BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA …eprints.ums.ac.id/19263/30/11._JURNAL_PUBLIKASI.pdf ·...

17
0 BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004 Artikel Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah NOVIANINGSIH A310080291 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA …eprints.ums.ac.id/19263/30/11._JURNAL_PUBLIKASI.pdf ·...

0

BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004

Artikel Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sebagai Persyaratan

Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Program Studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

NOVIANINGSIH

A310080291

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

1

BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004

Novianingsih

Universitas Muhammadiyah Surakarta

([email protected])

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi bentuk frasa

berdasarkan distribusi dengan unsurnya pada wacana buku teks bahasa Indonesia

kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. 2)

Mengidentifikasi bentuk frasa berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori

kata pada wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud

dkk penerbit: Erlangga 2004.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini

adalah klausa dan kalimat yang mengandung bentuk frasa dalam buku teks bahasa

Indonesia karangan Dawud dkk penerbit Erlangga 2004. Sumber data berisi

tentang data-data yang dianalisis untuk menjawab permasalahan yang ada pada

penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis yang

berupa buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit Erlangga 2004.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik dokumentasi. Jenis teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah trianggulasi teori. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode agih.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa 1). Frasa

dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu frasa berdasarkan distribusi

dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata; 2). Frasa

dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu, frasa eksosentrik

dan frasa endosentrik. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan,

yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan

frasa endosentrik yang apositif. 3). Frasa berdasarkan distribusi dengan kategori

kata dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau

farasa nominal, frasa golongan V atau frasa verbal, frasa golongan Bil atau frasa

bilangan, frasa golongan Ket atau frasa keterangan. Di samping itu, ada frasa yang

tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata, ialah frasa depan

sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa, ialah frasa nominal, frasa

verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa depan.

Kata Kunci: Bentuk Frasa, Wacana, Buku Teks Bahasa Indonesia.

2

A. Pendahuluan Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan

seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan, 2001: 1). Verhaar (2004:

161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam

tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Salah satu tuturan adalah

kalimat. Sebuah kalimat dapat terbentuk dari kata, frasa, dan klausa. Dalam kaitan

dengan kaidah sintaksis ini, peneliti menganalisis pemakaian bentuk frasa dalam

wacana yang terdapat di dalam buku teks.

Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata atau lebih dan

hanya mengisi satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Ramlan, 2001: 138). Frasa

mempunyai beberapa bentuk, sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frasa juga

mempunyai kategori. Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan

unsurnya yaitu, frasa eksosentris dan frasa endosentris. Frasa endosentris dapat

dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa

endosentrik yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. Berdasarkan

distribusi dengan kategori kata frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan,

ialah frasa golongan N atau frasa nominal, frasa golongan V atau frasa verbal,

frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa golongan Ket atau frasa keterangan.

Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan

kategori kata, ialah frasa depan sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa,

ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa

depan.

Menurut Sumarlam (2003: 1) secara garis besar sarana komunikasi

dibedakan menjadi dua macam yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan

dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis. Dengan demikian, wacana juga

dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Menurut Sumarlam

(2003: 16) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis.

Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang penerima harus

membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung

antara penulis dengan pembaca. Sementara itu wacana lisan adalah wacana yang

disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan

memahami wacana lisan maka sang penerima harus menyimak atau

mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung

antara pembicara dengan pendengar.

Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap hierarki gramatikalnya

sehingga dapat direalisasikan dalam bentuk karangan yang berupa paragraf,

kalimat, dan katanya membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 2001: 231).

Sebagai satuan bahasa yang lengkap maka dalam wacana itu berarti terdapat

konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh dan dapat dipahami oleh pemabaca

atau pendengar. Salah satunya yaitu wacana yang terdapat pada buku teks bahasa

Indonesia.

Buckingham (dalam Tarigan 2009:11) menjelaskan bahwa buku teks

merupakan buku pelajaran dalam bidang tertentu, yang merupakan buku standar,

yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan

intruksional, yang diperlengkapi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Hall Quest (dalam Tarigan,

3

2009:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang

disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional. Bacon (dalam

Tarigan, 2009: 12) menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang

untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh pakar atau

ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang

sesuai.

Dari buku pelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi

secara sistematis. Siswa pun dapat melatih diri dan menguasainya sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Buku teks memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyegarkan kembali ingatannya dan memeriksa pemahamannya sesuai dengan

kesempatan yang dimiliki serta kemampuan masing-masing.

Buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah

sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks ini pada prosesnya

memiliki peranan yang sangat vital bagi siswa karena siswa “mengandalkan”

buku ini sebagai pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran. Saat ini

banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku teks pelajaran. Hal ini dapat

dipahami karena penerbitan buku teks pelajaran memiliki sebuah kepastian

konsumen yaitu para siswa. Salah satunya yaitu buku Erlangga. Penerbit Erlangga

ini umumnya menghasilkan berbagai macam buku pelajaran. Salah satunya yaitu

buku teks bahasa Indonesia.

Di dalam buku teks Erlangga tersebut terdapat wacana. Wacana tersebut

berupa karangan yang terdiri dari paragraf, kalimat, klausa, frasa, dan kata.

Wacana tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kaidah sintaksis. Kaidah

sintaksis adalah kelaziman dan kaidah yang terkait dengan pemakaian kalimat.

Secara etimologis kata sintaksis berarti „menempatkan bersama-sama kata-kata

menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi

kalimat‟. Dengan latar belakang masalah di atas dikaji bentuk frasa pada wacana

buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit:

Erlangga 2004.

B. Metode Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Surakarta. Waktu penelitian dilakukan

selama enam bulan dari bulan Desember 2011 sampai dengan Mei 2012.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang berupa penelitian

kualitatif. Moleong (2004: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah. Jenis penelitian ini difokuskan pada bentuk frasa pada

wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

penerbit: Erlangga 2004. Data yang telah terkumpul berbentuk kalimat-kalimat

yang mengandung bentuk frasa. Oleh karena itu, bentuk dasar data yang

ditemukan dan disimpulkan melalui informasi bentuk dokumen.

4

Data dalam penelitian ini adalah klausa dan kalimat yang mengandung

bentuk frasa dalam buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit:

Erlangga 2004.

Sumber data berisi tentang data yang dianalisis untuk menjawab

permasalahan yang ada pada penelitian. Arikunto (2006: 129) menyatakan sumber

data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data

penelitian ini berupa sumber data tertulis. Sumber data tertulis ini berupa berupa

buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

teknik dokumentasi. Arikunto (2006: 231) menjelaskan bahwa teknik

dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan

sebagainya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan

memahami klausa dan kalimat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia

karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Dari pembacaan dan pemahaman

tersebut diperoleh data penelitian berupa bentuk frasa. Bentuk frase yang telah

diperoleh tersebut kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis bentuknya

berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan

kategori kata.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

agih. Menurut Sudaryanto (1993: 15), metode agih adalah metode analisis data

yang alat penentunya berada pada bagian dari bahasa yang bersangkutan itu

sendiri. Penelitian ini alat penentunya merupakan bahasa itu sendiri. Data yang

teranalisis itu berupa aspek-aspek kebahasaan yaitu kalimat-kalimat yang

mengandung bentuk frasa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode

agih untuk menganalisis data.

Teknik dasar metode agih yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik bagi unsur langsung (teknik BUL). Teknik dasar teknik bagi unsur

langsung (teknik BUL) adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah

membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur-

unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk

satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Data yang berupa klausa

dan kalimat dibagi menjadi beberapa unsur berdasarkan bentuk frasa. Selanjutnya

dianalisis berdasarkan bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan

frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata.

Proses selanjutnya, data yang berupa bentuk frasa dianalisis menggunakan

teknik lanjutan berupa teknik ubah ujud dan teknik lesap. teknik ubah ujud

digunakan untuk menganalisis bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan

unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata.

Kegunaan yang menonjol teknik ubah ujud itu ada pada tataran sintaksis.

setidak-tidaknya ada tiga kegunaan: (1) menentukan satuan makna

konstituen sintaksis yang disebut “peran” (seperti pelaku atau agentif,

penderita atau objektif, dsb.); (2) mengetahui pola struktur peran; dan (3)

mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya (Sudaryanto, 1993:

85).

5

Adapun teknik lesap digunakan untuk menganalisis bentuk frasa. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kadar keintian dari unsur inti dan unsur atribut

pembentuk frasa.

Kegunaan teknik lesap itu adalah untuk mengetahui kadar keintian unsur

yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal maka berarti

unsur yang bersangkutan memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat

inti: artinya, sebagai unsur pembentuk satuan lingual, unsur yang

bersangkutan mutlak diperlukan. Demi keutuhan sebagai satuan lingual,

unsur itu tidak boleh tidak harus ada (Sudaryanto, 1993: 41).

Pengecekan kebenaran atau keabsahan data dalam penelitian ini

menggunakan trianggulasi. Menurut Moleong (2009: 330), trianggulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Keabsahan data penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi dengan teori.

Trianggulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2009:

331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain Patton (dalam

Moleong, 2009: 331) berpendapat bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu

dinamakannya penjelasan banding (rival explanation).

Peneliti berusaha untuk menguraikan bentuk frasa berdasarkan distribusi

dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Moleong

(2009: 331) menjelaskan jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan

menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk

mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Keabsahan data

penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan

dengan beberapa teori tentang frasa. Keabsahan data penelitian ini dilakukan

dengan jalan memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian melihat

kemungkinan-kemungkinan tersebut yang dapat ditunjang oleh data. Hal ini

dimaksudkan untuk mencari data yang menunjang alternatif penjelasan itu. Dari

hasil penelitian yang disertai penjelasan akan menghasilkan derajat kepercayaan

data yang telah diperoleh.

C. Gambaran Umum Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia

Buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah

sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks ini pada prosesnya

memiliki peranan yang sangat vital bagi siswa karena siswa “mengandalkan”

buku ini sebagai pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran. Dari buku

pelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi secara sistematis.

Siswa pun dapat melatih diri dan menguasainya sesuai dengan kemampuan

masing-masing. Buku teks memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyegarkan kembali ingatannya dan memeriksa pemahamannya sesuai dengan

kesempatan yang dimiliki serta kemampuan masing-masing.

Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku teks pelajaran.

Hal ini dapat dipahami karena penerbitan buku teks pelajaran memiliki sebuah

kepastian konsumen yaitu para siswa. Salah satunya yaitu buku Erlangga. Penerbit

6

Erlangga ini umumnya menghasilkan berbagai macam buku pelajaran. Salah

satunya yaitu buku teks bahasa Indonesia. Di dalam buku teks Erlangga tersebut

terdapat wacana. Wacana tersebut berupa karangan yang terdiri dari paragraf,

kalimat, klausa, frasa, dan kata. Wacana yang terdapat dalam buku teks bahasa

Indonesia tersebut dapat berupa wacana narasi dan wacana deskripsi.

D. Temuan dan Pembahasan

Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi (Ramlan, 2001: 138). Frasa dibentuk dari dua buah kata

atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis (Chaer, 2009:39). Menurut

Ramlan (2001: 121-148) bentuk frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan

kategori kata.

1. Berdasarkan distribusi dengan unsurnya

Berdasarkan distribusi dengan unsurnya, menurut Ramlan (2001: 121-125)

dapat dibagi menjadi dua, yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik. Frasa

eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan

semua unsurnya. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang

sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya,

dengan kata lain frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan

keseluruhannya. Atau, bila salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya

sebagai pengisi fungsi sintaksis masih bisa diterima. Chaer (2009: 39-41)

menjelaskan bahwa dilihat dari keutuhannya dapat dibedakan adanya frasa

eksosentris dan frasa endosentris.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Rokhamah (2003) menemukan

deskripsi frasa sebagai gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak

predikatif. Gabungan itu dapat renggang dapat rapat. Tipe- tipe frasa menurut

tataran linguistik dalam ilmu sintaksis dapat disebutkan diantaranya adalah frasa

adverbial, adjectiva, dan apositif.

Frasa endosentrik dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu, frasa

endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa

endosentrik yang apositif. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua

unsurnya. Karena hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya

tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Berikut beberapa hasil

analisis.

(1.a) Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun di laut.

Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun di

Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun laut.

(1.b) Sambil beranjak dari pembaringan.

Sambil beranjak dari

Sambil beranjak pembaringan.

(1.c) Assegaf, pengacara terkenal dari Jakarta.

7

Assegaf, pengacara terkenal dari

Assegaf, pengacara terkenal Jakarta.

(1.d) Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti di desa.

Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti di

Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti desa.

(1.e) Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher ke bawah.

Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher ke

Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher bawah.

(1.f) Suamiku beranjak ke dapur.

Suamiku beranjak ke

Suamiku beranjak dapur.

(1.g) Padahal hidup di penjara merupakan siksaan tersendiri.

Padahal hidup di merupakan siksaan tersendiri.

Padahal hidup penjara merupakan siksaan tersendiri.

(1.h) Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah ke laut.

Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah ke

Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah laut.

Berdasarkan hasil analisis frasa eksosentrik yang terdapat dalam wacana

buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit:

Erlangga 2004 berjumlah 134.

b. Frasa Endosentrik yang Koordinatif

Frasa endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini

dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata

penghubung dan atau atau. Berikut beberapa hasil analisis.

(2.a) Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami istri.

Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami (dan) istri.

Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami (atau) istri.

(2.b) Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja dewasa.

Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja (dan) dewasa.

Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja (atau) dewasa.

(2.c) Aku hanya bisa menangis menjerit dengan keras melengking.

Aku hanya bisa menangis (dan) menjerit dengan keras melengking.

Aku hanya bisa menangis (atau) menjerit dengan keras melengking.

(2.d) Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana

merupakan refleksi nilai sosial budaya.

Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana

merupakan refleksi nilai sosial (dan) budaya.

Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana

merupakan refleksi nilai sosial (atau) budaya.

(2.e) Jangan kau rusakkan dirimu yang muda remaja ini dengan duka cita.

Jangan kau rusakkan dirimu yang muda (dan) remaja ini dengan duka cita.

Jangan kau rusakkan dirimu yang muda (atau) remaja ini dengan duka

cita.

(2.f) Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para

pemberontak yang punya ide ini itu.

8

Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para

pemberontak yang punya ide ini dan itu.

Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para

pemberontak yang punya ide ini atau itu.

(2.g) Aku hanya bisa menangis menjerit dengan keras melengking.

Aku hanya bisa menangis (dan) menjerit dengan keras melengking.

Aku hanya bisa menangis (atau) menjerit dengan keras melengking.

Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang koordinatif terdapat dalam

wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16.

c. Frasa Endosentrik yang Atributif

Frasa endosentrik yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.

Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung

dan atau atau. Berikut beberapa hasil analisis.

(3.a) Bukan warna cat atau cat baru yang mengguyur sekujur tubuh dinding

yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas.

B⃰ukan warna cat atau cat (dan) baru yang mengguyur sekujur tubuh

dinding yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas.

B⃰ukan warna cat atau cat (atau) baru yang mengguyur sekujur tubuh

dinding yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas.

(3.b) Kukatakan kalau aku memang sedang sakit.

K⃰ukatakan kalau aku memang sedang (dan) sakit.

K⃰ukatakan kalau aku memang sedang (atau) sakit.

(3.c) Bisa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi

belakangan ketahuan bahwa orang itu sebenarnya belum punya hak di

alam akhirat.

B⃰isa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi

belakangan ketahuan bahwa orang (dan) itu sebenarnya belum punya hak

di alam akhirat.

B⃰isa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi

belakangan ketahuan bahwa orang (atau) itu sebenarnya belum punya hak

di alam akhirat.

(3.d) Hal ini sangat menarik karena mengandung masalah yang kontroversial di

masyarakat.

H⃰al ini sangat (dan) menarik karena mengandung masalah yang

kontroversial di masyarakat.

H⃰al ini sangat (atau) menarik karena mengandung masalah yang

kontroversial di masyarakat.

(3.e) Kupilih mobil biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya.

K⃰upilih mobil (dan) biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya.

K⃰upilih mobil (atau) biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya.

(3.f) Selama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk

mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti

gadis itu.

9

S⃰elama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk

mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti

gadis (dan) itu.

S⃰elama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk

mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti

gadis (atau) itu.

(3.g) Hal ini sangat penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena

membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi.

H⃰al ini sangat (dan) penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena

membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi.

H⃰al ini sangat (atau) penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena

membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi.

(3.h) Bahwa aku bisa mati malam ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa dengan

pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak mereka

kerjakan.

B⃰ahwa aku bisa mati malam (dan) ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa

dengan pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak

mereka kerjakan.

B⃰ahwa aku bisa mati malam (atau) ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa

dengan pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak

mereka kerjakan.

Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang atributif terdapat dalam

wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 217.

d. Frasa Endosentrik yang Apositif

Frasa endosentrik yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan

dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu,

sama dengan unsur yang lain. Dengan kata lain, frasa endosentrik yang apositif

ialah frasa yang atributnya berupa aposisi atau keterangan tambahan. Berikut

beberapa hasil analisis.

(4.a) Itu kutahu dari Joko, teman mengajar Esti.

Itu kutahu dari Joko

Itu kutahu dari teman mengajar Esti.

(4.b) Keprihatinan tersebut diontarkan Kak Seto Mulyadi, dokter spesialis jiwa,

dan dialamatkan pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Keprihatinan tersebut diontarkan Kak Seto Mulyadi dan dialamatkan

pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Keprihatinan tersebut diontarkan dokter spesialis jiwa, dan

dialamatkan pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

(4.c) Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh Simon Leavy,

ahli saraf dari Salk Institut, ketika ia menemukan perbedaan struktur otak

pria dan wanita.

Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh Simon Leavy

ketika ia menemukan perbedaan struktur otak pria dan wanita.

10

Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh ahli

saraf dari Salk Institut, ketika ia menemukan perbedaan struktur otak pria

dan wanita.

(4.d) Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus

penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan Teto, serdadu KNIL, yang

dicap penghianat dan penjual bangsa?

Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus

penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan Teto, yang dicap

penghianat dan penjual bangsa?

Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus

penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan serdadu KNIL, yang

dicap penghianat dan penjual bangsa?

(4.e) Demikian dikatakan Dr. Robert Nussbaum, Kepala The Genetic Disease

Research Branch yang dikutip jurnal Nature Medicine Edisi Mei 2002.

Demikian dikatakan Dr. Robert Nussbaum, yang dikutip jurnal

Nature Medicine Edisi Mei 2002.

Demikian dikatakan Kepala The Genetic Disease Research

Branch yang dikutip jurnal Nature Medicine Edisi Mei 2002.

Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang apositif terdapat dalam

wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 11.

Gambar 4.1 Grafik Frasa Berdasarkan Unsurnya

2. Berdasarkan distribusi dengan kategori kata

Berdasarkan distribusi dengan kategori kata, menurut Ramlan (2001: 126-

148) dapat dibagi menjadi empat, yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan,

dan frasa keterangan. Di samping itu ada frasa yang tidak mempunyai distribusi

yang sama dengan kategori kata yaitu frasa depan. Adapun penjelasannya sebagai

berikut.

a. Frasa Nominal

Frasa nominal atau frasa golongan N memiliki distribusi yang sama dengan

kata nominal atau golongan N. Berikut beberapa hasil analisis.

0

20

40

60

EAtr Eksosentrik EK EA

57,435,4

4,2 2,9Ju

mla

h

Distribusi Unsurnya

Grafik Frasa Berdasarkan Unsurnya

11

(5.a) Puisi itu mula-mula mengemukakan sisi-sisi menarik sang sahabat, dari

pandangan hingga tutur bicaranya.

(5.b) “Mas Fachri kenal guru desa di tempat Mas tugas dulu? Orangnya cantik,

anggun, dan berjilbab. Namanya Esti…”Fachri mengerutkan dahi.

(5.c) Suamiku, Mas Fachri yang kupercaya dan kubanggakan cinta dan

kesetiaannya, tak lebih hanya musang berbulu domba.

(5.d) Segera aku terjaga, kupandangi jam dinding yang menunjukkan pukul

tiga.

(5.e) Remaja putri dan wanita dewasa lebih tertarik pada hal-hal seperti rumah

yang indah, tempat makan yang enak, dan toko barang-barang murah.

(5.f) Namaku Fauzi tapi aku bukan orang Sunda.

(5.g) Aku berjalan ke arah pintu gerbang.

(5.h) Hanya ratusan meter dari Vatikan ada klinik fertilisas yang sudah sudah

lama menjadi tujuan pasangan-pasangan tak subur dari berbagai belahan

dunia yang sangat mengharapkan anak, sekaligus tempat paling tak

berkenan di hati pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Johannes Paulus

II.

Berdasarkan hasil analisis frasa nominal yang terdapat dalam wacana buku

teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga

2004 berjumlah 144.

b. Frasa Verbal

Frasa verbal atau frasa golongan V mempunyai distribusi yang sama dengan

kata golongan V. Berikut beberapa hasil analisis.

(6.a) Kukatakan kalau aku memang sedang sakit.

(6.b) Sisa tim PBB yang lain telah mengunjungi sejumlah provinsi.

(6.c) Namun, pada waktu meluncur dengan kecepatan tinggi, air akan

membelok dari permukaan bagian atas foil, seperti udara membelok dari

permukaan bagian atas foil.

(6.d) Kelihatannya mahal, tapi lebih mahal lagi kalau harus pergi berobat

setelah keracunan.

(6.e) Sejarah juga mencatat bahwa di Inggris, ketika anestesi pertama kali

digunakanbagi perempuan yang hendak melahirkan untuk mengurangi

rasa sakit, muncul reaksi yang menyatakan hal itu menentang kodrat.

(6.f) Lama-lama Salim menjadi takut melihatnya demikian, bibirnya gemetar

hendak menangis kembali, dan Guru Isa insaf.

(6.g) Oleh karena itu, hidrofoil dapat melaju 2 atau 3 kali lebih cepat daripada

kendaraan permukaan laut yang konvensional pada ukuran dan kekuatan

tenaga kuda yang sebanding.

(6.h) Jadi, hendaknya disadari pula bahwa persaingan acara TV perlu

memperhatikan tanggung jawab sosial.

Berdasarkan hasil analisis frasa verbal yang terdapat dalam wacana buku

teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga

2004 berjumlah 195.

12

c. Frasa Bilangan

Frasa bilangan atau frasa golongan Bil mempunyai distribusi yang sama

dengan kata bilangan. Berikut beberapa hasil analisis.

(7.a) Menjelang tahun 1945 sembilan jenis hidrofoil yang berbeda dengan bobot

antara kurang dari 1 sampai 55 metrik ton telah dibangun dan

diujicobakan.

(7.b) Saat percobaan kloning Dolly pun, dari 277 sel telur yang diisi dengan inti

sel donor, yang berhasil membentuk blastosis yang hanya beberapa saja.

(7.c) Dengan biaya sekitar 300.000 dollar AS, proyek ini didukung saudagar-

saudagar kaya raya Asia dan Arab.

(7.d) Mc Hugh menganjurkan pasiennya untuk mengonsumsi beberapa buah-

buahan dan sayuran segar setiap hari, dan dia juga memberikan vitamin

prenatal yang berisi 100 miligram vitamin C.

(7.e) Misalnya buah kiwi yang sudah diakui mengandung vitamin C dalam

jumlah besar (sekitar 74 miligram untuk buah ukuran sedang) akan

kehilangan kandungan vitamin C jika disimpan di tempat yang dingin.

(7.f) Bagi orang dewasa sebaiknya mengonsumsi vitamin C-nya sebanyak 60

miligram setiap harinya.

(7.g) Bagi orang yang tidak hidup dengan stress atau tekanan tinggi, jumlah 500

miligram sebenarnya terlalu besar.

(7.h) Para ahli gizi menyarakan agar 10-25 persen makanan yang dikonsumsi

mengandung vitamin C.

Berdasarkan hasil analisis frasa bilangan yang terdapat dalam wacana buku

teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga

2004 berjumlah 9.

d. Frasa Keterangan

Frasa keterangan atau frasa golongan Ket mempunyai distribusi yang sama

dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki

fungsi KET dalam klausa. Sejumlah kata keterangan, antara lain: kemarin, tadi,

nanti, besok, sekarang. Jumlah frasa keterangan tidak banyak karena jumlah kata

keterangan juga terbatas. Dari pengamatan terhadap bahasa Indonesia hanya

diperoleh enam kata keterangan, ialah kemarin, tadi, nanti, besok, lusa, dan

sekarang. Berikut beberapa hasil analisis.

(8.a) Tadi siang aku memang kedatangan tamu sahabat lama suamiku, Ali,

waktu bertugas di daerah lereng gunung, sebelum dia pindah di kota

kabupaten ini.

Berdasarkan hasil analisis frasa keterangan yang terdapat dalam wacana

buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit:

Erlangga 2004 berjumlah 1.

e. Frasa Depan

Frasa depan diawali oleh kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau

frasa golongan N, V, Bil, atau Ket sebagai petanda atau aksinya. Kata depan

menandai berbagai hubungan makna. Berikut beberapa hasil analisis.

13

(9.a) Sampai malam, aku lebih memilih tidur sendiri di kamar depan.

(9.b) Karya-karya ilmiahnya di bidang reproduksi manusia yang mencapai 40

publikasi jurnal membuahkan gelar “Guru Besar Reproduksi Manusia” di

Universitas Roma.

(9.c) Bukannya individualis, aku malah sering menyumbang dana untuk korban

bencana alam dan pernah satu kali turun langsung ke lapangan, waktu itu

di daerah Pandeglang.

(9.d) Telingaku terus-menerus mendengar tawa dan teriakan orang-orang yang

sedang berada dalam arena permainan di Dufan ini.

(9.e) Sejak itu, Ibu dan putri bekerja bakti di dapur umum para gerilyawan di

suatu desa di seberang jurang Juranggede yang bernama Grojogan.

(9.f) Bu Ananta tidak mungkin menempatkan diri duduk di kursi hakim.

(9.g) Layang-layang putri-putri bangsawan berbentuk segitiga, terbuat dari sutra

dan dari tiga ujung itu terikat dua belas saputangan berwarna-warni.

(9.h) Semua orang ribut membicarakan pelemparan granat tangan di depan

bioskop.

Berdasarkan hasil analisis frasa depan yang terdapat dalam wacana buku

teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga

2004 berjumlah 16.

Gambar 4.2 Grafik Frasa Berdasarkan Distribusi dengan

Kategori Kata

E. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, penelitian yang berjudul “Bentuk

Frasa pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan

Dawud dkk Penerbit: Erlangga 2004” dapat disimpulkan bahwa bentuk frasa

dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu frasa berdasarkan distribusi

dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata.

Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu (1)

frasa eksosentrik, (2) frasa endosentrik. Frasa endosentrik dapat dibedakan

menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik

yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa eksosentrik yang terdapat

dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

0

20

40

60

FV FN FD Fbil Fket

53,439,4

4,3 2,4 0,2

Ju

mla

h

Distribusi dengan Kategori Kata

Frasa Berdasarkan Distribusi dengan Kategori Kata

14

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 134. Frasa endosentrik yang koordinatif

terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan

Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16. Frasa endosentrik yang

atributif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA

karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 217. Frasa endosentrik

yang apositif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA

karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 11.

Frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata dapat digolongkan

menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau farasa nominal, frasa

golongan V atau frasa verbal, frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa

golongan Ket atau frasa keterangan. Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki

persamaan distribusi dengan kategori kata ialah frasa depan sehingga seluruhnya

terdapat lima golongan frasa, ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan,

frasa keterangan, dan frasa depan.

Frasa nominal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia

kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 144.

Frasa verbal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII

SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 195. Frasa

bilangan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA

karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 9. Frasa keterangan yang

terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan

Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 1. Frasa depan yang terdapat

dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Baryadi, T. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.

Yogyakarta: Pustaka Gondosuli.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan dan Proses).

Jakarta: Rineka Cipta.

Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa Kelas XII. Jakarta:

Erlangga.

Dian Wahyuningrum, Erma. 2006. “Verba Benefaktif dalam Bahasa Indonesia”.

Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Khusnul Khotimah, Tarti. 2005. “Kalimat bersubjek Verbal dalam Bahasa

Indonesia: Tipe-tipe Subjek Verbal”. Widyapurwa Jurnal Ilmiah

Kebahasaan dan Kesastraan, 2005 (2): 171-190.

15

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Markamah, dkk. 2010. Sintaksis: Keselarasan Fungsi, Kategori, dan Peran dalam

Klausa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono.

Rokhamah. 2003. ”Analisis Frase pada Terjemahan Surat Yusuf”. Skripsi.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Setiyawan. 2009. “Verba Taktransitif Berpelengkap Wajib dalam Bahasa

Indonesia”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Subroto, Edy. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana.

Sumarlam, dkk. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka

Cakra.

Sutana, Dwi. 1999. “Penggolongan Idiom Frase Bahasa Jawa Berdasarkan

Kategori Kata”. Widyapurwa Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra, 1999 (52):

16-28.

Tarigan, Henry Guntur. 2001. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung:

Angkasa.

2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Wahyuni, Tutik. 2000. “Verba me(N)-D, me(N)-D-i dan me(N)-D-kan dan

Korelasinya dengan Nomina pe(N)-D, pe(N)-D-an, dan D-an dalam Bahasa

Indonesia”. Kajian Linguistik dan Sastra, 2000 (22): 56-59.