BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

92
BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS AHMAD YANI DI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Oleh Muhammad Awal Ramadhan Nomor Pokok : F61111266 DEPARTEMEN ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

Page 1: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN

BUNKER DANREM DAN PILBOKS AHMAD YANI

DI KOTA KENDARI

SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Akhir

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Pada Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

Oleh

Muhammad Awal Ramadhan

Nomor Pokok : F61111266

DEPARTEMEN ARKEOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...
Page 3: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...
Page 4: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...
Page 5: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirraahim

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi strata satu/Departemen

Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas hasanuddin.

Adapun judul yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : “Bentuk Kerusakan

Dan Penanganan Bunker Dan Pilboks Di Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis menemukan banyak hambatan dan tantangan baik

bersifat internal maupun eksternal sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah. Hal

ini disebabkan oleh faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada

dalam proses pembelajaran. Selain daripada itu, dalam penulisan skripsi ini penulis

menganggap bahwa dalam menulis tugas akhir merupakan salah satu cara ampuh

dalam melawan rasa malas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi

aktif dari semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi

penyempurnaannya.

Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta Muh. Attas

(Almarhum) yang semenjak semasa hidupnya telah mendidik penulis dengan cinta,

kasih sayangnya serta memberi motivasi, semoga beliau istirahat dengan tenang di

Page 6: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

vi

alam sana. Ibunda Haliah yang telah melahirkan dan merawat penulis hingga

menjadi seseorang jauh lebih baik hingga sekarang, serta seluruh keluarga yang telah

memberikan dukungan dan bantuan moril selama ini. Kepada saudara-saudaraku

yang tersayang Puput dan Hidayat terima kasih atas motivasi serta dukungannya

selama ini. Terkhusus rasa terima kasih penulis kepada teman-teman Edelweiser,

Arrow, Anak ujung bori blok 8 dan kekasih penulis yang saat ini lagi menjalankan

akademiknya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Akin Duli, M.A.

2. Dr. Anwar Thosibo, M.Hum

3. DRS. Iwan Sumantri, M.A., M.Si

4. DRA. Erni Erawati, M.Si

5. Muhammad Nur, M.A., Ph.D

6. Dr. Rosmawati, S.S., M.Si

7. Yadi Mulyadi, S.S., M.A.

8. Supriadi, S.S., M.A

Dan terkhusus memberikan rasa hormat selaku pembimbing penulis kepada : Dra.

Khadijah Thahir Muda, M.Si. salaku pembimbing satu penulis serta Yusriana, S.S.,

M.A. selaku pembimbing dua penulis.

Page 7: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

vii

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu

Hukum dan penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal

atas bantuan dan jasa-jasa semua pihak yang telah berupaya membantu penyusunan

skripsi ini. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, 18 November 2017

Penulis

Page 8: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

xv

Abstrak

Bangunan bunker dan pilboks di Kota Kendari merupakan salah satu sumber

daya budaya peninggalan Jepang yang terletak di Sulawesi Tenggara. Bangunan-

bangunan ini memiliki daya tahan terhadap kondisi alam yang ekstrim. Hal ini dapat

dilihat dari keberadaannya hingga saat ini meski dalam kondisi yang sangat

memprihatinkan. Kondisi tersebut berupa kerusakan dan pelapukan yang disebabkan

oleh faktor lingkungan, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk kerusakan dan pelapukan pada

bangunan bunker dan pilboks peninggalan Jepang di Kota Kendari yang dipengaruhi

oleh lingkungan biotik dan abiotik. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk

menjelaskan upaya penanganan guna memperlambat laju kerusakan tersebut.

Penelitian dilakukan pada dua lokasi yakni Bunker Dunrem dan Pilboks Ahmad Yani

dengan meggunakan ilmu konservasi arkeologi. Adapun tahapan penelitiannya antara

lain tahap pengumpulan data dan observasi, tahap pengelolaan data, kemudian tahap

eksplanasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan dan pelapukan pada

kedua bangunan tersebut tergolong dalam stadium II (rusak) dan III (rusak parah)

dengan bentuk kerusakan masing-masing; pada Bunker Dunrem berupa kelembaban

berlebih akibat lokasi tertutup dan kapilaritas air lebih tinggi dan penyalahgunaan

sebagai tempat pembuangan akhir oleh masyarakat sekitar, sedangkan pada Pilboks

Ahmad Yani berupa keretakan akibat guncangan kendaraan dan pijakan pejalan kaki.

Hal lain yang juga berpengaruh dalam terjadinya kerusakan tersebut yakni kurangnya

informasi terkait bangunan cagar budaya. Adapun upaya penanganan yang ditempuh

dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi senyawa kimiawi dalam beton

bangunan sehingga akan memudahkan dalam perbaikannya tanpa menghilangkan

esensi bangunan. Selain itu, perlu adanya peningkatan kesadaran dan pengawasan

serius terhadap sumber daya arkeologi di Kota Kendari agar terjaga eksistensinya

sebagai peninggalan bersejarah.

Kata Kunci :Bangunan bunker dan pilboks, kerusakan dan pelapukan, faktor

lingkungan, konservasi arkeologi, pelestarian

Page 9: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

xvi

Abstract

Bunker and pillbox building in Kendari are kind of cultural resources of

Japanese heritage located in Southeast Sulawesi. These buildings apparently have

resistance to extreme nature conditions as they still exist despite of the agitating

conditions. The conditions are such as damage and weathering that caused by

environmental factors, both biotic and abiotic environments.

This research aimed to know the form of damage and weathering in bunker and

pillbox building, left by Japanese army in Kendari, which are influenced by biotic

and abiotic environments. In addition, it was also done to explain the preservation

effort in order to inhibit the damage rate. The research was carried out in two location

namely Bunker Dunrem and Pillbox Ahmad Yani by using archeological

conservation science. The stages of research include the data collection and

observation stage, the data management stage, and the explanation stage.

The results showed that the level of damage and weathering in both buildings

are classified into stage II (damaged) and III (badly damaged) with the form of

damage respectively; in Bunker Dunrem such as excessive dampness, due to the

sealed location and higher water capillarity, and misuse as landfill or place of waste

final disposal, meanwhile in Pillbox Ahmad Yani, the damage is in form of cracks

because of vehicle jolt and pedestrian footing. Another notable cause of such

damages is the lack of information about cultural heritage building. The effort taken

in this research to handle the damage is by identifying chemical compounds of

buildings concrete so that it would help the repair without removing the genuine

essence of the building. In addition, it is necessary to increase the awareness and

serious supervision on archaeological resources in Kendari in order to maintain its

existence as historical relic.

Keywords : Bunker and pillbox, damage and weathering, environmental factors,

archeological conservation, preservation.

Page 10: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

viii

SAMPUL ………...………………………..……………………….….………...… i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….…………... ii

LEMBAR PENERIMAAN ………………………………………….…………... iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………….………...… v

DAFTAR ISI ………………………………………………………….…..……… viii

DAFTAR FOTO ……………………………………………………….………… xi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..………… xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………….…….…….…… xiii

DAFTAR DIAGRAM …………………………………………….……...……… xiv

ABSTRAK …………………………………………………….………..………… xv

ABSTRACT ………..…………………………………………………..………… xvi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….……………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………... 5

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian …………………………………………….. 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 5

1.4 Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian……………………………………….... 6

1.5 Metode dan Strategi Penelitian ……………………………………….…….. 7

1.6 Komposisi Bab ……..…………………………………….…………………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….………….…. 11

2.1 Landasan Hukum ………….……………………………….…………...….. 11

2.1.1 Pedoman Nasional ……………………...………….….…………….... 13

2.1.2 Pedoman Internasional ……………………………..…...…………..... 14

2.2 Kerusakan Dan Pelapukan ………………………………..…...……………. 15

2.2.1 Kerusakan …………………………………………....…….…………. 15

2.2.2 Pelapukan ………………………………………....……………….…. 16

2.3 Sejarah Pendudukan Jepang Di Kota Kendari ……………….…....……….. 17

2.4 Nilai Penting Sumberdaya Arkeologi Di Kota Kendari ……………………. 20

2.4.1 Nilai Penting Sejarah ………………………………………....………. 21

2.4.2 Nilai Penting Ilmu Pengetahuan ………………………...…….……… 22

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI Penelitian …………...…….………. 23

3.1 Profil Wilayah Kota Kendari ………………………...………..……....……. 23

3.2 Deskripsi Bangunan Peninggalan Jepang Di Kota Kendari ……..…….….... 28

3.2.1 Bunker Kompleks TNI Danrem ……..…..………….……..……....…. 30

3.2.2 Pilboks Jalan Ahmad Yani ……………..…………....….....….…...…. 32

BAB IV ANALISIS KERUSAKAN DAN BENTUK PENANGANAN ....…… 35

4.1 Sifat Kimiawi Dan Sifat Fisik Pada Bahan Baku Bunker

Danrem dan Pilboks Jalan Ahmad yani ..................................................…. 35

4.2 Pengaruh Lingkungan terhadap Kerusakan dan Pelapukan…..…………..… 42

4.2.1 Pengaruh Lingkungan Biotik terhadap

Bangunan Bunker Dan Pilboks ………………………………………..42

Page 11: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

ix

4.2.2 Pengaruh Lingkungan Abiotik terhadap

Bangunan Bunker Dan Pilboks ………………………………………. 50

4.3 Kerusakan Dan Pelapukan Bangunan Bunker Dan Pilboks ...….…...……... 58

4.3.1 Kerusakan ………...…………………….……………………...…….... 58

4.3.2 Pelapukan ………………..……………………………...………....… 59

4.4 Upaya pelestarian Bangunan Bunker Dan Pilboks …………..…….……… 64

4.4.1 Penanganan Bangunan Bunker dan Pilboks .…………...…….…….. 64

4.4.2 Perlindungan Secara Fisik …………….………...……..…………….. 66

4.4.3 Penanganan Secara Hukum …………………..………..…………….. 69

BAB V PENUTUP ……………………………………………...…....…………… 71

5.1 Kesimpulan ………………………………..…………………….…………. 71

5.2 Saran ……….………………...…………………….…………...………….. 75

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….………….....………… 76

Page 12: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

x

DAFTAR FOTO

No. Keterangan Foto Halaman

1 Kondisi Bangunan Pilboks peninggalan Jepangdi Jl. Made Sabara

Kota Kendari Sulaesi Tenggara (Dok, Rafi Munafri 2017) 2

2 Lingkungan Bangunan Bunker Kompleks TNI Danrem 31

3 Lingkungan Pilboks dijalan Jalan Ahmad Yani 34

Page 13: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Gambar Halaman

1 Peta Administratif Kota Kendari Sulawesi Tenggara 24

2 Peta Sebaran Bunker dan Pilboks di Kota Kendari Sulawesi

Tenggara 29

3 Bentuk Irisan Bunker Danrem 32

4 Bentuk Irisan Pilboks Di Jalan Ahmad Yani

34

5 Struktur Tumbuhan Lumut 43

6 Sebaran tumbuhan lumut pada bangunan bunker.

Sisi kiri : Bagian luar bunker dan sisi kanan : Bagian dalam

bunker

44

7 Sebaran tumbuhan lumut pada bangunan pilboks 45

8

Coretan dan bekas pembakaran (vandalism) pada bangunan

bunker Danrem.

Sis kiri : bagian luar bangunan dan sisi dalam : bagian dalam

bunker

47

9 Coretan (vandalism) pada bangunan pilboks 48

10 Pengelupasan pada bahan baku bunker dan pilboks

Gambar a : Bunker Danrem dan Gambar b : Pilboks Ahmad Yani

49

11 Pertumbuhan organisme akibat lembab pada sekitaran bangunan

bunker dan pilboks Gambar a : Bunker Danrem dan Gambar b :

Pilboks Ahmad Yani

53

12 Retakan dan pengelupasan pada bahan baku bangunan bunker

dan pilboks Gambar a : Bunker Danrem dan Gambar b : Pilboks

Ahmad Yani

56

Page 14: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

xii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Tabel Halaman

1 Ukuran bangunan bunker TNI Danrem 30

2 Ukuran bangunan pilboks di jalan Ahmad Yani 33

3 Unsur Kimiawi Pada Bahan Baku Bangunan Peninggalan Jepang Di Kota

Kendari 37

4 Curah hujan bulanan di Kota Kendari 51

5 Kelembaban udara perbulan di Kota kendari 54

6 Temperatur rata-rata perbulan di Kota Kendari 57

7 Kerusakan Mekanis 59

8 Pelapukan Secara Biologis 60

9 Pelapukan Secara Khemis 61

10 Pelapukan Secara Fisis 62

11 Total Kerusakan Dan Pelapukan 62

Page 15: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

xiii

DAFTAR DIAGRAM

No. Keterangan Diagram Halaman

1 Unsur kimiawi pada pada bahan baku bangunan bunker dan

pilboks 38

2 Total kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada bangunan

bunker Danrem dan pilboks Ahma Yani. 63

Page 16: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunker dan pilboks merupakan bangunan sarana, prasarana atau

infrastruktur pertahanan militer yang memiliki peranan penting dalam

mempertahankan kekuasaan suatu wilayah. Bunker dan pilboks memiliki bentuk

dan ukuran bangunan yang berbeda-beda serta memiliki fungsi sebagai tempat

persembunyian, penyimpanan longistik atau persenjataan dan tempat pengintaian

musuh. Selain itu, bangunan bunker dan pilboks memiliki keunikan dari gaya

arsitekturnya yang meniru makhluk hidup di alam yang dikenal dengan istilah

zoomorphic atau arsitektur meniru hewan, karena kebanyakan bangunan ini

tersembunyi di bawah tanah (Virilio, 1998:89).

Di Indonesia sendiri, bangunan bunker dan pilboks banyak tersebar di

berbagai daerah di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari yang

merupakan bangunan peninggalan Jepang. Persebaran bangunan bunker dan

pilboks di Kota Kendari menandakan strategi pertahanan yang menyerupai

benteng. Selain itu, orientasi arah hadap setiap bunker dan pilboks di Kota

Kendari memiliki arah hadap timur dan barat yang menandakan bahwa

kemungkinan penyerangan pihak sekutu datangnya dari arah tersebut. Selain itu,

bangunan bunker dan pilboks juga memiliki daya tahan terhadap kondisi alam

yang ekstrim karena bangunan tersebut masih dapat dijumpai walau keadaan dan

kondisinya mulai sangat memprihatinkan.

Page 17: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

2

Kondisi bunker dan pilboks di Kota Kendari saat ini mengalami kerusakan

yang sangat krusial yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Kerusakan yang

disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mempengaruhi bangunan, terutama

pada letak dan posisi bangunan itu berada. Letak dan posisi bangunan peninggalan

Jepang di Kota Kendari sebagian besar berada tepat di lingkungan perkotaan

sehingga kerusakan dan pelapukan tidak dapat terhindari. Selain itu kerusakan dan

pelapukan bangunan diperparah karena lemahnya pengawasan serta kesadaran

masyarakat dan instansi pemerintah Kota Kendari terhadap bangunan peninggalan

Jepang yang memiliki nilai penting sejarah dan arsitektural.

Dapat terlihat selama observasi penelitian berlangsung, jumlah bangunan

yang di temukan hanya 10 di antaranya 2 bangunan bunker dan 8 bangunan

pilboks yang masing-masing memiliki jarak tempuh kurang lebih dari 1 km

hingga 3 km. Terlihat pada foto (lihat pada foto 1) yang merupakan salah satu

bangunan pilboks yang terletak di jalan Made Sabara Kota Kendari Sulawesi

Tenggara yang menunjukkan perbandingan tingkat kerusakan dari tahun 2012

sampai tahun 2016.

Foto 1. Kondisi bangunan pilboks peninggalan Jepang di Jl. Made Sabara

Kota Kendari Sulawesi Tenggara. ( kiri) dok. Rafi, Munafri 2016; (kanan) dok. Balai Arkeologi

Makassar 2012

Page 18: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

3

Perbandingan pada foto (lihat pada foto 1) bangunan pilboks pada tahun

2012 hingga 2016, tampak jelas kerusakan pada bangunan. Kerusakan tersebut

diperparah karena posisi bangunan tepat berada di tengah-tengah pemukiman,

sehingga sangat potensial untuk mengalami pergeseran posisi. Mengingat, saat ini

lokasi lingkungan di mana pilboks berada, sebagian besar telah diubah menjadi

bangunan modern. Kondisi pilboks di Jalan Made Sabara ini menampakkan

kurangnya pengetahuan, perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap

sumberdaya arkeologi.

Keterancaman sumberdaya arkeologis bukan hanya terjadi di kota Kendari

saja namun juga terjadi di beberapa kota lain. Pembangunan kota kerap memicu

kerusakan bahkan mengancam hilangnya sumberdaya arkeologis. Keberadaan

bangunan bunker dan pilboks peninggalan Jepang di Kota Kendari layak

mendapat perhatian, karena posisinya di tengah pemukiman yang kondisinya

terancam akan musnah. Bunker dan pilboks di Kota Kendari merupakan jejak-

jejak peradaban budaya yang memiliki peradaban maju di bidang arsitektur pada

masa Perang Dunia ke-II (Anonim, 2012:3).

Pentingnya pelestarian terhadap bangunan bunker dan pilboks sebagai

sumberdaya budaya, sesuai dengan amanah Undang-Undang nomor 11 tahun

2010 tentang Cagar Budaya pasal 1 ayat 23:

“Upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran

atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi,

pemeliharaan dan pemugaran Cagar Budaya.”

Mengantisipasi kerusakan lebih jauh lagi demi menyelamatkan tinggalan

arkeologis atau tinggalan bangunan Jepang bukan hal yang mudah, butuh kajian

Page 19: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

4

mendalam dalam permasalahan ini, maka dengan ini penulis mencoba mengkaji

bangunan peninggalan bunker dan pilboks melalui kajian konservasi arkeologi.

Telah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan terkait tinggalan bunker

dan pilboks peninggalan Jepang di Sulawesi Selatan baik ditinjau dari strategi

maupun bentuk bangunan sebagaimana yang dilakukan oleh Arsalam Maulana

(2013) di Kecamatan Anggeraja (Enrekang) dalam tulisannya menjelaskan

tentang persebaran bunker yang difungsikan sebagai pendistribusian bahan

longistik dan amunisi, Sasadara Hayunira (2013) di kawasan TNI AU Ranomeeto

(Konawe-Kendari) dalam tulisannya menjelaskan tentang latar belakang tata letak

bunker sebagai keuntungan politik, ekonomi dan lingkungan, Lukman Hakim

(2015) di Kecamatan Tinggi Moncong (Gowa) dan Rosliana Muthalib (1999) di

Kecamatan Mandai (Maros) dalam tulisannya menjelaskan tentang bunker sebagai

pertahanan serta menjadikan pusat komando. Selain itu terdapat pula kajian nilai

penting pada bangunan peninggalan Jepang yang dilakukan oleh BPCB pada

tahun 2012 di Kota Kendari dan Akbar Aziz (2015) di Kecamatan Tallo

(Makassar).

Dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan belum ada perhatian

terhadap aspek pemeliharaan dan perlindungan, mengingat bahwa tinggalan

arkeologis di Kota Kendari terutama pada bangunan peninggalan Jepang saat ini

telah mengalami kerusakan dan pelapukan. Maka dari itu, penelitian ini lebih

memfokuskan pada analisis kerusakan dan pelapukan pada bunker dan pilboks

serta bentuk pemeliharaan dan pelindungan terhadap tinggalan arkeologis

tersebut.

Page 20: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

5

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana bentuk kerusakan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotik

dan biotik pada bangunan bunker Kompleks TNI Danrem dan pilboks

Jalan Ahmad Yani di Kota Kendari?

2. Bagaimana upaya penanganan guna memperlambat laju kerusakan pada

bangunan bunker dan pilboks peninggalan Jepang di Kota Kendari?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

1. Mengidentifikasi bentuk kerusakan yang ditimbulkan oleh lingkungan

abiotik dan biotik pada bunker Kompleks TNI Danrem dan pilboks Jalan

Ahmad Yani peninggalan bangunan Jepang di Kota Kendari.

2. Menjelaskan upaya penanganan untuk memperlambat laju kerusakan pada

Bunker dan pilboks peninggalan bangunan Jepang di Kota Kendari.

1.3.2 Manfaat

1. Memberikan pembekalan pengetahuan terkhusus kepada masyarakat yang

ada di sekitar sumberdaya arkeologi tentang pelestarian serta pemeliharaan

terhadap bangunan-bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari

Sulawesi Tenggara.

2. Menjadi saran kepada pemerintah Kota Kendari dalam melindungi serta

memelihara sumberdaya arkeologi pada peninggalan bangunan-bangunan

Jepang dengan melihat beberapa pertimbangan yang ada.

Page 21: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

6

1.4 Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Di Kota Kendari terdapat 10 bangunan peninggalan Jepang di antaranya 2

bangunan bunker dan 8 bangunan pilboks dan temuan bangunan bunker dan

pilboks yang tersebar di beberapa wilayah yaitu di wilayah Kecamatan Kendari

Kelurahan Kandai dan Kecamatan Wua-wua Kelurahan Wua-wua yang masing-

masing memiliku jarak tempuh kurang lebih 1km hingga 3km dan tepat berada di

tengah-tengah kota dan pemukiman.

Pemilihan lokasi penelitian didasari atas pertimbangan bahwa lokasi

bunker dan pilboks berada di tengah kota dan sangat dekat dengan pemukiman

sehingga perlu untuk segera dikaji. Mengingat pula faktor keterancaman terhadap

sumberdaya arkeologis tersebut membutuhkan perawatan dari ancaman kerusakan

dan pelapukan yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Selain itu, percepatan laju

kerusakan yang dialami bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari berada

tepat di pemukiman masyarakat. Maka fokus penelitian ini lebih mengarah pada

basis pelestarian sumberdaya arkeologi mengingat bahwa kondisi bangunan

mengalami kerusakan dan pelapukan yang cukup parah. Untuk mengefisienkan

waktu peneliti, mengingat bahwa jumlah bangunan peninggalan Jepang di Kota

Kendari cukup banyak dan sudah dapat mewakili dari jenis kerusakan dan

pelapukannya maka masing-masing hanya terdiri dari satu sampel yaitu bunker

Danrem (sampel) dan pilboks Ahmad Yani (sampel2).

Upaya saat ini yang lebih penting dilakukan adalah upaya pemeliharaan

dan pelindungan terhadap sumberdaya arkeologi dengan melakukan cara-cara

teknis arkeologi atau ilmu konservasi. Maka dari itu, pemeliharaan serta

Page 22: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

7

perlindungan sumberdaya arkeologi dalam penelitian ini yang nantinya akan

sangat berguna dan menjadi salah satu acuan konsep pelestarian agar eksistensi

sumberdaya arkeologi tetap lestari.

1.5 Metode dan Strategi Penelitian

Untuk mencapai suatu hasil penelitian sangat pentinglah menggunakan

metode agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan terstruktur secara sitematis.

Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Tahap Pengumpulan data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data baik data pustaka

maupun data lapangan, data pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai

literatur dari berbagai sumber seperti buku, majalah, artikel atau makalah hasil

penelitian mengenai bangunan peninggalan Jepang (bunker dan pilboks) dan

laporan-laporan kajian konservasi.

Selain mengumpulkan data pustaka, dilakukan pula pengumpulan data

lapangan. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan cara mengamati dan

menelusuri keseluruhan bangunan peninggalan Jepang, sekaligus memilih

bangunan yang selanjutnya akan dijadikan objek penelitian. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan pemilihan bangunan dengan melihat kondisi bangunan yang

mewakili semua jenis kerusakan dan pelapukan yang terdapat pada bangunan

peninggalan Jepang di Kota Kendari.

Kerusakan dan pelapukan yang dimaksud yaitu kerusakan secara mekanis

berupa retakan dan pecahan, kemudian pelapukan yang dimaksud adalah

pelapukan secara fisis, khemis dan biotis. Selanjutnya dilakukan pendeskripsian

Page 23: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

8

secara mendetail pada objek penelitian, kemudian pengambilan foto bangunan

yang mengalami kerusakan dan pelapukan.

Dalam pengambilan sampel, penulis memilih cara purposive sampling,

yaitu peneliti memilih objek penelitian berdasarkan jenis penyakit dan kondisi

lingkungan yang mewakili masing-masing bangunan. Sampel yang dipilih pada

bangunan pertama yaitu bunker Danrem (sampel 1), sedangkan pada bangunan

kedua yaitu pilboks Ahmad Yani (sampel 2). Dengan pertimbangan keletakan

objek yang berada di tengah kota dan pemukiman.

Selain itu, penulis juga mengambil data mengenai curah hujan, suhu udara

rata-rata, kelembaban udara maka dilakukan pengambilan data pada Badan

Meteorologi dan Geofisika (BMG), data yang diambil yaitu pada daerah Kota

Kendari Sulawesi Tenggara. Di samping itu, penulis juga mengambil sampel

seperti sampel bahan baku bangunan untuk analisis secara kimiawi untuk

mengetahui unsur-unsur yang terkandung pada bahan baku dan penulis juga

mengambil sampel pelapukan biologis. Selain itu juga diadakan pula wawancara

yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara atau melakukan tanya jawab

secara langsung kepada pihak atau orang yang dianggap mengetahui masalah

yang ada hubungannya dengan penulisan.

b. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini merupakan tahap pengelohan data atau tahap analisis,

dimana semua data yang didapatkan akan diformulasikan dengan baik. Adapun

analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis khusus (spesifik) yaitu

analisis destruktif meliputi pengamatan sifat fisik, komposisi, unsur-unsur fisikal

Page 24: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

9

atau kemikal pada bahan baku bangunan (semen) sedangkan analisis non

destruktif meliputi pengamatan ciri-ciri atribut dan morfologi (bentuk).

Untuk mengetahui perbedaan kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada

kedua sampel bangunan, maka pertama yang dilakukan yaitu menghitung ukuran

bangunan secara keseluruhan lalu menghitung jumlah jenis kerusakan dan

pelapukan pada setiap bidang bangunan serta menggunakan alat bantu software

(corel draw) melalui komputer. Selanjutnya, dilakukan penjumlahan kerusakan

dan pelapukan pada setiap bidang bangunan, setelah itu dilakukan penjumlahan

dari hasil mapping agar dapat mengetahui kerusakan dan pelapukan pada

keseluruhan bidang bangunan, dari jumlah yang didapat kemudian

dipersentasekan.

Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam analisis ini yaitu menentukan

diagnosis terhadap permasalahan yang dihadapi pada saat survei, setelah itu

dilakukan identifikasi atau analisis laboratorium.

c. Tahap Eksplanasi

Pada tahap eksplanasi atau tahap penjelasan merupakan penjelasa terhadap

hasil analisis terkait bentuk kerusakan dan pelapukan sehingga dapat ditarik

kesimpulan berupa saran untuk penanganan pemeliharaan dan pelindungan

terhadap bunker dan pilboks di Kota Kendari.

1.6 Komposisi Bab

Untuk mendapat gambaran umum dari keseluruhan dari isi skripsi ini, maka

penulis membagi dalam lima bab yaitu:

Page 25: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

10

Bab I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, alasan pemilihan lokasi, metode dan strategi

penelitian dan komposisi bab.

Bab II. Tinjauan pustaka yang berisi landasan hukum, nilai penting

sumberdaya budaya di Kota Kendari, Sejarah Pendudukan Jepang di Kota

Kendari, kerusakan dan pelapukan

Bab III. Gambaran umum lokasi penelitian yang berisi tentang profil

wilayah Kota Kendari serta deskrisi bangunan bunker Danrem dan pilboks

Ahmad Yani.

Bab IV. Analisis kerusakan dan bentuk penanganan berisi analisis bahan

baku bangunan serta pengaruh lingkungan biotik dan abiotik terhadap

peninggalan bangunan Jepang yang ada di Kota Kendari Sulawesi

Tenggara dan penanganannya.

Bab V. Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran penelitian.

Page 26: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Hukum

Dalam studi arkeologi terdapat temuan-temuan berupa benda, bisa juga

disebut dengan material resource atau cultural resource yang memiliki nilai

penting sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sangat memungkinkan

untuk dilindungi serta dilestarikan sesuai apa yang dikemukakan oleh Cleere

(1990) bahwa Sumberdaya arkeologi merupakan dasar filosofi yang kegunaannya

sebagai warisan budaya untuk jati diri (cultural identity) yang dikaitkan dengan

fungsi pendidikan, manfaat ekonomis lewat kepariwisataan, dan fungsi akademis

untuk menjaga dan menyelamatkan basis data tentang sumberdaya tersebut

(Tanudirjo, 1995:3).

Selain itu, objek arkeologi tidak dapat dipindahkan (non moveable) dengan

pengertian bahwa konteks ruang sedapat mungkin dipertahankan, objek arkeologi

pun sangat rapuh (fragile) karena akan mengalami kemerosotan akibat masa.

Maka, untuk melestarikan serta melindungi suatu objek arkeologi tersebut

memerlukan bantuan bidang ilmu lainnya seperti bidang ilmu konservasi (Dradjat,

1995:3).

Dalam upaya penanganan objek arkeologi yang memiliki sifat terbatas,

tidak dapat diperbaruhi, sangat rapuh dan kemampuan bertahan pada bahan sangat

rentang akan kerusakan, maka dari itu membutuhkan penerapan ilmu bantu yaitu

ilmu konservasi. Konservasi merupakan ilmu yang bertujuan untuk menjaga

Page 27: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

12

kelangsungan keanekaragaman seperti makhluk hidup maupun benda mati dan

memeliharanya agar tidak punah.

Istilah konservasi sendiri dikenal dengan pelestarian dan perlindungan

sesuai yang dikemukakan oleh Burra Charter dalam piagam ICOMOS 1964,

bahwa konservasi adalah semua proses kegiatan sedemikian rupa terhadap place

untuk melestarikan nilai penting budayanya yang diartikan dengan place yaitu

situs, areal, bangunan atau hasil karya termasuk kandungan isinya serta

lingkungannya (Burra Charter 1964:2)

Upaya pelestarian dilakukan dengan tetap menperhatikan bentuk

keasliannya, sehingga perlu diadakan studi konservasi. Untuk lebih memahami

tentang konservasi sebagai salah satu kajian studi arkeologi, maka penulis

menguraikan sebagai berikut tentang konservasi :

1.) Konservasi mempunyai pengertian yang bermacam-macam tergantung dalam

pemakaian istilah tersebut.

2.) Konservasi adalah semua proses kegiatan demikian rupa terhadap place

untuk melestarikan nilai penting budayanya (Tjandrasasmita 1995:3)

Konservasi dalam pengertian yang sederhana adalah kegiatan perawatan

dengan cara pengawetan terhadap Benda Cagar Budaya yang telah mengalami

pelapukan dan kerusakan baik secara mekanis, fisis, kimia, maupun biologis.

Konservasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya perbaikan,

pemeliharaan, penyusunan kembali komponen suatu bangunan pada bentuk

aslinya tanpa mengabaikan nilai sejarah, arkeologis, arsitektur dan sebagainya

(Susanti 2007:29).

Page 28: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

13

Konservasi pada dasarnya merupakan kajian ilmu yang bersifat

memelihara dan melestarikan suatu objek agar tetap ada hingga di masa yang akan

datang. Upaya yang dilakukan untuk memelihara dan melestarikan sumberdaya

arkeologi semaksimal mungkin tanpa menghilangkan nilai yang ada pada objek

arkeologi tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus melalui pedoman-

pedoman yang berlaku secara hukum. Adapun pedoman-pedoman yang sesuai

dengan landasan hukum yang dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan

konservasi arkeologi.

2.1.1 Pedoman Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya, pasal 75:

Ayat 1:

Setiap orang wajib memelihara cagar budaya yang

dimiliki dan/atau dikuasainya.

Pasal 76:

Ayat 1:

Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawat cagar

budaya untuk mencegah dan menanggulangi

kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau perbuatan

manusia.

Ayat 2:

Pemeliharaan cagar budaya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan di lokasi asli atau

ditempat lain, setelah lebih dahulu didokumentasikan

secara lengkap.

Ayat 3:

Perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan pembersihan, pengawetan dan

perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan

keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan dan/atau

teknologi cagar budaya.

Page 29: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

14

2.1.2 Pedoman Internasional

Piagam Burra

(Piagam ICOMOS Australia untuk tempat-tempat bersignifikasi budaya)

Prinsip-prinsip konservasi dan pengelolaan:

Pasal 2:

(1)Tempat-tempat bersignifikansi budaya harus

dilestarikan

(2)Tujuan dari konservasi adalah untuk mempertahankan

signifikansi budaya dari sebuah tempat.

(3)Konservasi adalah bagian integral dari pengelolaan

yang baik tempat-tempat bersignifikansi budaya.

(4)Tempat-tempat bersignifikansi budaya harus

dilindungi dan tidak dibiarkan terlantar atau ditinggalkan

dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Pasal 3:

(1)Konservasi berdasar pada penghargaan terhadap

fungsi, bahan, asosiasi dan makna yang ada. Konservasi

membutuhkan pendekatan yang cermat untuk melakukan

perubahan sebanyak yang diperlukan tetapi berusaha

membatasinya sesedikit mungkin.

Pasal 4:

(1)Konservasi harus memanfaatkan seluruh ilmu

pengetahuan, keahlian dan disiplin yang dapat memberi

konstribusi pada kajian dan pemeliharaan sebuah tempat.

(2)Material dan teknik tradisional lebih diutamakan untuk

mengkonservasi bahan yang signifikan. Dalam keadaan

tertentu material dan teknik modern yang enawarkan

keuntungan konservasi secara subtantif bias jadi lebih

sesuai.

Pasal 16:

(1)Pemeliharaan bersifat fundamental dalam konservasi

dan harus dilakukan apabila bahan mempunyai

signifikansi budaya dan pemeliharaannya diperlukan

demi mempertahankan signifikansi budaya tersebut.

Pasal 26:

(1)pekerjaan pada sebuah tempat harus didahului oleh

kajian-kajian untuk memahami tempat tersebut yang

harus meliputi analisis fisik, dokumentasi, oral, dan bukti-

bukti lainnya, memakai pengetahuan, keahlian dan

disiplin yang sesuai.

Pasal 32:

Page 30: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

15

(1)dokumentasi yang berkaitan dengan konservasi sebuah

tempat harus disimpan dalam sebuah arsip yang

permanen dan terbuka untuk umum, memenuhi

persyaratan keamanan dan privasi, dan dilakukan apabila

hal ini layak secara budaya.

2.2 Kerusakan Dan Pelapukan

Proses kerusakan dan pelapukan bahan sumberdaya arkeologi dapat

dikelompokkan menjadi empat yaitu proses kerusakan secara mekanis, pelapukan

secara fisis, khemis, dan pelapukan secara biotis. Kerusakan adalah perubahan

bentuk yang terjadi pada bahan sumberdaya arkeologi yang tidak disertai dengan

perubahan sifat fisik maupun kimiawinya sedangkan pelapukan adalah perubahan

yang terjadi pada sumberdaya arkeologi yang disertai dengan perubahan sifat-sifat

fisik dan perubahan sifat kimiawinya. Secara garis besar akan dijelaskan dari

masing-masing proses tersebut (Susanti, 2007:32).

2.2.1 Kerusakan

a. Proses Kerusakan Secara Mekanis

Kerusakan mekanis yang terjadi pada bahan sumberdaya arkeologi dapat

diakibatkan oleh dua jenis gaya, yaitu gaya dinamis dan gaya yang bersifat statis.

Gaya yang bersifat statis misalnya oleh gaya berat volume bahan sumberdaya

arkeologi di atasnya. Apabila gaya yang ada melebihi dari kekuatan tekan yang

dimiliki oleh bahan yang digunakan maka akan bisa mengakibatkan terjadinya

retakan atau pecahan pada bahan sumberdaya arkeologi yang digunakan.

Sedangkan gaya dinamis adalah gaya yang disebabkan oleh gaya yang bergerak,

Page 31: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

16

misalnya gempa atau resultante dari gaya statis. Dalam kaitannya dengan bahan

penyusun dampak yang ditimbulkan sama yaitu bisa berupa retakan atau pecahan

(Rena,1997: 10).

2.2.2 Pelapukan

a. Pelapukan Secara fisis

Pelapukan secara fisis yang terjadi pada sumberdaya arkeologi terutama

disebabkan olek faktor iklim setempat. Indonesia adalah merupakan salah satu

negara yang beriklim tropis lembab, dengan dua musim yaitu musim penghujan

dan musim kemarau. Besarnya amplitude suhu dan kelembaban antara siang dan

malam hari akan memacu proses pelapukan yang terjadi pada sumberdaya

arkeologi, terutama sumberdaya arkeologi yang terbuat dari bahan organik seperti

halnya kayu, kertas, lontar, dan lain-lainnya. Perubahan suhu dan kelembaban

kadang-kadang terjadi secara mendadak, hal itu tentu saja akan membawa dampak

yang berbahaya terutama untuk sumberdaya arkeologi yang sudah tua dan

kondisinya telah rapuh. Gejala pelapukan yang terjadi pada umumnya berupa

pengelupasan, keausan, dan retakan.

b. Pelapukan Secara Khemis

Utama dari proses pelapukan secara khemis disebabkan oleh adanya air,

baik air dari tanah maupun air hujan. Disamping itu udara yang terpolusi oleh gas

hasil buangan industri juga merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan.

Air yang telah terpolusi oleh garam-garam mineral akan mampu menimbulkan

pelarutan sebagian kandungan unsur-unsur bahan sumberdaya arkeologi.

Page 32: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

17

Jenis sumberdaya arkeologi yang tersusun atas mineral-mineral yang

mudah terlarut oleh air, maka dampaknya akan terlihat secara lebih nyata

dibandingkan dengan sumberdaya arkeologi lainnya. Hasil pelarutan mineral

bahan penyusun akan terbawa ke luar permukaan sumberdaya arkeologi

bersamaan dengan proses penguapan kandungan air di dalamnya, yaitu berupa

sidementasi kristal garam terlarut yang warnanya tergantung dari jenis mineral.

Gejala pelapukan yang secara makroskopis dapat diamati misalnya endapan

garam pada permukaan batu dan bata, oksidasi atau klorosi pada benda logam

(Susanti, 2007:34).

c. Pelapukan Secara Biologis

Pelapukan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan organisme pada

permukaan sumberdaya arkeologi. Pertumbuhan organisme tersebut tidak hanya

mengganggu secara estetis tetapi ada sebagian jenis organisme tertentu dari hasil

sekresi mampu menimbulkan pelarutan terhadap sebagian bahan penyusunnya

atau bahkan sekaligus menimbulkan pelapukan secara mekanis sebagai akibat dari

pengkerutan populasi pertumbuhannya. Sumberdaya arkeologi dari bahan organik

maupun non organik, kecuali logam dan keramik, peka terhadap serangan

pertumbuhan organisme (Rena, 1997: 10-12).

2.3 Sejarah Pendudukan Jepang Di Kota Kendari

Pada Perang Dunia II, Jepang saat itu merupakan negara yang kuat. Hal ini

ditandai dengan terjadinya Restorasi Meiji pada tahun 1867 yang membawa

akibat yang sangat besar terhadap kemajuan Jepang. Kemajuan yang dimiliki

Page 33: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

18

Jepang pada saat itu dalam berbagai bidang dan membuat Jepang menjadi Negara

Asia pertama yang mampu menyamai kemajuan negara-negara Eropa.

Kemajuan Jepang pada masa itu dipimpin oleh Kaisar Hirohito, yang

memimpin Jepang menjadi negara industri. Kaisar Hirohito beserta elit militer

dan pemerintahnya kemudian memiliki pemikiran untuk menguasai Asia Timur

dan Asia Tenggara dengan beberapa tujuan, yaitu: 1) daerah jajahan akan

dijadikan pangkalan militer; 2) daerah jajahan mudah untuk mendapatkan bahan

mentah; 3) daerah jajahan dapat dipergunakan untuk memasarkan hasil

industrinya yang tidak laku di pasaran Eropa; dan 4) dapat dipergunakan untuk

memindahkan penduduk yang padat terutama bagi mereka yang tidak dapat

tertampung.

Selain dari keempat alasan tersebut, alasan lain yang membuat

Jepang ingin menguasai daerah-daerah yang berada di sebelah selatannya adalah

adanya perasaan harga diri sebagai negara yang besar, yang dikenal dengan

semboyan “Hakko-I-Chi-unya”, yakni dunia sebagai satu keluarga, artinya bahwa

Jepang harus sebagai satu keluarga besar dan Jepang yang harus menjadi kepala

keluarga. Semboyan inilah yang mendorong Jepang untuk melakukan

imperialismenya.

Jepang telah lama mengarahkan matanya ke daerah kepulauan yang kaya

akan segala macam bahan mentah yang diperlukan, yaitu Indonesia dan Malaya.

Dengan mengalahkan Amerika–Inggris di Pasifik dan Asia Tenggara, Jepang

dapat dengan leluasa merebut Indonesia dan Malaya yang harus dilengkapi

dengan pendudukan Birma. Hal ini agar memudahkan dalam menghadapi basis

Page 34: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

19

besar Inggris di India dan menutup jalan keluar bagi Chiang Kai-shek yang

terkepung. Dilengkapi pula dengan Filipina, nusantara antara Jepang dan

Indonesia.

Akibat dari perang dunia II, balatentara Jepang merebut dan menguasai

seluruh Asia bagian timur termasuk Indonesia. Balatentara Hindia Belanda tunduk

dan menyerah tanpa syarat pada Balatentara Jepang di Kalijati pada tanggal

8 Maret 1942. Pada hari itu dilakukan penyerahan kekuasaan dari Letnan

Jenderal H. Ter Poorten, Panglima Angkatan Perang Belanda kepada Panglima

Angkatan Perang Jepang, yaitu Letnan Jenderal H. Imamura.

Dengan demikian, maka terjadi perubahan pemerintahan di Indonesia dari

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menjadi Pemerintah Pendudukan tentara

Jepang. Sejak saat itu, Indonesia diperintah oleh Pemerintah Jepang yang terbagi

dalam tiga kekuasaan militer, yaitu:

1. Sumatera, di bawah kekuasaan Komandan Pasukan Angkatan Darat

Jepang yang ke-25, berkedudukan di Bukittinggi.

2. Jawa, di bawah kekuasaan Komandan Pasukan Angkatan Darat Jepang

yang ke-16, berkedudukan di Jakarta.

3. Wilayah kepulauan lainnya, di bawah kekuasaan Komandan Pasukan

Angkatan Laut Jepang, berkedudukan di Makassar (Ujung Pandang).

Penyerbuan tentara Jepang ke Indonesia, pada mulanya menyerang

daerah- daerah pertambangan yang terdapat di Kalimantan melalui Selat

Makassar. Tepatnya pada tanggal 11 Januari, tentara Jepang telah mendarat di

Tarakan, dan keesokan harinya Komandan Belanda di pulau itu menyerah

Page 35: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

20

pada tanggal 12 Januari 1942. Tidak lama kemudian, pada tanggal 24 Januari

1942, Balikpapan yang merupakan sumber minyak kedua jatuh ke tangan tentara

Jepang. Penyerbuan ke daerah tambang minyak tersebut karena didasari oleh

bahan bakunya yang menjadi kepentingan industri militer Jepang.

Selain itu untuk jalur laut Maluku, Jepang menganggap penting dalam

perhitungan strategis perang jangka panjang dan Jepang memusatkan

perhatiannya pada Morotai dan Kendari. Dalam strategi perang Jepang, Kendari

mempunyai posisi yang amat penting. Oleh karena itu, Kendari menjadi tujuan

ke dua setelah Morotai menjadi markas pada masa pendudukan Jepang untuk

menguasai daerah Indonesia bagian timur dan kekayaan alam yang dimiliki

Kendari (Hayunira, 2013:31-33).

2.4 Nilai Penting Sumberdaya Arkeologi di Kota Kendari

Dalam Undang Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010, pada Ketentuan

Umum pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “Cagar Budaya adalah warisan budaya

bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,

Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya di darat

dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan

melalui proses penetapan”.

Setiap objek atau tinggalan arkeologis tentu memiliki nilai-nilai penting,

namun tidak semua nilai tersebut diketahui oleh publik. Namun, perlu disadari

bahwa penilaian terhadap sumberdaya arkeologi memiliki nilai penting yang

bervariatif. Nilai penting juga tergantung kepada siapa yang memaknai dan

Page 36: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

21

menafsirkannya (Supriadi, 2008:79). Untuk bangunan pilboks dan bunker di Kota

Kendari setidaknya memiliki nilai penting sejarah dan nilai penting Ilmu

Pengetahuan. Berikut uraian nilai penting tersebut.

2.4.1 Nilai Penting Sejarah

Menurut Tanudirjo (2004) dalam penentuan nilai penting sejarah adalah

memiliki potensi atau kemampuan sumberdaya arkeologi untuk menjadi bukti

kehidupan manusia, baik pada zaman sejarah, sejarah ataupun berkaitan dengan

peristiwa tertentu yang mempunyai sejarah yang penting sedangkan menurut

Pearson dan Sullivan (1995) unsur nilai penting sejarah adalah hubungan peran

sumberdaya arkeologi dalam suatu peristiwa sejarah atau berkaitan dengan tokoh

sejarah tertentu dan sumberdaya arkeologi akan mempunyai nilai penting sejarah

yang tinggi apabila ditemukan dalam keadaan utuh, terutama bagian-bagian yang

penting (Supriadi, 2008:79-80).

Bunker dan pilboks merupakan bangunan pertahanan dan perlindungan

peninggalan Jepang berada di salah satu daerah di Kota Kendari Sulawesi

Tenggara yang memiliki nilai sejarah dalam pembangunan kota tersebut. Alasan

Jepang menguasai Kota Kendari yaitu menjadikannya sebagai pangkalan militer

serta membuat strategi untuk menguasai daerah indonesia bagian timur setelah

menguasai morotai (Hayunira, 2013:31-33). Namun untuk saat ini, bangunan

bunker dan pilboks di Kota Kendari mengalami kerusakan yang disebabkan oleh

faktor lingkungan. Kerusakan tersebut dapat menghilangkan jejak-jejak sejarah

pada masa pendudukan Jepang di Kota Kendari.

Page 37: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

22

2.4.2 Nilai Penting Ilmu Pengetahuan

Sebagai landmark sebuah Kota, keberadaan kawasan tersebut sangat

penting. Bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, kawasan Kota dapat

menjadi “museum hidup” yang bisa menceritakan riwayat sejarah dan kebudayaan

yang ada, mulai dari awal terbentuknya, hingga saat ini. Apabila digali lagi, tidak

menutup kemungkinan munculnya potensi-potensi baru yang dapat bermanfaat

bagi perkembangan bidang-bidang lainnya, termasuk bidang pariwisata (Anonim,

2012:33).

Beberapa nilai penting ilmu pengetahuan yang dapat diidentifikasi dari

bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari antara lain dapat dilihat dari

disiplin ilmu arkeologi, arsitektur, tata ruang kota dan pariwisata. Pilboks dan

bunker berpotensi untuk diteliti dalam bidang arkeologi kolonial. Pilboks dan

bunker menjadi bukti fisik pendudukan militer Jepang di Kota Kendari. Di bidang

arsitektur, bangunan bunker dan pilboks berpotensi diteliti untuk mengetahui

teknik pembuatan bangunan pertahanan dan perlindungan pada masa pendudukan

Jepang di Kota Kendari. Dalam bidang tata ruang kota pilboks dan bunker

berpotensi diteliti sebagai objek kajian tata ruang kota di masa pendudukan

Jepang di Kendari. Sedangkan, untuk bidang pariwisata, pilboks dan bunker

berpotensi untuk diteliti terkait wisata edukasi sejarah di Kota Kendari.

Page 38: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

23

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Profil Wilayah Kota Kendari

Kota Kendari terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa tepatnya berada

dititik koordinat 03°58’02,9” LS dan 122°35’40,9” BT. Kota Kendari merupakan

ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang diresmikan sebagai kota madya dengan

UU RI No. 6 Tahun 1995. Kota ini memiliki luas wilayah 296 km2 dan

berpendudukan kurang lebih 347.496 jiwa. Dari luas wilayah serta jumlah

penduduk pada tahun 2005 terbagi menjadi 10 wilayah kecamatan dan 64

kelurahan (kendarikota.bps.go.id).

Secara administratif kota Kendari terletak pada batas-batas wilayah

sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe

- Sebelah timur berbatasan dengan laut Kendari

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan

Konda, Kabupaten Konawe Selatan

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten

Konawe selatan dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe.

Page 39: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

24

Menurut data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim Kendari

selama Tahun 2015 mempunyai curah hujan rata-rata 1.519 mm pertahun. Curah

hujan tertinggi biasanya jatuh pada bulan Desember dan Januari sedangkan curah

hujan terendah biasanya terjadi bulan September sampai bulan Oktober. Suhu

udara maksimun 28º C, sedangkan suhu udara minimun 25º C dan kelembaban

udara rata-rata 80%. Namun suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

yaitu perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah

pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit bedah untuk masing-masing

Gambar 1. Peta Administratif Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Sumber : BAKOSURTANAL

(Digambar digital : Muh. Awal Ramadhan)

Page 40: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

25

tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah kota Kendari

merupakan daerah bersuhu tropis. Sedangkan, flora dan fauna yang hidup dan

berkembang biak di Kabupaten Bone hampir sama dengan beberapa daerah

lainnya di Sulawesi Tenggara. Jenis flora yang tumbuh tersebut seperti kelapa,

cokelat, pisang, jambu biji, jati, pohon ketapang, pohon mangga dan sebagainya

dan fauna seperti: sapi, kerbau, kambing, ayam, kadal dan anjing.

Dari 10 wilayah kecamatan yang ada dalam wilayah administrasi kota

Kendari, Kecamatan Kendari dan Kecamatan Madonga merupakan wilayah

pemerintah daerah dimana lokasi penelitian ini berada. Wilayah Kecamatan ini

terletak dibagian barat dan timur kota Kendari yang berbatasan langsung dengan

wilayah Kabupaten Konawe. Kecamatan Kendari memiliki luas 14,19 Km2 yang

secara administratif terbagi atas 6 kelurahan. Dibagian selatan dan timur

berbataasan langsung dengan teluk kota Kendari dan Kecamatan Kendari

sebagian besar dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian ± 459 mdpl, sedangkan

ke arah Selatan tingkat kemiringan antara 4% -30% (Anonim, 2014)

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia dan Kota Kendari pada

umumnya, Kecamatan Kendari hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau

dan musim hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang

bertiup di atas wilayahnya. Kemudian pada bulan April sampai dengan bulan

Agustus, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia

dan Samudera Pasifik, setelah melalui beberapa lautan. Maka, pada bulan-bulan

tersebut di wilayah Kecamatan Kendari dan sekitarnya biasa terjadi musim hujan.

Menurut data yang ada bahwa di Kecamatan Kendari tahun 2013 terjadi 166 hari

Page 41: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

26

hujan (hh) dengan curah hujan 2.619 (mm). Menurut data yang ada rata-rata suhu

udara maksimum 31,9 OC, sedangkan rata-rata suhu udara minimum 23,8 OC.

Kelembaban udara rata-rata 83.8 persen, tekanan udara rata-rata 1.011.4 milibar

dan kecepatan angin rata-rata 1.70 knot.

Secara administratif Kecamatan Kendari terletak pada batas-batas wilayah

sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Kendari

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kendari Barat

- Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Kendari

Kecamatan Wua-Wua memiliki luas wilayah 22,65 Km2 yang secara

administratif terbagi atas 4 kelurahan yang meruapakan pecahan dari Kecamatan

Mandonga sesuai peraturan daerah tahun 2012 tentang penataan ruang.

Kecamatan Wua-Wua mengalami dua musim yakni musim kemarau dan musim

penghujan. Keadaan musim ini sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup

diatas wilayahnya.

Pada bulan April sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari Benua

Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air. Maka pada bulan-bulan

tersebut di wilayah Kecamatan Wua-Wua dan sekitarnya terjadi musim hujan.

Menurut data yang ada di Kecamatan Wua-Wua tahun 2013 terjadi 166 hari hujan

(hh) dengan curah hujan 2.619 mm.

Page 42: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

27

Secara administratif Kecamatan Wua-wua terletak pada batas-batas

wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kadia dan Kecamatan

Puuwatu

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kambu

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga

Lokasi penelitian kedua kecamatan ini memiliki keistimewaan khususnya

dalam kaitan penulisan ini. Keistimewaan wilayah ini berada di pusat kota yang

memiliki bangunan bersejarah yaitu tinggalan arkeologis yang dapat saja rusak

atau punah sewaktu-waktu bila tanpa adanya penelitian lebih lanjut terutama yang

berkaitan tentang pelestarian. Wilayah yang dimaksud adalah Kelurahan Kandai,

Kecamatan Kendari dan Kelurahan Wua-wua, Kecamatan Wua-wua.

Kelurahan Kandai merupakan kelurahan yang memiliki luas 0,245 Km2

dan memiliki jumlah penduduk kurang lebih 3.026 jiwa. Secara administratif

Kelurahan Kandai terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Kendari

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kendari Barat

- Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Kendari

Kelurahan Wua-wua merupakan wilayah yang memiliki luas 4,31 Km2

dan memiliki jumlah penduduk kurang lebih 7.229 jiwa. Secara administratif

Kelurahan Wua-wua terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut :

Page 43: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

28

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Puwatu dan Kelurahan

Watulondo

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kadia dan Kelurahan

Bonggoeya

- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bondoala

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga, Kelurahan Lepo-

lepo dan Kelurahan Baruga

Bangunan peninggalan Jepang berada di kedua wilayah kelurahan di

antaranya Kelurahan Kandai dan Kelurahan Wua-wua. Kedua wilayah ini juga

terletak tepat di pusat kota dan keterancaman akan kerusakan akibat lingkungan

serta aktifitas sosial yang sangat padat mampu merusak bangunan cagar budaya

yang memiliki nilai penting dibidang ilmu pengetahuan, budaya, akademis dan

ekonomis.

3.2 Deskripsi Bangunan Peninggalan Jepang Di Kota Kendari

Bangunan peninggalan Jepang terletak di beberapa lokasi di Kota Kendari

namun dalam lokasi penelitian ini mengarah ke kedua lokasi, mengingat bahwa

jenis tingkat kerusakan sudah mampu mewakili dari setiap bangunan berada.

Kedua lokasi peninggalan Jepang terletak di Kecamatan Kendari, Kelurahan

Kandai dan Kecamatan Wua-wua, Kelurahan Wua-wua.

Page 44: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

29

Page 45: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

30

3.2.1 Bunker Kompleks TNI Danrem

Lokasi bunker ini terletak di belakang bangunan kolonial milik rumah

dinas TNI AD Danrem. Bunker berbentuk persegi empat dengan pintu bunker

pada kedua sisinya yang berorientasi arah hadap barat dan timur. Sisi kanan dan

kiri lorong bungker terbuat dari pondasi batu dan campuran semen. Bunker ini

memiliki lorong yang mengarah ke bawah tanah dan terletak di bawah bukit tanah

yang agak tinggi.

Letak bangunan peninggalan Jepang bunker Danrem di Kelurahan Kandai

Kecamatan Kendari berada pada batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan rumah warga

- Sebelah Timur berbatasan dengan bangunan TNI Danrem

- Sebelah Barat berbatasan dengan rumah warga

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya Saibara

No. Ukuran

Pintu Masuk

Panjang

Lorong

Dinding

Arah Hadap

Bagian

Luar

Bagian

Dalam

Pintu Luar

Pintu

Dalam

1. Panjang - - 30 m - - -

2. Tinggi 75 cm 75 cm - 55 cm - -

3. Lebar 105 cm 90 cm - 180 cm - -

4. Ketebalan - - - 53 cm - -

5. Orientasi - - - - Utara dan Selatan Timur

Tabel 1. Ukuran Bangunan Bunker Kompleks TNI Danrem

Page 46: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

31

Adapun jenis-jenis vegetasi yang tumbuh atau hidup di sekitar bangunan

peninggalan Jepang adalah; pepaya, pisang, belimbing dan pohon mangga.

Kondisi bangunan bunker Danrem tidak terawat, dilihat dari semak yang tumbuh

dibagian utara, barat dan selatan bangunan kurang terawat, daun-daun dari

tanaman yang berguguran masih berserakan dan belum dibersihkan. Kondisi

beton pada banguan sangat memprihatinkan karena mengalami pelapukan dan

kerusakan baik diluar maupun di dalam bangunan.

Foto 2. Lingkungan Bangunan

Bunker Komplek TNI Danrem.

(Dok. Hamzah dan

Faizal Akbar Arashi, 2016)

Page 47: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

32

3.2.2 Pilboks Jalan Ahmad Yani

Pilboks ini merupakan peninggalan Jepang yang berada tepat di trotoar

jalan poros Ahmad Yani di Kota Kendari. Dari pengamatan yang dilakukan,

pilboks sengaja ditimbun dan ditutupi untuk dijadikan sebagai sarana fasilitas

pejalan kaki. Bentuk asli pilboks masih dapat diamati pada bagian atasnya yang

berbentuk silinder, namun bagian badan (termasuk pintu dan jendela) pilboks

sudah tertutupi oleh jalan trotoar. Karena kondisinya yang berada tepat di tengah

jalan, maka pilboks ini menjadi jalan yang dilalui oleh pejalan kaki yang setiap

hari. Kondisi lingkungan di sekitar pilboks ini merupakan tempat aktivitas

perkotaan yang padat, sehingga potensi kerusakan dan ketidakterawatan pilboks

ini sangat rentan akan kehancuran.

Gambar 3. Bentuk Irisan Bunker Kompleks

TNI Danrem.

(Di gambar oleh Muh. Awal Ramadhan)

Page 48: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

33

Letak bangunan peninggalan pilboks di Kelurahan Wua-wua Kecamatan

Wua-wua terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan bangunan warga,

- sebelah Timur berbatasan dengan trotoar (Khusus pejalan kaki),

- sebelah Barat berbatasan dengan jalan raya dan

- sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya.

Kondisi bangunan pilboks dijalan ahmad yani ini tidak terawat, dilihat dari

letaknya yang berada di tempat pejalan kaki atau trotoar selain itu di bagian timur,

barat dan selatan bangunan dekat dengan jalan poros, dan rumput di sekitar

bangunan belum dibersihkan. Kondisi beton pada banguan sangat

memprihatinkan karena mengalami keretakan pada dinding luar bangunan.

No. Ukuran Bangunan Dinding

Lubang Arah Hadap Lubang

Tembak Atap Tembak

1. Diameter 245 cm - 10 cm - -

2. Kedalaman - - 32 cm - -

3. Tinggi 120 cm - - 28 cm -

4. Lebar - - - 60 cm -

5. Ketebalan - 28 cm - - -

6. Orientasi - - - - Timur dan selatan

Tabel 2. Ukuran bangunan pilboks jalan Ahmad Yani

Page 49: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

34

Gambar 3. Bentuk Irisan pilboks Jalan Ahmad Yani. (Digambar oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Foto 3. Lingkungan Pilboks jalan Ahmad Yani.

(Dok. Hamzah, 2016)

Page 50: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

35

BAB IV

ANALISIS KERUSAKAN DAN BENTUK PENANGANAN

4.1 Sifat Kimiawi dan Sifat Fisik pada Bahan Baku Bunker Kompleks TNI

Danrem dan Pilboks Jalan Ahmad Yani

Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh

dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen,

pasir dan krikil atau agregat lainnya dan air untuk membuat campuran tersebut

menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang diinginkan.

Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel

agregat menjadi suatu masa yang padat. Beton dalam berbagai variasi sifat

kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan

jumlah material pembentuknya Dalam pengertian sederhana, beton merupakan

sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan

pengikat semen.

Semen terbuat dari gamping, kalsium, silikon, besi, dan alumunium serta

bahan-bahan lainnya. Campuran ini dipanaskan dalam alat pembakaran besar

sehingga menjadi sebuah produk yang disebut Klinker. Klinker ini kemudian

diremukkan menjadi bubuk dan ditambah gipsum sehingga menjadi tepung

berwarna abu-abu yang kita sebut semen. Ketika air ditambahkan pada semen,

maka air itu akan memacu sebuah proses kimiawi yang membuat semen akan

mengeras (Walker, 2002:33).

Bunker dan pilboks adalah bangunan sumberdaya arkeologi yang terbuat

dari beton/semen merupakan sumberdaya mati seperti pada bangunan candi,

Page 51: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

36

benteng dan megalit (dolmen, menhir, kubur batu, jirat, nisan). Sedangkan yang

terletak di museum berupa sumberdaya arkeologi bergerak (koleksi) seperti arca,

alat batu, dan jenis koleksi. Sumberdaya arkeologi tersebut harus dijaga

kondisinya untuk generasi mendatang. Sumberdaya arkeologi memiliki nilai

penting bagi kehidupan bangsa dilihat dari nilai sejarah dan ilmu pengetahuan

yang tak terlepas dari faktor lingkungannya, baik dari faktor lingkungan yang

berdampak negatif maupun berdampak positif pada benda sumberdaya arkeologi.

Namun, realita yang terjadi di lapangan bahwa lingkungan yang berdampak

negatif lebih dominan dari pada dampak positifnya seperti pengaruh alam dan

pengaruh manusia, untuk dapat mencegah dampak lingkungan negatif yang

berlebihan, maka dari itu sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam pelestarian

sumberdaya arkeologi yang berbahan beton adalah meliputi sifat kimiawi dan

fisik. Sifat fisik beton antara lain pasir (agregat halus), kerikil atau batu yang di

hancurkan, air dan semen sedangkan sifat kimiawi adalah meliputi mineral-

mineral yang mencakup senyawa-senyawa kimia sebagai contoh kalsium (Ca),

Silikon ( Si), Titanium (Ti) (Walker, 2002: 32).

Adapun secara umum sifat kimiawi pada bahan baku beton peninggalan

Jepang di Kota Kendari dengan melakukan uji sample sebagai berikut:

Page 52: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

37

Tabel 3. Unsur Kimiawi Pada Bahan Baku Bangunan Peninggalan Jepang Di Kota

Kendari

No. El m/m(%) StdErr Nama Unsur

1 Ca 40.54 4.11 Kalsium

2 Si 20.15 7.33 Silikon

3 Px 19.21 3.94 Fosfor

4 Ti 13.19 1.44 Titanium

5 Cu 4.54 0.5 Tembaga

6 Zn 0.98 0.15 Seng

7 W 0.55 0.23 Wolfram

8 Pb 0.442 0.1 Timbal

9 Mo 0.113 0.023 Molibdenum

10 Nb 0.078 0.024 Niobium

11 Sn 0.073 0.022 Timah

12 Sb 0.065 0.02 Antimon

13 Ru 0.065 0.019 Rutenium

Sifat kimiawi (lihat diagram 1) secara umum pada bangunan peninggalan

Jepang di Kota Kendari menunjukkan (lihat tabel 1) bahwa presentase Ca

(Kalsium) lebih mendominasi sebesar 40.54%, Si (Silikon) 20.15%, P (Fosfor)

19.21, Ti (Titanium) 13.19, Cu (Tembaga) 4.54, Zn (Seng) 0.98%, W (Wolfram)

0.55%, Pb (Timbal) 0.442%, Mo (Molibdenum) 0.113%, Nb (Niobium) 0.078%,

Sn (Timah) 0.073% % dan paling terendah tingkat presentasenya yaitu Sb

(Antimony) 0.065 dan Ru (Rutenium) 0.065%. Dari hasil presentase juga

Ket:

El : Elemen

m/m(%) : Presentase %

StdErr : Standar Eror

Page 53: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

38

41%

20%

19%

13%

5%1%

1%

0%

0%

0%0%

0%

0%

DIAGRAM SIFAT UNSUR KIMIAWI

PADA BAHAN BAKU BANGUNAN

PENINGGALAN JEPANG DI KOTA KENDARI

Ca (Kalsium) 40.54%

Si (Silikon) 20.15%

P (Fosfor) 19.21%

Ti (Titanium) 13.19 %

Cu (Tembaga) 4.54 %

Zn (Seng) 0.98%

W (Wolfram) 0.55%

Pb (Timbal) 0.442%

Mo (Molibdenum) 0.113%

Nb (Niobium) 0.078%

Sn (Timah) 0.073%

Sb (Antimon) 0.065%

Ru (Rutenium) 0.065%

membuktikan bahwa Ca (kalsium) memiliki peranan penting dalam pembuatan

beton peninggalan Jepang, bunker dan pilboks di Kota Kendari.

Diagram 1. Unsur kimiawi pada pada bahan baku bangunan bunker dan pilboks

Adapun pengertian dan fungsi unsur kimiawi yang memiliki keterikatan

pada bahan baku bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari, bunker dan

pilboks sebagai berikut:

a. Ca (Kalsium)

Ca (Kalsium) merupakan salah satu unsur atom 20 dan banyak digunakan

oleh berbagai bidang terutama pada bidang bangunan peninggalan Jepang yang

ada di Kota Kendari. Penggunaan kalsium pada bangunan peninggalan Jepang

sangat berperan penting untuk mengikat agregat halus (pasir alami dan pasir

butan) dan agregat kasar (kerikil dan batu pecah).

Page 54: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

39

b. Si (Silikon)

Silikon merupakan salah satu unsur atom 14 dan memiliki senyawa

bersifat paramagnetik. Sebagian besar silikon digunakan secara komersial,

terkadang dengan sedikit melalui proses dari senyawa di alam. Contohnya adalah

pemakaian langsung yang terdapat pada bangunan peninggalan Jepang di Kota

Kendari. Silikon sangat berperan dalam meningkatkan daya tahan bangunan.

c. P (Fosfor)

Fosfor meruapakan salah satu unsur atom 15 yang memiliki nutrisi mineral

yang sangat penting bagi tanaman dan hewan. Fosfor dapat ditemukan di dalam

air, tanah dan sedimen. Fosfor memasuki lingkungan dari batu dan terdeposit.

Proses deposit inilah terdapat pada bahan baku bangunan peninggalan Jepang di

Kota Kendari karena mengikut pada saat ditambang.

d. Ti (Titanium)

Titanium merupakan salah satu unsur atom 22 yang kebanyakan titanium

digunakan dalam oksida. Titanium sangat ringan dan kuat dan warnanya putih.

Contoh dalam penggunaan titanium saat ini adalah cat berwarna putih untuk

mengecat dinding bangunan agar mampu mempertahankan dari serangan

mirorganisme hidup seperti tumbuhan lumut.. Namun beda halnya dengan bunker

dan pilboks di Kota Kendari, Titanium tersebut diasumsikan agar mampu

mepertahankan bangunan dalam segala kondisi iklim yang ekstrim dari kerusakan

dan pelapukan.

Page 55: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

40

e. Cu (Tembaga)

Tembaga merupakan salah satu unsur atom 29 yang secara fisik berwarna

kuning. Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik

contohnya dalam pembuatan kabel transmisi. Namun beda halnya dengan

bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari, tembaga bisa saja digunakan

untuk penguatan bangunan contohnya pada pondasi bangunan bunker dan pilboks.

f. Zn (Seng)

Seng merupakan salah satu unsur atom 30 yang digunakan juga sebagai

suatu campuran logam misalnya pada bangunan peninggalan Jepang, bunker dan

pilboks yang memiliki bahan baku terbuat dari berbagai unsur kimiawi dan di

asumsikan seng salah satu campuran yang mampu menguatkan bahan baku

tersebut agar dapat bertahan dari serangan musuh.

g. W (Wolfram)

Wolfram merupakan salah satu unsur atom 74 yang merupakan suatu

logam yang keras, berwarna abu-abu keputihan. Logam ini digunakan secara

komersial saat ini. Namun bangunan bunker dan pilboks, wolfram sangat berguna

dalam penguatan bahan baku bangunan.

h. Pb (Timbal)

Timbal merupakan salah satu unsur atom 82 yang terdapat secara alami di

dalam kerak bumi dan keberadaannya bisa juga ditemui dari hasil aktivitas

manusia. timbal biasanya digunakan untuk menghindari dari korosi dari kerusakan

dan pelapukan. Maka dengan adanya timbal ini, peran dalam bahan baku bunker

dan pilboks sangat berguna agar dapat memperlambat kerusakan dan pelapukan.

Page 56: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

41

i. Mo (Molibdenum)

Molibdenum merupakan salah satu unsur atom 42 yang memiliki peran

penting dalam meningkatkan penguatan baja pada saat berada pada suhu tinggi.

Namun pada bangunan bunker dan pilboks mampu meningkatkan kekerasan

bangunan karena adanya molibdenum yang terdapat pada bahan baku bangunan.

j. Nb (Niobium)

Niobium salah satu unsur atom 41 yang memiliki kegunaan dalam

penguatan baja. Niobium dan molibdenum memiliki manfaat yang sama dalam

pengutan baja, begitu pula dalam bahan baku bunker dan pilboks yang sangat

berperan penting dalam penguatan struktur komponen bangunan.

k. Sn (Timah)

Timah salah satu unsur atom 50 yang memiliki sifat tahan terhadap korosi

dan karat. Kegunaan timah dalam bahan baku bangunan bunker dan pilboks

sangat berperan penting karena timah mampu bertahan dari pelapukan yang di

akibatkan oleh organisme hidup yang dapat menggorogoti bangunan.

l. Sb (Antimon)

Antimoni merupakan salah satu unsur atom 51 yang biasanya

dimanfaatkan sebagai pembuatan pipa dan campuran antigores. Namun kegunaan

pada bahan bahan baku bunker dan pilboks digunakan sebagai salah satu

campuran untuk penguatan bangunan.

m. Ru (Ruterium)

Ruthenium merupakan salah unsur atom 44 yang digunakan sebagai

paduan pengeras logam platinum dan paladium. (Mushaddiq, 2017).

Page 57: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

42

4.2 Pengaruh Lingkungan terhadap Kerusakan dan Pelapukan

4.2.1 Pengaruh Lingkungan Biotik terhadap Bangunan Bunker dan Pilboks

Pengaruh lingkungan biotik pada bangunan bunker dan pilboks meliputi

semua faktor hidup dan memiliki kelompok organisme seperti lumut, manusia dan

pengurai. Adapun kelompok organisme dari lingkungan biotik yang dapat

menyebabkan kerusakan akibat aktivitas makhluk hidup pada bangunan

peninggalan Jepang sebagai berikut.

1. Lumut

Kelompok produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat

makanan sendiri. Termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau

tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen merupakan organisme autotrof

yang mampu menghasilkan zat organik pembentuk tumbuhnya dari zat-zat

anorganik seperti air dan mineral, kelompok produsen juga termasuk kedalam

kelompok semua tumbuhan hijau yang dapat melakukan proses fotosintesis dan

berkemampuan untuk menghasilkan karbohidrat.

Karbohidrat merupakan zat pembentuk dasar dari berbagai zat makanan,

seperti protein dan lemak yang terbentuk sebagai hasil kombinasi dengan nutrisi

lainnya seperti nitrat, fosfor dan potasium. Salah satu jenis tumbuhan yang

menghasilkan karbohidrat yaitu tumbuhan lumut (Bryophyata). Tumbuhan lumut

merupakan tumbuhan darat yang dapat ditemukan didaerah lembab dan memiliki

tinggi rata-rata 1cm sampai 2cm, tumbuhan lumut juga merupakan bentuk

peralihan dari tumbuhan bertallus dan tumbuhan berkormus.

Page 58: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

43

Struktur tumbuhan lumut sebagian berupa talus dan sebagiannya lagi

sudah memiliki batang dan akar, namun akarnya masih berupa rizoid (akar semu).

Akar semu terdiri dari sel-sel tunggal yang memanjang dan memiliki sekat tidak

sempurna yang fungsinya untuk menyerap air dan mineral serta melekat pada

substrat.

Namun tumbuhan lumut juga mempunyai sifat merusak bagi bangunan.

Tumbuhan lumut dapat tumbuh dibagian permukaan bangunan sebagai parasit

dengan memperoleh makanan dari mineral-mineral yang ada pada pori-pori

bangunan. Seperti halnya pada bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari

Sulawesi Tenggara. Lumut yang tumbuh dipermukaan bangunan dapat merusak di

permukaan maupun didalam permukaan

Gambar . Struktur Tumbuhan Lumut

Sumber Gambar :www.pintarbiologi.com/2016/03

Page 59: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

44

a. Bunker Kompleks TNI Danrem

Terlihat pada bangunan bunker Kompleks TNI Danrem (lihat pada gambar

6) pada sisi bagian luar dan bagian dalam menunjukkan bahwa persebaran

tumbuhan lumut di permukaan bangunan telah terkelupas jika pada saat musim

kemarau namun beda halnya pada sisi bagian dalam bangunan, pertumbuhan

lumut akan tetap hidup dikarenakan suhu dan intensitas cahayanya rendah

mengakibatkan permukaan bangunan tetap lembab. Jika lama-kelamaan

Gambar 6. Sebaran tumbuhan lumut pada bangunan bunker.

Sisi kiri : Bagian luar bunker dan sisi kanan : Bagian dalam bunker

(Di gambar oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 60: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

45

dibiarkan, maka bangunan bunker dapat rusak dan lapuk akibat persebaran lumut

ini.

b. Pilboks Jalan Ahmad Yani

Keadaan pilboks (lihat pada gambar 7) yang terletak dijalan ahmad yani

Kota Kendari Sulawesi Tenggara terdapat persebaran lumut yang telah

mengering. Persebaran lumut pada bangunan pilboks dapat merusak permukaan

bahan baku bangunan. Selain itu, jika terjadi musim penghujan maka lumut

tersebut mulai berkembang biak kembali dan siklus ini akan terjadi terus-menerus

Gambar 7. Sebaran tumbuhan lumut pada bangunan pilboks.

(Di gambar oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 61: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

46

sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah lagi. Dapat diperhatikan

persebaran lumut pada sisi selatan dan sisi timur pilboks.

Jenis pelapukan ini disebut juga sebagai pelapukan biologis. Pelapukan

biologis menunjukkan (lihat gambar 6 dan 7) bahwa pertumbuhan lumut lebih

mendominasi pada bangunan bunker Danrem dibandingkan bangunan pilboks

Ahmad Yani. Bunker Danrem memiliki tingkat pelapukan secara biologis lebih

tinggi karena pertumbuhan lumut tumbuh dibagian luar maupun bagian dalam

bangunan dibandingkan pilboks Ahmad Yani hanya tumbuh di bagian luarnya

saja.

2. Manusia

Manusia merupakan salah satu dari komponen biotik yang dapat merusak

bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari. Lingkungan bangunan bunker

Danrem dan pilboks Ahmad Yani berada di tengah-tengah pemukiman

masyarakat. Keberadaan bangunan bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani

sangat memperihatinkan, karena kerusakan (vandalism) bangunan dijadikan objek

tulisan, pembakaran dan tempat pembuangan akhir masyarakat. Selain itu

kerusakan dan pelapukan juga di perparah oleh faktor lingkungan biotik.

a. Bunker Danrem

Gambar dibawah memperlihatkan (lihat gambar 8) bahwa vandalisme

pada bangunan bunker merupakan bentuk kerusakan yang dapat menghilangkan

nilai estetika bangunan. Coretan yang terlihat pada bangunan mulai tampak

memudar akibat pertumbuhan organisme hingga terjadi pengelupasan pada

Page 62: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

47

permukaan bangunan selain itu coretan pada bangunan tidak jelas sama sekali.

Hasil pembakaran yang dialami oleh bangunan bunker Danrem menyebabkan

terjadinya proses kimiawi sehingga tampak kehitaman pada atap bagian dalam

bunker Danrem.

Gambar 8. Coretan dan bekas pembakaran (vandalism) pada bangunan bunker Danrem.

Sis kiri : bagian luar bangunan dan sisi dalam : bagian dalam bunker

(Di gambar oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 63: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

48

b. Pilboks Ahmad Yani

Terlihat pada gambar (lihat gambar 9) menunjukkan bahwa bangunan

pilboks Ahmad Yani terdapat sebuah coretan (vandalism) yang hanya dapat

teridentifikasikan dengan angka 0+050 besertakan huruf X yang tidak memiliki

makna serta mengurangi nilai estetik pada bangunan. Disisi lain bangunan pilboks

ini berada tepat di jalan poros perkotaan dan sangat memungkinkan akan

terjadinya lagi coretan-coretan pada bangunan.

Gambar 9. Coretan (vandalism) pada bangunan pilboks.

(Di gambar oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 64: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

49

Gambar 10. Retakan dan pengelupasan pada bahan baku bangunan bunker

dan pilboks

Gambar atas : Bunker Danrem dan

Gambar bawah : Pilboks Ahmad Yani

(Di Gambar Oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 65: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

50

Terlihat pada gambar (lihat gambar 10) menunjukkan bahwa bangunan

bunker Kompleks TNI Danrem dan pilboks jalan Ahmad Yani mengalami

keretakan dan pengelupasan yang cukup parah disebut juga sebagai kerusakan

secara mekanis. Keretakan dan pengelupasan pada bunker Kompleks TNI Danrem

memiliki banyak indikasi yaitu akibat pertumbuhan lumut, hasil pembakaran

pembuangan akhir (sampah) dan vandalisme yang dilakukan oleh manusia yang

bermukim disekitaran bangunan sedangkan keretakan dan pengelupasan yang

terjadi pada bangunan pilboks jalan Ahmad yani dapat di indikasikan akibat

pertumbuhan lumut, getaran kendaraan dan letak bangunan yang berada di trotoar

jalan.

4.2.2 Pengaruh Lingkungan Abiotik terhadap Bangunan Bunker Dan Pilboks

Pengaruh lingkungan abiotik meliputi semua faktor benda mati yang

sangat mempengaruhi terhadap kehidupan organisme seperti air, udara, suhu dan

tanah. Namun beda halnya dengan peninggalan bangunan Jepang yang sangat

rentan akan kerusakan dan pelapukan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotik.

Adapun pemaparan tentang pengaruh lingkungan abiotik terhadap peningalan

bangunan Jepang sebagai berikut :

1. Air

Air termasuk dalam lingkungan abiotik yang sangat penting untuk

menunjang kehidupan. Air merupakan media zat-zat pelarut yang dibutuhkan dan

media pengangkut didalam tubuh organisme hidup, begitu pula dengan bangunan

bunker dan pilboks, air sebagai pelarutan bahan-bahan baku pembuatan bangunan.

Media air dalam pembuatan bangunan berfungsi untuk mengikat (bereaksi) semen

Page 66: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

51

sehingga dapat menjadi perekat agregat halus dan agregat kasar. Selain sebagai

perekat, air juga sifatnya mampu merusak bangunan bunker dan pilboks seperti

terjadinya hujan yang merembes dipermukaan bangunan sehingga lama kelamaan

terjadinya pengelupasan.

Air hujan bersifat asam di akibatkan oleh percampuran unsur kimiawi di

udara. Unsur kimiawi pada hujan asam antara lain adalah karbon dioksida (CO2)

serta belerang atau sulfur (S) yang berasal dari polusi kendaraan lalu bercampur di

udara dan ketika hujan turun maka bercampurlah unsur kimiawi tersebut hingga

membentuk hujan asam. Hujan asam dapat berakibat fatal terhadap bangunan

bunker dan pilboks seperti terjadinya pengelupasan dan pertumbuhan organisme

hidup dipermukaan bangunan sehingga terjadinya degredasi pada bahan bakunya.

Adapun tabel curah hujan bulanan dari data BMKG Kota Kendari

Sulawesi Tenggara, sebagai berikut :

Tabel 4. Curah hujan bulanan di Kota Kendari

Thn Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2012 353.2 174.6 151.0 75.7 184.6 175.5 106.0 65.2 20.9 51.9 62.3 131.8

2013 339.8 195.4 151.7 142.8 231.0 237.5 826.5 44.7 29.2 17.9 112.1 287.1

2014 84.1 107.6 333.6 278.0 399.5 356.1 164.5 83.0 0.0 0.0 22.1 436.7

2015 238.9 280.8 245.8 172.9 140.5 212.8 40.7 2.3 0.0 4.5 0.7 251.1

2016 99.4 330.3 346.9 282.1 108.1 X X X X X X X

Berdasarkan table diatas (lihat pada tabel 4) dapat diketahui bahwa curah

hujan bulanan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara pada bulan Februari hingga

Satuan : Milimeter

X : Data yang belum terdeteksi

Sumber : Stasiun Meterologi Maritim Kendari

Page 67: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

52

bulan Juni memiliki rata-rata curah hujan yang sangat tinggi dibandingkan bulan

lainnya. Rata-rata curah hujan pada bulan Februari tahun 2014 memiliki curah

hujan 330.3 milimeter sedangkan dibulan Juni tahun 2016 memiliki curah hujan

356.1 milimeter. Dampak curah hujan bulanan pada bangunan peninggalan

Jepang sangat beresiko akan rentangnya kerusakan terhadap bahan baku

bangunan.

Page 68: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

53

Terlihat pada gambar (lihat gambar 10) bahwa pelapukan khemis yang

terjadi pada bangunan bunker dan pilboks yang disebabkan oleh hujan asam

sehingga terjadinya pengelupasan dan merusak bahan baku bangunan. Selain itu

dengan meningkatnya curah hujan pertahun, rembesan air dapat memperbesar

retakan sehingga terjadinya pengelupasan lebih besar lagi.

2. Udara

Udara merupakan lingkungan abiotik yang sangat dibutuhkan oleh

makhluk hidup. Selain makhluk hidup, udara juga sangat dibutuhkan oleh

Gambar 11. Pengelupasan pada bahan baku bunker dan pilboks

Gambar atas : Bunker Danrem dan Gambar bawah : Pilboks Ahmad Yani

(Di Gambar Oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 69: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

54

bangunan untuk memperkeras suatu komponen bahan bakunya pada saat

dibangun seperti halnya semen untuk memperekat agregat halus dan agregat kasar

yang dibutuhkan salah satunya adalah udara untuk mengeringkan semen tersebut.

Namun beda halnya ketika bangunan tersebut telah lama seperti bangunan bunker

dan pilboks peninggalan Jepang di Kota Kendari.

Udara bisa saja sifatnya merusak pada bahan baku bangunan, karena

pelarutan karbon dioksida (CO2) yang dibawa oleh udara menghasilkan endapan

garam dan glukosa pada pori-pori bangunan sehingga organisme hidup dapat

berkembang biak dengan memakan mineral-mineral bahan baku yang menempel

pada permukaan bangunan. Selain itu, pengaruh tumbuhnya organisme hidup

pada permukaan bangunan antara lain adanya kelembaban udara. Kelembaban

udara terjadi karena proses penguapan. Proses penguapan terjadi karena

perubahan air dari keadaan cair ke keadaan gas. Proses perubahan penguapan ini

juga karena adanya tekanan uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu.

Adapun tabel kelembaban udara rata-rata perbulannya dari data BMKG

Kota Kendari Sulawesi Tenggara, sebagai berikut :

Tabel 5. Kelembaban udara perbulan di Kota kendari

Thn Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2012 85 85 84 84 86 85 83 81 80 80 81 83

2013 83 84 86 85 87 87 90 84 82 80 81 85

2014 80 84 85 86 88 88 83 82 79 77 78 84

2015 85 86 79 84 85 87 83 81 80 79 77 81

2016 82 85 85 85 85 X X X X X X X

Satuan : % (Persen)

X : Data yang belum terdeteksi

Sumber : Stasiun Meterologi Maritim Kendari

Page 70: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

55

Memperhatikan tebel diatas (lihat pada tabel 5) bahwa rata-rata

kelembaban udara perbulan yang terjadi berada pada bulan Januari hingga bulan

Juli di Kota Kendari Sulawesi Tenggara memiliki intensitas tinggi dibandingkan

dibaulan lainnya. Intensitas kelembaban udara tertinggi berada di tahun 2013 pada

bulan Juli dengan kelembaban udara 90% dan dampak yang terjadi pada

bangunan peninggalan Jepang sangat berisiko akan rentangnya kerusakan dan

pelapukan serta pertumbuhan organisme hidup dipermukaan bangunan.

Kerusakan dan pelapukan yang terjadi mengakibatkan retak dan terkelupasnya

bagian permukaan bangunan. Sedangkan pertumbuhan organisme hidup dengan

sangat mudahnya tumbuh akibat terjadinya lembab pada permukaan bangunan.

Page 71: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

56

Terlihat pada gambar (lihat gambar 11) menunjukkan terjadinya pelapukan

yang disebabkan lembabnya kondisi di sekitar bangunan bunker dan pilboks

mengakibatkan tumbuhnya organisme hidup di permukaan bangunan. Jika

terjadinya musim kering, maka organisme hidup yang ada di permukaan

bangunan terkelupas bersamaan dengan bahan baku bangunan. Siklus ini akan

berulang terus menerus hingga komponen pada bahan baku bangunan akan rusak

total.

Gambar 12. Pertumbuhan organisme akibat lembab pada sekitaran bangunan

bunker dan pilboks

Gambar atas : Bunker Danrem dan

Gambar bawah : Pilboks Ahmad Yani

(Di Gambar Oleh : Muh. Awal Ramadhan)

Page 72: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

57

3. Suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan makhluk hidup

disekitarnya. Sedangkan pengaruh suhu terhadap bangunan peninggalan Jepang di

Kota Kendari Sulawesi Tenggara mempunyai dampak yang mengakibatkan

terjadinya pemicu kerusakan dan pelapukan. Jika suhu atau temperatur (suhu

tinggi dan suhu rendah) yang tidak sesuai dengan bahan baku bangunan maka

proses permukaan bangunan dapat saja mengalami keretakan atau pengelupasan

lebih cepat.

Adapun tabel temperatur rata-rata perbulannya dari data BMKG Kota

Kendari Sulawesi Tenggara, sebagai berikut :

Tabel 6. Temperatur rata-rata perbulan di Kota Kendari

Thn Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2012 26.9 26.9 27.1 27.1 26.5 26.0 25.7 25.4 26.0 27.3 28.0 27.5

2013 27.8 27.4 27.4 27.6 27.1 26.9 25.2 26.0 26.6 27.7 27.6 27.2

2014 27.6 27.3 27.1 27.2 26.7 26.3 26.2 25.4 25.5 26.6 28.2 27.6

2015 27.5 26.8 26.9 27.4 27.0 26.4 25.8 25.1 25.6 26.7 28.8 28.6

2016 28.3 27.6 27.9 27.7 28.0 X X X X X X X

Berdasarkan rata-rata temperatur perbulan (lihat pada tabel 6) yang sangat

tinggi intensitas suhunya berada pada bulan November hingga bulan April.

Dengan kenaikan suhu pada bulan tersebut dapat mengakibatkan naiknya

kelembaban udara disekitar bangunan dan terjadi lembab dibagian permukaan

bangunan. Jika terjadinya lembab pada permukaan bangunan, organisme hidup

Satuan : Derajat Celcius

X : Data yang belum terdeteksi

Sumber : Stasiun Meterologi Maritim Kendari

Page 73: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

58

dapat dengan mudah tumbuh dan menjadi parasit dipermukaan bangunan. Selain

itu organisme hidup juga dengan mudah mendapatkan makanan melalui pori-pori

bangunan.

Suhu juga sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara di sekitaran

bangunan bunker dan pilboks. Jika suhu atau terperatur rendah maka tingkat

kelembaban udara akan meningkat dan terjadinya pertumbuhan orgnisme hidup di

permukaan bangunan sedangkan jika suhu atau temperature tinggi maka

terjadinya keretakan pada strutur bangunan bunker dan pilboks.

4.3 Kerusakan dan Pelapukan Bangunan Bunker dan Pilboks

4.3.1 Kerusakan

1. Kerusakan Mekanis

Kerusakan mekanis yang terdapat pada bangunan peninggalan Jepang,

bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani berupa retakan dan pengelupasan pada

bahan baku bangunan. Retakan dan pengelupasan yang terjadi terhadap bangunan

bunker dan pilboks di akibatkan oleh faktor lingkungan biotik maupun lingkungan

abiotik. Lingkungan biotik yang berpengaruh terhadap retakan dan pengelupasan

karena adanya interaksi terhadap masyarakat yang bermukim disekitaran

bangunan dan organisme hidup yang hidup disekitaran bangunan sedangkan

pengaruh lingkungan abiotik berupa suhu rendah maupun tinggi dan hujan.

Adapun analisis yang dapat memudahkan mengidentifikasikan kerusakan

mekanis yang dialami bangunan peninggalan Jepang, bunker Danrem dan pilboks

Ahmad Yani sebagai berikut:

Page 74: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

59

4.3.2 Pelapukan

1. Pelapukan Secara Biologis

Pelapukan biologis merupakan kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh

pertumbuhan organisme hidup pada bangunan bunker Danrem dan pilboks

Ahmad Yani. Pertumbuhan organisme hidup pada permukaan bangunan dapat

merusak struktur bahan baku antara lainnya adalah terkelupas pada permukaan

bangunan pada saat terjadinya musim kering. Penjelasan mengenai pertumbuhan

Nama

Bangunan

Kerusakan Mekanis

Tingkat

kerusakan

mekanis

Total

kerusakan

mekanis

(%)

Penanganan bagian Luar

bangunan

sisi timur

bagian

Dalam

bangunan

sisi utara

Bunker

Kompleks

TNI

DAnrem

44 cm 62 cm 106 42% Menggunakan

epoksi resin

Nama Bangunan

Kerusakan Mekanis

Tingkat kerusakan mekanis

Total kerusakan mekanis

(%)

Penanganan bagian Luar jendela sisi

utara

bagian Dalam

jendela sisi selatan

Pilboks jalan Ahmad Yani

53 cm 95 cm 148 58% Menggunakan

epoksi resin

Tabel 7. Kerusakan Mekanis

Indikator Tingkat kerusakan :

- Stadium I : ≤ 24% (rusak)

- Stadium II : 25-49% (parah)

- Stadium III : 50% ≥ (rusak parah)

Page 75: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

60

organisme tersenut sudah terjelaskan dan termasuk dalam komponen biotik.

Adapun analisis dalam bentuk tabel (lihat pada tabel 8) yang dapat memudahkan

mengidentifikasikan pelapukan biologis yang dialami bangunan peninggalan

Jepang, bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani sebagai berikut:

2. Pelapukan Secara Khemis

Pelapukan secara khemis pada bangunan bunker Danrem dan pilboks

Ahmad Yani yang dapat merusak komponen bahan baku bangunan karena

rembesan air dari atas (air hujan) maupun rembesan dari bawah tanah dapat

mengikis bagian permukaan bangunan hingga terjadinya sebuah aliran air. Aliran

air ini lama kelamaan akan mengelupas pada bahan baku bangunan bunker dan

No. Nama Bangunan

Pelapukan biologis

Tingkat

Pelapukan

biologis

Total Pelapukan

biologis yang

Dialami

Bangunan %

Penanganan Sisi Luar

Sisi

Dalam

P L P L

1.

Bunker Kompleks

TNI Danrem

180 127 170 142 619

73% (Stadium

III)

Pembersihan mekanis,

pembersihan secara pemanasan,

pembersihan fisik

2.

Pilboks Jalan

Ahmad Yani

172 57 - - 229 27% (Stadium II)

Pembersihan mekanis,

pembersihan secara pemanasan

Tabel 8. Pelapukan Biologis

Indikator Tingkat kerusakan :

- Stadium I : ≤ 24% (rusak)

- Stadium II : 25-49% (parah)

- Stadium III : 50% ≥ (rusak parah)

Page 76: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

61

pilboks. Adapun analisis dalam bentuk tabel (lihat pada tabel 9) yang dapat

memudahkan mengidentifikasikan pelapukan secara khemis yang dialami

bangunan peninggalan Jepang, bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani sebagai

berikut:

No. Nama Bangunan

Pelapukan khemis Tingkat Pelapukan

khemis

Total Pelapukan

khemis yang Dialami

Bangunan %

Penanganan

P L

1.

Bunker Kompleks

TNI Danrem

32 23 55 26% (Stadium II) Menggantikan dengan

bahan yang mudah

menyerap air 2.

Pilboks Jalan

Ahmad Yani

108 49 157 74% (Stadium III)

3. Pelapukan Secara Fisis

Pelapukan secara fisis diakibatkan oleh faktor iklim. Iklim di lokasi

bangunan bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani merupakan wilayah beriklim

tropis. Selain itu lokasi bangunan juga berdekatan dengan pesisir pantai.

Lembabnya suhu udara dan berdekatannya dengan pesisir pantai, mengakibatkan

bangunan bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani mengalami proses

pengelapusan lebih cepat hingga terjadinya retakan. Ditambah lagi proses

pertumbuhan organisme yang tumbuh di sekitaran bangunan memperparah

kondisi retakan tersebut. Adapun analisis dalam bentuk tabel (lihat pada tabel 10)

Indikator Tingkat kerusakan :

- Stadium I : ≤ 24% (rusak)

- Stadium II : 25-49% (parah)

- Stadium III : 50% ≥ (rusak parah)

Tabel 9. Pelapukan Secara Khemis

Page 77: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

62

yang dapat memudahkan mengidentifikasikan pelapukan secara khemis yang

dialami bangunan peninggalan Jepang, bunker Danrem dan pilboks Ahmad Yani

sebagai berikut:

Nama

Bangunan

Pelapukan Fisis Tingkat

Pelapukan

Fisis

Total

Pelapukan

Fisis %

Penanganan SL SD

SU SS SB ST SS ST

P L P L P L P L P L P L

Bunker

Danrem 66 3 58 6 - - 87 3 84 34

148

77 566 67% (Stadium III)

Membuat drainase di

sekitar bangunan Pilboks

Ahmad

Yani

26 20 13 9 39 14 121 33 - - - - 275 33% (Stadium II)

Adapun total keseluruhan kerusakan dan pelapukan pada bangunan bunker

Danrem dan pilboks Ahmad Yani sebagai berikut:

Nama

Bangunan

Jenis Kerusakan dan Pelapukan Tingkat KR

& PK

Total KR &

PK % Mekanis % Biologis % Khemis% Fisis%

Bunker

Danrem 42 73 26 67 208

52%

(Stadium III)

Pilboks

Ahmad Yani 58 27 74 33 192

48%

(Stadium II)

Ket :

SU : Sisi Utara ST : Sisi Timur

SS : Sisi Selatan SB : Sisi Barat

SD : Sisi Dalam L : Lebar

SL : Sisi Luar P : Panjang

Indikator Tingkat kerusakan :

- Stadium I : ≤ 24% (rusak)

- Stadium II : 25-49% (parah)

- Stadium III : 50% ≥ (rusak parah)

Ket :

KR : Kerusakan

PK : Pelapukan

Indikator Tingkat kerusakan :

- Stadium I : ≤ 24% (rusak)

- Stadium II : 25-49% (parah)

- Stadium III : 50% ≥ (rusak parah)

Tabel 10. Pelapukan Secara Fisis

Tabel 11. Total Kerusakan Dan Pelapukan

Page 78: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

63

Terlihat pada tabel (lihat tabel 11) menunjukkkan bahwa total kerusakan

pada bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari lebih mendominasi pada

bunker Danrem yang memiliki 52% dan berada pada tingkat rusak parah (stadium

III) sedangkan pada bangunan pilboks Ahmad Yani berada pada tingkat parah

(stadium II) atau 48% ancaman kerusakan dan pelapukannya. Jika kita

diagramkan (lihat diagram 4.1) maka kerusakan dan pelapukan pada bangunan

bunker Danrem lebih dominan pada pelapukan biologis 35% dan pelapukan fisis

35%, khemis 13% serta kerusakan mekanis 20%, sedangkan bangunan pilboks

Ahmad Yani pelapukan khemis yang lebih dominasi dengan total pelapukan 39%

dan pelapukan fisis 17%, biologi 14% dan kerusakan mekanis 30%.

20%

35%13%

32%

Kerusakan dan Pelapukan Bangunan

Bunker Danrem

Mekanis 20%

Biologis 35%

Khemis 13%

Fisis 32%

30%

14%39%

17%

Kerusakan dan Pelapukan Bangunan

Pilboks Ahmad Yani

Mekanis 30%

Biologis 14%

Khemis 39%

Fisis 17%

Diagram 2. Total kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada bangunan

bunker Danrem dan pilboks Ahma Yani.

Page 79: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

64

4.4 Upaya Pelestarian Bangunan Bunker dan Pilboks

4.4.1 Penanganan Bangunan Bunker dan Pilboks

1. Kerusakan Mekanis

Retakan-retakan pada bangunan bunker dan pilboks sebaiknya dilakukan

penggantian bahan yang cocok dengan bahan baku pada bangunan. Namun, untuk

saaat ini kondisi bangunan yang mengalami retakan kecil maupun besar dapat

ditambahkan dengan bahan epoxy resin (EPIS 4 skala mohs) yang telah dikaji

oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur melalui hasil pengembangan bahan

konservasi mortar yang mempunyai sifat dan karakteristik tahan terhadap

kelembaban dan tahan terhadap getaran dan tekanan mengingat bahwa bangunan

bunker dan pilboks tepat berada di daerah tropis dan barada di pemukiman kota.

2. Pelapukan secara Biologis

Pembersihan secara mekanis dengan menggunakan alat bantu yang dapat

memelihara sumberdaya arkeologi agar tetap terjaga dari kerusakan dan

pelapukan seperti sikat halus, bambu tipis, sikat gigi, amplas halus dan puntung

rokok merupakan alat sederhana yang mampu meminimalisir kerusakan. Dengan

menggunakan alat bantu ini dapat mencegah kerusakan dan pelapukan

sumberdaya arkeologi yang di akibat oleh pertumbuhan organisme hidup seperti

lumut, jamur dan bakteri. Cara penggunaannya pun sangat mudah dan alat-alat

bantu ini juga dapat lebih mudah ditemukan.

Page 80: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

65

Cara penggunaan alat bantu yang sangat sederhana ini dapat di fungsikan

pada sumberdaya arkeologi terutama pada berbahan batu dan semen. Jenis bahan

batu dan semen memiliki pori-pori yang dapat lebih mudah ditumbuhi oleh

organisme hidup sehingga sangat rentang akan kerusakan jika tidak dilakukan

pembersihan rutin. Pembersihan rutin yang dilakukan juga memerlukan alat bantu

serta metode yang tepat guna sumberdaya arkeologi terjaga kelestariannya agar

tidak mudah rusak. Teknik serta metode pembersihan dilakukan juga dengan air

bersih dan sikat halus namun penggunaan air bersih yang telah terpakai harus

diganti dengan air yang baru sehingga organisme yang hidup dipermukaan

berbahan semen tidak lagi tumbuh dengan cepat dan pembersihan juga harus

dilakukan pada saat musim kemarau.

Pembersihan secara pemanasan dapat dilakukan untuk mengetahui

efektifitas dan keamanan pembersihan lumut dengan pemanasan yaitu cara

memakai alat yang dapat memberikan suhu panas sehingga memperkecil bahkan

menghilangkan pertumbuhan lumut pada bangunan berbahan semen.

3. Pelapukan secara Khemis Dan Fisis

Permasalahan pelapukan secara khemis dan fisis terhadap bangunan cagar

budaya di Kota Kendari solusi saat ini adalah membuatkan aliran drainase di

sekitaran lingkungan bangunan agar air tidak berkumpul dalam satu titik sehingga

kerusakan serta pelapukan dapat di minimalisir. Selain itu, perlunya perawatan

yang teratur dan pergantian bahan jika sangat di butuhkan.

Page 81: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

66

4. Vandalisme

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat ketahanan dan

eksistensi bangunan cagar budaya. Selain faktor lingkungan alami, lingkungan

sosial dan budaya menjadi penentu pelestarian suatu bangunan cagar budaya.

Berbagai aktifitas yang melibatkan peran manusia yang bersifat vandalisme telah

berkontribusi terhadap laju kerusakan dan kehancuran suatu bangunan cagar

budaya. Dengan adanya pemagaran, pemberian papan informasi serta pengawalan

dan pengawasan terhadap bangunan cagar budaya dapat mencegah laju kerusakan.

4.4.2 Pelindungan Secara Fisik

Pelindungan terhadap objek tinggalan arkeologis bunker dan pilboks saat

ini belum ada sama sekali, walaupun secara hukum, objek tersebut sudah

teregistrasi sebagai objek yang diduga cagar budaya. Idealnya, objek yang diduga

sebagai cagar budaya diperlalukan layaknya sebagai cagar budaya. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan sangat diperlukan adanya pelindungan

terhadap objek bunker dan pilboks secara fisik, mengingat keterancamannya.

Adapun saran untuk upaya pelindungan secara fisik adalah sebagai berikut.

1. Pembuatan pagar pelindung dan penataan lingkungan

Perlindungan yang dilakukan terhadap sumberdaya arkeologi dengan

pemberian pagar pelindung/pembatas mampu menghindari kerusakan lebih dini

yang disebabkan oleh faktor lingkungan biotik di sekitarnya. Faktor lingkungan

biotik yang dapat mempengaruhi kerusakan pada sumberdaya arkeologi adalah

manusia.

Page 82: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

67

Manusia sangat berpengaruh akan terjadinya kerusakan sumberdaya

arkeologi yang ada dilingkungannya. Termasuk pada bangunan peninggalan

Jepang yang ada di Kota Kendari Sulawesi Tenggara, kerusakan yang ditimbulkan

oleh manusia dapat terlihat pada sampel 1 (bunker Danrem) dan sampel 2 (pilboks

Ahmad yani) dengan beberapa coretan yang mengurangi nilai estetika pada

bangunan. Bangunan peninggalan Jepang yang belum diberi pagar pembatas

dengan mudahnya akan terjadi kerusakan yang lebih parah lagi selain itu bekas

pembakaran yang ada pada sampel 1 meperlihatkan bahwa sumberdaya arkeologi

yang tanpa diberi pagar pembatas dapat diakses oleh masyarakat umum tanpa

adanya pengawasan. Selain itu, penataan lingkungan yang dimaksud adalah

menata lingkungan dengan pembuatan taman di area sekitar banguanan yang telah

diberi pagar.

2. Pemasangan Papan Informasi situs

Papan informasi merupakan sebuah informasi yang dapat memberikan

pengetahuan tentang apa yang ada disajikan dalam bentuk tulisan. Papan

informasi dapat berfungsi sebagai pemberitahuan seperti pemberitahun identitas

sebuah objek atau pemberitahuan larangan agar dengan mudah memberikan

informasi terhadap masyarakat umum bahwa objek tersebut dengan mudahnya

diketahui, baik itu informasi asal-usul sebuah objek dan pelanggaran yang

diberikan terhadap masyarakat yang melanggar aturan yang telah dicantumkan

dipapan informasi tersebut.

Namun beda halnya dengan sumberdaya arkeologi yang terletak di Kota

Kendari Sulawesi Tenggara yang masih belum menggunakan papan infomasi.

Page 83: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

68

Peninggalan bangunan Jepang dengan mudahnya rusak akibat informasi yang

masih sangat minim dan aturan-aturan yang sudah ada, belum banyak diketahui

oleh masyarakat umum secara jelas tentang sumberdaya arkeologi. Maka dari itu,

dengan adanya papan informasi masyarakat umum dapat mengetahui dengan jelas

tentang keberadadaan, identitas dan aturan-aturan sumberdaya arkeologi yang

telah tercantum di perundang-undangan pasal 11 tahun 2010 tentang cagar

budaya. Selain itu, papan informasi dapat pula meminimalisir dampak kerusakan

yang terjadi pada peninggalan bangunan Jepang.

3. Penetapan Penjaga situs

Penjaga situs merupakan seorang yang bertugas sebagai penjaga atau

pengawas situs. Bentuk penjagaan dan pengawasan terhadap situs yang dilakukan

dapat mencegah atau meminimalisir kerusakan yang terjadi yang disebabkan oleh

pihak yang tidak bertanggung jawab (vandalisme). Selain itu, penjaga situs juga

memiliki peran ganda yaitu sebagai informan wisatawan yang berkunjung ke

situs. Penjaga situs harus memiliki pembekalan pengetahuan terkait situs yang

dijaganya dan alangkah baiknya penjaga situs merupakan orang yang bermukim

di sekitaran situs.

4. Pemindahan objek arkeologi

Pemindahan situs merupakan langkah akhir yang dilakukan demi

melindungi sumberdaya arkeologi dari kerusakan. Pemindahan objek arkeologi

bukan sekedar dipindahkan begitu saja, namun ada beberapa langkah teknis yang

harus dilakukan sebelum pemindahan. Salah satu langkah teknis yang dilakukan

sebelum melakukan pemindahan objek arkeologi adalah perekaman data. Dalam

Page 84: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

69

perekaman data terdapat sajian informasi yang dapat membantu menyusun puzzle

sejarah.

4.4.3 Perlindungan Secara Hukum

Perlindungan sumberdaya arkeologi merupakan upaya pelestarian yang

dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang bersifat teknis maupun

administratif. Dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut perlu mengacu pada

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan perundang-

undangan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 pasal 1 ayat 23 dan PERDA

Nomor 21 tahun 2013 pasal 1 ayat 19 tentang perlindungan yang berbunyi :

Perlindungan merupakan upaya pencegahan dan menanggulangi kerusakan,

kehancuran atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi,

pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya.

1. Penyelamatan

Penyelamatan sumberdaya arkeologi merupakan suatu upaya atau usaha

untuk menghindari dari kerusakan, kehancuran atau kemusnahan (Pasal 1 ayat

(24) UU.No.11/2010 dan Pasal 1 ayat (20) PERDA.No.21/2013 ). Sebagaimana di

ketahui bahwa keberadaan bunker dan pilboks di Kota kendari berada tepat di

perkotaan yang mestinya dituntut untuk diselamatkan karena mengingat

kondisinya saat ini sangat tidak terawat.

2. Pengamanan

Pengamanan sumberdaya arkeologi merupakan upaya menjaga dan

mencegah cagar budaya dari ancaman atau gangguan (pasal 1 ayat (25) UU

No.11/2010 dan pasal ayat (21) PERDA.No.21/2013). Berdsarkan dari hasil

Page 85: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

70

observasi bahwa bangunan cagar budaya di Kota Kendari tidak memiliki

pengamanan sehingga mudah terjadi kerusakan.

3. Zonasi

Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan situs cagar budaya dan

kawasan cagar budaya sesuai dengan kebutuhan (pasal 1 ayat (26) UU

No.11/2010 dan pasal ayat (22) PERDA.No.21/2013). Penentuan batas-batas

terhadap bangunan cagar budaya di Kota Kendari belum dilakukan terutama pada

bunker Danrem yang tepat berada di halaman rumah masyarakat dan pilboks di

jalan Ahmad yani yang berda tepat di pinggir jalan poros.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar

budaya tetap lestari (pasal 1 ayat (27) UU No.11/2010 dan pasal 1 ayat (23)

PERDA.No.21/2013). Perawatan terhadap bangunan cagar budaya di Kota

Kendari belum dilakukan karena belum adanya upaya-upaya instansi pemerintah

dan masyarakat.

5. Pemugaran

Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik benda cagar budaya,

bangunan cagar budaya, dan struktur cagar budaya yang rusak sesuai dengan

keaslian bahan, bentuk, tata letak dan teknik pengerjaan untuk memperpanjang

usianya (pasal 1 ayat (28) UU No.11/2010 dan pasal 1 ayat (24)

PERDA.No.21/2013). Upaya pemugaran terhadap bangunan cagar budaya di Kota

Kendari saat ini belum diterapkan oleh pihak pemerintah setempat.

Page 86: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

71

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bangunan peninggalan Jepang di Kota Kendari merupakan objek arkeologi

yang memiliki daya tahan dan rentan akan kerusakan dan pelapukan terhadap

bahan bakunya. Bunker dan pilboks merupakan bangunan sarana, prasarana atau

infrastruktur pertahanan militer yang dibangun pada masa Perang Dunia ke-II

yang memiliki peranan penting dalam menjaga kekuasaan wilayahnya. Bunker

dan pilboks memiliki bentuk serta ukuran bangunan yang sangat beragam dan

fungsinya pun berbeda seperti bangunan bunker yang dimanfaatkan sebagai

tempat persembunyian, penyimpanan longistik dan persenjataan sedangkan

bangunan pilboks dimanfaatkan sebagai tempat pengintaian musuh.

Disisi lain bangunan bunker dan pilboks memiliki keunikan dalam

pembangunannya. Bangunan bunker dan pilboks peninggalan Jepang merupakan

rancangan bangunan yang mirip meniru makhluk hidup di alam yang dikenal

dengan istilah zoomorphic atau arsitektur meniru hewan. Dengan kata lain,

bangunan bunker dan pilboks peninggalan Jepang tersebut memiliki gaya

arsitektur peniru hewan karena kebanyakan bangunan ini tersembunyi di bawah

tanah. Untuk mengantisipasi kerusakan dan pelapukan lebih jauh lagi demi

menyelamatkan tinggalan arkeologis atau tinggalan bangunan Jepang bukan

perkara yang mudah, butuh kajian mendalam dalam permasalahan ini, maka

dengan ini penulis mencoba mengkaji bangunan peninggalan Jepang dengan ilmu

konservasi arkeologi untuk menyelesaikan problema terkait kerusakan yang

Page 87: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

72

dialami oleh bangunan tersebut. Maka dari itu, ilmu konservasi arkeologi

merupakan langkah efesien agar signifikansi budaya yang terdapat pada bangunan

tidak hilang begitu saja.

Istilah konservasi sendiri dikenal dengan pelestarian dan perlindungan

sesuai yang dikemukakan oleh Burra Charter dalam piagam ICOMOS 1964,

bahwa konservasi adalah semua proses kegiatan sedemikian rupa terhadap place

untuk melestarikan nilai penting budayanya yang diartikan dengan place yaitu

situs, areal, bangunan atau hasil karya termasuk kandungan isinya serta

lingkungannya. Upaya pelestarian dilakukan dengan tetap menperhatikan bentuk

keasliannya, sehingga perlu diadakan studi konservasi. Untuk lebih memahami

tentang konservasi sebagai salah satu kajian studi arkeologi, maka uraian tentang

konservasi sebagai berikut:

1.) Konservasi mempunyai pengertian yang bermacam-macam tergantung

dalam pemakaian istilah tersebut.

2.) Konservasi merupakan semua proses kegiatan demikian rupa terhadap

place untuk melestarikan nilai penting budayanya.

Konservasi dalam pengertian yang sederhana adalah kegiatan perawatan

dengan cara pengawetan terhadap Benda Cagar Budaya yang telah mengalami

pelapukan dan kerusakan baik secara mekanis, fisis, kimia, maupun biologis.

Konservasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya perbaikan,

pemeliharaan, penyusunan kembali komponen suatu bangunan pada bentuk

aslinya tanpa mengabaikan nilai sejarah, arkeologis, arsitektur dan sebagainya.

Page 88: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

73

Penjelasan konservasi tersebut di atas takkan pernah terlepas dari kerusakan

dan pelapukan yang sangat memungkinkan bahwa sumberdaya arkeologi mampu

mengalami proses degradasi lebih dini pada objek, baik internal maupun

eksternal. Beberapa definisi yang telah di uraikan tetang konservasi

memperlihatkan bahwa kerja-kerja konservassi lebih ke teknis dalam menangani

permasalahan kerusakan dan pelapukan seperti halnya menangani sumberdaya

arkeologi disebut juga sebagai konservasi arkologi. Maka dari itu penulis

mencoba mengangkat sebuah permasalahan yang terjadi pada sumberdaya

arkeologi di Kota Kendari lebih tepatnya bangunan peninggalan Jepang yang telah

mengalami degradasi pada bahan bakunya. Sebelum melakukan dianogsa

mendalam terhadap kerusakan dan pelapukan bangunan, maka penulis mencoba

mengetahui terlebih dahulu sifat kimiawi pada bahan baku bangunan agar dapat

menangani proses kerusakan dan pelapukan sumberdaya arkeologi.

Sifat kimiawi pada beton peninggalan Jepang di Kota Kendari menunjukkan

bahwa presentase Ca (Kalsium) lebih mendominasi sebesar 40.54%, Si (Silikon)

20.15%, P (Fosfor) 19.21, Ti (Titanium) 13.19, Cu (Tembaga) 4.54, Zn (Seng)

0.98%, W (Wolfram) 0.55%, Pb (Timbal) 0.442%, Mo (Molibdenum) 0.113%,

Nb (Niobium) 0.078%, Sn (Timah) 0.073% % dan paling terendah tingkat

presentasenya yaitu Sb (Antimony) 0.065 dan Ru (Rutenium) 0.065%. Dari hasil

presentase juga membuktikan bahwa Ca (kalsium) memiliki peranan penting

dalam pembuatan beton peninggalan Jepang, bunker dan pilboks di Kota Kendari.

Dengan mengetahui sifat kimiawi pada bunker dan pilboks bangunan

peninggalan Jepang kita dapat mengetahui jenis serta bahan baku pada bangunan

Page 89: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

74

dan dapat mencari serta mengganti bahan baku yang sama tanpa menghilangkan

esensi pada banguanan ketika terjadi kerusakan parah. Namun sebelum

melakukan hal tersebut perlu mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan dan

pelapukan pada bangunan sehingga dalam penanganannya bisa meminimalisir

dengan cara sedarhana.

Faktor-faktor penyebab kerusakan dan pelapukan tidak akan terlepas dari

faktor lingkungan, baik faktor lingkungan biotik maupun faktor lingkungan

abiotik. Faktor lingkungan biotik meliputi organisme hidup yang ada di

permukaan bumi sedangkan faktor lingkungan abiotik meliputi benda mati yang

ada di permukaan dan bermanfaat bagi organisme hidup.

Dari tingkat kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada makam sampel 1

dan sampel 2 maka dapat diketahui penyebab utama terjadinya kerusakan dan

pelapukan terhadap kedua bangunan tersebut yaitu:

1. Bunker Danrem (sample 1):

Tingkat kelembaban lebih tinggi karena banguan ini memiliki kondisi

lingkungan yang sedikit tertutup dan berada dekat dengan pemukiman

warga.

Dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir.

Pengaruh kapilaritas air lebih tinggi.

Kurangnya informasi terkait bangunan cagar budaya

2. Pilboks Ahmad Yani (sampel 2):

Page 90: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

75

Selalu di injak oleh pejalan kaki karena berada tepat di badan jalan khusus

pejalan kaki.

Mudah retak karena mengalami guncangan akibat kendaraan yang lalu

lalang disekitar bangunan.

Kurangnya informasi terkait bangunan cagar budaya.

5.2 Saran

Perlu adanya penanganan yang lebih serius terkait bangunan peninggalan

Jepang di Kota Kendari.

Mengadakan konservasi arkeologi yang lebih mendetail

Mengadakan evaluasi setelah pasca konservasi arkeologi.

Mempertegas peraturan daerah terkait cagar budaya

Mensosialisasikan ke masyarakat tentang Cagar Budaya

Page 91: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

76

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Jejak Sejarah Dan Lintasan Budaya Suku Tolaki. Makassar:

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Arkeologi Nasional

Balai Arkeologi.

---------. (2013-2014). Konsepsi Konservasi Dan Contoh Pelaksanaanya.

Makassar: Jurusan Arkeologi Unhas.

---------- (2013). The Australia ICOMOS Charter For Places Of Cultural

Significance. Australia ICOMOS Incorporated International Council On

Monuments And Sites.

---------- (n.d.). Sejarah Pendudukan Jepang (1942-1945).

----------. (n.d.). Menemukan Senjata Amerika di Bungker Peninggalan Jepang.

RetrievedApril04,2016,fromwww.kompasiana.com/mahajinoesa/mene

mukan-senjata-amerika-dibungker-peninggalan-

jepang_54f373fb745513792b6c7667

------------, (2012). Bangunan Kolonial dan Nilai Penting Sumber Daya Budaya

Kota Lama Kendari Sulawesi Tenggara

Asnan, G. (2011). Penetrasi Lewat Laut:Kapal-kapal Jepang Di Indonesia

Sebelum Tahun 1942. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Dradjat, H. U. (1995). Manajemen Sumberdaya Budaya Mati. Depok: Jurusan

Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Hakim, L. (2015). Bangunan-bangunan Peninggalan Jepang di Kecamatan

Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Makassar:

Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Hayunura, Sasadara (2013). "Masa Pendudukan Jepang Di Kendari: Interpretasi

Terhadap Tinggalan Bangunan Jepang Di Kawasan TNI AU

Ranomeeto, Konawe Selatan. Skripsi Sarjana. Makassar: Jurusan

Arkeologi, Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. tt

Ido, S. (n.d.). Bunker-bunker Peninggalan Jepang Ini Berada Di Sekitar

Pemukiman.RetrievedApril04,2016,fromhttp://www.sultrakini.com/201

4/content/view/49724/55/

Kisman, N. Y. (2007). Gambaran Umum Wilayah Perencanaan.

Kusumohartono, B. (1995). Manajemen Suberdaya Budaya : Pendekatan

Strategis dan Taktis. Depok: Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra

Universitas Indonesia.

Page 92: BENTUK KERUSAKAN DAN PENANGANAN BUNKER DANREM DAN PILBOKS ...

77

Mushaddiq, H. (n.d.). 50 Macam Mineral Dan Kegunaannya. Retrieved 10 13,

2017,fromhttps://www.academia.edu/4391293/50_Macam_mineral_dan

_kegunaanya

Nasution, P. R. (2003). Teknik Sampling. Universitas Sumatera Utara.

Rena, I. G. (2006). Teknik Konservasi Cagar Budaya. Bali: Suaka Peninggalan

Sejarah Dan Purbakala Provinsi Bali-NTB-NTT-Timor-timor.

Subroto. (2013-2014). Laporan Konsepsi Konservasi Dan Contoh

Pelaksanaannya. Makassar: Jurusan Arkeologi Unhas.

Susanti, D. (2007). Kerusakan Pada Bahan Baku Makam Dan Upaya

Penanganannya Pada Kompleks Makam Raja-raja Lamuru. Makassar:

Tanudirjo, D. A. (n.d.). Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi : Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Gajah Mada.

Tjandrasasmita, u. (1995). Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya

Hubungannya Dengan Arkeologi. Depok: Universitas Indonesia.

Virillio, P. (1994). Bunker Archeology. New York: Princeton Arcitectural Press.

Walker, T. D. (2002). Rancangan Tapak Dan Pembuatan Detil Konstruksi.

Jakarta: Erlangga.