1624_Teknologi Beton Lanjutan Durabilitas Beton Edisi 2

download 1624_Teknologi Beton Lanjutan Durabilitas Beton Edisi 2

of 88

Transcript of 1624_Teknologi Beton Lanjutan Durabilitas Beton Edisi 2

  • S P S

    TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    Edisi ke-2

    Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT.

    Kusno Adi Sambowo, Ph.D.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    Edisi ke-2

    Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT.

    Kusno Adi Sambowo, Ph.D.

    2011, Penerbit Surya Perdana Semesta (SPS)

    Semarang

    Hak Cipta dilindungi undang-undang

    ISBN 978-602-98015-1-4

    Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

    sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

    Dicetak oleh Percetakan Surya Perdana Semesta, Semarang

    Isi di luar tanggungjawab percetakan Cover designed by Danang

  • DAFTAR ISI

    iii

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi iii

    Kata Pengantar v

    BAB 1 PENDAHULUAN 1

    1.1. Perkembangan Beton Dari Masa ke Masa 1

    1.2. Klasifikasi Beton 5

    1.3. Peranan Beton sebagai Bahan Bangunan 6

    1.4. Soal Latihan 6

    1.5. Pustaka 7

    BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR 8

    2.1. Semen 8

    2.2. Agregat 16

    2.3. Air 21

    2.4. Soal Latihan 23

    2.5. Pustaka 24

    BAB 3 BAHAN TAMBAH 25

    3.1. Definisi, Klasifikasi, dan Penggunaan

    Bahan Tambah 25

    3.2. Bahan Tambah Kimia 31

    3.3. Bahan Tambah Mineral 34

    3.4. Inovasi Bahan Tambah 37

    3.5. Soal Latihan 41

    3.6. Pustaka 42

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    iv

    BAB 4 DURABILITAS BETON 43

    4.1. Pentingnya Durabilitas Beton 43

    4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Durabilitas Beton 45

    4.3. Permeabilitas Beton 47

    4.4. Beton yang Terkarbonasi 48

    4.5. Susut pada Beton 50

    4.6. Beton Pasca Bakar

    4.7. Serangan-serangan yang Mempengaruhi

    Durabilitas Beton 53

    4.8. Soal Latihan 62

    4.9. Pustaka 63

    BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI 64

    5.1. Kinerja dan Inovasi Beton

    Berdurabilitas Tinggi 64

    5.2. Prediksi Durabilitas Beton 67

    5.3. Aplikasi Bahan Tambah Berbasis Gula untuk

    Beton Berdurabilitas Tinggi 68

    5.3. Soal Latihan 78

    5.4. Pustaka 79

  • KATA PENGANTAR

    v

    KATA PENGANTAR

    Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan adanya keseimbangan

    lingkungan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Keseimbangan

    lingkungan dalam bidang konstruksi dapat diperoleh dengan menerapkan

    teknologi beton hijau, yang pada dasarnya menginginkan tercapainya

    beton yang memiliki durabilitas (keawetan) tinggi, ramah lingkungan, dan

    berkelanjutan. Untuk lebih memahami teknologi beton secara lebih

    mendalam, buku ini ditulis dengan memfokuskan diri pada durabilitas

    beton. Sebagai buku yang membahas teknologi beton lanjutan, buku ini

    meyajikan pendalaman pada aspek-aspek terkait durabilitas beton, di

    samping itu juga menyajikan beberapa hasil penelitian terpilih tentang

    durabilitas beton sebagai wawasan ilmu pengetahuan.

    Buku Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton Edisi ke-2 ini

    merupakan edisi terbaru yang menyajikan kemajuan teknologi beton dan

    penelitian-penelitian terkini tentang durabilitas beton. Dalam Edisi ke-2

    ini, terdapat perubahan dan tambahan pada Bab 5, yang menyajikan

    hasil-hasil penelitian terkini dari penulis dan rekan-rekan tentang kinerja

    beton dengan bahan tambah berbasis gula.

    Penulis menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan dana

    dari DP2M Ditjen Dikti melalui Hibah Kompetensi 2010 dan 2011 (Tahun

    Kedua dan Ketiga) berjudul Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi

    Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, yang memungkinkan buku

    Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton Edisi ke-2 ini dapat

    diterbitkan.

    Semoga buku ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang

    teknologi beton, khususnya kajian serta penelitian tentang durabilitas

    beton.

    Penulis,

    Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT.

    Kusno Adi Sambowo, Ph.D.

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. PERKEMBANGAN BETON DARI MASA KE MASA

    Beton merupakan material paling populer di sepanjang sejarah

    dan menjadi material struktur yang digunakan hampir di seluruh penjuru

    dunia. Keberadaan beton dari awal masa Mesir Purba dekade terakhir ini

    (Gambar 1.1.) mengisyaratkan bahwa perkembangan beton (Gambar

    1.2.) akan selalu signifikan di sepanjang peradaban manusia.

    Gambar 1.1. Diagram sejarah beton

    (http://static.concretenetwork.com/photo-

    gallery/images/709x184Exact/site_26/timeline-of-concrete-history_1803.jpg)

  • 2

    Gambar 1.2. Diagram perkemban

    (http://matse1.matse.

    TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    bangan aplikasi beton dari masa ke masa

    tse.illinois.edu/concrete/3.gif)

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    3

    Pada awalnya, beton berupa bitumen (aspal) yang digunakan

    sebagai pengikat (binder) dari bebatuan yang digunakan untuk konstruksi

    bangunan di kawasan Timur Tengah [1]. Perkembangan beton

    selanjutnya menjadi signifikan karena munculnya semen Roman dan

    diaplikasikannya sifat kedap air beton yang digunakan untuk bangunan-

    bangunan Romawi bersejarah seperti Minturnae Aquaduct (Gambar 1.3.),

    Colosseum (Gambar 1.4.) dan Pantheon (Gambar 1.4.) di Roma.

    Gambar 1.3. Minturnae Aquaduct

    (http://commondatastorage.googleapis.com/static.panoramio.com/photos/orig

    inal/25052111.jpgg)

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    4

    Gambar 1.3. Colosseum di Roma

    (http://www.destination360.com/europe/italy/images/s/italy-rome-

    colosseum.jpg)

    Gambar 1.4. Pantheon di Roma

    (http://www.pantheonsbengals.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/ro

    man_pantheon.jpg)

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    5

    Beton makin maju dan berkembang, terutama dengan

    diaplikasikannya beton bertulang dan berbagai inovasi lainnya seperti

    beton ringan, beton serat, beton mutu tinggi, dan beton dengan

    teknologi nano.

    1.2. KLASIFIKASI BETON

    Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen Portland atau

    semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan

    atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat [SNI 03-2834-2000].

    Klasifikasi beton umumnya dilakukan berdasarkan berat jenis dan

    kuat tekannya [2]. Berdasarkan berat jenisnya, beton dibagi atas beton

    ringan, beton normal, dan beton berat. Beton ringan memiliki berat jenis

    di bawah 1800 kg/m3, beton normal memiliki berat jenis 2400 kg/m

    3, dan

    beton berat memiliki berat jenis di atas 3200 kg/m3. Berdasarkan kuat

    tekannya, beton dikategorikan sebagai beton mutu rendah, beton mutu

    sedang, dan beton mutu tinggi. Beton mutu rendah memiliki kuat tekan

    kurang dari 20 MPa, sedangkan beton mutu sedang memiliki kuat tekan

    20-40 MPa, dan beton mutu tinggi memiliki kuat tekan di atas 40 MPa.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    6

    1.3. PERANAN BETON SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

    Beton menjadi bahan bangunan yang paling banyak digunakan di

    dunia. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut adalah [1, 2]: (1)

    beton merupakan material yang kedap air; (2) beton mudah dibentuk;

    dan (3) beton relatif murah dan mudah disediakan. Ketiga keuntungan

    tersebut menjadi nilai tambah beton, namun terdapat kelemahan beton

    yang krusial, yaitu beton lemah terhadap gaya tarik. Untuk mengatasi hal

    itu, maka diproduksi beton bertulang, di mana tulangan baja akan

    memikul gaya tarik yang bekerja selama pembebanan di masa-layan

    struktur.

    1.4. SOAL LATIHAN

    1. Jelaskan sejarah asal-usul perkembangan beton.

    2. Bandingkan keunggulan dan kelemahan aplikasi beton sebagai

    bahan bangunan?

    3. Jelaskan contoh-contoh aplikasi beton yang dikategorikan

    menurut berat jenisnya pada praktek di lapangan.

    4. Jelaskan contoh-contoh aplikasi beton yang dikategorikan

    menurut kuat tekannya pada praktek di lapangan

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    7

    5. Apakah mengatasi kelemahan beton terhadap gaya tarik cukup

    dengan memberi tulangan baja saja? Jelaskan disertai contoh

    yang memadai

    1.5. PUSTAKA

    [1] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan

    Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang.

    [2] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete Structure,

    Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    8

    BAB 2

    SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    2.1. SEMEN

    Yang lazim disebut dengan semen adalah semen hidraulik, yang

    didefinisikan sebagai semen yang mengeras bila bereaksi dengan air dan

    membentuk produk yang kedap air [1]. Semen Portland yang banyak

    dijumpai di pasaran termasuk jenis semen hidraulik. ASTM C150

    mendefinisikan Semen Portland sebagai semen hidraulik yang diproduksi

    dari penghancuran klinker yang mengandung kalsium silika hidraulik,

    biasanya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai hasil

    penggilingan tambahan. Klinker (Gambar 2.1.) berbentuk butiran

    berdiameter 5-25 mm yang dihasilkan saat campuran bahan mentah dari

    komposisi awal dipanaskan dengan suhu tinggi [1].

    Semen Portland tersusun atas 4 senyawa utama seperti yang

    disajikan pada Tabel 2.1 [2].

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    9

    Tabel 2.1. Senyawa utama dalam semen Portland

    (Neville, 1999)

    senyawa Komposisi oksida singkatan

    Trikalsium silikat 3CaO.SiO2 C3S

    Dikalsium silikat 2CaO.SiO2 C2S

    Trikalsium aluminat 3CaO.Al2O3 C3A

    Tetrakalsium aluminoferrite 3CaO.Al2O3.Fe2O3 C4AF

    Pabrikasi semen modern memiliki proses produksi seperti

    disajikan Gambar 1.2., namun pada dasarnya prinsip pembuatan semen

    dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses pembuatan semen Portland

    diawali dengan menggiling bahan baku berupa campuran CaO, SiO2, dan

    Al2O3 dan bahan tambahan lain, baik dalam keadaan kering maupun

    basah [3]. Campuran ini disebut slurry. Selanjutnya, slurry dituangkan ke

    ujung atas dari klin yang diletakkan dengan kemiringan tertentu.

    Diameter klin berkisar 5-7 m dan panjang klin dapat mencapai 230 m.

    Selama proses tersebut, klin dipanaskan, dan campuran tadi mengalir

    dari ujung klin atas ke bawah dengan pengaturan yang sesuai. Suhu

    campuran dinaikkan terus (disebut suhu clinkering) hingga mencapai fusi

    awal. Suhu tersebut terus dipertahankan sampai campuran dapat

    membentuk semen Portland pada suhu 2700oF. Butiran ini disebut klinker

    dengan diameter berkisar 1/16 hingga 2 in. Pada tahap selanjutnya,

    klinker didinginkan, kemudian dihancurkan hingga berbentuk serbuk.

    Selama proses penghancuran menjadi serbuk, ditambahkan sedikit

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    10

    gypsum untuk mengontrol waktu pengerasan di lapangan. Biasanya

    gypsum kalsium ditambahkan kurang lebih 2-4%.

    (a) (b)

    Gambar 2.1. Perbedaan antara semen dan klinker

    (http://matse1.matse.illinois.edu/concrete/3.gif)

    Gambar 2.2. Diagram proses produksi semen modern

    (http://www.netl.doe.gov/technologies/coalpower/cctc/summaries/pass/image

    s/pass_schematic.jpg)

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    11

    Sifat-sifat senyawa dalam semen (Tabel 2.1.) sangat penting untuk

    dikaji. Senyawa C2S dan C3S biasanya menempati 70-80% dari proporsi

    semen sehingga mendominasi sifat dan kinerja semen [2, 3]. Bila semen

    tercampur dengan air dan mneghasilkan panas, maka C3S akan segera

    berhidrasi dan menyumbangkan kontribusi besar dalam pengerasan

    semen sebelum umur 14 hari.

    Dalam proses hidrasi, senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan

    air sehingga hanya berpengaruh terhadap perkerasan semen setelah

    berumur 7 hari [2, 3]. Senyawa C2S membuat semen lebih tahan terhadap

    serangan kimia dan dapat mengurangi susut akibat pengeringan.

    Untuk senyawa C3A, hidrasi secara isotermis dan bereaksi sangat

    cepat, memberikan kekuatan setelah 1 hari setelah bereaksi dengan air

    sebanyak kurang lebih 40% dari beratnya [2, 3]. Jumlah unsur ini realtif

    sedikit sehingga sedikit pula berpengaruh pada jumlah air. Semen yang

    mengandung senyawa C3A lebih dari 10% akan rentan terhadap serangan

    sulfat dan akan menyebabkan retak-retak pada beton.

    Senyawa yang paling kurang berpengaruh terhadap proses

    pengerasan semen atau beton adalah C4AF.

    Selain empat senyawa pokok yang terdapat dalam semen (Tabel

    2.1), terdapat beberapa senyawa lain dalam semen yang memberikan

    pengaruh terhadap kinerja hidrasi maupun pengerasan semen, yaitu

    MgO, SO3, NaO dan K2O sehingga dilakukan beberapa pembatasan.

    Senyawa MgO dibatasi kadarnya hanya sampai 5% karena jika oksida dari

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    12

    MgO bereaksi dengan air maka akan terjadi penambahan volume beton

    yang dapat menyebabkan beton mengalami retak-retak. Senyawa SO3

    diperbolehkan kadarnya 2.5-3% saja. Fungsi dari senyawa adalah sebagai

    pengatur pengikatan semen. Bila kadar gypsum terlalu tinggi, maka

    selama berlangsungnya proses pengerasan, akan timbul pengembangan

    volume beton yang menimbulkan keretakan. Senyawa NaO dan K2O

    selalu dijumpai dalam bahan baku penyusun semen yang dapat

    menimbulkan retak-retak pada beton dan dapat merusak keseluruhan

    beton. Dengan demikian, kadar senyawa NaO dan K2O dibatasi kurang

    atau sama dengan 0.6%.

    Beberapa jenis semen menurut ASTM C150 [1-3] dapat dijelaskan

    sebagai berikut.

    a. Tipe I, adalah semen Portland standar yang digunakan untuk

    semua bangunan beton yang tidak mengalami perubahan

    cuaca yang drastis ataupun dibangun dalam lingkungan yang

    agresif

    b. Tipe II, adalah semen Portland yang digunakan untuk

    konstruksi pembetonan massa seperti dam, yang panas

    hidrasinya tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu yang

    lama. Bila semen yang digunakan adalah semen standar, maka

    saat proses pendinginan akan timbul tegangan-tegangan

    akibat perubahan suhu yang dapat mengakibatkan retak-retak

    pada bangunan. Untuk itu diperlukan semen khusus, yaitu tipe

    II, yaitu semen yang dapat mengeluarkan panas hidrasi rendah

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    13

    disertai kecepatan penyebaran yang rendah juga. Semen tipe

    II ini disebut juga dengan Modified Portland Cement yang

    memiliki ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi

    c. Tipe III, adalah jenis semen Portland yang cepat mengeras,

    yang cocok untuk pengecoran beton pada suhu rendah. Pada

    proses produksi, butiran semen tipe III ini digiling lebih halus

    untuk mempercepat proses hidrasi, yang diikuti percepatan

    pengerasan serta percepatan penambahan kekuatan.

    Kekuatan tekan 3 hari semen tipe III adalah sama dengan

    kekuatan tekan semen tipe I pada umur 7 hari. Panas hidrasi

    semen tipe III memiliki panas hidrasi 50% lebih tinggi daripada

    semen tipe I. Semen ini memiliki kekuatan awal tinggi dan

    biasanya digunakan untuk konstruksi jalan

    d. Tipe IV, adalah jenis semen Portland yang menimbulkan panas

    hidrasi rendah dengan persentasi maksimum untuk C2S

    sebesar 35%, C3A sebesar 7%, dan C3S sebesar 40%. Tipe ini

    tidak lagi banyak diproduksi karena digantikan oleh tipe II

    e. Tipe V, adalah jenis semen Portland yang bersifat tahan

    terhadap serangan sulfat dan mengeluarkan panas. Bangunan

    beton yang didirikan di daerah pasang surut dan besar

    kemungkinannya terserang serangan sulfat dianjurkan

    memakai semen tipe V

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    14

    Hidrasi semen terjadi bila semen dicampur dengan air, di mana

    hidrasi berlangsung dalam 2 arah, ke luar dan ke dalam [3]. Hasil hidrasi

    akan mengendap secara bertahap di bagian luar dan inti semen yang

    belum tehidrasi di bagian dalam. Proses hidrasi sangat rumit, sehingga

    tidak semua reaksi dapat diketahui secara detail dan mendalam. Reaksi

    kimia dari proses hidrasi dari senyawa C2S dan C3S dapat dinyatakan

    sebagai berikut.

    2CS + 6H CSH + 3CaOH (2.1.)

    2CS + 4H CSH + CaOH (2.2.)

    Kinerja semen dalam hal kemudahan pengerjaan (workability),

    pengerasan, dan kekuatan tergantung pada beberapa parameter kontrol

    kualitas [4] yang meliputi kehalusan semen (SA dan residu 45 micron),

    kehilangan pengapian (loss of ignition, LOI), alkalis dari klinker dan SO3,

    klinker bebas kapur, komposisi senyawa klinker, SO3 dari semen dan

    bentuk SO3.

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    15

    Gambar 2.3. Relasi kekuatan mortar (EN 196-1) dan beton (BS 4550)

    (Newmann dan Choo, 2003)

    Produser semen di UK mengganti uji beton BS 4550 dengan uji

    mortar EN 196-1 sebagai penilaian kekuatan semen [4]. Gambar 2.3.

    menunjukkan bahwa kekuatan mortar dan kekuatan beton akan

    berkorelasi secara linier, meskipun pengaruh adanya agregat kasar pada

    beton menjadi suatu kajian yang cukup kompleks.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    16

    2.2. AGREGAT

    Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi beton [3] yang melekat

    dengan bantuan pasta semen. Agregat terdiri dari agregat kasar (Gambar

    2.3. dan 2.4.) dan agregat halus (Gambar 2.4.). Beberapa karaktersitik

    agregat yang patut mendapat perhatian [1, 3] adalah porositas, distribusi

    gradasi dan ukuran, penyerapan kelembabn, bentuk dan tekstur

    permukaan, kekuatan pecah, modulus elastisitas, dan keberadaan zat-zat

    yang dapat merusak beton.

    Gambar 2.3. Agregat kasar - split

    (http://jdptrucking.com/course-concrete-aggregate.jpg)

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    17

    Gambar 2.4. Agregat kasar dan agregat halus

    http://www.statetestingllc.com/Images/aggregates-02.gif

    Agregat dapat dikategorikan menurut berat volumenya, asalnya,

    dan berat jenisnya [1-3]. Menurut berat volumenya, agregat

    diklasifikasikan sebagi pasir dan kerikil, agregat ringan, dan agregat berat.

    Pasir dan kerikil adalah agregat dengan berat volume 1520-1680 kg/m3,

    sedangkan agregat ringan memiliki berat volume kurang dari 1120 kg/m3,

    dan agregat berat memiliki berat volume lebih besar daripada 2080

    kg/m3.

    Kategori agregat menurut asalnya [1-3] adalah agregat mineral

    alami dan agregat buatan (sintesis). Agregat mineral alami adalah agregat

    yang diperoleh dan dihasilkan oleh alam, misalnya pasir, kerikil, dan batu

    pecah. Agregat alami diperoleh dari alam yang telah mengalami

    pengecilan secara alamiah (kerikil) atau dapat juga diperoleh dengan cara

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    18

    memecah batu alam. Dalam hal ini, pasir alam terbentuk dari pecahan

    batu sehingga dapat diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai atau tepi

    laut. Agregat yang menurut asalnya dikategorikan sebagai agregat buatan

    (sintesis) diproses secara termal, atau merupakan hasil sampingan atau

    ikutan dari produksi suatu bahan.

    Agregat menurut berat jenisnya diklasifikasikan menjadi agregat

    normal, agregat berat, dan agregat ringan [1, 3]. Yang termasuk ke dalam

    agregat normal adalah agregat dengan berat jenis 2.5-2.7 t/m3, misalnya

    granit, kuarsa, dan sebagainya. Agregat berat adalah agregat dengan

    berat jenis lebih dari 2.8 t/m3, misalnya magnetik, barytes, atau serbuk

    besi; sedangkan yang masuk ke dalam kategori agregat ringan adalah

    agregat dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/m3, misalnya untuk agregat

    ringan alami adalah diotomite, purnice, volcanic cinder, agregat ringan

    buatan adalah tanah bakar, abu terbang, busa terak tanur tinggi.

    Persyaratan mutu agregat (gradasi, kadar lumpur, kandungan zat

    yang merugikan) yang ditetapkan oleh ASTM C33 dapat dijelaskan

    sebagai berikut [1, 3]:

    1. Agregat halus

    a. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron

    (dalam % berat) maksikmum untuk beton yang mengalami

    abrasi sebesar 3.0 dan untuk beton jenis lain sebesar 5.0

    b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah

    dirapikan maksimum sebesar 3.0%

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    19

    c. Kandungan arang dan lignin untuk permukaan beton yang

    dianggap penting adalah sebesar maksimum 0.5% dan

    untuk beton jenis lainnya maksimum sebesar 1.0%

    d. Agregat halus harus bebas dari kotoran organik dan bila

    diuji dengan larutan NaSO4 harus memenuhi standar

    warna (tidak lebih tua dari warna standar), kecuali:

    i. Warna sedikit lebih tua disertai munculnya

    sedikit arang, lignin, atau sejenisnya

    ii. Dilakukan uji kuat tekan mortar antara mortar

    yang menggunakan agregat tersebut dengan

    mortar yang menggunakan pasir silika, dan hasil

    uji menunjukkan bahwa kuat tekan mortar

    agregat tersebut tidak kurang dari 95% kuat

    tekan mortar dengan pasir silika

    iii. Agregat halus tersebut akan digunakan untuk

    beton yang mengalami lembab terus menerus

    iv. Dilakukan uji kekekalan dengan larutan garam

    sulfat; jika dipakai Natrium Sulfat, maka bagian

    yang hancur maksimum 10%, sedangkan jika

    memakai larutan Magnesium Sulfat maksimum

    15%

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    20

    e. Gradasi agregat halus disajikan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Gradasi agregat halus

    (Susilorini dan Suwarno, 2009; Mehta dan Monteiro, 1993)

    UKURAN LOBANG

    AYAKAN PERSEN LOLOS KUMULATIF

    (mm) (%)

    9.50 100

    4.75 95-100

    2.36 80-100

    1.18 50-85

    0.60 25-60

    0.30 10-30

    0.15 2-10

    f. Untuk dapat digunakan sebagai campuran beton, persen

    lolos kumulatif dari agregat halus tidak boleh melebihi

    45%, sedangkan modulus kehalusan agregat halus harus

    berada dalam kisaran 2.3 - 3.1

    2. Agregat kasar

    a. Agregat kasar yang digunakan untuk beton yang

    mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang

    berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh

    mengandung bahan yang bersifat alkalis dalam semen dan

    kadarnya tidak boleh menyebabkan pemuaian yang

    berlebihan dalam mortar atau beton

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    21

    b. Gradasi agregat kasar adalah sesuai dengan Tabel 2 ASTM

    C33

    c. Kadar bahan atau partikel yang berpengaruh buruk pada

    beton disajikan oleh Tabel 1 ASTM C33

    d. Sifat fisika yang mencakup kekerasan butir diuji dengan

    mesin Los Angeles dan sifat kekal (soundness) seperti yang

    ditetapkan Tabel 3 ASTM C33

    Penilaian agregat dari tempat penimbunan (quarry) menuntut

    adanya inspeksi berkala dan pengujian yang relevan [4]. Contoh agregat

    yang diambil harus representatif dan obyektif.

    2.3. AIR

    Air sangat berperan dalam campuran beton karena akan

    berkontribusi dalam reaksi kimia dengan semen [5]. Beberapa pendapat

    menyatakan bahwa jenis air yang paling sesuai untuk campuran beton

    adalah air yang memiliki standar air minum, namun pada kenyataannya

    tidak semua jenis air dengan standar air minum memberikan kinerja yang

    baik untuk campuran beton. Penggunaan air di daerah pantai, air dengan

    kualitas buruk dan mengandung kotoran dan bakteri jelas dihindari.

    Secara garis besar, persyaratan air yang digunakan dalam

    campuran beton dapat disampaikan sebagai berikut [3, 5]:

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    22

    a. Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak

    boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, dan

    zat organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton

    atau baja tulangan

    b. Air yang dipakai dalam campuran beton pratekan, atau beton

    dengan logam aluminium yang tertanam di dalamnya, atau

    beton bertulang biasa, tidak boleh mengandung ion chlorida.

    Kadar ion chlorida tidak boleh melebihi 500 mg per liter air.

    Kadar chlorida maksimum terhadap berat semen yang

    disyaratkan adalah 0.06% untuk beton pratekan, 0.05% untuk

    beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan ion

    chlorida, 1% untuk beton bertulang yang selamanya kering

    atau terlindung dari basah, dan untuk jenis konstruksi beton

    bertulang lain adalah sebesar 0.30%

    c. Air tawar yang tidak memenuhi standar air minum sebaiknya

    tidak boleh digunakan untuk campuran beton, kecuali:

    i. Pemilihan campuran beton yang akan dipakai

    berdasarkan kepada campuran beton yang

    menggunakan air dari sumber yang sama yang

    telah menunjukkan bahwa mutu beton yang

    disyaratkan dapat dipenuhi

    ii. Dilakukan uji banding antara mortar yang

    menggunakan air tersebut dan mortar yang

    memakai air bersih yang dapat diminum atau

  • BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR

    23

    air murni (aquadest), dengan uji kuat tekan

    kubus mortar sesuai ASTM C109

    iii. Air pada butir ii dapat dipakai sebagai

    campuran beton jika kuat tekan mortar yang

    menggunakan air tersebut pada umur 7 hari

    dan 28 hari adalah sebesar minimum 90% dari

    kuat tekan mortar dengan air tawar atau air

    murni

    2.4. SOAL LATIHAN

    (disarikan dari Mehta dan Monteiro, 1993)

    1. Jelaskan tentang pentingnya kehalusan semen dan cara

    penentuannya.

    2. Jelaskan mengapa semen tipe IV membatasi kadar C2S minimum

    sebesar 40% dan kadar C3A maksimum sebesar 7%?

    3. Jika anda seorang insinyur yang diminta merehabilitasi perkerasan

    jalan, jelaskan metode kerja anda, alat yang digunakan, zat-zat

    berbahaya yang perlu dihindarkan, analisis biaya antara mendaur-

    ulang perkerasan lama dengan memakai agregat baru untuk

    perkerasan yang baru.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    24

    4. Mengapa air yang digunakan dalam campuran beton harus

    menjamin tercapainya kinerja beton yang kuat dan

    berkelanjutan?

    2.5. PUSTAKA

    [1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete Structure,

    Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.

    [2] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition,

    Pearson Eduaction Ltd., Essex, England.

    [3] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan

    Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang.

    [4] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete

    Technology Consituent Material, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA.

    [5] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology Theory and Practice. S

    Chand & Company Ltd., India.

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    25

    BAB 3

    BAHAN TAMBAH

    3.1. DEFINISI, KLASIFIKASI, DAN PENGGUNAAN BAHAN

    TAMBAH

    Gambar 3.3=1. Aplikasi bahan tambah cair di batch

    (http://www.mapei-betontechnik.com/0uploads/bilder405.jpg)

    Terdapat perbedaaan mendasar antara terminologi bahan

    tambah (admixture) dan aditif (additive). ASTM C125 mendefinisikan

    sebagai bahan tambah sebagai material selain air, agregat, semen

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    26

    hidraulik, dan perkuatan serat, yang digunakan sebagai penyusun beton

    atau mortar dan ditambahkan ke dalam campuran segera sebelum dan

    selama pencampuran [1]; sedangkan aditif didefinisikan sebagai material

    yang ditambahkan saat penggilingan klinker semen di pabrik [2]. Bahan

    tambah bisa tersusun atas satu atau lebih bahan kimia, dan dapat

    berbentuk bubuk ataupun cairan (Gambar 3.1.).

    Meluasnya pemakaian dan inovasi bahan tambah (Gambar 3.1.

    dan 3.2.) merupakan suatu indikasi bahwa produk ini mampu

    memberikan keuntungan fisik dan ekonomi [3] sehubungan dengan

    produksi beton sebagai bahan bangunan. Namun perlu dicatat bahwa

    pemakaian bahan tambah tidak akan mampu memperbaiki mutu beton

    yang sudah terlanjur buruk, atau kesalahan dalam hal transportasi beton

    dari batch ke site, pengecoran, maupun pemadatan.

    Gambar 3.2. Beberapa contoh produk bahan tambah beton

    (http://www.shop.artisticconcretesupplies.com/images/1181591843014-

    1130907172.jpeg)

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    27

    Gambar 3.3. Contoh bahan tambah tipe A (water reducing)

    (http://image.made-in-china.com/2f0j00DMNaIPmzOYpG/Sodium-

    Naphthalene-Sulfonate-Formaldehyde-Condensate-NSF-Concrete-

    Admixture.jpg)

    Jenis-jenis bahan tambah menurut ASTM C494 digolongkan

    sebagai berikut:

    1. Tipe A, water-reducing admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat

    mengurangi jumlah air dalam campuran beton yang konsistensinya

    tertentu

    2. Tipe B, retarding admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat

    menghambat pengikatan beton

    3. Tipe C, accelerating admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat

    mempercepat pengikatan beton dan peningkatan kekuatan awal

    beton

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    28

    4. Tipe D, water-reducing and retarding admixture, yaitu bahan

    tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton

    yang konsistensinya tertentu dan menghambat pengikatan beton

    5. Tipe E, water-reducing and accelerating admixture, yaitu bahan

    tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton

    yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan beton

    6. Tipe F, water-reducing, high range admixture, yaitu bahan tambah

    yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton yang

    konsistensinya tertentu sebanyak 12%

    7. Tipe G, water-reducing, high range and retarding admixture, yaitu

    bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran

    beton yang konsistensinya tertentu sebanyak 12% atau lebih dan

    menghambat pengikatan beton

    Bahan tambah bekerja melalui beberapa cara yang dijelaskan

    sebagai berikut [4].

    a. Terjadi reaksi kimia selama proses hidrasi semen, yang

    menyebabkan percepatan atau perlambatan laju reaksi saat

    fase semen

    b. Terjadi absorpsi pada permukaan semen, umumnya

    menyebabkan dispersi partikel (plasticizing action atau

    superplasticizing action)

    c. Terjadi peningkatan tegangan tarik pada permukaan air,

    sehingga meningkatkan penangkapan udara (air entrainment)

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    29

    d. Mempengaruhi rheologi air, biasanya meningkatkan viskusitas

    plastis atau kohesi campuran

    e. Mengaplikasikan bahan kimia pada beton keras yang dapat

    mempengaruhi sifat-sifat tertentu, khususnya korosi,

    f. Mempengaruhi kebutuhan air, yaitu menyebabkan terjadinya

    plastisisasi (plasticizing) dan pengurangan air (water reducing)

    g. Mengubah laju pengerasan beton, yaitu menyebabkan

    terjadinya percepatan (accelerating) atau perlambatan

    (retarding)

    h. Mengubah kandungan udara (air content), dengan

    meningkatkatkan atau menurunkan penangkapan air (air

    entrainment)

    i. Mengubah viskusitas plastis (plastic viscousity), yaitu kohesi

    atau tahanan dalam hal terjadinya bleeding dan segregasi

    campuran

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    30

    Gambar 3.4. Rheology beton akibat pengaruh campuran material

    (Newmnn dan Choo, 2003)

    Jenis material dan perencanaan campuran akan menentukan

    rheologi dasar dari campuran beton [4]. Rheologi beton di lapangan

    diukur dengan uji slump, untuk menguji kekentalan campuran beton.

    Untuk menguji pengaruh bahan tambah, di laboratorium dipergunakan

    peralatan untuk menguji laju tegangan geser dan regangan geser

    campuran beton. Uji tersebut menghasilkan tegangan leleh yang serupa

    dengan nilai slump dan viskusitas plastis yang memberikan nilai numerik

    untuk kohesi. Dari perhitungan rheologi tersebut, dapat diperoleh

    informasi pengaruh masing-masing bahan penyusun campuran seperti

    ditunjukkan Gambar 3.4. Dengan menambahkan air ke dalam campuran,

    maka lelehakan menurun (namun slump meningkat) demikian juga

    viskusitas plastis, yang berarti memperbesar kemungkinan terjadinya

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    31

    bleeding dan segregasi. Bahan tambah yang terdispersi (plasticizer dan

    superplasticizer) akan menurunkan leleh namun bisa jadi meningkatkan

    atau mernurunkan viskusitas plastis, tergantung pada sifat sekunder

    bahan tambah tersebut.

    3.2. BAHAN TAMBAH KIMIA

    Bahan tambah kimia meliputi semua jenis bahan tambah menurut

    ASTM C494 seperti diuraikan pada subbab 3.1. Saat ini telah banyak pula

    diimplementasikan bahan tambah penangkap udara (air-entraining

    admixture) adalah material bahan penyusun beton (lihat Gambar 3.5.)

    yang digunakan untuk menangkap udara, juga bahan tambah pengurang

    air (water-reducing admixture) seperti yang disajikan Gmbar 3.6., yaitu

    bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air dalam campuran

    beton untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu [1]. Baik

    bahan tambah penangkap udara dan bahan tambah pengurang air

    dikategorikan ke dalam bahan kimia permukaan-aktif (surface-active

    chemicals) yang sering disebut dengan surfaktan (surfactant).

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    32

    Gambar 3.5. Gambar mikro dari udara terperangkap pada beton dengan udara

    terperangkap (air-entrained concrete)

    (http://www.cement.org/tech/images/air_entrained.jpg)

    Gambar 3.6. bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture)

    (http://2.imimg.com/data2/WE/RB/IMVENDOR-2134006/dsc_1028-

    250x250.jpg)

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    33

    Bahan tambah penangkap udara (air-entraining admixture)

    merupakan bahan organik yang ditambahkan ke dalam campuran beton

    yang menyebabkan gelembung udara berdiameter 0.25-1 mm

    terperangkap dan terdistribusi merata [5]. Nilai tambah yang dihasilkan

    oleh pemakaian bahan tambah penangkap udara adalah meningkatnya

    kuat tekan, kemudahan pengerjaan, waktu pengikatan, dan keawetan

    beton.

    Inovasi bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture)

    merupakan bahan tambah yang terbuat dari material organik yang larut

    dalam air [5]. Jenis ini mengurangi jumlah air yang diperlukan untuk

    mencapai konsistensi tertentu atau tingkat kemudahan pengerjaan

    tertentu. Yang tergolong dalam jenis ini adalah plasticizer. Bahan tambah

    pengurang air (water-reducing admixture) dengan kinerja tinggi disebut

    dengan water-reducin, high range admixture atau superplasticizer.

    Superplasticizer digolongkan sebagai bahan tambah tipe F, dan bila juga

    memiliki kinerja memperlambat pengikatan beton, maka termasuk ke

    dalam bahan tambah tipe G.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    34

    3.3. BAHAN TAMBAH MINERAL

    Bahan tambah mineral didefiniskan sebagai material yang

    mengandung silika, yang ditambahkan ke dalam campuran beton dalam

    jumlah yang besar, sekitar 20-100% dari berat semen, sering disebut

    sebagai pozzolan [1]. Sebagian pozzolan digunakan dalam bentuk bahan

    mentah, atau diaktivasi secara termal terlebih dahulu. Saat ini, produk

    sampingan (by product) dari industri telah menghasilkan bahan tambah

    mineral.

    Pozzolan didefinisikan sebagai bahan yang mengandung senyawa

    silika atau silika alumina dan alumina yang tidak memiliki sifat mengikat

    seperti semen, namun bentuknya halus, dan dengan adanya air maka

    senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida

    pada suhu normal, membentuk senyawa kalsium silikat hidrat dan

    kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan

    yang cukup rendah [5].

    RockTron [6] membagi jenis pozzolan menurut asalnya menjadi

    dua kategori yaitu pozzolan alam dan pozzolan artifisial. Pozzolan alam

    meliputi debu vulkanis (volcanic ash), pumice, tufa (tuff), diatomaceous

    earth, dan opaline shale; sedangkan pozzolan artifisial meliputi fly ash,

    dan produk abu terbang yang berasal dari pembakaran batu bara pada

    pembangkit listrik, abu sekam padi (rice husk ash), debu bata (brick dust),

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    35

    kaolin berkapur (calcined kaolin), condensed silica fume, GGBS dan

    beberapa slag metalurgis.

    Gibbons [6] mengklasifikasikan pozzolan menurut asal dan

    sifatnya menjadi 6 jenis. Jenis pertama merupakan material alam yang

    sangat reaktif dan halus yang berasal dari gunung berapi; meliputi

    puozzolana dari Puozzoli, Itali, volvic pozzolan dari Perancis tenggara,

    trass dari Rhinelands dan tufa dari Pulau Aegean, serta pumice-giling.

    Jenis kedua merupakan produk tanah liat berkapur suhu rendah yang

    berasal dari produk tanah liat yang digiling halus dan dibakar dengan

    suhu rendah. Jenis ketiga merupakan produk tanah liat atau kaolin yang

    diproduksi sebagai pozzolan yang digunakan bersama-sama dengan

    semen Portland. Jenis keempat merupakan terak mineral (mineral slag);

    termasuk di antaranya adalah terak furnice yaitu produk samping dari

    peleburan yang masih memerlukan penggerusan agar menjadi reaktif.

    Terak furnice mengandung silika, alumina, kapur dan mineral lain dengan

    komposisi yang bervariasi; digunakan sebagai bahan tambah dalam

    beton. Jenis kelima merupakan abu organik; meliputi terak batubara, abu

    batubara, abu tanaman (misal abu sekam padi), abu tulang, dan lain-lain.

    Jenis keenam merupakan produk pasir alam dan batu pecah tertentu;

    antara lain pasir berlempung (argillaceous) yang mengandung schist,

    basalt, feldspar dan mica, memiliki sedikit sifat pozzolanik, serta

    beberapa produk batu pecah tertentu.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    36

    Pozzolan memiliki mutu yang baik jika jumlah kadar SiO2 + Al2O3 +

    Fe2O3 tinggi dan sangat reaktif dengan kapur [5]. ASTM C618

    membedakan mutu pozzolan sebagai berikut.

    a. Tipe N, pozzolan alam atau hasil pembakaran. Pozollan alam

    yang termasuk dalam jenis ini adalah tanah diatomic, ophaline

    cherts, sales, tuff, abu vulkanik atau purnicite yang diproses

    dengan atau tanpa pembakaran. Di samping itu, yang

    termasuk dalam tipe ini adalah berbagai material hasil

    pembakaran yang mempunyai sifat pembakaran yg baik.

    b. Tipe C, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas

    10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-

    bitumen batubara

    c. Tipe F, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas

    10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen

    batubara

    Dalam hal proses pembentukannya, ASTM C593 membedakan

    jenis pozzolan sebagai berikut [5].

    a. Pozzolan alam, merupakan material alam hasil sedimentasi

    dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika

    aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan

    menghasilkan pemuaian

    b. Pozzolan buatan

    i. Abu terbang (fly ash), merupakan hasil pemisahan sisa

    pembakaran yang halus dari pembakaran batubara

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    37

    yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel

    berupa semburan asap

    ii. Abu sekam padi (rice husk ash), merupakan limbah dari

    tanaman padi

    Semen yang memakai pozzolan akan memiliki sifat-sifat sebagai

    berikut [5].

    a. Panas hidrasi akan turun karena pozzolan akan mengurangi

    kandungan C3A di dalam semen

    b. Faktor air semen akan meningkat dengan adanya pozzolan

    c. Kemudahan pengerjaan beton yang memakai semen pozzolan

    akan meningkat

    d. Mempercepat waktu pengikatan

    e. Meningkatkan kekuatan beton

    3.4. INOVASI BAHAN TAMBAH

    Berbagai inovasi bahan tambah telah dilakukan sejak beberapa

    dekade terakhir. Dalam bab ini akan disajikan beberapa inovasi bahan

    tambah terpilih.

    Inovasi pozzolan alam jenis balsatic pumice yang berasal dari

    wilayah Cukurova dimanfaatkan dengan baik di Turki. Binici, et. al. [6]

    meneliti tentang panas hirasi awal dari semen-campuran (blended-

    cement) yang mengandung ground granulated-blast furnace slag (GGBF)

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    38

    dan ground balsatic pumice (GBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pengurangan panas hidrasi dicapai oleh spesimen dengan butir yang lebih

    kasar dengan volume bahan tambah sebesar 30% dengan nilai Blaine

    sebesar 2800 + 30 cm2/g. Dengan panas hidrasi yang rendah ini maka

    beton dengan campuran ground granulated-blast furnace slag (GGBF)

    dan ground balsatic pumice (GBP) dapat digunakan untuk konstruksi

    beton massa.

    Hasil penelitian (Susilorini, 2003; Susilorini, et. al, 2002; Pramono

    dan Wibowo, 2002; Setiawan dan Purnomo, 2002 dalam [6])

    menunjukkan bahwa trass Muria Kudus dapat dimanfaatkan sebagai

    agregat alternatif untuk menggantikan agregat halus pasir Muntilan

    dalam campuran beton dengan komposisi tertentu. Uji laboratorium

    menunjukkan bahwa kandungan SiO2 pada trass Muria Kudus yang

    digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebesar 42,02%, sedangkan

    kandungan Al2O3 adalah sebesar 28,08%. Perbandingan volume (1:2:3)

    untuk (semen:trass Muria Kudus:split) adalah perbandingan campuran

    beton yang optimal untuk kinerja kuat tekan, kuat tarik-belah, maupun

    modulus elastisitas. Secara keseluruhan, beton dengan agregat halus

    trass Muria Kudus menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan

    beton normal, terutama untuk kinerja kuat tarik-belah yang mencapai

    nilai 70% lebih tinggi dibandingkan beton normal. Hasil pengujian kuat

    tekan dan kuat tarik-belah (Pramono dan Wibowo, 2002; Susilorini, et.

    al., 2002; Susilorini, 2003 dalam [6]) menunjukkan bahwa kuat tekan

    optimal dicapai beton dengan campuran Trass Muria Kudus sebesar

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    39

    29,802 MPa yang melebihi syarat kuat rencana (19 MPa). Di samping itu,

    modulus elastisitas beton dengan campuran Trass Muria Kudus memiliki

    nilai yang lebih tinggi dibandingkan beton normal (Setiawan dan

    Purnomo, 2002; Susilorini, et. al., 2002; Susilorini, 2003 dalam [6]).

    Penelitian bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk

    campuran beton dengan memanfaatkan sukrosa, gula pasir, dan larutan

    tebu dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahan tambah diaplikasikan pada

    campuran beton dengan tujuan meningkatkan beberapa sifat dan kinerja

    beton. Bahan tambah pemercepat (accelerator), menurut ASTM tipe C,

    maupun pemerlambat (retarder), menurut ASTM tipe D, secara khusus

    dikaji dalam penelitian Susilorini [7, 8]. Bahan tambah pemercepat

    digunakan untuk mempercepat waktu pengikatan semen dan pengerasan

    beton sedangkan bahan tambah pemerlambat digunakan untuk tujuan

    sebaliknya. Dosis bahan tambah pemerlambat yang umum digunakan

    dalam campuran beton berkisar antara 0.03%-0.15% dari berat semen

    (Jayakumaranma, 2005 dalam [6]), sedangkan dosis di atas 0.25% dari

    berat semen akan menimbulkan percepatan pengikatan semen yang

    signifikan.

    Penelitian-penelitan terdahulu (Susilorini, 2009; Susilorini, et. al.,

    2008; 2009; Etmawati and Yuwono, 2008; Ganis and Nugraha, 2008;

    Nikodemus and Setiawan, 2008; Syaefudin and Nugraha, 2008; Birru and

    Windya, 2009; Aprilia and Maulana, 2009 dalam [7, 8]) membuktikan

    bahwa pada dosis tertentu gula dapat mempercepat atau justru

    memperlambat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton serta

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    40

    meningkatkan kinerja kuat tekan mortar dan beton. Perlu dicatat bahwa

    ampas tebu mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin (Viera,

    et.al., 2007 dalam [7, 8]). Adanya lignin dalam ampas tebu dan air

    perasannya diindikasikan memberikan kontribusi lekatan bila larutan

    tebu dicampurkan ke dalam adukan beton. Bahan tambah berbasis gula

    dalam campuran beton bersifat meningkatkan ikatan C-S-H sehingga akan

    meningkatkan nilai kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai nilai

    optimal dari kuat tekan tersebut.

    Penelitian Susilorini [7, 8] telah menghasilkan beberapa komposisi

    bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk campuran beton

    (Susilorini, 2009, 2010). Dalam penelitian tersebut, telah diuji 16

    komposisi untuk memperoleh komposisi optimal dengan uji kuat tekan

    mortar dan beton. Hasil uji kuat tekan beton dari ke-16 komposisi

    menyimpulkan adanya 6 komposisi optimal bahan tambah berbasis gula

    yang mampu meningkatkan kuat tekan beton. Dari ke-6 komposisi

    optimal tersebut, 5 komposisi bersifat sebagai pemerlambat dan 1

    komposisi sebagai pemercepat. Bahan tambah berbasis gula untuk

    campuran beton yang menggunakan sukrosa, gula pasir, dan larutan

    tebu, adalah bahan tambah yang ramah lingkungan, mampu

    meningkatkan kuat tekan beton serta memiliki keawetan, sehingga

    membuktikan bahwa bahan tambah berbasis gula ini juga berkelanjutan.

    Komposisi optimal bahan tambah beton berbasis gula ini telah diajukan

    pendaftaran patentnya.

  • BAB 3 BAHAN TAMBAH

    41

    3.5. SOAL LATIHAN

    1. Jelaskan tentang peranan bahan tambah dalam industri beton dan

    beton siap pakai (ready mix).

    2. Jelaskan mengenai jenis-jenis bahan tambah dan fungsi

    penggunaannya.

    3. Jelaskan tentang water-reducing admixture dan penggunaannya.

    4. Bandingkan peranan bahan tambah pemerlambat dengan peranan

    superplasticizer pada beton

    5. Jelaskan pentingnya aplikasi pozzolan pada campuran beton.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    42

    3.6. PUSTAKA

    [1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete Structure,

    Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.

    [2] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology Theory and Practice. S

    Chand & Company Ltd., India.

    [3] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition,

    Pearson Eduaction Ltd., Essex, England.

    [4] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete

    Technology Consituent Material, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA.

    [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan

    Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang.

    [6] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suryoatmono, Bambang. (2007). Trass,

    Masa Depan Bagi Pozolan Alam Sebagai Agregat Alternatif Untuk

    Campuran Beton, Prosiding Seminar Nasional KK Struktur - Institut

    Teknologi Bandung, pp. 96-106.

    [7] Susilorini, Rr. M.I. Retno. (2009). Pemanfaatan Material Lokal untuk

    Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir,

    DP2M, Ditjen Dikti.

    [8] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Sambowo, Kusno Adi. (2010).

    Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan

    yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, DP2M, Ditjen Dikti.

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    43

    BAB 4

    DURABILITAS BETON

    4.1. PENTINGNYA DURABILITAS BETON

    ACI Committee 201 [1] mendefinisikan durabilitas beton dengan

    semen Portland sebagai kemampuan beton untuk menahan cuaca,

    serangan kimia, abrasi, atau proses pengrusakan lain; dengan demikian

    durabilitas beton akan mempertahankan bentuk asli, kualitas, dan

    kemampuan layan saat terekspose di lingkungan. Pendapat menarik

    dikemukakan oleh Newmann dan Choo [2], durabilitas tidak hanya

    sekedar berhenti pada terminologi baik atau lebih baik. Durabiltas

    bukanlah sifat (properties), melainkan perilaku (behaviour) yang

    menyatakan kinerja beton saat terekspose dengan lingkungan (Gambar

    4.1.). Dengan demikian, masa-layan (service life) dapat menjadi deskripsi

    durabilitas yang lebih tepat.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    44

    Gambar 4.1. Elemen beton pada konstruksi dermaga yang mengelupas

    akibat terekspose lingkungan air laut

    (http://www.carrasquilloassociates.com/images/gallery/durability_05.jpg)

    Masa-layan didefinisikan sebagai waktu selama beton memenuhi

    persyaratan kinerjanya dengan pemeliharaan yang ditentukan. Definisi

    masa-layan dapat disajikan dengan grafik relasi kinerja-waktu seperti

    yang diperlihatkan Gambar 4.2.

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    45

    Gambar 4.2. Definisi masa-layan dalam relasi kinerja-waktu

    (Newmann dan Choo, 2003)

    4.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DURABILITAS

    BETON

    Durabilitas beton sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara

    lain permeabilitas beton, kerusakan alamiah (fisik) dan kerusakan kimia,

    pengaruh cuaca, serta korosi pada tulangan baja (Gambar 4.3.) yang

    tertanam di dalam beton [3]. Lingkungan agresif sangat berperan dalam

    menurunkan kinerja durabilitas beton. Isu durabilitas beton menjadi hal

    yang sangat penting sehingga diakomodasi oleh ACI-08 dalam salah satu

    bagiannya.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    46

    Gambar 4.3. Contoh kasus kerusakan elemen beton akibat korosi pada tulangan

    yang terekspose lingkungan agresif

    (Lobo, 2007)

    Gambar 4.4. Contoh kasus kerusakan elemen beton serangan sulfat

    (http://imgs.ebuild.com/cms/CONCRETE%20PRODUCER%20MAGAZINE/2007/Ja

    nuary/CP070101036L5.jpg)

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    47

    4.3. PERMEABILITAS BETON

    Gambar 4.5. Pemodelan permeabilitas beton

    (http://dcnonl.com/images/archivesid/24408/601.jpg)

    Salah satu tolok ukur dalam durabilitas beton adalah

    permeabilitas. Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat yang menyatakan

    laju aliran cairan dalam benda padat berporus [1]. Dalam hal beton,

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    48

    adanya agregat dengan permeabilitas rendah dalam pasta semen

    diharapkan dapat mengurangi permeabilitas sistem karena partikel

    agregat harus memotong saluran tempat mengalirnya cairan dalam

    matriks pasta semen [1, 4]. Beton yang kedap air diartikan sebagai beton

    yang awet [5] dan memiliki koefisien permeabilitas sebesar k = 10-10

    cm/det.

    4.4. BETON YANG TERKARBONASI

    Karbonisasi pada beton merupakan proses penetrasi dari CO2 dari

    udara ke dalam beton dan bereaksi dengan Ca(OH)2 dan membentuk

    CaCO3 [4]. Sesungguhnya CO2 tidak bersifat reaktif, namun dengan

    adanya kelembaban maka CO2 berubah menjadi asam karbonik cair yang

    menyerang beton dan mengurangi alkalinitas beton. Udara yang

    mengandung CO2 akan terpenetrasi ke dalam beton, mengkarbonisasi

    beton, dan mengurangi alkalinitas beton. Dalam hal ini, pH (derajat

    keasaman) dari pori-pori air pada pasta semen keras akan menurun

    nilainya dari 13 menjadi 9. Bila Ca(OH)2 terkarbonisasi seluruhnya maka

    pH akan menurun lagi menjadi sekitar 8.3. Dalam keadaan pH yang

    rendah, maka lapisan pelindung akan rusak sehingga tulangan baja

    terekspose dan terjadi korosi. Dengan demikian karbonisasi pada beton

    seperti yang disajikan Gambar 4.6. dan 4.7. menjadi penyebab utama

    korosi tulangan baja di samping oksigen dan kelembaban.

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    49

    Gambar 4.6. Beton yang terkarbonisasi pada bangunan gedung

    (http://www.williamjmarshall.co.uk/carbconc.jpg)

    Gambar 4.7. Beton yang terkarbonisasi berwarna pink

    (http://www.understanding-cement.com/images/ppslab.jpg)

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    50

    4.5. SUSUT PADA BETON

    Susut (shrinkage) pada beton (Gambar 4.8.) menjadi salah satu

    penyebab retak dan menurunnya kinerja beton [4]. Susut dapat

    diakibatkan oleh susut kering (drying shrinkage) dan susut akibat

    karbonasi (carbonation shrinkage) [6].

    Gambar 4.8. Beton yang mengalami susut

    (http://www.superseal.ca/pics/cf_foundation-cracks.jpg)

    Susut akibat karbonasi dapat dijelaskan sebagai berikut [6].

    Keberadaan CO2 menyebabkan massa beton mengembang. Pada saat

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    51

    beton mengering, dan beton terkarbonasi secara simultan, maka

    pengembangan massa. Penyebab susut akibat karbonasi ditengarai

    disebabkan oleh melarutnya kristal Ca(OH)2 akibat tegangan tekan dan

    tersimpannya CaCO3 di area bebas tegangan sehingga pasta semen keras

    sementara waktu tertekan dan mengembang. Bila proses karbonasi

    berlanjut pada terjadinya dehidrasi C-S-H, maka akan terjadi susut akibat

    karbonasi.

    4.6. BETON PASCA BAKAR

    Kebakaran membawa dampak yang serius terhadap bangunan

    gedung yang terbuat dari beton, seperti yang disajikan Gambar 4.9.

    Secara umum, material beton relatif lebih tahan api dibandingkan kayu

    dan plastik, juga baja. Namun demikian, untuk memberikan kinerja

    durabilitas terhadap api yang signifikan, tetap diperlukan beberapa

    persyaratan untuk durabilitas beton pasca bakar yang memadai.

    Komposisi bahan penyusun beton sangat penting untuk

    diperhatikan dalam hal durabilitas beton pasca bakar karena pasta semen

    dan agregat mengandung komponen yang dapat berdekomposisi setelah

    pemanasan [1]. Di samping itu, beberapa aspek dari beton seperti

    permeabilitas, dimensi elemen, laju peningkatan suhu, menjadi faktor-

    faktor yang perlu diperhatikan dalam beton pasca bakar.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    52

    Gambar 4.9. Struktur beton yang rusak akibat kebakaran

    (http://www.norcalblogs.com/watts/images/580-880_steel.jpg)

    Pengaruh peningkatan suhu terhadap kekuatan beton tidak

    terlalu signifikan sampai dengan 250oC, namun di atas suhu 300

    oC beton

    akan kehilangan kekuatan secara nyata [4]. Pada suhu di atas 400oC,

    beton keras terhidrasi akan kehilangan air dalam Ca(OH)2 bebas, dan

    meninggalkan CaO. Jika CaO tersebut basah atau terkena udara lembab,

    maka akan terjadi rehidrasi pada Ca(OH)2 yang dibarengi pengembangan

    volume.

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    4.7. SERANGAN-SERANGAN

    DURABILITAS BETON

    Serangan-serangan kimiaw

    mempengaruhi durabilitas beton. B

    dibahas dalam subbab ini debagai be

    serangan asam, serangan alkali, dan se

    Gambar 4.10. Struktur beton yang m

    (http://theconstructor.org/wp-conten

    53

    N YANG MEMPENGARUHI

    iawi terhadap beton sangat

    . Beberapa serangan kimiawai akan

    ai berikut, antara lain serangan sulfat,

    n serangan air laut.

    ng mengelupas akibat serangan sulfat

    ntent/uploads/2010/04/image55.png)

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    54

    Serangan sulfat (Gambar 4.10. dan 4.11.) disebabkan reaksi kimia

    dari ion sulfat sebagai bahan agresif komponen alumina dari semen

    Portland [5]. Dengan volume air tertentu, reaksi dari sulfat akan

    menyebabkan pengembangan beton (Gambar 4.11.) yang akan

    menimbulkan retak-retak dengan pola tak teratur.

    Gambar 4.11. Potongan penampang beton terkena serangan sulfat

    (http://www.understanding-cement.com/images/thaumasite.jpg)

    Sulfat terdapat di dalam tanah maupun air tanah dalam bentuk

    kalsium, sodium, potasium, magnesium [4]. Serangan sulfat terhadap

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    55

    beton lebih disebabkan oleh sulfat cair daripada sulfat padat, yang

    bereaksi dengan pasta semen terhidrasi. Di antara semua jenis sulfat,

    magnesium sulfat dinilai paling merusak beton.

    Mekanisme serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut [5].

    Serangan sulfat diawali dengan pembentukan gypsum (calcium sulfat)

    dan ettringite (calcium sulphoaluminate) yang memiliki sifat menambah

    volume sehingga terjadi pengembangan volume beton yang akhirnya

    merusak beton. Reaksi pembentukan ettringite terjadi karena adanya

    gypsum yang ditambahkan ke dalam campuran beton untuk mencegah

    flash set. Untuk mengatasi serangan sulfat, maka perlu dipilih semen

    dengan kadar C3A rendah, yaitu semen tipe V, atau dapat juga digunakan

    semen pozzolan.

    Jenis serangan kimia yang lain adalah serangan asam. Beton tidak

    sepenuhnya tahan terhadap serangan asam (Gambar 4.12. dan 4.13.).

    Asam, baik dalam konsentrasi kecil maupun besar, cepat atau lambat

    akan mendisintegrasi beton. Senyawa yang paling rentan terhadap

    serangan asam adalah Ca(OH)2 dan C-S-H. Seranngan asam ini akan

    sangat merusak jika pH di bawah 4.5 [4].

    Mekanisme serangan asam terjadi dengan mengubah unsur-unsur

    bahan semen yang tidak larut ke dalam air menjadi unsur-unsur yang

    larut ke dalam air, sehingga mudah menghilang dari dalam beton [5]. Bila

    beton terkena serangan asam sulfur, maka akan terbentuk calcium sulfat

    yang kemudian bereaksi dengan fase kalsium aluminat dalam semen akan

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    56

    menyebabkan terjadinya kristalisasi yang kemudian akan mengakibatkan

    volume beton mengembang (Gambar 4.14.).

    Gambar 4.12. Elemen beton yang terkena serangan asam

    (http://bauerepoxies.com/assets/images/Lihir-102.jpg)

    Gambar 4.13. Konstruksi pintu air dengan tiang beton

    yang terkena serangan asam

    (http://filer.case.edu/slr21/Bridge/acid1.jpg)

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    57

    Gambar 4.14. Potongan penampang beton

    yang terkena serangan asam

    (http://www.concrete-experts.com/images/AKK_30.jpg)

    Jenis serangan kimiawi yang lain adalah serangan alkali. Serangan

    alkali merupakan reaksi antara ion-ion hidroksil dengan pori-pori air

    dalam beton dan jenis bebatuan mineral tertentu yang timbul dan

    menjadi bagian dari agregat [4]. Serangan alkali menghasilkan

    pengembangan volume dan pola retak tipikal seperti disajikan Gambar

    4.15. dan 4.16. dengan lebar retak berkisar 0.1-10 mm.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    58

    Gambar 4.15. Potongan penampang beton

    yang terkena serangan alkali silika

    (http://www.drmor.com/learn/img/asr_orng_200x148.gif)

    Gambar 4.16. Elemen beton yang terkena serangan alkali

    (http://www.hpi-industrial.com/cms/assets/Uploads/alkali.jpg)

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    59

    Mekanisme serangan alkali dapat dijelaskan sebagai berikut.

    Beton mendapat gangguan berupa rekasi kimia dari silika aktif yang

    terdapat pada bahan agregat alkali yang terdapat dalam semen Portland

    yang berupa Na2O dan K2O [5]. Reaksi tersebut membentuk gel alkali-

    silika yang menyerap air dengan cara osmosis sehingga terjadi

    pengembangan volume. Bila gel alkali-silika tersebut dilapisi pasta semen,

    maka akan terjadi tegangan dalam pasta semen yang mengakibatkan

    timbulnya retak-retak dengan pola tak teratur namun terdistribusi

    merata. Kecepatan rekasi pembentukan gel silika-alkai dangat tergantung

    pada ukuran partikel silika. Partikel silika yang berukuran 20-30 m akan

    mengembang dalam waktu 8 minggu.

    Pencegahan serangan alkali dapat dilakukan dengan cara [5, 6]

    antara lain:

    a. Mencegah terjadinya kontak antara beton dengan udara

    b. Menggunakan semen Portland yang mengandung alkali

    kurang dari 0.6%

    c. Menggunakan semen tipe I dan fly ash semen (PFA) minimum

    25% dengan pembatasan kadar alkali dari semen kurang dari 3

    kg/m3

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    60

    Serangan air laut umumnya menjadi salah satu penyebab dari

    menurunnya durabilitas beton di lingkungan pantai maupun lepas pantai.

    Berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam air laut maupun

    organisme laut dapat merusak konstruksi beton (Gambar 4.17 dan 4.18.).

    Gambar 4.17. Elemen beton yang terekspose air laut

    (http://www.concretethinker.com/Content/ImageLib/

    15714%20conf%20bridge.jpg)

    Gambar 4.18. Elemen beton yang terkena serangan organisme laut

    (http://www.corrocoatphils.com/images/prod_plas001.gif)

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    61

    Air laut mengandung 3.5% garam dari keseluruhan beratnya [1, 4].

    Konsentrasi ion Na+ dan Cl

    - sangat tinggi, sekitar 11.000-20.000 mg/l sedangkan

    Mg2+

    dan SO42-

    sekitar 1400-2700 mg/l. Nilai pH dari air laut bervariasi sekitar

    7.5-8.4 dengan nilai rerata 8.2. Air laut juga mengandung CO2. Dari kandungan

    senyawa kimia yang terdapat dalam air laut, berbagai serangan kimia dapat

    terjadi dan merusak beton, yaitu serangan sulfat, serangan asam, serangan CO2,

    dan serangan chlorida.

    Masalah yang patut mendapat perhatian dalam hal serangan air laut

    terhadap beton adalah serangan chlorida yang dapat menimbulkan korosi

    tulangan baja. Page dan Page [7] membuktikan bahwa persentase chlorida

    terhadap berat semen akan makin meningkat seiring timbulnya korosi, seperti

    disajikan Gambar 4.19.

    Gambar 4.19. Kurva relasi ambang chlorida dan saat timbulnya korosi

    (Page dan Page, 2007)

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN

    DURABILITAS BETON

    62

    4.8. SOAL LATIHAN

    1. Jelaskan tentang durabilitas dan pentingnya durabilitas beton.

    2. Mengapa durabilitas beton memegang peranan penting dalam

    kontrol kualitas beton? Jelaskan pengaruh permeabilitas terhadap

    durabilitas beton.

    3. Jelaskan proses terjadinya serangan sulfat, serangan asam,

    serangan air laut, dan serangan alkali pada beton.

    4. Jelaskan bagaimana mengatasi masalah korosi pada bangunan di

    tepi pantai dan lepas pantai.

    5. Apakah perbaikan mungkin dilakukan pada struktur beton yang

    terkena serangan sulfat? Jelaskan.

  • BAB 4 DURABILITAS BETON

    63

    4.9. PUSTAKA

    [1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete Structure,

    Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.

    [2] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete

    Technology Concrete Properties, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA.

    [3] Lobo, Colin L. (2007). New Perspektif on Concrete Durability, Concrete

    in Focus Magazine, pp. 24-30.

    [4] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology Theory and Practice. S

    Chand & Company Ltd., India.

    [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan

    Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang.

    [6] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition,

    Pearson Eduaction Ltd., Essex, England.

    [7] Page, CL., dan Page, MM. (2007). Durability of Concrete and Cement

    Composites, Woodhead Publishing Ltd., England.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    64

    BAB 5

    BETON BERDURABILITAS TINGGI

    5.1. KINERJA DAN INOVASI BETON BERDURABILITAS

    TINGGI

    Durabilitas beton yang tinggi berarti beton tersebut memiliki

    kinerja keawetan yang tinggi, sifat kedap air yang tinggi, serta ketahanan

    yang tinggi pula terhadap serangan-serangan yang dapat mengakibatkan

    kerusakan pada beton.

    Beton mutu tinggi (HPC, high performance concrete) sering

    diidentikkan memiliki durabilitas tinggi (high durability) pula seperti

    terlihat pada Gambar 5.1. Durabilitas tinggi dapat dicapai beton antara

    lain dengan menambahkan abu terbang (fly ash) sekitar 25-60% ke dalam

    semen, yang dikenal dengan sebutan High Volume Fly ash Concrete

    (HVLC) [1].

    Upaya lain meningkatkan durabilitas normal menjadi tinggi antara

    lain dapat dilakukan dengan memakai plasticizer, meniadakan partikel

    lumpur dan kotoran organik dalam campuran beton, menerapkan

    metode perawatan progresif, menggunakan semen Portland Pozzolan,

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    65

    Semen Portland dengan panas hidrasi-rendah, serta mengaplikasikan

    gelembung di dalam beton [2].

    Gambar 5.1. Konstruksi beton kedap air membutuhkan durabilitas tinggi

    (http://www.wakmc.com/e107_images/custom/iimage011.jpg)

    Upaya lain untuk meningkatkan durabilitas beton agar memiliki

    kinerja keawetan yang tinggi adalah mencampurkan bahan tambah

    berbasis gula [3, 4] yang terdiri dari campuran gula pasir, sukrosa, dan

    larutan tebu, yang mampu meningkatkan kuat tekan mortar dan beton

    dalam lingkungan normal dan lingkungan agresif (air laut, air payau, air

    rob, dan larutan NaCl) seperti yang diperlihatkan Gambar 52. Dan 5.3..

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    66

    Gambar 5.2. Benda uji mortar dirawat dengan air rob

    (Susilorini dan Sambowo, 2010)

    Gambar 5.3. Benda uji beton dirawat dengan air laut

    (Susilorini dan Sambowo, 2010)

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    67

    Inovasi bahan tambah berbasis gula yang dilakukan Susilorini, et. al.

    membawa terobosan baru yang signifikan [3-5]. Kinerja beton dengan

    bahan tambah berbasis gula akan didiskusikan lebih lanjut pada sub bab

    5.3. berikut.

    5.2. PREDIKSI DURABILITAS BETON

    Prediksi durabilitas beton dilakukan dengan membangun model-

    model yang relevan. Model yang tengah dikembangkan oleh

    Heiyantuduwa dan Alexander [6] adalah pengembangan UCT Service Life

    Model, yang memodelkan prediksi seumur hidup dari struktur beton di

    lingkungan air laut dengan menggunakan South African Durability Index

    Approach. Model sebelumnya, yaitu diformulasi ulang dan dikalibrasi

    secara primer untuk menyediakan basis analisis durabilitas dan desain

    struktur beton di lingkungan air laut yang memperhitungkan

    ketersediaan material yang berbeda dalam kisaran yang lebih luas,

    seperti halnya keadaan di Afrika Selatan. Model ini memberikan hasil

    yang baik dengan mengedepankan kinerja jangka panjang struktur beton

    baru di lingkungan air laut.

    Model lain untuk prediksi durabilitas beton di lingkungan air laut

    dikemukakan oleh Mackechnie tentang prediksi masuknya chlorida ke

    dalam beton [6]. Dalam model ini beton dengan abu terbang (fly ash) dan

    slag memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap ekspose air laut

    dibandingkan dengan beton dengan semen Portland biasa.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    68

    5.3. APLIKASI BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA UNTUK

    BETON BERDURABILITAS TINGGI

    Bahan tambah yang dimasukkan ke dalam campuran beton

    menjadi satu faktor penting lain yang turut menentukan kinerja beton

    secara keseluruhan. Bahan tambah kimiawi maupun alami telah banyak

    diproduksi, Beberapa penelitian terdahulu [7-16] telah mengkaji peranan

    dan kinerja bahan tambah alami berbasis gula dalam campuran beton

    yang ternyata dapat meningkatkan kinerja beton, namun belum ada

    penelitian yang memanfaatkan campuran gula pasir, sukrosa, dan larutan

    tebu sebagai bahan tambah beton. Untuk itu penulis bersama rekan-

    rekan melakukan penelitian-penelitian, dari penelitian awal hingga lanjut

    untuk mengkaji kinerja beton dengan bahan tambah berbasis gula.

    Penelitian awal yang dilakukan penulis dan rekan-rekan [17-26]

    membuktikan bahwa pada dosis tertentu gula dapat mempercepat atau

    justru memperlambat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton

    serta meningkatkan kinerja kuat tekan mortar dan beton. Perlu dicatat

    bahwa ampas tebu mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin [13].

    Adanya lignin dalam ampas tebu dan air perasannya diindikasikan

    memberikan kontribusi lekatan bila larutan tebu dicampurkan ke dalam

    adukan beton. Bahan tambah berbasis gula dalam campuran beton

    bersifat meningkatkan ikatan C-S-H sehingga akan meningkatkan nilai

    kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai nilai optimal dari kuat tekan

    tersebut.

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    69

    Sifat dan kinerja bahan penyusun dari bahan tambah berbasis

    gula dapat dijelaskan sebagai berikut [27-29]. Gula yang merupakan

    bahan penyusun terpenting dalam bahan tambah pada penelitian ini

    merupakan disakarida. Disakarida merupakan dua molekul yang diikat

    melalui pemeluapan. Sukrosa yang terdapat dalam gula pasir merupakan

    gabungan satu molekul glukosa dengan satu molekul fruktosa. Tanaman

    tebu (genus saccharum) dikenal sebagai bahan utama produksi gula pasir

    di Indonesia. Secara umum, batang tebu masak mengandung 67-75% air,

    8-16%, sukrosa 8-16%, 0.5-20% gula reduksi, 0.5-1% material organik,

    0.2-0.6% senyawa anorganik, 0.5-1% senyawa nitrogenik, 0.3-0.8% abu,

    dan 10-16% serat [15]. Tebu juga mengandung 30-50% selulosa dan 20-

    24% lignin [16]. Dengan kandungan tersebut, larutan tebu yang diekstrak

    dari batang tebu masak dicoba digunakan sebagai bahan tambah beton.

    Pengaruh penambahan material berbasis gula yang berupa sukrosa, gula

    pasir, dan larutan tebu pada campuran beton terbukti sangat signifikan,

    yaitu mempercepat maupun memperlambat waktu pengerasan beton,

    serta meningkatkan kuat tekan beton [7-16].

    Mekanisme lekatan antara bahan tambah berbasis gula dalam ses

    hidrasi dapat dijelaskan sebagai berikut [27-31]. Penambahan gula ke

    dalam campuran beton akan menyebabkan interaksi antara gula dan C3A

    [30]. Dalam kasus pemerlambatan pengerasan beton, interaksi ini akan

    menghambat pembentukan secara cepat fase kubik C3AH6 dan

    menyebabkan pembentukan fase heksagonal C4AH13 [12-13]. Gula

    mengandung sukrosa, disakarida yang tersusun atas satuan-satuan

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    70

    glukosa dan fruktosa. Adanya kandungan glukosa, glukonat, dan

    lignosulfonat, akan menstabilkan ettringite dalam sistem C3Agypsum.

    Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan

    ettringite. Untuk kasus pemercepatan pengerasan beton, terjadi

    peningkatan kecepatan hidrasi kalsium silikat. Senyawa yang biasa

    digunakan untuk mempercepat hidrasi C3A dengan sedikit perubahan

    alkalinitas pada pori-pori air adalah kalsium klorida [31]. Perlu dicatat

    bahwa penambahan gula pada dosis tertentu dalam campuran beton

    juga dapat mempercepat pengerasan beton.

    Hasil-hasil penelitian kinerja beton dengan bahan tambah

    berbasis gula dari penulis dan rekan-rekan akan dijelaskan sebagai

    berikut [27-29]. Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Pertama (2009) telah

    menghasilkan beberapa komposisi bahan tambah (admixture) berbasis

    gula untuk campuran beton [27]. Dalam penelitian tersebut, telah diuji 16

    komposisi untuk memperoleh komposisi optimal dengan uji kuat tekan

    mortar dan beton. Hasil uji kuat tekan beton dari ke-16 komposisi

    menyimpulkan adanya 6 komposisi optimal bahan tambah berbasis gula

    yang mampu meningkatkan kuat tekan beton. Dari ke-6 komposisi

    optimal tersebut, 5 kompoisisi bersifat sebagai pemerlambat dan 1

    komposisi sebagai pemercepat. Komposisi optimal bahan tambah beton

    berbasis gula ini telah diajukan pendaftaran patentnya pada tahun 2010

    (Reg. No. P00201000309) dan hingga saat ini tengah memasuki tahap

    pemeriksaan subtantif.

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    71

    Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Kedua (2010) telah

    memperoleh hasil sebagai berikut [28, 32]. Kinerja kuat lentur beton

    dengan bahan tambah berbasis gula (Reg. No. P00201000309) meningkat

    dibandingkan kuat lentur beton tanpa bahan tambah berbasis gula.

    Kenaikan optimum ditunjukkan oleh benda uji beton dengan bahan

    tambah berbasis gula dalam dosis kecil 0.03% dari berat semen.

    Bertambahnya dosis bahan tambah berbasis gula di dalam beton tidak

    menjamin kenaikan kuat tekan dan kuat lentur, karena akan terjadi

    killer-setting, di mana beton justru menggumpal, tidak terjadi

    pengikatan, sehingga beton tidak padat dan makin getas. Hasil uji

    eksperimental juga menunjukkan bahwa di satu sisi hasil uji kuat tekan

    mortar (Gambar 5.4.) dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat

    dengan beberapa media (air tawar, air laut, air payau, air rob, dan larutan

    NaCl) menunjukkan fenomena fluktuatif, dari umur 7 hari kuat tekan

    mortar menurun saat umur 14 hari, namun naik lagi pada umur 28 hari

    dan mencapai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan saat umur 7 hari.

    Di sisi lain, uji kuat tekan beton (Gambar 5.5.) dengan bahan tambah

    berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media (yang

    direpresentasikan oleh komposisi optimum M-I-A-01 dan M-I-A-02)

    menunjukkan bahwa sebagian besar beton dengan bahan tambah

    berbasis gula yang dirawat dengan media air laut, air payau, air rob, dan

    larutan NaCl pada umur 28 hari meningkat kuat tekannya dibandingkan

    dengan yang dirawat dengan air tawar. Sebagian komposisi mengalami

    kenaikan kuat tekan jika dirawat dengan media air laut, air payau, air rob,

    dan larutan NaCl dibandingkan dengan yang dirawat dengan air tawar.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    72

    Gambar 5.4. Kuat tekan mortar dengan bahan tambah berbasis gula pada umur

    28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]

    Gambar 5.5. Kuat tekan beton dengan bahan tambah berbasis gula pada umur

    28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    AIR

    TA

    WA

    R

    AIR

    LA

    UT

    AIR

    PA

    YA

    U

    Na

    Cl I

    Na

    Cl I

    I

    Na

    Cl I

    II

    AIR

    RO

    B I

    AIR

    RO

    B I

    I

    AIR

    RO

    B I

    II

    28 HARI

    Ku

    at

    TE

    ka

    n (

    MP

    a)

    Media Perawatan

    M-I-A 01

    M-I-A 02

    M-I-A 03

    M-I-B 04

    M-II-A 03

    M-II-B-01

    05

    1015202530354045

    AIR

    TA

    WA

    R

    AIR

    LA

    UT

    AIR

    PA

    YA

    U

    Na

    Cl I

    Na

    Cl I

    I

    Na

    Cl I

    II

    AIR

    RO

    B I

    AIR

    RO

    B I

    I

    AIR

    RO

    B I

    II

    28 HARI

    Ku

    at

    Te

    ka

    n (

    MP

    a)

    Media Perawatan

    M-I-A 01

    M-I-A 02

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    73

    Hasil uji porositas beton dengan bahan tambah berbasis gula yang

    dirawat dengan beberapa media [28] yang direpresentasikan komposisi

    optimum M-I-A-02 menunjukkan bahwa benda uji beton dengan bahan

    tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media memiliki nilai

    porositas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan

    tambah berbasis gula. Dengan demikian, oleh karena nilai porositas yang

    lebih kecil, maka beton akan lebih kedap air, lebih padat, sehingga kuat

    tekannya meningkat. Hasil uji koefisien permeabilitas beton dengan

    bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media [28]

    juga menunjukkan bahwa secara umum benda uji beton dengan koefisien

    permeabilitas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan

    tambah berbasis gula sehingga beton akan lebih kedap air, lebih padat,

    dengan demikian kuat tekannya meningkat.

    Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Ketiga (2011) menunjukkan

    bahwa terjadi perubahan berat beton yang signifikan setelah benda uji

    dimasukkan ke dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan

    (30 hari) [29]. Gambar 4 memperlihatkan kehilangan berat rerata untuk

    setiap komposisi benda uji. Hasil pengukuran berat beton dengan bahan

    tambah berbasis gula pra dan pasca perendaman dalam air laut

    menunjukkan bahwa specimen benda uji dengan kode M-I-A-02 dan M-I-

    A-03 merupakan benda uji dengan kehilangan berat terendah, dengan

    kisaran 12-14 gram.

  • 74

    Gambar 5.6. Berat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata pasca

    perendaman dalam air laut [29]

    Hasil uji kuat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata

    setelah direndam dalam air laut dengan kedalaman

    bulan diperlihatkan oleh Gambar 5.

    A-02, M-II-A-03, dan M-II-B-01 memiliki kuat tekan tertinggi, berkisar 33

    35 MPa.

    Korelasi antara kehilangan berat dan kuat tekan b

    dijelaskan sebagai berikut. Hasil pengukuran berat beton dengan bahan

    tambah berbasis gula pasca perendaman dalam air laut dengan

    kedalaman + 10 m selama 1 bulan

    agresif air laut menyebabkan beton kontrol mengalami penurunan kuat

    tekan, yaitu dengan kehilangan berat yang cukup signifikan dari beberapa

    benda uji.

    0

    50

    100

    150

    200K

    EIL

    AN

    GA

    N B

    ER

    AT

    (gra

    m)

    TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    Berat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata pasca

    perendaman dalam air laut [29]

    Hasil uji kuat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata

    setelah direndam dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1

    bulan diperlihatkan oleh Gambar 5. 7. Diperlihatkan bahwa benda uji M-I-

    01 memiliki kuat tekan tertinggi, berkisar 33-

    Korelasi antara kehilangan berat dan kuat tekan benda uji dHpat

    asil pengukuran berat beton dengan bahan

    tambah berbasis gula pasca perendaman dalam air laut dengan

    10 m selama 1 bulan [29] menunjukkan bahwa lingkungan

    agresif air laut menyebabkan beton kontrol mengalami penurunan kuat

    engan kehilangan berat yang cukup signifikan dari beberapa

    BENDA UJI

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    Gambar 5.7. Kuat tekan beton rerata pasca perendaman dalam air laut

    Dari penelitian Hibah Kompetensi tahun pertama

    kontrol yang direndam dengan air tawar di laboratorium memiliki kuat

    tekan rerata berkisar 32 MPa, namun

    tahun ketiga [29], beton kontrol yang mengalami perendaman dalam air

    laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bula

    berkisar 12 MPa saja (menurun kuat tekannya hingga 62.5 %). Hasil uji

    eksperimental menegaskan bahwa perbandingan berat beton dengan

    bahan tambah berbasis gula dan beton kontrol pasca perendaman dalam

    air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan cukup signifikan, yaitu

    2-2.5%. Untuk kuat tekan, beton dengan bahan tambah berbasis gula dan

    beton kontrol memiliki selisih yang sangat besar, yaitu sekitar 65%.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    KU

    AT

    TE

    KA

    N

    (MP

    a)

    BENDA UJI

    75

    Kuat tekan beton rerata pasca perendaman dalam air laut [29]

    Dari penelitian Hibah Kompetensi tahun pertama [27], beton

    kontrol yang direndam dengan air tawar di laboratorium memiliki kuat

    tekan rerata berkisar 32 MPa, namun dari penelitian Hibah Kompetensi

    beton kontrol yang mengalami perendaman dalam air

    10 m selama 1 bulan hanya memiliki kuat tekan

    berkisar 12 MPa saja (menurun kuat tekannya hingga 62.5 %). Hasil uji

    eksperimental menegaskan bahwa perbandingan berat beton dengan

    bahan tambah berbasis gula dan beton kontrol pasca perendaman dalam

    10 m selama 1 bulan cukup signifikan, yaitu

    2.5%. Untuk kuat tekan, beton dengan bahan tambah berbasis gula dan

    beton kontrol memiliki selisih yang sangat besar, yaitu sekitar 65%.

    BENDA UJI

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    76

    Lingkungan air laut yang agresif menyebabkan serangan air laut.

    Pengaruh serangan air laut dapat mengakibatkan beberapa hal seperti:

    reaksi kimia unsur-unsur air laut pada produk hidrasi semen; ekspansi

    alkali-agregat (bila terdapat agregat reaktif); kristalisasi kristalisasi

    tekanan garam di dalam beton bila salah satu sisi permukaan struktur

    mengalami kondisi basah, sedangkan sisi yang lain mengalami kering;

    erosi fisik akibat gelombang dan benda-benda terapung; serta korosi

    tulangan baja di dalam beton. Bahan tambah berbasis gula pada dasarnya

    mengandung sukrosa, yaitu disakarida yang tersusun atas satuan-satuan

    glukosa dan fruktosa [28]. Kandungan glukosa, glukonat, dan

    lignosulfonat, akan menstabilkan ettringite dalam sistem C3Agypsum

    [9]. Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan

    ettringite. Terbentuknya ettringite ini akan menyebabkan volume beton

    mengembang sehingga mebuat beton pecah. Pemberian bahan tambah

    berbasis gula pada campuran beton akan mengakibatkan ikatan antar

    elemen penyusun beton sangat kuat terutama karena kandungan lignin.

    Pada dosis bahan tambah berbasis gula yang tepat, kristalisasi ettringite

    tidak akan menyebabkan retak pada beton akibat pengembangan volume

    [29].

    Analisi hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa benda uji

    M-II-B-01, meskipun memiliki kuat tekan rerata tertinggi, sekitar 35 MPa

    (Gambar 5.7), komposisi ini memiliki kehilangan berat rerata yang cukup

    besar yaitu 175 gram. Komposisi dengan kode M-II adalah komposisi

    bahan tambah berbasis gula yang lebih besar (0.3% dari berat semen)

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    77

    dibandingkan dengan komposisi dengan kode M-I (0.03% dari berat

    semen). Dengan demikian M-II-B-01 memiliki keunikan karena

    dibandingkan dengan komposisi M-II-A-03 yang keduanya memiliki

    volume 0.3% dari berat semen, namun M-II-B-01 mengalami kehilangan

    berat paling besar. Terdapat dugaan bahwa prosentase gula pasir yang

    lebih besar dalam bahan tambah meningkatkan proses kavitasi

    (kehilangan massa akibat terbentuknya gelembung uap yang meluruhkan

    bagian massa tersebut) [29]. Fenomena ini terjadi pada beton yang

    memiliki kekuatan tinggi, yaitu rentan terhadap terjadinya kavitasi.

    Hasil penelitian-penelitian penulis dan rekan-rekan telah

    membuktikan bahwa bahan tambah berbasis gula untuk campuran beton

    yang menggunakan sukrosa, gula pasir, dan larutan tebu, adalah bahan

    tambah yang ramah lingkungan, mampu meningkatkan kuat tekan beton

    serta memiliki keawetan, sehingga membuktikan bahwa bahan tambah

    berbasis gula ini juga berkelanjutan.

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    78

    5.4. SOAL LATIHAN

    1. Jelaskan tentang kinerja beton berdurabilitas tinggi.

    2. Jelaskan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk

    meningkatkan durabilitas beton.

    3. Jelaskan model-model yang digunakan untuk memprediksi

    durabilitas beton.

    4. Jelaskan mengenai bahan tambah berbasis gula dan bagaimana

    mekanisme lekatan yang ditimbulkan selama proses hidrasi.

    5. Bagaimana masa depan penggunaan material lokal sebagai bahan

    tambah beton? Adakah inovasi-inovasi yang dapat dikembangkan.

    Jelaskan dan diskusikan dalam kelompok.

  • BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI

    79

    5.5. PUSTAKA

    [1] Aggarwal, V., Gupta, SM., dan Sachdeva, SN. (2010). Concrete

    Durability Throuh High Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature

    Review, International Journal of Engineering Science and Technology

    Vol. 2, No. 9, pp. 4473-4477.

    [2] Arum, C. Dan Olotuah, AO. (2006). Concrete Durability Throuh High

    Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature Review, Emirates Journal

    for Engineering Research, Vol. 11, No. 1, pp. 25-31.

    [3] Susilorini, Rr. M.I. Retno. (2009). Pemanfaatan Material Lokal untuk

    Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir,

    Tahun Pertama, DP2M, Ditjen Dikti.

    [4] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Sambowo, Kusno Adi. (2010).

    Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan

    yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Tahun Kedua, DP2M, Ditjen Dikti.

    [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, Sambowo, Kusno Adi, dan Santosa, Budi.

    (2011). Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah

    Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Tahun Ketiga, DP2M,

    Ditjen Dikti.

    [6] Heiyantuduwa, R., dan Alexander, MG. (2009). Studies on prediction

    models for concrete durability, Concrete Repair, Rehabilitation and

    Retrofitting II, Alexander, et. al. (eds), Taylor & Francis Group, London,

    pp. 303-309.

    [7] Medjo Eko, R. dan Riskowski, G.L. (2001). A Procedure for Processing

    Mixtures of Soil, Cement, and Sugar Cane Bagasse, Agricultural

    Engineering International-the CIGR Journal of Scientific Research and

    Development, Manuscript BC 99 001, Vol. III, pp. 1-11.

    [8] Chandler, Cristophe., Kharsan, Margarita., dan Furman, Alla. (2002).

    Sugar Beets Against Corrosion, Corrosion Review Journal, Vol. 20, No.

    4-5, pp.379-390, London, England.

    [9] Peschard, A., Govin, A., Grosseau, P., Guilhot. B., and Guyonnet, R.

    (2004). Effect of polysaccharides on the hydration of cement paste in

  • TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON

    80

    the early age, Journal of Cement and Concrete Research, Author

    Manuscript, Vol. 34, No.11, 2153.

    [10] Frias, Moises., Villar-Cocina, E., dan Valencia-Morales, E. (2007).

    Characterization of