Belas Ribu Seratus Rupiah

12
Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah Malam ini hujan turun begitu lebat. Dodo masih berdiri menghadap jendela menanti sang ayah yang belum juga pulang. Sesekali dia berlari kepangkuan ibunya yang sedang membaca Al-Qur’an ketika kilat dan guntur beradu kehebatan di depan matanya. Setelah pertunjukkan yang mengerikan itu berhenti, dia kembali lagi berdiri menghadap jendela dan melihat dengan tatapan kosong ke arah luar yang saat itu gelap gulita karena sedang ada pemadaman listrik. Sampai dengan ibunya selesai mengaji, Dodo masih berdiri tegak memandang ke arah luar. “Dodo, kamu tidur aja dulu sama Riswan, biar Ibu yang menunggu ayah. Mungkin ayah menunggu hujan reda dulu, jadi pulangnya agak telat. Paling sebentar lagi ayah pulang,” kata ibu Hasanah sambil membelai rambut anaknya.

description

duit

Transcript of Belas Ribu Seratus Rupiah

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah

Malam ini hujan turun begitu lebat. Dodo masih berdiri menghadap jendela menanti sang ayah yang belum juga pulang. Sesekali dia berlari kepangkuan ibunya yang sedang membaca Al-Quran ketika kilat dan guntur beradu kehebatan di depan matanya. Setelah pertunjukkan yang mengerikan itu berhenti, dia kembali lagi berdiri menghadap jendela dan melihat dengan tatapan kosong ke arah luar yang saat itu gelap gulita karena sedang ada pemadaman listrik. Sampai dengan ibunya selesai mengaji, Dodo masih berdiri tegak memandang ke arah luar.Dodo, kamu tidur aja dulu sama Riswan, biar Ibu yang menunggu ayah. Mungkin ayah menunggu hujan reda dulu, jadi pulangnya agak telat. Paling sebentar lagi ayah pulang, kata ibu Hasanah sambil membelai rambut anaknya.Dodo hanya menggeleng tanpa sedikitpun bergerak dari tempatnya berdiri. Ibu Hasanah tak bisa memaksa. Beliau tahu betul bahwa anaknya tak akan bisa dibujuk jika sudah mempunyai keinginan yang kuat. Keterbelakangan mental yang dialaminya, membuat Dodo berkelakuan tak ubahnya seperti anak kecil di usianya yang sudah menginjak 23 tahun ini.Sambil menunggu sang suami pulang ibu Hasanah pun lalu duduk di sofa yang sudah robek di sana sini sehingga terlihat bagian dalam sofa. Karena malam sudah sangat larut, mata ibu Hasanah tak bisa lagi diajak kompromi. Baru saja ibu Hasanah akan masuk ke alam mimpi, tiba-tiba terdengar ada seseorang yang menggedor-gedor pintu rumahnya. Bu Hasanah. Bu Hasanah, teriak seseorang dari luar sambil menggedor-gedor pintu.Ibu Hasanah yang hampir tertidur terkejut dan langsung berlari untuk membuka pintu.Mang Halim ada apa malam-malam begini Mang? tanya ibu hasanah.Bapak kecelakaan Bu Tabrakan sama mobil orang, jawab mang Halim.Mendengar berita itu, ibu Hasanah merasa seluruh tubuhnya lunglai, otot-ototnya melunak dan semua tulangnya patah sehingga dia merasa tak mampu lagi berdiri. Jika saja tidak segera disambut mang Halim, tubuh ibu Hasanah ambruk ke lantai. Dodo yang mendengar berita itu tetap tak bergerak dari tempatnya berdiri. Namun, kali ini pandangannya tak lagi memandang ke arah luar tapi mengarah ke lantai. Tak ada yang tahu apa yang ada dalam pikirannya. Apakah dia paham bahwa sedang terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya? Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tahu.Riswan yang telah tertidur pun bangun mendengar keributan di rumahnya. Mang Halim lalu menceritakan semuanya pada Riswan.Innalillaah. Sekarang bapak dimana Mang? tanya Riswan lagi.Di rumah sakit Asy Syifa Wan. Sebaiknya kamu sekarang cepat pergi ke sana. Biar Mamang yang menjaga ibu dan kakakmu.Setelah berpamitan dengan ibunya yang masih setengah tak sadar, Riswan pun segera pergi ke rumah sakit. Karena tak ada angkot di tengah malam ini, Riswan berlari menuju rumah sakit. Setengah jam kemudian akhirnya Riswan sampai di rumah sakit tempat sang ayah dirawat. Dengan terengah-engah Riswan bertanya kepada perawat yang ada di ruang UGD.Maaph Sushh.. Pasienhh yanghh baru..hhhh kecelakaan tadihhh di mana Sushhh? tanya Riswan sambil terengah-engah.Anda siapanya ya? tanya si perawat.Saya anaknya Sus.Oh ikuti saya. Perawat itu pun langsung membawa Riswan ke tempat di mana ayahnya di rawat. Dilihatnya sang ayah tampak menahan sakit ketika jarum dan benang jahit menembus kulit kepalanya. Dia pun langsung menghampiri sang ayah dan membelai-belai tangannya berharap agar sang ayah bisa sabar menahan sakit yang dirasakannya.Bagaimana keadaan Ayah sekarang? tanya Riswan ketika jahitan di kepala ayahnya sudah selesai.Sudah agak mendingan Wan, tapi masih pusing, jawab sang ayah sambil memejamkan mata karena rasa sakit yang dirasakannya.Sebenarnya, bagaimana kejadiannya bisa sampai terjadi tabrakan itu Yah? tanya Riswan penasaran.Ayah juga nggak tahu Wan. Ayah nyupir santai aja seperti biasa. Tiba-tiba dari arah belakang ada mobil melaju kencang sekali dan langsung menabrak Ayah.Ayah tahu siapa orangnya?Ayah nggak tahu Wan. Ayah tadi pingsan, pas sudah sadar tahu-tahu ayah sudah di rumah sakit.Riswan tak tega untuk berbicara lebih banyak lagi pada ayahnya karena melihat sang ayah nampak menahan sakit ketika diajak bicara. Saat Riswan terdiam memandangi wajah ayahnya yang nampak kesakitan, tiba-tiba dokter yang merawat ayahnya menghampirinya dan memintanya untuk ke ruangannya. Betapa terkejutnya Riswan ketika sang dokter memberi tahu bahwa kaki kiri ayahnya lumpuh akibat kecelakaan yang dialaminya. Lalu bagaimana dengan orang yang menabrak ayah saya Dok?Dia juga terluka, jawab si dokter pendek.Maaf ya, saya harus keluar dulu karena ada pasien baru lagi, kata sang dokter tiba-tiba bergegas.Riswan mencium gelagat yang tidak baik. Dia lalu bertanya pada perawat yang tadi merawat ayahnya siapa yang telah menabrak ayahnya.Maaf Mas, saya juga tidak tahu siapa dia. Tapi sepertinya dia anaknya orang penting. Soalnya dia saat ini dirawat di ruang VVIP.Mendengar hal itu Riswan langsung menuju ruang VVIP untuk mencari tahu siapa orang yang telah menabrak ayahnya. Ditelusurinya sepanjang ruang VVIP. Ketika melihat ada perawat yang baru keluar dari salah satu ruangan VVIP, Riswan langsung menghampirinya.Suster, maaf, boleh nanya? Yang dirawat di dalam ruangan ini siapa ya Sus?Oh,, biasa lah Mas, anak orang penting. Jadi kamarnya pasti VVIP padahal hanya memar di kepala sedikit aja. Lebay banget ya Mas.Ohh. Yang tabrakan sama angkot barusan tadi ya Sus? tanya Riswan lagi untuk meyakinkan.Iya Mas. Padahalkan yang lukanya lebih parah si supir angkot itu. Kabarnya kakinya sampai lumpuh Mas. Kasian banget ya Mas. Terus yang lebih parahnya lagi, saya denger pas lagi merawat anak orang penting ini, si supir angkot itu bakal dituntut karena telah merusak mobilnya. Ya ampun. Benar-benar nggak punya hati nurani tu orang. Mentang-mentang kaya dan punya kekuasaan seenaknya aja menindas kaum lemah.Mendengar perkataan si perawat, Riswan bergegas menuju ruangan tempat ayahnya dirawat. Dilihatnya sang ayah tertidur. Tak tega dia untuk membangunkan dan menceritakan apa yang baru saja didengarnya. Semalaman Riswan tak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi jika ayahnya benar-benar dituntut dan dipenjara gara-gara kecelakaan yang bukan karena kesalahannya ini. Riswan hanya bisa berharap keadilan akan berpihak pada ayahnya.Pagi itu akhirnya dengan berat hati Riswan mengatakan apa yang berkecamuk dalam pikirannya kepada ayahnya. Sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Dia sadar bahwa dia hanya orang kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bagi dia tidak mungkin untuk menyewa seorang pengacara. Untuk makan sehari-hari saja sudah sangat susah. Akhirnya sang ayah meminta agar dia diperbolehkan pulang ke rumah. Dia ingin segera bertemu istri dan anak sulungnya, Dodo, sebelum nantinya dia akan berpisah dengan mereka karena harus mendekam di penjara.Ketika Riswan dan ayahnya bersiap-siap keluar dari rumah sakit, tiba-tiba sekelompok polisi datang membawa surat penahanan untuk ayahnya. Riswan berusaha sekuat tenaga mempertahankan agar sang ayah jangan dibawa. Namun, tubuhnya yang kurus tak kuasa melawan kekuatan tiga orang polisi dengan tubuh kekar.Setelah sang ayah dibawa ke kantor polisi, Riswan segera pulang ke rumah dan menceritakan semuanya pada ibunya. Ibu Hasanah tak bisa membendung air matanya. Sambil menangis ibu hasanah berkata hanya keadilan yang dapat menolong bapakmu Wan.Dodo yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan ibu dan kakaknya di dalam kamar langsung memecahkan celengan sapi hadiah ulang tahun dari ayahnya. Dia ambil semua uangnya dan segera pergi ke pasar. Bang Saya mau beli keadilan Bang. Berapa pun harganya saya bayar Bang kata Dodo kepada salah satu penjual barang elektronik di pasar.Woiii. Lu gila ya keadilan mana ada di pasar. Keadilan adanya di pengadilan, jawab si penjual barang elektronik sambil tertawa. Pengadilan itu dimana Bang? tanya Dodo lagi.Mana gue tahu, emang gue pernah ke sana? Ngapain sih lu nyari-nyari keadilan? tanya si penjual barang elektronik penasaran.Ayah saya masuk penjara Bang. Kata ibu hanya keadilan yang bisa menolong ayah.Tiba-tiba seorang laki-laki separo baya yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Dodo dan penjual barang elektronik berkata, Aku akan menjual keadilan padamu. Berapa uang yang kau punya untuk membeli keadilan dariku?Dodo lalu menghitung uangnya. Tiga belas ribu empat ratus lima puluh rupiah, jawab Dodo.Oke, aku jual keadilan ini seharga tiga belas ribu empat ratus lima puluh ribu rupiah padamu. Sekarang antarkan aku ke rumahmu.Dodo pun langsung mengantarkan si lelaki penjual keadilan ke rumahnya. Berkat bantuan lelaki yang ternyata adalah pengacara yang terkenal selalu membela kaum yang lemah, akhirnya ayah Dodo terbebas dari tuntutan hukum dan menerima ganti rugi atas kecelakaan yang dialami.Dodo sangat senang karena akhirnya bisa membeli keadilan untuk ayahnya. Dodo membuktikan bahwa keadilan itu tidaklah mahal. Hanya seharga tiga belas ribu empat ratus lima puluh rupiah.