BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf ·...

72
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2015 KEMENDAGRI. APBD. Tahun 2016. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); www.peraturan.go.id

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf ·...

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.903, 2015 KEMENDAGRI. APBD. Tahun 2016.Penyusunan. Pedoman.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR 52 TAHUN 2015

TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATANDAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (2)Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkanPeraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesiatentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Tahun Anggaran 2015;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 166, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5589);

www.peraturan.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 2

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4578);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016.

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yangdibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD danditetapkan dengan peraturan daerah.

2. Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok-pokok kebijakan sebagaipetunjuk dan arah bagi pemerintah daerah dalam penyusunan,pembahasan dan penetapan APBD.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan PemerintahKabupaten/Kota.

4. Kepala Daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota.Pasal 2

(1) Pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016, meliputi:a. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan

Pemerintah;b. Prinsip Penyusunan APBD;c. Kebijakan Penyusunan APBD;d. Teknis Penyusunan APBD; dane. Hal-hal Khusus Lainnya.

(2) Uraian pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiransebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 3Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.peraturan.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.9033

Agar setiap orang mengetahuinya Peraturan Menteri Dalam Negeri inidiundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 10 Juni 2015MENTERI DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA,

TJAHJO KUMOLODiundangkan di Jakartapada tanggal 18 Juni 2015MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 4

LAMPIRANPERATURAN MENTERI DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIANOMOR 52 TAHUN 2015TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2016

I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 dijelaskan bahwaRKP Tahun 2016 merupakan penjabaran tahun kedua dari RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019 dan jugamerupakan kesinambungan upaya pembangunan yang terencana dansistematis serta dilaksanakan baik masing-masing maupun seluruh komponenbangsa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secaraoptimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untukmeningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.

RKP memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomimakro, program-program kementerian/lembaga, lintas kementerian,kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif sesuai maksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tema RKP Tahun 2016adalah “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat PondasiPembangunan Yang Berkualitas”.

Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 disusun sebagai berikut:1. Sasaran Makro;2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;4. Sasaran Dimensi Pemerataan;5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar Wilayah;6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Sesuai dengan Tema dan Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 tersebut,maka:1. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan untuk tumbuh sekitar 6,6 persen;2. Inflasi ditargetkan pada kisaran 3,0 persen sampai dengan 5,0 persen;3. Jumlah penduduk miskin berkisar antara 9,0 persen sampai dengan 10,0

persen;4. Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan sebesar 5,2 persen sampai

dengan 5,5 persen.

www.peraturan.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.9035

Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai penjabaranoperasional dari Strategi Pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015 -2019 dalam upaya melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional untukmemenuhi Nawa Cita, yaitu:1. Cita 1

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;

2. Cita 2

Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,dan terpercaya;

3. Cita 3

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah -daerahdan desa dalam kerangka negara kesatuan;

4. Cita 4

Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem danpenegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

5. Cita 5

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;6. Cita 6

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional;7. Cita 7

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektorstrategis ekonomi domestik;

8. Cita 8

Melakukan revolusi karakter bangsa; dan9. Cita 9

Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yangtertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan dalamstrategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015 -2019, terdiri dariempat bagian utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensipembangunan; (3) kondisi yang diperlukan agar pembang unan dapatberlangsung; serta (4) program-program quick wins. Tiga dimensipembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor -sektoryang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015 -2019 yangselanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2016.

Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapatdijelaskan sebagai berikut:1. Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sektor pendidikan

dengan melaksanakan program Indonesia pintar , sektor kesehatan denganmelaksanakan program Indonesia sehat , perumahan rakyat, melaksanakanrevolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan dan memperkuatrestorasi sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusi mental. Program-

www.peraturan.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 6

program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari CitaKelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dari Nawa Cita.

2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas kedaulatanpangan, kedaulatan energi dan ketenaga-listrikan, kemaritiman, pariwisata,industri dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program -programpembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Pertama, CitaKeenam, dan Cita Ketujuh dari Nawa Cita.

3. Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan prioritas padaupaya pemerataan antar kelompok pendapatan, pengurangan kesenjanganpembangunan antar wilayah. Program-program pembangunan dalamdimensi ini merupakan penjabaran dari Cita Ketiga, Cita Kelima, dan CitaKeenam.

4. Kondisi yang diperlukan memuat program untuk peningkatan kepastiandan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokra si,tata kelola dan reformasi birokrasi. Program-program pembangunan untukmenciptakan kondisi ini merupakan penjabaran dari Cita Pertama, CitaKedua, dan Cita Keempat.

Selanjutnya, 3 (tiga) dimensi pembangunan dan kondisi yang diperlukantersebut di atas dijabarkan ke dalam 1 (satu) lintas bidang dan 9 (sembilan)bidang pembangunan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -2025, dengan isu-isustrategis pada masing-masing bidang sebagai berikut:1. Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang:

a. Pengarusutamaan1) Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan difokuskan pada upaya tetap menjagapertumbuhan ekonomi pada yang dapat menjaga stabilitas makro,pertumbuhan ekonomi yang meluas dan terutama per cepatanpertumbuhan di luar pulau Jawa dan khususnya wilayah perbatasan,pembangunan sosial yang meningkat, serta efisiensi pemanfaatansumberdaya alam dan tetap menjaga kualitas lingkungan hidup, sertapelestarian alam.

2) Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Diarahkan untuk penguatan kapasitas pemerintah dan perluasanruang partisipasi masyarakat, dengan penekanan pada:a) Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik;b) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan;c) Peningkatan kapasitas birokrasi melalui pelaksanaan reformasi

birokrasi di pusat dan daerah; dand) Peningkatan kualitas pelayanan publik.

3) Pengarusutamaan Gender

Merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalampembangunan, yang ditujukan untuk mewujudkan kesetaraangender dalam pembangunan yang dimulai dari proses perencanaan,penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruhkebijakan, program dan kegiatan pembangunan.

www.peraturan.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.9037

b. Pembangunan Lintas Bidang1) Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan

Membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuhmenghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas, penyelenggaraanperlindungan sosial yang komprehensif, pengembangan penghidupanberkelanjutan (peningkatan kesejahteraan keluarga), perluasan danpeningkatan pelayanan dasar.

2) Perubahan Iklim

Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi GasRumah Kaca (GRK) dan adaptasi yaitu peningkatan ketahananmasyarakat dan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim, yaitupetani dan nelayan serta wilayah yang rentan seperti pesisir atau kotayang terletak dekat dengan pantai, pegunungan yang mudah terkenakekeringan serta upaya peningkatan kesehatan atas berbagaigangguan kesehatan akibat dampak perubahan iklim.

3) Revolusi Mental

Pembangunan kebudayaan pada tahun 2016 diarahkan untukmeningkatkan kemandirian bangsa yang ditandai oleh tegaknyakedaulatan politik, ekonomi yang berdikari, dan kuatnya kepribadianbangsa dalam kebudayaan, yang bersumber dari nilai -nilai luhurbudaya Nasional (gotong royong, toleransi, harmoni, solidaritas,kesetiakawanan) untuk mengembangkan budaya pelayanan.

2. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Arah kebijakan pembangunan bidang sosial budaya dan kehidupanberagama difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusiayang dilakukan melalui:a. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang diarahkan

untuk mengendalikan kuantitas penduduk melaluiprogramkependudukan, Keluarga Berencana (KB),meningkatkankualitas penduduk dan pembangunan keluargauntukmendorong masyarakat Indonesia dalam membentukkeluargakecil, bahagia, dan sejahtera, pengarahan danpenataan persebaranpenduduk, serta penguatan data daninformasi kependudukan dalampengembangan kebijakandan program pembangunan yang berbasisbukti.

b. Pembangunan pendidikan, khususnya program IndonesiaPintar yangdiarahkan untuk mempercepatpeningkatan taraf pendidikan seluruhmasyarakat, melanjutkan upaya untuk memenuhi hakseluruhpenduduk mendapatkan layanan pendidikan dasarberkualitas ,meningkatkan akses, kualitas, relevansi, danda ya saing pendidikanmenengah dan tinggi, menurunkankesenjangan partisipasi pendidikanantar kelompok sosialekonomi, antar wilayah dan antar jenis kelamin,yangberpihak pada seluruh anak dari terutama anak darikeluargakurang mampu, meningkatkan kualitaspembelajaran untuk peningkatanpendidikan karakter, danmeningkatkan profesionalitas guru,pengelolaan, sertapendistribusiannya.

www.peraturan.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 8

c. Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat terutama melaluiprogram Indonesia Sehat yang diarahkan untuk meningkatkan statuskesehatan ibu dananak, menurunkan kekurangan gizi dan kelebihangizimelalui pendekatan lintas sektor, serta mengendalikanpenyakit baikmenular maupun tidak menular, menguatkan sistem kesehatanterutama pengembanganjaminan kesehatan melalui Kartu IndonesiaSehat, sistempemantauan dan evaluasi melalui pengembangansisteminformasi dan penelitian dan pengembangan , serta pemenuhantenaga kesehatan,farmasi dan alat kesehatan.

d. Pembangunan perpustakaan yang diarahkan untuk menin gkatkanbudaya gemar membaca dan kualitas layanan perpustakaan, baikkapasitas dan akses, maupun utilitas, melalui sinergi antaraperpustakaan dengan satuan pendidikan, promosi gemar membacadengan memanfaatkan perpustakaan dan pola partisipasi industripenerbitan dan masyarakat dalam menciptakan komunitas baca.

e. Pembangunan pemuda dan olahraga yang diarahkan untukmeningkatkan peran aktif dan partisipasi pemuda dalam berbagai bidangpembangunan serta menumbuhkan dan meningkatkan budaya danprestasi olahraga.

f. Pembangunan agama yang diarahkan untuk meningkatkanpemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagailandasan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,meningkatkan pelayanan kehidupan beragama yang berkualitas antaralain dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji danumrah, serta mewujudkan harmonisasi sosial dan kerukunan umatberagama.

g. Pembangunan kebudayaan yang diarahkan untuk mendukungterwujudnya insan Indonesia yang bermartabat, berkarakter dan berjatidiri yang mampu menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan peradabanluhur ditengah pergaulan global.

h. Pembangunan pelayanan kesejahteraan sosial yang diarahkan untukmemenuhi hak-hak dasar mereka, menyediakan akses layanan dasardan kesempatan yang sama dan setara, serta menciptakan layananpublik dan lingkungan masyarakat yang inklusif, sehingga penyandangdisabilitas dan lanjut usia dapat menjadi sumber daya manusia yangproduktif dan berkontribusi dalam pembangunan.

i. Pembangunan pemberdayaan perempuan yang dia rahkan untukmempercepat pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) diberbagai bidang pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

j. Pembangunan perlindungan anak yang diarahkan untuk menjaminterpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berk embang, danberpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.

3. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untukmendorongperekonomian Indonesia ke arah yang lebihmaju, yang jauh lebih baik, yangmampu menciptakanpeningkatan kesejahteraan rakyat.

www.peraturan.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.9039

Tercapainyakesejahteraan rakyat ini harus didukung oleh berbagaikondisipenting yang meliputi:a. Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta

berkelanjutan;b. Terciptanya sektor ekonomi yang kokoh; sertac. Terlaksananya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan

yang akan dilaksanakan diantaranya melalui sistem jaminan sosialnasional.

Penguatan bidang ekonomi juga dilakukan pada pembangunan kedaulatanpangan, perwujudan kedaulatan energi, dan akselerasi industri danpariwisata yang didukung oleh penguatan infrastruktur, pertanian, maritimdan kelautan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupunkebutuhan ekspor.

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam bentuk memberikansumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi, keberlanjutan danpemanfaatan sumber daya alam dan penyiapan masyarakat Indonesiamenyongsong kehidupan global yang maju dan modern.

5. Pembangunan Politik

Pembangunan politik dalam negeri merupakan satu proseskonsolidasidemokrasi secara berkelanjutan untukmeningkatkan kinerja lembaga -lembaga demokrasi,meningkatkan kualitas kebebasan sipil dan hak -hakpolitikwarga negara, termasuk memberikan akses yang lebih luasuntukkelompok-kelompok marjinal pada prosespengambilan keputusan politik.Pembangunan politikdalam negeri merupakan bagian dari kondisi perluuntukmendukung tiga dimensi pembangunan nasional, yangmenjadiamanat Nawa Cita yakni membuat pemerintahtidak absen denganmembangun tata kelola pemerintahanyang bersih, efektif, demokratis, danterpercaya.

6. Pembangunan Pertahanan dan Keamanana. Pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan almatsus POLRI;b. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit TNI, serta p rofesionalisme

POLRI;c. Intelijen dan kontra intelijen;d. Penanganan gangguan keamanan di wilayah perbatasan dan

pelanggaran hukum di laut;e. Penurunan prevalensi penyalahgunaan narkoba;f. Sistem keamanan yang integratif.

7. Hukum dan Aparatur

Pembangunan bidang hukum dan aparatur memiliki peranyang pentingdalam menciptakan landasan yang kokohbagi kehidupan berbangsa danbernegara, sebagai pilarpenyelenggaraan pemerintahan serta sebagaikondisi yangdiperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional .a. Sub Hukum

1) Penegakan hukum yang berkualitas,2) Pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif,

www.peraturan.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 10

3) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas keadilan bagiwarga negara.

b. Sub Bidang Aparatur

Terwujudnya birokrasi pemerintah yang berkinerja tinggi, bekerja efektifdan efisien, berintegritas tinggi, dan berpegang pada prinsip -prinsipakuntabilitas, transparansi dan partisipasi.

8. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruanga. Informasi Geospasial meliputi:

1) Kebijakan Data dan Informasi Geospasial untuk Tata Ruang Wilayah(RTRW) dimana kedudukan bidang data dan informasi geospasialmemiliki nilai strategis pada proses perencanaan berbasiskewilayahan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan perencanaanpenyusunan RTRW yang meliputi peta dasar dan peta tematik;

2) Kebijakan Pembatasan pada Skala 1:25.000, dimana dengankebijakan ini, penggunaan APBN hanya difokuskan untuk pengadaandata dasar untuk peta dasar minimal skala 1:25.000;

3) Kebijakan Kurva Tertutup bagi Wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI), dimana kebijakan ini ditujukan untuk memetakanbatas wilayah Negara NKRI secara tuntas dan mencantumkannyadalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan;

4) Kebijakan Super Data Bank dan PNBP, dimana kebijakan iniditujukan untuk meningkatkan distribusi data dan informasi spasi altelah dilakukan Pemerintah melalui Jaringan Informasi GeospasialNasional (JIGN) dengan membangun web yang dapat diakses olehseluruh stakeholder; dan

5) Kebijakan Kerjasama Pengadaan Tenaga Surveyor dan Tenaga AhliGeospasial, dimana dengan kebijakan ini diharapkan dapat tersediatenaga surveyor dan tenaga ahli data dan informasi spasial sesuaidengan kebutuhan.

b. Tata Ruang1) Memperkuat sistem pertahanan;2) Memperkuat jati diri sebagai negara maritim;3) Membangun transparansi dan tata kelola pemerintahan;4) Menjalankan reformasi birokrasi melalui pembentukan perangkat

PPNS Bidang Tata Ruang;5) Membuka partisipasi publik dengan melibatkan masyarakat dan

dunia usaha secara aktif dalam penyelenggaraan penataan ruang;dan

6) Mewujudkan kedaulatan pangan.c. Pertanahan

1) Reforma Agraria 9 (sembilan) juta hektar (land reform); dan2) Jaminan kepastian hukum atas tanah.

d. Perkotaan dan Perdesaan

Difokuskan pada pembangunan wilayah perkotaan dalam rangkamembangun kota berkelanjutan dan berdaya saing, memenuhi standarpelayanan minimum khususnya di desa-desa tertinggal dan perbatasan,yang akan disi oleh penguatan tata kelola pemerintahan Desa yang baik.

www.peraturan.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90311

e. Kawasan Strategis

Pemerataan pembangunan antar wilayah, terutama di kawasan timurIndonesia.

f. Kawasan Perbatasan

Difokuskan pada percepatan pembangunan di lokasi -lokasi prioritasperbatasan di berbagai bidang, terutama peningkatan bidang ekonomi,sosial, pertahanan dan keamanan.

g. Daerah Tertinggal

Dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektorterhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal.

h. Otonomi Daerah1) Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;2) Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih resp onsif,

akuntabel, transparan dan efisien;3) Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan

pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan;4) Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan

kondisi dan kemampuan daerah;5) Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem NKRI.

9. Penyediaan Sarana dan Prasarana

Arah kebijakan pembangunan sarana dan prasarana dilaksanakan dalamrangka:a. pemenuhan terhadap layanan dasar, melalui: peningkatan akses

terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan,dengan menjamin ketahanan sumber daya air domestik melaluioptimalisasi neraca air domestik dan peningkatan layanan sanitasi,menyediakan infrastruktur produktif dengan menerapkan manajemenaset baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, dan investasi, sertameningkatkan sinergi pembangunan air minum dan sanitasi;

b. pemenuhanterhadap hunian yang layak bagi masyarakatberpendapatanrendah, dengan meningkatkan peran fasilitasi pemerintahdanpemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru(sewa/milik) danpeningkatan kualitas hunian, yang didukungpeningkatan tata kelola danketerpaduan antara parapemangku kepentingan pembangunanperumahan, mengembangkan sistem karir perumahan (housing careersystem) sebagai dasar penyelesaian backlog kepenghuniandanpengembangan industrialisasi perumahan, sertameningkatkan efektifitasdan efisiensi manajemen lahan danhunian perkotaan .

10. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidupa. Memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai

sumber daya dan modal pembangunan;b. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan untuk mendu kung

kekuatan industri nasional.

www.peraturan.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 12

c. Melakukan konservasi dan menjaga pemanfaatan sumber dayaalam dan lingkungan hidup secara lestari untuk menjagapembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan uraian tersebut, pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota harus mendukung tercapainya sasaran dan 1 (satu) lintasbidang serta 9 (sembilan) bidang pembangunan tersebut sesuai dengan potensidan kondisi masing-masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaiansasaran dan 1 (satu) lintas bidang serta 9 (sembilan) bidang pembangunandimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara pemerintahprovinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota denganpemerintah dan pemerintah provinsi yang dituangkan dalam Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD).

Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih lanjutdituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancanganPrioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersamaantara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBDTahun Anggaran 2016. KUA dan PPAS pemerintah provinsi Tahun 2016berpedoman pada RKPD provinsi Tahun 2016 yang telah disinkronisasikandengan RKP Tahun 2016, sedangkan KUA dan PPAS pemerintahkabupaten/kota berpedoman pada RKPD kabupaten/kota Tahun 2016 yangtelah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2016 dan RKPD provinsi Tahun2016.

Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS sesuaiPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Da lamNegeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,dalam bentuk Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut:

www.peraturan.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90313

Tabel 1

Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalamRancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 danRancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun

Anggaran 2016 dengan Bidang Pembangunan Nasional

NoBidangPembangu

nan Nasional

UraianAlokasi Anggaran Belanja Dalam

Rancangan APBD

Program

BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,

BantuanSosial, Bagi

Hasil,Bantuan

Keuangan,Belanja Tidak

Terduga

Program

(Rp)

BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,

BantuanSosial, Bagi

Hasil,Bantuan

Keuangan,Belanja Tidak

Terduga

(Rp)

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7=5+6

www.peraturan.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 14

Keterangan:1. Kolom 2 diisi dengan urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajib

maupun urusan pilihan, yang disesuaikan dengan masing -masing bidangpembangunan nasional;

2. Kolom 3 diisi dengan nama program pada urusan pemerintahan daerahtertentu yang target kinerjanya terkait dengan bidang pembangunannasional;

3. Kolom 4 diisi dengan jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsungyang terkait dengan urusan pemerintahan daerah dan bidangpembangunan nasional;

4. Kolom 5 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 3;5. Kolom 6 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pad a kolom 4; dan6. Kolom 7 diisi dengan jumlah antara kolom 5 dan kolom 6.

1.

2.

3.

4.

s.d

10.

Pengarusutamaandan PembangunanLintas Bidang,meliputi urusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

Sosial Budaya danKehidupanBeragama, meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

PembangunanEkonomi, meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

dst ….

Sumber Daya Alamdan LingkunganHidup), meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

www.peraturan.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90315

Tabel 2.

Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah

tentang Penjabaran APBD dengan Prioritas Provinsi

Keterangan:1. Kolom 2 diisi dengan prioritas provinsi;2. Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran belanja langsung dan

tidak langsung sesuai prioritas provinsi yang didasarkan pada urusanpemerintahan daerah kabupaten/kota; dan

3. Kolom 5 diisi dengan jumlah antara kolom 3 dan kolom 4.II. Prinsip PenyusunanAPBD

Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip sebagaiberikut:1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah;2. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasakeadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;

3. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkandalam peraturan perundang-undangan;

4. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui danmendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;

5. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.III. KebijakanPenyusunan APBD

Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalampenyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 terkait dengan pendapatan daerah,belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:

No. Prioritas Provinsi

Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD

JumlahBelanja Langsung

Belanja TidakLangsung

1 2 3 4 3+4=5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

dst.

www.peraturan.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 16

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2016merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memilikikepastian serta dasar hukum penerimaannya.a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PADmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerahberpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang RetribusiPengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harusdidasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerahdi masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhanekonomi pada Tahun 2016 yang berpotensi terhadap targetpendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasipenerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahunsebelumnya.

Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan upayapeningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari pajakdaerah dan retribusi daerah, mengingat tren peningkatan pajakdaerah dan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional meningkat rata-rata sebesar Rp26,56 trilliun atau25,61%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-ratameningkat sebesar Rp17,65 trilliun atau 24,21% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesar Rp8,90trilliun atau 29,20%.

Tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap totalpendapatan asli daerah selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 79,28%, dengan uraian untukpemerintah provinsi rata-rata sebesar 42,67% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 6,63%.

Selanjutnya, tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerahterhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 16,65%, dengan uraian untukpemerintah provinsi rata-rata sebesar 87,78% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 64,22%.

www.peraturan.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90317

c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yangbersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, PemerintahDaerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyekdan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuanbesarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutangsampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusidaerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah sertapengawasan penyetorannya.

d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotorpaling sedikit 10% (sepuluh per seratus), termasuk yangdibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untukmendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan sertapeningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009.

e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagianprovinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan palingsedikit 50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai pelayanankesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yangberwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalansebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk mendanaipenerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakanhukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjanganIzin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan kegiatanpengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dandiatur dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalamPasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian LaluLintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalulintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 97Tahun 2012.

i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaimkepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yangditerima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau UnitKerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola PengelolaanKeuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD),dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD,jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan RetribusiJasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi PelayananKesehatan.

www.peraturan.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 18

2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkanmemperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilaikekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehanmanfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangkawaktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman PengelolaanInvestasi Daerah.

Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaandaerah yang dipisahkan:a) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi

pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkankeuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD; dan

b) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsikemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampumeningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut didasarkan pada tren peningkatan hasil pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional meningkat rata-rata sebesar Rp0,89 trilliun atau 16,46%,dengan uraian untuk pemerintah provinsi meningkat rata-ratasebesar Rp0,31 trilliun atau 12,00% dan untuk pemerintahkabupaten/kota meningkat rata-rata sebesar Rp0,57 trilliun atau20,86%.

Dalam kaitan itu, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan terhadap total pendapatan asli daerah selama 5tahun mulai dari Tahun Anggaran 2011 sampai dengan TahunAnggaran 2015 secara nasional rata-rata sebesar 4,11%, denganuraian untuk pemerintah provinsi rata-rata sebesar 3,14% danuntuk pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 5,91%.

Selanjutnya, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai dariTahun Anggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 0,85%, untuk pemerintah provinsi rata-rata sebesar 1,52% dan pemerintah kabupaten/kota rata-ratasebesar 0,59%.

Untuk perolehan hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan yang belum menunjukkan kinerja yang memadai(performance based), karena tidak memberikan bagian laba ataspenyertaan modal tersebut, pemerintah daerah harus melakukanantara lain langkah-langkah penyehatan perusahaan daerahtersebut, mulai dari melakukan efisiensi, rasionalisasi danrestrukturisasi sampai dengan pilihan untuk melakukan penjualanaset (disposal) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,dengan terlebih dulu melakukan proses due dilligence melaluilembaga appraisal yang certified terkait hak dan kewajiban

www.peraturan.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90319

perusahaan daerah tersebut, dan/atau upaya hukum ataspenyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian aset dankekayaan perusahaan dimaksud tetap merupakan kekayaanpemerintah daerah yang tercatat dalam ikhtisar laporan keuanganperusahaan dimaksud sebagai salah satu lampiran LaporanKeuangan Pemerintah Daerah.

3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu

bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkanpada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD YangSah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek HasilPengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.

b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangansesuai peruntukannya

c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintahdaerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomaniPeraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaandan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasionalpada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran MenteriDalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 HalPetunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaanserta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan KesehatanNasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.

d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerahdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincianobyek sesuai kode rekening berkenaan.

b. Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatanperimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):

a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumidan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan,dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi DalamNegeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuai PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak TahunAnggaran 2016 dan dengan memperhatikan perkembanganrealisasi pendapatan DBH Pajak selama 3 (tiga) tahun terakhir.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai

www.peraturan.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 20

Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhir yaitu

Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 dan TahunAnggaran 2012; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai daftaralokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 terdapat perubahandan ditetapkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada PeraturanDaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBNTahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kotaTahun Anggaran 2016, dan dengan memperhatikanperkembangan realisasi pendapatan DBH-CHT selama 3 (tiga)tahun terakhir.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaran pendapatan dariDBH-CHT didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu

Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 dan TahunAnggaran 2012; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai daftaralokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 terdapat perubahan dan ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiDBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan

www.peraturan.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90321

terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan kualitasbahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial,sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau pemberantasanbarang kena cukai palsu (cukai illegal) sesuai dengan amanatdalam Pasal 66C Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentangCukai dan Peraturan Menteri Keuangan yang dijabarkan dengankeputusan gubernur.

c) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yangterdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral danBatubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi,dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuaiPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA TahunAnggaran 2016.

ApabilaPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaialokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu

Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 dan TahunAnggaran 2012,dengan mengantisipasi kemungkinan tidakstabilnya harga dan hasil produksi (lifting) minyak bumi dangas bumi Tahun Anggaran 2016, serta denganmemperhatikan adanya pengalihan penyelenggaraanurusanpemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai daftaralokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-SDA diluar Dana Reboisasi yang merupakan bagiandari DBH-Kehutanan terdapat perubahan dan ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan,pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar DanaReboisasi Tahun Anggaran 2016 seperti pendapatan kurang salurtahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun

www.peraturan.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 22

Anggaran 2015, pendapatan lebih tersebutdianggarkan dalamperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yangtidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016, untukselanjutnya diberitahukan kepada Pimpinan DPRD.

Dalam rangka optimalisasi penggunaan Dana Bagi Hasil-DanaReboisasi (DBH-DR) tahun-tahun anggaran sebelumnya yangbelum dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas umumdaerah kabupaten/kota sampai dengan akhir Tahun Anggaran2015, pemerintah daerah Kabupaten/Kota menganggarkankembali dalam Peraturan daerah tentang APBD Tahun 2016 atauPeraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 untuk menunjang program dan kegiatan yang terkaitdengan rehabilitasi hutan dan lahan dengan berpedoman padaperaturan perundang-undangan.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan oleh PemerintahKabupaten/Kota tersebut dilakukan sampai berakhirnya TahunAnggaran 2016 sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang PenyelenggaraanUrusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014.

Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikanuntuk menambah anggaran pendidikan dasar yang besarannyaadalah 0,5% (nol koma lima per seratus) dari total DBH-Migassebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 Peraturan PemerintahNomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

d) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk daerahinduk dan daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkanpada informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaiAlokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2016 denganmempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):

Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenaiRincian APBN Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, makapenganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU daerah provinsi,kabupaten dan kota Tahun Anggaran 2016 yang diinformasikansecara resmi oleh Kementerian Keuangan.

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh KementerianKeuangan dimaksud belum diterbitkan, maka penganggaran DAUdidasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2015.

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh KementerianKeuangan diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD

www.peraturan.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90323

Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturan daerahtentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):

DAK dan/atau DAK Tambahan dianggarkan sesuai PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK TahunAnggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDAK Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, maka penganggaranDAK didasarkan pada alokasi DAK daerah provinsi dankabupaten/kota Tahun Anggaran 2016 yang diinformasikan secararesmi oleh Kementerian Keuangan, setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujui bersamaantara Pemerintah dan DPR-RI.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DanaAlokasi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana AlokasiKhusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untukselanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

Penyediaan dana pendamping atau sebutan lainnya hanyadiperkenankan untuk kegiatan yang telah diwajibkan oleh peraturanperundang-undangan.

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-LainPendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan OperasionalSekolah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah

www.peraturan.go.id

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 24

Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaraan dana BOStersebut didasarkan pada alokasi dana BOS Tahun Anggaran 2015.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional SekolahTahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintahdaerah harus menyesuaikan alokasi Dana BOS dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuaidengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil DaerahTahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai NegeriSipil Daerah Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaraan TPG tersebut didasarkan pada alokasi TPG TahunAnggaran 2015 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran2014.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil DaerahTahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintahdaerah harus menyesuaikan alokasi TPG dimaksud dengan terlebihdahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebihdahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD.

www.peraturan.go.id

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90325

3) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebut didasarkanpada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2015 denganmemperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2014.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiDana Otonomi Khusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaranAPBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepadaPimpinan DPRD.

4) PendapatanPemerintah Aceh yang bersumber dari Dana OtonomiKhusus atau sebesar 2% (dua per seratus) dari pagu Dana AlokasiUmum Nasional Tahun 2016, penggunaannya agar ditujukan untukmembiayai pembangunan terutama pembangunandanpemeliharaaninfrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasankemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan,sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 3Tahun 2015 tentang Kewenangan Pemerintah Yang Bersifat Nasionaldi Aceh.

5) Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak dan GasBumi yaitu bagian dari pertambangan minyak sebesar 55% (limapuluh lima per seratus) dan bagian pertambangan gas bumi sebesar40% (empat puluh per seratus) sebagaimana dimaksud Pasal 181Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, paling sedikit 30% (tigapuluh per seratus) dialokasikan untuk membiayai pendidikan diAceh dan paling banyak 70% (tujuh puluh per seratus) dialokasikanuntuk membiayai program pembangunan yang disepakati bersamaantara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.Program pembangunan yang sudah disepakati bersama dimaksuddilaksanakan oleh Pemerintah Aceh dengan mempedomaniPeraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2015.

www.peraturan.go.id

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 26

Penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi TahunAnggaran 2016 dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presidenmengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau PeraturanMenteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyakdan Gas Bumi Tahun Anggaran 2016.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DanaTambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2016 belumditetapkan, maka penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak danGas Bumi tersebut didasarkan pada alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2015 denganmemperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2014.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2016tersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumidimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

6) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat serta Kabupaten/Kotadi Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber dari DanaOtonomi Khusus atau sebesar 2% (dua per seratus) dari pagu DanaAlokasi Umum Nasional Tahun 2016, harus digunakan terutamauntuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan, sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

7) Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sertaPemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Papua danPapua Barat dalam rangka otonomi khusus yang bersumber dariDBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan Gas Alamsekurang-kurangnya30%(tiga puluh per seratus) dialokasikan untukbiaya pendidikan dan sekurang-kurangnya 15% (lima belas perseratus) untuk kesehatan dan perbaikan gizi, sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 21 Tahun2001.

8) Penganggaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka OtonomiKhusus Provinsi Papua dan Papua Barat dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016

www.peraturan.go.id

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90327

atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, maka penganggaran DanaTambahan Infrastruktur didasarkan pada:

a) Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2016yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian Keuangan;atau

b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujui bersamaantara Pemerintah dan DPR-RI.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2016tersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Tambahan Infrastruktur dimaksuddengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepaladaerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

9) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber dariDana Tambahan Infrastruktur dalam rangka otonomi khusus yangbesarnya ditetapkan antara Pemerintah dan DPR-RI berdasarkanusulan provinsi pada setiap tahun anggaran supaya digunakanterutama untuk pembiayaan Pembangunan Infrastruktur. Hal inidimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25 (dua puluh lima)tahun seluruh kota-kota provinsi, kabupaten/kota, distrik ataupusat-pusat penduduk lainnya terhubungkan dengan transportasidarat, laut atau udara yang berkualitas, sehingga Provinsi Papuadan Papua Barat dapat melakukan aktivitas ekonominya secara baikdan menguntungkan sebagai bagian dari sistem perekonomiannasional dan global, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001.

10) Penganggaran Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presidenmengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau PeraturanMenteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2016.

www.peraturan.go.id

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 28

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran2016 belum ditetapkan, maka penganggaran Dana KeistimewaanPemerintahan DIY didasarkan pada:a) Alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIY Tahun Anggaran

2016 yang diinformasikan secara resmi oleh KementerianKeuangan; atau

b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujui bersamaantara Pemerintah dan DPR-RI.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBDTahun Anggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untukselanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari DanaKeistimewaan DIY, penggunaannya ditujukan untuk melaksanakanurusan keistimewaan yang ditetapkan dengan Peraturan DaerahIstimewa dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 13 Tahun2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

11) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yangbersumber dari APBN dalam rangka membiayaipenyelenggaraanpemerintahan,pelaksanaanpembangunan, danpembinaan kemasyarakatan serta pemberdayaan masyarakat desa,dan kemasyarakatan sebagaimana maksud Pasal 72 ayat (1) huruf bdan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa danPasal 294 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014dianggarkan dalam APBD pemerintah kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara, sebagaiman diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang PerubahanAtas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang DanaDesa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan

www.peraturan.go.id

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90329

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentangPengelolaan Keuangan Desa.

Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan PeraturanPresiden mengenaiRincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa TahunAnggaran 2016

Apabila Peraturan Presiden mengenaiRincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, makapenganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada alokasi DanaDesa Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Desa Tahun Anggaran 2016 ada perubahan dan ditetapkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi danadesa dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untukselanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

12) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2016.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2016 tersebutditerbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikanalokasi Dana Transfer lainnya dimaksud dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaranAPBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepadaPimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturandaerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebihdahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD.

Pendapatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersumberdari dana transfer lainnya, penggunaannya harus berpedoman pada

www.peraturan.go.id

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 30

masing-masing Peraturan/ Petunjuk Teknis yang melandasipenerimaan dana transfer lainnya dimaksud.

13) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dariBagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsididasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah daripemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal penetapan APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran 2016,penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil Pajak DaerahTahun Anggaran 2015 dengan memperhatikan realisasi Bagi HasilPajak Daerah Tahun Anggaran 2014, sedangkan bagian pemerintahkabupaten/kota yang belum direalisasikan oleh pemerintah provinsiakibat pelampauan target Tahun Anggaran 2015, ditampung dalamperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

14) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baikyang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima daripemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnyadianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudahdianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.

Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuanganbersifat umum tersebut diterima setelah peraturan daerah tentangAPBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerahharus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan dimaksud padaperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuanganbersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan daerah tentangAPBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerahharus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan bersifat khususdimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016,untuk selanjutnya diberitahukan kepada Pimpinan DPRD.

15) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan,lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompokmasyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidakmempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban

www.peraturan.go.id

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90331

pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelahadanya kepastian pendapatan dimaksud.

Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintahdaerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian hibah antarakepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku pemberi dengankepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima,sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihakketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketigaselaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasaselaku penerima.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

16) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihakketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri,kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dantidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangankewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkandalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-lainPendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, obyekdan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekening berkenaan.

17) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat daripemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lainPendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, obyekdan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.

Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk mendanaiperbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakat sebagaimanaditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014.

Pendapatan dana darurat dapat dianggarkan sepanjang sudahditerbitkannya Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDana Darurat Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasiDana Darurat Tahun Anggaran 2016 ditetapkan setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi dana daruratdimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya

www.peraturan.go.id

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 32

ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

2. BelanjaDaerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerahdigunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yangmenjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajibdan urusan pemerintahan pilihan.

Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusanpemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan denganstandar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis danharga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkaitdengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedomanpada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasarmeliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan penataanruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman,ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f) sosial. UrusanPemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasarmeliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan perlindungananak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasikependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dandesa, (h) pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i)perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k) koperasi, usaha kecil,dan menengah, (l) penanaman modal, (m) kepemudaan dan olahraga, (n)statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q) perpustakaan, dan (r)kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan danperikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dansumber daya mineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h)transmigrasi.

Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baikdalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun programdan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitasperencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensipenggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasiyang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaranyang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspekindikator, tolok ukur dan target kinerjanya.

www.peraturan.go.id

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90333

a. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1) Belanja Pegawai

a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai NegeriSipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikangaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas.

b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatanCalon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun 2016.

c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gajiberkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasipegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnyamaksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlah belanjapegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD sertaPNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2016 denganmempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentangSistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan PresidenNomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PeraturanPresiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untukpengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatanbagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan danAnggota DPRD serta PNSD di luarcakupan penyelenggaraanjaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidakdiperkenankan dianggarkandalam APBD.

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dankematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinandan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD denganmempedomaniUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan Atas PeraturanPemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang PenyelenggaraanProgram Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan PresidenNomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan ProgramJaminan Sosial.

f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harusmemperhatikan kemampuan keuangan daerah denganpersetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuankriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepaladaerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri

www.peraturan.go.id

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 34

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011.

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan RetribusiDaerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan InsentifPemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilanguru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2016melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD padajenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincianobyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

2) BelanjaBunga

Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bungapinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangkapanjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD TahunAnggaran 2016.

3) BelanjaSubsidi

Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepadaperusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayananpublik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan KewajibanPelayanan Umum (Public Service Obligation). Belanja Subsiditersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agarharga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh masyarakat yangdaya belinya terbatas.Perusahaan/ lembaga tertentu yang diberisubsidi tersebut menghasilkan produk yang merupakan kebutuhandasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD TahunAnggaran 2016, perusahaan/lembaga penerima subsidi harusterlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuanpemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negarasebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun2011.

4) BelanjaHibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumberdari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telahdisesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan BantuanSosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial

www.peraturan.go.id

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90335

Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang-undanganlain di bidang hibah dan bantuan sosial.

5) BelanjaBagi Hasil Pajaka) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari

pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintahkabupaten/kota harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009.

Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebutharus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah padaTahun Anggaran 2016, sedangkan pelampauan target TahunAnggaran 2015 yang belum direalisasikan kepada pemerintahkabupaten/kota ditampung dalam Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi PemerintahDaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2016.

b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusidaerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD Tahun 2016sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005.

c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3)Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 97 PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintah kabupaten/kotamenganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan RetribusiDaerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.

d) Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil PajakDaerah dari pemerintah provinsi untuk pemerintahkabupaten/kota dan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah danRetribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota untukpemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftarnama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selakupenerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerahdan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.

6) Belanja Bantuan Keuangana) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepada

pemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan dalam APBDsesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasibelanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangandipenuhi oleh pemerintah daerah dalam APBD Tahun Anggaran2016.

Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan padapertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantupelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersediaalokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberianbantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama antardaerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.

www.peraturan.go.id

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 36

Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifatkhusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakanuntuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakanformula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlahpenduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuanganyang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaiankinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuankeuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuanganyang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberibantuan.

b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikandalam APBD Tahun Anggaran 2016 dan dianggarkan pada jenisbelanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangankepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partaipolitik penerima bantuan keuangan. Besaranpenganggaranbantuan keuangan kepada partai politikberpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009tentang Pedoman Tata CaraPenghitungan,Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan,Penyaluran, danLaporan Pertanggungjawaban PenggunaanBantuanKeuanganPartai Politik sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013tentangPerubahanAtasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009tentang Pedoman Tata CaraPenghitungan,Penganggaran Dalam APBD,Pengajuan, Penyaluran,danLaporan Pertanggungjawaban PenggunaanBantuanKeuanganPartai Politik.

c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2)Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 95 PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintah kabupaten/kotaharus menganggarkan alokasi dana untuk desa dan desa adatyang diterima dari APBN dalam jenis belanja bantuan keuangankepada pemerintah desa dalam APBD kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,pembangunan serta pemberdayaan masyarakat, dankemasyarakatan.

Selain itu, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkanAlokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenisbelanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang diterimaoleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaran 2016 setelahdikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (4) danayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 96Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014.

www.peraturan.go.id

Page 37: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90337

Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapatmemberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa,sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan PemerintahNomor 43 Tahun 2014.

Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuankeuangan, belanja bantuan keuangantersebut harus diuraikandaftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuankeuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangansesuai kode rekening berkenaan.

7) Belanja Tidak TerdugaPenganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasionaldengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dankemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapatdiprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintahdaerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanaikegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadiberulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana,penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, danapendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk program dankegiatan pada Tahun Anggaran 2016, termasuk pengembalian ataskelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

b. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan programdan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk

pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadikewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib danurusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiriatas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanandasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan denganpelayanan dasar.

Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk programdan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakanlangsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitaspelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepadakepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada setiapprogram dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib terkaitpelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman padastandar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatanuntuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan

www.peraturan.go.id

Page 38: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 38

pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman padaanalisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masingurusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasarpenyusunan RKA-SKPD.

Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agarmengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikrodan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsipefisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitaskemampuan teknis.

2) Belanja Pegawai

Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikanasas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaiansasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktupelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatandimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorariumbagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan padapertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalamkegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyataterhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud denganmemperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuaiketentuan tersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif PemungutanPajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut padaa.1).g).

Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenisbelanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanjahonorarium PNSD dan Non PNSD.Besaran honorarium bagi PNSDdan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan keputusan kepaladaerah.

3) BelanjaBarang dan Jasaa) Pemberianjasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan

dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa denganmenambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru sertabesarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihakketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangkapemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan ataupenghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebutdianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai koderekening berkenaan.

c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengankebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas danfungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan sertamemperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TahunAnggaran 2015.

www.peraturan.go.id

Page 39: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90339

d) Pengembangan pelayanan kesehatan di luarcakupanpenyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJShanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanankesehatan tersebuthanyaberupapelayanan Medicalcheck upsebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga(satu istri/suami dan dua anak) dalam rangkapemeliharaankesehatan dan dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatanpada SKPD yang secara fungsional terkait dan dilaksanakan padaRumah Sakit Umum Daerah setempat/Rumah Sakit Umum Pusatdi daerah.

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakirmiskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang PenerimaBantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan Peraturan PresidenNomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi cakupanpenyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yangbersumber dari APBN, pemerintah daerah dapatmenganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan padaSKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanankesehatan.

f) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan TingkatPertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkanPPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan NasionalUntuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan BiayaOperasional Pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan SuratEdaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei2014.

Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada tahunanggaran sebelumnya, dana kapitasi tersebut harus digunakantahun anggaran berikutnya dan penggunaannya tetapmempedomani Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJtanggal 5 Mei 2014.

g) PenganggaranPajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik NamaKendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan padamasing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai denganmasing-masing peraturan daerah.

h) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihakketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan

www.peraturan.go.id

Page 40: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 40

pada jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah dan bantuan sosial.

Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepadapihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaandimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasayang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambahseluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunanbarang/jasa sampai siap diserahkan

i) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungankerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negerimaupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif,frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan targetkinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengansubstansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerjadan studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeriberpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman PerjalananDinas Ke Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di lingkunganKementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinanserta Anggota DPRD.

j) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangandaerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harusmemperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil ataulumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya

riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untukGubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,Walikota/Wakil Walikota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya danpejabat yang diberikan kedudukan atau hak keuangan danfasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;

2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan

fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yangbersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tigapuluh per seratus) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuaidengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkansecara lumpsum.

5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secaralumpsum.

www.peraturan.go.id

Page 41: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90341

Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas ditetapkan denganKeputusan Kepala Daerah, berdasarkan kemampuan keuangandaerah dengan memperhatikan aspek transparansi, akuntabilitas,efisiensi, efektifitas, kepatutan dan kewajaran serta rasionalitassesuai kebutuhan nyata, yang akan diberikan petunjuk lebihlanjut.

k) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yangmengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanjaperjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinasdimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

l) Penganggaran untuk orientasi dan pendalaman tugas berupapendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,workshop, lokakarya, seminar atau sejenisnya yang terkait denganpengembangan kapasitas sumber daya manusia bagi PejabatDaerah dan Staf Pemerintah Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRDserta unsur lainnya seperti tenaga ahli diprioritaskanpenyelenggaraannya di masing-masing wilayahprovinsi/kabupaten/kota bersangkutan.

Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukanpenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya diluar daerah tetap dilakukan secara selektif denganmemperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan, muatansubstansi, kompetensi narasumber, kualitas advokasi danpelayanan penyelenggara serta manfaat yang akan diperoleh gunaefisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran daerah serta tertibanggaran dan administrasi oleh penyelenggara.

Orientasi dan Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan AnggotaDPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berupa pendidikandan pelatihan pada prinsipnya mempedomani Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasidan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRDKabupaten/Kota sebagaimana diubah dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 34 Tahun 2013 tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentangPedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsidan DPRD Kabupaten/Kota.

Pendalaman tugas/pengembangan kapasitas Pejabat Daerah danStaf Pemerintah Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta unsurlainnya seperti tenaga ahli yang pelaksanaannya kurang dari 4(empat) hari atau kurang dari 30 (tiga puluh) jam pelajaran, dapatberupa bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya,seminar atau sejenis lainnya difasilitasi dan dikoordinasikan olehKementerian Dalam Negeri serta dapat bekerjasama dengan:

www.peraturan.go.id

Page 42: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 42

1) Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) pada InstitutPemerintahan Dalam Negeri (IPDN);

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian DalamNegeri sesuai dengan tugas dan fungsinya;

3) Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) atau dengan nama lainpada Perguruan Tinggi yang memiliki peminatan/spesifikasibidang Pemerintahan, Ekonomi/Keuangan Daerah,Pembangunan, Sosial dan Kemasyarakatan; dan/atau

4) Pihak penyelenggara lain yang berhimpun dan mendapatpembinaan dari Asosiasi Lembaga Peningkatan KapasitasSumber Daya Manusia (ALPEKSI) sesuai peraturan perundang-undangan.

m) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikandan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya,seminar atau sejenis lainnya diprioritaskan untuk menggunakanfasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudahtersedia milik pemerintah daerah dengan mempedomaniPeraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang PedomanPembatasan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam RangkaPeningkatan Efisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.

n) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang beradadalam penguasaan pengelolaan barang, pengguna barangberpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BarangMilik Negara/Daerah dan Pasal 48 Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman TeknisPengelolaan Barang Milik Daerah.

4) BelanjaModala) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal

pada APBD Tahun Anggaran 2016 untuk pembangunan danpengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsungdengan peningkatanpelayanan dasar kepada masyarakat.

b) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuaidengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerahberdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis dantransparansi dengan mengutamakan produk-produk dalamnegeri.

Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerahdidasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik daerahyang disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaantugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerahyang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milikdaerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulananggaran untuk kebutuhan barang milik daerah yang baru (newinitiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah dimaksud

www.peraturan.go.id

Page 43: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90343

berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan dan/ataustandar harga, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1), ayat(2), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun2014.

Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung danbangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran, pembangunangedung kantor baru milik pemerintah daerah tidak diperkenankansesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 halPenundaan/Moratorium Pembangunan Gedung KantorKementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggarantersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitasdan kualitas pelayanan publik.

c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umummempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentangPenyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah BagiPembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 72Tahun 2012 tentangBiaya Operasional danBiaya PendukungPenyelenggaraan Pengadaan Tanah BagiPembangunan UntukKepentingan Umum Yang Bersumber DariAPBD.

d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yangdilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap danaset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa manfaatlebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatanpemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset(capitalization threshold).

Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanjamodal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambahseluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunanaset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal27 ayat (7) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005,Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran IPernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP07, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar AkuntansiPemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak BerwujudBerbasis Akrual.

www.peraturan.go.id

Page 44: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 44

e) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap(biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai batasminimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan dapatmemperpanjang masa manfaat atau yang dapat memberikanmanfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentukpeningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi ataupeningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modalsebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7,Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

5) Surplus/Defisit APBDa) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran

pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk

pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo,penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan danacadangan, dan/atau pemberian pinjaman kepada pemerintahpusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanjapeningkatan jaminan sosial.Pendanaan belanja peningkatanjaminan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk program dankegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan padaSKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnyamelaksanakan program dan kegiatan tersebut.

c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerahmenetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisittersebut,yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggarantahun anggaran sebelumnya, pencairandana cadangan, hasilpenjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaanpinjaman, dan/atau penerimaan kembali pemberian pinjamanatau penerimaan piutang.

d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan pembahasandalam hal ini KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan DPRDpada bulan Juni-Juli 2015 terkait dengan Belanja perlu prinsipkehati-hatian (prudential) bagi Pemerintah Daerah. Hal ini perludikaitkan dengan penyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhanekonomi dan proyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makrodaerah, dengan wajib mempedomani penetapan batas maksimaldefisit APBD Tahun Anggaran 2016 yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepadaMenteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semestersesuai maksud Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun2011.

www.peraturan.go.id

Page 45: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90345

Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Daerah harusmenghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yangdiperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas.

e) Dalam hal pemerintah daerah melakukan pinjaman, makaPemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batasmaksimal jumlah kumulatif pinjaman daerah yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan.

3. Pembiayan Daeraha. Penerimaan Pembiayaan

1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya(SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang cermat danrasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaranTahun Anggaran 2015 dalam rangka menghindari kemungkinanadanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2016 yang tidak dapatdidanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan.Selanjutnya SiLPA dimaksud harus diuraikan pada obyek danrincian obyek sumber SiLPA Tahun Anggaran 2015, sebagaimanacontoh format sebagai berikut:

Tabel 3

Uraian SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya

Tabel Uraian SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya

Kode Rekening UraianJumlah

(Rp)

x x x SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya

x x x 01 Pelampauan Penerimaan PAD

x x x 01 01 Pajak Daerah

x x x 01 02 Retribusi Daerah

x x x 01 03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah YangDipisahkan

x x x 01 04 Lain-lain PAD Yang Sah

x x x 02 Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan

x x x 02 01 Bagi Hasil Pajak

x x x 02 02 Bagi Hasil SDA

x x x 02 03 dst .....

x x x 03 Pelampauan Penerimaan Lain-lain PD YangSah

x x x 03 01 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

x x x 03 02 dst .....

www.peraturan.go.id

Page 46: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 46

x x x 04 Sisa Penghematan Belanja atau Akibat Lainnya

x x x 04 01 Belanja pegawai dari Belanja Tidak Langsung

x x x 04 02 Belanja pegawai dari Belanja Langsung

x x x 04 03 Belanja Barang dan Jasa

x x x 04 04 Belanja Modal

x x x 04 05 Belanja Bunga

x x x 04 06 Belanja Subsidi

x x x 04 07 Belanja Hibah

x x x 04 08 Belanja Bantuan Sosial

x x x 04 09 Belanja Bagi Hasil

x x x 04 10 Belanja Bantuan Keuangan

x x x 04 11 Belanja Tidak Terduga

x x x 04 12 Dst....

x x x 05 Dst....

x x x 05 01 ....

x x x 05 02 Dst....

x x x 06 Sisa Belanja DAK

x x x 06 01 DAK Bidang Pendidikan

x x x 06 02 DAK Bidang Kesehatan

x x x 06 03 DAK Bidang Infrastruktur

x x x 06 04 Dst....

x x x 07 Sisa Belanja Dana Bagi Hasil

x x x 07 01 Dana Bagi Hasil PBB

x x x 07 02 Dana Bagi Hasil PPh

x x x 07 03 Dana Bagi Hasil SDA Iuran Hak PengusahaHutan

x x x 07 04 Dana Bagi Hasil SDA Sumber Daya Hutan

x x x 07 05 Dana Bagi Hasil DR

x x x 07 06 Dst....

x x x 08 Sisa Belanja Dana Penyesuaian

x x x 08 01 Dana Penyesuaian BOS

x x x 08 02 Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan GuruPNSD

x x x 08 03 Dana Penyesuaian Tunjangan Profesi GuruPNSD

www.peraturan.go.id

Page 47: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90347

2) Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang bersumberdari pencairan dana cadangan, waktu pencairan dan besarannyasesuai peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan.

3) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD padaakun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenispenerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek danabergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok masyarakatpenerima.

Dalam kaitan itu, dana bergulir yang belum dapat diterima akibattidak dapat tertagih atau yang diragukan tertagih, pemerintahdaerah harus segera melakukan penagihan dana bergulir dimaksudsesuai peraturan perundang-undangan.

4) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapatmelakukan pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan dibidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsi danpemerintah kabupaten/kota yang berencana untuk melakukanpinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu dalamrancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaranberkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

Sesuai amanat Pasal 300 dan Pasal 301 Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 serta Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang TataCara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah antaralain menyatakan bahwa bagi Pemerintah Daerah yang akan

x x x 08 04 Dana Penyesuaian Tunjangan Sertifikasi GuruPNSD

x x x 08 05 Dana Penyesuaian DID

x x x 08 06 Dst....

x x x 09 Sisa Belanja Dana Otonomi Khusus

x x x 09 01 Dana Otonomi Khusus Aceh

x x x 09 02 Dana Otonomi Khusus Papua

x x x 09 03 Dana Otonomi Khusus Papua Barat

x x x 09 04 Dst....

x x x 10 Sisa Belanja Dana Tambahan Infrastruktur

x x x 10 01 Dana Tambahan Infrastruktur Papua

x x x 10 02 Dana Tambahan Infrastruktur Papua Barat

x x x 11 Dst.....

www.peraturan.go.id

Page 48: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 48

melakukan pinjaman yang bersumber dari Penerusan Pinjaman LuarNegeri, Pemerintah Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, LembagaKeuangan Bukan Bank, dan Masyarakat (obligasi) harus mendapatpertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri.

Untuk pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk menutupkekurangan arus kas sesuai maksud Pasal 12 ayat (4) PeraturanPemerintah Nomor 30 Tahun 2011.

Untuk pinjaman jangka menengah digunakan untuk membiayaipelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan sesuaimaksud Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun2011.

Untuk pinjaman jangka panjang yang bersumber dari pemerintah,pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembagakeuangan bukan bank sesuai maksud Pasal 14 ayat (4) PeraturanPemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayaikegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangkapelayanan publik yang:a) menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi

APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dansarana tersebut;

b) menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematanterhadap belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabilakegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau

c) memberikan manfaat ekonomi dan sosial.5) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan

obligasi daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau investasiyang menghasilkan penerimaan daerah setelah memperolehpertimbangan dari Menteri Dalam Negeri dan persetujuan dariMenteri Keuangan sesuai maksud Pasal 300 ayat (2) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014.

6) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal daripenerusan pinjaman utang luar negeri dari Menteri Keuangansetelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Perjanjianpenerusan pinjaman dilakukan antara Menteri Keuangan dan KepalaDaerah sesuai maksud Pasal 301 Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014.

b. Pengeluaran Pembiayaan1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah dapat

menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalambentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan PemerintahNomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Danabergulir dalam APBD dianggarkan pada akun pembiayaan, kelompokpengeluaran pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasipemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek danabergulir kepada kelompok masyarakat penerima.

2) Penyertaan modal pemerintah daerah pada badan usaha miliknegara/daerah dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan

www.peraturan.go.id

Page 49: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90349

peraturan daerah tentang penyertaan modal. Penyertaan modaldalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalamperaturan daerah tentang penyertaan modal pada tahunsebelumnya, tidak perlu diterbitkan peraturan daerah tersendirisepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belummelebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan padaperaturan daerah tentang penyertaan modal.

Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaanmodal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkandalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dimaksud,pemerintah daerah melakukan perubahan peraturan daerah tentangpenyertaan modal tersebut.

3) Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetor dan/ataumelakukan penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha MilikDaerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan, sehinggaBUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh danberkembang. Khusus untuk BUMD sektor perbankan, pemerintahdaerah dapat melakukan penambahan penyertaan modal dimaksudguna menambah modal inti sebagaimana dipersyaratkan BankIndonesia dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR).

4) Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha MikroKecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah dapat melakukanpenyertaan modal dan/atau penambahan modal kepada bankperkreditan rakyat milik pemerintah daerah sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

5) Dalam rangka mendukung pencapaian target SustainableDevelopment Goal’s (SDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan airperpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh perseratus) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh perseratus), pemerintah daerah perlu memperkuat struktur permodalanPerusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan strukturpermodalan tersebut dilakukan dengan menambah penyertaanmodal pemerintah daerah yang antara lain bersumber daripemanfaatan bagian laba bersih PDAM. Penyertaan Modal dimaksuddilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan prasaranadan sarana sistem penyediaan air minum, serta peningkatankualitas dan pengembangan cakupan pelayanan. Selain itu,pemerintah daerah dapat melakukan penambahan penyertaan modalguna meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitas pelayanan airminum kepada masyarakat untuk mencapai SDG’s denganberpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Penyertaan modal pada PDAM berupa laba ditahan dapat langsungdigunakan sebagai penambahan penyertaan modal pada PDAM danbesaran penyertaan modal tersebut agar disesuaikan dengan tatacara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

PDAM akan menjadi penyedia air minum di daerah sebagai implikasiPutusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013 yang

www.peraturan.go.id

Page 50: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 50

membatalkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang SumberDaya Air. Untuk itu, pemerintah daerah dapat melakukanpenambahan penyertaan modal kepada PDAM dalam rangkamemperbesar skala usaha PDAM.

Bagi PDAM yang skala usahanya belum sesuai dengan fungsi PDAMsebagai penyedia air minum di daerah, agar dipertimbangkan untukmelakukan penggabungan PDAM dimaksud.

6) Untuk menganggarkan dana cadangan, pemerintah daerah harusmenetapkan terlebih dahulu peraturan daerah tentang pembentukandana cadangan yang mengatur tujuan pembentukan dana cadangan,program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan,besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harusdianggarkan, dengan mempedomani Pasal 122 dan Pasal 123Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 serta Pasal 63Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011.

7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaransebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peraturan PemerintahNomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

c. SisaLebih Pembiayaan (SILPA)Tahun Berjalan1) Pemerintah daerah menetapkan SisaLebih Pembiayaan (SILPA)

Tahun Anggaran 2016 bersaldo nol.2) Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan

SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah harusmemanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatanprioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telahdianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.

3) Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif, pemerintahdaerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaranpembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, penguranganprogram dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau penguranganvolume program dan kegiatannya.

IV. TeknisPenyusunan APBD

Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2016, pemerintah daerah dan DPRDharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1. Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan peraturan

daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 paling lambat 1 (satu) bulansebelum dimulainya Tahun Anggaran 2016.

DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancanganperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 sebelumdimulainya Tahun Anggaran 2016, dikenai sanksi administratif berupatidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuanperaturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.

www.peraturan.go.id

Page 51: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90351

Dalam hal kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 kepada DPRD sesuai denganjadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan, maka sanksi tidak dapat dikenakan kepadaPimpinan dan Anggota DPRD.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwalproses penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016, mulai dari penyusunandan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRDuntuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat akhir bulan Juli2015. Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama akanmenjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikandan membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengantercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah dengan DPRDterhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran2016, paling lambat tanggal 30 Nopember 2015, sebagaimana diatur dalamketentuan Pasal 105 ayat (3c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Dalam membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 antara kepala daerah dengan DPRD wajib mempedomaniRKPD, KUA dan PPAS untuk mendapat persetujuan bersama sebagaimanadimaksud Pasal 311 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Tahapan penyusunan dan jadwal penyusunan APBD sebagai berikut:

Tabel 4

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD

No. URAIAN WAKTU LAMA

1.Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei

2.Penyampaian RancanganKUA dan Rancangan PPASoleh Ketua TAPD kepadakepala daerah

Minggu I bulanJuni

1minggu

3.Penyampaian RancanganKUA dan Rancangan PPASoleh kepala daerah kepadaDPRD

Pertengahan bulanJuni

6 minggu4.Kesepakatan antara kepaladaerah dan DPRDatasRancangan KUA danRancangan PPAS

Akhir bulan Juli

5.Penerbitan Surat Edarankepala daerah perihalPedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

Awal bulanAgustus

8 minggu

www.peraturan.go.id

Page 52: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 52

6.Penyusunan danpembahasan RKA-SKPD danRKA-PPKD sertapenyusunan RancanganPerda tentang APBD

Awal bulanAgustus sampaidenganakhir bulanSeptember

7.Penyampaian RancanganPerda tentang APBD kepadaDPRD

Minggu I bulanOktober

2 bulan8.

Pengambilan persetujuanbersama DPRD dan kepaladaerah

Palinglambat 1(satu) bulansebelum tahunanggaran yangbersangkutan

9.Menyampaikan RancanganPerda tentang APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran APBD kepadaMDN/Gub untuk dievaluasi

3 hari kerja setelahpersetujuanbersama

10.Hasil evaluasi RancanganPerda tentang APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran APBD

Paling lama 15hari kerja setelahRancangan Perdatentang APBD danRancanganPerkada tentangPenjabaran APBDditerimaolehMDN/Gub

11.Penyempurnaan RancanganPerda tentang APBD sesuaihasil evaluasi yangditetapkan dengankeputusan pimpinan DPRDtentang penyempurnaanRancangan Perda tentangAPBD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

12.Penyampaian keputusanDPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang APBD kepadaMDN/Gub

3 hari kerja setelahkeputusanpimpinan DPRDditetapkan

13.Penetapan Perda tentangAPBD dan Perkada tentangPenjabaran APBD sesuaidengan hasil evaluasi

Paling lambatakhir Desember(31 Desember)

14.Penyampaian Perda tentangAPBD dan Perkada tentangPenjabaran APBD kepadaMDN/Gub

Paling lambat 7hari kerja setelahPerda dan Perkadaditetapkan

2. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancanganKUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS Perubahan, kepala daerah harusmenyampaikan rancangan KUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPASPerubahan tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang

www.peraturan.go.id

Page 53: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90353

selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakatibersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang bersamaan,sehingga keterpaduan substansi KUA/KUPA dan PPAS/PPAS Perubahandalam proses penyusunan rancangan peraturan daerah tentangAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 akan lebih efektif.

3. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, substansi KUA/KUPA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal yangbersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum, seperti: (a)Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikatorekonomi makro daerah; (b) Asumsi dasar penyusunan RancanganAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 termasuk laju inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomidaerah; (c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraanrencana sumber dan besaran pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran2016 serta strategi pencapaiannya; (d) Kebijakan belanja daerah yangmencerminkan program dan langkah kebijakan dalam upaya peningkatanpembangunan daerah yang merupakan manifestasi dari sinkronisasikebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah serta strategipencapaiannya; (e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisitdan surplus anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisipembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan pembangunandaerah serta strategi pencapaiannya.

4. Substansi PPAS/PPAS Perubahan mencerminkan prioritas pembangunandaerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai termasukprogram prioritas dari SKPD terkait. Prioritas program dari masing-masingSKPD provinsi disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yangditangani dan telah disinkronisasikan dengan 1 (satu) lintas bidang dan 9(sembilan) bidang-bidang pembangunan, yaitu: (1) Pengarusutamaan danPembangunan Lintas Bidang (2) Bidang Sosial Budaya dan KehidupanBeragama; (3) Bidang Pembangunan Ekonomi; (4) Bidang IlmuPengetahuan dan Teknologi; (5) Bidang Pembangunan Politik; (6) BidangPembangunan Pertahanan dan Keamanan Politik; (7) Bidang Hukum danAparatur; (8) Bidang Wilayah dan Tata Ruang; (9) Bidang PenyedianSarana dan Prasarana; dan (10) Bidang Sumber Daya Alam danLingkungan yang tercantum dalam RKP Tahun 2016, sedangkan prioritasprogram dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikandengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telahdisinkronisasikan dengan 1 (satu) lintas bidang dan 9 (sembilan) bidang-bidang pembangunan tersebut di atas, juga telah disinkronisasikandengan prioritas program provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsiTahun 2016.

PPAS/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaran sementarauntuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagihasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, serta pembiayaan,juga menggambarkan pagu anggaran sementara di masing-masing SKPDberdasarkan program dan kegiatan prioritas dalam RKPD. Pagu sementara

www.peraturan.go.id

Page 54: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 54

tersebut akan menjadi pagu definitif setelah rancangan peraturan daerahtentang APBD/Perubahan APBD disetujui bersama antara kepala daerahdengan DPRD serta rancangan Peraturan Daerah tentangAPBD/Perubahan APBD tersebut ditetapkan oleh kepala daerah menjadiPeraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD.

5. Berdasarkan KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara kepaladaerah dan DPRD, kepala daerah menerbitkan Surat Edaran tentangPedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD dan RKA-PPKDkepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Surat Edarandimaksud mencakup prioritas pembangunan daerah, program dankegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target kinerja darimasing-masing program dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementarauntuk setiap program dan kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dilampiri dokumen KUA, PPAS, kode rekeningAPBD, format RKA-SKPD dan RKA-PPKD, ASB dan standar harga regional.

Selain itu, penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untukurusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar berpedomanpadaSPM, standar teknis dan harga satuan regional sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yangtidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihanberpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuanregional.

6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaranbelanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai,tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkanjuga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaranbelanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD.

7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari DanaPerimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, belanja tidaklangsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanjabantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanjatidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan pengeluaranpembiayaan.

8. RKA-SKPD dan RKA-PPKD digunakan sebagai dasar penyusunanrancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dan peraturan kepala daerah tentang penjabaranAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

Dalam kolom penjelasan pada peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dicantumkanlokasi kegiatan untuk kelompok belanja langsung.

Khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari DBH DanaReboisasi (DBH-DR), DAK, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Hibah,Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerah serta sumberpendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan, juga dicantumkansumber pendanaannya.

www.peraturan.go.id

Page 55: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90355

Selain itu, untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agar dicantumkanjangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatan antara kepaladaerah dan DPRD dalam kolom penjelasan pada peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016.

Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaankeadaan darurat dan keperluan mendesak, pemerintah daerah harusmencantumkan kriteria belanja untuk keadaan darurat dan keperluanmendesak dalam peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBDTahun Anggaran 2016, sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan Pasal81 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

9. Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan penganggaran danmenjamin kepatuhan terhadap kaidah-kaidah penganggaran sebagaiquality assurance, kepala daerah harus menugaskan Aparat PengawasIntern Pemerintah (APIP) untuk melakukan review atas RKA-SKPD danRKA-PPKD bersamaan dengan proses pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKDoleh TAPD sesuai maksud Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78Tahun 2014 tentang Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan di LingkunganKementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.

10. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas APBD,pemerintah daerah agar mengembangkan substansi Lampiran I RingkasanPenjabaran APBD yang semula hanya diuraikan sampai dengan ringkasanjenis pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan Pasal 102 ayat(1) huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, menjadi sampai denganringkasan obyek dan rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

11. Dalam hal kepala daerah dan DPRD tidak mengambil persetujuan bersamadalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak disampaikan rancanganperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 oleh kepala daerahkepada DPRD, kepala daerah menyusun dan menetapkan peraturankepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 paling tinggi sebesarangka APBD Tahun Anggaran 2015 untuk membiayai keperluan setiapbulan.

Rancangan peraturan kepala daerah dapat ditetapkan setelah memperolehpengesahan Menteri Dalam Negeri bagi Provinsi dan Gubernur bagiKabupaten/Kota.

Untuk memperoleh pengesahan, rancangan peraturan kepala daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 beserta lampirannya disampaikanpaling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak mengambilkeputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016harus memperhatikan:a. Angka belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah dibatasi

maksimum sama dengan angka belanja daerah dan pengeluaranpembiayaan daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015

www.peraturan.go.id

Page 56: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 56

atau APBD Tahun Anggaran 2015 apabila tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015;

b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifatmengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnyakelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengankebutuhan Tahun Anggaran 2016; dan

c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanyadiperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gajidan tunjangan PNSD serta penyediaan dana pendamping atas programdan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja bagi hasilpajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanyakenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dimaksuddari Tahun Anggaran 2016 sesuai maksud Pasal 109 Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor21 Tahun 2011.

12. Dalam rangka percepatan penetapan peraturan daerah tentang perubahanAPBD Tahun Anggaran 2016, proses pembahasan rancangan peraturandaerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dapat dilakukansetelah penyampaian laporan realisasi semester pertama, namunpersetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD atas rancanganperaturan daerah dimaksud dilakukan setelah persetujuan bersama atasrancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaanAPBD Tahun Anggaran 2015.

Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadaprancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 ditetapkan paling lambat akhir bulan September 2016, dengantahapan penyusunan dan jadwal sebagaimana tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5.

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan Perubahan APBD

No. URAIAN WAKTU LAMA

1.Penyampaian RancanganKUPA dan Rancangan PPASPerubahan oleh Ketua TAPDkepada kepala daerah

Paling lambatminggu I bulanAgustus

2.Kesepakatan antara kepaladaerah dan DPRDatasRancangan KUPA danRancangan PPAS Perubahan

Paling lambatminggu II bulanAgustus

1 minggu

3.Penerbitan Surat Edarankepala daerah perihalPedoman penyusunan RKA-SKPD, RKA-PPKD danDPPA-SKPD/PPKD sertaPenyusunan RancanganPerda tentang Perubahan

Paling lambatminggu I bulanSeptember

3 minggu

www.peraturan.go.id

Page 57: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90357

APBD dan RancanganPerkada tentang PenjabaranPerubahan APBD

4.Penyampaian RancanganPerda tentang PerubahanAPBD kepada DPRD

Paling lambatminggu II bulanSeptember

3 minggu

5.Pengambilan persetujuanbersama DPRD dan kepaladaerah

Paling lambat 3bulan sebelumtahun anggaranberakhir

6.Menyampaikan RancanganPerda tentang PerubahanAPBD dan RancanganPerkada tentang PenjabaranPerubahan APBD kepadaMDN/Gubernur untukdievaluasi

3 hari kerja setelahpersetujuanbersama

7.Hasil evaluasi RancanganPerda tentangPerubahanAPBD dan RancanganPerkada tentang PenjabaranPerubahan APBD

Paling lama 15hari kerja setelahRancangan Perdatentang PerubahanAPBD danRancanganPerkada tentangPenjabaranPerubahan APBDditerimaolehMDN/Gub

8.Penyempurnaan RancanganPerda tentang PerubahanAPBD sesuai hasil evaluasiyang ditetapkan dengankeputusan pimpinan DPRDtentang penyempurnaanRancangan Perda tentangPerubahan APBD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

7 hari kerja

9.Penyampaian keputusanDPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang PerubahanAPBD kepada MDN/Gub

3 hari kerja setelahkeputusanpimpinan DPRDditetapkan

10.Penetapan Perda tentangPerubahan APBD danPerkada tentang PenjabaranPerubahan APBD sesuaidengan hasil evaluasi

11.Penyempurnaan RancanganPerda tentang PerubahanAPBD sesuai hasil evaluasiyang ditetapkan dengankeputusan pimpinan DPRD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

www.peraturan.go.id

Page 58: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 58

tentang penyempurnaanRancangan Perda tentangPerubahan APBD

13. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016, pemerintah daerahdilarang untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsungdan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepadapemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa pada kelompok belanjatidak langsung, apabila dari aspek waktu dan tahapan pelaksanaankegiatan serta bantuan keuangan yang bersifat khusus tersebutdiperkirakan tidak selesai sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2016.

14. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, wakil kepala daerahmenyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/PerubahanAPBD kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersama terhadaprancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD TahunAnggaran 2016.

Apabila kepala daerah berhalangan sementara, kepala daerahmendelegasikan kepada wakil kepala daerah untuk menyampaikanrancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersamaterhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan tetap atausementara, pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yangberwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah berwenanguntuk menyampaikan rancangan peraturan daerah tentangAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 kepada DPRD danmenandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan peraturandaerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

15. Dalam hal Pimpinan DPRD berhalangan tetap atau sementara, pejabatyang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selakupenjabat/pelaksana tugas pimpinan sementara DPRD berwenang untukmenandatangani persetujuan bersama terhadap rancanganAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

16. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturandaerah tentang Perubahan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturandaerah harus dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 314, Pasal 315,dan Pasal 319 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, jo. Pasal 110, Pasal111, Pasal 173, Pasal 174 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

17. Badan Anggaran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukanpenyempurnaan atas rancangan peraturan daerah tentang APBD atauperubahan APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap rancanganperaturan daerah tentang APBD atau perubahan APBD paling lama 7(tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri diterima olehGubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gubernur diterima olehBupati/Walikota untuk APBD kabupaten/kota.

www.peraturan.go.id

Page 59: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90359

Hasil penyempurnaan tersebut ditetapkan dalam Keputusan PimpinanDPRD, dan menjadi dasar penetapan peraturan daerah tentang APBD atauperubahan APBD. Keputusan Pimpinan DPRD dimaksud bersifat final dandilaporkan pada sidang paripurna berikutnya, sesuai maksud Pasal 114Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011.

V. Hal-HalKhususLainnya

Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2016, selainmemperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, jugamemperhatikan hal-hal khusus, antara lain sebagai berikut:1. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk

dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untuk dianggarkan dalamAPBD Tahun Anggaran 2015 sesuai maksud Pasal 79A Undang-UndangNomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang menegaskanbahwa pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan tidakdipungut biaya. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harussegera menyesuaikan peraturan daerah dimaksud sesuai Undang-UndangNomor 24 Tahun 2013.

Selanjutnya, pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatanadministrasi kependudukan yang meliputi kegiatan fisik dan non fisik,baik di provinsi maupun kabupaten/kota bersumber dari dan atas bebanAPBN sesuai maksud Pasal 87A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.

2. Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah terjadi beberapa perubahan mendasarterkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah. Untukitu, dalam rangka menghindari stagnasi penyelenggaraan pemerintahandaerah yang berakibat terhentinya pelayanan kepada masyarakat, makapenyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang bersifat pelayanankepada masyarakat luas dan masif, yang pelaksanaannya tidak dapatditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan Personel,Pendanaan, Sarana dan Prasarana, serta Dokumen (P3D), tetapdilaksanakan oleh tingkatan/susunan pemerintahan yang saat inimenyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren tersebut sampaidengan diserahkannya P3D.

Adapun urusan pemerintahan konkuren tersebut meliputipenyelenggaraan sub urusan:a. Pengelolaan pendidikan menengah;b. Pengelolaan terminal penumpang Tipe A dan Tipe B;c. Pelaksanaan rehabilitasi di luar kawasan hutan negara;d. Pelaksanaan perlindungan hutan di hutan lindung dan hutan produksi;e. Pemberdayaan masyarakat dibidang kehutanan;f. Pelaksanaan penyuluhan kehutanan provinsi;g. Pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan;h. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/Petugas lapangan KB (PKB/PLKB);i. Pengelolaan tenaga pengawas ketenaga kerjaan;

www.peraturan.go.id

Page 60: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 60

j. Penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dank. Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu,

pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang,daerah terpencil dan pedesaan.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren di luar urusanpemerintahan sebagamana tersebut diatas dilaksanakan olehsusunan/tingkatan pemerintahan sesuai dengan pembagian urusanpemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014.

3. Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan setelah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ditetapkan, pemerintah daerahmenyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antartingkatan/susunan pemerintahan sebagai akibat pengalihan urusanpemerintahan konkuren paling lambat tanggal 31 Maret 2016 dan serahterima Personel, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P2D) palinglambat 2 Oktober 2016 sebagaimana dimaksud Surat Edaran MenteriDalam Negeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentangPenyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Selanjutnya, terhadap barang milik daerah yang akan diserahkan sebagaiakibat pengalihan urusan pemerintahan tersebut, pemerintah daerahtidak diperkenankan untuk melakukan mutasi/perpindahan barang milikdaerah baik antar pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barangsebelum adanya penyerahan barang milik daerah sesuai maksudketentuan tersebut di atas.

Dalam kaitan itu, prinsip penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,akuntansi dan pelaporan pada APBD Tahun Anggaran 2016 terkaitdengan pengelolaan urusan pemerintahan konkuren sebagaimanatersebut pada huruf a sampai dengan huruf k sesuai maksud SuratEdaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari2015 tidak dikenal dengan istilah “cut off” pada posisi tanggal 2 Oktober2016 sebagai akibat pemberlakuan Pasal 404 Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Dana Transferdari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah antara lain DAU, DAK danDana Transfer Lainnya (Tunjangan Profesi Guru PNSD, TambahanPenghasilan Guru PNSD) pada tahun berkenaan tidak dapat dilakukanpengalihan/pemotongan (begitu saja) dari semula kewenanganKabupaten/Kota (belanja 9 bulan) beralih kepada Pemerintah Provinsi(belanja 3 bulan), begitu pula halnya dari Pemerintah Provinsi kepadaPemerintah, dimana alokasi anggaran dimaksud telah ditetapkan denganUndang-Undang mengenai APBN maupun Peraturan Presiden mengenaialokasi dana transfer.

Dengan demikian, beralihnya kewenangan dan penganggaran dari urusanpemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada huruf a sampaidengan huruf k berlaku efektif terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.

www.peraturan.go.id

Page 61: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90361

4. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintah daerah secarakonsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran fungsipendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh per seratus) dari belanjadaerah, sesuai amanat peraturan perundang-undangan, termasuk danaBOS yang bersumber dari APBD.

5. Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS TahunAnggaran 2016, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa danaBOS yang bersumber dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraansatuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai pelaksanaanprogram wajib belajar. Untuk dana BOS yang bersumber dari APBD,penganggarannya dalam bentuk program dan kegiatan.

6. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah secarakonsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggarankesehatan minimal 10% (sepuluh per seratus) dari total belanja APBD diluar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun2009 tentang Kesehatan.

Penjelasan Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009menegaskan bahwa bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10%(sepuluh per seratus) agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagidaerah yang belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secarabertahap.

7. Dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah padadaerah otonom baru, pemerintah provinsi dan/atau pemerintahkabupaten/kota induk melakukan pembinaan secara intensif melaluifasilitasi penyusunan Rancangan APBD, dan dukungan pendanaanmelalui pemberian hibah/bantuan keuangan yang besarnya sebagaimanadiatur dalam peraturan perundang-undangan.

Penyediaan dana hibah/bantuan keuangan bagi daerah otonom baru olehpemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota indukdilakukan setiap tahun dalam APBD sesuai dengan amanat undang-undang tentang pembentukan daerah otonom baru yang bersangkutan.Pemberian hibah dimaksud harus mempedomani peraturan perundang-undangan mengenai hibah daerah.

Sambil menunggu pembentukan DPRD, penyusunan APBD TahunAnggaran 2016 bagi provinsi/kabupaten/kota yang baru dibentukmempedomani Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120 dan Pasal 121Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011.

8. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapatmengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi danefektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:a. Daerah lain;b. Pihak ketiga; dan/atau

www.peraturan.go.id

Page 62: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 62

c. Lembaga atau pemerintah daerah diluar negeri sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa daerahuntuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara lebih efektif danefisien, pemerintah daerah dapat menganggarkan program dan kegiatanmelalui pola kerjasama antar daerah dengan mempedomani PeraturanPemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara PelaksanaanKerjasama Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerahserta peraturan perundang-undangan lainnya. Apabila pemerintah daerahmembentuk badan kerjasama, maka masing-masing pemerintah daerahmenganggarkan dalam APBD dalam bentuk belanja hibah kepada badankerjasama dengan mempedomani peraturan perundang-undanganmengenai hibah daerah.

Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan badan usahadalam penyediaan infrastruktur harus mempedomani Peraturan PresidenNomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan BadanUsaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

9. Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama antarDaerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 364 ayat (9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang pendanaannya bersumber dari APBDdan dianggarkan pada jenis belanja hibah dengan mempedomani Pasal298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 danPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah.

10. Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan pendanaan operasionalyang bersumber dari APBD kepada organisasi kemasyarakatan (termasukorganisasi keagamaan) dan dianggarkan dalam jenis belanja hibah denganmempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidanghibah.

11.Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas Kantor BersamaSistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), pemerintah provinsimenganggarkan pendanaan untuk pembangunan, pengadaan, danpemeliharaan sarana dan prasarana Kantor Bersama SAMSAT danpendanaan lain yang timbul dalam rangka menjamin efektifitas,penguatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pemantapan tugas-tugas pelaksanaan SAMSAT baik di Pusat maupun di Provinsi denganterbentuknya Sekretariat Pembina SAMSAT tingkat Nasional dan tingkatProvinsi dengan mempedomani Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu AtapKendaraan Bermotor, dan peraturan turunannya serta peraturanperundang-undangan lain yang terkait.

www.peraturan.go.id

Page 63: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90363

12.Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggapdarurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial sertakebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial sesuaiamanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 dan penanganan gangguankeamanan dalam negeri sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun2014, dilakukan dengan cara:a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja

tidak terduga dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukankepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusandimaksud ditetapkan;

b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinaninstansi/lembaga yang akan bertanggungjawab terhadap pelaksanaankegiatan mengajukan usulan kebutuhan;

c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan danabelanja tidak terduga untuk mendanai penanganan tanggap daruratyang mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannya diaturdengan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud Pasal 134ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; dan

d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanja tidakterduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanja tidakterduga ke belanja SKPD berkenaan dan/atau belanja PPKD.

13.Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana alam/bencanasosial dan/atau pemberian bantuan kepada daerah lain dalam rangkapenanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldoanggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD tahunanggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran BelanjaTidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas programdan kegiatan yang kurang mendesak, dengan memperhatikan hal-halsebagai berikut:a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-obatan,

logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalam RKA-SKPD yangsecara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatan dimaksud;

b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akan disalurkankepada provinsi/kabupaten/kota yang dilanda bencana alam/bencanasosial dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan. Sambil menungguPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016, kegiatan atau pemberianbantuan keuangan tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan caramelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang PenjabaranAPBD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016. Apabila penyediaan anggaranuntuk kegiatan atau bantuan keuangan dilakukan setelah PerubahanAPBD agar dicantumkan dalam LRA; dan

c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa LebihPerhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau denganmelakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuan

www.peraturan.go.id

Page 64: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 64

penanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukan kepadaDPRD paling lama 1 (satu) bulan.

14.Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-DR, DAK, DanaBOS, Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan Infrastruktur untukProvinsi Papua dan Papua Barat, Dana Insentif Daerah, Dana Darurat,Bantuan keuangan yang bersifat khusus dan dana transfer lainnya yangsudah jelas peruntukannya serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaandarurat dan/atau mendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/ataubelum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahuluipenetapan peraturan daerah tentang Perubahan APBD dengan cara:a. Menetapkan peraturan kepala daerah tentang perubahan penjabaran

APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD;b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar

pelaksanaan kegiatan;c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD, atau

dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah menetapkanperubahan APBD atau tidak melakukan perubahan APBD.

15.Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD disediakansarana, anggaran dan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan danmemperhatikan kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal109 ayat (10) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Pasal 33 ayat (3)Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang PedomanPenyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan sarana meliputiruang kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor, tidak termasuksarana mobilitas, sedangkan penyediaan anggaran untuk sekretariat fraksimeliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis kantor dan makan minumbagi rapat fraksi yang diselenggarakan di lingkungan kantor sekretariatfraksi.

16. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalamrangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah jabatan/rumahdinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana maksud Pasal 20Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan AtasPeraturanPemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang KedudukanProtokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD. Suami dan/atauistri yang menduduki jabatan sebagai Pimpinan dan/atau Anggota DPRDpada DPRD yang sama hanya diberikan salah satu tunjangan perumahan.Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yang suami atau istrinya menjabatsebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah pada tingkatan daerah yangsama tidak diberikan tunjangan perumahan.

17.Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disediakan masing-masing rumah jabatan beserta perlengkapan dan biaya pemeliharaan.Dalam hal pemerintah daerah belum menyediakan rumah jabatan kepaladaerah/wakil kepala daerah, pemerintah daerah dapat menyediakananggaran sewa rumah untuk dijadikan rumah jabatan yang memenuhistandar rumah jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

Page 65: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90365

18.Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan bahwaSKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasi teknis dibidang layanan umum dan memenuhi persyaratan yang ditentukan,diberikan fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangannya. Untukmenerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-BLUD (PPK-BLUD) diatur lebihlanjut dengan peraturan kepala daerah yang berpedoman pada peraturanperundang-undangan.

Dalam penerapan PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikan antaralain sebagai berikut:a. Bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) yang belum menerapkan PPK-BLUD,

agar pemerintah daerah segera melakukan langkah-langkah untukmempercepat penerapan PPK-BLUD pada RSD tersebut. Hal ini sesuaidengan amanat Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 20 ayat (3) Undang-UndangNomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, agar:

1) Penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnisdan Anggaran (RBA);

2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikutitahapan dan jadwal proses penyusunan APBD.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, khususnya dalamPasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telahmenerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal daripendapatan dan surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu)kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja.

19.Dalam rangka efektifitas pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 71Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual padaPemerintah Daerah, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalamAPBD Tahun Anggaran 2016 untuk mendanai kegiatan seperti:inventarisasi aset daerah, koordinasi, pembinaan, supervisi, pendidikandan pelatihan/peningkatan kapasitas, bimbingan teknis, seminar dansejenis lainnya.

Pelaksanaan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagiPemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota difasilitasi dan dikoordinasikan olehKementerian Dalam Negeri yang dapat bekerjasama dengan instansiterkait lainnya atau Perguruan Tinggi yang memiliki peminatan/spesifikasibidang Ekonomi/Keuangan Daerah dan/atau Pusat PengembanganAkuntasi (PPA) yang dapat mempertimbangkan regionalisasi.

20.Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagiPemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di bidang keuangan daerah,pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD TahunAnggaran 2016 untuk mendanai kegiatan seperti koordinasi, pembinaan,

www.peraturan.go.id

Page 66: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 66

supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan kapasitas SDM,bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.

Pelaksanaan peningkatan kapasitas SDM sebagaimana tersebut di atas dibidang seperti aset daerah/barang milik daerah, penilai dan penilaianaset, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), investasi daerah, BadanLayanan Umum Daerah (BLUD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) baikyang bersifat profit (misalnya Perbankan) maupun non profit (misalnyaPerusahan Daerah Air Minum-PDAM) serta Aneka Usaha Lainnyadifasilitasi dan dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri yangdapat bekerjasama dengan instansi terkait lainnya ataupihak/lembaga/Perguruan Tinggi yang memiliki peminatan/spesifikasibidang Ekonomi/Keuangan Daerah

21.Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidakdianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab indukorganisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga profesional yangbersangkutan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilakukan olehinduk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahragaprofesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 3Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahraga profesional adalaholahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentukuang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

22.Penganggaran program “Peningkatan pelayanan kedinasan kepaladaerah/wakil kepala daerah” mengacu pada Lampiran A.VII PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2011.

23.Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yang tidak selesaipada Tahun Anggaran 2015 dengan menggunakan Dokumen PelaksanaanAnggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) mempedomani Pasal 138Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:a. Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA Tahun Anggaran

2015.b. Dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD

(DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2016 sesuai Dokumen PelaksanaanAnggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Tahun Anggaran2015 dengan berpedoman pada format Lampiran B.III PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011.

c. DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaan anggarandan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

www.peraturan.go.id

Page 67: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90367

d. Untuk penetapan jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPDmasing-masing dilakukan sebagai berikut:1) Penelitian terhadap penyebab keterlambatan penyelesaian

pekerjaan, sepanjang penyebabnya di luar kelalaian PenyediaBarang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa, kegiatan tersebut dapatdi DPAL-kan.

Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan kelalaianPenyedia Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa maka tidakdapat di-DPAL-kan, sehingga kegiatan yang belum dilaksanakandianggarkan kembali sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL setelah terlebihdahulu dilakukan pengujian terhadap:a) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum

diterbitkan SP2D Tahun Anggaran 2015 atas kegiatan yangbersangkutan;

b) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D TahunAnggaran 2015; dan

c) SP2D yang belum diuangkan.e. Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatan lanjutan yang

telah dituangkan dalam DPAL-SKPD dimaksud, agar ditampungkembali di dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 padaanggaran belanja langsung SKPD berkenaan.

f. Kegiatan yang dapat dibuatkan DPAL harus memenuhi kriteria bahwakegiatan tersebut tidak selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkandalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan/kontrak, akibat di luarkendali penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa (forcemajeure).

24.Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepada pihak ketigaterkait dengan pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaransebelumnya, maka harus dianggarkan kembali pada akun belanja dalamAPBD Tahun Anggaran 2016 sesuai kode rekening berkenaan.Tata carapenganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukan perubahan atasperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016,dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD untuk selanjutnya ditampungdalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

25.Dalam Pasal 54A Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa kegiatan dapat mengikat danaanggaran:a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; ataub. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan tahun jamak

sesuai peraturan perundang-undangan.

Kegiatan tahun jamak tersebut pada huruf b harus memenuhi kriteriasekurang-kurangnya:a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara teknis

merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output yangmemerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (duabelas) bulan; atau

www.peraturan.go.id

Page 68: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 68

b. pekerjaanatas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus tetapberlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti penanamanbenih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan danobat di rumah sakit, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasacleaning service.

Penganggaran kegiatan tahun jamak dimaksud berdasarkan ataspersetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatan bersamaantara Kepala Daerah dan DPRD, yang ditandatangani bersamaan denganpenandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun pertamarencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak.

Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnya memuat:a. nama kegiatan;b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;c. jumlah anggaran; dand. alokasi anggaran per tahun.

Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui akhirtahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.

26. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkan belanjatali asih kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yang pensiun dinidengan uang pesangon, mengingat tidak memiliki dasar hukum yangmelandasinya.

27.Dalam rangka pengawasan penyerapan anggaran daerah oleh TimEvaluasi Percepatan Realisasi Anggaran (TEPRA) pada Kantor StafPresiden, pemerintah daerah dapat menganggarkan kegiatan yangmendukung efektifitas kerja TEPRA.

28.Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/Bupati danWakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 yang tahapanpenyelenggaraanya dimulai Tahun 2016, dianggarkan pada jenis belanjahibah dari pemerintah daerah kepada KPU Provinsi/Kabupaten/Kota danBawaslu Provinsi/Panwas Kabupaten/Kota dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015 tentangPengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, danperubahannya serta peraturan perundang-undangan yang mengaturstandar kebutuhan pendanaan kegiatan penyelenggaraan PemilihanGubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikotadan Wakil Walikota.

Pendanaan kebutuhan pengamanan pelaksanaan Pemilihan Gubernur danWakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil WalikotaTahun Anggaran 2017 dianggarkan dalam bentuk hibah atau program dankegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait sesuai peraturanperundang-undangan.

29.Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan biaya pemilihan Kepala Desadalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016 untuk pengadaansurat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya, honorarium

www.peraturan.go.id

Page 69: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90369

panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanat Pasal 34 ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

30.Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menganggarkandalam APBD Tahun Anggaran 2016 dalam rangka pembinaan danpengawasan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 112,Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

31.Dalam rangka mendukung pembangunan Lembaga Penempatan AnakSementara (LPAS), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan BalaiPemasyarakatan, Pemerintah daerah menyediakan lahan untukmendukung pembangunan tersebut sesuai maksud Pasal 105 ayat (3)Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan PidanaAnak.

32.Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing, danrelevansi pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah, dan pondokpesantren) dan pendidikan non islam di bawah binaan KementerianAgama sebagai bagian integral pendidikan nasional, pemerintah daerahdapat memberikan dukungan pendanaan yang dianggarkan dalam belanjahibah dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah.

33.Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaankeuangan desa, pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan pembinaandan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa padapemerintah desa di wilayahnya sesuai maksud Pasal 44 ayat (2) PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang PengelolaanKeuangan Desa.

Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun LaporanPertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa yang disampaikankepada Bupati/Walikota dan disusun dengan mempedomani PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.Selanjutnya, pemerintahdaerah menyusun Laporan dimaksud dalam bentuk ikhtisar yangdilampirkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

34.Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatandalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan kebijakannasional, antara lain:a. Pencapaian SDG’s, seperti: kesetaraan gender, penanggulangan

HIV/AIDS, malaria, penanggulangan kemiskinan, dan AksesPenyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebagaimana diamanatkandalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang ProgramPembangunan yang Berkeadilan dan Peraturan Presiden Nomor 2Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional (RPJMN) 2015-2019, dengan uraian sebagai berikut:1) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melalui perencanaan

dan penganggaran responsif gender, pemerintah daerahmempedomani Surat Edaran Menteri Negara PerencanaanPembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan,

www.peraturan.go.id

Page 70: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 70

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara PemberdayaanPerempuan dan Perlindungan AnakNomor: 270/M.PPN/11/2012,Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang Strategi Nasional PercepatanPengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan danPenganggaran yang Responsif Gender (PPRG);

2) Pengendalian dan pemberantasan malaria mempedomani KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 293 Tahun 2009 tentang EliminasiMalaria, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2013 tentangPedoman Tata Laksana Malaria, Keputusan Menteri KesehatanNomor 044/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Malaria danSurat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465 Tahun 2010perihal Perecepatan Eliminasi Malaria;

3) Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)mempedomasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008tentang SPM Bidang Sosial Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota danKeputusan Menteri Sosial Nomor 80/HUK/2010 tentang PanduanPerencanaan Pembiayan Pencapaian SPM Bidang Sosial DaerahProvinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

b. Pelaksanaan dan Pengawasan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat sebagaimanadiamanatkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentangPelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program IndonesiaPintar dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun KeluargaProduktif;

c. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentangKesejahteraan Lanjut Usia, serta program rehabilitasi dan perlindungansosial penyandang cacat;

d. Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan danKesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota denganmempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayan danKesejahteraan Keluarga;

e. Pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasanperbatasan bagi provinsi dan kabupaten yang berbatasan dengannegara tetangga sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008tentang Wilayah Negara;

f. Efektifitas tugas Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah (FORKOPIMDA)Provinsi, FORKOPIMDA Kabupaten, FORKOPIMDA Kota, dan ForumKoordinasi Pimpinan Kecamatan sebagai pelaksanaan urusanpemerintahan umumyang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepalapemerintahan dan dilaksanakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota diwilayah kerja masing-masing. Pendanaan untuk FORKOPIMDAProvinsi/ Kabupaten/Kota/Kecamatan tersebut bersumber dari danatas beban APBN sesuai maksud Pasal 9, Pasal 25 dan Pasal 26Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan tidak diperkenankanuntuk dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2016;

www.peraturan.go.id

Page 71: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.90371

g. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan kualitaspelayanan publik mempedomani amanat Undang-Undang Nomor 43Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 78 Tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di LingkunganKementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

h. Penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaanmempedomani Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentangPerpustakaan sesuai dengan standar nasional perpustakaan yangterdiri atas (1) Standar koleksi perpustakaan; (2) Standar sarana danprasarana; (3) Standar pelayanan perpustakaan; (4) Standar tenagaperpustakaan; (5) Standar penyelenggaraan; dan (6) Standarpengelolaan;

i. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikanwawasan kebangsaan dengan mempedomani Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 29 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemerintah DaerahDalam Rangka Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila danPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2012 tentangPedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan.

Penanganan konflik sosial, penyelenggaraan pusat komunikasi daninformasi bidang sosial kemasyarakatan dengan mempedomaniUndang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan KonflikSosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial.

Penanganan faham radikal dan terorisme (khususnya ISIS) melaluimekanisme deteksi dini dan cegah dini dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang ForumKewaspadaan Dini Masyarakat.

Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnyapemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika denganmempedomani Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentangPelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan danPemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)Tahun 2011-2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Narkoba.

Penguatan kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan, berbangsa danbernegara dilaksanakan melalui upaya mewujudkan kerukunan umatberagama, tingginya rasa toleransi dan saling pengertian intra danantara para pemeluk agama dengan mempedomani Peraturan BersamaMenteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/WakilKepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan PendirianRumah Ibadah.Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan evaluasi perkembanganpolitik di daerah dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam

www.peraturan.go.id

Page 72: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn903-2015.pdf · Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2015, No.903 72

Negeri Nomor 61 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemantauan, Pelaporandan Evaluasi Perkembangan Politik di Daerah.Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentangPedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah;

j. Penguatan inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerjapenyelenggaraan pemerintahan daerah terkait peningkatan pelayanankesejahteraan masyarakat dengan mempedomani Pasal 386 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Bersama Menteri Risetdan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 danNomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah;

k. Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan IlmuPengetahuan dan Teknologidengan mempedomani Undang-UndangNomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

l. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimanadiamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentangPenanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;

m. Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yang mempunyai tugasdan fungsi terkait dengan pengamanan persandian sebagaimana diaturdalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2008 tentang TunjanganPengamanan Persandian;

n. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIKsecara Nasional dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 23Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana diubahdengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang ditindaklanjutidengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, PeraturanPresiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata CaraPendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan peraturan perundang-undangan lainnya;

o. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses informasisecara transparan, cepat, tepat dan sederhana dengan mempedomaniUndang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan InformasiPublik dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi diLingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah; dan

p. Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaan MasyarakatEkonomi ASEAN dengan mempedomani Instruksi Presiden Nomor 6Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam RangkaMenghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA,

TJAHJO KUMOLO

www.peraturan.go.id