Berat Volume Laporan

17
BAB 1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT 1.1 Tujuan praktikum Menentukan berat volume agregat halus dan agregat kasar sebagai perbandingan berat material kering dan volumenya. 1.2 Peralatan Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh Oven Tongkat pemadat (diameter= 16 mm, panjang =60 mm) Cawan Kubus dari baja ukuran 15 x 15 x 15 cm 3 Silinder dari baja diameter 15 cm, panjang 30 cm Bahan Agregat halus (pasir) Agreagat kasar (kerikil) Landasan Teori Kandungan dalam campuran beton sangat tinggi komposisi agregat berkisar 60 % - 70 % dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya sebagai pengisi karena komposisinya yang besar, agregat ini menjadi penting.(PBI 1971) Agregat merupakan bahan pengisi untuk beton yang ekonomis.Agregat harus memiliki distribusi ukuran sedemikian hingga ukuran-ukuran rongga antar semen minimum. Dalam Buku Pedoman Pengerjaan Beton 1989 dinyatakan bahwa berat beton volume (2200-2500kg/m3) menurut (SK SNI. T-15-1990:1) yang teknologi beton Ir.Tri Mulyono, MT 1.5 Prosedur Praktikum a. Dengan cara dilepas: 1. Timbang dan catat berat kubus dan silinder (W1) 2. Masukkan benda uji dengan hati-hati 3. Ratakan permukaan benda uji

Transcript of Berat Volume Laporan

Page 1: Berat Volume Laporan

BAB 1

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT

1.1 Tujuan praktikumMenentukan berat volume agregat halus dan agregat kasar sebagai perbandingan berat material kering dan volumenya.

1.2 PeralatanTimbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contohOvenTongkat pemadat (diameter= 16 mm, panjang =60 mm)CawanKubus dari baja ukuran 15 x 15 x 15 cm3

Silinder dari baja diameter 15 cm, panjang 30 cm

BahanAgregat halus (pasir)Agreagat kasar (kerikil)

Landasan TeoriKandungan dalam campuran beton sangat tinggi komposisi agregat berkisar 60 % - 70 % dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya sebagai pengisi karena komposisinya yang besar, agregat ini menjadi penting.(PBI 1971)Agregat merupakan bahan pengisi untuk beton yang ekonomis.Agregat harus memiliki distribusi ukuran sedemikian hingga ukuran-ukuran rongga antar semen minimum. Dalam Buku Pedoman Pengerjaan Beton 1989 dinyatakan bahwa berat beton volume (2200-2500kg/m3) menurut (SK SNI. T-15-1990:1) yang teknologi beton Ir.Tri Mulyono, MT

1.5 Prosedur Praktikum

a. Dengan cara dilepas:1. Timbang dan catat berat kubus dan silinder (W1)2. Masukkan benda uji dengan hati-hati3. Ratakan permukaan benda uji4. Timbang dan catat wadah yang telah diisi benda uji (W2)5. Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)

b. Dengan cara ditumbuk :1. Timbang dan catat berat kubus dan silinder (W1)2. Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan

tongkat pemadat yang di rodding sebanyak 25 x secara merata.

Page 2: Berat Volume Laporan

3. Ratakan permukaan benda uji.4. Timbang dan catat berat wadah dan benda uji (W2).5. Hitung berat benda uji (W3= W2 – W1).

1.6 Data percobaanTabel 1.1Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (pasir)Wadah Kubus :

Percobaan Berat Kubus(kg) (W1)

Berat Kubus + Agregat (kg)(W2)

Berat Agregat (kg)

Berat Agregat Rata – rata (kg) (W3)

Berat Volume Agregat W3/V wadah

I 14.00 19.18 5.18 5.555 1646 kg/m3II 14.00 19.93 5.93 1646 kg/m3

Wadah Silinder :

Percobaan Berat Silinder (kg) (W1)

Berat Silinder + Agregat (kg)(W2)

Berat Agregat (kg)

Berat Agregat Rata – rata (kg) (W3)

Berat Volume Agregat W3/V wadah

I 10.12 20.55 10.47 10.985 2073 kg/m3II 10.12 21.62 11.5 2073 kg/m3

Tabel 1.2Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (kerikil)Wadah Kubus :

Percobaan Berat Kubus(kg) (W1)

Berat Kubus + Agregat (kg)(W2)

Berat Agregat (kg)

Berat Agregat Rata – rata (kg) (W3)

Berat Volume Agregat W3/V wadah

I 14.00 18.75 4.75 5 1481.5 kg/m3II 14.00 19.25 5.25 1481.5 kg/m3

Wadah Silinder :

Percobaan Berat Silinder (kg) (W1)

Berat Silinder + Agregat (kg)(W2)

Berat Agregat (kg)

Berat Agregat Rata – rata (kg) (W3)

Berat Volume Agregat W3/V wadah

I 10.12 18.05 7.93 9.105 1718.33 kg/m3

II 10.12 20.4 10.28 1718.33

Page 3: Berat Volume Laporan

kg/m3

1.7 Analisa Hasil Praktikuma. Volume Kubus = S x S x S

= 15 x 15 x 15= 3375 cm3

b. Volume Silinder = π/4 . D2 . t= 3.14/4 . 152 . 30= 5298.75 cm3

Berat Volume Agregat = Berat AgregatVolumeWadah

Berat Volume Agregat Halus

a. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = 5.5550.003375

= 1646 kg/m3

b. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = 10.985

0.00529875 = 2073 kg/m3

Berat Volume Agregat Kasar

c. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = 5

0.003375 = 1481.48 kg/m3

d. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = 9.105

0.00529875 = 1718.33 kg/m3

1.8 Kesimpulan

Berat Volume Agregat Halus Rata – rata = 1859.5 kg/m3 , mendekatin angka standard berat volume agregat kasar yaitu (1300 – 1900 ) kg/m3

Page 4: Berat Volume Laporan

Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata = 1599.915 kg/m3 , mendekatin angka standard berat volume agregat kasar yaitu (1400 – 2200 ) kg/m3

BAB IIPEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT

2.1 Tujuan PraktikumMenentukan Prosentase kadar lumpur dalam agregat halus.2.2 Peralatan :1. Gelas ukur2. Cawan3. Oven4. Timbangan

2.3 Bahan :Pasir secukupnya pada kondisi lapangan dan air secukupnya sebagai pelarut.2.4 Landasan TeoriLumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak , ada kecenderungan meningkatnya pemakaian air dalam campuran beton , jika ada bahan – bahan itu tidak dapat menyatu dengan semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen dan agregat serta mengurangi kekuatan tekan beton.Dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat digunakaan standard SNI 03 – 4141 – 1996 , metode ini digunakan untuk menghitung besarnya persentasi gumpalan lempung dan butiran – butiran mudah pecah dalam agregat halus maupun kasar.Menurut SII. 0052 kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm) maksimum 5% (PBI 1971)

2.5 Prosedur Praktikum1. Cara pengendapan a. Pasir dimasukan ke gelas ukur.b. Tambahkan air pada gelas ukur untuk melarutkan lumpur.c. Gelas dikocok untuk memisahkan lumpur dari pasir.d. Ukur volume pasir (V1) dan volume lumpur (V2).e. Biarkan lumpur mengendap selama 24 jam.f. Ukur volume pasir dan volume lumpur setelah pengendapan.

2. Cara pencuciana. Pasir di timbang (W1).b. Cuci pasir sampai airnya bening.c. Pasir yang sudah dicuci , dioven pada suhu ± 110o C.d. Setelah dioven benda uji ditimbang.

Page 5: Berat Volume Laporan

2.6 Hasil Praktikum.

Tabel 2.1Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Endapan

Percobaan Volume Pasir (ml) (V1)

Volume Lumpur (ml)(V2)

Kadar Lumpur (%)

Kadar Lumpur Rata – rata (%)

I 500 25 5 5

Tabel 1.2Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Cucian

Percobaan Berat Cawan (gr) (a)

Berat Cawan + Agregat Sebelum Dicuci (gr)

Berat Cawan + Agregat Setelah Dicuci (gr)

Kadar Lumpur (%)

Kadar Lumpur Rata – rata (%)

I 60 650 587 9.548.745

II 63 817 752 7.95

2.7 Analisa Hasil Praktikum

a. Kadar lumpur dengan endapan

Kadar lumpur V 2

V 1+V 2 x 100%

Percobaan I :Kadar lumpur = 25

25+500 x 100%= 5%

b. Kadar lumpur dengan cucian

Kadar lumpur = b−cb−a x 100%

Percobaan I : Kadar lumpur = 650−587752−63

x100% = 9,54%

Page 6: Berat Volume Laporan

BAB III

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

3.1 Tujuan Praktikum

Menentukan kadar air agregat dengan pengeringan

3.2 Peralatan :

a. timbangan ketelitian 0,1 % dari berat contoh

b. Oven dengan suhu 110o C

c. Cawan Logam

3.3 Bahan :

a. agregat halus

b. Agregat kasar

3.4 Landasan Teori

Standard pengujian kadar air agregat menggunakan SNI 03-1971-1990, metode ini digunakan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.

Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat.Kadar air dibedakan menjadi 4 jenis :

1. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan benar-benar tidak berair2. Kering udara dimana permukaan kering tetapi sedikit mengandung air di porinya3. Jenuh kering permukaan JPK4. Kondisi basah dimana agregat banyak mengandung air

Kadar air dinyatakan dalam bentuk prosen dengan rumus :

Kadar air agregat = b−cb−a x 100%

A : Berat Cawan

B : Berat Cawan + Agregat sebelum dioven

Page 7: Berat Volume Laporan

C : Berat Cawan + Agregat setelah dioven

3.5 Prosedur Praktikum

a. Timbang dan catat berat cawan kosong (a)

b. Masukkan benda uji ke dalam cawan, timbang berat keduanya (b)

c. Hitung berat benda uji

d. Oven selama 24 jam suhu 110o C

e. Timbang dan catat benda uji dan cawan setelah dioven.

f. Hitung berat benda uji.

3.6 Hasil Praktikum

Tabel III.1

Percobaan agregat halus

Percobaan Berat Cawan (gr) (a)

Berat Cawan + Agregat Sebelum Dioven(gr)

Berat Cawan + Agregat Setelah dioven (gr)

Kadar air (%)

Kadar air Rata – rata (%)

I 34 627 625 0.340.33

II 37 670 668 0.32

Tabel III.2

Percobaan agregat kasar

Percobaan Berat Cawan (gr) (a)

Berat Cawan + Agregat Sebelum Dioven(gr)

Berat Cawan + Agregat Setelah dioven (gr)

Kadar air (%)

Kadar air Rata – rata (%)

I 60 1850 1835 0.840.82

II 75 2590 2570 0.8

3.7 Analisa Hasil Praktikum

Page 8: Berat Volume Laporan

Kadar air agregat = b−cb−a

x 100%

Kadar air agregat halus

Kadar air agregat halus (percobaan 1) = 627−625627−34 x 100% = 0.34%

Kadar air agregat halus (percobaan 2) = 670−668670−37 x 100% = 0.32%

Kadar air agregat halus rata-rata = 0.33 %

Kadar air agregat kasar

Kadar air agregat kasar (percobaan 1) = 1850−18351850−60 x 100% = 0.84%

Kadar air agregat kasar (percobaan 2) = 2590−25702590−75 x 100% = 0.8%

Kadar air agregat kasar rata-rata = 0.82 %

3.8 Kesimpulan

Kadar air agregat halus rata-rata = 0.33 % Kadar air agregat kasar rata-rata = 0.82 % Kadar air tersebut didapat setelah dilakukan pengovenan, agar kandungan air di agregat tidak

terlalu banyak, sehingga tidak mempengaruhi Faktor Air Semen (FAS)

BAB IV

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS

4.1 Analisa Saringan Agregat Halus4.1.1 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) dari yang kasar sampai yang halus untuk keperluan pembuatan beton.

4.1.2 Peralatana. Timbangan ketelitian 0.2 % dari berat benda ujib. Seperangkat Saringanc. Oven suhu 110o Cd. Mesin Penggetare. Talamf. Kuasg. Sendok

4.1.3 Bahan

Page 9: Berat Volume Laporan

Agregat Halus 500 gram4.1.4 Landasan Teori

Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar menggunakan standard SNI 03-1968-1990 metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Batasan ukuran Agregat halus dan Agregat kasar menurut British Standart adalah 4,8 mm (4,75 mm)Agregat halus dikelompokkan dalam 4 zone yaitu :

Daerah gradasi 1 = Pasir kasar Daerah gradasi 2 = Pasir agak kasar Daerah gradasi 3 = Pasir Halus Daerah gradasi 4 = Pasir agak halus

( grafik dapat dilihat pada lampiran 4.5a s/d 4.5d)

Finennes Modulus (FM) diperoleh dengan menjumlah prosentase yang tertinggal kumulatif pada masing-masing ayakan.

FM = ∑%Kumulatif bertahan

100

4.1.5 Prosedur Praktikuma. Agregat halus dikeringkan dengan suhu 110o Cb. Agregat halus yang sudah dikeringkan, dimasukkan dalam seperangkat saringanc. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar atau vibrator selama 15 menit.

4.1.6 Hasil Praktikum

Tabel IV.1Hasil Agregat halus (Pasir)

No Ukuran Saringan ᴓ Berat Cawan (gr) (a)

Berat Cawan Agregat (gr) (b)

Berat Agregat (gr) (c)

1 9.5 31 36 52 4.76 31 55 243 2.38 31 58 274 1.19 31 72 415 0.59 31 143 116 0.27 43 160 12.87 0.199 43 118 748 0.07 42 92 49

Page 10: Berat Volume Laporan

9 Alas (0.0) 42 83 41

Tabel IV.1Hasil Agregat kasar (Kerikil)

No Ukuran Saringan ᴓ Berat Cawan (gr) (a)

Berat Cawan + Agregat (gr) (b)

Berat Agregat (gr) (c)

1 12.5 63 87 242 9.5 63 223 1603 4.7 58 2145 20874 2.28 58 250 1925 1.11 54 85 316 Alas (0.0) 53 59 6

4.1.7 Analisis Hasil Praktikum

1. Berat Kehilangan = Berat Semula−Berat setelah disaring

Berat Semula x 100%

a. Berat Agregat Semula = 500 gramb. Berat Agregat setelah disaring = 488 gram

Berat Kehilangan = 500−488500

x 100% = 2.4 %

2. % Tertahan komulatif =36−31500

x 100% = 1 %

3. Lolos Saringan = 100% - % tertahan

100% - 1% = 99%

Untuk Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada table VI.2

Page 11: Berat Volume Laporan

Tabel IV.2Analisa Hasil Agregat Halus

No Ukuran Saringan ᴓ

Berat Agregat (gr) (a) % Berat Bertahan

% Berat Kumulatif bertahan

% Kelolosan

1 9.5 5 1 1 992 4.76 24 4.8 5.8 94.23 2.38 27 5.4 11.2 88.84 1.19 41 8.2 19.4 80.65 0.59 11 22.2 41.6 58.46 0.27 12.8 25.6 67.2 32.87 0.199 74 14.8 82 188 0.07 49 9.8 91.8 8.29 Alas (0.0) 41 8.2 100 0

BAB IX

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON KARAKTERISTIK

9.1 Tujuan Percobaan

Menentukan kekuatan tekan beton per-cm2 luas bidang potongan dan percobaan yang telah ditentukan.

Menentukan kekuatan tekan beton karakteristik berbentuk kubus dan silinder yang dibuat di laboraturium.

9.2 Peralatan

Mesin penguji tekan hancur beton

Page 12: Berat Volume Laporan

9.3 Bahan

Beton yang dirawat di laboraturium selama 7 hari

9.4 Landasan teori

Dari pengumpulan data kekuatan tekan hancur beton dilakukan penentuan kuat tekan karakteristik ini diperoleh dengan menggunakan rumusan (statistik) sebagai berikut :

a. Menetapkan deviasi standar benda uji

s=∑ √‘b−‘ bm

N−1

DimanaS = deviasi standar ‘b = kuat tekan beton yang didapat masing-masing ‘bm = kuat tekan beton rata-rataN = jumlah seluruh benda uji

b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat :

‘bk = ‘bm - 1.64 S

Dimana ‘bk = kuat tekan beton karakteristik

c. Nilai kekuatan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan nilai rencana bila mutu beton kurang dari rencana, maka beton tersebut tidak memenuhi syarat.

Jadi ikuran mutu pelaksanaan adalah deviasi standart pada table berikut :

TABEL IX.3Besar kecilnya batasan-batasan deviasi standart

Isi Pekerjaan Deviasi standart (kg/cm2)Sebutan Jumlah beton

m3Baik sekali Baik Dapat diterima

Kecil <1000 45<S<65 55<S<65 65<S<85Sedang 1000-3000 35<S<45 45<S<55 55<S<75

Page 13: Berat Volume Laporan

Besar >3000 25<S<35 35<S<45 45<S<65

Beton yang digunakan untuk struktur beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas yang

tercantum pada Tabel IX.4 berikut

Kelas Mutu ‘bk (kg.cm2)

‘bm S = 46 (kg.cm2)

Tujuan Pengawasan terhadapMutu Agregat

Kekuatan tekan

I B0 - - Non strukturil

Ringan Tanpa

II B1K125K175K225

-125175225

-200250300

StrukturilStrukturilStrukturilStrukturil

SedangKetatKetatKetat

TanpaKontinuKontinuKontinu

III K > 225 >225 >300 Strukturil Ketat Kontinu

9.5 Prosedur Praktikum

1. Ambilah benda uji dari tempat perawatan2. Letakkan benda uji pada mesin tekan sentries3. Jalankan mesin tekan dan tekanan dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan

berkisar antara 6 sampai dengan 4 kg/cm2

4. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji tersebut.

5. Lakukan proses (1), (2), (3), dan (4) sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya.

9.6 Hasil Praktikum

Tabel IX.5Hasil Uji Kuat Tekan Beton

Benda uji Beban maksimal (kg) Kuat tekan beton umur 28 hari (kg/cm2)

Kubus 1Kubus2Kubus 3Kubus 4

Page 14: Berat Volume Laporan

‘bk = ‘bm - 1.64 S

s=∑ √‘b−‘ bm

N−1

s=∑ √‘b−‘ bm

N−1=

‘bk = ‘bm - 1.64 S

‘bk = ‘bm - 1.64 S

9.8 Kesimpulan

o Beton tersebut mempunyai kuat tekan karakteristik sebesaro Eton termasuk dalam kelas . . . . .dengan mutu K . . . . . . .untuk pekerjaan-

pekerjaan. . . . . . . sesuai dengan PBI pada bagian 3 bab 4.2 pada table 4.2.1