Belajar Mandiri Terarah

20
Belajar Mandiri Terarah (Problem Based Learning) Penanggulangan HIV/AIDS Jessyca Augustia (NIM:102011291) Tutor: Ibu Esther

description

hhh

Transcript of Belajar Mandiri Terarah

10PENANGGULANGAN HIV AIDS

Belajar Mandiri Terarah(Problem Based Learning)

Penanggulangan HIV/AIDS

Jessyca Augustia(NIM:102011291)

Tutor:Ibu Esther

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJakarta2011

PendahuluanA. Latar Belakang MasalahAnda sebagai dokter bersama dengan tim dari Komisi Penanggulangan AIDS mengerjakan sebuah proyek untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS.Proyek ini dilaksanakan pada suatu kota di Indonesia,yang kental dengan kehidupan beragamanya.Berdasarkan data yang anda terima,terlihat bahwa ada kecenderungan peningkatan kasus HIV/AIDS pada kaum gay dan waria.Proyek ini akan berlangsung selama 6 bulan dan merupakan proyek perintis.

B. Rumusan Masalah1. Proyek penanggulangan penyakit HIV/AIDS di suatu kota di Indonesia yang kental dengan kehidupan beragamanya.2. Kecenderungan peningkatan kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum gay dan waria.3. Proyek perintis yang berlangsung selama 6 bulan.

C. TujuanUntuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS.

Tinjauan Pustaka1) Metodologi PenelitianPenelitian sebagai suatu proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis,ketat,analitis,dan terkendali.Tahap-tahap dalam proses itu teratur secara sistematis.Kita tidak boleh langsung melakukan tahap tertentu sebelum melewati tahap sebelumnya yang merupakan sasaran penelitian diuraikan secara operasional atas indicator-indikator empiris.Dengan indicator-indikator tersebut,konsep yang abstrak itu terhubungkan dengan kenyataan-kenyataan empiris.

Penelitian selalu dikendalikan oleh hipotesis-hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.Di bawah ini dikemukakan 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris.1. Konseptualisasi MasalahSesuai dengan ciri ilmu yang demikian,maka proses penelitian ilmiah diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian atau apa yang disebut dengan konseptualisasi masalah.Ada dua hal yang berhubungan dengan ini,yaitu masalah (substansi) yang dipertanyakan,dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi).Konseptualisasi masalah ini menentukan tahap-tahap berikutnya.Jika terjadi kekeliruan pada tahap ini,maka seluruh tahap berikutnya akan mengalami kekeliruan.Oleh karena itu,tahap ini harus dilakukan dengan teliti.2. Tujuan dan HipotesisPada waktu kita mengajukan pertanyaan penelitian,maka sebenarnya pada waktu itu juga jawabannya sudah ada dalam pikiran kita.Jawaban tersebut memang masih diragukan,namun dapat dipakai sebagai jawaban sementara yang mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnya.Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan itu disebut hipotesis penelitian.Oleh karena itu,tahap selanjutnya setelah konseptualisasi masalah adalah perumusan tujuan dan hiopotesis.Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian.3. Kerangka Dasar PenelitianMasalah-masalah yang dihadapi oleh peneliti memerlukan suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoritis tertentu.Masalah pengangguran,misalnya memerlukan penjelasan degan menggunakan konsep-konsep yang berhubungan dengan pengangguran tersebut,seperti investasi,tabungan masyarakat,pertumbuhan penduduk,urbanisasi,dan sebagainya.Konsep-konsep itu saling berhubungan membentuk beberapa proposisi.Hubungan-hubungan yang terbentuk disusun dalam suatu kerangka dasar,sehingga kita memperoleh penjelasan secara teoritis terhadap masalah pengangguran sebagai masalah penelitian.Konsep-konsep yang disusun dalam kerangka dasar penelitian itu adalah konsep-konsep yang tercakup dalam hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.Karena itu,kerangka dasar tersebut disebut juga kerangka hipotesis.Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka

hipotesis itu,maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian.4. Penarikan SampelSupaya data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan,maka harus jelas di mana data tersebut dikumpulkan dan strategi apa yang digunakan untuk mengumpulkannya.Tahap ini disebut perumusan populasi dan sampel penelitian.Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.5. Konstruksi InstrumenSelanjutnya perlu ditetapkan bagaimana mengumpulkan data dari sampel yang telah ditetapkan itu.Hal ini berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkannya.Tahap ini disebut pengumpulan data dan konstruksi instrument.Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,seperti pedoman wawancara,daftar kuisioner,pedoman pengamatan,dan sebagainya. Pengamatan (Observasi)Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.Penyaksian terhadap peristiwaperistiwa itu bisa dengan melihat,mendengarkan,merasakan,yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. SurveiSurvei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan dari responden tentang sampel.Ciri-cirinya adalah: Dipakai pada sampel yang mewakili populasi,khususnya probabilistic sampling. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden. Karena biasanya survei dipakai pada sampel yang mewakili populasi,maka metode itu lebih disukai jika ingin ditarik kesimpulan dari sampel.Penggunaan survey melibatkan banyak responden,dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan metode lainnya. Survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah.Biasanya responden dikunjungi di kantor atau di rumah untuk dimintai informasi.Responden tidak perlu direpotkan dengan keharusan untuk menghadiri acara tertentu.

WawancaraWawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka,sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.Karena itu,wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide,tetapi juga dapat dimiliki oleh responden yang bersangkutan.Di sinilah terletak keunggulan dari metode wawancara.Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3 bentuk,yaitu: Wawancara berstrukturPertanyaan-pertanyaan mengarahkan jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan.Misalnya: Bentuk tes apakah yang paling sering Anda lakukan dalam mengadakan evaluasi? Bentuk tes ada beberapa macam (objective test,essay test,written test,dan sebagainya),dan responden diarahkan pada salah satu dari bentuk itu. Wawancara tak berstrukturPertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola-pola tertentu.Misalnya: Mengapa memilih guru sebagai profesi Anda? Pertanyaan seperti ini tidak terikat pada struktur jawaban tertentu,dan karen aitu disebut pertanyaan bebas. CampuranBentuk ini merupakan campuran antara wawancara berstruktur dan tak berstruktur.Misalnya :Dalam melaksanakan evaluasi tertulis,tes apakah yang sering Anda pergunakan,dan mengapa? Kuesioner (Angket)Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya.Pada kuesioner,pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya,sedangkan pada angket,pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia.Kalau metode pengamatan dan metode wawancara menempatkan peneliti dalam hubungan langsung dengan responden,maka dalam metode angket hubungan itu dilakukan melalui media,yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden.Sering terjadi bahwa kuesioner yang dikirim itu tidak diisi dan tidak dikembalikan oleh responden.Dalam hal seperti ini maka peneliti mendatangi sendiri responden dan

menyampaikan kepada mereka daftar pertanyaan untuk diisi.Ini berarti di samping angket dipakai,pengamatan dan wawancara juga digunakan. DokumenterDokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu.Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) misalnya adalah dokumen politik yang mencatat peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 11 Maret 1966.6. Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis.Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel,supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya.Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.7. Pengolahan DataData yang telah dikumpulkan itu masih berupa data mentah,sehingga perlu diolah supaya dapat dianalisis.Pengolahan ini dilakukan dalam 3 tahap,yaitu editing (penyuntingan),coding (pemberian kode),dan menyusunnya dalam master sheet (table induk).8. Analisis PendahuluanUntuk menguji hipotesis,data yang telah diolah itu akan dianalisis dengan cara-cara tertentu.Analisis data penelitian itu sendiri dilakukan dalam dua tahap,yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut.Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel.Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian,dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.9. Analisis LanjutAnalisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis.Alat-alat analisis yang dipakai untuk ini disesuaikan dengan hipotesis operasional yang telah dirumuskan sebelumnya.Kalau hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable,maka dipergunakan Uni Variate Analysis.Kalau hipotesis mencakup dua variable,maka dipergunakan Bivarate Analysis.Dan kalau mencakup lebih dari dua variabel,maka dipergunakan Multivariate Analysis.

10. InterpretasiHasil analisis ini kemudian diinterpretasikan melalui proses pembahasan.Tahap ini disebut analisis dan interpretasi hasil penelitian.Tahap terakhir adalah melaporkan hasil penelitian itu dalam bentuk tertulis.Hakikat metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang kita ketahui,melainkan pada bagaimana cara mengetahui sesuatu.Dalam pohon ilmi,metodologi adalah bagian dari epistemologi.Metodologi penelitian melihat apa yang ingin ditemukkan di dalam kerangka teoritis tertetu,supaya apa yang akan ditemukan mendapatkan maknanya.2) Berpikir KritisJika kita menggunakan istilah berpikir kritispada semua jenis berpikir,kita tidak memerlukan istilah kritis,dan kita juga akan kehilangan arti spesifik dari istilah kritis.Kata kritis muncul dari bahasa Yunani yang berarti hakim dan diserap oleh bahasa Latin,Kamus (Oxford) menerjemahkan sebagai sensor atau pencarian kesalahan.Seringkali kritisdimaksudkan sebagai penilaian,entah buruk atau bagus.Namun,hal ini memperlemah nilai utama berpikir kritis.Manfaat dari berpikir kritis,antara lain meningkatkan kemampuan untuk memahami,membentuk,dan mengkritisi suatu hal; berpikir kreatif dan dapat mengkomunikasikan ide/pendapat dengan jelas; mengurangi kesalahan dalam pengambilan keputusan.Sedangkan hambatan dalam berpikir,yakni kurangnya pengetahuan kita,sikap egosentrisme,sikap sosiosentrisme,dan prasangka.

3) Faktor Sosial dan PsikologisPerilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,seperti kelompok acuan,keluarga,peran dan status sosial.Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.Keluarga merupakan organisasi pembelian seseorang yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling penting dan berpengaruh.Sebagai lembaga sosial yang dikenal dan menjadi wadah pertama serta utama pembinaan individu menjadi makhluk sosial,keluarga mempunyai

fungsi majemuk.Selain keluarga wajib menjamin kesejahteraan materi para anggotanya,juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya.Kembali kepada keluarga,menjadi tantangan dan tuntutan menciptakan suasana yang serasi dalam membina anak-anak menjadi anggota masyarakat (makhluk sosial) sesuai dengan karakter Indonesia yang ber-Pancasila.Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati.Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.Masing-masing peran menghasilkan status.Selain dari beberapa faktor di atas yang mempengaruhi perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seseorang,yang meliputi motivasi,persepsi,pengetahuan dan keyakinan serta sikap.4) Kehidupan BeragamaAgama merupakan sebuah fondasi yang lebih kokoh,kemartabatan paling luhur,kekayaan paling tinggi,dan sumber kedamaian manusia paling dalam.Manusia yang beragama mempersatukan dirinya dengan realitas terakhir yang lebih tinggi,yaitu Allah sang pencipta,yang menjadi fondasi kehidupan mereka.Secara klasik agama dipahami sebagai sebuah kenyataan tentang relasi manusia berkaitan dengan hal-hal yang kudus (numen).Relasi ini terjadi karena adanya rasa hormat mendalam dalam diri manusia atas kehadiran yang illahi dalam hidup mereka.Oleh karena sifatnya yang lebih berkaitan dengan kehidupan iman dan keyakinan pribadi seorang individu,kebebasan untuk memeluk agama merupakan hak-hak yang sangat asasi yang tidak dapat dibatasi oleh siapapun.Kebebasan untuk memiliki keyakinan iman dan melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan imannya ini dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara kita.Terhadap keyakinan moral,keyakinan agama bersifat suportif.Keyakinan agama seseorang membantunya dalam menghayati nilai-nilai moral.Nilai-nilai agama mempertegas dan memperkokoh keyakinan moral seseorang dengan memberinya dasar yang lebih kokoh dan tak tergoyahkan.Ada nilai-nilai agama yang sekaligus memiliki kualitas nilai moral.Sebaliknya,tidak semua nilai yang diyakini oleh agama tertentu

memiliki kandungan nilai moral.Nilai-nilai agama penting bagi individu sebab menjadi dasar relasi ontologis-teologis mereka dengan sang pemberi hidup itu sendiri.Nilai-nilai agama memang tidak selalu memiliki kualifikasi nilai moral yang mengikat semua orang.Namun,nilai-nilai agama dapat menjadi dasar kokoh bagi individu dalam kerangka perkembangan kehidupan moralnya.Sebab,ada nilai-nilai agama yang selaras dengan nilai-nilai moral.Sebaliknya,tidak semua nilai moral merupakan nilai dari keyakinan agama,dan tidak semua nilai keyakinan agama memiliki kualitas moral.Oleh karena itu,kelirulah menyamakan pendidikan karakter dengan pendidikan agama.Demikian juga salah kaprah menyamakan pendidikan moral dengan pendidikan agama.Dalam perjalanan sejarah terlahir banyak pemimpin agama yang membangun komunitas kaum beriman.Oleh karena itu,nilai-nilai agama berkembang secara plural di dalam masyarakat.Kebudayaan umat manusia telah melahirkan sistem keyakinan agama yang begitu banyak.Bahkan dalam satu sistem keyakinan agama yang sama terdapat berbagai macam cara menafsirkan dan menerapkan ajaran-ajaran agama tersebut.Situasi ini membuat masyarakat semakin plural.5) Cara Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS DiagnosisSeperti pada sindroma defisiensi imun lainnya,orang-orang yang perlu dicurigai mendapatkan infeksi HIV,yaitu mereka yang mempunyai risiko tinggi (homoseks,pemakai narkotika,penerima transfusi darah),dan mereka yang menunjukkan infeksi oportunistik atau tumor.Dalam menegakkan diagnosis untuk infeksi HIV pertama kali dilakukan melalui pemeriksaan serologi.ELISA merupakan cara yang cukup peka untuk mendeteksi antibody anti-HIV.Cara ini telah dilakukan secara rutin untuk diagnosis.Apabila diperolehhasil positif perlu dikonfirmasi dengan analisi Western Blot untuk menentukan antibody terhadap beberapa protein HIV seperti p-24 atau p31,gp41 dan gp120/160. TerapiBegitu banyak celah kekosongan dalam pengertian kita mengenai infeksi HIV dan AIDS dicerminkan oleh belum tersedianya kemoterapi dan imunoterapi yang efektif untuk mengobati AIDS dan belim adanya vaksin yang efektif untuk mecegah

AIDS.Namun demikian usaha pengobatan dan pencegahannya telah dimulai walaupun belum begitu menonjol hasilnya.Obat pertama yang memberikan harapan terhadap AIDS adalah atidothymidine (AZT) yang mula-mula dikembangkan untuk obat anti-kanker.AZT yang bekerja menghambat reverse transcriptase sangat toksik khususnya untuk sumsum tulang.Untuk mengurangi toksisitasnya,telah dicoba diberikan bersama-sama dengan obat lain,Obat lain yang kurang toksik,dideaxyinosine (DDI) pada saat ini sedang mengalami percobaan klinik.Dengan lebih dipahaminya siklus hidup dan biologi HIV maka diharapkan dapat tersedia obat dan cara pengobatan yang lebih efektif.Masalah utama dalam terapi HIV adalah perkembangan resistensi obat.Hal tersebut disebabkan oleh adanya kecenderungan kesalahan dalam transkripsi mundur,beban jumlah virus yang besar dan laju kecepatan replikasi virus.Dalam sejumlah individu yang terinfeksi virus berarti adanya resistensi karena mereka mengandung virus dalam jumlah yang sangat besar dengan berbagai varian.Obat yang diberikan akan memilih varian virus yang telah mengalami resistensi.Karena cepatnya perkembangan resistensi terhadap semua obat-obat anti-HIV yang diberikan secara tunggal,untuk keberhasilan terapi penekanan HIV,kini perlu menggunakan terapi kombinasi. VaksinBeberapa vaksin anti-HIV sedang dikembangkan.Usaha-usaha tersebut mulai dari pembuatan peptide selubung virus,penyediaan subunit virus rekombinan sampai pembuatan vaksin anti-idiotipe.Pada saat ini belum dapat diperoleh vaksin yang cukup efektif untuk terapi AIDS dan belukm ada yang dicoba kepada manusia dengan hasil efektif terhadap infeksi HIV.AIDS pada kera yang disebabkan oleh infeksi HIV,diharapkan merupakan model yang baik untuk pengembangan usaha-usaha profilaksis dan terapi terhadap HIV,Namun demikian,sambil menunggu dengan harapan didapatkannya cara profilaksis dan terapi yang efektif menjadi suatu kenyataan,perlu digalakkan usaha-usaha pencegahan umum seperti perlindungan sewaktu mengadakan hubungan

seksual,menghindari penggunaan obat melalui suntikan,pengujian bahan-bahan transfusi sebelum dipakai terhadap protein-protein virus atau pemberian anti-bodi virus.Hal-hal tersebut masih tetap merupakan cara-cara utama untuk mempertahankan diri terhadap serangan AIDS.Pembahasan Kasus Dalam proyek penanggulangan penyakit HIV/AIDS tersebut,data yang diterima dapat dihasilkan dari langkah-langkah yang sesuai dengan metodologi penelitian,seperti konseptualisasi masalah,tujuan dan hipotesis,kerangka dasar penelitian,penarikan sampel,konstruksi instrument,pengumpulan data,pengolahan data,analisis pendahuluan,analisis lanjut,dan interpretasi.Dilihat dari kasus yang kita bahas terlihat bahwa dari data ada kecenderungan peningkatan kasus HIV/AIDS pada kaum gay dan waria yang di mana proyek tersebut dilakukan pada suatu kota,yang kental dengan kehidupan beragamanya. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,seperti kelompok acuan,keluarga,peran dan status sosial. Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati.Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran menghasilkan status.Selain dari beberapa faktor di atas yang mempengaruhi perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seseorang,yang meliputi motivasi,persepsi,pengetahuan dan keyakinan serta sikap.Hal-hal inilah yang mungkin menyebabkan serta mempengaruhi terjadinya penyimpangan sosial,seperti gay dan waria.Menurut pandangan agama,penyimpangan sosial layaknya gay dan waria sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang mempertegas dan memperkokoh keyakinan moral seseorang. Nilai-nilai agama memang tidak selalu memiliki kualifikasi nilai moral yang mengikat semua orang.Namun,nilai-nilai agama dapat menjadi dasar kokoh bagi individu dalam kerangka perkembangan kehidupan moralnya.Sebab,ada nilai-nilai agama yang selaras dengan nilai-nilai moral.Penanggulangan HIV dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis terhadap kondisi kesehatan seseorang dan juga melakukan terapi (pengobatan) yang sesuai dengan anjuran dokter.Selain itu,untuk mencegah terkena penyakit HIV/AIDS,seseorang dapat melakukan vaksin sehingga mengurangi kemungkinan tertular penyakit tersebut.

PenutupDalam proyek penanggulangan penyakit HIV/AIDS,suatu metode penelitian sangat berperan dalam memperoleh sebuah data yang akurat atau tepat.Di samping itu,pribadi seseorang dalam hal ini gay dan waria berkaitan erat dengan faktor sosial dan psikologis serta kehidupan beragama di tempat ia tinggal.Tidak hanya itu,cara pencegahan dan cara penanggulangan penyakit HIV/AIDS memiliki peranan penting untuk diterapkan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari berhubungan dengan adanya peningkatan kasus HIV/AIDS,terutama pada gay dan waria di dalam suatu kota di Indonesia.

,

Daftar Pustaka 1. Gulo W. Metodologi penelitian. Jakarta: PT GRASINDO; 2000. h.26-30.2. Bono ED. Revolusi berpikir. Bandung:PT Mizan Pustaka; 2007. h.204.3. Jia S. Faktor budaya dan faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen. 1 Januari 2011. Diunduh dari http://asian-spirits.blogspot.com/2011/01/faktor-budaya-dan-faktor-sosial-yang.html. November 2011.4. Setiadi EM. Ilmu sosial dan budaya dasar. Edisi ke-2. Jakarta: Kencana; 2009. h.78.5. Koesoema D. Pendidikan karakter. Jakarta: PT GRASINDO; 2007. h.201-2.6. Subowo. Imunologi klinik. Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2010. h.204-9.