Bengkel S II

31
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Bahkan boleh dikatakan listrik merupakan kebutuhan primer bagi kebanyakan masyarakat sekarang ini. Disamping itu listrik bersifat universal di mana semua lapisan masyarakat membutuhkannya entah itu masyarakat lapisan bawah, menegah ataupun lapisan masyarakat atas. Khusus untuk sistem penerangan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat yang di awali dengan ditemukannya alat-alat yang lebih praktis atau efisien. Penemuan alat-alat tersebut didasari pula oleh pemikir- pemikir professional untuk senantiasa melahirkan atau menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam mengoperasikan atau mereparasi alat penemuannya sehingga dapat menghadapi tingkat pemakaian yang lebih lama dalam pemakaiannya. Cara-cara yang ditempuh itu dapat secara formal maupun informal. Sejak ditemukannya istilah listrik beratus- ratus tahun yang lalu yang mana pengoperasiannya secara manual dan sampai sekarang sistem manual ini lebih 1

Transcript of Bengkel S II

Page 1: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi

kehidupan manusia. Bahkan boleh dikatakan listrik merupakan kebutuhan primer

bagi kebanyakan masyarakat sekarang ini. Disamping itu listrik bersifat universal

di mana semua lapisan masyarakat membutuhkannya entah itu masyarakat lapisan

bawah, menegah ataupun lapisan masyarakat atas. Khusus untuk sistem

penerangan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

yang di awali dengan ditemukannya alat-alat yang lebih praktis atau efisien.

Penemuan alat-alat tersebut didasari pula oleh pemikir-pemikir professional untuk

senantiasa melahirkan atau menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam

mengoperasikan atau mereparasi alat penemuannya sehingga dapat menghadapi

tingkat pemakaian yang lebih lama dalam pemakaiannya. Cara-cara yang

ditempuh itu dapat secara formal maupun informal.

Sejak ditemukannya istilah listrik beratus-ratus tahun yang lalu yang

mana pengoperasiannya secara manual dan sampai sekarang sistem manual ini

lebih banyak digunakan khususnya di negara berkembang. Ternyata cara manual

ini menjadi pekerjaan yang cukup menyita waktu dan tenaga. Namun dibalik itu

juga menjadi tantangan bagi para ahli kelistrikan untuk menemukan suatu sistem

yang handal. Dengan kerja keras yang memerlukan waktu yang lama, para ahli

berhasil menemukan suatu metode atau sistem pengoperasian yang disebut sistem

otomatis. Sistem pengoperasian ini khususnya untuk sistem penerangan sangat

bermanfaat dengan mengandalkan kehandalan dan efsiensi itu membuat lebih

banyak pelanggan listrik memilih pengontrolan otomatis.

1

Page 2: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

1.2. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktek instalasi penerangan sistem

manual dan otomatis ini adalah :

Menggunakan petunjuk teknik untuk praktek yang benar.

Memilih dan memperoleh alat yang tepat, menandai, memasang,

mengencangkan dan teknik pemasangan.

Mengoperasikan kabel dan penghantar sambungan yang dapat

diandalkan.

Mengoperasikan peralatan instalasi yang sesuai dengan urutan kerja

yang baik.

Membandingkan metode-metode instalsi yang berbeda sesuai dengan

prinsip dasar instalasi listrik.

Menghasilkan distribusi yang bebas dan panel penghubung yang

sesuai dengan gambar yang tersedia.

Melakukan secara bebas suatu penerangan dan instalasi kotal-kontak.

Memasang dan mengamati instalasi dari rumah sekring, peralatan

kontrol seperti saklar pengontrol (cahaya, relay, saklar waktu, saklar

tangga dan kontaktor).

Mengamati dan menghubungkan rumah sekring dan peralatan

kontrol pada panel, keluaran terminal yang telah dikawati siap untuk

dihubungkan.

Merakit sekring dan panel control dengan peralatan instalasi yang

disiapkan.

Menemukan kesalahan pada instalasi (kesalahan yang dibuat oleh

instruktur) dengan menggunakan multitester.

Memperkirakan pemakaian waktu dan bahan serta melaporkannya

dengan cara yang benar ke pimpinan bengkel.

Merubah instalasi, menghindari kerusakan atau bahan tidak berguna.

Memberitahukan sisa bahan yang berguna dengan bentuk teknik

yang benar.

2

Page 3: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

BAB II

TEORI DASAR

2.1. Jenis Saklar

2.1.1. Impuls

Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip

kerja magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls. Lamanya

mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar

ini mempunyai dua posisi kontak, “off” pada impuls kedua dan kontak “on” pada

posisi pertama.

Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push

button sebagai control Bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh

adanya impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.

Gambar 2.1 Simbol saklar Impuls

2.1.2. Selector

Saklar selector atau atau saklar golongan, jarang sekali digunakan

untuk rangkaian-rangkaian penerangan, tetapi biasa digunakan untuk rangkaian-

rangkaian pengatur, misalnya untuk dua posisi pengaturan manual dan otomatis.

Saklar jenis ini adalah saklar putar.

Gambar 2.2 Simbol saklar selector

2.1.3. Staircase

3

Page 4: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Staircase merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetis yang

akan memutus rangkaian secara magnetis sesuai dengan batasan waktu yang telah

ditentukan pada saat beban bekerja. Adapun simbol dari saklar staircase adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.3 simbol lokasi Gambar 2.4 simbol pengawatan

Staircase ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan lampu yang

menyala terus menerus tanpa ada pengaruh waktu.

2.1.4. Timer

Timer digunakan menghubungkan dan memutuskan instalasi secara

otomatis berdasarkan jangka waktu tertentu.

Ada beberapa jenis timer yang beredar dipasaran, namun yang

digunakan dalam praktek bengkel semester III adalah yang menggunakan piringan

waktu, pada tepi piringan diukur garis pembagi waktu menjadi 24 bagian (24

segmen). Tiap bagian ekivalen dengan satu jam waktu. Piringan berputar satu kali

dalam 24 jam. Saat-saat penghubung dan pemutus berikutnya dapat diatur dengan

segmen yang dipasang ditepi piringan.

Gambar 2.5 Simbol lokasi saklar timer

4

2N

P1t

Page 5: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

2.1.5. LDR (Lighting Dependent Resistor)

LDR digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan instalasi

listrik secara otomatis dengan adanya gelap dan terang yang memungkinkan

peralatan LDR dapat bekerja.

LDR memilik sebuah lubang kecil sebagai tempat masuknya cahaya.

Cepat dan lambat penghubung dan pemutusan dapat diatur dengan mengatur besar

kecilnya mulut cahaya LDR.

Gambar 2.6 Simbol Lokasi LDR

2.1.6. Relay/Kontaktor

Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah

kontak-kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu

mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban

keadaan AC/DC biasanya dilakukan dengan saklar kerja magnetis ini.

Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektro magnetic

dimana terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil, yang dililitkan pada sebuah inti

dari besi baja yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan

arus maka inti baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis dalam suatu

type-type beragam-ragam tersedia untuk daerah kerja arus dan tegangan yang luas

dan besa. Relay akan bekerja normal bila toleransi tegangan pada kumparan

magnetnya adalah 85=110 % dana apabila tegangan kerja turun dari batas

normalnya, maka relay akan bergetar.

5

Page 6: Bengkel S II

1 3 5 A1 13 21 31 43

2 4 6 A2 14 22 32 44

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Biasanya pada relay kontaktor terdapat beberapa kontak kontrol NO

dan NC. Dalam batas waktu pemutusan, bunga api akan timbul. Untuk ini banyak

digunakan relay yang mempunyai bentuk dan susunan tersendiri untuk

memadamkan api tersebut.

Bila relay bekerja, kontak-kontak utama dan Bantu akan bekerja

pada waktu yang bersamaan.

Gambar 2.7 Simbol

pengawatan kontaktor.

2.2. Pengaman

Pengaman alat-alat listrik sederhana khususnya yang digunakan

didalam praktek bengkel semeseter III adalah patron lebur yang pada umumnya

bertujuan mengamankan terhadap hubung singkat antara fasa dan netral.

Patron lebur atau sekring (fuse) merupakan alat yang sudah sangat

dikenal olrh masyarakat banyak, karena rata-rata setiap rumah atau suatu

rangkaian akhir ada patron leburnya. Patron lebur harus memutuskan rangkaian

yang diamankan kalau arusnya menjadi lebih besar, dan bila patron melebur

(putus) harus diganti dengan yang baru dan tidak boleh dipakai lagi, hanya patron-

patron yang memang dibuat untuk dapat diperbaiki boleh dipakai lagi, setelah

diperbaiki oleh ahlinya.

Patron lebur memiliki kawat isyarat dan kawat lebur dan masing-

masing mempunyai fungsi yang berbeda, kawat lebur terbuat dari perak dengan

campuran beberapa logam lain, digunakan perak karena logam ini hampir tidak

mengoksidasi dan hantarannya tinggi, jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil

mungkin. Sehingga jika kawatnya lebur tidak akan menimbulkan uap yang

banyak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya ledakan juga kecil sekali.

Sedangkan kawat isyaratnya dihubungkan pararel dengan kawat lebur. Karena

6

Page 7: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

tahanannya besar, arus yang mengalir dalam kawat tersebut kecil. Pada ujung

kawat ini terdapat sebuah piringan kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat.

Piringan isyarat ini menekan sebuah pegas kecil, jika kawat leburnya putus karena

arus yang terlalu besar, kawat isyarat juga akan akan putus karena itu piringan

isyaratnya akan lebur sehingga dapat diketahui bahwa kawat leburnya telah putus.

Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang dimaksudkan untuk

meredam bunga api yang timbul jika kawat leburnya putus.

Pemakaian dari patron lebur mempunyai klasifikasi berdasarkan

pada kemampuan hantaran arusnya dengan menggunakan kode warna tertentu,

yaitu :

2 Ampere : Merah muda

4 Ampere : Cokelat

6 Ampere : Hijau

10 Ampere : Merah

16 Ampere : Kelabu

20 Ampere : Biru

25 Ampere : Kuning

35 Ampere : Hitam

50 Ampere : Putih

65 Ampere : Warna tembaga

2.3. Panel Hubung Bagi (PHB)

Panel hubung bagi adalah panel distribusi sekunder yang berisi

peralatan control misalnya fuse, timer, kontaktor dan lain-lain. Panel hubung bagi

selain untuk memperjelas pembagian group juga merupakan sentral atau pusat

pengaturan dari seluruh sistem yang akan dikontrol.

Suatu hal yang umum untuk setiap pembuatan panel, konstruksi

panel yang dipilih harus direncanakan, dirancang sedemikian rupa sesuai dengan

kebutuhan dan lingkungannya.

7

Page 8: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Setelah diagram kerjanya dibuat dengan cermat, lalu dilakukan

pemilihan jenis panel, selanjutnya merencanakan penempatan komponen

pengaman maupun komponen control namun untuk itu harus terlebih dahulu

mengetahui :

Dimensi ukuran panel

Dimensi ruangan yang tersedia

Pembuatan panel

Gambar 2.8 Simbol umum untuk panel distribusi / hubung bagi (IEC)

2.4. Jenis Lampu

Sumber cahaya buatan yang digunakan sebagai pengganti cahaya

matahari yang tidak dapat digunakan continue dan sebagai bentuk penerangan

keindahan, sumber cahaya yang dimaksud adalah lampu. Lampu sendiri terdiri

dari beberapa macam seperti lampu pijar, lampu TL (Tube Lamp), lampu neon,

lampu merkuri, lampu sodium, lampu halogen dan lain-lain. Namun yang akan

dibahas disini adalah lampu pijar dan lampu tanda yang dipergunakan pada

praktek instalasi penerangan semester III.

2.4.1. Lampu pijar sebagai lampu penerangan.

8

Page 9: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Lampu penerangan pertama dibuat oleh T.A. Edison pada tahun

1879. Pada waktu yang sama swan di Inggris juga mencapai hasil yang kira-kira

sama.

Lampu-lampu pertama itu menggunakan benang arang sebagai kawat

pijar. Suhunya mencapai 2000oC. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan,

dan fluks cahaya spesifikasinya 3 Lm/W.

Setelah mengalami perkembangan-perkembangan yang terus maju,

maka dapat dilihat bentuk akhir dari lampu pijar yang digunakan dirumah-rumah

sekarang.

Cahaya yang dipanaskan lampu pijar yang dimiliki spekrum

continue, kuantitas cahaya dan masing-masing warna yang dipancarkan

tergantung pada suhu kawat pijarnya. Jika suhunya mencapai titik terendah, maka

warna kuning dan merah akan lebih menonjol. Jika suhu yang dinaikkan maka

warna-warna kawat pijar yang akan menonjol adalah biru dan ungu, jadi warna

kawat pijar menjadi lebih putih. Disini dapat dilihat keuntungan-keuntungan dari

lampu pijar yaitu, walaupun tegangan sumber turun lampu akan tetap menyala.

Tetapi lampu jenis ini mempunyai cahaya lampu yang cukup tajam

sehingga bayangan yang tampak sangat jelas. Dalam sistem penerangan hal

tersebut tidak diinginkan, oleh karena itu untuk menanggulanginya dibutuhkan

beberapa sistem penerangan difus, yang mengarahkan cahaya 50 % ke bawah

dana selebihnya kelangit-langit dan ke dinding.

Gambar 2.9 Simbol lokasi lampu penerangan

2.4.2. Lampu tanda

9

Page 10: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Untuk mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan

untuk kondisi-kondisi tertentu, misalnya saat kondisi beroperasi, kondisi beban

lebih, kondisi manual atau otomatis.

Umumnya penandaan tersebut merupakan penandaan yang

menggunakan lampu tanda atau lampu indicator. Karena digunakan sebagai lampu

tanda maka daya yang dipancarkan kecil.

Gambar 2.10 Simbol lokasi lampu tanda

2.5. Pembagian Group Beban Penerangan

2.5.1. Group I

Group ini terdiri dari dua buah push button D (SI), satu buah saklar

seri, dua stop kontak, satu buah saklar impuls yang masing-masing melayani C,

C1, dan D.

2.5.2. Group II

Group ini meliputi dua buah saklar tukar, satu buah saklar silang, 1

buah lampu F, ketiga saklar tersebut berlabel F. Disamping itu peada group II ini

dilengkapi dengan sebuah kotak kontak dan sebuah kotak sambung. Ketiga saklar

yang ada, ditempatkan dari tiga tempat yang berbeda sehingga lampu F dapat

dioperasikan dari ketiga tempat tersebut tadi.

2.5.3. Group III dan IV

10

Page 11: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Group III dan IV ini merupakan group penerangan juga sebagai

pengontrolan. Group ini terdiri atas sebuah saklar selektor S5, 1 buah lampu tanda

H5 (B), 2 buah push button S6 (B) dengan lampu tanda, 2 buah lampu AB, satu

buah timer K4T, 1 buah staircase K6T, 1 buah LDR S8, 2 buah relay K7 dan

K9A.

11

Page 12: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

BAB III

ANALISA

3.1. Analisa Rangkaian

3.1.1. Analisa rangkaian group I

Saklar impuls yang melayani lampu D tersebut dioperasikan oleh dua

buah push button yang dihubung pararel, Bila salah satu saklar S1 ditekan maka

kumparan K1 akan bekerja dan menarik kontak-kontaknya sehingga kontak

tersebut terhubung, tetapi tidak akan membuka kembali walaupun yang digunakan

pada push button, hal ini dikarenakan pada kontak Bantu K1 dilengkapi oleh satu

pengunci dengan kontak nol. Ini akan terputus/padam bila push button baik dalam

(salah satu S1) ditekan.

Untuk lampu C dan C1 mendapat suplay dari saklar seri, dan prinsip

kerja dari saklar seri ini sama dengan saklar biasa, yaitu jika toggle untuk C1

dikean maka lampu C1 menyala dan bila toggle C ditekan maka lampu C akan

menyala pula. Saklar seri dapat pula mengoffkan atau mengonkan bersamaan.

3.1.2. Analisa rangkaian group II

Bila salah satu dari saklar F ditekan, maka lampu F akan menyala

begitu juga bila akan dipadamkan cukup menekan salah satu saklar F tadi. Atau

dengan kata lain jika salah satu dari saklar F ditekan terjadi salah satu dari dua

keadaan yang berbeda yaitu on atau off.

Untuk mengetahui berapa banyak saklar silang yang dibutuhkan

untuk pelayanan dari beberapa tempat dapat diketahui dengan menggunakan

rumus (n-2), dimana n = banyak tempat pelayanan dan, 2 = 2 buah saklar tukar.

12

Page 13: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

3.1.3. Analisa rangkaian group III dan IV

Saklar selector mempunyai 3 posisi pengoperasian, yaitu posisi

manual (M), posisi otomatis (A) dan posisi off (o)

Untuk kondisi manual ini penerangan dapat diatur setiap saat baik

pengoperasian otomatis padam setelah menyala selama setting waktu yang telah

ditentukan sebelumnya, atau menyala permanent.

Pada posisi otomatis sangat ditentukan oleh keadaan sekitarnya

(lingkungan). Jika keadaan gelap, maka LDR yang ada berfungsi sebagai saklar

dan menyalakan sistem penerangan begitulah pula dalam keadaan terang, secara

otomatis saklar LDR akan memutuskan sistem penerangan. Sistem otomatis

sangat baik digunakan dalam menghemat energi dengan cukup mengset batas

waktu yang kita butuhkan berfungsinya sistem otomatis ini. Untuk mensuplay

batas waktu dapat dilakukan pada timer clock dengan menurnkan sejumlah

segmen-segmen pada piringan, dimana setiap segmen mempunyai nilai ½ jam.

Posisi otomatis dapat pula difungsikan dengan pengoperasian tangan dari pintu

depan pekarangan dan pintu masuk rumah dan kemudian padam kembali setelah

batas waktu yang ditentukan.

Untuk keadaan otomatis ini lampu tanda tidak berfungsi kecuali

untuk posisi manual ditandai dengan tanda merah.

Prinsip kerja sistem sebagai berikut :

Pada saat selector berada pada posisi manual, maka K4T langsung

bekerja, namun kontak bantunya tidak ikut bekerja jika belum sampai pada setting

lampunya. Pada keadaan manual ini lampu tanda mendapat suplay tegangan oleh

kotak Bantu K9A NC sehingga lampu tanda menyala. Untuk lampu AB dapat

menyala apabila S6 ditekan, maka K6T akan bekerja sehingga dengan K7

mendapat suplay tegangan dan kontak bantunya yang ada pada fuse 3 akan

13

Page 14: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

menutup, sehingga lampu AB akan menyala sampai beberapa menit. Pada

keadaan manual LDR tidak berfungsi karena kontak Bantu dari K4T untuk LDR

tidak tersuplay tegangan.

Bila selector berada pada posisi otomatis maka K9A sudah tersuplay

tegangan dan bekerja sehingga kontak-kontak NC-nya terbuka dan menyebabkan

lampu tanda tidak menyala. Apabila kontak Bantu timer mendapat suplay

(menutup) maka LDR berfungsi dan K7 ikut berfungsu sampai keadaan diluar

terang, dengan bekerjanya K& maka lampu AB pada F3 akan menyala. Keadaan

otomatis dilengkapi pula oleh S6 dimana jika LDR tidak berfungsi untuk

menyalakan lampu AB. Lampu yang menyala tadi hanya dapat berlangsung

beberapa menit saja atau tidak permanent.

3.2. Analisa TroubleShooting

Troubleshooting dilakukan agar mahasiswa dapat mengatasi

masalah-masalah yang kerap timbul dalam lapangan.

Masalah yang saya dapati pada saat troubleshooting yaitu seluruh

lampu tidak menyala.

Masalah pertama yaitu terletak pada kabel netral yang terlepas pada

steker yang menyebabkan seluruh sistem penerangan tidak berfungsi mulai dari

group 1 sampai group 4 disebabkan tidak adanya supply netral yang berasal dari

sumber.

Masalah kedua yaitu pada group I yaitu masukan pada saklar seri

tidak terkopel sehingga tidak ada hubungan akibatnya lampu C tidak menyala.

14

Page 15: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Masalah ketiga yaitu pada group II keluaran pada saklar tukar yang

mendapat masukan fasa utama dimasukkan pada keluaran saklar silang sehingga

lampu hanya dapat dikontrol dari dua tempat.

Masalah yang keempat terdapat pada fasa pada stop kontak yaitu

fasanya diambil dari keluaran saklar tukar, sehingga stop kontak tergantung pada

saklar tukar, yaitu stop kontak bekerja jika sklar tukar ditekan.

Masalah kelima yaitu pada K7 yaitu fasa yang masuk pada kontak

NO-nya dilepaskan dan dimasukkan ke NC, jadi pada saat dioperasikan selector

pada posisi manual maka lampu AB langsung menyala tanpa penekanan push

button S6, dan pada saat koilnya bekerja maka lampu AB akan padam karena

kedudukan kontak NC-nya berubah menjadi terbuka sehingga tidak berhubungan.

Setelah semua diperbaiki maka rangkaian berfungsi seperti pada

awalnya kembali dan proses pembongkaran boleh dilakukan.

15

Page 16: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem

manual dan otomatis, maka praktikan menyimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

Staircase adalah alat yang bekerja berdasarkan fungsi waktu pada timer.

Sekering adalah suatu alat pengaman hubung singkat atau beban lebih

yang dapat memutuskan rangkaian dengan sumber apabila arus yang

melewatinya lebih besar dari kawat leburnya.

Relay adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk melindungi,

memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian listrik yang satu

kerangkaian yang lainnya, yang bekerja secara otomatis dan dapat dipakai

sebagai alat kontrol jarak jauh.

Impuls adalah suatu saklar yang cara kerjanya berdasarkan kemagnetan,

yang mempunyai dua posisi kontak yaitu kontak ON pada impuls pertama

dan kontak Off pada impuls kedua.

Timer adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan magnetisasi yang akan

memutuskan rangkaian beban secara otomatis sesuai dengan batasan

waktu yang telah ditentukan.

LDR adalah suatu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan cahaya.

Pengontrolan instalasi penerangan listrik baik secara manual maupun

otomatis dapat bekerja dengan adanya alat-alat yang bekerja keterkaitan,

seperti LDR, kontaktor, timer, staircase dan lain-lain.

4.2 Saran-saran

Setelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem

manual dan otomatis, maka praktikan ingin menyampaikan beberapa hal yang

kiranya dapat menjadi perhatian oleh teknisi dan pembimbing :

16

Page 17: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

Karena kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran hendaknya kabel

yang diberikan tidak diberikan dalam bentuk potongan kecil untuk tiap

praktikan, hendaknya diberikan dalam bentuk gulungan karena

kemungkinan terjadi kesalahan sangat tinggi.

17

Page 18: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

DAFTAR PUSTAKA

Harten, Van P, Ir. E. Setiawan. 1986. Instalasi listrik arus kuat I dan II, Bina

cipta, Bandung

PEDC Bandung, 1987. Rancangan listrik I, PEDC, Bandung

Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2003. Latihan bengkel listrik semester III,

Departemen Pendidikan Nasional, Makassar

18

Page 19: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

LAMPIRAN

A. Daftar Bahan / Peralatan

No. Nama Bahan / Peralatan Jumlah Satuan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

A. Pipa dan alat Bantu

Pipa Union (5/8”) ( int. 15 mm)

Pipa sintesis local (5/8”) PVC

Pipa KIR 11 mm ( int. 13,5 mm)

Benda siku 5/8” union

Benda siku sintetik lokal

Benda siku KIR

Sok (benda sambung) KIR

Cabang T (KIR)

Tole Union

Klem aluminium

Klem import

Kelm NYM 9 mm sebelah paku

B. Sakelar dan peralatannya

Saklar dimmer (LDR)

Saklar tukar

Saklar silang

Saklar seri

Saklar golongan (selector)

Saklar tekan (impuls) dg.lampu tanda

Saklar tekan (impuls) dn. Lampu IP 55

Lampu tabda (merah)

Kotak hubung

Kotak kontak 1 fasa + PE

Fitting duduk (local)

Roset Kayu

Fitting duduk (import)

Saklar tekan

3,6

1,9

1,25

3

2

1

1

1

16

40

12

14

1

2

1 (+1 spare)

1

1

1

1 (+2 spare)

1

4

3

4

4

2

2

m

m

m

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

19

Page 20: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

C. Panel

Sekring Diarca lengkap 10 A

Sekring Diarca lengkap 6 A

Relai kontaktor 220 v/10 A

Saklar relai impuls 220 V

Saklar waktu 220 V

Saklar relai tangga 220 V

Bus bar tembaga 3-5 x 15 mm

Profil C 22 x 12 alu

Profil untuk terminal

Profil dudukan relai

Terminal 4 mm2

Penahan terminal

Treeplex

Lebar x panjang x tebal

253 x 453 x 4 mm

Asbes plafon, lebar x panjang x tebal

353 x 453 x 4 mm

Asbes plafon, lebar x panjang x tebal

353 x 603 x 8 mm

skrup kayu, rata perseng

Plat penutup untuk item 40

Terminal 6 mm2

Plat penutup 6 mm2 untuk item 46

Plat pemisah 6 mm2

Saluran kabel

Plastik pengikat kabel

Kabel NYM re 3 x 1,5 mm2, warna untuk

2 ph + N

Kabel NYM 3 x 1, 5 mm2 , warna untuk

ph + n + E

3

1

2

1

1

1

280

100

150

200

15

1

1

1

1

1

1

1

1

400

10

3,4

1,0

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

mm

mm

mm

mm

Buah

Buah

Lembar

Lembar

Lembar

Buah

Buah

Buah

Buah

mm

Buah

m

m

20

Page 21: Bengkel S II

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

NYA merah dan kuning dan hitam 1,5

mm2

NYA coklat dan putih dan merah jambu

NYA biru tua 1,5 mm2

NYA hijau/kuning 1,5 mm2

NYA hijau 1,5 mm2

Dempul untuk kayu (putty)

Nomor-nomor untuk terminal blok

Steker 10-16A PNE

Kabel NYMHY 3 x 1 mm2 (Fleksibel)

E. Mur, baut dan sekerup dan panel

Sekrup kayu, kepala ½ bulat

3,5 x 15

3,5 x 30

3,5 x 20

4,0 x 40

Sekrup kayu, rata persang 4 x 30 1201

4 x 50 (45)

3,5 x 25

Mur baut M4 x 10

Mur baut M4 x 50

Mur baut M4 x 15

Rumah control panel (housing)

Bingkai panel

Mur geser M4.

17,0

12

13

13,5

6,5

0,1

1

1

2,0

100

40

20

10

8

4

6

20

8

4

1

1

4

m

m

m

m

m

Kg

Serie

Buah

m

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

21