Besi

28
BAB I TEORI DASAR ENDAPAN BESI Kadar (prosentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijih disebut “cut off grade”. Kandungan logam yang terpadat didalam suatu bijih disebut ”tenor off ore”. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis. Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan proses kejadian (genesa) mineral bijih. Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun

description

Besi

Transcript of Besi

BAB I

TEORI DASAR ENDAPAN BESI

Kadar (prosentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam

bijih disebut “cut off grade”. Kandungan logam yang terpadat didalam suatu bijih

disebut ”tenor off ore”. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-cara

pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanya

tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis.

Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral

saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam

Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu

jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam.

Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframit

mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkan

karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan

tertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan

proses kejadian (genesa) mineral bijih.

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter

dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun

seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi

terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki

nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite,

Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite,

Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi

bernilai ekonomis antara lain:

Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite

Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite

Oksidasi: Limonite dan Hematite

Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan

kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara

hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.

Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia,

kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral Susunan kimia Kandungan Fe (%)Klasifikasi

komersil

Magnetit FeO, Fe2O3 72,4Magnetik

ataubijih hitam

Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah

Limonit Fe2O3.nH2O 59 - 63 Bijih coklat

Siderit FeCO3 48,2Spathic, black band,

clay ironstone

Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%.

Besi atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Bentuk murninya

berwarna gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat

mudah bereaksi dan mudah teroksidasi membentuk karat. Sifat magnetism besi

sangat kuat, dan sifat dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat

kekerasan 4-5 dengan berat jenis 7,3-7,8.Besi oksida pada tanah dan batuan

menunjukkan warna merah, jingga, hingga kekuningan. Besi bersama dengan

nikel merupakan alloy pada inti bumi/ inner core. Bijih besi utama terdiri dari

hematit (Fe2O3). dan magnetit (Fe3O4). Deposit hematit dalam lingkungan

sedimentasi seringkali berupa formasi banded iron (BIFs) yang merupakan

variasi lapisan chert, kuarsa, hematit, dan magnetit. Proses pembentukan dari

presipitasi unsur besi dari laut dangkal. Taconite adalah bijih besi silika yang

merupakan deposit bijih tingkat rendah. Terdapat dan ditambang di United

States, Kanada, dan China. Bentuk native jarang dijumpai, dan biasanya

terdapat pada proses ekstraterestrial, yaitu meteorit yang menabrak kulit bumi.

Semua besi yang terdapat di alam sebenarnya merupakan alloy besi dan nikel

yang bersenyawa dalam rasio persentase tertentu, dari 6% nikel hingga 75%

nikel. Unsur ini berasosiasi dengan olivine dan piroksen. Penggunaan logam besi

dapat dikatakan merupakan logam utama. Dalam kehidupan seharti-hari, besi

dimanfaatkan untuk: Bahan pembuatan baja Alloy dengan logam lain seperti

tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan atau

mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnet Katalis dalam

kegiatan industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidang medis, biokimia,

dan metalurgi. Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya

Cebakan bijih besi di Indonesia secara geologis dapat dibedakan atas

tiga jenis endapan yaitu:

Bijih besi kontak metasomatik

Bijih besi laterit, dan

Pasir besi

Endapan bijih besi tersebut tersebar di Indonesia di beberapa daerah di

Indonesia. Kemajuan di bidang industry besi baja di Negara-negara Asia

menyebabkan para pengusaha banyak yang mencari cadangan yang dapat

ditambang.

1.1 BESI PRIMER

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat

dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,

terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang

memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan

tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi,

mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan

batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida)

yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada

zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa.

Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan

bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak

mengandung bijih.

1.2 BESI SEKUNDER

Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa

dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat.

Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika

dari batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat

andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari

proses kimia dan fisika.Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, endapan pasir

pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika

seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara

berulang-ulang, transportasi dan pengendapan.

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:G e n e s a J e n i s

Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residualTerkonsentrasi dalam media padat yang bergerak

Placer eluvial

Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air)

· Placer aluvial atau sungai

· Placer pantaiTerkonsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak

Placer Aeolian (jarang)

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi

langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas

atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi

dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan

ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana

didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan

reaksi kimia (misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini

diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa

daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya

yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets)

permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang

berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih

besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih

menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal

bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil

daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada

batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil

daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan

susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran

partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh

pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang

melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air

yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari

mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan

diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai

batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan

terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran

halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur

menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat. Mineral-

mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit,

ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain

mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan

berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya

diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit

[Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit

(FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan

nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd,

Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon

(ZrSiO4) dan lain-lain.

1.3 BIJIH BESI KONTAK METASOMATIK

Endapan bijih besi kontak metasomatik yang termasuk endapan besi

primer, terjadi akibat adanya pembekuan magma disertai kontak dengan batuan

di sekitarnya pada tekanan dan temperatur tinggi (5500C – 6000C). Bijih besi ini

umumnya mengandung Fe,Cu, Zn, S, dan TiO2.

Bijih besi kontak metasomatik merupakan bijih besi hematit/magnetit, dan

sesuai untuk dilebur pada tanur tiup (blast furnace). Komposisi kimia bihij besi

jenis ini adalah:

Fe 50 – 70 %

Cu, Zn >1 %

TiO2 <0,5 %

Ni dan Co tidak terdeteksi

Jenis bijih ini terdapat di Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,

Sumatera Barat, Bangka – Belitung dan Flores. Jenis bijih besi ini dapat diproses

dengan cara konvensional.

1.4 BIJIH BESI LATERIT

Bijih besi laterit merupakan endapan residual yang terbentuk sebagai

hasil pelapukan, dekomposisi dan akumulasi kimia dari batuan basa atau

ultrabasa. Pada umumnya bijih besi jenis ini mengandung:

Fe 20 – 50 %

Ni 0,6 – 2,6 %

C 0,1 – 0,6 %

Cr 0,1 – 1 %

Jenis bijih besi ini terdapat di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan

Tenggara, dan pulau-pulau di Maluku Utara. Jenis bijih besi ini memerlukan

pengolahan yang lebih kompleks.

1.5 PASIR BESI

Menurut Thomas (1973), pasir besi yang sehari-hari dikenal sebagai

mineral berat atau pasir laut sebenarnya adalah pasir mineral (mineral sands).

Biasanya mengandung mineral utama sebagai berikut:

a. Rutil

Rutil (TiO2) merupakan bahan baku pigmen putih setelah mendapat

perlakuan proses klorida atau sebagai bahan baku logam titanium. Pada tekanan

dan temperatur yang tingg, rutil merupakan salah satu polimorf dari TiO2. Rutil

juga merupakan bentuk yang paling umum dari TiO2 secara alamiah dan juga

merupakan mineral sampingan dengan kadar tinggi pada batuan malihan dan

batuan beku,

Konsentrasi rutil komersial mempunyai kadar mineral 95 % TiO2, dan

sisanya tersiri dari SiO2, Cr2O3. V2O3, Al2O3, FeO. Proses pembentukan rutil yang

lain, menunjukkan adanya unsur tantalum (Ta) dan kolumbium (Cb) dalam rutil.

Unsur-unsur tersebut dapat masuk ke dalam mineral titanium karena radius ion

yang hampir sama antara Ti+4, Ta+5, dan Cb+5. Jika terdapat besi dalam kadar

yangcukup besar, maka disebut ferroan-rutil.

Rutil dapat terentuk karena proses perubahan dari ilmenit atau anatase

menuju ke bentuk yang stabil. Tetapi kadang-kadang ada proses kebalikan

dimana rutil dapat berubah menjadi sfen, ilimenit atau menjadi anarase. Dalam

keadaan murni, rutil berwarna gelap seperti coklat kemerah-merahan dapat juga

hitam, ungu, kuning atau hijau. Berat jenisnya 4,2 dan kekerasaannya 6,5 Mohs.

b. Zirkon

Zirkon (ZrO2, SiO2) digunaan sebagai pasir atau pelapis (glaze) atau

bahan logam. Zirkon terjadi di dalam batuan beku asam, seperti misalnya granit,

sienit. Zirkon mungkin bisa diemukan sebagai butiran dalam pasir dan batu

kerikil. Zirkon dapat berupa tanpa belahan yang baik; bisa rapuh; dengan

pecahan membawang; kekuatan 7,5; bergaya berat khusus, dengan variable

antara 4,2 hingga ,8; berkilau,adamantin, memiliki warna-warna cemerlang;hijau,

kuning-kehijauan, kuning-keemasan, merah, merah-kecoklatan, coklat dan biru.

c. Ilmenit

Ilmenit (FeTiO3) adalah bahan pigmen menggunakan perlakuan sulfat,

atau bahan logam titanium dan bahan aditif dalam metalurgi. Secara literature

rumus kimia ilmenit adalah Fe.TiO2. Hal tersebut telat ditunjukkan oleh Ramdohr

(1950) dimana lebih dari 6 % Fe2O3 dapat larut dalam larutan padat, dan pada

10500C deret larutan padat berada antara ilmenit dan hematit (Nichols, 1950).

Hematit berada bersama ilmenit sebagai lamel-lamel bekas larutan. Magnesium

dan mangan dapat menggantikan besi dalam ilmenit sebagai MgTiO3 (geikelit)

dan MnTiO3 (pirofirit), tetapi biasanya kedua unsur tersebut berada sebagai

pengotor yang sangat kecil. Magnetit berasosiasi dengan ilmenit terjadi pada

batuan beku dan malihan. Ilmenit mempunyai berat jenis 4,7 dan kekerasannya

5,5 Mohs, kadar TiO2 teoritis 52 %. Kadar TiO2 lebih besar dari 52 %, disebabkan

oleh penggantian yang dan penyusupan secara submikroskopis rutil ke dalam

ilmenit. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelebihan TiO2 akan

menyebabkan kehadiran mineral baru arizonite dengan rumus kimia 3 TiO2 .

Fe2O3.

d. Monasit

Monasit [(Ca La Dy) PO4 (ThSi) O2] merupakan bahan mineral jarang.

Biasanya lanthanum, La terdapat dengan rasio 1 :1 dengan serium. Ytrium

dengan jumlah kecil terdapat sebagai pengganti Ce dan La. Torium sebagai

pengganti Ce dan La biasanya terdapat dengan jumlah sampai 10 % ThO2.

Serangkaian mineral monasit kemungkinan mengandung 30 % ThO2. Monasit

yang tidak mengandung torium sangat jarang. Kandingan uranium-U kadang-

kadang juga terdapat di dalamnya. Monasit mempunnyai sistem kristal monoklin.

Kristalnya berbentuk prisma dan biasanya sangat kecil, tetapi kadang-kadang

bisa besar. Warnanya bervariasi dari putih sampai kekuningan, hijau dan coklat .

Mineral ini tersebar secara luas sebagai butiran ubahan genes. Endapan sungai

dan pasir pantai kemungkinan mengandung monasit komersial. Mineral minor

pasir besi adalah:

- Garnet yang digunakan sebagai bahan ampelas dan sand blasting,

- Leukoksen, dan

- Turnalin

BAB II

TIPE ENDAPAN BESI

Endapan Bijih Besi di Ragal, Lampung

Bijih besi ini ditemukan dalam endapan primer yang berbentuk lensa-

lensa. Salah satu lensa yang besar terdapat di permukaan dekat G. Ragal,

sedangkan sisanya berupa lensa-lensa kecil. Endapan ini juga berbentuk bijih

yang kompak, gumpalan, blok-blok dan bongkah-bongkah, terkadang

membentuk pasir magnetik.

Akibat pengaruh pelapukan, endapan ini terakumulasi dan terbebas dari

sulfida. Mineral yang tahan erosi disini adalah dari jenis magnetit dan hematit.

Batuan induknya adalah granit dan granodiorit. Mineral pembentukannya adalah

ortoklas, biotit, dan plgioklas. Endapan bijih besi ini berwarna coklat, dan di

sekitar endapan terdapat pelapukan granit sebagai lempung.

Menurut Kurten Van Wedexro (1960), jumlah cadanannya adalah seperti

pada tabel dibawah ini. Hasil analisis percontoh menunjukkan bahwa bijih besi

dari daerha ini mengandung 65 % Fe, <0,001 P dan S

Tabel jumlah cadangan pasir besi di G. Ragal, Lampung

Lokasi Jenis endapan Jumlah cadangan (ton)

BurhanBijih primer 200.000 ton, dapat ditambang

Bijih lapuk 96.000 ton, dapat ditambang

Tanjung SenangBijih primer -

Bijih lapuk 9.500 ton, dapat ditambang

Karangan Bijih primer 5.000 ton, dapat ditambang

Endapan Bijih Besi di Tanalang

Tanalang terletak di sebelah barat Pegunungan Meratus, Samarinda. Bijih

besinya merupakan kontak metasomatik dari bijih magnetik. Daerah Tanalang

diketahui sebagai anticlinorium, dengan adanya effusive yang berumur Cretasius,

terletak di antara batuan diorite dan batuan sedimen sebagai penutup. Panjang

badan bijih ±210 m, dengan lebar rata-rata 100m. Bijih ini tersebar di daerah

yang luas sebagai garnet-gampingan dan jenis lainnya. Dari jenis eksplorasi

yang pernah dilakukan sebagai kerjasama Rusia-Indonesia, diperoleh cadangan

bijih magnetik deluvial, dengan estimasi cadangan sebesar 2.696.000 ton.

Sedangkan estimasi cadangan magnetik cadangan primer adalah 1.986.000 ton.

Bijih magnetik ini mempunyai karakteristik kandungan besi yang tinggi

dan material ikutan relatif rendah.

Endapan Bijih Besi di Daerah Pleihari

Endapan bijih besi di daerah Pleihari telah diketahui sejak tahun 1850

oleh van Gaffron, pada waktu melakukan pemetaan topografi. Bijih besi ini

terdapat di G. Tembaga dan Sungai Pontain.

Secara geologis, daerah Pleihari termasuk pre-Cenomian porfiri, dengan

batuan sedimen batuan pasir, batusabak-lempung, dan napal yang mengalami

pemampatan oleh adanya patahan sebagai akibat dari berlanjutnya aktivitas

pengangkatan dan proses dekomposisi konglomerat dan batu pasir. Endapan

laut yang berumur Eosen sampai Pliosen, terjadi dalam beberapa tipe dan

berbeda dengan proses geologis.

Endapan Bijih Besi Daerah Kukusan, Kalimantan Tenggara

Endapan bijih ini terletak 30 – 35 km sebelah timur Kotabaru (Pulau Laut)

dn sekitar 40 km dari kota Pagatan. Endapan ini diketahui sejak awal abad ini,

diantaranya oleh Macke (1981-1919), Dickman (1920), Ubagh (1934, 1938,

1940), van Goetner, Wirts dan Klees (1956).

Dibawah kondisi panas dan iklim, batuan ultrabasa (eridotit, harsbuhit,

serpentinisasi, dunit dan lainnya) dipermukaan mengalami pelapukan sehingga

terjadi pengayaan besi. Pada kala Eosen terjadi puncak pelapukan akibat

adanya erosi yang intensif dan terendapkan kembali sehingga terjadi endapan

sedimen bijih besi. Keberadaan endapan ini tidak tergantung pada keberadaan

nikel, tetapi mengandung banyak silica. Mineral lain yang terkandung di

dalamnya antara lain kaolinit, ilit dan kuarsa.

Endapan Pasir Besi Cilacap

Endapan pasir besi terdapat dipantai yang tersebar sepanjang 40 km di

sebelah timur kota Cilacap. Endapan ini merupakan endapan alluvial yang

tersebar searah garis pantai. Endapan alluvial laut yang kaya akan besi sedikit

ditumbuhi tanaman, sedangkan endapan yang verumur tua ditumbuhi oleh padi

dan rumput.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap endapan pasir besi

Cilacap antara lain oleh Pemerintah Belanda (1919), Kraeff (1956), Kerjasama

Nippn Kokan Kabushiki Kaisha Japan dengan Departemen Pertambangan

Indonesia (1960 dan 1961), Nisco Steel Mfg.Co.Ltd, Japan dan Departemen

Pertambangan (1962).

Tanah daerah ini terdiri atas lapisan pasir dan lapisan lempung alluvial

yang berasal dari Pegunungan Selo yang terdiri atas breksi andesitic dan tufa

yang berumur Tersier. Bagian alluvial yang baru dapat terlihat sepanjang pantai

dengan formasi menuju ke arah laut.

Mineral pembentuk batuan ini adalah magnetitm dan bijih besi bertitan

(ilmenit), augit, kuarsa, hornblende, plagioklas, dan yang jarang adalah hematit,

geotit, dan epidot. Cadangan pasir besi Cilacap berdasarkan laporan Niss Steel

sebesar 6.516.930 ton dengan kadar Fe 51-55 %, FeO 19-31 %, Fe2O3 44-45 %,

TiO2 9-11 %, sudah habis ditambang PT.Antam.

Endapan Pasir besi Yogyakarta

Seperti halnya endapan pasir bertitan yang terdapat disepanjang pantai

selatan Pulau Jawa lainnya, endapan pasir besi bertitan pada daerah ini juga

merupakan endapan alluvial pantai. Bagian yang tua dari endapan ini terdapat

agak masuk ke daratan sedangkan yang lebih muda dapat dilihat sepanjang

pantai. Cadangan endapan pasir besi yang terdapat di Pantai daerah Yogyakarta

tersebar antara Sungai Bogowonto sampai ke Sungai Progo, membujur

sepanjang 22 km, dan terbentang dengan lebar 1,2 km.

Secara umum endapan pasir besi mempunyai karakteristik yang sama.

Hal ini disebabkan oleh sejarah pembentukan dan asal geologis yang sama.

Karakteristik ini antara lain meliputi hubungan kadar dengan kehalusan butir,

dimana pada endapan dengan kadar yang tinggi biasanya menunjukkan lebih

banyak mineral titanomagnetis berukuran halus dan terliberasi, sedang pada

kadar yang rendah banyak butiran titanomagnet yang berukuran kasar dan

terikat dalam mineral-mineral ikutan. Gejala umum pada endapan pasir besi,

bahwa makin kearah kedalaman makin banyak dijumpai butir-butir yang lebih

kasar, terdiri atas butiran-butiran magnetit yang tergabung dengan mineral ikutan

dan kadar besi makin rendah karena butiran magnetit yang lepas makin

berkurang. Adanya TiO2 didalam mineral-mineral magnetit menyebabkan kadar

TiO2 yang cukup tinggi (7 % - 10%).

Pada umumnya endapan pasir besi Yogyakarta e=menunjukkan butiran

kasar dengan sedikit mineral magnetit yang lepas, mencakup mineral magnetit

dan penyertanya. Butiran yang lebih bersegi dan kasar, tampak lebih menonjol.

Komposisi mineral pasir besi Yogyakarta ini di satu pihak terdiri atas butiran

magnetit yang sudah lepas dan halus (misalnya magnetit yang berada di dalam

mineral ikutan lainnya seoerti silica yang pada umumnya berukuran kasar), dan

di lain pihak, butir mineral ikutan agak lebih kasar seperti piroksen, feldspar, dan

kuarsa. Mineral ikutan lainnya adalah apatit dan kalsit.

BAB III

TAHAPAN EKSPLORASI

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak

dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis

eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai

pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi

primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai

pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi

sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan

lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur

dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi,

peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi,

loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan

peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi

meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi,

survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis

laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia

dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2,

S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara

lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data

adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan

melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi

rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang

berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap

eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral

yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal

dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-

dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan

singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-

aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan

adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek

geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi,

mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan

conto berupa batuan terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik

batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan

mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang

mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak

langsung.

Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan

geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai

nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai

standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap

optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara

lain :

Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi

seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping

Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan

sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih

besi bawah permukaan.

BAB IV

KESIMPULAN

Cebakan besi di Indonesia berdasarkan cara terbentuknya dibagi atas

tiga bagian, yaitu bijih besi metasomatik, bijih besi laterit dan pasir besi, Bijih besi

metasomatik dianggap tidak ekonomis untuk diusahakan karena cadangannya

kecil. Bijih besi laterit berpeluang untuk diusahakan karena cadangannta cukup

besar. Pasir besi sudah pernah dieksploitasi oleh PT.Antam, namun masih

berpeluang untuk diusahakan kembali dengan skala lebih besar.

Secara umum endapan bijih besi yang dikenal selama ini adalah endapan

bijih besi primer (kontak metasomatik/ skarn), endapan lateritik dan endapan

plaser, dari beberapa uraian yang dikemukakan sebelumnya menyebutkan

bahwa keberadaan bijih besi di ds. Pandean menyisip di dalam batuan sedimen

karbonan berbutir pasir sedang dengan struktur laminasi yang juga ditemukan

dibeberapa lokasi lain, di blok Tumpakuni – Saroliman menyisip diantara tufa

breksi dengan tufa pasiran sedangkan di Kalitelu – Bakalan ataupun di ds. Sobo

berada diantara batuan gunungapi andesitan dengan tufa pasiran. Bijih besi yang

ada di daerah ini umumnya berupa magnetit - hematit dan di beberapa tempat

terlihat adanya bercak-bercak pirit mengisi rekahan pada tubuh bijih besi.

LAMPIRANPeta Sebaran Sumberdaya Mineral Di Indoesia

Foto Sebaran pasir besi di Cipatujah, Tasikmalaya

Tabel Sumberdaya Dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2008)

Tabel Sumberdaya Dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2003)

Jenis CebakanSumberdaya (ton) Cadangan (ton)

Bijih Logam Bijih Logam

Bijih Besi Primer 381.107206,95 198.628764,63 2.216.005 1.383256,80

Laterit Besi 1.585.195.899,30 631.601.478,77 80.640.000 1.383256,80

Pasir Besi 1.014.797.646,30 132.919.134,62 4.732.000 15.063.748

Besi Sedimen 23.702.188,00 15.496.162,00 - -

Sumber : Neraca Sumber Daya Mineral Logam dan Non Logam, Pusat Sumber Daya Geologi 2008

Jenis CebakanSumberdaya (ton) Cadangan (ton)

Bijih Logam Bijih Logam

Bijih Besi Primer 76.147.311 35.432.196

Laterit Besi 1.151.369.714 502.317.988 215.160.000 8.193.580

Pasir Besi 89.632.359 45.040.808 28.417.60015.063.748

Sumber : Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun 2003,

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2004

Tabel Sumberdaya Dan Cadangan Bijih Besi Laterit

Tabel Sumberdaya Dan Cadangan Bijih

Besi Laterit

Jenis CebakanSumberdaya (ton) Cadangan (ton)

Bijih Logam Bijih Logam

Nanggroe Aceh Darussalam 400.000

Lampung 135.000 93.150

Banten 126.000 61.147.000

Jawa Barat 500.000 225.000

Jawa Timur 84 46,58

Kalimantan Selatan 560.247.700 265.371.407

Sulawasi Selatan 371.500.000 182.035.000

Sulawesi Tenggara 59.080.930 10.261.997 4.520.000 670.349

Maluku 193.425.000 58.50.000 52.320.000 7.218.856

Sumber : Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun 2003,

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2004

Jenis CebakanSumberdaya (ton) Cadangan (ton)

Bijih Logam Bijih Logam

Nanggroe Aceh Darussalam 124.124 68.268

Bengkulu 738.241 434.027

Lampung 74 34

Jawa Barat 23.165.506 11.925.668 10.465.200 5.894.001

Yogyakarta 60.606.000 30.727.000

Jawa Timur 1.100 462 700.000 351.400

Nusa Tenggara Barat 4.270 2.859

Nusa Tenggara Timur 175.000 89.250

MalukuSulawesi Selatan 3.402.500 1.357.125

Sulawesi Tengah 609.772 1.824.110

Sumber : Sumber daya dan Cadangan Nasional Mineral, Batubara dan Panas Bumi Tahun 2003,

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2004

DAFTAR PUSTAKA

Edwin A Daranin dan Harsodo, Penambangan dan Pengolahan Pasir Besi di

Indonesia, Penerbit Tekmira, Bandung, 205 halaman.

Setiawan B., Pardiarto B., Sunuhadi.D.N., 2004, Peluang Pemanfaatan Bijih Besi

di Indonesia, Mineral and Energy, Vol.2 No.5 Desember, hal 45-50.

Satrio, Desember 2012, “BIJIH BESI”.

satriopage.blogspot.com/2012/12/makalah-iron-ores-bijih-besi_1.html.

Diakses pada tanggal 20 Mei 2014