenan atau ATC. Sedangkan di Kampung Giring-Giring pelatihan yang diberika Konsorsium Peka Indonesia adalah pembuatan cocofiber dan cocopeat secara manual. Selain cocofiber dan cocopeat kelompok di Giring-Giring juga mengolah turunan kelapa seperti dibuat minyak kelapa, sabun, lulur dan bontar (Bon-Bon Tarik).

Meskipun usaha yang dilakukan kelompok sudah mulai berjalan namun masih diperlukan penguatan kelompok untuk melakukan perhitungan bisnis dalam suatu usaha. Kelompok selama ini hanya menghitung kasar untuk menentukan nilai jual suatu produk belum melihat aspek-aspek lain yang berpengaruh dalam menentukan harga.

Kelompok pada saat pertemuan bulan yang lalu juga mengungkapkan bahwa memang perlu keterampilan dalam kemampuan perhitungan suatu bisnis atau usaha. Kelompok juga meminta agar ada pelatihan atau pelajaran untuk membuat perhiutngan bisnis agar usahanya benar-benar untung bukan berdasarkan perkiraan untung saja. Oleh karena itu, berdasarkan usulan tersebut pertemuan kelompok yang kelima ini temanya tentang cara melakukan penghitungan bisnis untuk usaha. Selain itu juga, untuk memperkuat BUMK sebagai wadah untuk kelompok-kelompok yang ada di kampung dan yang kan mengembangkan bisnisnya maka perlu dibekali managemen keuangan agar bisa stabil. Konsorsium PEKA Indonesia akan mendatangkan narasumber untuk mengajarkan cara hitungan bisnis dalam usaha dan menagemen keuangan BUMK sebagai bentuk persipan keberlanjutan proyek ini nantinya.

Edisi 3 | November 2017 bidukputih15

Pelatihan Keuangan Kelompok Giring-Giring. (FOTO: PEKA INDONESIA)

Peserta yang terlibat dalam penguatan pengelolaan keuangan ini adalah semua kelompok yang sudah ada dalam proyek Konsorsium PEKA Indoensia. Jumlah anggota Kelompok terlibat dalam pertemuan ini di Kampung Giring-Giring ada 8 kelompok yang anggotanya berjumlah 112 orang yang terdiri dari 33 Laki-laki dan 79 perempuan. Sedangkan di Kampung Sumber Agung ada 10 kelompok termasuk pengurus BUMK dengan jumlah anggota kelompoknya yang hadir saat pertemuan 33 laki-laki dan 53 perempuan.

Kegiatan penguatan pengelolaan keuangan di Kampung Sumber Agung ini dilaksanakan pada tanggal 28-29 Oktober 2017 di masing-masing kelompok yang telah disepakati bersama ada yang pada pukul 09.00 s/d 12.00 WITA, 14.00 s/d 16.30 WITA dan pukul 19.30 s/d 20.30 WITA untuk kelompok Nelayan rumput laut dan terasi.

Pertemuan bulanan untuk kelompok di Kampung Giring-Giring dilaksanakan pada 26-27 Oktober 2017 di kantor BUMK Kampung Giring-Giring pada pukul 09.00 s/d 12.00 WITA. Pertemuan ini difasilitasi oleh ketua BUMK, Fasilitator Kecamatan/tim lapangan, Spesialis KM dan Narasumber (Finance PEKA Indonesia).

Pada pertemuan itu pula nara sumber yang merupakan finance Peka Indonesia menjelaskan tentang dasar-dasar akutansi atau cara penghitungan sederhana. Kelompok mulai diperkenalkan cara menghitung untung rugi secara sederhana.

Narasumber juga menjelaskan siklus akutansi dan hal yang perlu dilakukan untuk tertib administrasi. Tertib administrasi akan mempermudah dalam mencatatkan ke dalam pembukuan.

Peserta juga diajak membuat perhitungan modal secara sederhana, yang selanjutnya untuk membuat perhitungan biaya produksi baik itu untuk biaya tetap dan biaya variabel. Setelah itu kelompok diajak untuk membuat perhitungan antara modal, piutang dan hutang.

Pada hari pertama kelompok diajak untuk memahami teori sederhana akuntansi dan pentingnya membuat pelaporan usaha. Peserta sangat antusias dan banyak diskusi terkait dengan mana yang disebut modal, hutang dan keuntungan yang sebenarnya.

Peserta masih banyak yang belum memperhitungkan komponen tenaga dan pemakaian listrik misalnya sebagai biaya produksi. peserta juga ditekankan untuk membedakan antara uang rumah tangga dengan uang hasil usaha. Hal ini agar memudahkan dalam pembukuan dan mengukur keberhasilan apakah usaha yang dijalankan itu benar-benar menguntungkan.

Peserta juga diajak untuk praktik membuat perhitungan dari jenis usaha yang dilakukan oleh masing-maisng kelompok dan menghitung apakah sudah untung belum usahanya. Selain itu juga, memberikan pemahaman komponen apa saja yang harus dimasukan dalam hitungan.

Peserta juga diberikan pemahaman analisa sederhana memperkirakan usaha yang dijalankan untung-rugi. Jenis kemasan yang dilakukan untuk masing-masing produksi juga berpengaruh terhadap besar kecilnya untung yang didapat. Seperti dalam kasus kemasan botol dihitung lebih menguntungkan daripada kepingan dalam produk terasi. Selian itu juga untuk produk-produk lain misalkan sabun, lulur dan dodol rumput laut.

Untuk meningkatkan ketrampilan dalam perhitungan usaha direncanakan setiap bulan akan ada pendampingan yang dilakukan oleh narasumber. Hal ini terutama untuk BUMK yang menjadi pendamping langsung dan pengelola kelompok yang ada. BUMK diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan selanjutnya kepada masing-masing kelompok yang ada di kampungnya.

Pendampingan akan dilakukan setiap bulan sekali yang bertemu langsung dengan pengurus BUMK dan kelompok. Jadwal pelaksanaan pendampingan akan disesuaikan dengan kesepakatan dan ketersedian waktu yang ada di BUMK dan kelompok.

Edisi 3 | November 2017bidukputih16

Jamur yang menyerang Laminaria adalah: phycomelaina laminariae. Jamur ini menghasilkan getah be-rupa getah bulatan-bulatan pada bagian tangkai mata dan meyebab-kan perubahan menjadi hitam pada stomata atau benang jamur, serta menyebar seperti bisul. Ascocarp dan spermogonia tumbuh dibagian pseudostroma, berwarna hitam dan berbentuk lingkaran atau oval pada tanaman.

2. Penyakit White Spot

Penyakit white spote terdapat pada jenis rumput laut Laminara Japonica di Cina. Seperti halnya penyakit “ice-ice” gejala awal peyakit ini ditandai denga terjadinya perubahan warna

thallus dari cokelat kekuning-kunin-gan menjadi putih kemudian menye-bar dan pada akhirnya seluruh bagian tanaman membusuk dan rontok dari tali gantungan.

3. Penyakit Ice-Ice

Ice-ice” adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut je-nis Euchema Sp yang ditandai dengan timbulnya bintik putih/ bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama ke-lamaan kehilangan warna dan menja-di putih dan terputus. Penyakit “ice-ice” timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah.

Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat dan pe-rubahan warna menjadi pucat atau berwarna tidak cerah, seluruh thallus pada beberapa cabang menjadi pu-tih dan membusuk. Euchema dapat terserang “ice-ice” : terutama dise-babkan karena perubahan lingku-ngan seperti: arus, suhu dan ke-cerahan dilokasi budidaya. Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai den-gan pendapat Trono (1974), bahwa penyebab “ice-ice ” adalah perubah-

an lingkungan yang tidak sesuai un-tuk pertumbuhan yang menyebab-kan menurunnya daya tahan tubuh rumput laut.

Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa: kemungkinan penyebab terjadinya penyakit “ice-ice ini karena adanya bakteri pathogen tertentu terutama pada saat serangan penyakit pada tanaman rumput laut.

Hal ini menunjukkan bahwa sebe-narnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan skunder. Ke-mungkinan efektifitas serangan sera- ngan bakteri yang hanya terjadi pada saat pertumbuhan tidak efektif.

Penyakit White spote dan Ice-Ice bi-asanya terjadi pada bulan April atau Mei di daerah-daerah dengan kece- rahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur nitrat.(Sumber: https://infoduniaperikanan.wordpress.com/2016/02/25/penanganan-hama-dan-penyakit-pada-rumput-laut/t.)

Penanganan Hama dan Penyakit Pada Rumput LautSalah satu potensi laut di Kab. Berau adalah budidaya rumput laut. Namun keberhasilah budidaya ini ditentukan oleh pengembangan rumput laut dan penanganan terhadap hama penyakit.

Penanganan Hama Dan Penyakit Pada Rumput Laut. Jenis Bakteri dan Ge-jalanya:

1. Penyakit Jamur

Jamur banyak dijumpai pada beberapa jenis rumput laut seperti jenis Thalas-sia dan Sar-gassum sp. Jamur yang dijumpai adalah: Hydra thalassiae (sejenis jamur Ascomicetes).

Pada thalassia jamur ini dapat menembus daun dari ujung bagian atas dan menyebabkan perubahan warna. Pada Sargassum sp. Hydra thalassiae menyerang bagian gelembung udara yang meyebabkan gelembung berwarna cokelat tua, lembek dan mengkerut seperti kismis. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “penyakit kismis”.

Rumput laut jenis Ganggang Hijau (FOTO: PEKA INDONESIA)

Rumput laut terserang Ice-Ice (FOTO: MYIMUNG.WORDPRESS.COM)

Membuat Minyak Goreng Kelapa Anti TengikPermasalahan umum produsen minyak goreng kelapa di masyarakat adalah mudah tengik, tidak tahan lama dan harganya rendah. Penyebabnya adalah cara produksi minyak kelapa belum mengikuti prosedur pembuatan minyak goreng secara benar. Minyak goreng kelapa yang ada di masyarakat disebut juga sebagai minyak kampung.

Proses pembuatannya hanyalah dengan cara santan dipanaskan hingga mengeluarkan minyak. Melihat hasil minyaknya, minyak kampung ini masuk ke dalam katagori sebagai minyak mentah, karena potensi tengik dan bau sangat mudah terjadi.

Proses pemurnian minyak kampung ini bertujuan untuk mengikat FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas penyebab minyak kampung mudah tengik dan bau. Teknik untuk mengikat atau membuang FFA adalah dilakukan proses netralisasi pada minyak kampung tersebut.

Alat dan bahan-bahan yang diperlukan:

• Pilihlah kelapa yang tua, Sesuaikan dengan kebutuhan. • Air secukupnya. • Saringan. • Parutan. • Botol penyimpanan hasil produksi.

Jika membutuhkan minyak kelapa dalam jumlah kecil proses pembuatan dengan cara fermentasi sebagai berikut:

1. Pilihlah kelapa yang bekualitas baik matang dan juga segar.

2. Bersihkan kelapa, lalu parut dan campurlah dengan air matang kemudian peras.

3. Dari hasil parutan tersebut segera kita tuangkan kebotol atau wadah diamkan selam 24 jam dalam ruangan 32 derajat celcius. Proses penyimpanan ini akan membuat air dan minyak terpisah

4. Saringlah air yang sudah terpisah dengan minyak, dan minyak itu sendiri akan menghasilkan warna putih pucat

Proses pembuatan minyak kelapa dengan cara pemanasan:

1. Kupaslah buah kelapa, ambil dagingnya.

2. Parutlah daging kelapa tersebut megunakan parutan, jika anda enggan untuk memarut sendiri.Kita bisa membeli sediri yang sudah di parut di pasar.

3. Campurlah parutan kelapa tersebut dengan air matang, peras dan saring. Untuk mendapatkan santan

4. Siapkan penggorengan dengan nyala api yang kecil lalu tuangkan air santan tersebut.

5. Aduk santan secara peralahan, karma dengan kita mengaduknya secara terus-menerus makan air santan akan menguap dan terpisah sehingga hanya tersisa minyak dan ampas yang dikenal dengan blondo

6. Setelah minyak terbentuk, tuangkan ke dalam botol yang telah disiapkan. Minyak kelapa yang diolah sendiri harus segera disimpan dalam botol yang bersih dan tertutup rapat.

Sering minyak tidak akan bertahan lama dan lama kelamaan akan menghasilkan bau yang tengik. Beberapa pembuat minyak kelapa melakukan proses Refining, Bleaching dan Deodorization atau pemurnian, pemucatan dan penghilangan bau.

Cara sederhana tersebut dipastikan dapat menghilangkan bau tengik, minyak menjadi tahan lama dan mengurangi bau khas minyak kampung.

Namun jika ingin membuat minyak lebih berkualitas lagi diperlukan proses lanjutan yaitu proses RBD atau Refining, Bleaching, dan deodorization atau pemurnian, pemucatan dan penghilangan bau. Biaya proses RBD untuk minyak kampung masih terlalu mahal untuk skala industri rumah tangga. Tetapi minimal ada satu langkah lanjut yang dilakukan yaitu proses refining atau refinasi (pemurnian).

Edisi 3 | November 2017 bidukputih17

Ibu-Ibu Kelompok di Kampung Giring-Giring Sedang Membuat Minyak Kelapa. (FOTO: PEKA INDONESIA)

BAGI KELOMPOK USAHA KECIL

ENERGI TERBARUKAN

SIMPUL PENGUATAN KALIMANTAN