Belt conveyor

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Belt Conveyor Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load) maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus atau sudut inkliinasi terbatas. Belt conveyor secara intensif digunakan di setiap cabang industri. Pada industri pupuk digunakan untuk membawa dan mendistribusikan pupuk. Dipilihnya belt conveyor sistem sebagai sarana transportasi pupuk adalah karena tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan juga kebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja. Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah : 1. Menurunkan biaya produksi saat memindahkan pupuk 2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap

Transcript of Belt conveyor

Page 1: Belt conveyor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Belt Conveyor

Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit

load) maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus atau sudut inkliinasi

terbatas. Belt conveyor secara intensif digunakan di setiap cabang industri. Pada

industri pupuk digunakan untuk membawa dan mendistribusikan pupuk.

Dipilihnya belt conveyor sistem sebagai sarana transportasi pupuk adalah

karena tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi

dan juga kebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja.

Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah :

1. Menurunkan biaya produksi saat memindahkan pupuk

2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap

3. Membutuhkan sedikit ruang

4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan pupuk

5. Menurunkan polusi udara

Belt conveyor mempunyai kapasitas yang besar (500 sampai 5000 m3/ jam

atau lebih), kemampuan untuk memindahkan bahan dalam jarak (500 sampai 1000

meter atau lebih). Pemeliharaan dan operasi yang mudah telah menjadikan belt

conveyor secara luas digunakan sebagai mesin pemindah bahan.

Berdasarkan perencanaan, belt conveyor dapat dibedakan sebagai

1. Stationary conveyor

Page 2: Belt conveyor

2. Portable (mobile) conveyor

Berdasarkan lintasan gerak belt conveyor diklassifikasikan sebagai :

1. Horizontal

2. Inklinasi dan

3. Kombinasi horizontal-inklinasi

Gambar Lintasan belt

Pada umumnya belt conveyor terdiri dari : kerangka (frame), dua buah

pulley yaitu pulley penggerak (driving pulley) pada head end dan pulley pembalik

( take-up pulley) pada tail end, sabuk lingkar (endless belt), Idler roller atas dan

Idler roller bawah, unit penggerak, cawan pengisi (feed hopper) yang dipasang di

Page 3: Belt conveyor

atas conveyor, saluran buang (discharge spout), dan pembersih belt (belt cleaner)

yang biasanya dipasang dekat head pulley.

Keterangan :

1. Frame 6. Lower pulley

2. Drive pulley 7. Drive unit

3. Take up pulley 8. Feed hopper

4. Endless belt 9. Discharge

5. Upper pulley 10. Cleaner

Gambar Konstruksi belt conveyor

2.2.1 Komponen utama Belt Conveyor

Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada

gambar berikut :

Page 4: Belt conveyor

Gambar Komponen belt conveyor

1. Belt

Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan

gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak dengan

teratur.

2. Head pulley

Head pulley pada belt conveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak

dari sistem BC. Pada head pulley dipasang sistem penggerak untuk

menggerakkan belt conveyor. Head pulley juga dapat dikatakan sebagai titik

dimana material akan dicurahkan untuk dikirim ke BC selanjutnya.

Page 5: Belt conveyor

Gambar Head Pulley

3. Tail pulley

Merupakan pulley yang terletak pada daerah belakang dari sistem conveyor.

Dimana pulley ini merupakan tempat jatuhnya material untuk dibawa ke bagian

depan dari conveyor. Konstruksinya sama dengan head pulley, namun tidak

dilengkapi penggerak.

4. Carrying roller

Merupakan roller pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa

muatan. Berfungsi sebagai penumpu belt dan sebagai landasan luncur yang

dipasang dengan jarak tertentu agar belt tidak meluncur ke bawah.

Gambar carrying roller

Page 6: Belt conveyor

5. Return roller

Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang tidak

bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram.

Gambar Return roller

6. Drive (penggerak)

Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC. Sistem penggerak ini biasanya

terdiri dari motor listik , transmisi, dan rem.

7. Take-up pulley

Perangkat yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan

pada belt pada start awal.

8. Snub pulley

Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive pulley.

9. Chute/ hopper

Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang conveyor belt

untuk memuat dan mencurahkan material.

10. Skirt rubber

Page 7: Belt conveyor

Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban

berjalan pada saat muat.

Gambar Skirt Rubber

11. Chip cleaner

Berfungsi sebagai pembersih material yang terbawa oleh belt conveyor setelah

dicurahkan.

Gambar chip cleaner

2.2.2 Sistem Kerja Belt Conveyor

Bahan dihisap oleh unloader dari kapal dan bahan akan jatuh ke belt

conveyor, kemudian belt conveyor akan mengirim bahan ke stasiun

penampungan. Belt diletakkan di atas pulley yang digerakkan oleh motor

Page 8: Belt conveyor

penggerak. Pulley bergerak akibat adanya putaran yang ditransmisikan oleh motor

penggerak.

Gambar Sistem kerja belt conveyor

Belt conveyor mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan

atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan setelah sampai di head

material ditumpahkan akibat belt berbalik arah.

2.2.3 Belt

Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan

meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak

dengan teratur.

Belt dapat dibuat dari :

1. Textile terdiri dari : camel hair, cotton (woven atau sewed), duck cotton, dan

rubberized textile belt

2. strip baja, dan atau

Page 9: Belt conveyor

3. kawat baja (woven-mesh steel wire).

Kekuatan belt conveyor bukan dilihat berdasarkan ketebalannya melainkan

pada jumlah lapisan penguat (ply) dan tegangan tarik per ply (tensile strenght).

Ditinjau dari struktur lapisan penguatnya, belt conveyor dibagi dalam dua

jenis yaitu :

1. Fabric belt

Belt dengan penguat jenis fabric adalah belt dengan lapisan penguat (ply) yang

terbuat dari serat tekstil (serat buatan). Lapisan penguat tersebut biasanya

disebut Carcass. Carcass terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :

a. Nylon atau polymide (NN)

b. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen

c. Cotton

d. Vinylon fabric (VN)

e. Polyvinil (KN)

f. Aramide fiber

Fabric merupakan rajutan yang terdiri dari serat memanjang (WRAP) dan serat

pengisi dengan arah melintang (WEFT). Jenis rajutan yang sering dipakai pada

fabric belt adalah plain weave.

Gambar Arah WEFT dan WRAP

Page 10: Belt conveyor

Gambar 2.11 Struktur fabric belt

2. Steel cord

Steel cord adalah belt yang lapisan penguatnya terbuat dari serat baja yang

galvanizing. Tujuan galvanizing adalah untuk mencegah terjadinya karat pada

kawat akibat adanya rembesan air atau udara. Steel cord belt biasanya

digunakan pada conveyor yang membawa beban berat. Pada belt jenis steel

cord ini tidak terdapat lapisan penguat (ply). Yang ada hanya batangan kawat

sling yang dirajut sedemikian rupa sehingga membentuk suatu anyaman kawat

baja. Berikut dapat dilihat konstruksi dari steel cord belt pada gambar berikut

di bawah ini

Page 11: Belt conveyor

Gambar Struktur steel cord belt

Belt conveyor terdiri dari beberapa bagian penting antara lain:

1. Cover rubber \

Cover rubber adalah lapisan karet sintetis yang mempunyai elastisitan

tinggi dan tahan gesek. Cover rubber berfungsi untuk melindungi lapisan penguat

dari curahan, gesekan dan benturan material pada saat loading (pemuatan) agar

ply tidak sobek atau rusak. Alasan penggunaan karet adalah untuk melindungi ply

karena karet memiliki elastisitas tinggi dan tahan gesek, namun karet tidak

memiliki tegangan tarik yang baik. Sedangkan lapisan ply tidak tahan terhadap

gesekan dan benturan namun memiliki tegangan tarik yang baik. Penentuan

pemakaian jenis Grade Cover Rubber adalah berdasarkan kondisi operasi dan

jenis material yang dibawa. Selain itu ada jenis cover rubber sintetis, antara lain :

1. SBR : Styrene Butadiene Rubber, untuk membawa material panas mulai dari

temperatur 100 oC

2. ABR : Acrylonitrile Butadiene Rubber, untuk membawa material yang

mengandung minyak dan bahan kimia (oil resistant)

3. NEOPRENE : dipakai pada tambang bawah tanah (flame/Fire Resistant

conveyor Belting)

Cover rubber terdiri atas dua bagian, yaitu :

a. Top cover

Top cover adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan material. Top

cover biasanya disebut Carry cover (lapisan pembawa). Top cover selalu

Page 12: Belt conveyor

menghadap keatas dan lebih tebal daripada bottom cover. Pada operasi normal,

top cover akan lebih cepat rusak daripada bottom cover karena top cover

langsung mengalami benturan dan gesekan pada saat material dimuat. Tebal

dari top cover adalah 1 mm s/d 8 mm untuk Fabric belt dan 5 mm s/d 18 mm

untuk Steel cord belt.

b. Bottom Cover

Bottom cover adalah karet lapisan bawah yang berhadapan langsung

dengan pully dan roller pembalik (Return Roller). Bottom cover seringjuga

disebut dengan pully cover. Pada umumnya bottom cover lebih tipis dari pada

top cover, karena bottom cover tidak bersentuhan langsung dengan material.

Tebal Bottom cover adalah 1 mm s/d 4 mm untuk fabric belt dan 2 mm s/d 8

mm untuk steel cord belt.

2. Tie rubber

Tie Rubber adalah lapisan karet diantara ply. Tie rubber juga sering

disebut Tie gum atau Skim rubber. Tie rubber berfungsi untuk melekatkan ply

satu dengan yang lainnya pada fabric belt, dan melekatkan sling baja dengan

cover rubber pada steel cord belt.

Tebal tie rubber adalah :

Untuk fabric belt 0.5 mm s/d 1 mm dan

Untuk steel cord belt 2 mm.

Tie rubber tidak tahan benturan dan gesekan. Spesifikasi tie rubber yang

umum digunakan untuk belt conveyor adalah sebagai berikut:

Tensile strange : 250 Kg/m2

Page 13: Belt conveyor

Elongation : 500%

Abrasion : 110 m3

3. Reinforcement – lapisan penguat (ply)

Reinforcement adalah lapisan penguat untuk belt conveyor itu sendiri.

Kekuatan atau tegangan pada belt tergantung lapisan penguat yang dipakai. Pada

umumnya lapisan penguat terbuat dari serat (carccas) dan sling baja (steel cord).

Lapisan penguat untuk fabric belt terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu :

1. Nylon atau polyamide (NN)

2. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen

3. Cotton

4. Vinylon fabric (VN)

5. Polyvinil (KN)

6. Aramide fiber

Sedangkan untuk steel cord belt lapisan penguatnya hanya terdiri dari satu

jenis saja, yaitu kawat sling baja. Disamping jenis lapisan penguat yang telah

disebut di atas, terdapat juga konstruksi khusus yang dirancang untuk melindungi

lapisan penguat dari sobek yang memanjang. Lapisan ini disebut dengan Rip

Guard.

Ada beberapa konstruksi dari Rip Guard, yaitu :

1. Belt fabric dengan carcass di dalam top cover yang disusun melintang

2. Nylon cord yang disusun melintang pada top cover

3. Nylon cord yang disusun melintang pada top dan bottom cover

Page 14: Belt conveyor

Gambar Lapisan belt

2.2.4 Kekuatan Belt

2.2.4.1 Kekuatan Tarik Belt (Tensile strength)

Tensile strength adalah kekuatan tegangan tarik suatu belt conveyor yang

dinyatakan dalam Kg/cm/ply. Kekuatan tarik suatu belt tergantung dari jumlah ply

yang di gunakan. Contoh pembacaan tegangan tarik pada sebuah belt :

1. NN-50 x 4 P (fabric)

NN-50 = kekuatan per ply jenis Nylon tersebut adalah 50Kg/cm/ply. Total

kekuatan tarik pada belt tersebut adalah 50Kg/cm/ply x 4 ply = 200Kg/cm

2. EP-500 / 4 (fabric)

Adalah kekuatan tarik total per ply jenis polyester / polyamide. Sehinga

kekuatan tarik per ply adalah : 500Kg/cm : 4 ply = 125 Kg/cm/ply

3. 4-EP 125

Angka 4 menunjukan jumlah ply, sedangkan angka 125 menyatakan tegangan

tarik dalam Kg/cm/ply. Jadi total dari tegangan tarik adalah 4 x 125 = 500

Kg/cm.

Page 15: Belt conveyor

4. Selain itu untuk steel cord contoh pembacaan tegangan tarik adalah ST-

2500. Yang artinya Tensile strength = 2500 Kg/cm. pada steel cord tidak

terdapat ply, yang dipakai adalah unit sling baja.

Besarnya tarikan belt pada tiap titik dapat dihitung dengan rumus (Zainuri,

2006):

Titik 1 (S1) = belt meninggalkan pulley pengerak

Titik 2 (S2) = S1 + W1,2 (belt mendekati tail pulley)

Titik 3 (S3) = 1.07 × S2 (belt meninggalkan tail pulley)

Titik 4 (S4) = S3 + W3,4 + Wpl (belt mendekati pulley pengerak)

Dari hukum Euler, belt tidak akan slip pada pulley jika :

St ≤ Ssl eμα

St adalah tegangan keras

Ssl adalah tegangan kendor

e adalah bilangan logaritma dasar, e ≈ 2.718

α adalah sudut sentuh belt pada pulley = 210 o, radian ( 1rad ≈ 57.3 o)

2.2.4.2 Pembacaan dan penulisan spesifikasi fabric belt

Pembacaan dan penulisan spesifikasi belt conveyor harus diusahakan

sejelas mungkin. Karena pembacaan yang tidak jelas akan mengakibatkan

kesalahan dalam pemakaian jenis belt conveyor dan akan memberikan data yang

tidak akurat, baik untuk penggantian belt barumaupun penyambungan. Pembacaan

dan penulisan spesifikasi belt conveyor yang benar adalah :

Page 16: Belt conveyor

1. Pembacaan spesifikasi fabric belt

Spesifikasi Fabric Belt 200 m RMA-2 NN-150 900 x 4P x 6 x 2 mm

Pembacaan

200 m : panjang belt

RMA-2 : Grade cover rubber

NN-150 : Tensile Strength 150 Kg/cm/ply

900 : Lebar belt

4P : jumlah ply = 4

6 mm : tebal top cover = 6

2 mm : tebal bottom cover = 2

2. Pembacaan spesifikasi steel cord

Spesifikasi steel cord 1000 m DIN-M ST-3150 1600 x DIA. 7 x 101 x 12 x 6 mm

Pembacaan

1000 m : Penjang belt = 1000 m

DIN-M : Grade cover Rubber

ST-3150 : Tensile strength = 3150 Kg/cm

1600 : Lebar belt = 1600 mm

DIA. 7 : Diameter kawat sling = 7 mm/Pcs

101 Pcs : Terdapat 101 buah sling berjejer selebar belt disusun dengan jarak titk

sumbu (pitch) yang sama

12 mm : tebal top cover = 12 mm

6 mm : tebal bottom cover = 6 mm

2.2.4.3 Penentuan jumlah ply

Page 17: Belt conveyor

Pemikiran awam untuk menghadapi masalah belt yang sering putus adalah

dengan menambah jumlah ply, tanpa mempertimbangkan stress yang akan terjadi

pada saat belt berjalan melewati pully (pada titik momen) yang akan berakibat

fatal. Disamping factor stress, belt akan berjalan mengambang tidak duduk

dengan baik diatas roller. Karena denganpenambahan jumlah ply, maka akan

menambah kekakuan belt secara keseluruhan. Jumlah minimum ply ditentukan

oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Kapasitas

2. Lebar belt conveyor

3. Jenis carccas

4. Diameter pully

Jumlah ply yang banyak mengharuskan pemakaian diameter pully yang

besar untuk menjaga fleksibilitas belt conveyor. Hubungan antara jenis carccas

dan jumlah ply dengan diameter pulley yang di sarankan dapat dilihat di bawah ini

Gambar Hubungan diameter pulley dengan jumlah ply

: 2.2.4.4 Nilai mulur (Elongation)

Belt conveyor akan mengalami mulur sewaktu beroperasi sebagai akibat

dari sifat serat dan stress yang dialaminya. Mulur adalah pertambahan panjang

Page 18: Belt conveyor

belt dari panjang semula. Dalam pemilihan jenis reinforcement, yang harus di

perhatikan adalah jumlah kemuluran yang akan terjadi pada waktu belt beroperasi

beberapa saat. Nilai mulur dapat di pakai sebagai pedoman dalam menentukan

posisi take-up (counter weight), agar posisi counter weight tidak menyentuh tanah

dalam waktu singkat. Pemilihan nilai mulur yang tidak tepat dapat menyebabkan

penyambungan berulang-ulang karena counter weight menyentuh tanah, sehingga

menyebabkan jadwal produksi menjadi terganggu. Besar nilai mulur pada belt

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel2.1 Perbandingan nilai mulur belt conveyor

Belt type Take-Up (%) c-c Elongation Distance Elastic Permanent

Steel cord (ST) 0.1 – 0.2 0.03 – 0.06 0.08 – 0.13

Nylon fabric (NN) 1.5 – 2.5 0.30 – 0.60 1.30 – 1.80

Vynylon fabric (VN) 0.7 – 1.1 0.20 – 0.30 0.50 – 0.80

Polyester fabric (EP) 1.0 – 1.5 0.20 – 0.50 0.50 – 1.00

Pada tabel diatas diperlihatkan perbandingan nilai mulur dari berbagai jenis

reinforcement yang umumnya dipakai dalam belt conveyor. Nilai mulur dinyatakan

dalam % dari jarak center – to – center conveyor (pully depan ke pully belakang).

Nilai mulur elastic adalah nilai mulur yang akan terjadi pada saat belt start atau

beroperasi. Disamping itu juga belt mengalami mulur permanent. Perhitungan mulur

dari sebuah belt conveyor dapat dihitung sebagai berikut:

Nilai mulur belt = L(c-to-c) x M(max)/ 100 ……………………………….(lit. 7)

Dimana : L = panjang belt

M = nilai mulur permanen

Page 19: Belt conveyor

2.5 Metode Penyambungan belt

Belt conveyor adalah salah satu komponen dari belt conveyor sistem yang

berfungsi untuk membawa material dan meneruskan gaya putar. Di pilihnya belt

conveyor system sebagai sarana transportasi material adalah karena tuntutan untuk

meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan juga kebutuhan

optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja. Keuntungan dari

penggunaan belt conveyor adalah:

1. Menurunkan biaya produksi pada saat memindahkan material

2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap

sesuai dengan keinginan

3. Membutuhkan sedikit ruang

4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan material

5. Menurunkan polusi udara

Oleh karena belt adalah merupakan salah satu komponen utama, maka

sangat diperlukan perawatan khusus pada bagian tersebut. Salah satunya

adalahbagaimana cara melakukan penyambungan belt jika terjadi kerusakan pada

saat operasi/ produksi sedang berlangsung.

2.5.1 Jenis Penyambungan Belt

Penyambungan belt conveyor adalah proses menyatukan dua sisi belt,

sehingga belt dapat digunakan sebagai alat tranportasi produk. Pada

penyambungan belt conveyor terdapat dua jenis (Metode) penyambungan, yaitu :

a. Penyambungan mekanis (Mechanical Joint)

Page 20: Belt conveyor

Penyambungan mekanis adalah penyambungan yang terdiri dari bahan baja

berbentuk engsel untuk menghubungkan kedua bagian belt. Penyambungan ini

digunakan hanya dalam keadaan darurat saja. Pada saat belt tiba-tiba putus saat

beroperasi dan perusahan dalam keadaan kejar produksi(Shipping). Karena

penyambungan mekanis ini sifatnya hanya sementara.

Keuntungan dari mechanical joint :

1. Cepat dalam penyambungan

2. Investasi awal sedikit, karena hanya perlu tool portable

3. Pergeseran take up sedikit karena panjang belt berkurang sedikit

Kerugian dari mechanical joint :

1. Kekuatannya berkurang

2. Pada ujung potongan terbuka. Sehingga carccas lembab dan dapat

merusak carccas

3. Permukaan sambungan biasanya tidak rata sehingga belt cleaner tidak

berfungsi efektif

4. Material halus dapat lolos ke bawah melalui celah sambungan

5. Untuk material yang panas, splice dapat merambatkan panas ke carccas,

sehingga carccas rapuh setempat

Cara penyambungan mechanical joint adalah ; belt ditempatkan berhadapan

dengan potongan lurus yang tegak lurus terhadap garis tenah belt, selanjutnya

dilakukan pelubangan belt untuk memasang boltsplice dan terakhir dilakukan

pemasangan aligator / mechanical splice dengan menggunakan bolt.

Page 21: Belt conveyor

b. Penyambungan tak berujung (Endles splicing)

Penyambungan tak berujung adalah penyambungan yang dilakukan dengan

menyatukan/melekatkan lapisan penguat dengan proses vulkanisasi. Hasil dari

penyambungan ini tidak menonjol melebihi permukaan belt conveyor. Apabila

proses penyambungan dilakukan dengan sempurna maka hasil penyambungan

tidak akan terlihat.

Keuntungan yang didapat dari dari penyambungan tak berujung ini, antara lain:

1. Menghemat belt

2. Tidak terdapat material yang tertumpah, sehingga kapasitas produksi tidak

berkurang.

3. Tidak merusak pully dan roller

4. Tidak merusak system screape

Penyambungan tak berujung ini mempunyai dua jenis penyambungan, yaitu:

1. Penyambungan panas (Hot splicing)

Penyambungan panas adalah proses penyambungan belt conveyor dengan

proses vulkanisasi pada prosesnya menggunakan alat pemanas yang disebut

heating solution.

2. Penyambungan dingin (cold Splicing)

Penyambungan dengan sistim dingin adalah proses penyambungan belt

conveyor yang proses vulkanisasinya dengan cara kimiawi. Yaitu dengan

menggunakan lem yang menyatu dengan karet.

Page 22: Belt conveyor

Penyambungan sistem dingin dan sistem panas adalah penyambungan yang

mengalami proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses konversi bentuk karet

dari bentuk plastis menjadi elastis karena reaksi kimia.

Vulkanisasi akan terjadi apabila ada :

1. Kimia, yaitu Sulfur dan Accelelator

2. Temperatur

3. Tekanan

Pada Vulkanisasi panas

1. Kimia : Terdapat didalam karet dan lem

2. Temperature : 140 s/d 170 oC

3. Tekanan: 5 kg/cm2 s/d 12 kg/cm2

Sedangkan pada Vulkanisasi dingin adalah:

1. Kimia, sulfur, accelelator terpisah. Sulfir terdapat di dalam lem dan bonding

layer

2. Temperature : Temperatur ruang

3. Tekanan : Tenaga manusia

Penyambungan sistem dingin adalah penyambungan paling ekonomis,

efisien dan praktis serta memiliki kekuatan/ketahanan yang sama dengan sistem

panas. Apabila penyambungan dilakukan dengan sempurna, maka belt tersebut

tidak akan pernah putus pada sambungan. Sambungan akan terputus dan terlepas

apabila :

1. Apabila ada lapisan penguat yang terpotong pada saat penyambungan karena

pemakaian pisau yang tidak tepat atau tersodok alat pemisah ply.

Page 23: Belt conveyor

2. Sambungan lem tertutup pada saat lem masih basah atau pada saat sebagian lem

sudah kering.

3. Kurang rapatnya cover strip, sehingga ada material yang masuk kedalam

sambungan.

4. Waktu vulkanisasi terlalu lama.

5. Kurang control pada saat melakukan roll, ada udara yang terjebak

6. Penempatan cover strip yang menonjol.

Pada belt conveyor dengan 1 ply, biasanya penyambungan dilakukan dengan

Finger Joint dan cara Tip-Top. Sedangkan untuk penyambungan steel cord belt

hanya dapat digunakan dengan system panas (Hot Splicing). Terdapat beberapa

metode yang dipakai dalampenyambungan steel cord belt yaitu : Metode 1

step, metode 2 step, metode 3 step,metode 4 step danmetode 5 step.

Gambar Metode step steel cord belt

2.5.2 Beban yang dialami Sambungan Belt

2.5.2.1 Kekuatan Tarik Sambungan

Menurut Niemann, 1986 dalam bukunya Elemen Mesin menerangkan

bahwa besarnya gaya tarik yang dialami oleh sambungan perekat tergantung

kepada panjangnya belt yang direkatkan. Dalam hal ini besarnya gaya tarik yang

dialami oleh sambungan dapat dihitung dengan rumus :

F = b × Ls × τizin

Page 24: Belt conveyor

Dimana : F = gaya tarik belt

b = panjang belt yang direkatkan

Ls = panjang langkah penyambungan

τizin = tegangan tarik izin

Besarnya panjang langkah penyambungan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Panjang langkah carccas

Konstruksi carcass Panjang langkah (mm)

EP 250/5

EP 200/2

100

EP 500/4

EP 300/3

EP 400/3

EP 250/2

PNN 300/3

NH 300/3

150

EP 630/4

NN 630/4

200

EP 630/3 250

EP 1250/4 350

Page 25: Belt conveyor