Beton

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Zaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar bagi seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah semakin maju dalam bidang teknik sipil. Dimana dapat kita lihat telah berdiri kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara, bangunan lepas pantai, Stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan patung. Adapun elemen konstruksi tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, genting, kaca, dan sebagainya. Namun dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam keuntungan, antara lain seperti: 1. Memiliki kekuatan yang tinggi, 2. Dapat dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki, 3. Perawatan yang murah (Ekonomis), 4. Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, 5. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api (durability). Beton merupakan bahan campuran (composite) yang disusun oleh elemen pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Beton dalam penggunaannya dalam bidang kontruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan yang lain seperti baja yang sering disebut dengan beton bertulang. Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi konstruksi beton adalah: 1. Sejarah dan perkembangan teknologi beton 2. Agregat beton 3. Bahan tambahan beton 4. Pemadatan dan perawatan beton (accuring) Kandungan beton pada umumnya terdiri dari semen, agregat, bahan tambahan (admixture), dan air. Untuk mengisi volume pada beton dibutuhkan agregat. Tanpa agregat beton itu tidak akan terbentuk. Maka agregat memilki fungsi dan peranan sendiri yang sangat penting pada beton. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih,

Transcript of Beton

Page 1: Beton

BAB IPENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANGZaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar bagi

seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah semakin maju dalam bidang teknik sipil. Dimana dapat kita lihat telah berdiri kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara, bangunan lepas pantai, Stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan patung. Adapun elemen konstruksi tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, genting, kaca, dan sebagainya. Namun dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam keuntungan, antara lain seperti:

1.  Memiliki kekuatan yang tinggi,2.  Dapat dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki,3.  Perawatan yang murah (Ekonomis),4.  Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya,5.  Awet dan tahan terhadap cuaca serta api (durability).

Beton  merupakan bahan campuran (composite) yang disusun oleh elemen pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Beton dalam penggunaannya dalam bidang kontruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan yang lain seperti baja yang sering disebut dengan beton bertulang. Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi konstruksi beton adalah:

1.      Sejarah dan perkembangan teknologi beton2.      Agregat beton3.      Bahan tambahan beton4.      Pemadatan dan perawatan beton (accuring)

Kandungan beton pada umumnya terdiri dari semen, agregat, bahan tambahan (admixture), dan air. Untuk mengisi volume pada beton dibutuhkan agregat. Tanpa agregat beton itu tidak akan terbentuk. Maka agregat memilki fungsi dan peranan sendiri yang sangat penting pada beton. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi. Sampai saat ini agregat selain bersal dari alam ada pula para pembuat beton menggunakan agregat dari sisa-sisa bahan konstruksi yang masih layak dipakai sebagi agregat (buatan). Maka, agregat merupakan penyusun terbesar dalam struktur beton. Oleh karena itu, dibutuhkan agregat yang baik agar mampu menghasilkan mutu beton yang tinggi. 1.2  RUMUSAN MASALAH

Aspek–aspek yang dirumuskan adalah sebagai berikut:1.      Apa pengertian dari agregat pada beton?2.      Apa jenis – jenis agregat alami?3.      Apa saja klasifikasi dari jenis-jenis agregat?4.      Apa saja yang mempengaruhi dari kekuatan agregat, khususnya agregat halus? 5.      Bagaimana dari sifat-sifat agregat halus? 6.      Apa saja persyaratan agregat halus?7.      Bagaimana melakukan pengujian agregat halus?

1.3  MAKSUD DAN TUJUANAdapun maksud rumusan masalah tersebut bertujuan untuk:

Page 2: Beton

1. Mendeskripsikan pengertian dan proses pembentukan agregat.2. Mendekripsikan arti dan pengaruh agregat (halus) yang baik pada beton.3. Mendeskripsikan cara pemilihan agregat (halus) yang baik.

4. Mendeskripsikan alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap agregat yang baik?1.4  METODE

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode studi pusataka. Data diambil dari sumber tertulis. Data yang diambil berupa pendapat-pendapat para ahli dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai Agregat pada beton. Data diambil melalui buku dan internet, dimana sumber data tersebut saling melengkapi.1.5  BATAS DAN RUANG LINGKUP

Ruang lingkup yang kami bahas hanya sebatas agregat pada umumnya pada campuran beton normal. Apa pengertian agregat pada umumnya, jenis dan kegunaan  dari agregat, metode pemilihan agregat yang baik. Tidak menspesifikasi nama-nama dari agregat tersebut. Tidak menggolongkan dan memisahkan nama agregat yang baik. Ruang lingkup yang diidentifikasi hanya dasar dari keseluruhan agregat itu sendiri. Memberikan petunjuk tentang bentuk dan ciri-ciri agregat yang baik. Karena agregat merupakan salah satu yang menentukan kekuatan pada mutu beton.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN AGREGATPada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa adanya campuran agregat, disini

membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang sangat penting sekali dalam pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi sekali yaitu berkisar (60-70) % dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang akan dihasilkan.Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar  adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua yaitu, yang berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk  pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.2.2  PEMBENTUKAN AGREGAT ALAM 2.2.1 Batuan

Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan. Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang-kadang dilakukan dengan peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan yang

Page 3: Beton

keras seperti granit. Batuan dalam teknik sipil dapat dilihat menurut ilmu yang mempelajarinya (Verhoef,1985:12), yaitu :

1)      Geologis  : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus batuan.2)      Geoteknik  : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau dengannya dapat

dibangun berbagai macam konstruksi.Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi), dan bauan peralihan/ malihan (metamorf).

1.Batuan Beku (Magma)  Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat di dalam lapisan bumi yang

dalam atau dari hasil pembekuan magma yang kuat akibat dari letusan gunung berapi.  Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif  (yang membeku di bawah

permukaan bumi), dan batuan beku eksterusif (yang embeku di permukaan bumi).  Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang tidak beraturan  Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:

1.Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%2.Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%3.Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

2. Batuan Sedimen (Endapan)  Batuan sadimen terbentuk karena mengendapnya bahan-bahan yang terurai, sehingga membentuk

suatu lapisan bahan padat yang secara fisik diendapkan oleh angin, air, atau es.  Dapat terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang secara kimia terendapkan di lautan, danau, atau

sungai.  Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

(1) Klastik, tersusun atas fragmen-fragmen dan bagian-bagian kecil yang terbawa dalam keadaan padat. Klastik dibagi menjadi siliklastik (terdiri dari bagian-bagian kecil silikat seperti batu pasir, lempung), piroklastik (terdiri dari  dari material-material vulkanik seperti tuff, lapili), dan kapur.(2) Kimiawi, batuan sedimen yang diendapkan dari larutan. Batuan ini dibagi menjadi evaporit (penguapan gips, garam), kapur (pengendapan), dan dan endapan kimiawi lainnya seperti besi dan fosfat.(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang membentuk minyak bumi.3.Batuan Metamorf

  Batuan Metamorf  : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

  Proses metamorphosis di bagi menjadi dua, yaitu :1.      Metamorfosis regional,  yakni perubahan bentuk dalam skala besar yang dialami batuan di dalam

kulit bumi yang lebih dalam, sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan. (vulkanik).2.      Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami batuan sebagai akibat dari intrupsi

magma panas disekitarnya (misalnya granit). Jenis-jenis Batuan Metamorf :

a.       Schist  : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya Schist Mika.b.   Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya Granit Gneis.c.   Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.d.   Marmer  : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat.Pada umumnya, peningkatan temperatur dan tekanan akan memperbesar butiran yang terbentuk.

Page 4: Beton

2.3 JENIS–JENIS AGREGATHal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran

beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):1.      Volume udara

Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.

2.      Volume padatKepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.

3.      Berat jenis agregatBerat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai control.

4.      PenyerapanPenyerapan berpengaruh pada berat jenis.

5.      Kadar air permukaan agregatKadar air permukaan agregat berpengaruh pada pengguaan air saat pencampuran.

2.3.1  Jenis Agregat Berdasarkan BeratAda tiga jenis agreagat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan dan

agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat normal an agregat ringan.a.    Agregat normal

Dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari sumber alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Berat jenis rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak boleh kurang dari 1.2 kg/dm3. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton normal, yaitu beton yang dibuat dengan isi 2.200 - 2.500 kg/m3 (SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji Agregat Beton” harus dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80, maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33, “ Specification For Concrete Aggregates”(PB-89, 1989:9).

b.    Agregat ringanDigunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan yang

memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya bahan-bahan untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton yang dibuaat dengan agrergat ini besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya. Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan volume. Berat isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasarnya dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya. Campuran kedua agregat tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3. Agregat ringan yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat mutu dari ASTM C-330, ” Specification For Lighweight Agragates For Structural Concrete”.

c.    Agregat beratAgregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Contohnya adalah

magnetic (fe3O4), barites (BaSO4), dan serbuk besi. Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis bahannya. Beton yang dibuat dengan agragat ini biasanya digunakan sebagai pelindung dari radiasi sinar-X. Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk agregat

Page 5: Beton

berat, ringan atau normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang digunakan adalah C.29. Definisi berat isi sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk setiap partikel (Brink, R.H and Timms, A.G, 1966).Ukuran maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm). Alat yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder dengan butir yang telah ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang tercantum dalam table dibawah ini. Dalam hal in ukuran nominal agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat ukur tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang tercantum pada table.

Ukuran maksimum butiran agregat Kapasitas alatIn mm Ft3 M3

0.51

1.53

4.56

12.525.037.575112150

0.100.66670.50

12.53.5

0.00280.00930.0140.0280.0700.100

Sumber : ASTM C.29-1995,p.2Tabel 2.1

2.3.2 Jenis Agregat Berdasarkan BentukBentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat tersebut sulit diukur

dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak membicarakan hal ini, salah satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa bentuk butir agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut butir dari jari-jari maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan volume butir.Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa factor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan.Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh concrete). Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:

1.      Agregat BulatAgregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk

karena pergeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.

2.      Agregat Bulat Sebagian atau Tidak TeraturAgregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran

sehingga permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk struktur yang

Page 6: Beton

menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).

3.      Agregat BersudutAgregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk ditempat-tempat

perpotongan bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).

4.      Agregat PanjangAgregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika ukuran

terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat  ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat.  Agregat jenis ini cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.

5.      Agregat PipihAgregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan

tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya. Untuk contoh diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.

6.      Agregat Pipih Dan PanjangAgregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan

lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

2.3.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur PermukaanUmumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Berdasarkan

pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Jenis lain dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam.Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1.      Agregat licin/halus (glassy)Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan

permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat

Page 7: Beton

ini cenderung metunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.

2.      Berbutir (granular)Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.

3.      KasarPecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang mengandung bahan-

bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual.4.      Kristalin (crystalline)

Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas melalui pemeriksaan visual.

5.      Berbentuk sarang lebah (honeycombs)Tampak dengan jelas pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan visual,

kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.

2.3.4 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk perbandingan bahan-

bahan campuran tertentu, kekeuatan tekan beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan menambah kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII. Seerti yang diuraikan  diatas, ukuran agregat lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (workability). Pemilihan ukuran maksimum dari agregat ini cenderung tergantung dari jenis cetakan dan tulangan. Untuk strukutur beton bertulang SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 40mm.Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir maksimum agregat, (ACI 318,1989:2-1) dan (PB, 1989:9), memberikan batasan sebagai berikut:1)  Seperlima dari jarak terkecil anatara bidang samping cetakan,2)  Sepertiga dari tebal pelat

3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang tulangan atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon prestress atau ducting.Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut dapat saja digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan mempertimbangkan kemudahan pengerjaannya dan cara-cara pemadatan (consolidation) beton selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya rongga-rongga udara atau saran kerikil (honeycombs). Untuk itu pengawasan ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggungjawab terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI 318,1989:2-1). Dari ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB,1989:9).

1.      Agregat halusAgregat halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4.8mm

(SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm (BS.812,1976).2.      Agregat kasar

Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm (BS.812,1976).2.3.5 Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi

Page 8: Beton

Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standar dari BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun standar Indonesia. Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi agregat ditunjukkan oleh table berikut :

STANDAR ISO ASTM E11 BRITISH STANDARD,BS-812 (BS.410,1976)

STANDAR JERMAN

128 mm 100 mm - -64 mm 90 mm - -

- 75 mm 75 mm -- 63  mm 63 mm 63 mm- 50 mm 50 mm -

32 mm 37. 5 mm 37.5 mm 31.5 mm- 25 mm 28 mm -

16 mm 19 mm 20 mm 16 mm- 12.5 mm 14 mm -

8 mm 9.5 mm 10 mm 8 mm4 mm 4.75 mm 5.0 mm 4 mm2 mm 2.36 mm 2.36 mm 2 mm1 mm 1.18 mm 1.18 mm 1 mm

500 µm 600 µm 600 µm 500 µm250 µm 300 µm 300 µm 250 µm125 µm 150 µm 150 µm -62 µm 75 µm 75 µm -

Tabel 2.2

a.    GRADASI SELA (GAP GRADATION)Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada,

maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :

1. Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.

2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya menggunakan penggetaran (vibration).

3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada kekuatan beton.

b.    GRADASI MENERUS Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik.

Agregat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam, gradas menerus adalah yang paling baik.

Page 9: Beton

c.    GRADASI SERAGAMAgregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai agregat seragam.

Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.

2.4  KEKUATAN AGREGATKekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang

kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton. Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.

2.4.1  Faktor–faktor yang mempengaruhi kekuatan agregat Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat dapat

bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:a.       Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam

hal pengikatan (interlocking).Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal Quards dan Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya lebih rendah daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir-butir granit tidak terikat dengan baik.

b.      Porositas yang besar. Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban kejut.Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxal) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat diandalkan. Kekerasa sedang mungkin justru lebih menguntungkan, Karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan atau pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dengan demikian membantu mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton. Butiran yang lemah dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahanan terhadap abrasi yang kuat diperlukan. Modulus elastisitas agregat juga penting diketahui karena memberikan kontribusi dalam modulus elastisitas beton. Pengujian kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff  ataupun Los Angelos Test. Sesuai dengan SII.0052-80 (PB, 1989) untuk agregat normal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kelas dan mutu beton

Kekerasan dengan bejana Rudelloff, bagian hancur

menembus ayakan 2mm, persen (%)maksimum

Kekerasan dengan bejana geser Los Angelos, bagian

hancur menembus ayakan 1.7mm,

%maks.Fraksi butir9.5-

19 mmFraksi butir19-

30 mm(1) (2) (3) (4)

Beton kelas I dan mutu B0

dan B1

22-30 24-32 40-50

Page 10: Beton

Beton kelas II dan mutu

K.125, K.175, dan K.225

14-22 16-24 27-40

Beton kelas III dan mutu

>K.225 atau beton pra-tekan

Kurang dari 14 Kurang dari 16 Kurang dari 27

Tabel 2.3

Bejana rodelloff yang banyak digunakan di negara Inggris berupa bejana yang berbentuk silinder baja dengan garis tengah bagian dalam 11.8 cm dan tingginya 40 cm dilengkapi dengan stempel pada dasarnya. Cara pengujiannya, butiran agregat dimasukkan kedalam silinder tersebut dan diletakkan stempel kemusian ditekan dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang hancur yang lebih kecil dari 2mm kemudian ditimbang. Beratnya merupakan kekuatan dari agregat yang dinyataan dalam persen hancur. Semakin banyak bagian yang hancur semakin rendah kekuatan agregat tersebut. Cara Rudelloff agak kurang tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding silinder baja selama penekanan mengakibatkan beban yang ditahan butr-butir berkurang,sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.Cara uji kekuatan yang lainnya dengan menggunakan alat Los Angelos Test. Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan diameter 71 cm da panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar. Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan benda uji dan tertutup rapat sedemikian sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. silinder ini dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing antara 390-445 gram atau sesuai dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut ini :Tabel berat dan gradasi benda uji

Lubang ayakan (mm) Lubang ayakan (mm)Berat benda uji (gram)

Lewat tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C38.1025.4019.0512.709.516.35

25.4019.0512.709.516.354.75

1250125012501250

12501250 1250

1250

Tabel 2.4

Tabel jumlah dan berat bola-bola baja sesuai dengan gradasiGradasi Jumlah bola Berat semua bola

A 12 5000±25B 11 4584±25C 8 3330±20

Tabel 2.5

Page 11: Beton

Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33 rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100 kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi nilai batas 27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu banyak.Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan dengan menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13 dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk mengukur kekuatan agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah. Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran BetonSifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang positif dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, “Standard Specification For Concrete Aggregates” (ulasan PB, 1989:14).Serapan Air dan Kadar Air AgregatPada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil didalam butiran agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besardan menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi reservoir air bebas didalam agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap agregat didalam air disebut sebagai serapan air, sedangkan benyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air.

  Gradasi AgregatSeperti yang telah diuraikan diatas bahwa gradasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat. Untuk tu pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi penting. Dalam pengerjaan beton yang paling banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang ahrus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluanyang khusus sering dipakai agregat ringan maupun agregat berat.1. Gradasi Agregat NormalSK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam empat daerah seperti dalam tabel berikut ini :

Lubang ayakan (mm)

Persen berat butir yang lewat ayakanI II III IV

10 100 100 100 1004.8 90-100 90-100 90-100 95-1002.4 60-95 75-100 85-100 95-1001.2 30-70 55-90 75-100 90-1000.6 15-34 35-39 60-79 80-1000.3 5-20 8-30 12-40 15-500.15 0-10 0-10 0-10 0-15

Tabel 2.6

Page 12: Beton

         Keterangan :  - daerah gradasi I    = Pasir Kasar- daerah gradasi II  = Pasir Agak Kasar- daerah gradasi III = Pasir Halus- daerah gradasi IV = Pasir Agak HalusASTM C.33-86 dalam “Standard Specification For Concrete Aggregates” memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini, dimana agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayaka berikutnya.

Ukuran lubang ayakan (mm) Persen lolos kumulatif9.5 1004.75 95-1002.36 80-1001.18 50-850.6 25-600.3 10-3-0.15 2-10

Tabel 2.7

Menurut British Standard (B.S), gradasi agregat kasar (kerikil/batu pecah) yang baik sebaiknya masuk dalam batas yang tercantum dalam tabel berikut :

Lubang ayakan (mm)

Persen butir lewat ayakan, besar butr maks.40 mm 20 mm 12.5 mm

40 95-100 100 10020 30-70 95-100 10012.5 - - 90-10010 10-35 25-55 40-854.8 0-5 0-10 0-10

Tabel 2.8

2. Gradasi Agregat CampuranGradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu tempat (quarry).

Dalam praktek biasanya dlakukan pencampuran agar didapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar dengan agregat halus. SK SNI T-15-1990-03:21 memberikan batas gradasi yang diadopsi dari B.S, seperti yang tercamtum dalam tabel-tabel dibawah ini :

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 40 mmLubang ayakan (mm)

kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4

38 100 100 100 10019 50 59 67 759.6 36 44 52 60

Page 13: Beton

4.8 24 32 40 472.4 18 25 31 381.2 12 17 24 300.6 7 12 17 230.3 3 7 11 150.15 0 0 2 5

Tabel 2.9

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum30 mmLubang ayakan (mm)

kurva 1 kurva 2 kurva 3

38 100 100 10019 74 86 939.6 47 70 824.8 28 52 702.4 18 40 571.2 10 30 460.6 6 21 320.3 4 11 190.15 0 1 4

Tabel 2.10

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum20 mmLubang ayakan (mm)

kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4

38 100 100 100 10019 100 100 100 1009.6 45 55 65 754.8 30 35 42 482.4 23 28 35 421.2 16 21 28 340.6 9 14 21 270.3 2 3 5 120.15 0 0 0 2

Tabel 2.11

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum10 mmLubang ayakan (mm)

kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4

38 100 100 100 10019 100 100 100 1009.6 100 100 100 1004.8 30 45 60 752.4 20 33 46 60

Page 14: Beton

1.2 16 26 37 460.6 12 19 28 340.3 4 8 14 200.15 0 1 3 6

Tabel 2.12

2.5 PEMERIKSAAN MUTU AGREGAT Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran

beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi syarat ASTM C.330-80 “Standard Specification for Concrete Aggregates” Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM c.330-80 “Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete”. Sebagian syarat-syarat telah di jelaskan di atas.

2.5.1 Agregat Normal Menurut SII.0052    Agregat Halus         Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8         Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm) maksimum 5%         Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan

larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%         kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran pasir pembanding yang berasal

dari pasir kuarsa Bangka memeberikan angka tidak lebih dari 2.20         Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika

dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%)

2.5.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM, berat isinya

tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.Untuk Agregat halus:

         Modulus halus butir 2,3 sampai 3,12.         Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No.200) dalam

persen berat maksimum,–Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%–Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.

         Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum 3%.         Kandungan arang dan lignit.

–Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan diekspos), maksimurn 0,5 %–Beton jenis lainnya, maksimum (l - 0.5) %

         Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka ditolak kecuali :–Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang sejenis –Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar dari 95%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87

Page 15: Beton

         Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.

         Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.

2.6    PERSYARATAN AGREGAT HALUS – PBI 71Persyaratan-persyaratan umum agregat halus antara lain sebagai berikut:a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu bnayak.c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji    dengan test ayakan ISO    - Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total    - Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total    - Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat totale. Tidak boleh menggunakan pasir laut

2.7    PENGUJIAN AGREGAT HALUSPengujian agregat halus antara lain meliputi:a. Kadar Lumpur dalam pasir berdasarkan volume    Peralatan : gelas ukur 500 mm, benda uji : 250 ml pasir b. Kadar Lumpur dalam pasir berdasarkan berat.   Peralatan : Oven pengering, benda uji 1000 gram pasir c. Kotoran Organis.    Dengan Larutan NaOH., Benda uji  130 ml pasir + 3% larutan NaOH.      Dilihat perubahan warnanya d. Berat Jenis/Specific Gravity dan Penyerapan,    Peralatan : piknometer e. Gradasi / Sieve Analysis / Test Ayakan    Untuk mengetahui gradasi pasir dan modulus kehalusan dari pasir f. Berat Isi / Unit Weight   Untuk mengkonversi berat ke volume atau sebaliknya g. Kadar Air

BAB IIIPENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Page 16: Beton

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa agregat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Kedua jenis agregat tersebut merupakan suatu bahan untuk membuat campuran beton.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan penggunaan agregat dalam campuran beton adalah:

-       volume udara-       volume padat-       berat jenis agregat-       penyerapan-       kadar air permukaan agregat

Jenis agregat berdasarkan beratnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:- agregat normal sebagai campuran untuk membuat beton normal yaitu beton yang dibuat dengan

isi 2.200 - 2.500 kg/m3, kekuatan tekannya sekitar 15-40 Mpa.- agregat ringan sebagai campuran untuk membuat beton ringan yaitu campuran kedua agregat

tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3.- agregat berat sebagai campuran untuk membuat beton berat yang biasanya digunakan sebagai

pelindung dari radiasi sinar-X.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang kuatnya kekuatan suatu agregat adalah:-terdiri dari bahan yang lemah atau partikel yang kuat, tetapi tidak baik dalam pengikatan.

-          porositas yang besarUntuk mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat membentuk beton yang diharapkan, maka dilakukan pemeriksaan mutu agregat. Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi syarat ASTM C.330-80 “Standard Specification for Concrete Aggregates” Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM c.330-80 “Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete”.