BENZODIAZEPINprint

34
BENZODIAZEPIN Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolytik dan hypnotik dan pada tahun 1960-an menggantikan obat barbiturat oral. Agar sediaan parenteral tersedia, mereka terus mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan. Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja pendek (midazolam). FARMAKOLOGI Mekanisme Aksi Benzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada reseptor benzodiazepin, yang mana merupakan bagian dari kompleks reseptor asam g aminobutirik (GABA). GABA merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi GABA ergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABA A. Berikatan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini. Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan kemampuan reseptor. Dosis midazolam Efek Kemampuan reseptor (%) Dosis flumazenil untuk membalikan Dosis rendah Antiepilepsi Anxiolisis Sedasi ringan Penurunnan perhatian Amnesia Sedasi kuat Relaksasi otot 20-25 20-30 25-50 60-90 Dosis rendah Dosis tinggi Anestesi Dosis tinggi Reseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar yang mempunyai ikatan yang terpisah dengan obat lain yaitu barbiturat, alkohol dan propofol. Ikatan dengan komponen yang lain pada reseptor benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan beberapa obat lain. Efek sinergis ini menunjukan bahaya depresi SSP jika obat digunakan secara bersamaan dan juga menyebabkan efek farmakologi toleransi silang dengan penggunaan alkohol. Hal ini juga konsisten dengan penggunaan benzodiazepin untuk mengatasi gejala timbal balik akut atau detoksifikasi alkohol atau obat-obatan lain. Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati reseptor tapi tidak dapat menyebabkan aktifitas. Senyawa benzodiazepin telah dikembangkan pada reseptor ligand tapi menyebabkan pergerakan terbalik dari agonis, akibatnya terjadi rangsangan pada otak. Senyawa ini juga merupakan

Transcript of BENZODIAZEPINprint

Page 1: BENZODIAZEPINprint

BENZODIAZEPINObat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolytik dan hypnotik dan pada tahun 1960-an menggantikan obat barbiturat oral. Agar sediaan parenteral tersedia, mereka terus mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan. Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja pendek (midazolam).FARMAKOLOGIMekanisme AksiBenzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada reseptor benzodiazepin, yang mana merupakan bagian dari kompleks reseptor asam g aminobutirik (GABA). GABA merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi GABA ergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABAA. Berikatan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini.Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan kemampuan reseptor.Dosis midazolam Efek Kemampuan

reseptor (%)Dosis flumazenil untuk membalikan

Dosis rendah AntiepilepsiAnxiolisis Sedasi ringanPenurunnan perhatianAmnesia Sedasi kuatRelaksasi otot

20-2520-3025-5060-90

Dosis rendah

Dosis tinggi Anestesi   Dosis tinggiReseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar yang mempunyai ikatan yang terpisah dengan obat lain yaitu barbiturat, alkohol dan propofol. Ikatan dengan komponen yang lain pada reseptor benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan beberapa obat lain. Efek sinergis ini menunjukan bahaya depresi SSP jika obat digunakan secara bersamaan dan juga menyebabkan efek farmakologi toleransi silang dengan penggunaan alkohol. Hal ini juga konsisten dengan penggunaan benzodiazepin untuk mengatasi gejala timbal balik akut atau detoksifikasi alkohol atau obat-obatan lain. Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati reseptor tapi tidak dapat menyebabkan aktifitas. Senyawa benzodiazepin telah dikembangkan pada reseptor ligand tapi menyebabkan pergerakan terbalik dari agonis, akibatnya terjadi rangsangan pada otak. Senyawa ini juga merupakan antagonis dari flumazenil. Gambaran ini merupakan reaksi berlawanan pada benzodiazepin yang sebelumnya adalah cadangan yang lama dari flumazenil dan merupakan akibat dari eksaserbasi pada penambahan dosis obat murni. Lebih dari itu dapat menyebabkan kegelisahan seperti pada hipoksemia dan toksisitas anestasi lokal, yang seharusnya hal ini diperhatikan terkebih dahulu.Penggunaan benzodiazepin yang lama menyebabkan penurunan regulasi dari reseptor dan juga terjadi penurunan ikatan dan funsi dari reseptor, pada akhirnya menunjukan peningkatan toleransi. Penggunaan yang lama juga dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik maupun mental, yang walaupun obat ini mempunyai efek adiktif yang rendah dari opiod dan barbiturat. Hubungan timbal balik yang dalam dapat menyebabkan gejala klinik yang sama seperti pada penggunaan alkohol akut, oleh sebab itu dosis benzodiazepin diturunkan secara teratur setelah penggunaan yang lama.Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif terhadap efek dari benzodiazepin dan dosis harus diturunkan secara teratur. Efek pada SSPEfek benzodiazepin pada SSP yaitu anxiolysis, sedasi, amnesia dan aktifitas antiepileptik.Anxiolysis terjadi pada penggunaan obat dengan dosis yang rendah dan apabila obat ini digunakan secara efektif untuk pengobatan anxietas yang akut maupun kronik. Efek yang panjang dari obat oral seperti diazepam dan chlordaizepoksid dapat mengobati efek timbal balik dari alkohol akut. Anxiolysis lebih sering terjadi pada saat premedikasi dan pada prosedur yang salah. Efek sedasi terjadi pada ketergantungan dosis yang menyebabkan depresi aktivitas serebral, dan efek sedasi yang ringan pada kemampuan reseptor yang rendah yang sama dengan pada anestesi umum jika ruang reseptor terisi. Midazolam terbukti benar aman sebagai obat sedatif intravena. Benzodiazepin mempunyai efek terapi yang tinggi (berbanding efektif dengan dosis letal) karena pada dosis yang berlebihan, perbedaan pada densitas

Page 2: BENZODIAZEPINprint

reseptor menyebabkan terjadi reaksi sensitivitas yang berlebihan pada korteks dan depresi medula. Bagaimanapun hal ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas dan kehilangan refleks protektif yang terjadi sebelum dalam efek sedasi, dan hal bahaya yang utama yaitu efek sedasi yang berlebihan atau terjadi self poisoning. Amnesia paling sering terjadi pada penggunaan benzodiazepin secara intravena dan yang digunakan pada penderita yang menjalani pengobatan atau penggunaan pada prosedur yang berulang. Anterograd amnesia mempengaruhi ambilan informasi. Retrograd amnesia tidak ditemukan pada penggunaan benzodiazepin. Periode kronik pada amnesia dilaporkan terjadi pada penggunaan obat oral lorazepam, yang dapat berpotensi bahaya pada kasus ini. Aktivitas antiepilepsi, dapat mencegah pengobatan seizure pada subkortikal. Obat intravena lorazepam dan diazepam dapat digunakan untuk menghentikan seizure dan clonazepam digunakan untuk membantu terapi pada terapi epilepsi kronik. Benzodiazepin dapat meningkatkan ambang aktivitas seizure pada toksisitas anestesi lokal, tapi dapat terlihat sebagai gejala awal. Penggunaan benzodiazepin dapat memberikan efek yang menyenangkan untuk insomnia dan lebih efektif lagi pada insomnia akut. Bagaimanapun pengobatan yang lama tidak dianjurkan karena dapat memberikan masalah seperti efek toleransi dan ketergantungan dan yang terpenting yaitu kesulitan dalam efek timbal balik pada pengobatan. Penggunaan benzodiazepin sebagai hipnotik sekarang telah digantikan dengan nonbenzodiazepin yang baru sebagai hipnotik yaitu, zopiklon, dimana obat ini dapat bereaksi pada reseptor benzodiazepin.Benzodiazepin menurunkan metabolisme oksigen di otak dan aliran darah otak, dan juga respon serebrovaskular untuk karbondioksida dilindungi, oleh sebab itu mereka menyesuaikan untuk digunakan pada beberapa pasien dengan kelaianan intrakranial. Bagaimanapun harus diketahui bahwa midazolam tidak dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial bersama dengan pemasangan intubasi trakeal. Sebagai tambahan, depresi ventliasi disebabkan oleh benzodiazepin pada pernapasan spontan yang dari pasien menunjukan peningkatan PCO2 arteri, yang tidak diinginkan jika pemenuhan tekanan intrakranial menurun. Efek samping yang tidak diinginkan pada SSP, seperti perasaan mengantuk dan terjadi kerusakan pada tampilan psikomotor. Meskipun efek residu sedatif minimal tapi dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan koordinasi motorik, yang seharusnya dapat diperkirakan kapan pengobatan ini dihentikan pada pasien.Relaksasi Otot Benzodiazepin menyebabkan reduksi otot ringan yang bisa menguntungkan misalnya pada penggunaan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif, yang mengurangi resiko dari dislokasi artikular atau saat pemasangan endoskopi. Bagaimanapun juga relaksasi otot berperan secara responsif pad obstruksi jalan napas pada penggunaan obat sedatif intravena. Relaksasi otot tidak berhubungan dengan efek pada neuromuskular junction, tapi menyebabkan peningkatan pada penghantaran impuls neuron pada medula spinalis dan penurunan transmisi polisinaptik pada otak. Efek pada RespirasiDosis benzodazepin dapat menyebabkan depresi sentral pada ventilasi . respon ventilasi terhadap CO 2 dapat terganggu dan respon dari ventilasi yang kurang ditandai dengan adanya depresi. Hal ini diikuti juga dengan adanya sindrom hipoventilasi dan gagal napas tipe 2 yang peka terhadap depresi pernapasan akibat efek dari benzodiazepin. Depresi ventilasi merupakan efek eksaserbasi dari obstruksi jalan napas dan hal ini paling sering pada dari yang sebelumnya. Apabila opiod dan benzodaizepin digunakan secara bersama-sama akan terjadi efek yang sinergis. Apabila kedua obat ini diberikan bersama-sama secara intravena, obat opiod harus diberikan terlebih dahulu dan efeknya dapat diperkirakan. Penurunan dosis benzodiazepin yang diperlukan sampai 75% harus diantisipasi. Hal ini harus menjadi standar praktek untuk menyediakan oksigen tambahan dan monitor saturasi oksigen dengan oximetri selama pemberian obat sedatif secara intravena.Efek KardiovaskulerBenzodiazepin menghasilkan efek hemodinamik yang tidak terlalu besar dimana mekanisme-mekanisme refleks hemostatik masih tetap terpelihara dan lebih aman dari agen anastesi intravena. Suatu penekanan pada resistensi vaskuler perifer menghasilkan sedikit penekanan pada tekanan arteri. Hipotensi yang signifikan dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipovolemia atau vasokonstriksi.FarmakokinetikBenzodiazepin adalah molekul kecil yang relative larut lemak, yang siap diabsorbsi secara oral dan dengan cepat melewati SSP. Midazolam harus melewati hepar dulu sehingga hanya sekitar 50% dari dosis oral yang sampai ke sirkulasi sistemik. Setelah pemberian bolus intravena, penghentian aksi obat terjadi secara lebih luas dengan proses redistribusi. Dibandingkan dengan obat-obatan seperti propofol, benzodiazepine memiliki waktu yang lebih lambat untuk mencapai keseimbangan konsentrasi pada target organ. Hal ini menganjurkan bahwa harus tersedia waktu untuk menilai seluruh efek klinis sebelum memberikan suatu kenaikan dosis lebih lanjut. Terdapat pengikatan protein secara luas. Eliminasi dari metabolisme hepatik mengikuti ekskresi dari metabolisme renal. Ada 2 jalan utama dari metabolisme meliputi oksidasi mikrosomal atau konjugasi dengan glukoronidase. Makna dari hal ini adalah bahwa oksidasi lebih mungkin dipengaruhi oleh usia, penyakit hepar, interaksi obat dan faktor-faktor lain yang mengubah konsentrasi dari sitokrom P450. Beberapa dari golongan

Page 3: BENZODIAZEPINprint

benzodiazepine, termasuk diazepam memiliki metabolic aktif yang secara luas memperpanjang efek klinis mereka. Disfungsi renal terlihat dari akumulasi dari metabolit-metabolit dan ini merupakan satu faktor penting penundaan pemulihan dari pemanjangan sedasi dari ITU.DIAZEPAM Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan pada awalnya diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar.Dosis · Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi· Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2 mg.· Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang berhenti. Dosis   maksimal 20 mg.· Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.MIDAZOLAMMidazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut menjadi lebih larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset sedasi dalam 90 detik dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial 50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%. Midazolam melewati metabolisme oksidatif hepatik dan memiliki waktu paru ± 1 jam dan meskipun aktif secara biologik, obat tersebut penting hanya sesudah pemanjangan waktu infus pada pasien dengan kelainan ginjal. Midazolam lebih potensial 1,5-2 kali dari diazepam dan memiliki farmakokinetik yang lebih baik untuk digunakan sebagai suatu sedatif intravena jangka pendek.Dosis· Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 µg/kg· Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)· Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/jKemungkinan kecacatan, kelainan neurologis atau kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkanPenatalaksanaan Kejang Demam: Antipiretika (penurunan demam), Antikonvulsan (penanganan kejang) dimana saat kejang diberikan diazepam rectal 5mg-10mg atau diazepam iv 0,3-0,5mg/kgBB dan saat demam diberikan diazepam oral 0,3mg/kgBB tiap 8jam atau diazepam rectal 0,5mg/kg tiap 8jam, obat lain sesuai penyakit yang mendasari. Obat Rumat diberikan pada (salah satu) kejang lama > 15menit, kelainan neurologis nyata sebelum/ sesudah kejang (hemiparesis, palsi serebralis, hidrosephalus, retardasi mental), kejang fokal dan kejang berulang < 24jam, kejang pada bayi <12bulan serta kejang demam >4x setahun. Jenis obat rumatan yang diberikan adalah Asam valpoat (hepatotoksik dan tidak boleh diberikan pada anak < 2tahun) 15-40mg/kgBB/hari, Fenobarbital 3-4mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis, dengan lama pengobatan sampai 1tahun bebas kejang, hentikan bertahap selama 1-2bulan.Penatalaksanaan: {Dalam 5-15 menit} Kejang (perhatikan jalan napas, kebutuhan oksigen dan bantuan pernapasan), kemudian bila kejang menetap dalam 3-5menit (berikan diazepam perrektal 5mg untuk BB <10kg, 10mg untuk BB>10kg atau Diazepam iv 0,3-0,5 mg/kgBB/x, dapat diberikan 2x dengan interval 5-10menit. {Dalam 15-20 menit} Cari ??? dan periksa lab sesuai indikasi, apa bila kejang tetap(+) berikan Fenitoin iv 15-20mg/kg encerkan dengan NaCl 0,9%, berikan selama 20menit atau dengan kecepatan 50mg/menit. {>30 menit/ status konvulsivus} apabila kejang(-) berikan dosis pemeliharaan fenitoin iv 5-7mg/kg 12jam kemudian, apabila kejang(+) berikan fenobarbital iv/im 10-20mg/kg, selanjutnya apabila kejang(-)berikan dosis pemeliharaan fenitoin iv 5-7mg/kg 12jam kemudian namun apabila kejang(+) lakukan perawatan intensif.Status Epileptikus/ status konvulsikus adalah kejang terus menerus selama 30menit atau lebih atau kejang berulang tanpa ada periode sadar diantaranya. Etiologi atau 3 kelompok status epileptikus pada anak ialah kejang demam berkepanjangan (prolonged febrile seizure), status epileptikus idiopatik dan status epileptikus simptomatik. Status epileptikus idiopatik adalah pasien epilepsy yang menghentikan OAE secara mendadak, atau gejala awal epilepsy yang baru muncul. Status epileptikus simptomatik terdapat kelainan neurologis yang mendasari serta terjadi pada penderita ensefalitis, malformasi otak congenital, gangguan elektrolit, intoksikasi logam berat, dll.Kejang DemamKejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.

Page 4: BENZODIAZEPINprint

Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam walaupun tingginya suhu badan yang dianggap cukup untuk kejang demam menurut beberapa ahli ialah 38,5 derajat celsius atau lebih. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu : simple febrile seizures/kejang demam sederhana (kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam) dan; complex febrile seizures / complex partial seizures/kejang demam kompleks (kejang fokal /hanya melibatkan salah satu bagian tubuh, berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat-selama demam berlangsung).Diperkirakan sekitar sepertiga anak dengan kejang demam akan mengalami serangan ulang. Kemungkinan berulangnya serangan bervariasi menurut usia. Anak yang mengalami kejang demam sederhana pertama saat usia kurang dari 1 tahun, 50 % akan mengalami kekambuhan, sedangkan kejang yang dialami setelah usia 3 tahun, kemungkinan serangan berulang 20 %. Pada kebanyakan kasus jumlah kambuhnya serangan terbatas 2 - 3 kali . Hanya 9 - 17 % saja yang mengalami serangan ulang lebih dari 3 kali. Kemungkinan serangan ulang juga meningkat pada bayi yang mengalami kejang pada suhu dibawah 40 derajat Celcius, riwayat keluarga ada kejang demam atau kejang tanpa demam, dan serangan pertama berupa kejang demam kompleks.Penanganan Kejang DemamDalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:Pertama, anak harus dibaringkan di tempat yang datar (di lantai atau tempat tidur) dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Longgarkan baju yang terlalu ketat, bersihkan segala sesuatu yang terdapat pada mulut (air liur, sisa makanan, dll.). Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. Jangan memberikan apapun melalui mulut (minum atau obat) pada saat anak kejang dan jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Jika memungkinkan, anak dikompres dengan air hangat suam-suam kuku dengan harapan saat air hangat menguap, panas dari tubuh si anak ikut terangkat.Kedua, sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.Hal ini didasari oleh adanya fakta bahwa kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, jarang mengakibatkan masalah, tetapi kejang yang terjadi lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kerusakan otak.Ketiga, setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.

Pemeriksaan LanjutanSetelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah),dan pasca imunisasi. Yang paling mengkhwatirkan kalau demam tinggi tersebut merupakan gejala peradangan otak, seperti meningitis atau ensefalitis.

Obat JalanBeberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut:

Antipiretik (obat penurun panas)Perlu diketahui bahwa segera memberi obat penurun panas setelah anak mulai demam bukanlah jaminan ia akan pasti terhindar dari kejang demam.

DiazepamPemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat. Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.

Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutanEfektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh.

Page 5: BENZODIAZEPINprint

Samakah dengan epilepsi?Walaupun gejalanya sama yaitu kejang dan berulang, namun pada anak yang menderita epilepsi, episode kejang tidak disertai dengan demam. Kejang demam juga tidak menyebabkan epilepsi. Hanya saja seorang anak dengan kejang demam mempunyai resiko 10 kali lebih besar menderita epilepsi di kemudian hari dibandingkan anak normal. Tetapi secara umum, resiko terjadinya epilepsi hanya sebesar 2-4% dari seluruh populasi anak normal.

Langkah AntisipasiJika anak anda pernah mengalami kejang, sebaiknya selalu sediakan obat penurun panas, thermometer dan obat anti kejang yang dimasukkan melalui dubur. Mintalah dokter anda untuk mengajarkan bagaimana cara memasukkan obat anti kejang tersebut. Berikan segera obat penurun panas jika anak anda mulai demam. Ukurlah suhu tubuh anak, jika anda sudah mengetahui pada suhu berapa anak anda kejang, maka anda bisa menyiapkan obat anti kejang dan mempersiapkan diri untuk tidak panik.Stesolid Rectal TubeKOMPOSISI: Tiap tube mengandung diazepam 5 mg/2,5 ml dan 10 mg/2,5 ml.DOSIS: Dewasa = 10 – 20 mg/kali; Anak-anak 6-12 tahun = 10 mg/kali, 1-5 tahun = 5 mg/kali. Dosis ini dapat diulang bilamana dianggap perlu.

Bagaimana aturan minum obat ini akan digunakan? Diazepam datang sebagai gel untuk menanamkan dubur menggunakan jarum prefilled dengan ujung plastik khusus. Ikuti petunjuk pada label resep Anda hati-hati, dan meminta dokter atau apoteker untuk menjelaskan bagian yang tidak Anda mengerti. Sebelum diazepam gel dubur yang diresepkan, dokter akan berbicara dengan pengasuh Anda tentang bagaimana mengenali tanda-tanda jenis aktivitas kejang yang harus ditangani dengan obat ini. pengasuh Anda juga akan diajarkan bagaimana untuk mengelola gel dubur. Jika digunakan secara teratur, diazepam dapat menjadi kebiasaan. Jangan menggunakan dosis lebih besar dari dokter Anda untuk memberitahu Anda. Gel diazepam rektal tidak dimaksudkan untuk digunakan setiap hari. Gel diazepam rektal tidak boleh digunakan lebih dari lima kali dalam sebulan atau lebih sering daripada setiap 5 hari. Jika Anda atau pengasuh Anda berpikir bahwa Anda perlu diazepam rektal lebih sering daripada ini, berbicara dengan dokter AndaPetunjuk bagi pengasuh untuk mengelola gel dubur:

* Masukkan penyitaan terhadap orang yang memiliki / sisinya di tempat di mana ia tidak bisa jatuh. * Lepaskan penutup pelindung dari jarum suntik dengan menekannya dengan ibu jari dan kemudian menariknya dari. * Taruh jelly pelumas di ujung dubur. * Hidupkan orang di nya / miring menghadap Anda, tekuk / ke depan kaki atasnya, dan memisahkan nya / bokongnya untuk mengekspos rektum. * Dengan lembut memasukkan ujung jarum suntik ke dalam rektum sampai bibir adalah pas melawan pembukaan dubur. * Perlahan-lahan menghitung sampai 3 sementara mendorong di plunger sampai berhenti. * Perlahan-lahan menghitung sampai 3 lagi, dan kemudian hapus jarum suntik dari dubur.

Page 6: BENZODIAZEPINprint

* Pegang pantat gel bersama sehingga tidak bocor dari rektum, dan pelan-pelan hitung sampai 3 sebelum melepaskan. * Jauhkan orang di / nya sisinya. Catatlah apa waktu diazepam gel dubur diberikan, dan terus mengawasi orang tersebut.

Setelah pemberian gel dubur, pengasuh harus menonton orang dengan kejang hati-hati. Jika salah satu terjadi berikut, panggilan 911:

* Kejang terus selama 15 menit setelah gel diberikan diazepam rektal (atau ikuti petunjuk dokter). * Kejang tampak berbeda atau lebih buruk dari biasanya. * Anda khawatir tentang seberapa sering kejang yang terjadi. * Anda khawatir tentang warna kulit atau pernapasan dari orang dengan kejang. * Orang tersebut mengalami masalah yang tidak biasa atau serius

DIAZEPAMTABLETKOMPOSISI :Tiap tablet mengandung : Diazepam 2 mgCARA KERJA OBAT :Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati.INDIKASI :Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot (kelaTrian motorik serebral, paraplegia). Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi.KONTRA INDIKASI :* Penderia hipersensitif* Bayi dibawah 6 bulan* Wanita hamil dan menyusui* Depress pernapasan* Glaucoma sudut sempit* Gangguan pulmoner akut* Keadaan PhobiaCARA PENGGUNAAN :Dewasa* Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari* Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2 -10 mg. 3-4 kali sehari dalam dosis bagi* Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam pertama, kemudian dikurangi menjadi 5 mg. 3 - 4 kali sehari* Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25 mg/kg

Usia lanjut dan pasien yang lemah : 2 - 2,5 mg, 1 - 2 kali sehari dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan.Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati dan ginjal kronik dosis dikuTarigT. Anak-anak 0.12 - 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.EFEK SAMPING :Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence.PERINGATAN DAN PERHATIAN :

Page 7: BENZODIAZEPINprint

* Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin selama minum obat ini. * Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari biasanya tidak memerlukan pengobatan dengan ansiolitik.* Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji secara klinis sistematik.* Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan pada obat* Pada penderita lemah dan lanjut usia dianjurkan dengan dosis efektif terkecil.* Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan pulmoner kronik, penderita fungsi hati dan ginjal kronik.* Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti keadaan hiper eksitasi akut. ansietas. halusinasi dan gangguan tidur.INTERAKSI OBAT :Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiazepin.CARA PENYIMPANAN :Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C), terlindung dari cahaya.

KEMASAN :Diazepam 2 mg. botol @ 1000 tablet/No.Reg. GPL8912410110A1HARUS DENGAN RESEP DOKTER PT. KIMIA FARMAJAKARTA- INDONESIAkitnia farmaOVER DOSIS

- Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, pada keadaan ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis akut selama pemulihannya dapat terjadi ansietas dan insomnia, yang dapat berkembang menjadi withdrawal syndrome (gangguan mental akibat penghentian penggunaan zat psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yang hebat, ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik.

- Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591 kasus lainnya over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan tingkat kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis benzodiazepin memberikan kesan keracunan yang relatif berbeda. sStudi terakhir dari 303 kasus keracunan benzodiazepin didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai keracunan akibat overdosis benzodiazepin yang relatif aman.

- Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernaafasan dan tekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap sadar. Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila pasien dalam keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan lambung, pemberian arang aktif (carbo adsorben) untuk mereduksi absorbsi. Flumazenil, merupakan antagonis spesifik reseptor benzodiazepine, diindikasikan untuk penanganan parsial atau menyeluruh pada efek sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine.TOKSISITAS

Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisi fatal yang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.

LD50 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus. Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari keenam setelah pemberian pada hewan coba, monyet.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Page 8: BENZODIAZEPINprint

Rectal adalah pemberian obat melalui rektum yang layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya supositoria,kadang-kadang sebagai cairan (klisma 2-10ml, lavemen:10-500ml). tujuannya memperoleh efek lokal dan efek sistemik. Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah larutan, suppositoria dan salep.Penggunaan salep pada rektum ditujukan untuk efek lokal atau sistemik, sedangkan yang bentuk larutan digunakan untuk larutan pembersih atau cairan urus- urus. Rektum dan kolon mampu menyerap banyak obat yang diberikan secara rektal untuk tujuan memperoleh efek sistemik, hal ini dapat menghindari perusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut dan usus.Obat rektal adalah obat yang ditujukan untuk pengobatan local atau keadaan-keadaan yang dibutuhkan seperti:1. penderita dalam keadaan muntah atau terdapat gangguan saluran cerna.2. bila terdapat kemungkinan zat aktif rusak oleh getah lambung yang asam atau oleh enzim usus.3. bila zat aktif mengalami kerusakan pada perlintasan pertama melalui hati.

Kerugian pemberian obat melalui rektum adalah :• tidak menyenangkan • absorpsi obatnya tidak teratur• Onset of action lebih lama• Jumlah total zat aktif yg dapat diabsorbsi kadang - kadang lebih kecil dari rute pemberian yang lain• dosis dan posisi absorbsi dapat menimbulkan peradangan bila digunakan secara terus menerus.

ANATOMI DAN FISIOLOGI REKTUMKolon dan rektum adalah bagian dari sistem pencernaan tubuh, yang menghilangkan nutrisi dari makanan dan toko-toko limbah sampai lolos keluar dari tubuh. Bersama-sama, kolon dan rektum bentuk panjang, tabung berotot yang disebut usus besar (juga disebut usus besar). Kolon adalah yang pertama 6 kaki dari usus besar, dan rektum adalah yang terakhir 8-10 inci.Bentuk :

RektumStruktur anatomi : Terdapat empat alpisan rektum dari arah luar ke dalam berurutan:1. lapisan serosa peritonial2. lapisan otot3. lapisan bawah mukosa4. lapisan mukosa Rektum dialiri oleh tiga jenis haemorrhoidales :

1. venae haemorrhoidales superior yang bermuara ke vena mesentericum inferior, selanjutnya masuk kedalam vena porta, dan juga membawa darah langsung ke peredaran umum.

2. venae haemorrhoidales medialis dan vena haemorhoidales inferior yang bermuara ke venae cava inferior dengan perantara venae iliaca interna selanjutnya membawa darah ke peredaran umum (kecuali hati) persarafan rektum terdiri dari:1. anyaman haemorrhoidales bagian atas (plexus harmorrhoidales superior)2. anyaman haemorrhoidales yang keluar dari plexus hipogastricum3. saraf haemorhoidales atau saraf anus yang merupakan cabang dari plexus sacralis.

Mekanisme KerjaMekanisme kerja supositoria dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 1. supositoria berefek mekanikbahan dasar supositoria berefek mekanik tidak peka pada penyerapan. Supositoria mulai berefek bila terjadi kontak yang menimbulkan refleks defikasi, namun pada keadaan konstipasi refleks tersebut lemah. Pada efek kontak tersebut terutama pada supositoria gliserin terjadi fenomena osmose yang disebabkan oleh afinitas gliserin terhadap air. Hal tersebut menimbulkan gerakan peristaltik2. supositoria berefek setempattermasuk dalam kelopok ini adalah supositoria anti wasir. Yaitu senyawa yang efeknya disebabkan oleh adanya sifat astringen atau peringkas pori. Ke dalam basis supositoria yang sangt beragam kadang-kadang ditambahkan senyawa peringkas pori baik dengan cara penyempitan maupun hemostatik. Dalam formula supositoria sering terdapat senyawa penenang. Obat tersebut bekerja secara

Page 9: BENZODIAZEPINprint

rangkap baik terhadap perifer maupun sentral yang terakhir ini sepenuhnya berefek sistemik.3. supositoria berefek sistemikadalah supositoria yang mengandung senyawa yang diserap dan berefek pada organ tubuh selain rektum. Pada kelompok ini termasuk supositoria nutritif, supositoria obat. Supositoria NutritifDigunakan pada penyakit tertentu dimana saluran cerna tidak dapat menyerap makanan. Jumlah senyawa yang diserap tentu saja sedikit, namun sudah cukup untuk mempertahankan hidup. Supositoria ObatSupositoria tersebut mengandung zat aktif yang harus diserap, mempunyai efek sistemik dan bukan efek stempat. Bila supositoria obat dimasukan ke dalam rektum pertama-tama akan timbul efek refleks, selanjutnya supositoria melebur atau melarut dalam cairan rektum hingga zat aktif tersebar dipermukaan mukosa, lalu berefek setempat dan selanjutnya memasuki sistem getah bening. Obat yang masuk ke peredaran darah akan berefek spesifik padda organ tubuh tertentu sesuai dengan efek terapetiknya.

Rute RektalLima puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal biasanya pada rute oral), sehingga biotransfortasi obat(melalui hati oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta. Keuntungan pemberian melalui rektal (juga sublingual) dl mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH dalam lambung.Supositoria, yang dipakai secara rektal mengandung zt aktif yang tersebarkan (terdispersi) di dalam lemak yang berupa padatan pada suhu kamar tetapi meleleh pada suhu sekitar 35ºC, sedikit di bawah suhu badan. Jadi setelah disisipkan ke dalam rektum sediaan padat ini akan meleleh dan melepaskan zat aktifnya yang selanjutnya terserap dalam aliran darah.Secara rektal supositoria digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh mukosa dalam rektum. Aksi kerja awal dapat diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal langsung masuk kedalam sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan obat dari enzim didalam saluran gastro-intestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hepar.Obat yang diabsorpsi melalui rektal beredar dalam darah tidak melalui hati dahulu hingga tidak mengalami detoksikasi atau biotransformasi yang mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktifPenyerapan direktum dapat terjadi dengan tiga cara yaitu:1. lewat pembuluh darah secara langsung2. lewat pembuluh getah bening3. lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati.Menurut Ravaud Penyerapan hanya terjadi pada pembuluh darah secara langsung lewat inferior dan vena intermedier yang berperan dan membawa zat aktif melalui vena iliaca ke vena cava inferior. Menurut Quecauviller dan Jund bahwa penyerapan dimulai dari vena haemorrhoidalles inferior terutama vena haemorrhoidalles superior menuju vena porta melalui vena mesentricum inferior. Saluran getah bening juga berperan pada penyerapan rektal yaitu melalui saluran toraks yang mencapai vena subclavula sinistra. Menurut Fabre dan Regnier pengaruh tersebut hanya berlaku pada obat-obat yang larut lemak.Mukosa rektum dalam keadaan tertentu bersifat permeable sempurna. Penyerapan rektum kadang-kadang lebih baik dari penyerapan bukal. Selain itu penyerapan juga tergantung pada derajat pengosongan saluran cerna jadi tidak dapat diberlakukan secara umum. Bahkan bebrapa obat tertentu tidak diserap oleh mukosa rektum.Banyak obat yang tidak diresorbsi secara teratur dan lengkap dari rektum, sebaiknya diberikan dosis yang melebihi dosis oral dan digunakan pada rektum kososng, akan tetapi setelah obat diresorbsi efek sistemisnya lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rektum tidak tersambung pada sistem porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan FPE (first pass effect). Pengecualian adalah obat yang diserap dibagian atas rektum dan oleh vena rectalis superior disalurkan ke vena portae dan kemudian ke hati, misalnya thiazinamium.dengan demikian penyebaran obat didalam rektum yang tergantung dari basis supositoria yang digunakan, dapat menentukanrutenya kesirkulasi darah. Supositoria dan salep juga sering kali digunakan untuk efek lokal pada gangguan poros-urus, misalnya wasir.

Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal :1. Faktor Fisiologis

Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid, maka diutamakan permiabel terhadap obat yang tak terionisasi. Jumlah obat

Page 10: BENZODIAZEPINprint

yang diabsorpsi dan masuk keperedaran darah umumnya tergantung dimana obat itu dilepas direktum

2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau BasisUrutan peristiwa yang menuju absorpsi obat melalui daerah anorektal secara diagram adalah sebagai berikut :Obat dalam pembawa → Obat dalam cairan – cairan kolon → Absorpsi melalui cairan rektal.Bila jumlah obat dalam cairan renal ada diatas level yang menentukan laju maka peningkatan konsentrasi obat yang nyata tidak mempunyai peranan dalam mengubah laju absorpsi obat yang ditentukan. Tetapi konsentrasi obat berhubungan dangan laju penglepasan obat dari basis supositoria. Adanya surfaktan dapat atau tidak dapat mempermudah absorpsi tergantung pada konsentrasi dan interaksi obat yang mungkin terjadi. Ukuran partikel obat secara langsung berhubungan dengan laju absorpsi. absorpsi obat dari daerah anorektal dipengaruhi oleh faktor fisiologis :• isi kolon• sirkulasi• pHKarakteristik fisika kimia obat yang mempengaruhi absorpsi :• koefisisn partisi lemak atau air• derajat ionisasi.Faktor yang berhubungan dengan laju absorbsi :• Kelarutan obatPelepasan obat tergantung koefisien partisi lipid air dari obat. Artinya obat yang larut dalam basis lipid dan kadarnya rendah mempunyai tendensi kecil untuk cairan rektal. Dan obat yang sedikit larut dalam basis lipid dan kadarnya tinggi akan segera masuk didalam cairan rektal.• Kadar obat dalam basisDifusi obat dari basis supositoria merupakan fungsi kadar obat dan sifat kelarutan obat dalam basis. Pengangkutan melewati mukosa rektum adalah proses difusi sederhana, maka bila kadar obat dalam cairan renal tinggi maka absorpsi obat akan menjadi cepat dan kecepatan absorpsi makin tinggi bagi bentuk obat yang tidak terdisosiasi.• Ukuran partikelBila kelarutan obat dalam air terbatas dan tersuspensi didalam basis supositoria maka ukuran partikel akan mempengaruhi kecepatran larutan dari obat ke cairan renal.• Basis supositoriaObat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak akan dilepas segera kecairan renal bila basis cepat melepas setelah masuk kedalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi serta kerja awal dari aksi obat akan segera nyata. Bila obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut air kerja awal dari aksi obat akan segera nyata apabila basis tadi segera larut dalam air.Kenyataan bahwa rektum atau kolom merupakan tempat absorpsi obat yang dapat diandalkan terbukti dengan baik. Untuk menjaga keefektifan terapis obat dalam suatu sediaan harus dilakukan pemilihan garam obat dan basis yang sesuai.

KINETIKA PRE-DISPOSISI ZAT AKTIFPenyerapan zat aktif terjadi setelah proses pelepasan, pemindahan, pelarutan dan penembusan ke cairan rektum dan keseluruhan proses itu dirangkum dalam istilah ”kinetik pelepasan atau kinetik predisposisi” (A) sedangkan fenomena difusi dan penyerapan disebut ” Kinetika penyerapan” (B).Keseluruhan proses kinetik yang berurutan tersebut tidak dapat saling dipisahkan dan terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh pada berbagai tahap tersebut.• pelelehan/peleburan; suppo melunak→leleh → zat aktif berpindah ke cairan rektum → proses difusi →abs.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINETIK PRE-DISPOSISI ZAT AKTIFKarena pemberiannya secara khusus ada kemumgkinan terjadi refleks penolakan melebihi cara pemberian bentuk sediaan lain maka supositoria harus melepaskan zat aktifnya agar segera menimbulkan efek seefektif cara pemberian oral. Kecepatan dan keefektifan sediaan supositoria sangat ditentukan oleh afinitas basis terhadap zat aktif, parameter yang harus diperhatikan pada semua keadaan.Kinetik predisposisi terdiri atas dua tahap yaitu:1. penghancur sediaan

ini ditujukan untuk pemberian lavement yang mengandung larutan zat aktif yang menimbulkan efek farmakologi jauh lebih cepat dari pemberian supositoria yang mengandung

Page 11: BENZODIAZEPINprint

zat akti yang sama. Ini telah dibuktikan bahwa semakin tinggi suhu lebur zat pembawa maka efek farmakologik yang ditimbulkan semakin lambat, dan tentu saja tidak terjadi untuk supositoria yang melebur pada suhu 42-430 C.

2. pemindahan dan pelarutan zat aktif kedalam cairan rektum diikuti difusi menuju membran yang akan dibacanya (untuk efek setempat) atau berdifusi melintasi embran agar dapat mencapai siste peredaran darah( efek sistemik).Transfer zat aktif dari zat pembawa yang melebur atau terlarut pada mukosa rektum ( merupakan tahap penentu dalam rangkaian proses yang terkait) tidak hanya sebagai fungsi dari sifat lapisan yang terpapar namun juga keadaannya dalam supositoria dan beberapa sifat fisiko kimianya.• Sifat zat aktifnya• Kelarutan zat aktif• Koefesien partisi zat aktif dalam fase lemak dan cairan rektum.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINETIKA PENYERAPAN ZAT AKTIF YANG DIBERIKAN PER-REKTUMPenyerapan rektum dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang juga mempengaruhi proses penyerapan pada cara pemberian lainnya, kecuali intra vena dan intaarteri. Penyerapan perrektum dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:• Kedudukan supositoria setelah pemakaian• Waktu-tinggal supositoria didalam rektum• pH cairan rektum• konsentrasi zat aktif dalam cairan rektum

KETERSEDIAAN HAYATIData ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan:1. Banyaknya obat yang diabsorbsi dari formulasi sediaan.2. Kecapatan obat yang diabsorbsi.3. Lama obat berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon pasien.4. Hubungan antara kadar obat dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.

OPTIMASI KETERSEDIAAN HAYATI SUPOSITORIAKemampuan penembusan dan penyerapan obat dengan pemberian secara rektal terutama tergantung pada sifat fika kimianya. peranan bahan pembawa pada peristiwa ini sangat kompleks sehingga dengan pemilihan bahan pembawa yang sesuai maka kemungkinan ketersediaan hayati dari zat aktif dapat diperbaiki.Faktor Fisika Kimia1. Konsentrasi zat aktif

konsentrasi zat aktif dlm cairan rektum → kelarutan; - semakin besar konsentrasi, laju abs.>; bentuk garam lbh cepat di abs. daripada btk asam (Na tolbutamid, Na Salisilat, Na Barbiturat); peningkatan kelarutan dgn mengubah konst.dielketrik zat aktif atau basis (PEG), - dosis kecil lbh cepat di abs. dibanding dosis besar pembentukan kompleks zat aktif dgn pembawa dpt menghambat abs.

2. Pemilihan pembawaSebagai bahan dasar supositoria digunakan lemak yang meleleh pada suhu tubuh (36,80 C) yakni oleum cacao dan gliserida sintesis. Demikian pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam getah rektum, misalnya campuran carbowax dan gliserin+gelatin.Telah dibuktikan bahwa semakin tinggi sehu lebur zat pembawa maka efek farmakologiknya yang ditimbulkan lam. Jelaslah bahwa laju pelehan zat pembawa merupakan langkah penting dalam pelepasan zat aktif. Pelepasan ini terjadi sempurna hanya jika zat pembawa mencapai suhu lebur. Jadi pada proses peleburan maka masa kental akan melapisi permukaan mukosa. Dari lapisan inilah zat aktif akan berpindah ke cairan rektum. Sifat lapisan tersebut sangat tergantung pada sifat fisika zat pembawa :• Konsistensi : masa yang keras lebih sulit pecah dibandingkan masa yang agak lunak seperti kapsul rektum atau gelatin lunak yang dapat menyebabkan pelepasan yang lebih cepat. Tetapi faktor tersebut dapat diabaikan bila suhu lebur masa dibawah 370 C• Kekentalan setelah peleburan : Moes membuktikan bahwa laju pelepasan zat aktif dari supositoria lebih lambat bila kekentalan zat yang melebur lebih tinggi.

Page 12: BENZODIAZEPINprint

• Kemampuan pecah : zat pembawa yang kental akn menyulitkan pemecahan dan pembentukan lapisan dari sebagian permukaan yang kontak dengan mukosa akan memperlambat pelepasan. Pengamatan sejenis telah dilakukan pada zat pembawa yang larut dalam rektum dan terbukti adanya hubungan antara laju pelepasan zat aktif ( in vitro ) dan modul elastisitasnya.

3. Kelarutan

Bila zat aktif sangat larut lemak dan dalam dosis kecil maka kecil kemungkinan untuk menembus cairan rektum yang sedikit. Sebaliknya zat aktif yang larut lemak tetapi konsentrasinya mendekati jenuh akan menembus cairan rektum dengan mudah. Tetapi hal tersebut juga tergantung dari koefesien partisi zat aktif dalam fase lemak dan cairan rektumditenJumlah total abs. dpt tukan menurut pers. Higuchi dgn ketentuan sbb :a. Zat aktif larut dalam pembawa juml Q zat aktif yg diserap per satuan waktu ditentukan oleh : ketebalan lapisan leburan suppo., konsentrasi zat aktif terlarut, koof.difusi zat aktif dlm pembawa, waktu stlh pemakaian suppo.- juml terserap (%) ; R = 100 Q/h.C₀4. SurfaktanPada tahun 1945 MacKee G, M, dkk, memperlihatkan adanya pengaruh surfaktan pada penyerapan. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan dan daya adhesi zat pembawa berlemak untuk supositoria dapat ditambahkan surfaktan dengan HLB antara 4-9.5. Koeefesien Partisi zat aktif dalam fase lemak dan cairan rektumSeperti yang telah dibuktikan pada percobaan in-vitro zat aktif larut lemak mula-mula akan larut dalam basis supositoria sebelum melewati permukaan fil cair dengn berbagai mekanisme difusi sederhana.Zat aktif yang larut air harus dapat mencapai permukaan film cairan dengan berbagai mekanisme transpor, misalnya pengendapan setelah mencapai permukaan tersebut zat aktif selanjutnya akn dibasahi oleh fase air dan lepas dari basis dengan proses pelarutan, bila senyawa semakin larut maka pencapaian permukaan tersebut semakin cepat.Koefesien partisi zat aktif diantara basis berlemak dan cairan rektum lebih besar dibandingkan koefesien partisi zat aktif dalam fase lemak dan air karena terlebih dahulu terjadi keseimbangan antara dua kelarutan.EVALUASI KETERSEDIAAN SUPOSITORIAEvaluasi yang harus dipertimbangkan yaitu:• zat aktif yang terserap• komponen pembawa yang digunakan• proses pabrikasi dan cara penyimpanan sediaan obat

Obat Bebas dan Bebas Terbatas

Obat Bebas dan Bebas Terbatas

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang - Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

INFORMASI UMUM OBAT

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).

Penggolongan Obat

Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

Page 13: BENZODIAZEPINprint

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol

2. Obat Bebas TerbatasObat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM

3. Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital

4. Obat NarkotikaObat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, PetidinSebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.

Informasi Kemasan, Etiket dan BrosurSebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman.Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan:• Nama obat• Komposisi• Indikasi• Informasi cara kerja obat• Aturan pakai• Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)• Perhatian• Nama produsen• Nomor batch/lot• Nomor registrasi

Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.• Tanggal kadaluarsaTanda peringatanTanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Cara Pemilihan ObatUntuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :a) Gejala atau keluhan penyakitb) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain.c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada Apoteker.

Page 14: BENZODIAZEPINprint

Cara Penggunaan Obata) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada Apoteker.Cara Pemakaian Obat Yang TepatObat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.

Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)· Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air.· Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)· Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah· Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.· Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk sediaan lain.

Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita :· Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya.· Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa tidak enak/pahit,

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata· Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan· selalu ditutup rapat setelah digunakan.· Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.· Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip.· Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit· Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan

Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata· Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).· Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah.· Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat.· Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung· Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.· Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung· Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung· Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan ke dalam lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat.· Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha· Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Telinga· Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga

Page 15: BENZODIAZEPINprint

· Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga· Bersihkan bagian luar telinga dengan "cotton bud"· Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu· Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit· Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria· Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi dengan air.· Penderita berbaring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan ke dalam rektum.· Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.· Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka· Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal· Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal.· Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian dimasukkan ke dalam rektum dan sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar.· Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun.· Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih

Petunjuk Pemakaian Obat Vagina· Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan dari industri penghasil sediaan.· Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional perawatan kesehatan.· Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama beberapa waktu.· Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan air hangat.

Efek SampingEfek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul.• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.• Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.• Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter - Apoteker.

Cara Penyimpanan Obat1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.2. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.3. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.4. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.5. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Tanggal KadaluarsaTanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat.

Page 16: BENZODIAZEPINprint

Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu, seperti :1. Tablet- Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa- Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab- Kaleng atau botol rusak2. Tablet salut- Pecah-pecah, terjadi perubahan warna- Basah dan lengket satu dengan lainnya- Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik

3. Kapsul- Perubahan warna isi kapsul- Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain

4. Cairan- Menjadi keruh atau timbul endapan- Konsistensi berubah- Warna atau rasa berubah- Botol plastik rusak atau bocor

5. Salep- Warna berubah- Pot atau tube rusak atau bocor- Bau berubah

DosisDosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umurdan berat badan pasien.- Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.Contoh :• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali• Obat diminum sebelum atau sesudah makan• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau brosur/leaflet- Bila terlupa minum obat :• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hamper mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.Hal-hal yang harus Diperhatikan1. Kemasan/wadahHarus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca.2. Penandaan pada wadah- Baca zat berkhasiat dan manfaatnya- Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah makan- Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa minum obat- Baca kontraindikasinyaMisalnya:- tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui- tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal- Baca efek samping yang mungkin timbul- Baca cara penyimpanannya3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter

(Sumber : farmasi.dinkeskaltim)

Page 17: BENZODIAZEPINprint

Nomor Registrasi ObatDefinisiNomor Registrasi ObatNomor Registrasi Obat Tradisional

Definisi

Sejak tahun 1970-an para produsen obat diharuskan untuk mendaftarkan obatnya. Daftar obat yang resmi ini akan terlihat pada nomor registrasi obat atau disingkat dengan No. Reg. Nomor Registrasi obat ini secara resmi dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Jika dalam suatu kemasan obat tidak tercantum nomor registrasinya, bisa jadi obat tersebut ilegal atau palsu.

Ada tiga macam golongan obat, yaitu :

1.  Obat keras, di mana pada kemasan luar serta etiket obatnya diberi tanda lingkaran merah dengan pinggiran hitam.

2.  Obat bebas terbatas, di mana pada kemasan luar serta etiket obatnya diberi tanda lingkaran hijau dengan pinggiran hitam.

3.  Obat bebas, di mana kemasan luar serta etiket obatnya diberi tanda lingkaran biru dengan pinggiran hitam.

Jenis obat tradisional adalah obat yang kandungan obatnya berasal dari nabati maupun hewani, dengan no. reg. BTR.

kembali ke atas

Nomor Registrasi Obat

Nomor registrasi obat terdiri dari 15 digit seperti tergambar di bawah ini :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15G T I 7 6 2 0 0 0 1 1 2 0 B 1

Aturan pemahaman digit di atas adalah sebagai berikut :

Digit Keterangan

Digit 1 (huruf)D : menunjukkan nama dagangG : menunjukkan nama generik

Digit 2 (huruf) K : golongan obat kerasT : golongan obat bebas terbatasB : golongan obat bebas

Page 18: BENZODIAZEPINprint

N : golongan obat narkotika

Digit 3 (huruf)I : obat jadi imporL : obat jadi produksi lokal

Digit 4-5

Periode daftar, misalnya:72 : disetujui pada tahun 1972 – 1974,73 : disetujui pada tahun 1974 – 1976,76 : disetujui pada tahun 1976 – 1978,77 : disetujui  pada tahun 1978 – 1980,dan seterusnya...

Digit 6 – 8menunjukkan nomor urut pabrik. Jumlah pabrik yang ada antara 100 – 1000

Digit 9 - 11menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik

Digit 12 - 13menunjukkan macam bentuk sediaan yang ada (terdapat lebih dari 26 macam).

Digit 14

A : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang pertama disetujuiB : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang kedua disetujui.C : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang ketiga disetujui, dan seterusnya

Digit 15

menunjukkan kemasan berbeda untuk setiap nama, yaitu :

1. kemasan utama2. beda kemasan yang pertama3. beda kemasan yang kedua4. beda kemasan yang ketiga, dan

seterusnya

Misalkan suatu obat dengan no. registrasinya adalah GTI 7620001120B1, dapat dipahami sebagai berikut :

G : obat dengan nama generikT : merupakan golongan obat bebas terbatasI : merupakan obat jadi impor76 : obat ini disetujui pada waktu daftar tahun 1976200 : nomor pabrik yang ke-200 yang ada di Indonesia011 : obat ke-20 yang disetujui dari pabrik tersebut.20 : macam bentuk sediaan dari pabrik tersebutB : kekuatan sediaan obat jadi yang kedua kali disetujui1 : kemasan utama

kembali ke atas

Page 19: BENZODIAZEPINprint

Nomor Registrasi Obat Tradisional

Untuk obat tradisional, nomor registrasinya terdiri dari kode huruf dan sembilan angka kode, seperti tergambar di bawah ini:

A B C 1 2 3 4 5 6 7 8 9B T L 0 2 3 2 0 0 2 0 3

Aturan pemahaman digit di atas adalah sebagai berikut :

Kode/Digit Keterangan

Kode huruf

Digit 1, 2, 3

TR : obat tradisional lokalTI : obat tradisional imporTL : obat tradisional lisensiBTR : produk berbatasan lokalBTI : produk berbatasa imporBTL : produk berbatasan lisensi

Kode angka

Digit 1, 2

menunjukkan tahun mulai didaftarkan pada DepKes RI. Misal : 76 : tahun 1976,78 : tahun 1978,00 : tahun 2000, dan seterusnya...

Digit 31 : menunjukkan pabrik farmasi2 : menunjukkan pabrik jamu3 : menunjukkan perusahaan jamu

Digit 4

menunjukkan bentuk sediaan1 : bentuk rajangan2 : bentuk serbuk3 : bentuk kapsul4 : bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet5 : bentuk dodol, majun6 : bentuk cairan7 : bentuk salep, krim8 : bentuk plester/koyok9 : bentuk lain : dupa, ratus, mangir, permen

Digit 5, 6, 7, 8menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar

Digit 9

menunjukkan jenis atau macam kemasan1 : 15 ml2 : 30 ml3 : 45 ml

Page 20: BENZODIAZEPINprint

Misalkan suatu obat tradisional dengan nomor registrasi BTL 023200203, dapat dipahami sebagai berikut :

BTL : menunjukkan obat ini tergolong obat berbatasan lisensi02 : menunjukkan mulai didaftarkan pada tahun 20023 : menunjukkan obat ini dibuat oleh perusahaan jamu2 : menunjukkan obat ini dibuat dalam bentuk serbuk0020 : menunjukkan obat memiliki nomor urut 0020 yang terdaftar dari perusahaan tersebut3 : menunjukkan obat mempunyai kemasan 45 ml.

Dengan memahami arti dari nomor registrasi obat ini, maka kita dapat mengetahui apakah obat tersebut sudah terdaftar pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan, termasuk pada jenis obat apa, dibuat oleh pabrik mana, dan seterusnya, yang pada akhirnya keamanan dari penggunaan obat tersebut lebih terjamin.

kembali ke atas

Daftar Pustaka

Majalah Intisari edisi Juli 2002, Penerbit PT Intisari Mediatama

buat larutan penyangga asam:

campur asam lemah dengan basa

ex: 100 mL CH3COOH 0,1 M (mol as. asetat = 0,1 M x 100 mL = 10 mol) dengan 50 mL NaOH 0,1 M (mol NaOH = 0,1 M x 50 mL = 5 mol)

rx: CH3COOH + NaOH ----> CH3COONa + H2Om: 10 mol 5 mol - -r: 5 mol 5 mol 5 mol 5 mols: 5 mol - 5 mol 5 mol

ket: m= mula2 rx/r=reaksi s=sisa

nah! yang disebut larutan penyangga/buffer adalah CH3COOH + CH3COONa di sisa, dan karena buffer nya adalah asam lemah dan garamnya, maka disebut buffer asam,CH3COOH/cuka dan basa yang digunakan sebenarnya jumlahnya bebas, asal pada larutan akhir satelah reaksi,terdapat asam lemah dan garamnya.

untuk buffer basa caranya sama,tinggal ganti asam lemah dengan basa lemah(ex: NH4OH) dan direaksikan dengan asam,dan pada akhir reaksi harus ada basa lemah dan garamnya

pH nya tergantung konsentrasi asam/basa lemah dan garamnya, thx

materi referensi:

gak tau

Page 21: BENZODIAZEPINprint

Larutan penyanggaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Untuk kegunaan lain dari Buffer, lihat Buffer (disambiguasi).

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar WikipediaMerapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Asam dan Basa

Konstanta disosiasi asam

Ekstraksi asam-basa

Reaksi asam-basa

Disosiasi konstan

Fungsi keasaman

Larutan penyangga

pH

Proton afinitas

Swaionisasi air

Tipe Asam

Brønsted–Lowry ·Lewis ·Mineral

Organik ·Kuat

Asamsuper ·Lemah

Tipe Basa

Brønsted–Lowry ·Lewis ·Organik

Kuat ·Basasupers

Non-nukleofilik ·Lemah

l • b • s

Page 22: BENZODIAZEPINprint

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

Daftar isi[sembunyikan]

1 Komponen Larutan Penyangga 2 Cara kerja larutan penyangga 3 Perhitungan pH Larutan Penyangga 4 Fungsi Larutan Penyangga

[sunting] Komponen Larutan Penyangga

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

1. Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam.

2. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

1. Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

2. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Page 23: BENZODIAZEPINprint

[sunting] Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

1. Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

2. Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

[sunting] Perhitungan pH Larutan Penyangga

1. Larutan penyangga asam

Page 24: BENZODIAZEPINprint

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g

atau

pH = p Ka - log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi

2. Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/g

atau

pH = p Kb - log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi

[sunting] Fungsi Larutan Penyangga

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.