Belt conveyor
-
Upload
icanaliican -
Category
Documents
-
view
13.451 -
download
13
Transcript of Belt conveyor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belt Conveyor
Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit
load) maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus atau sudut inkliinasi
terbatas. Belt conveyor secara intensif digunakan di setiap cabang industri. Pada
industri pupuk digunakan untuk membawa dan mendistribusikan pupuk.
Dipilihnya belt conveyor sistem sebagai sarana transportasi pupuk adalah
karena tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi
dan juga kebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja.
Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah :
1. Menurunkan biaya produksi saat memindahkan pupuk
2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap
3. Membutuhkan sedikit ruang
4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan pupuk
5. Menurunkan polusi udara
Belt conveyor mempunyai kapasitas yang besar (500 sampai 5000 m3/ jam
atau lebih), kemampuan untuk memindahkan bahan dalam jarak (500 sampai 1000
meter atau lebih). Pemeliharaan dan operasi yang mudah telah menjadikan belt
conveyor secara luas digunakan sebagai mesin pemindah bahan.
Berdasarkan perencanaan, belt conveyor dapat dibedakan sebagai
1. Stationary conveyor
2. Portable (mobile) conveyor
Berdasarkan lintasan gerak belt conveyor diklassifikasikan sebagai :
1. Horizontal
2. Inklinasi dan
3. Kombinasi horizontal-inklinasi
Gambar Lintasan belt
Pada umumnya belt conveyor terdiri dari : kerangka (frame), dua buah
pulley yaitu pulley penggerak (driving pulley) pada head end dan pulley pembalik
( take-up pulley) pada tail end, sabuk lingkar (endless belt), Idler roller atas dan
Idler roller bawah, unit penggerak, cawan pengisi (feed hopper) yang dipasang di
atas conveyor, saluran buang (discharge spout), dan pembersih belt (belt cleaner)
yang biasanya dipasang dekat head pulley.
Keterangan :
1. Frame 6. Lower pulley
2. Drive pulley 7. Drive unit
3. Take up pulley 8. Feed hopper
4. Endless belt 9. Discharge
5. Upper pulley 10. Cleaner
Gambar Konstruksi belt conveyor
2.2.1 Komponen utama Belt Conveyor
Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar Komponen belt conveyor
1. Belt
Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan
gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak dengan
teratur.
2. Head pulley
Head pulley pada belt conveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak
dari sistem BC. Pada head pulley dipasang sistem penggerak untuk
menggerakkan belt conveyor. Head pulley juga dapat dikatakan sebagai titik
dimana material akan dicurahkan untuk dikirim ke BC selanjutnya.
Gambar Head Pulley
3. Tail pulley
Merupakan pulley yang terletak pada daerah belakang dari sistem conveyor.
Dimana pulley ini merupakan tempat jatuhnya material untuk dibawa ke bagian
depan dari conveyor. Konstruksinya sama dengan head pulley, namun tidak
dilengkapi penggerak.
4. Carrying roller
Merupakan roller pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa
muatan. Berfungsi sebagai penumpu belt dan sebagai landasan luncur yang
dipasang dengan jarak tertentu agar belt tidak meluncur ke bawah.
Gambar carrying roller
5. Return roller
Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang tidak
bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram.
Gambar Return roller
6. Drive (penggerak)
Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC. Sistem penggerak ini biasanya
terdiri dari motor listik , transmisi, dan rem.
7. Take-up pulley
Perangkat yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan
pada belt pada start awal.
8. Snub pulley
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive pulley.
9. Chute/ hopper
Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang conveyor belt
untuk memuat dan mencurahkan material.
10. Skirt rubber
Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban
berjalan pada saat muat.
Gambar Skirt Rubber
11. Chip cleaner
Berfungsi sebagai pembersih material yang terbawa oleh belt conveyor setelah
dicurahkan.
Gambar chip cleaner
2.2.2 Sistem Kerja Belt Conveyor
Bahan dihisap oleh unloader dari kapal dan bahan akan jatuh ke belt
conveyor, kemudian belt conveyor akan mengirim bahan ke stasiun
penampungan. Belt diletakkan di atas pulley yang digerakkan oleh motor
penggerak. Pulley bergerak akibat adanya putaran yang ditransmisikan oleh motor
penggerak.
Gambar Sistem kerja belt conveyor
Belt conveyor mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan
atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan setelah sampai di head
material ditumpahkan akibat belt berbalik arah.
2.2.3 Belt
Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan
meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak
dengan teratur.
Belt dapat dibuat dari :
1. Textile terdiri dari : camel hair, cotton (woven atau sewed), duck cotton, dan
rubberized textile belt
2. strip baja, dan atau
3. kawat baja (woven-mesh steel wire).
Kekuatan belt conveyor bukan dilihat berdasarkan ketebalannya melainkan
pada jumlah lapisan penguat (ply) dan tegangan tarik per ply (tensile strenght).
Ditinjau dari struktur lapisan penguatnya, belt conveyor dibagi dalam dua
jenis yaitu :
1. Fabric belt
Belt dengan penguat jenis fabric adalah belt dengan lapisan penguat (ply) yang
terbuat dari serat tekstil (serat buatan). Lapisan penguat tersebut biasanya
disebut Carcass. Carcass terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
a. Nylon atau polymide (NN)
b. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen
c. Cotton
d. Vinylon fabric (VN)
e. Polyvinil (KN)
f. Aramide fiber
Fabric merupakan rajutan yang terdiri dari serat memanjang (WRAP) dan serat
pengisi dengan arah melintang (WEFT). Jenis rajutan yang sering dipakai pada
fabric belt adalah plain weave.
Gambar Arah WEFT dan WRAP
Gambar 2.11 Struktur fabric belt
2. Steel cord
Steel cord adalah belt yang lapisan penguatnya terbuat dari serat baja yang
galvanizing. Tujuan galvanizing adalah untuk mencegah terjadinya karat pada
kawat akibat adanya rembesan air atau udara. Steel cord belt biasanya
digunakan pada conveyor yang membawa beban berat. Pada belt jenis steel
cord ini tidak terdapat lapisan penguat (ply). Yang ada hanya batangan kawat
sling yang dirajut sedemikian rupa sehingga membentuk suatu anyaman kawat
baja. Berikut dapat dilihat konstruksi dari steel cord belt pada gambar berikut
di bawah ini
Gambar Struktur steel cord belt
Belt conveyor terdiri dari beberapa bagian penting antara lain:
1. Cover rubber \
Cover rubber adalah lapisan karet sintetis yang mempunyai elastisitan
tinggi dan tahan gesek. Cover rubber berfungsi untuk melindungi lapisan penguat
dari curahan, gesekan dan benturan material pada saat loading (pemuatan) agar
ply tidak sobek atau rusak. Alasan penggunaan karet adalah untuk melindungi ply
karena karet memiliki elastisitas tinggi dan tahan gesek, namun karet tidak
memiliki tegangan tarik yang baik. Sedangkan lapisan ply tidak tahan terhadap
gesekan dan benturan namun memiliki tegangan tarik yang baik. Penentuan
pemakaian jenis Grade Cover Rubber adalah berdasarkan kondisi operasi dan
jenis material yang dibawa. Selain itu ada jenis cover rubber sintetis, antara lain :
1. SBR : Styrene Butadiene Rubber, untuk membawa material panas mulai dari
temperatur 100 oC
2. ABR : Acrylonitrile Butadiene Rubber, untuk membawa material yang
mengandung minyak dan bahan kimia (oil resistant)
3. NEOPRENE : dipakai pada tambang bawah tanah (flame/Fire Resistant
conveyor Belting)
Cover rubber terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Top cover
Top cover adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan material. Top
cover biasanya disebut Carry cover (lapisan pembawa). Top cover selalu
menghadap keatas dan lebih tebal daripada bottom cover. Pada operasi normal,
top cover akan lebih cepat rusak daripada bottom cover karena top cover
langsung mengalami benturan dan gesekan pada saat material dimuat. Tebal
dari top cover adalah 1 mm s/d 8 mm untuk Fabric belt dan 5 mm s/d 18 mm
untuk Steel cord belt.
b. Bottom Cover
Bottom cover adalah karet lapisan bawah yang berhadapan langsung
dengan pully dan roller pembalik (Return Roller). Bottom cover seringjuga
disebut dengan pully cover. Pada umumnya bottom cover lebih tipis dari pada
top cover, karena bottom cover tidak bersentuhan langsung dengan material.
Tebal Bottom cover adalah 1 mm s/d 4 mm untuk fabric belt dan 2 mm s/d 8
mm untuk steel cord belt.
2. Tie rubber
Tie Rubber adalah lapisan karet diantara ply. Tie rubber juga sering
disebut Tie gum atau Skim rubber. Tie rubber berfungsi untuk melekatkan ply
satu dengan yang lainnya pada fabric belt, dan melekatkan sling baja dengan
cover rubber pada steel cord belt.
Tebal tie rubber adalah :
Untuk fabric belt 0.5 mm s/d 1 mm dan
Untuk steel cord belt 2 mm.
Tie rubber tidak tahan benturan dan gesekan. Spesifikasi tie rubber yang
umum digunakan untuk belt conveyor adalah sebagai berikut:
Tensile strange : 250 Kg/m2
Elongation : 500%
Abrasion : 110 m3
3. Reinforcement – lapisan penguat (ply)
Reinforcement adalah lapisan penguat untuk belt conveyor itu sendiri.
Kekuatan atau tegangan pada belt tergantung lapisan penguat yang dipakai. Pada
umumnya lapisan penguat terbuat dari serat (carccas) dan sling baja (steel cord).
Lapisan penguat untuk fabric belt terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu :
1. Nylon atau polyamide (NN)
2. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen
3. Cotton
4. Vinylon fabric (VN)
5. Polyvinil (KN)
6. Aramide fiber
Sedangkan untuk steel cord belt lapisan penguatnya hanya terdiri dari satu
jenis saja, yaitu kawat sling baja. Disamping jenis lapisan penguat yang telah
disebut di atas, terdapat juga konstruksi khusus yang dirancang untuk melindungi
lapisan penguat dari sobek yang memanjang. Lapisan ini disebut dengan Rip
Guard.
Ada beberapa konstruksi dari Rip Guard, yaitu :
1. Belt fabric dengan carcass di dalam top cover yang disusun melintang
2. Nylon cord yang disusun melintang pada top cover
3. Nylon cord yang disusun melintang pada top dan bottom cover
Gambar Lapisan belt
2.2.4 Kekuatan Belt
2.2.4.1 Kekuatan Tarik Belt (Tensile strength)
Tensile strength adalah kekuatan tegangan tarik suatu belt conveyor yang
dinyatakan dalam Kg/cm/ply. Kekuatan tarik suatu belt tergantung dari jumlah ply
yang di gunakan. Contoh pembacaan tegangan tarik pada sebuah belt :
1. NN-50 x 4 P (fabric)
NN-50 = kekuatan per ply jenis Nylon tersebut adalah 50Kg/cm/ply. Total
kekuatan tarik pada belt tersebut adalah 50Kg/cm/ply x 4 ply = 200Kg/cm
2. EP-500 / 4 (fabric)
Adalah kekuatan tarik total per ply jenis polyester / polyamide. Sehinga
kekuatan tarik per ply adalah : 500Kg/cm : 4 ply = 125 Kg/cm/ply
3. 4-EP 125
Angka 4 menunjukan jumlah ply, sedangkan angka 125 menyatakan tegangan
tarik dalam Kg/cm/ply. Jadi total dari tegangan tarik adalah 4 x 125 = 500
Kg/cm.
4. Selain itu untuk steel cord contoh pembacaan tegangan tarik adalah ST-
2500. Yang artinya Tensile strength = 2500 Kg/cm. pada steel cord tidak
terdapat ply, yang dipakai adalah unit sling baja.
Besarnya tarikan belt pada tiap titik dapat dihitung dengan rumus (Zainuri,
2006):
Titik 1 (S1) = belt meninggalkan pulley pengerak
Titik 2 (S2) = S1 + W1,2 (belt mendekati tail pulley)
Titik 3 (S3) = 1.07 × S2 (belt meninggalkan tail pulley)
Titik 4 (S4) = S3 + W3,4 + Wpl (belt mendekati pulley pengerak)
Dari hukum Euler, belt tidak akan slip pada pulley jika :
St ≤ Ssl eμα
St adalah tegangan keras
Ssl adalah tegangan kendor
e adalah bilangan logaritma dasar, e ≈ 2.718
α adalah sudut sentuh belt pada pulley = 210 o, radian ( 1rad ≈ 57.3 o)
2.2.4.2 Pembacaan dan penulisan spesifikasi fabric belt
Pembacaan dan penulisan spesifikasi belt conveyor harus diusahakan
sejelas mungkin. Karena pembacaan yang tidak jelas akan mengakibatkan
kesalahan dalam pemakaian jenis belt conveyor dan akan memberikan data yang
tidak akurat, baik untuk penggantian belt barumaupun penyambungan. Pembacaan
dan penulisan spesifikasi belt conveyor yang benar adalah :
1. Pembacaan spesifikasi fabric belt
Spesifikasi Fabric Belt 200 m RMA-2 NN-150 900 x 4P x 6 x 2 mm
Pembacaan
200 m : panjang belt
RMA-2 : Grade cover rubber
NN-150 : Tensile Strength 150 Kg/cm/ply
900 : Lebar belt
4P : jumlah ply = 4
6 mm : tebal top cover = 6
2 mm : tebal bottom cover = 2
2. Pembacaan spesifikasi steel cord
Spesifikasi steel cord 1000 m DIN-M ST-3150 1600 x DIA. 7 x 101 x 12 x 6 mm
Pembacaan
1000 m : Penjang belt = 1000 m
DIN-M : Grade cover Rubber
ST-3150 : Tensile strength = 3150 Kg/cm
1600 : Lebar belt = 1600 mm
DIA. 7 : Diameter kawat sling = 7 mm/Pcs
101 Pcs : Terdapat 101 buah sling berjejer selebar belt disusun dengan jarak titk
sumbu (pitch) yang sama
12 mm : tebal top cover = 12 mm
6 mm : tebal bottom cover = 6 mm
2.2.4.3 Penentuan jumlah ply
Pemikiran awam untuk menghadapi masalah belt yang sering putus adalah
dengan menambah jumlah ply, tanpa mempertimbangkan stress yang akan terjadi
pada saat belt berjalan melewati pully (pada titik momen) yang akan berakibat
fatal. Disamping factor stress, belt akan berjalan mengambang tidak duduk
dengan baik diatas roller. Karena denganpenambahan jumlah ply, maka akan
menambah kekakuan belt secara keseluruhan. Jumlah minimum ply ditentukan
oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Kapasitas
2. Lebar belt conveyor
3. Jenis carccas
4. Diameter pully
Jumlah ply yang banyak mengharuskan pemakaian diameter pully yang
besar untuk menjaga fleksibilitas belt conveyor. Hubungan antara jenis carccas
dan jumlah ply dengan diameter pulley yang di sarankan dapat dilihat di bawah ini
Gambar Hubungan diameter pulley dengan jumlah ply
: 2.2.4.4 Nilai mulur (Elongation)
Belt conveyor akan mengalami mulur sewaktu beroperasi sebagai akibat
dari sifat serat dan stress yang dialaminya. Mulur adalah pertambahan panjang
belt dari panjang semula. Dalam pemilihan jenis reinforcement, yang harus di
perhatikan adalah jumlah kemuluran yang akan terjadi pada waktu belt beroperasi
beberapa saat. Nilai mulur dapat di pakai sebagai pedoman dalam menentukan
posisi take-up (counter weight), agar posisi counter weight tidak menyentuh tanah
dalam waktu singkat. Pemilihan nilai mulur yang tidak tepat dapat menyebabkan
penyambungan berulang-ulang karena counter weight menyentuh tanah, sehingga
menyebabkan jadwal produksi menjadi terganggu. Besar nilai mulur pada belt
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel2.1 Perbandingan nilai mulur belt conveyor
Belt type Take-Up (%) c-c Elongation Distance Elastic Permanent
Steel cord (ST) 0.1 – 0.2 0.03 – 0.06 0.08 – 0.13
Nylon fabric (NN) 1.5 – 2.5 0.30 – 0.60 1.30 – 1.80
Vynylon fabric (VN) 0.7 – 1.1 0.20 – 0.30 0.50 – 0.80
Polyester fabric (EP) 1.0 – 1.5 0.20 – 0.50 0.50 – 1.00
Pada tabel diatas diperlihatkan perbandingan nilai mulur dari berbagai jenis
reinforcement yang umumnya dipakai dalam belt conveyor. Nilai mulur dinyatakan
dalam % dari jarak center – to – center conveyor (pully depan ke pully belakang).
Nilai mulur elastic adalah nilai mulur yang akan terjadi pada saat belt start atau
beroperasi. Disamping itu juga belt mengalami mulur permanent. Perhitungan mulur
dari sebuah belt conveyor dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai mulur belt = L(c-to-c) x M(max)/ 100 ……………………………….(lit. 7)
Dimana : L = panjang belt
M = nilai mulur permanen
2.5 Metode Penyambungan belt
Belt conveyor adalah salah satu komponen dari belt conveyor sistem yang
berfungsi untuk membawa material dan meneruskan gaya putar. Di pilihnya belt
conveyor system sebagai sarana transportasi material adalah karena tuntutan untuk
meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan juga kebutuhan
optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja. Keuntungan dari
penggunaan belt conveyor adalah:
1. Menurunkan biaya produksi pada saat memindahkan material
2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap
sesuai dengan keinginan
3. Membutuhkan sedikit ruang
4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan material
5. Menurunkan polusi udara
Oleh karena belt adalah merupakan salah satu komponen utama, maka
sangat diperlukan perawatan khusus pada bagian tersebut. Salah satunya
adalahbagaimana cara melakukan penyambungan belt jika terjadi kerusakan pada
saat operasi/ produksi sedang berlangsung.
2.5.1 Jenis Penyambungan Belt
Penyambungan belt conveyor adalah proses menyatukan dua sisi belt,
sehingga belt dapat digunakan sebagai alat tranportasi produk. Pada
penyambungan belt conveyor terdapat dua jenis (Metode) penyambungan, yaitu :
a. Penyambungan mekanis (Mechanical Joint)
Penyambungan mekanis adalah penyambungan yang terdiri dari bahan baja
berbentuk engsel untuk menghubungkan kedua bagian belt. Penyambungan ini
digunakan hanya dalam keadaan darurat saja. Pada saat belt tiba-tiba putus saat
beroperasi dan perusahan dalam keadaan kejar produksi(Shipping). Karena
penyambungan mekanis ini sifatnya hanya sementara.
Keuntungan dari mechanical joint :
1. Cepat dalam penyambungan
2. Investasi awal sedikit, karena hanya perlu tool portable
3. Pergeseran take up sedikit karena panjang belt berkurang sedikit
Kerugian dari mechanical joint :
1. Kekuatannya berkurang
2. Pada ujung potongan terbuka. Sehingga carccas lembab dan dapat
merusak carccas
3. Permukaan sambungan biasanya tidak rata sehingga belt cleaner tidak
berfungsi efektif
4. Material halus dapat lolos ke bawah melalui celah sambungan
5. Untuk material yang panas, splice dapat merambatkan panas ke carccas,
sehingga carccas rapuh setempat
Cara penyambungan mechanical joint adalah ; belt ditempatkan berhadapan
dengan potongan lurus yang tegak lurus terhadap garis tenah belt, selanjutnya
dilakukan pelubangan belt untuk memasang boltsplice dan terakhir dilakukan
pemasangan aligator / mechanical splice dengan menggunakan bolt.
b. Penyambungan tak berujung (Endles splicing)
Penyambungan tak berujung adalah penyambungan yang dilakukan dengan
menyatukan/melekatkan lapisan penguat dengan proses vulkanisasi. Hasil dari
penyambungan ini tidak menonjol melebihi permukaan belt conveyor. Apabila
proses penyambungan dilakukan dengan sempurna maka hasil penyambungan
tidak akan terlihat.
Keuntungan yang didapat dari dari penyambungan tak berujung ini, antara lain:
1. Menghemat belt
2. Tidak terdapat material yang tertumpah, sehingga kapasitas produksi tidak
berkurang.
3. Tidak merusak pully dan roller
4. Tidak merusak system screape
Penyambungan tak berujung ini mempunyai dua jenis penyambungan, yaitu:
1. Penyambungan panas (Hot splicing)
Penyambungan panas adalah proses penyambungan belt conveyor dengan
proses vulkanisasi pada prosesnya menggunakan alat pemanas yang disebut
heating solution.
2. Penyambungan dingin (cold Splicing)
Penyambungan dengan sistim dingin adalah proses penyambungan belt
conveyor yang proses vulkanisasinya dengan cara kimiawi. Yaitu dengan
menggunakan lem yang menyatu dengan karet.
Penyambungan sistem dingin dan sistem panas adalah penyambungan yang
mengalami proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses konversi bentuk karet
dari bentuk plastis menjadi elastis karena reaksi kimia.
Vulkanisasi akan terjadi apabila ada :
1. Kimia, yaitu Sulfur dan Accelelator
2. Temperatur
3. Tekanan
Pada Vulkanisasi panas
1. Kimia : Terdapat didalam karet dan lem
2. Temperature : 140 s/d 170 oC
3. Tekanan: 5 kg/cm2 s/d 12 kg/cm2
Sedangkan pada Vulkanisasi dingin adalah:
1. Kimia, sulfur, accelelator terpisah. Sulfir terdapat di dalam lem dan bonding
layer
2. Temperature : Temperatur ruang
3. Tekanan : Tenaga manusia
Penyambungan sistem dingin adalah penyambungan paling ekonomis,
efisien dan praktis serta memiliki kekuatan/ketahanan yang sama dengan sistem
panas. Apabila penyambungan dilakukan dengan sempurna, maka belt tersebut
tidak akan pernah putus pada sambungan. Sambungan akan terputus dan terlepas
apabila :
1. Apabila ada lapisan penguat yang terpotong pada saat penyambungan karena
pemakaian pisau yang tidak tepat atau tersodok alat pemisah ply.
2. Sambungan lem tertutup pada saat lem masih basah atau pada saat sebagian lem
sudah kering.
3. Kurang rapatnya cover strip, sehingga ada material yang masuk kedalam
sambungan.
4. Waktu vulkanisasi terlalu lama.
5. Kurang control pada saat melakukan roll, ada udara yang terjebak
6. Penempatan cover strip yang menonjol.
Pada belt conveyor dengan 1 ply, biasanya penyambungan dilakukan dengan
Finger Joint dan cara Tip-Top. Sedangkan untuk penyambungan steel cord belt
hanya dapat digunakan dengan system panas (Hot Splicing). Terdapat beberapa
metode yang dipakai dalampenyambungan steel cord belt yaitu : Metode 1
step, metode 2 step, metode 3 step,metode 4 step danmetode 5 step.
Gambar Metode step steel cord belt
2.5.2 Beban yang dialami Sambungan Belt
2.5.2.1 Kekuatan Tarik Sambungan
Menurut Niemann, 1986 dalam bukunya Elemen Mesin menerangkan
bahwa besarnya gaya tarik yang dialami oleh sambungan perekat tergantung
kepada panjangnya belt yang direkatkan. Dalam hal ini besarnya gaya tarik yang
dialami oleh sambungan dapat dihitung dengan rumus :
F = b × Ls × τizin
Dimana : F = gaya tarik belt
b = panjang belt yang direkatkan
Ls = panjang langkah penyambungan
τizin = tegangan tarik izin
Besarnya panjang langkah penyambungan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Panjang langkah carccas
Konstruksi carcass Panjang langkah (mm)
EP 250/5
EP 200/2
100
EP 500/4
EP 300/3
EP 400/3
EP 250/2
PNN 300/3
NH 300/3
150
EP 630/4
NN 630/4
200
EP 630/3 250
EP 1250/4 350