BENCANA KEBUMIAN METEOROLOGIS -...
Transcript of BENCANA KEBUMIAN METEOROLOGIS -...
BENCANA KEBUMIAN
METEOROLOGISOleh : Bayong Tjasyono HK.
Kuliah Umum Pascasarjana UPI
Bandung, 5 Oktober 2006
Universitas Pendidikan Indonesia
UPI – 2006
Posisi Meteorologis Indonesia
• Antara dua benua dan dua osean.
• Dilalui ekuator geografis dan meteorologis.
• Terletak di daerah ekuatorial, zona tektonik aktif, dan monsun.
• Menerima surplus energi disegala musim.
• Menerima panas sensibel dan laten dalam jumlah besar.
• Campuran atmosfer – hidrosfer – litosfer – kriosfer.
• Wilayah pegunungan dan kepulauan – angin lokal.
• Terjadi ekinoks 2 kali per tahun.
Seperempat konstanta matahari, Qs = 263 kly th-1
Fluks panas dari dalam (interior) bumi
Radiasi matahari yang dipantulkan dari bulan
purnama (full moon)
Pembakaran batu bara, minyak dan gas di USA
Energi yang terhambur dalam luah (discharge) kilat
Energi radiasi kosmik
Radiasi total dari bintang-bintang
1
18 x 10-5
1 x 10-5
7 x 10-6
6 x 10-7
9 x 10-8
4 x 10-8
Matahari
• Bintang terdekat bumi.
• Sumber energi dan kehidupan.
• Sumber gerak atmosfer dan
osean.
• Kendali iklim utama.
• Insolasi pada puncak atmosfer
disebut Konstanta matahari (S)
• Energi matahari yang diterima
bumi (R = 6370 km) per satuan
luas dan waktu pada puncak
atmosfer :
• Rotasi dan revolusi bumi
menyebabkan migrasi tahunan
(gerak semu) matahari.
Tabel 1. Sumber radiasi lain relatif terhadap energi matahari
yang diterima bumi 263 kilo langley per tahun.
1
213
126
mntly2,0cm10x1,54π
mntkal10x56S
11
2
2
s thkly263mntly0,54
S
πR4
SπRQ
Atmosfer Bumi
• Awalnya CO2 kadar tinggi
• Evolusi tanaman berkhlorofil
• Fotosintesis (CO2 + h)
• Oksigen bertambah dan CO2
menurun
• Melalui foton di Stratosfer
terjadi ozonosfer
• Ada kehidupan di bumi.
• Atmosfer Indonesia :
Isoterm 00 C : 4 – 5 km
Tropopause ~ 17 – 18 km
Pertemuan sirkulasi Hadley,
Walker dan konveksi.
Pembangkit gerak atmosfer
ke lintang lebih tinggi.
Secara konveksi, atmosfer
tidak stabil.
Cuaca dan Iklim
• Interaksi 5 komponen bumi :
Atmosfer – biosfer – hidrosfer –
pedosfer – kriosfer.
• Kelima komponen ini dimiliki
bumi Indonesia.
• Unsur-unsurnya : T, R, RH,
angin, dll.
• Unsur temperatur dan hujan
sangat penting bagi kehidupan.
• T dan R dasar klasifikasi iklim.
• Di Indonesia T hampir konstan
sepanjang tahun.
• R sangat berubah secara
temporal dan spasial.
• Jenis hujan : konvektif,
orografik dan konvergensi.
Awan Konvektif
• Indonesia : wilayah konvektif
paling aktif.
• Awan dan hujan konvektif
dominan.
• Menyebabkan hujan deras
(shower), petir (thunder +
lightning), puting beliung
(tornado) disebut “severe
thunderstorm”
• Awan konvektif terbentuk
karena gaya apung :
T : suhu parsel udara
T′ : suhu udara lingkungan
g : percepatan gravitas
B : suku apung = T/T′ – 1
gBT'
T'TgF
Hujan Konvektif
• Hujan terjadi setelah insolasi
maksimum (setelah pukul
12.00).
• Frekuensi hujan lebih sering
pada musim panas dan gugur
belahan bumi.
• Awan konvektif jenis
cumulonimbus menghasilkan :
hujan deras, batu es, petir dan
kadang-kadang tornado. Skala
Tornado disebut skala Fujita.
Siklon Tropis
• Depresi, Badai, Siklon tropis.
• Siklon sebelum 1975 diberi
nama gadis/wanita setelah
1975 dipakai nama laki-laki
tetapi dominasi nama wanita :
Anna, Betty, Cecilia, dll.
• Syarat pembentukan
Di laut panas > 27 0C
Gaya Coriolis cukup,
> 5 0C, 65% terjadi pada
= 100 – 200.
• Siklon melemah jika memasuki
daratan atau laut yang dingin.
Tabel 2. Jumlah curah hujan di beberapa stasiun terpilih dalam dasarian 2,
Januari 1982.
Nama Stasiun
Curah hujan
dasarian 2,
Januari
Curah hujan
normal satu
dasarian,
Januari
Persentase
terhadap curah
hujan normal,
Januari
Bengkulu
Tanjung Karang
Banyuwangi
Sumbawa Besar
Amakai (P. Seram)
Manokwari
Jayapura
125,0 mm
138,0 mm
128,0 mm
303,0 mm
123,0 mm
290,0 mm
197,0 mm
102,2 mm
89,3 mm
59,7 mm
106,7 mm
34,7 mm
103,7 mm
113,0 mm
123%
155%
214%
284%
355%
280%
174%
Tornado (Puting beliung)
• Skala F adalah skala kerusakan
akibat tornado, diciptakan oleh
Theodore Fujita, meteorologist
ulung Univ. of Chicago.
• Ada 5 skala F0, F1, F2, F3, F4, F5
• F4 dapat memindahkan rumah.
• F5 setara dengan kecepatan
angin 261 – 318 mph merusak
lebih dari 1000 bangunan
(termasuk 22 rumah terdongkel
fondasinya), dapat mengangkat
truk.
• F0 skala paling kecil yang
menghasilkan angin 40 – 72
mph.
• Tornado di Indonesia sekitar
skala F0, F1.
Awan Guruh
• Kilat + guruh terjadi bersamaan.
Kilat terlihat dulu baru bunyi
gemuruh (petir) akibat beda
kecepatan jalar.
• Indonesia salah satu daerah
frekuensi petir tertinggi di dunia
(100 – 150 hari petir/tahun).
• 1991 – 1993 Percobaan petir
dengan meluncurkan roket di
Indonesia Kerjasama Universitas
Jepang dan ITB – LAPAN – PLN.
• Teori elektrifikasi awan guruh
a. Teori induksi
b. Teori termoelektrik
• Petir digambarkan sebagai
senjata dewa. Bangsa Yunani
percaya bahwa petir dihasilkan
atas perintah dewa Zeus sebagai
hukuman manusia pembangkang
El Niño
• Artinya The Christ Child, karena
menguat pada bulan November,
Desember.
• Rasa terima kasih rakyat Peru
kepada Tuhan atas berkah
hujan.
• Kebalikannya La Niña
• El Niño menyebabkan
kekeringan di Pasifik Barat
(termasuk Indonesia), terutama
jika bersamaan dengan monsun
Australia.
• Sebaliknya La Niña
menyebabkan hujan lebat –
banjir di Indonesia terutama jika
bersamaan dengan siklon tropis.
• El Niño episode panas Pasifik
tengah dan timur, sedangkan La
Niña episod dinginnya.
Global Warming
• Gas rumah kaca 55% dari CO2.
a. Efek rumah kaca tembus
radiasi pendek, menyerap
radiasi panjang
b. Sejak revolusi industri
kadar CO2 terus naik.
• Deforestasi dan tumpahan
minyak di laut.
• Lubang Ozonosfer oleh CFC
yang bersifat insoluble :
a. Khlor lepas oleh energi foton
(h) radiasi matahari.
b. Cl mengikat O3 menjadi O2.
c. O3 (ozon) menyerap radiasi
energi tinggi (uv).
CFxCl4-x(g) + h ( = 190–225 nm) CFxCl3-x(g) + Cl(g)
Cl(g) + O3(g) ClO(g) + O2(g)
ClO(g) + O(g) Cl(g) + O2(g)
O3(g) + O(g) 2O2(g), neto
Referensi
Anthes, R. A., 1982. Tropical cyclones, Meteorological Monographs, Amer. Meteor. Soc., Vol. 19, No.41.
Battan, L. J., 1973. Radar observation of the atmosphere, the Univ. of Chicago.
Bayong Tjasyono HK., 1985. Tropical Storm effect with respect to weather over the Indonesian region, Proc. ITB, Vol. 18, 61 –71.
Bayong Tjasyono HK., 2004. Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional LAPAN, Bandung.
Bayong Tjasyono HK., 2004. State of the Art Study on Meteorology in Indonesia. International Summer School, Kerma Univ. Kyoto –ITB, Bandung .
Bayong Tjasyono HK., 2005. Characteristics of cloud and Rainfall in the Indonesian Monsoonal Area, International Roundtable on Understanding and Prediction of Summer and Winter Monsoons, NAM S & T Center India, BMG Indonesia, Jakarta dan Bandung.
Doktor, C. S., 1989. Tropical weather systems, Regional Training Seminar for National Instructur of RA. II and RA. V, WMO, Geneva.