BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn912-2015.pdf · 3....
Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn912-2015.pdf · 3....
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No.912, 2015 BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman.
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional,perlu adanya pedoman pembentukan instansi vertikaldi lingkungan Badan Narkotika Nasional yangdisesuaikan dengan karakteristik jenis, sifat, danbeban kerja tugas dan fungsi organisasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana hurufa, perlu menetapkan Peraturan Kepala BadanNarkotika Nasional tentang Pedoman PembentukanInstansi Vertikal di lingkungan Badan NarkotikaNasional;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentangNarkotika (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5062);
www.peraturan.go.id
2015, No.912 2
2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentangBadan Narkotika Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 60);
3. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanNarkotika Nasional (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 2085);
4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanNarkotika Nasional Provinsi dan Badan NarkotikaNasional Kabupaten/Kota (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 493);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONALTENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKALDI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL.
Pasal 1
Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan NarkotikaNasional adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran PeraturanKepala Badan Narkotika Nasional ini dan merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini.
Pasal 2
Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan NarkotikaNasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan acuan dalampembentukan intansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
Pasal 3
Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasionalberdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini ditetapkanoleh Kepala Badan Narkotika Nasional setelah mendapat persetujuantertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang aparatur Negara.
Pasal 4
Penjelasan mengenai persyaratan, prosedur dan tata cara penilaianpembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasionaladalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala BadanNarkotika Nasional ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPeraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini.
www.peraturan.go.id
2015, No.9123
Pasal 5
Pada saat Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini mulai berlaku,Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 10 Tahun 2014tentang Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Organisasi InstansiVertikal Badan Narkotika Nasional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini mulai berlaku padatanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini dengan penempatannyadalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 15 Juni 2015
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Juni 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
www.peraturan.go.id
2015, No.912 4
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONALNOMOR 5TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSIVERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKANASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Badan Narkotika Nasional dibentuk dalam rangka pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika di Indonesia. Pembentukan Badan Narkotika Nasional
tidak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam merespon perkembangan
permasalahan narkoba yang terus meningkat di Indonesia.
Untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian serta terintegrasi dari
program pelaksanaan bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan
prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol (P4GN), maka Badan Narkotika Nasional mempunyai
perwakilan di daerah baik tingkat Provinsi maupun tingkat
Kabupaten/Kota. Perwakilan Badan Narkotika Nasional merupakan instansi
vertikal Badan Narkotika Nasional. Berdasarkan Pasal 31 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional, bahwa
instansi vertikal Badan Narkotika Nasional terdiri dari :
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya disebut dengan
BNNP; dan
2. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
dengan BNNK/Kota.
www.peraturan.go.id
2015, No.9125
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010, kedudukan BNNP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Narkotika
Nasional. BNNP mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan
wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Provinsi. Dalam
melaksanakan tugas, BNNP menyelenggarakan fungsi:
1. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi;
2. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;
3. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada BNN
Kabupaten/Kota;
4. penyusunan rencana program dan anggaran BNNP;
5. evaluasi dan penyusunan laporan BNNP; dan
6. pelayanan administrasi BNNP.
Demikian pula dengan BNNK/Kota, sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 23 Tahun 2010, BNNK/Kota berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Narkotika Nasional melalui Kepala
BNNP. BNNK/Kota mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan
wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan tugas BNNK/Kota menyelenggarakan fungsi :
1. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi;
2. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam
rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan
adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol
dalam wilayah Kabupaten/Kota;
3. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;
4. penyusunan rencana program dan anggaran BNNK/Kota;
5. evaluasi dan penyusunan laporan BNNK/Kota; dan
6. pelayanan administrasi BNNK/Kota.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 6
Untuk mewujudkan organisasi instansi vertikal Badan Narkotika Nasional
yang proporsional, efektif dan efisien, maka perlu ditetapkan pedoman
tentang pembentukan instansi vertikal Badan Narkotika Nasional terutama
mengenai persyaratan, prosedur dan tata cara penilaian pembentukan
Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
7. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pedoman pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional
dimaksudkan sebagai acuan pembangunan, perwujudan, dan
penyusunan organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
2. Tujuan
Pedoman pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional
bertujuan menciptakan landasan yang jelas dan baku dalam
pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika
Nasional ini diperuntukkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan BNNP dalam pembentukan Instansi Vertikal
Badan Narkotika Nasional.
4. PENGERTIAN UMUM
Pengertian umum dalam Pedoman ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
www.peraturan.go.id
2015, No.9127
2. Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional adalah Badan Narkotika
Nasional dalam wilayah Provinsi dan Badan Narkotika Nasional dalam
wilayah Kabupaten/Kota.
3. Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya disingkat BNNP
adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan
tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah
Provinsi.
4. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
BNN Kabupaten/Kota adalah instansi vertikal Badan Narkotika
Nasional yang melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Badan
Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap
Narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya
disingkat dengan P4GN.
6. Kerawanan Daerah adalah hasil analisa dari data dukung yang terdiri
beberapa unsur dari daerah yang mengusulkan pembentukan Instansi
Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
7. Entry Point Narkoba adalah pintu rawan masuk Narkoba (Darat, Laut,
Perairan, Udara) di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
8. Pecandu Narkoba adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
9. Tindak Pidana Narkoba adalah perbuatan pidana atau perbuatan
kejahatan yang berhubungan dengan narkoba.
10. Tersangka Tindak Pidana Narkoba adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaaannya berdasarkan bukti permulaan patut
diduga sebagai pelaku tindak pidana narkoba.
11. Tindak Pidana Lainnya keadaan yang sebenarnya dari suatu perkara
kriminalitas yang tidak terkait dengan narkoba.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 8
12. Tingkat Prevalensi Daerah adalah hasil penelitian dari penyalah guna
narkoba berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan jenis
penyalahgunaan zat.
13. Pembentukan adalah penyusunan, perwujudan, dan pembangunan
organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
14. DASAR DAN PRINSIP PEMBENTUKAN
Pembentukan organisasi instansi vertikal dilakukan dengan pertimbangan:
1. Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis.
2. Tuntutan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah.
3. Penyesuaian terhadap volume dan beban kerja.
4. Penyesuaian terhadap struktur organisasi tingkat pusat.
www.peraturan.go.id
2015, No.9129
BAB II
PERSYARATAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
1. REKOMENDASI GUBERNUR DAN/ATAU BUPATI/WALIKOTA
Rekomendasi Gubernur dan/atau Bupati/Walikota meliputi:
1. penyediaan sumber daya manusia pada tahap awal dalam waktu
tertentu.
2. pemberian fasilitasi kegiatan P4GN dan penyediaan sarana prasarana
dalam bentuk hibah dan/atau pinjam pakai dari
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan tanggung jawab yang telah
diatur dalam ketentuan yang berlaku.
3. penyediaan lahan diperuntukkan pembangunan gedung kantor BNNP
minimal seluas 2.500 m2 dan BNNK/Kota minimal seluas 1.000 m2
dan ditetapkan sebagai lokasi pembangunan dalam bentuk hibah
dan/atau pinjam pakai selama diperuntukkan untuk program P4GN
yang diatur dalam Nota Kesepahaman.
4. dalam hal pelaksanaan rekomendasi, Gubernur dapat mengusulkan
calon Kepala BNNP dan Bupati/Walikota dapat mengusulkan calon
Kepala BNNK/Kota yang selanjutnya dilakukan Baperjakat oleh BNN.
5. terdapat ketersediaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
yang dihibahkan ke instansi vertikal di lingkungan BNN.
6. NOTA KESEPAHAMAN DAN PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA DENGAN KEPALA BADAN NARKOTIKA
NASIONAL.
Format Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama dapat di lihat pada
Contoh 1 dan Contoh 2.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 10
www.peraturan.go.id
2015, No.91211
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 12
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.91213
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 14
www.peraturan.go.id
2015, No.91215
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 16
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.91217
www.peraturan.go.id
2015, No.912 18
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again.
www.peraturan.go.id
2015, No.91219
www.peraturan.go.id
2015, No.912 20
BAB III
PROSEDUR PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Tahapan prosedur pembentukan instansi vertikal terdiri atas :
1. Kepala Badan Narkotika Nasional mengirimkan surat permohonan
dukungan pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional kepada
Kepala Pemerintah Daerah, yaitu Gubernur dan/atau Bupati/Walikota.
2. Pemerintah Daerah memberikan tanggapan dengan mengirimkan dukungan
penyediaan lahan, bantuan sumber daya manusia, sarana prasarana dan
fasilitasi kegiatan P4GN serta naskah akademik pembentukan instansi
vertikal Badan Narkotika Nasional. Format sistematika penyusunan naskah
akademik dapat di lihat pada Contoh 3.
3. BNNP melakukan pemetaan di wilayahnya untuk diusulkan daerah yang
akan dibentuk instansi vertikal ke Badan Narkotika Nasional dengan
mempertimbangkan skala prioritas pembentukan Instansi Vertikal Badan
Narkotika Nasional di daerah.
4. Badan Narkotika Nasional melakukan survei ke daerah yang akan dibentuk
instansi vertikal Badan Narkotika Nasional dan menentukan daerah yang
akan dibentuk Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional.
5. Penentuan skala prioritas pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika
Nasional di daerah berdasarkan analisis organisasi yang meliputi :
1. Pemetaan Kategori Karakteristik Kerawanan Daerah.
2. Pemetaan Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba.
3. Penyediaan Lahan Pembangunan Kantor.
4. Fasilitasi Kegiatan P4GN.
5. Penyediaan Sarana dan Prasarana.
6. Rekomendasi Personel yang akan dipekerjakan.
7. Manajemen Puncak (Top Management) Badan Narkotika Nasional
menyelenggarakan rapat mengenai finalisasi penentuan daerah prioritas
pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional.
8. Prosedur pengusulan secara berjenjang, terdiri atas :
www.peraturan.go.id
2015, No.91221
1. Untuk tingkat BNNP, surat usulan ditandatangani oleh Kepala BNNP
dan ditujukan kepada Kepala BNN.
2. Untuk tingkat BNNK/Kota, surat usulan ditandatangani oleh Kepala
BNNK/Kota dan ditujukan kepada Kepala BNNP untuk disampaikan
kepada Kepala Badan Narkotika Nasional.
3. Hasil analisis dan evaluasi kebutuhan organisasi.
4. Naskah akademik.
5. Badan Narkotika Nasional dan Pemerintah Daerah menandatangani Nota
Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama setelah mendapat persetujuan
pembentukan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur Negara.
6. Badan Narkotika Nasional mengajukan surat usulan pembentukan Instansi
Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional beserta rancangan
peraturan kepala Badan Narkotika Nasional.
www.peraturan.go.id
2015, No.912 22
CONTOH 3
SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Dasar Hukum
c. Maksud dan Tujuan
BAB II POTENSI STRATEGIS WILAYAH BNNP dan/atau BNNK/KOTA
a. Aspek Geografis
b. Aspek Sumber Daya Manusia
c. Aspek Pemerintahan
d. Aspek Pendidikan
www.peraturan.go.id
2015, No.91223
CONTOH 3
SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
BAB III KONDISI SEKARANG
a. Bentuk Organisasi
b. Dana Operasional
c. Tempat/Lahan Kantor
d. Sumber Daya Manusia
e. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba
BAB IV KONDISI DIHARAPKAN
a. Bentuk Organisasi
b. Dana Operasional
c. Lahan/Kantor
d. Sumber Daya Manusia
e. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba
BAB V ANALISA URGENITAS PEMBENTUKAN
a. Unsur Pokok
1. Jumlah Entry Point Narkoba
2. Jumlah Pecandu Narkoba
3. Jumlah Kasus Tindak Pidana Narkoba
4. Jumlah Tersangka Tindak Pidana Narkoba
www.peraturan.go.id
2015, No.912 24
5. Jumlah Kasus Tindak Pidana Lainnya
b. Unsur Pendukung
1. SDM
2. Anggaran
3. Sarana Prasarana
4. Angka Prevalensi
www.peraturan.go.id
2015, No.91225
CONTOH 3
SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
BAB VI PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
c. Lampiran-lampiran
www.peraturan.go.id
2015, No.912 26
BAB IV
TATA CARA PENILAIAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional berupa
penentuan nilai terhadap seluruh komponen yang berpengaruh terdiri dari:
1. Grand Design vertikalisasi BNN.
2. Keterwakilan setiap Provinsi yang mengusulkan dengan skala prioritas.
3. Beban kerja.
4. Alokasi anggaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
5. Kriteria penilaian pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional.
Kriteria penilaian akan menjadi acuan terhadap penentuan pembentukan
Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional.
1. UNSUR POKOK
Dalam menentukan Unsur Pokok terhadap kriteria penentuan pembentukan
Instansi Vertikalterdiri dari:
1. Jumlah Entry Point Narkoba, dilihat dari jumlah pintu rawan masuk
narkoba (darat, laut, perairan, udara) di daerah Provinsi atau
Kabupaten/Kota didukung data pengungkapan oleh Beacukai atau
tempat rawan yang tidak terjaga.
2. Jumlah pecandu narkoba, dilihat dari data pecandu narkoba di daerah
Provinsi atau Kabupaten/Kota tersebut.
3. Jumlah kasus tindak pidana narkoba, dilihat dari jumlah kasus
Narkoba yang terjadi di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
4. Jumlah tersangka tindak pidana narkoba, dilihat dari data tersangka
yang ditangkap di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota tersebut.
5. Jumlah kasus tindak pidana lainnya, di lihat dari jumlah kasus
kriminalitas lainnya.
www.peraturan.go.id
2015, No.91227
2. UNSUR PENUNJANG
Dalam menentukan Unsur Penunjang ditentukan berdasarkan ketersediaan
dukungan dari pemerintah daerah berupa sumber daya manusia, anggaran,
sarana prasarana, dan angka prevalensi Provinsi berdasarkan hasil
penelitian BNN.
3. TATA CARA PENILAIAN
1. Data unsur unsur pokok dan penunjanguntuk setiap komponen diberi
bobot persentase (%) secara proporsional berdasarkan pengaruhnya
terhadap beban kerja masing-masing Provinsi, dan Kabupaten/Kota
yang akan dibentuk.
2. Komponen unsur pokokdiberikan nilai maksimal sebesar 80 sedangkan
unsur penunjangdiberikan nilai maksimal sebesar 20.
3. Setiap subunsurdiberikan bobot berbeda-beda dengan
mempertimbangkan pengaruh terhadap beban kerja masing-masing
BNNP dan BNNK/Kota.
4. Tata cara perhitungan nilai untuk setiap unsur dan subunsur
menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Nilai Unsur Pokok = Jumlah nilai 5 Subunsur
(Nilai Entry Point +
Nilai Pecandu Narkoba +
Nilai Kasus Tindak Pidana Narkoba +
Nilai Tersangka Tindak Pidana Narkoba +
Nilai Kasus Tindak Pidana Lainnya)
b. Nilai Unsur Penunjang = Jumlah nilai 4 Subunsur
(Nilai SDM + Nilai Anggaran +
Nilai Sarana Prasarana +
Nilai Prevalensi)
www.peraturan.go.id
2015, No.912 28
c. Cara untuk perhitungannya sebagai berikut :
Nilai Unsur Pokok dan Unsur Penunjangdijumlahkan dan dibuatkan
ranking sesuai ambang batas yang telah ditentukan untuk penentuan
layak atau tidak daerah tersebut menjadi Instansi Vertikal di
lingkungan Badan Narkotika Nasional.
5. RINCIAN NILAI UNTUK MASING-MASING UNSUR DAN SUBUNSUR PADA
PERHITUNGAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
1. UNSUR POKOK
Unsur tersebut terdapat 5 (lima) subunsur, terdiri atas:
1. Jumlah Entry Point Narkoba
Jumlah Entry PointNarkoba Nilai
1 sampai dengan 2 4
3 sampai dengan 4 8
5 sampai dengan 6 12
7 sampai dengan 8 16
Lebih dari 8 20
2. Jumlah Pecandu Narkoba
Jumlah Pecandu Narkoba (2 tahun terakhir) Nilai
1 sampai dengan 15 4
16 sampai dengan 30 8
31 sampai dengan 45 12
46 sampai dengan 60 16
Lebih dari 60 20
www.peraturan.go.id
2015, No.91229
3. Jumlah Kasus Tindak Pidana Narkoba
Jumlah Kasus Tindak Pidana Narkoba yang berada
di dalam wilayah (2 tahun terakhir)
Nilai
1 sampai dengan 25 3
26 sampai dengan 50 6
51 sampai dengan 75 9
76 sampai dengan 100 12
Lebih dari 100 15
4. Jumlah Tersangka Tindak Pidana Narkoba
Jumlah Tersangka Tindak Pidana Narkoba di dalam
wilayah (2 tahun terakhir)
Nilai
1 sampai dengan 20 3
21 sampai dengan 30 6
31 sampai dengan 40 9
41 sampai dengan 50 12
Lebih dari 50 15
5. Jumlah Kasus Tindak Pidana Lainnya
Jumlah Kasus Tindak Pidana Lainnya berada di
dalam wilayah (2 tahun terakhir)
Nilai
1 sampai dengan 25 2
26 sampai dengan 50 4
51 sampai dengan 75 6
76 sampai dengan 100 8
Lebih dari 100 10
www.peraturan.go.id
2015, No.912 30
6. UNSUR PENUNJANG
1. Sumber Daya Manusia
Keberadaan SDM yang dipekerjakan atau ditugaskan oleh
pemerintah daerah ke instansi vertikal di lingkungan BNN.
SDM Nilai
0 sampai dengan 3 orang 1
4 sampai dengan 8 orang 2
Lebih dari 8 orang 3
2. Anggaran
Terdapat ketersediaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) yang dihibahkan ke instansi vertikal di lingkungan BNN.
Anggaran Nilai
≤ Rp.100.000.000,- 1
Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 300.000.000,- 2
Lebih dari Rp. 300.000.000,- 3
3. Sarana Prasarana
Ketersediaan tanah, gedung, kendaraan dan meubelair dari
pemerintah daerah ke instansi vertikal di lingkungan BNN.
Sarana Prasarana
(Luas Tanah + Luas Gedung + Kendaraan + Meubelair)
Nilai
≤ 5 1
6 sampai dengan 8 2
www.peraturan.go.id
2015, No.91231
9 sampai dengan 10 3
Lebih dari 10 4
Dengan rincian sebagai berikut :
1. Tanah
Luas Tanah Nilai
≤ 500 m2 1
501 m2 sampai dengan 1.000 m2 2
lebih 1.000 m2 3
2. Luas Gedung
Luas Gedung Nilai
≤ 500 m2 1
501 m2 sampai dengan 1.000 m2 2
lebih 1.000,- m2 3
3. Kendaraan
Roda Dua Roda Empat Nilai
1 Kendaraan 1 Kendaraan 1
2 kendaraan 2 kendaraan 2
Lebih dari 2 kendaraan Lebih dari 2 kendaraan 3
www.peraturan.go.id
2015, No.912 32
4. Meubelair
Meubelair Nilai
Tidak Tersedia 1
Tersedia 2
4. Angka prevalensi
Penentuan prevalensi daerah berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh satuan kerja Pusat Penelitian, Data, dan
Informasi BNN pada tahun 2014, yang menghasilkan data
prevalensi sebagai berikut :
PROVINSI % PREVALENSI
Aceh 2,08
Sumatera Utara 3,06
Sumatera Barat 1,80
Sumatera Selatan 1,69
Jambi 1,89
Riau 1,99
Bengkulu 1,88
Lampung 1,52
Kepulauan Bangka Belitung 1,85
Kepulauan Riau 2,94
Banten 2,02
DKI Jakarta 4,74
Jawa Barat 2,34
Jawa Tengah 1,88
www.peraturan.go.id
2015, No.91233
PROVINSI % PREVALENSI
Daerah Istimewa Yogyakarta 2,37
Jawa Timur 2,01
Kalimantan Barat 2,01
Kalimantan Selatan 2,01
Kalimantan Tengah 1,95
Sulawesi Barat 2,09
Sulawesi Selatan 2,08
Sulawesi Tengah 2,11
Sulawesi Tenggara 1,59
Sulawesi Utara 2,19
Gorontalo 1,68
Bali 2,22
Nusa Tenggara Barat 1,50
Nusa Tenggara Timur 1,49
Maluku 2,32
Maluku Utara 1,85
Papua 1,23
Papua Barat 1,57
Dengan penilaian sebagai berikut :
Prevalensi Nilai
0 sampai dengan 1,49 2
1,50 sampai dengan 2,99 5
Lebih dari 3,00 10
www.peraturan.go.id
2015, No.912 34
5. PENETAPAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA
NASIONAL
Total nilai akhir yang layak dipertimbangkan untuk dibentuk menjadi
Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional dengan ambang batas nilai
minimal 50 – 100 (lima puluh sampai dengan seratus).
www.peraturan.go.id
2015, No.91235
BAB V
PENUTUP
1. Penguatan kelembagaan dan pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan
Badan Narkotika Nasional, merupakan kebutuhan yang mendesak dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika.
2. Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pembentukan Instansi Vertikal
di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
3. Usulan pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional agar tetap
memperhatikan, tingkat kerawanan daerah dan tingkat prevalensi
kerawanan daerah.
Pedoman ini bersifat dinamis, dalam arti ketentuan-ketentuan di dalamnya
dapat diubah sesuai kebutuhan berdasarkan perkembangan lingkungan
strategis yang ada.
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id