BELAJAR BERADAPTASI Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

234
BELAJAR BERADAPTASI Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia Trikurnianti Kusumanto, Elizabeth Linda Yuliani, Phil Macoun, Yayan Indriatmoko, dan Hasantoha Adnan

description

BELAJAR BERADAPTASIBersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Transcript of BELAJAR BERADAPTASI Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Page 1: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

BELAJAR BERADAPTASI

Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Trikurnianti Kusumanto, Elizabeth Linda Yuliani, Phil Macoun, Yayan Indriatmoko, dan Hasantoha Adnan

Page 2: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 3: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

BELAJAR BERADAPTASIBersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Trikurnianti Kusumanto, Elizabeth Linda Yuliani, Phil Macoun, Yayan Indriatmoko, dan Hasantoha Adnan

Page 4: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

BELAJAR BERADAPTASIBersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Judul asli:LEARNING TO ADAPTManaging Forests Together in Indonesia

Penulis: Trikurnianti Kusumanto, Elizabeth Linda Yuliani, Phil Macoun, Yayan Indriatmoko, dan Hasantoha AdnanPenyunting versi bahasa Indonesia: Ilya MoelionoTim alih bahasa: Riza Irfani, Paus Narutama Satya, dan Rianingsih DjohaniDukungan editorial: Meilinda WanDesain Sampul: Edwin YuliantoTata letak: Catur Wahyu dan Vidya FitrianIlustrasi: Deni RodendoFoto-foto: Hasantoha Adnan, Brian Belcher, Carol J.P. Colfer, Ismal Dobesto (PSHK-ODA), Stepi Hakim, Yayan Indriatmoko, Trikurnianti Kusumanto, LATIN, Patrice Levang, Marzoni (YGB), Muriadi, Parianto (PSHK-ODA), Yani Saloh, Plinio Sist, Herwasono Soedjito, Eddy Harfi a Surma (YGB), Tim ACM Jambi, Eva Wollenberg, dan Linda Yuliani

Penerbit:Center for International Forestry Research (CIFOR)Alamat Pos: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, IndonesiaAlamat Kantor: Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang,Bogor Barat 16880, IndonesiaTelp.: +62 (0251) 622622. Fax.: +62 (0251) 622100E-mail: [email protected] web: http://www.cifor.cgiar.org

Pencetak: SMK Grafi ka Desa Putera

© 2006 oleh CIFOR, Yayasan Gita Buana (YGB), dan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (PSHK-ODA)Cetakan 1, Mei 2006

ISBN: 979-24-4615-X

Dengan dukungan dari:• The Asian Development Bank (ADB)

• The Multistakeholder Forestry Programme (MFP), suatu program reformasi kehutanan yang dikelola bersama oleh Departemen Kehutanan R.I. dan the U.K. Department for International Development (DFID)

• The International Development Research Centre (IDRC)

Page 5: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

iii

Daftar Kotak, Tabel, dan Gambar ivKata Pengantar viUcapan Terima Kasih viiTentang Buku Ini ixDaftar Istilah, Singkatan, dan Akronim xii

Bagian Satu: Pendahuluan 1Bab 1. Perihal Penelitian ACM 3Bab 2. Asal Usul ACM 9

Bagian Dua: Konteks 27Bab 3. Pengelolaan Hutan Secara Kolaboratif di Indonesia 29Bab 4. Lokasi Penelitian Kami 39

4.1. Hutan dan Para Pemangku Kepentingan 414.2. Konteks Pembelajaran: Menghadapi Ketidakpastian 514.3. Mengapa para Pemangku Kepentingan Kurang Mampu

Beradaptasi dan Berkolaborasi? 57

Bagian Tiga: Praktek 61Bab 5. Mempraktekkan ACM 63

5.1. Cara Kami Menciptakan Kondisi yang Memungkinkan Pembelajaran Multipihak 65

5.2. Keluaran Pembelajaran 104Bab 6. Tantangan, Keunggulan, dan Keterbatasan ACM 113Bab 7. Hikmah Belajar 121

Bagian Empat: Implikasi dan Kesimpulan 127Bab 8. Menerapkan ACM Secara Luas dalam Pengelolaan Hutan

di Indonesia 129Bab 9. Catatan Penutup 141

Lampiran 145Lampiran 1. Suatu Kerangka untuk Menerapkan ACM 147Lampiran 2. Perangkat Alat Bantu ACM: Sebuah Contoh 177

Catatan Akhir 213

Daftar Pustaka 215

DAFTAR ISI

Page 6: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

iv

DAFTAR KOTAK, TABEL, DAN GAMBAR

Kotak 1. Sistem pengambilan keputusan secara top-down 142. Kelemahan pengelolaan secara kolaboratif yang sering terjadi 153. Defi nisi kami tentang kemampuan beradaptasi dan kemampuan

berkolaborasi 174. Tiga proses umum yang terdapat dalam pendekatan ACM 185. Analisis pemangku kepentingan 196. Beberapa acuan dalam mengembangkan K&I 227. Defi nisi fasilitasi 248. Pemangku kepentingan atas hutan 469. Para pemangku kepentingan di dalam masyarakat desa 4610. Para pemangku kepentingan dari luar masyarakat desa 4811. Ketidakpastian 5112. Ketidakpastian tentang perilaku dan tindakan pihak lain 5513. Ketidakpastian karena kebijakan 5614. Mendefi nisikan “pembelajaran” 6515. Persepsi yang berbeda tentang permasalahan yang sama dengan

pemecahan yang berbeda pula: Sebuah contoh dari Jambi 7016. Proses mengidentifi kasi pokok-pokok pembelajaran 7017. Platform untuk mengorganisasikan pembelajaran 7118. Membingkai kembali (reframe) beragam sudut pandang 7319. Pokok-pokok pembelajaran yang diprioritaskan 7420. Bersama-sama memetakan tata batas: Sebuah contoh pembelajaran

berdasarkan pengalaman 7921. Meningkatkan pemerintahan desa: Contoh lain pembelajaran

berdasarkan pengalaman 8322. Contoh-contoh prasangka (stereotyping) 9123. Empat kebutuhan belajar para pemangku kepentingan:

Beberapa contoh 9624. Meningkatkan kemampuan strategis dalam bernegosiasi 9725. Memotivasi para pemangku kepentingan untuk bersikap ingin tahu:

Pembelajaran investigatif 9826. Jangan cepat mengambil kesimpulan: Pembelajaran refl ektif 9927. Tiga cara memfasilitasi pembelajaran: Contoh dari Jambi 10028. Tiga faktor yang menjadi motivasi para pemangku kepentingan

untuk belajar bersama: Beberapa contoh 101

Page 7: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

v

Tabel1. Contoh motivasi belajar para pemangku kepentingan dan

peran fasilitasi 1032. Keluaran ACM dari pembelajaran tentang tata batas desa:

Contoh dari Pasir 1073. Keluaran ACM dari pembelajaran tentang peningkatan

pemerintahan desa: Contoh dari Jambi 108

Gambar1. Peran ganda tim ACM dalam penelitian aksi partisipatif 72. Proses berulang-ulang pengelolaan adaptif 123. Menggabungkan ciri-ciri dua konsep untuk membentuk ACM 164. Langkah-langkah utama proses ACM 215. Berbagai peran fasilitasi dalam mengembangkan pembelajaran sosial 256. Rangkaian kesatuan kontinyu (continuum) dari partisipasi ke arah

kolaborasi dalam pengelolaan hutan 357. Lokasi-lokasi penelitian kami 428. Penurunan ketersediaan hasil hutan di kedua lokasi penelitian

sebagaimana dilihat oleh para pemangku kepentingan desa 539. Tiga jenis kegiatan guna menciptakan kondisi pembelajaran 6610. Dari identifi kasi pokok-pokok permasalahan ke penentuan prioritasnya

merupakan langkah yang BESAR 6911. Menyeimbangkan kepemilikan individual dan kepemilikan kolektif

atas pembelajaran 7212. Dari banyak orang, sekelompok orang saja yang dipilih sebagai wakil

untuk berpartisipasi 7513. Menyelenggarakan pembelajaran bersama bagi para pemangku

kepentingan dalam platform berjenjang (nested platforms) 7614. Berbagai proses pembelajaran yang digunakan dalam memecahkan

pokok permasalahan lokal 7915. Siklus pembelajaran yang ditempuh para pemangku kepentingan dalam

upaya penyelesaian masalah tata batas 8616. Siklus pembelajaran untuk meningkatkan pemerintahan desa 8717. Proses komunikasi yang terlihat sederhana 9118. Bagaimananya pembelajaran para pemangku kepentingan:

Pembelajaran investigatif dan pembelajaran refl ektif yang saling berurutan berulang-ulang 98

19. Sebuah gambar yang kami pakai untuk memicu diskusi di antara para pemangku kepentingan 103

20. Roda-roda perubahan karena pembelajaran sosial 10521. Kaitan yang mungkin antara modal sosial sebagai “modal awal”

dengan modal keuangan dan modal alam sebagai “modal terbentuk”: Contoh dari Pasir 110

22. Nilai tambah ACM terhadap strategi penghidupan 112

Page 8: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

vi

KATA PENGANTAR

Masyarakat Indonesia sangat menghargai hutan karena merupakan sumber pangan dan pendapatan bagi lebih dari seratus juta orang di daerah pedesaan dan perkotaan. Selain itu, hutan adalah dasar dari beragam kebudayaan dan kepercayaan yang menjadi kekayaan negeri ini. Walaupun begitu, di banyak tempat hutan telah diperlakukan dengan buruk. Tutupan hutan di negeri ini berkurang dengan cepat dan sumber daya hutan menghilang secara memprihatinkan. Di masa yang lalu, pemerintah, sektor nonpemerintah, masyarakat lokal, dan sektor kehutanan komersial telah mencoba berbagai program dan kebijakan untuk mengelola dan melindungi hutan, namun hasilnya masih sangat mengecewakan. Ada berbagai hal yang menghalangi usaha-usaha itu dan satu hal di antaranya memerlukan perhatian yang memadai dari kita semua: berbagai kelompok, organisasi, dan instansi yang bergiat di bidang kehutanan terlalu sombong untuk mengakui kekurangan mereka, sehingga hampir tidak ada upaya untuk saling belajar di antara mereka.

Ketika di tahun 2000 Center for International Forestry Research (CIFOR) meminta saya untuk menjadi anggota Panitia Penasihat Nasional dalam prakarsa penelitian tentang suatu pendekatan pengelolaan hutan yang disebut adaptive collaborative management (ACM), saya tidak dapat menolaknya. Saat itu kita berada dalam keadaan yang sarat dengan berbagai masalah mendesak. Masalah-masalah tersebut memerlukan segala upaya kita untuk dengan rendah hati belajar dari kekurangan masa lalu dan dari sesama kita guna membangun masa depan yang lebih baik bagi hutan dan masyarakat negeri ini.

Buku ini menawarkan kepada para pembaca suatu kesempatan untuk mengetahui pengalaman tim peneliti ACM Indonesia. Saya yakin bahwa pengalaman tim ini dapat menjadi sumber acuan bagi para praktisi, pengambil keputusan, dan peminat lainnya dalam mengembangkan strategi alternatif untuk pengelolaan hutan di Indonesia.

Emil SalimGuru Besar Ekonomi di Universitas Indonesia danMantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Page 9: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak berperan penting hingga buku ini dapat ditulis. Ucapan terima kasih kami sampaikan pertama-tama kepada masyarakat Baru Pelepat di Sumatera serta masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung di Kalimantan Timur. Rumah mereka telah menjadi tempat berteduh kami dan mereka telah banyak meluangkan waktu untuk memperbincangkan banyak hal bersama kami.

Selanjutnya kami menyampaikan apresiasi kami kepada staf LSM mitra CIFOR—Eddy Harfi a Surma, Marzoni, Effi Permata Sari, Budi Setiawan, dan Sutono dari Yayasan Gita Buana; Ahmad Albar, Ismal Dobesto, Helmi, Parianto, Dasril Rajab, dan Fauzi Syam dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah; serta Amin Ja’far, Sarmiah, Suprihatin, dan Koesnadi Wiriasapoetra dari Yayasan Padi. Bersama mereka, kami telah menghabiskan banyak waktu dalam upaya bersama mendampingi kelompok-kelompok dan masyarakat di lokasi penelitian kami. Kami terutama berterimakasih atas persahabatan mereka.

Penelitian kami tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan yang terus menerus dari BAPPEDA, Pemda, dan Dinas Kehutanan di Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi di Sumatera, maupun dari BAPPEDA, Dinas Kehutanan, dan DPRD di Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur. Di antara banyak pihak yang terlibat dalam penelitian kami, ucapan terima kasih kami sampaikan secara khusus kepada Iskandar Basri, Dewi, Mustafal Hadi, Budi Hartono, Usman Hasan, Dedy Irawan, Jasumbai, Mawardi, Ike Rachmawati, Safrizal, dan Iman Budi Setiawan di Bungo serta Muhamad Amin Ahmad, Abu Bakar Mahidin, Abdul Aziz Maulana, dan Romif di Pasir.

Penelitian kami di Sumatera dan Kalimantan Timur didanai oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) sebagai bagian dari proyek CIFOR yang bernama Planning for Sustainability of Forests through Adaptive Co-Management (Perencanaan untuk Keberlanjutan Hutan melalui Pengelolaan Bersama secara Adaptif) yang dilaksanakan selama tahun 1999—2002. Namun demikian, penerbitan buku ini dapat terlaksana berkat dukungan dari Multistakeholder Forestry Programme (MFP), yang merupa kan suatu program reformasi kehutanan yang dikelola bersama oleh Departemen Kehutanan R.I. dan U.K. Department for International Development (DFID) dari Inggris. Kami juga menyampaikan penghargaan kami kepada International Development Research Centre (IDRC) dari Kanada atas dukungannya terhadap sebagian dari kegiatan lapangan kami. Kami menyampaikan terima kasih kepada Muhammad A. Mannan dan Sivaguru Sahajananthan dari ADB dan Ivan Biot dari MFP atas dukungan mereka.

Page 10: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

viii

Meskipun demikian, seluruh pandangan di dalam buku ini merupakan pemikiran tim penulis dan tidak mewakili pandangan serta kebijakan penyandang-penyandang dana tersebut.

Sebagai bagian dari penelitian ACM di tingkat global, tim kami sangat beruntung karena telah mendapat bimbingan intelektual dari International Steering Committee (Komite Pengarah Internasional). Ungkapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada Peter Frost, Don Gilmour, Irene Guijt, Renato de Rueda, K.B. Shrestha, dan Yunita Winarto.

Di Indonesia, selama penelitian kami, tim kami mendapat banyak manfaat dari tinjauan kritis dan pandangan strategis yang diberikan oleh Komite Penasihat Nasional (National Advisory Committee): Erwidodo, Sandra Moniaga, Emil Salim, Djamaludin Suryohadikusumo, Trinugroho, dan Yunita Winarto. Pada saat menulis buku ini, penelitian kami telah memasuki tahapan baru dan kami menerima bimbingan dari Komite Pengarah Nasional (National Steering Committee) yang baru: Dani Wahyu Munggoro, Mustofa Agung Sardjono, Tetra Yanuariadi, dan Sih Yuniati. Kami berhutang budi kepada mereka semua.

Di CIFOR, Ravi Prabhu dan Carol J.P. Colfer tanpa bosan-bosannya membimbing tim kami baik dalam pemikiran maupun dalam pelaksanaan penelitian lapangan. Merupakan keberuntungan yang luar biasa bagi tim kami karena telah mendapat pengarahan dari mereka yang meletakkan dasar-dasar penelitian ACM di CIFOR. Kepada keduanya, kami berterimakasih secara mendalam. Kepada anggota tim ACM dari berbagai bagian dunia, terutama Herlina Hartanto dan Cynthia McDougall, kami menyampaikan terima kasih: mereka telah berbagi waktu, pemikiran, dan pandangan bersama kami. Terima kasih juga kepada Stepi Hakim, anggota tim Indonesia yang bertanggung jawab atas penelitian di Pasir dan dengan demikian memberi kontribusi yang penting terhadap penelitian ini, tetapi tidak sempat bergabung pada saat kami menulis buku ini.

Dalam mengembangkan buku ini, tinjauan kritis terhadap draft naskah buku ini diberikan oleh Carol Colfer, Ravi Prabhu, dan Moira Moeliono dari CIFOR, serta Dani Wahyu Munggoro dan Tetra Yanuriadi dari Komite Pengarah Nasional. Kami sangat berterimakasih untuk masukan-masukan kritis mereka. Sebagai bagian dari rangkaian penerbitan tentang penelitian ACM di Asia, tata letak buku ini mengikuti versi Filipina dengan beberapa perubahan kecil di sana sini. Karenanya, kami ucapkan terima kasih kepada tim ACM Filipina atas penggunaan rancangan tata letak mereka untuk buku ini. Akhirnya, terima kasih juga kami ucapkan kepada Gideon Suharyanto, Rahayu Koesnadi, Atie Puntodewo, dan Ahmad Yusuf atas bantuannya dalam proses produksi buku ini.

Bogor, Februari 2005

Page 11: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ix

Apa Tujuan Buku Ini?

Buku ini dimaksudkan untuk membantu staf proyek dan para fasilitator lapangan dalam mendampingi masyarakat dan lembaga lokal berkaitan dengan pengelolaan hutan. Buku ini menyarikan pengalaman tim peneliti CIFOR dan pendamping-pendamping masyarakat serta staf lainnya dari tiga LSM mitranya1 di Indonesia, selanjutnya disebut tim.

Tim tersebut melaksanakan penelitian aksi partisipatif tentang suatu pendekatan yang disebut adaptive collaborative management (ACM). Apabila pendekatan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kita dapat menggunakan istilah “pengelola an bersama secara adaptif” (PBA). Walaupun demikian, buku ini menggunakan istilah dalam bahasa Inggris untuk menghindari kerancuan, mengingat berbagai istilah, singkatan, ataupun akronim yang berkenaan dengan pengelolaan hutan banyak bermunculan dewasa ini di Indonesia. Meskipun begitu, dalam merujuk pada pendekatan ini, pembaca tentu memiliki kebebasan dalam memilih penggunaan bahasa yang dipandangnya tepat untuk konteks kegiatannya.

Proses penelitian berlangsung dari tahun 2000 sampai 2002 dan dilaksanakan di dua lokasi di Indonesia, yaitu di Propinsi Jambi di Sumatera dan Propinsi Kalimantan Timur.

Penelitian serupa dilaksanakan juga di Bolivia, Brasilia, Filipina, Gana, Kamerun, Kirgistan, Madagaskar, Malawi, Nepal, dan Zimbabwe. Sama seperti penelitian di Filipina dan Nepal, Bank Pembangunan Asia (ADB) membiayai penelitian yang dilaksanakan di Indonesia.

Buku ini dimaksudkan untuk berbagi pengalaman dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ACM di Indonesia.

Apa yang Ada Dalam Buku Ini?

Buku ini memadukan pengalaman konkret tim dengan konsep-konsep abstrak tentang pendekatan ACM yang berkembang sewaktu diterapkan di lapangan. Buku ini dibagi ke dalam empat bagian sebagai berikut:

TENTANG BUKU INI

Page 12: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

x

Bagian Pertama: Pendahuluan

Bab 1 menyampaikan tinjauan umum tentang apa yang dimaksudkan dengan penelitian tentang ACM dan mengangkat pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya.

Bab 2 membahas asal muasal ACM sebagai sebuah pendekatan dan menyajikan latar belakang pendekatan ACM secara teoretis.

Bagian Kedua: Konteks

Bab 3 merinci perkembangan berbagai bentuk partisipasi dalam konteks pengelolaan hutan serta tantangan-tantangan yang dihadapinya, dengan perhatian khusus pada “pengelolaan hutan secara kolaboratif” di Indonesia.

Bab 4 menggambarkan lokasi penelitian ACM dan membahas hasil kajian tim tentang mengapa di lokasi-lokasi tersebut kurang terjadi kolaborasi dan adaptasi pada saat penelitian dimulai.

Bagian Tiga: Praktek

Bab 5 menyampaikan pengalaman tim dalam menerapkan pendekatan ACM dalam mendampingi pemangku-pemangku kepentingan lokal untuk meningkatkan sumber penghidupannya.

Bab 6 merinci tantangan yang dihadapi tim ketika menerapkan ACM, diikuti dengan pembahasan mengenai keunggulan dan keterbatasan ACM sebagaimana dialami tim.

Bab 7 menyajikan pelajaran yang diperoleh dari penelitian aksi partisipatif (participatory action research (PAR)) mengenai ACM.

Bagian Empat: Implikasi dan Kesimpulan

Bab 8 membahas implikasi dari hasil penelitian tim terhadap program-program kehutanan di Indonesia.

Bab 9 menawarkan kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan penelitian tentang pendekatan ACM di Indonesia.

Selanjutnya, Lampiran 1 dan Lampiran 2 menyajikan secara berturut-turut suatu kerangka untuk menerapkan ACM dan sebuah contoh kumpulan alat bantu yang dapat digunakan dalam menerapkan pendekatan ini.

Page 13: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

xi

Siapa yang Dapat Menggunakan Buku Ini?

Buku ini ditujukan bagi para pen damping masyarakat lokal, staf organisasi dan instansi yang bekerja di lapangan seperti staf LSM dan petugas penyuluh instansi pemerintah (terutama dari dinas kehutanan), para pelatih, dan pembaca lainnya yang berminat. Karena setiap hari berhubungan dengan masya rakat, kelompok-kelompok, dan pemangku kepentingan lokal lainnya dalam pengelolaan sumber daya alam, mereka dapat mengguna kan buku ini sebagai bahan acuan, sebagai “alat bantu” dalam memfasilitasi aksi oleh pemangku kepentingan lokal, atau sekedar sebagai catatan pengalaman tim.

Buku ini disusun sedemikian rupa agar semua bagian di dalamnya bisa dibaca secara berurutan, seperti sebuah cerita, ataupun dibaca bagian-bagian tertentu saja sebagai dasar pemikiran untuk mengembangkan metode, “alat bantu”, atau konsep pengelolaan hutan yang baru. Harapannya, pembaca tidak hanya senang membaca buku ini, tetapi juga akan terilhami untuk mencari cara-cara baru dalam mendampingi pemangku kepentingan lokal dalam mengelola hutan secara bersama.

Page 14: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

xii

Istilah/Singkatan/Akronim

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

4Rs framework kerangka tanggung jawab, hak, hasil, dan hubungan (TH3)

rights, responsibilities, returns, and relationships

ACM pengelolaan bersama secara adaptif (PBA)

adaptive collaborative management

ADB Bank Pembangunan Asia Asian Development BankBAPPEDA Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah-

BPD Badan Perwakilan Desa -C&I kriteria dan indikator

(K&I)criteria and indicators

CBFM Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBsM)

Community-Based Forest Management

CIFOR Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (suatu organisasi internasional, bermarkas besar di Bogor, Indonesia)

Center for International Forestry Research

DFID Departemen Pembangunan Internasional Kerajaan Inggris

UK Department for International Development

Dishut Dinas kehutanan (tingkat propinsi/kabupaten)

-

Dis-PTK Dinas pertanian dan tanaman keras (tingkat propinsi/kabupaten)

-

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (tingkat propinsi/kabupaten)

-

FAO Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa

Food and Agriculture Organization of the United Nations

FGD diskusi kelompok terfokus focus group discussion

DAFTAR ISTILAH, SINGKATAN, DAN AKRONIM

Page 15: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

xiii

Istilah/Singkatan/Akronim

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

GPS sistem penentuan posisi global

global positioning system

HKm Program Hutan Kemasyarakatan

Community Forestry Programme

HPH hak pengusahaan hutan -ICDP Proyek Konservasi dan

Pembangunan secara Terpadu

Integrated Conservation and Development Project

IDRC Pusat Penelitian Pembangunan Internasional (suatu instansi pemerintah Kanada)

International Development Research Centre

IIED Lembaga Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan (suatu lembaga nonpemerintah Inggris)

International Institute for Environment and Development

IPPK Izin Pemungutan dan Pemanfaatan Kayu

-

K&I Kriteria dan Indikator criteria and indicators (C&I)

KdTI Kawasan dengan Tujuan Istimewa

-

LATIN Lembaga Alam Tropika Indonesia (suatu LSM)

-

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

nongovernmental organisation

MFP Program Kehutanan Multipihak (suatu program reformasi kehutanan yang dikelola bersama oleh Departemen Kehutanan R.I. dan DFID)

Multistakeholder Forestry Programme

NGO organisasi nonpemerintah/ lembaga swadaya masyarakat

nongovernmental organisation

PAR penelitian aksi partisipatif participatory action research

PBA pengelolaan bersama secara adaptif

adaptive collaborative management (ACM)

Page 16: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

xiv

Istilah/Singkatan/Akronim

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

PCSPP Pengkajian Cepat System Pengetahuan Pertanian

Rapid Assessment of Agricultural Knowledge Systems (RAAKS)

Pemda Pemerintah Daerah -PHB pengelolaan hutan

berkelanjutan sustainable forest management (SFM)

PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Collaborative Forest Management

PHBsM Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Community-Based Forest Management (CBFM)

PMDH Program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

-

PRA pengkajian pedesaan secara partisipatif

participatory rural appraisal

PSHK-ODA Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (salah satu lembaga mitra CIFOR)

Study Center for Regional Autonomy, Law and Policy

PT perseroan terbatas (suatu bentuk perusahaan)

limited company (ltd.)

RAAKS Pengkajian Cepat Sistem Pengetahuan Pertanian (PCSPP)

Rapid Appraisal of Agricultural Knowledge Systems

RECOFTC Pusat Pelatihan Hutan Kemasyarakatan untuk Asia dan Pasifi k (suatu lembaga internasional, berkedudukan di Thailand)

Regional Community Forestry Training Center for Asia and the Pacifi c

SFM pengelolaan hutan berkelanjutan (PHB)

sustainable forest management

TH3 kerangka tanggung jawab, hak, hasil, dan hubung an

rights, responsibilities, returns, and relationships (4Rs framework)

ToT pelatihan untuk para pelatih

training of trainers

UK Kerajaan Inggris The United KingdomYGB Yayasan Gita Buana

(salah satu lembaga mitra CIFOR)

-

Page 17: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Bagian Satu

Pendahuluan

Di berbagai tempat di dunia ada kebutuhan yang kian meningkat untuk memperbaiki pengelolaan hutan. Kebutuhan ini sering muncul karena perbedaan pandangan antara pemangku-pemangku kepentingan yang menggunakan tanah hutan dan sumber daya hutan yang sama. Meskipun secara umum diterima bahwa permasalahan ini harus diselesaikan melalui kerja sama di antara kelompok-kelompok yang bersaing, masih terdapat banyak pertanyaan mengenai bagaimana mempraktekkannya. Buku ini mencoba menjawab sebagian dari pertanyaan tersebut.

Bagian Satu merupakan pengantar: Bab 1 memberikan gambaran umum tentang apa yang dimaksud dengan penelitian ACM, serta memaparkan pertanyaan-pertanyaan yang ingin kami cari jawabannya, sementara Bab 2 memperinci asal muasal konsep ACM.

Page 18: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 19: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

1PERIHAL PENELITIAN ACM

Page 20: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Nyaris tidak dapat dipercaya jika semua hal adalah seperti nampaknya, jika tidak ada rahasia tersembunyi.

(It is incredible, that is, if things are what they seem, if there is not a secret hidden somewhere.)

Rebecca West, wartawati, dalam “The Strange Necessity” 1926

Page 21: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERIHAL PENELITIAN ACM • 5

Pada awal tahun 2000, ketika para peneliti dari berbagai belahan dunia berkumpul di CIFOR untuk membentuk Kelompok Peneliti ACM (ACM Group), Indonesia sedang mengalami goncangan sosial yang cukup hebat. Krisis ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya, jatuhnya kepemimpinan autokratis Soeharto secara dramatis dua tahun sebelumnya, dan kekecewaan masyarakat yang terpendam terhadap pemerintahan yang korup telah mendorong proses-proses perubahan tersebut. Gelombang perubahan yang kemudian terjadi dirasakan di semua tingkatan masyarakat.

Ketika perubahan-perubahan itu terus bergulir, meluas serta mulai menyentuh ranah kehutanan Indonesia, terbukalah berbagai peluang upaya perbaikan pengelolaan hutan. Hal ini penting karena sudah begitu lama hutan di Indonesia dikelola dengan cara yang tidak adil, tidak berkelanjutan, dan hanya meng-untungkan segelintir kelompok tertentu yang diistimewakan negara.

Sebagai bagian dari Kelompok Peneliti ACM internasional yang baru terbentuk itu, tim Indonesia berpandangan bahwa tidak ada saat yang lebih tepat untuk memulai penelitian ACM ini. Pertanyaan yang menarik bagi tim adalah, ketika banyak peluang untuk terjadinya perubahan muncul di Indonesia, ke manakah arah perubahan yang akan terjadi?

Hutan yang tersisa di Jambi, Sumatera, sebagaimana diperlihatkan di sini adalah keadaan umum yang dapat diamati di seluruh Indonesia.

Page 22: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

6 • BAB SATU

Kelompok-kelompok lokal bertindak sebagai peneliti aksi, berdampingan dengan tim kami sepanjang proses penelitian aksi.

Dalam semangat demokratisasi yang berkembang, arah perubahan itu semestinya menjadi hasil dari keputusan bersama dan tindakan bersama. Tetapi selama ini pembelajaran bersama antara berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan di Indonesia sangat kurang. Keadaan itu tidak mendorong kolaborasi, ataupun memicu kelompok-kelompok yang berkepentingan terhadap hutan untuk secara bersama dan bertanggung jawab memanfaatkan dan mengelola hutan.

Tim kami berkeyakinan bahwa kolaborasi dan pembelajaran merupakan hal yang mendesak di Indonesia. Meskipun memang banyak perubahan terjadi yang kemudian merangsang berbagai kelompok untuk mengajukan tuntutannya masing-masing terhadap hutan, sangatlah sulit untuk diketahui apakah perubahan-perubahan itu akan ber gerak demi kebaikan hutan dan masyarakat, atau justru sebaliknya.

Tim kami berharap ACM dapat menawarkan kepada para pemangku kepentingan sarana pembelajaran bersama sebagai dasar untuk memperbaiki secara kolaboratif strategi-strategi pengelolaan hutan. Dengan penelitian ACM, kami mencari jawaban atas tiga pertanyaan berikut:

Page 23: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERIHAL PENELITIAN ACM • 7

Gambar 1. Peran ganda tim ACM dalam penelitian aksi partisipatif

Proses kolaboratif dan pembelajaran

Tim ACM sebagai fasilitator

Tim ACM sebagai

pengamat

1. Dapatkah kerja sama di antara para pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan diperkuat oleh proses pembelajaran sosial yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki kondisi hutan?

2. Pendekatan-pendekatan apakah yang terfokus pada pembelajaran sosial dan aksi kolaboratif antara para pemangku kepentingan yang dapat mendorong pengelolaan hutan yang berkelanjutan?

3. Bagaimanakah pembelajaran sosial dalam ACM mem pengaruhi fungsi sosial, ekonomi, dan ekologi?

Penelitian kami menggunakan penelitian aksi partisipatif (participatory action research (PAR)) sebagai metodologi penelitian. Ini berarti ada dua hal yang kami lakukan: kami mengamati apa yang dilakukan orang lain terhadap hutan, dan pada saat yang sama kami mencari tahu bagaimana keadaan hutan dapat ditingkatkan. Dengan demikian, tim kami bersama kelompok-kelompok lokal ber-tindak sebagai peneliti-peneliti aksi. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi kami dalam melakukan penelitian.

Kami melakukan penelitian aksi partisipatif pada dua “lapisan” (lihat Gambar 1). Di lapisan dalam, tim kami memfasilitasi berbagai pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan belajar bersama, sementara di lapisan luar kami mengamati proses kolaborasi dan pembelajaran, yang terjadi di lapisan dalam. Pada saat-saat tertentu kami menempatkan diri kami di lapisan dalam sebagai fasilitator pembelajaran. Sementara pada kesempatan lain kami berada di lapisan luar sebagai pengamat.

Page 24: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 25: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

2ASAL USUL ACM

Page 26: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Akhirnya eukariot mempelajari suatu kiat baru yang mengesankan. Hal itu membutuhkan waktu yang lama—kurang-lebih semilyar tahun—tetapi setelah dikuasai ternyata kiat yang baik. Mereka belajar untuk bersama-sama membentuk makhluk multisel yang kompleks. Berkat inovasi ini, kesatuan yang besar, rumit, dan nampak nyata seperti kita menjadi mungkin. Planet Bumi siap untuk bergerak ke tahapan ambisius berikutnya.

(Eventually the eukaryotes learned an even more singular trick. It took a long time—a billion years or so—but it was a good one when they mastered it. They learned to form together into complex multicellular beings. Thanks to this innovation, big, complicated, visible entities like us were possible. Planet Earth was ready to move on to its next ambitious phase.)

Bill Bryson, dalam “A Short History of Nearly Everything”, buku yang memenangkan hadiah Aventis untuk buku-buku ilmu pengetahuan, 2004

Page 27: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 11

ADAPTIF

dari “adaptasi”, proses mengadaptasi atau menyesuaikan dengan kondisi yang baru.

KOLABORATIF

dari “kolaborasi”, tindakan bekerja bersama, kerja yang dipersatukan, kerja sama.2

Interaksi dinamis sangat mungkin merang sang terjadinya adaptasi dan kerja sama.

Pendekatan ACM adalah suatu proses yang bertujuan mendorong para pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam merencanakan, melaksana kan, meng-amati, dan mengambil pelajaran dari pelaksanaan rencana mereka di masa lalu. Untuk adanya gambar an yang memadai tentang ACM, proses-proses, dan unsur-unsur kuncinya, kita perlu mencermati asal muasal ACM, yakni pengelolaan adaptif dan pengelolaan bersama/kolaboratif.

Dalam bab ini, kami akan menggambarkan ciri dari masing-masing konsep di atas dan menjelaskan apa dan bagaimana kami menggabungkannya. Selain itu, kami akan mencoba menjelaskan secara sederhana teori-teori yang mendasari pendekatan ACM, termasuk komponen-komponen inti dan proses-proses yang menjadi “jiwa” pendekatan ini, maupun gambaran tentang bagaimana ACM dapat diterapkan.

Page 28: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

12 • BAB DUA

Masa yang akan datang

Saat ini

pengamatanrefleksi refleksi

aksi/ intervensi

aksi baru/ intervensi yang diadaptasi

pere

ncan

aan

pem

anta

uan

pere

ncan

aan

pem

anta

uan

Gambar 2. Proses berulang-ulang pengelolaan adaptif

Pengelolaan Adaptif

Mereka yang bekerja dalam pengelolaan sumber daya alam dan bidang ekologi sering menghadapi keadaan yang tidak pasti, dinamis dan kompleks karena nilai-nilai sosial, kebijakan, dan lingkungan biofi sik senantiasa berubah dengan cepat dan ber lanjut. Walaupun menghadapi ketidakpastian seperti itu, mereka tetap harus mengambil keputusan dan melaksanakan apa yang telah direncanakan. Padahal menjalankan suatu rencana berdasarkan informasi yang tidak pasti bisa menghasilkan keputusan yang tidak efektif.

Salah satu jalan keluar dari dilema ini adalah menerapkan suatu pendekatan pengelolaan yang memungkinkan penyesuaian keputusan secara sistematis dan ber lanjut. Proses penyesuaian keputusan itu terjadi ketika terkumpulnya informasi yang baru dan terjadinya proses pembelajaran. Gagasan pengelolaan adaptif ini muncul ketika masyarakat menyadari pentingnya menghadapi ketidakpastian, dengan cara merancang intervensi untuk mendorong pembelajaran.

Pengelolaan adaptif merupakan suatu cara bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah secara bertanggung jawab ketika menghadapi ketidakpastian. Pendekatan ini me mungkinkan dilakukannya perbaikan sesering dibutuhkan melalui proses yang berulang-ulang seperti digambarkan dalam Gambar 2.

Proses pengelolaan adaptif dimulai dengan refl eksi untuk mengidentifi kasi masalah-masalah mendasar, peluang, dan pokok persoalan. Hasil refl eksi itu kemudian diangkat sebagai faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan, diikuti dengan tindakan nyata untuk mencapai tujuan pengelolaan. Pada saat membuat perencanaan, para pengelola juga harus merancang bagaimana mereka akan memantau apakah rencana tersebut dapat memenuhi tujuan dan apakah rencana itu efektif. Hasil pemantauan digunakan dalam proses evaluasi/refl eksi untuk:

Page 29: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 13

Pengelolaan sumber daya alam lokal mencakup sistem alam dan sistem sosial yang rumit dan dinamis.

• menemukan penyebab tidak efektifnya suatu rencana atau tindakan tertentu dan mengidentifi kasi keunggulan dan kelemahan keputusan yang telah diambil sebelumnya

• menjajaki apakah tujuan masih tetap relevan• mengidentifi kasi perubahan yang terjadi—seperti perubahan akibat

kebakaran hutan, kebijakan baru, atau perubahan demografi —di dalam keseluruhan sistem sosial dan sumber daya alam yang membutuhkan penyesuaian rencana

• mempertimbangkan langkah selanjutnya, termasuk kemungkinan perlunya penyesuaian rencana dan tujuan semula.

Kunci keberhasilan pengelolaan adaptif adalah belajar dari pengalaman yang lalu untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Proses berulang-ulang sebagaimana di gambarkan di atas mengharuskan para pengelola untuk terus-menerus menilai efektivitas rencana dan tindakan mereka. Dengan sendirinya mereka akan menyadari perubahan yang terjadi dalam lingkungan mereka karena tindakan-tindakan mereka. Dengan langkah ini, mereka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang terus berubah.

Page 30: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

14 • BAB DUA

Kotak 1. Sistem pengambilan keputusan secara top-down

Pada sistem pengambilan keputusan secara top-down, biasanya pengambil keputusan berada di lokasi dan posisi yang jauh dari dampak keputusan yang mereka buat. Keputusan dibuat oleh mereka yang berada di puncak hirarki (misalnya pemerintah pusat) dan dipaksakan untuk diterapkan oleh mereka yang berada di lapisan bawah hirarki tersebut (misalnya kelompok-kelompok pengguna hutan).

Namun bisa saja seseorang atau suatu kelompok tertentu (misalnya para pengambil keputusan atau pelaksana proyek kehutanan) melakukan proses berulang-ulang tersebut tanpa melibatkan pihak lain. Hal ini bisa mengakibatkan rendahnya keterlibatan pemangku kepentingan lainnya, yang kemudian dapat membawa kita pada sistem pengambilan keputusan dan perencanaan yang “top-down” dan kurangnya proses pembelajaran antarpihak. Karenanya, agar proses pembelajaran dan adaptasi dapat berjalan dengan baik, menjadi suatu keharusan bahwa semua pemangku kepentingan mengadopsi pendekatan ini secara bersama-sama.

Para praktisi pengelolaan sumber daya alam di berbagai penjuru dunia telah menyadari bahwa kebiasaan umum pengambilan keputusan secara top-down adalah penyebab utama dari banyaknya kegagalan proyek pengelolaan sumber daya alam. Hal ini terutama karena para pengambil keputusan itu kurang memahami kondisi lokal.

Pengelolaan Kolaboratif

Seperti juga pendekatan pengelolaan adaptif, pengelolaan kolaboratif bukanlah konsep yang baru. Berbagai bentuk kerja sama dalam pengelolaan sumber daya sudah dikenal di berbagai negara dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Namun, di Indonesia, bentuk pengelolaan sumber daya hutan semacam ini baru dikenal pada akhir tahun 1990-an. Gambaran lebih rinci sejarah pengelolaan secara kolaboratif di Indonesia dapat dilihat dalam Bab 3.

Istilah collaborative management (pengelolaan secara kolaboratif) dalam bahasa Inggris sering digunakan secara bergantian dengan berbagai istilah lainnya seperti co-management (pengelolaan secara kemitraan), participatory management (pengelolaan partisipatif), joint management (pengelolaan bersama), shared management (pengelolaan berbagi), multistakeholder management (pengelolaan multipihak), atau round-table management (pengelolaan meja bundar). Dalam

Page 31: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 15

Kotak 2. Kelemahan pengelolaan secara kolaboratif yang sering terjadi

• Para pengelola hutan sering menggunakan istilah “kolaborasi” dan “partisipasi” dengan maksud yang sama. Hal ini bisa menjadi masalah jika istilah “kolaborasi” hanya diartikan sebagai ajakan bagi masyarakat dan kelompok-kelompok lokal untuk “berpartisipasi” di tahap pelaksanaan saja, sehingga mereka tidak terlibat dalam menentukan cara menganalisis permasalahan maupun melaksanakan dan memantau rencana yang dibuat.

• Dengan demikian, tujuan, metode, dan rencana pengelolaan hutan dalam kenyataannya masih berada dalam ranah kegiatan “orang luar”. Jika “orang luar” itu kurang mengenal konteks lokal dan cenderung melihat permasalahannya dari sudut pandang mereka sendiri saja, rancangan pengelolaan bisa jadi tidak sesuai dengan kebutuhan lokal dan mengakibatkan gagalnya pengelolaan.

• Potensi pengelolaan secara kolaboratif (seperti menciptakan peluang bagi berbagai kelompok untuk belajar bersama dan bernegosiasi) tidak bisa dicapai jika “partisipasi” tidak diartikan sebagai upaya penentuan nasib sendiri oleh kelompok-kelompok lokal.

bentuk aslinya, pengelolaan secara kolaboratif merupakan proses partisipatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan secara aktif dalam berbagai kegiatan pengelolaan, termasuk pengembang an visi bersama, belajar bersama, dan penyesuaian praktek-praktek pengelolaan mereka. Walaupun demikian, pengelolaan secara kolaboratif memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan para pengelola hutan dan pengambil kebijakan (Kotak 2).

Kunci keberhasilan pengelolaan kolaboratif adalah:

1) Para pemangku kepentingan kunci tidak hanya berpartisipasi dalam pelaksanaan saja, tetapi dalam semua tahapan pengelolaan: pengamatan, perencanaan, aksi, pemantauan, dan refl eksi.

2) Pengembangan minat, keterampilan, dan kemampuan lokal yang dapat membantu para pemangku kepentingan menyesuai kan diri dengan dinamika perubahan yang sangat cepat setelah proyek selesai. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan para pemangku kepentingan dalam menanggapi per ubahan adalah dengan mengikuti pembelajaran yang berkelanjutan dan terstruktur yang dapat membantu dalam meng adaptasi pendekatan pengelolaan mereka.

Page 32: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

16 • BAB DUA

ACM: Menggabungkan Pengelolaan Adaptif dan Pengelolaan Kolaboratif

Adaptive Collaborative Management (ACM) menggabungkan prinsip-prinsip pengelolaan adaptif dan pengelolaan kolaboratif untuk memanfaatkan keunggulan-keunggulan dan mengatasi kelemahan-kelemahan masing-masing pendekatan itu (Gambar 3).

Keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, dalam seluruh tahapan pengelolaan dapat membantu pengembangan keterampilan, minat, dan kapasitas lokal. Gambar ini menunjukkan bagaimana masyarakat lokal berperan serta dalam analisis vegetasi hutan adat mereka.

Gambar 3. Menggabungkan ciri-ciri dua konsep untuk membentuk ACM

Ciri-ciri utama pengelolaan adaptif

Ciri-ciri utama pengelolaan kolaboratif/bersama

Adaptive Collaborative Management (Pengelolaan Bersama Secara Adaptif)

Page 33: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 17

Kotak 3. Defi nisi kami tentang kemampuan beradaptasi dan kemampuan berkolaborasi:3

KEMAMPUAN BERADAPTASI: kemampuan sesuatu, seseorang, masyarakat, atau sebuah kelompok di dalam masyarakat untuk menanggapi secara aktif dan positif faktor-faktor luar (eksternal) atau faktor-faktor dalam (internal).

KEMAMPUAN BERKOLABORASI: partisipasi secara sukarela para pemangku kepentingan dalam proses pengelolaan, khususnya dalam proses pembelajaran.

Penting untuk dicatat bahwa kemampuan berkolaborasi tidak mengacu pada tatanan tertentu pengelolaan hutan. Kemampuan berkolaborasi tidak mensyaratkan siapa saja yang bisa dilibatkan dalam suatu upaya kolaborasi, ataupun tentang pembagian peran dan tanggung jawab di antara mereka. Apabila aspek etika dipertimbangkan dan agar tujuan suatu upaya bersama benar-benar bermakna bagi mereka yang terlibat, maka kolaborasi akan sangat ditentukan oleh partisipasi para pemangku kepentingan yang memainkan peran kunci dalam suatu kawasan hutan, khususnya mereka yang tersingkirkan selama ini.

Unsur-unsur ACM

Ada tiga proses umum yang tercakup dalam pendekatan ACM (Kotak 4) yang jika kita cermati secara keseluruhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:• Komunikasi dan arus informasi yang efektif antara anggota kelompok atau

antara para pemangku kepentingan• Partisipasi aktif dan keterwakilan yang memadai dari semua pemangku

kepentingan dalam pengambilan keputusan dan dalam setiap proses negosiasi dengan pemangku kepentingan lain

• Adanya mekanisme untuk menangani konfl ik dan menghadapi ketidakpastian serta perubahan-perubahan yang cepat dan mendadak

Sebagaimana telah disebutkan di bagian awal bab ini, ACM merupakan suatu pendekatan yang mendorong para pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam merencanakan, mengamati, dan menarik pelajaran dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Maka penting untuk dilihat bahwa ciri khas proses ACM adalah usaha-usaha sadar dari para pemangku kepentingan untuk secara berkelanjutan menjalin komunikasi, kolaborasi, dan negosiasi serta mencari peluang untuk belajar secara bersama mengenai dampak dari tindakan-tindakan mereka.

Page 34: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

18 • BAB DUA

Kotak 4. Tiga proses umum yang terdapat dalam pendekatan ACM

ACM terdiri dari siklus-siklus adaptif yang dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan kunci. Secara sederhana ACM dapat digambarkan sebagai proses yang mencakup:1. Interaksi antara para pemangku kepentingan2. Komunikasi dan pembelajaran di antara para pemangku kepentingan3. Tindakan bersama, yang menghasilkan perubahan atau penyesuaian

pengelolaan.

• Pembelajaran dan eksperimen yang dilakukan secara sengaja• Adanya kemauan (sikap) dan kapasitas (keterampilan dan sumber daya)

organisasi untuk belajar dan menanggapi hasil pembelajaran• Sikap saling menghormati dan saling mempercayai serta keterbukaan• Saling berbagi pengetahuan dan keterampilan• Perencanaan, pengambilan keputusan, tindakan, dan pemantauan yang

dilakukan bersama; kesemuanya dengan memperhatikan secara cermat hubungan-hubungan di dalam sistem sosial dan sistem alam, maupun kaitan-kaitan di antara sistem-sistem itu.

Bagaimana kita memfasilitasi proses ACM?

Sebelum memfasilitasi sebuah proses ACM, kita mulai dengan beberapa pertanyaan berikut ini:• Siapa yang harus dilibatkan dalam proses ini?• Siapa saja para pemangku kepentingan pengelolaan hutan yang berada di

kawasan ini?• Apakah di masa lalu telah terjadi perubahan-perubahan yang signifi kan

terhadap kondisi hutan dan, jika “ya”, apa saja perubahan itu dan mengapa perubahan itu terjadi?

• Apa saja permasalahan utama yang telah menyebabkan berkurangnya luas hutan?

Memperoleh jawaban-jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pemahaman yang mendalam tentang konteks lokal, merupakan hal yang penting dan mendasar bagi para fasilitator ACM. Itulah sebabnya mengapa para fasilitator sedini mungkin harus:• Membangun kepercayaan dan kemitraan. Kemitraan yang baik antara fasilitator

dan para pemangku kepentingan, maupun antara pemangku-pemangku kepentingan. Membangun kepercaya an merupakan langkah yang utama

Page 35: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 19

Kotak 5. Analisis pemangku kepentingan

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifi kasi para pemangku kepentingan dalam suatu sistem dan untuk menjajaki kepentingan-kepentingan mereka masing-masing dalam sistem tersebut. Beberapa acuan dan metode untuk menganalisis pemangku kepentingan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

bagi fasilitator, karena tanpa kepercayaan kepada fasilitator bisa jadi para pemangku kepentingan tidak akan mau berbagi pandangan secara bebas sehingga informasi dan masalah-masalah penting tetap tersembunyi.

• Memahami konteks lokal. Hal ini mencakup identifi kasi para pemangku kepentingan di lokasi yang bersangkutan, termasuk peran, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan, serta sejarah lokal yang terkait dengan pengelolaan hutan.

Page 36: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

20 • BAB DUA

Setelah memperoleh pemahaman yang memadai tentang konteks lokal dan kepercayaan di antara pihak yang terlibat sudah cukup terbangun, fasilitator dapat menyelenggarakan pertemuan/lokakarya untuk mengidentifi kasi masalah-masalah utama yang dihadapi para pemangku kepentingan lokal dalam pengelolaan hutan.

Pada tahap itu, pertemuan/lokakarya diselenggarakan juga untuk bersama-sama merencanakan bagaimana menghadapi pokok-pokok permasalahan tersebut, diikuti dengan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi/refl eksi, serta penyesuaian untuk rencana baru. Pemangku-pemangku kepentingan kunci yang peran dan kepentingannya relevan dengan pokok-pokok permasalahan tersebut harus dilibatkan dalam pertemuan ini.

Seluruh langkah dalam proses ACM digambarkan pada Gambar 4. Dalam gambar ini kita dapat melihat adanya proses iteratif yang menjadi ciri khas pengelolaan adaptif dan memungkinkan perbaikan pengelolaan sesering dibutuhkan (lihat hlm. 21). Aspek kolaborasi dalam proses ini adalah bahwa semua pemangku kepentingan dilibatkan secara aktif sepanjang proses iteratif itu.

ACM dan kriteria dan indikator

Pada tahap awal proses ACM, masyarakat dan/atau para pemangku kepentingan lainnya mungkin akan menyampaikan harapan-harapannya, permasalahannya, rasa frustasinya, dll. Bisa jadi hal ini mempersulit penentuan prioritas pokok permasalahan. Karena itulah, penting untuk selalu mengingat tujuan utama dari ACM.

Dalam rangka penelitian ACM yang diselenggarakan CIFOR, tujuan ACM adalah mengembangkan pengelolaan hutan berkelanjutan (PHB atau sustainable forest management (SFM)). Untuk “membingkai” kegiatan agar dapat mencapai PHB, pertama-tama kita perlu meng identifi kasi permasalahan kunci dalam PHB, kemudian menentukan kegiatan atau keluaran (outcomes) yang dapat membantu tercapainya PHB. Dengan cara ini, akan terbentuk kerangka kerja yang terdiri dari tujuan, kegiatan, dan hasil di bidang sosial, ekonomi, kebijakan, ekologi, dan produksi. Ini menjadi dasar untuk menentukan kriteria dan indikator (K&I) PHB.

K&I adalah salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifi kasi permasalahan kunci di suatu tempat/unit manajemen hutan, peluang, dan pokok persoalan lain serta mengembangkan sistem pemantauan. Lebih penting lagi, K&I dapat mengidentifi kasi kendala-kendala dalam mencapai keadaan yang diinginkan. Hal ini termasuk upaya untuk memahami hubungan sebab

Page 37: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 21

• M

emba

ngun

kep

erca

yaan

dan

kem

itraa

n•

Mem

aham

i kon

teks

loka

l:-

Ana

lisis

pem

angk

u ke

pent

inga

n-

Kec

ende

rung

an s

ejar

ah-

Kea

daan

bio

fisik

- K

esej

ahte

raan

mas

yara

kat

- P

enja

jaka

n ke

mam

puan

ad

aptif

dan

kol

abor

asi

- K

onte

ks k

ebija

kan

Mas

a ya

ng

akan

dat

ang

Saa

t ini

peng

amat

anre

fleks

i r

efle

ksi

aksi

/

inte

rven

siak

si b

aru/

in

terv

ensi

yan

g

di

adap

tasi

perencanaan

pemantauan

perencanaan

pemantauan

Gam

bar

4. La

ngka

h-la

ngka

h ut

ama

pros

es A

CM

Page 38: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

22 • BAB DUA

Kotak 6. Beberapa acuan dalam mengembangkan K&I

Alat-alat sebagai berikut dapat membantu kita dalam mengembangkan dan menilai K&I pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan berkeadilan:

Perangkat K&I (C&I Toolbox)

Adalah serangkaian panduan dan perangkat lunak yang dikembangkan oleh CIFOR dalam proyek tentang Pengujian Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan secara Berkelanjutan pada tahun 1999 (lihat Lampiran 2 untuk bahan bacaan lebih lanjut).

Pedoman Pendahuluan: Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola

oleh Masyarakat.

Ritchie, B., C. McDougall, M. Haggith & N. Burford de Oliveira. 2001. CIFOR, Bogor, Indonesia.

ACM dan pembelajaran sosial

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kunci keberhasilan dalam mengembangkan suatu proses adaptif yang mengarah pada peningkatan kemampuan pengelolaan, adalah pembelajaran sosial di antara para pemangku kepentingan. Pembelajaran sosial dalam hal ini adalah pembelajaran yang terjadi di dalam sekelompok orang, bukannya pembelajaran yang dialami oleh masing-masing orang secara terpisah.4

Indikator yang menunjukkan apakah pembelajaran sosial telah terjadi adalah antara lain: perubahan pemahaman, persepsi, tingkah laku, tindakan kelompok, dll. Untuk lokasi tertentu akan diperlukan indikator-indikator yang sesuai dengan keadaan di lokasi tersebut, misalnya cara-cara kelompok mengkaji atau menanggapi informasi baru berkaitan dengan lokasi itu.

Untuk membangun minat para pemangku kepentingan agar belajar dan memastikan bahwa pembelajaran sosial akan terjadi, ada tiga elemen yang diperlukan:• Pokok persoalan atau fokus yang jelas• Gagasan atau informasi baru• Platform komunikasi (forum ataupun basis untuk berkomunikasi).

akibat antara masalah-masalah yang berbeda, misalnya dengan menggunakan metode “pohon masalah”. Dalam Kotak 6 disajikan beberapa acuan untuk mengembangkan K&I.

Page 39: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 23

ACM dan fasilitasi

Fasilitasi memainkan peran penting dalam mendorong pembelajaran sosial melalui interaksi yang konstruktif.5 Pada situasi konfl ik yang tinggi atau saingan yang kuat di antara para pemangku kepentingan mengenai tanah hutan dan sumber daya hutan, fasilitasi sangat menentukan sejauh mana mereka dapat dipertemukan dan hubungan konstruktif di antara mereka dapat dibangun melalui dialog terbuka. Fasilitasi dapat didefi nisikan sebagaimana terlihat di Kotak 7.

Page 40: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

24 • BAB DUA

Seorang fasilitator memastikan agar proses-proses dalam kelompok cukup dinamis dan komunikasi di antara peserta konstruktif. Idealnya, hal ini dapat mendorong pembelajaran di antara peserta dan setiap gagasan peserta akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Fasilitator

Dalam pengelolaan hutan, pihak-pihak yang dominan tidak seharusnya menjadi satu-satunya pengambil keputusan. Karenanya, fasilitator perlu mengembangkan strategi, mekanisme, dan kondisi yang dapat membantu menyeimbangkan kekuatan antara para pemangku kepentingan dengan tujuan untuk:• Mendorong dinamika kelompok yang baik dan komunikasi yang konstruktif• Memfasilitasi adanya keterwakilan atau kesempatan yang setara bagi semua

pihak untuk berbicara dan untuk didengar• Memastikan adanya akuntabilitas (pertanggungjawaban) para wakil

pemangku-pemangku kepentingan• Memastikan bahwa semua pikiran atau gagasan para pemangku kepentingan

dihargai dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Kotak 7. Defi nisi fasilitasi6

Kita dapat mendefi nisikan fasilitasi sebagai proses sadar dalam mendampingi suatu kelompok agar secara berhasil mencapai tujuan-tujuan kelompok itu, dengan tetap berfungsi sebagai kelompok. Patut diperhatikan bahwa fasilitasi bukan berarti memimpin pertemuan kelompok, memberi pengarahan, atau berceramah.

Page 41: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

ASAL USUL ACM • 25

Gambar 5. Berbagai peran fasilitasi dalam mengembangkan pembelajaran sosial

• Membangun saling percaya

• Mengembangkan kapasitas dalam hal:- Pengelolaan

informasi- Negosiasi- Berorganisasi

& mengelola organisasi

- Pemecahan masalah

Menembus kendala

komunikasi yang disebabkan

oleh perbedaan sosial,

kekuasaan, dan pendidikan

Mengembangkan komunikasi

yang konstruktif, terbuka, bebas, dan responsif

Memastikan keterwakilan yang baik, setara, dan

bertanggung jawab

Memastikan terjadinya

pembelajaran bersama

Namun, keterwakilan yang baik dan berimbang serta adanya peluang yang merata bagi semua pemangku kepentingan tidak akan terjadi begitu saja. Mengem bangkan pembelajar an sosial melalui interaksi yang konstruktif antara para pemangku kepentingan perlu didorong dengan membangun komunikasi yang terbuka dan responsif, maupun dengan mengatasi kendala-kendala yang terdapat di dalam komunikasi itu sendiri.7 Sebagai contoh, perbedaan sosial dan pendidikan kadang menjadi hambatan psikologis. Dalam situasi semacam itu kelompok marjinal biasanya merasa inferior dan kurang percaya diri untuk berkomunikasi dengan pejabat pemerintah. Dalam hal ini diperlukan proses peningkatan kapasitas dan rasa percaya diri kelompok yang lebih lemah dalam hal:• mengelola informasi baru• negosiasi• kemampuan organisasi dan lembaga8

• pemecahan masalah.

Gambar 5 secara sederhana menggambarkan berbagai peran yang harus dimainkan fasilitator dalam mengembangkan pembelajaran sosial. Penting untuk diperhatikan bahwa pada kenyataannya peran-peran ini bisa saja terjadi tidak secara berurutan atau sesederhana seperti terlihat pada diagram ini.

Agar pengelolaan hutan secara kolaboratif dapat tercapai, baik fasilitator maupun para pemangku kepentingan perlu meningkatkan kemampuan mereka dalam hal-hal berikut ini:• penanganan konfl ik dan pembuatan keputusan politis• inovasi dan pemecahan masalah• pengembangan komunikasi dan hubungan baik• peningkatan kemampuan masyarakat untuk berorganisasi.

Page 42: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

26 • BAB DUA

Apakah nilai tambah yang diharapkan dari penerapan ACM di Indonesia?

Indonesia telah mengenal berbagai bentuk pendekatan partisipatif dalam pengelolaan hutan (lihat juga Bab 3). Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah nilai tambah yang dapat ditawarkan ACM terhadap pengelolaan hutan di negara ini? Harapan tim kami, pendekatan ACM dan hasil penelitian kami akan bermanfaat untuk hal-hal berikut:• Pendekatan ACM dapat memfasilitasi berbagai pemangku kepentingan

dalam mengorganisasi dirinya guna bertindak dan memantau perkembangan maupun akibat tindakannya

• Pendekatan ACM dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya pembelajaran di antara para pemangku kepentingan yang dilakukan secara sadar

• Pendekatan ACM membantu dalam membuat proses pembelajaran lebih terstruktur

• Pendekatan ACM meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan untuk beradaptasi

• Pendekatan ACM memungkinkan proses fasilitasi dan proses penelitian terjadi secara bersamaan.

ACM dalam praktek

Bab ini mencoba memaparkan teori-teori yang menjadi latar belakang pendekatan ACM, sementara prakteknya diuraikan dalam bab-bab berikut ini. Bab-bab tersebut menggambarkan bagaimana kami menerapkan ACM di dua lokasi di Indonesia, termasuk proses dan keluarannya. Ketika pemahaman kami tentang konteks lokal dan tentang pendekatan ACM itu sendiri berkembang, kami membuat penyesuaian-penyesuaian penerapan konsep ACM dengan kondisi lokal dan dinamika para pemangku kepentingan.

Page 43: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Bagian Dua

Konteks

Kemelut sosial yang terjadi di Indonesia pada pergantian abad ke-20 juga mempengaruhi keadaan hutan di Indonesia. Sebuah perkembangan yang positif adalah munculnya berbagai bentuk pengelolaan hutan kolaboratif.

Bagian Dua ini diawali dengan melihat apa yang berada di balik perkembangan tersebut karena hal itu merupakan konteks luas penelitian kami (Bab 3). Tantangan-tantangan yang dihadapi penge-lolaan hutan kolaboratif itu juga dibahas dalam bab ini.

Bagian Dua ini kemudian mengkaji konteks lokal penelitian kami. Bab 4 menggambarkan lokasi-lokasi penelitian, masyarakat yang tinggal di sana, pihak-pihak luar yang tertarik pada sumber daya hutan, dan persepsi-persepsi berbagai kelompok tersebut tentang pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Keadaan tidak pasti yang dihadapi kelompok-kelompok itu dan disebabkan oleh perubahan sumber penghidupan, hubungan sosial, dan kebijakan juga merupakan salah satu aspek dari konteks lokal penelitian kami. Maka dari itu, Bab 4 juga membahas kondisi tidak pasti tersebut. Selanjutnya, bab ini memaparkan penilaian tim kami tentang kemampuan kolaboratif dan kemampuan adaptif kelompok-kelompok lokal di lokasi penelitian.

Page 44: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 45: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

3PENGELOLAAN HUTAN SECARA

KOLABORATIF DI INDONESIA

Page 46: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Kemerdekaanmu dan kemerdekaanku tidak terpisahkan. (Your freedom and mine cannot be separated.)

Nelson Mandela, pemimpin tingkat dunia

Page 47: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PENGELOLAAN HUTAN SECARA KOLABORATIF DI INDONESIA • 31

Sebagaimana telah kami sampaikan, kami memulai penelitian ACM di tengah-tengah krisis ekonomi dan sosial-politik di Indonesia. Didorong oleh tuntutan yang meluas akan pengelolaan hutan yang lebih berkelanjut an dan lebih berkeadilan, pendekatan kolaboratif dalam pengelolaan hutan muncul hanya beberapa saat sebelum kami memulai penelitian ACM. Karena keadaan ini menjadi konteks utama penelitian kami, bab ini mengulas hal tersebut.

Sejarahnya

Walaupun pengelolaan hutan secara kolaboratif di Indonesia relatif baru, perkembangannya berpangkal pada awal tahun 1970-an, ketika pemerintah mulai bereksperimen dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan. Pemerintah pada saat itu dihadapkan dengan konfl ik-konfl ik sosial yang kian meningkat di antara masyarakat lokal dan proyek-proyek kehutanan, serta tekanan publik dan tuntutan internasional untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Dalam dua dasawarsa selanjutnya, berbagai prakarsa pengelolaan hutan partisipatif dikembangkan dan diujicobakan. Selain pemerintah, aktivis LSM, peneliti, dan penyandang dana juga memainkan peranan penting dalam prakarsa ini. Seiring dengan berjalannya waktu, prakarsa-prakarsa itu berkembang dari pendekatan yang sekedar “mengajak” kelompok lokal untuk berpartisipasi dalam kegiatan lapangan, menjadi pendekatan yang memberi mereka kewenangan dalam pengambilan keputusan (bandingkan juga Kotak 2 dalam Bab 2). Dalam evolusi ini ada tiga tahapan umum yang dapat dibedakan dengan jelas, yakni:1) peningkatan akses para pemangku kepentingan lokal terhadap sumber daya

hutan2) pengakuan sistem pengelolaan hutan masyarakat lokal3) peningkatan kewenangan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan

tentang hutan.

1. Peningkatan akses para pemangku kepentingan lokal terhadap sumber daya hutan

Di antara kebijakan dan program kehutanan partisipatif pada tahap ini, yang terutama perlu dicatat adalah perhutanan sosial (social forestry).9 Secara umum, kebijakan dan program perhutanan sosial pemerintah diarahkan pada peningkatan kondisi sosial-ekonomi pemangku-pemangku kepentingan lokal. Kebijakan ini pertama kali diterapkan pada awal tahun 1970-an di perkebunan kayu jati di pulau Jawa yang dikelola Perum Perhutani. Program ini meng ijinkan masyarakat lokal untuk menanam tanaman tahunan/tanaman semusim nonkayu di antara pohon-pohon jati dengan syarat mereka me nyediakan tenaga kerja

Page 48: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

32 • BAB TIGA

Tujuan umum kebanyakan program perhutanan sosial adalah perbaikan kondisi sosial-ekonomi masyarakat lokal dengan cara meningkatkan akses mereka terhadap sumber daya hutan.

untuk kegiatan penanaman jatinya. Pada awalnya, para pemangku kepentingan lokal tidak diper kenankan memanen kayu, tetapi belum lama ini mereka diperbolehkan memanfaatkan kayu jati yang mereka tanam sendiri.

Pada tahun 1980-an, kebijakan perhutanan sosial yang diawali pada awal tahun 1970-an itu dimodifi kasi dan mengambil bentuk program pengembangan masyarakat (seperti Pembinaan Masyarakat Desa Hutan atau PMDH) dan program hutan komunitas (seperti Hutan Kemasyarakatan atau HKm). PMDH tidak memungkinkan partisipasi masyarakat yang luas tetapi mengharuskan para pemegang konsesi hutan untuk memberikan kompensasi fi nansial kepada masyarakat yang berada dalam wilayah konsesi mereka. HKm memperbolehkan kelompok-kelompok dan masyarakat lokal untuk mengelola wilayah hutan yang sudah terdegradasi dan menciptakan peluang ekonomi untuk mereka. Hal ini memberi mereka hak pemanfaatan hutan, tetapi pemerintah tetap mempunyai wewenang untuk memberikan dan mencabut kembali hak tersebut sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan dalam menjalankan kewenangannya.

Dalam tahap pertama ini peran pemerintah sangat penting karena mengadopsi partisipasi masyarakat dalam arus-utama (mainstream) program kehutanan dan mengalokasikan sumber daya untuk pengembangannya. Namun demikian, peran

Page 49: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PENGELOLAAN HUTAN SECARA KOLABORATIF DI INDONESIA • 33

LSM lokal, peneliti, aktivis, maupun donor asing tidak kalah pentingnya karena memberi bantuan teknis, evaluasi kritis, dan dana.

Pada tahun 1999, dalam semangat desentralisasi, dikeluarkanlah kebijakan pemerintah yang mengijinkan pembagian keuntungan dari pemanfaatan hasil kayu antara pengusaha hutan dan masyarakat lokal. Meskipun begitu, para pemangku kepentingan lokal tidak turut menentukan besarnya keuntungan yang dibagi.

2. Pengakuan sistem pengelolaan hutan lokal

Tahapan kedua menampilkan pergeseran fokus dari pengelolaan hutan skala besar ke arah pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBsM).

Dari pertengahan tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an ada berbagai upaya pengkajian lapangan yang diprakarsai untuk mengembangkan pemahaman mengenai keanekaragaman sistem pengelolaan hutan lokal yang tersebar di kepulauan Indonesia. Dengan dukungan pen danaan dari donor asing, staf lapangan dinas kehutanan ditugaskan untuk meneliti sistem-sistem lokal pengelolaan hutan. Kajian awal ini kemudian dijadikan dasar pengetahuan bagi pemerintah untuk mengembangkan kebijakan dan program perhutanan sosial.

Perkembangan yang patut dicatat adalah bahwa pada tahun 1998 pemerintah mengakui kewenangan masyarakat adat Krui (Sumatera Selatan) untuk mengelola suatu wilayah di dalam wilayah hutan negara. Kebijakan ini, yang disebut Kawasan dengan Tujuan Istimewa (KdTI), mengakui hak pengelolaan masyarakat Krui dan juga memberi hak pemanfaatan hutan kepada mereka.

Pada saat ini, berbagai prakarsa pengelolaan hutan berbasis masyarakat telah diterapkan di seluruh Indonesia, sebagian besar didanai oleh donor asing dan dilaksanakan oleh LSM lokal. Prakarsa-prakarsa khas ini diperjuangkan oleh aktivis LSM, peneliti, dan donor agar dapat diadopsi secara luas.

3. Peningkatan kewenangan dalam pengambilan keputusan tentang hutan/kemitraan dalam pengelolaan hutan

Berbagai kebijakan dan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kewenangan para pemangku kepentingan lokal dalam pengambilan keputusan tentang hutan baru muncul akhir-akhir ini. Pada akhir tahun 1990-an Perum Perhutani memprakarsai suatu program uji coba yang didukung donor asing dan difasilitasi di lapangan oleh LSM lokal, disebut Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Page 50: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

34 • BAB TIGA

Uji coba tersebut dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan kemitraan yang sesungguhnya antara perusahaan dan masyarakat lokal. Berbeda dengan program-program perhutanan sosial terdahulu, program tersebut melibatkan kelompok-kelompok masyarakat lokal bukan sekedar sebagai pekerja pada penanaman pohon jati seperti terjadi sebelumnya, tetapi sebagai mitra yang juga berperan dalam pengambilan keputusan. Dalam upaya ini, peran LSM lokal sangat penting, terutama sebagai mediator antara Perhutani dan masyarakat lokal.

Tantangan dalam Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Pergeseran ke arah Kolaborasi

Meskipun ada niat baik pemerintah dalam program-program yang menggunakan pendekatan partisipatif, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Pemanfaatan hutan secara tidak berkelanjutan dan tidak berkeadilan masih saja berlangsung. Ada beberapa tantangan dalam penerapan pendekatan partisipatif yang menyebabkan terbatasnya sukses program-program kehutanan itu.

Banyak upaya partisipatif beranggapan bahwa para pemangku kepentingan lokal merupakan kelompok-kelompok homogen yang memiliki kepentingan bersama dalam mengelola hutan. Namun sering, kenyataan di lapangan tidaklah demikian. Masyarakat lokal dan kelompok-kelompok lokal lainnya sering mempunyai kepentingan-kepentingan terhadap hutan yang saling berbeda, atau bahkan bertentangan. Kendati demikian, banyak pemrakarsa upaya partisipatif tidak peka terhadap perbedaan-perbedaan antara kelompok, tidak mengetahui bagaimana menangani konfl ik, atau tidak memiliki cara untuk mendorong kerja sama. Jadi, tantangan terbesar dalam upaya-upaya partisipatif adalah ketidakmampuan pelaksana upaya-upaya tersebut dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang beragam atas hutan melalui kolaborasi.

Selanjutnya, masih banyak upaya yang walaupun disebut “partisipatif”, sesungguhnya tetap bersifat top-down dan kaku terhadap perubahan dan ketidakpastian pada tingkat pengelolaan hutan. Pendekatan top-down semacam itu pada dasarnya hanya menguntungkan negara atau mereka yang cukup berkuasa untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Karenanya, sementara perubahan dan ketidakpastian pada tingkat pengelolaan hutan menuntut cara pengelolaan yang fl eksibel, pengambilan keputusan pengelolaan hutan tetap berada di tangan para profesional pengelolaan hutan resmi dan negara. Dengan kata lain, tantangan kedua dalam upaya-upaya partisipatif adalah kekakuan upaya-upaya tersebut dalam mengakomodasi perubahan dan menghadapi ketidakpastian.

Tantangan-tantangan ini telah mempengaruhi perkembangan pendekatan partisipatif di Indonesia, dan bahkan tetap berpengaruh hingga saat ini.

Page 51: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PENGELOLAAN HUTAN SECARA KOLABORATIF DI INDONESIA • 35

Seminar, pertemuan, dan lokakarya tentang pendekatan partisipatif dalam pengelolaan hutan tidak sedikit jumlahnya. Foto ini memperlihatkan sebuah lokakarya nasional tentang reformasi perhutanan sosial yang diselenggarakan pada bulan September 2002 dan melibatkan wakil masyarakat lokal, pemerintah, LSM, peneliti, dan donor.

Perkembangan terakhir dalam proses ini adalah pergeseran dari pendekatan-pendekatan terdahulu yang ternyata tidak mampu menghadapi perbedaan-perbedaan tuntutan atas hutan, perubahan dan ketidakpastian, ke arah pengelolaan hutan bersama atau kolaboratif.

Upaya desentralisasi pemerintah dan meningkatnya kekuatan pasar menjadi faktor-faktor penting di belakang pergeseran ini. Faktor-faktor itulah yang mendorong pelibatan berbagai kelompok kepentingan yang lebih luas. Di samping itu, munculnya kelompok-kelompok kepentingan baru dan berubahnya pola-pola hubungan antara kelompok, menjadikan kerja sama suatu kebutuhan pokok.

Gambar 6 menampilkan sebuah rangkaian kesatuan kontinyu (continuum) yang menunjukkan pergeseran dari upaya-upaya pengelolaan hutan yang bersifat partisipatif ke arah kolaborasi.

Gambar 6. Rangkaian kesatuan kontinyu (continuum) dari partisipasi ke arah kolaborasi dalam pengelolaan hutan

Partisipasi Kolaborasi

Peningkatan akses sumber daya hutan

Pengakuan sistem lokal pengelolaan hutan

Peningkatan wewenang dalam pengambilan keputusan/kemitraan

dalam pengelolaan hutan

Page 52: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

36 • BAB TIGA

Tantangan yang Dihadapi Pengelolaan Hutan Kolaboratif

Pergeseran dari partisipasi menjadi kolaborasi merupakan perkembangan yang positif dalam pencarian pendekatan pengelolaan hutan yang lebih baik. Namun demikian, belum sepenuhnya jelas apakah pengelolaan hutan kolaboratif dapat mengatasi secara efektif tantangan-tantangan yang gagal dihadapi oleh pendekatan-pendekatan sebelumnya.

Pengelolaan hutan secara kolaboratif di negara-negara Asia lainnya (seperti Joint Forest Management di India, Community Forestry di Nepal, atau Community-Based Forest Management di Filipina) telah mengalami tantangan-tantangan serupa. Sekalipun merupakan program-program yang relatif mapan, sering dalam

Page 53: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PENGELOLAAN HUTAN SECARA KOLABORATIF DI INDONESIA • 37

penerapannya proses-proses sosial pada tingkat lokal tidak mendapat perhatian yang memadai. Hal ini telah mengakibatkan pembagian manfaat pengelolaan hutan yang tidak adil dan justru merugikan kelompok-kelompok marginal di tingkat lokal.10

Dari perkembangan pendekatan partisipatif dalam pengelolaan hutan di Indonesia kita dapat melihat bahwa yang telah terjadi adalah proses pem belajaran “coba dan ralat” (trial and error) antara berbagai kelompok kepentingan. Pembelajaran semacam ini masih berlangsung hingga hari ini. Tetapi walaupun pembelajaran telah terjadi, laju pem belajaran tersebut berjalan lamban dan partisipasi masih dilihat terutama sebagai cara untuk memastikan agar hutan tetap dapat dijadikan sumber pendapatan dan kekayaan bagi mereka yang memiliki kekuasaan.

Kami menduga bahwa kendala utama yang menghambat pembelajaran adalah tidak berubahnya kerangka berpikir mereka yang secara sosial dan politik kuat. Penguasaan atas tanah dan sumber daya hutan dipertahankan oleh mereka yang berkuasa karena penguasaan tersebut telah memberi kenyamanan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang terjadi sesungguhnya tidak nyata. Artinya, pembelajaran semu semacam itu tidak membawa perubahan-perubahan yang langgeng.

Page 54: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 55: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

4LOKASI PENELITIAN KAMI

Page 56: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Karena merupakan makhluk yang berkesadaran, manusia tidak saja berada “dalam” dunia, tetapi juga “bersama” dunia.

(It is because he is a conscious being that man is not only “in” the world, but “with” the world.)

Paulo Freire, fi lsuf, ilmuwan, dan pembaharu

Page 57: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 41

Setelah pencarian yang ekstensif untuk menemukan lokasi penelitian, tim kami memilih dua tempat: Desa Baru Pelepat di Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi, Sumatera, serta Desa Rantau Layung dan Desa Rantau Buta di Kabupaten Pasir, Propinsi Kalimantan Timur (Gambar 7).

Sementara bab sebelumnya menyampaikan konteks luas penelitian kami, dalam bab ini dipaparkan konteks lokalnya. Bab 4 ini menggambarkan lokasi penelitian, pemangku kepentingan yang berada di lokasi tersebut, dan ketidakpastian yang mereka hadapi. Selanjutnya bab ini membahas tingkat kemampuan adaptif dan kemampuan kolaboratif yang dimiliki para pemangku kepentingan tersebut karena hal ini merupakan salah satu aspek dari konteks lokal yang penting.

4.1. Hutan dan Para Pemangku Kepentingan

Hutan dan masyarakat

Dari lanskapnya, dengan mudah kita dapat melihat bahwa hutan di kedua lokasi penelitian telah dipengaruhi oleh berbagai kegiatan manusia: berladang, berkebun wana tani, menebang kayu, dan pada kasus di Jambi, berkebun kelapa sawit, serta transmigrasi. Hutan dipterocarp, yang dikenal memiliki nilai kayu yang tinggi seperti jenis meranti (Shorea spp.), mengelilingi desa.

Saat memasuki Baru Pelepat kami melihat bahwa sebagian besar wilayah itu tertutup oleh hutan sekunder yang hingga saat itu telah berkembang dikarenakan sistem rotasi pertanian masyarakat lokal maupun penebangan kayu skala besar. Sisa-sisa hutan primer masih dapat kami temukan di sana-sini pada daerah yang lebih tinggi dan wilayah perbukitan.

Baru Pelepat terletak sekitar 65 kilometer di sebelah timur Taman Nasional Kerinci Seblat, yang merupakan salah satu dari empat wilayah konservasi terbesar di Asia Tenggara. Luas wilayah desa adalah 7.265 hektar dan dihuni oleh 557 jiwa pada saat kami memasuki lokasi. Lokasi desa ini berada di bagian hulu Sungai Batang Pelepat sehingga merupakan bagian dari daerah tangkapan air untuk wilayah pertanian, perkebunan, dan wilayah perkotaan ke arah hilir. Tekanan akibat penebangan kayu komersial seperti jenis meranti, Parashorea aptera, dan balam (Palaquium spp.) cukup tinggi. Keanekaragaman fauna di wilayah ini tinggi.

Lokasi penelitian lainnya, Rantau Layung dan Rantau Buta, adalah dua desa yang berdampingan dan terletak di antara Gunung Lumut dan Sungai Kasungai, sekitar 202 kilometer sebelah timur Balikpapan. Jaraknya kurang lebih satu kilo-meter dari hutan Gunung Lumut yang pada tahun 1993 ditetapkan sebagai Hutan Lindung oleh pemerintah. Kedua desa ini terdapat di wilayah operasi beberapa

Page 58: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

42 • BAB EMPAT

Gambar 7. Lokasi-lokasi penelitian kami

Page 59: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 43

Pemandangan yang umum terdapat di lokasi penelitian di Jambi: rumah kayu yang dikelilingi kebun dan ladang dengan tanaman pangan, sementara hutan sekunder nampak di latar belakang.

perusahaan penebangan kayu skala besar. Luas wilayah Rantau Buta adalah 18.913 hektar dengan penduduk 210 jiwa, sementara Rantau Layung luasnya 16.546 hektar dan berpenduduk 85 jiwa.

Seperti halnya di Baru Pelepat, sebagian besar dari hutan di sini adalah hutan sekunder. Kami mengamati bahwa hutan mengikuti sebuah pola lanskap mosaik yang khas, yakni lahan kering pertanian berselang-seling dengan kebun-kebun wanatani masyarakat dan wilayah hutan penebangan skala besar. Hutan primer dapat ditemukan sepanjang batas hutan lindung. Vegetasi di sini mencakup wayan (Aglaia tomentosa), terap (Artocarpus elasticus), dan meranti merah (Shorea leprosula). Hewan yang umum terdapat di sini adalah rusa (seperti Cervus unicolor), burung layang-layang, dan beberapa jenis reptil.

Seperti halnya banyak komunitas yang hidup di pinggir atau di dalam hutan di Indonesia, masyarakat di ketiga desa sangat bergantung pada hasil-hasil hutan, semak belukar, lahan kering, daerah berhutan, kebun wanatani, dan pekarangan. Secara sosial, penduduk desa beranekaragam: mereka berasal dari berbagai kelompok etnis dan sosial yang berbeda. Selain itu, di dalam masyarakat terdapat perbedaan status sosial di antara individu dan di dalam kelompok.

Page 60: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

44 • BAB EMPAT

Kami mengamati bahwa hal tersebut telah menimbulkan ketimpangan sosial dalam hal kesejahteraan, jender, dan kekuasaan. Contoh struktur sosial yang timpang di lokasi penelitian adalah lebih tingginya status sosial para tokoh adat dibandingkan status sosial anggota masyarakat lainnya. Hal ini berarti bahwa tokoh-tokoh adat tersebut dipandang mempunyai hak yang lebih dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat (bandingkan Kotak 1 dalam Bab 2).

Berbagai pandangan masyarakat tentang hutan

Mengingat keanekaragaman kelompok masyarakat di lokasi-lokasi penelitian kami, tidaklah mengherankan bahwa terdapat berbagai pandangan yang dimiliki masing-masing kelompok tentang penggunaan wilayah hutan dan sumber daya alam lainnya di sekitar desa mereka.

Kelompok-kelompok atau perseorangan yang berbeda mempunyai nilai yang berbeda pula terhadap hutan, seperti misalnya:• hutan sebagai sumber makanan dan pendapatan• hutan sebagai sumber bahan bakar dan bahan masukan untuk pertanian• hutan sebagai milik atau investasi bagi generasi sekarang dan yang akan

datang.

Berikut ini diberikan beberapa contoh pandangan yang berbeda-beda tentang pemanfaatan sumber daya hutan.

Warga masyarakat yang lebih kaya memandang hutan dari sudut pandang kepentingannya, yakni guna memperoleh manfaat dari eksploitasi hutan secara komersial yang dilakukan perusahaan penebangan kayu dari luar yang nyaris tidak peduli terhadap masyarakat lokal. Warga masyarakat tersebut bekerja sama dengan pihak luar dalam menyediakan tenaga/buruh untuk penebangan kayu. Lain halnya dengan warga desa yang lebih miskin; mereka bergantung pada hutan terutama untuk mencukupi kebutuhannya, seperti mengumpul kan buah-buahan, umbi-umbian, dan hewan buruan. Kelompok masyarakat yang relatif miskin adalah Orang Rimba di Jambi dan kaum perempuan di Pasir.

Contoh lain dari Baru Pelepat adalah perbedaan pandangan mengenai sumber daya alam terjadi antara penduduk asli dan pendatang dari Sumatera dan Jawa. Masyarakat asli setempat adalah keturunan Minangkabau yang datang ke wilayah Baru Pelepat dari Sumatera Barat lebih dari 100 tahun yang lalu. Masyarakat pendatang berada di wilayah tersebut melalui program transmigrasi pemerintah tahun 1997; dari program ini mereka telah memperoleh tanah untuk dihuni dan bertani.

Page 61: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 45

Bagi warga Minangkabau, hutan merupakan sumber makanan dan pendapatan. Mereka membuka hutan untuk menanam padi, tanaman musiman lainnya, dan tanaman karet, serta memanen hasil-hasil hutan seperti kayu, rotan, dan buah-buahan.

Masyarakat pendatang, di lain pihak, memandang hutan dan semak belukar sekitar desa sebagai sumber bahan bakar dan bahan masukan untuk kegiatan pertanian mereka, seperti galah bambu atau keranjang rotan. Mereka menanam tanaman pangan dan pepohonan pada tanah yang telah diberikan pemerintah kepada mereka.

Kedatangan anggota masyarakat baru ini telah meningkatkan jumlah pengguna sumber daya alam di Baru Pelepat dan pada saat yang sama membuat masyarakat semakin beragam. Di samping itu, perbedaan pandangan di antara mereka turut menyebabkan kurangnya visi bersama di dalam masyarakat tentang bagaimana hutan dan sumber daya alam lainnya dapat dimanfaatkan.

Contoh lain bagaimana masyarakat memandang hutan secara berbeda kami ambil dari lokasi di Pasir. Keturunan Aji Sulaiman, penguasa setempat yang memimpin Kerajaan Pasir pada abad ke-19, mengaku memiliki kewenangan atas wilayah hutan yang mencakup kedua desa penelitian. Namun, pada saat kami melakukan penelitian kami, pemerintah kabupatenlah yang menjalankan kewenangan resmi berkenaan dengan pengelolaan hutan. Contoh ini menggambarkan bahwa di lokasi Pasir ada perbedaan persepsi tentang siapa yang memiliki kewenangan atas wilayah hutan.

Mendefinisikan para pemangku kepentingan

Kelompok atau perseorangan yang berbeda dalam masyarakat mempunyai pandangan masing-masing mengenai bagaimana semestinya sumber daya alam di desanya digunakan. Perbedaan pandangan ini terjadi karena mereka

Hutan: sumber pangan dan pendapatan bagi masyarakat lokal.

Page 62: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

46 • BAB EMPAT

Kotak 9. Para pemangku kepentingan di dalam masyarakat desa

Desa Baru Pelepat, Jambi Desa Rantau Layung dan Desa

Rantau Buta, Kalimantan Timur

• Orang Rimba (perempuan dan laki-laki)

• Masyarakat asli (perempuan dan laki-laki)

• Masyarakat pendatang (perempuan dan laki-laki)

• Elit desa • Kaum muda• Lembaga adat• Pemerintah desa• Lembaga keagamaan• Kelompok perempuan

• Berbagai kelompok tani (perempuan dan laki-laki)

• Kaum muda (perempuan dan laki-laki)

• Pekerja di hutan (semua laki-laki)• Tetua desa (semua laki-laki)• Elit desa (para pejabat pemerintah

resmi dan pemimpin adat)

Kotak 8. Pemangku kepentingan atas hutan

Pemangku kepentingan atas hutan adalah perseorangan, kelompok sosial, lembaga, suatu komunitas, atau kumpulan orang di dalam masyarakat yang memiliki kepentingan dalam penggunaan dan pengelolaan hutan. Dengan demikian, satu pemangku kepentingan mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan pemangku kepentingan lainnya yang berhubungan dengan sistem hutan tersebut.

menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang berbeda-beda dan memberi nilai yang berbeda pula pada sumber daya tersebut. Namun pada saat yang sama, mereka menggunakan sumber daya yang sama pula. Hal ini berarti bahwa masa depan setiap kelompok dan perseorangan sangat tergantung pada sumber daya alam apa yang digunakan, keputusan apa yang diambil, dan apa yang dilakukan oleh pihak lain. Dengan kata lain, ada saling keter gantungan di antara mereka. Para pakar ilmu sosial menjelaskan ketergantungan timbal balik ini dengan mengatakan bahwa kelompok-kelompok atau perseorangan tersebut merupakan bagian dari suatu sistem, dalam hal ini sistem hutan. Kelompok-kelompok atau perseorangan itulah yang kami sebut sebagai pemangku kepentingan. Kotak 8 mendefi nisikan pemangku kepentingan, sementara Kotak 9 menampilkan para pemangku kepentingan yang kami identifi kasi di kedua lokasi penelitian kami. Tim kami menggunakan berbagai pendekatan untuk mengidentifi kasi para pemangku kepentingan. Pendekatan-

Page 63: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 47

pendekatan tersebut disajikan pada Lampiran 1, sedangkan Lampiran 2 berisikan beberapa alat bantu untuk mengidentifi kasi pemangku kepentingan serta beberapa acuan pustakanya.

Para pemangku kepentingan baru: Pihak luar

Di atas telah digambarkan bahwa di dalam masyarakat desa terdapat berbagai pemangku kepenting an yang masing-masing mengaku berhak atas sumber daya alam di wilayah desa mereka. Namun, tim kami telah menemukan bahwa para pemangku kepentingan ternyata tidak terbatas pada kelompok dan perseorangan dari dalam masyarakat desa itu sendiri. Di masa lalu hingga saat ini pihak-pihak dari luar desa telah bermunculan dan menunjukkan minat mereka terhadap sumber daya desa. Seperti disampaikan warga desa kepada kami, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini jumlah pemangku kepentingan dari luar desa cukup meningkat dan hal ini telah mengakibatkan meningkatnya tekanan pada sumber daya alam desa. Perkembangan ini paling jelas jika kita mengambil lokasi Jambi sebagai contoh.

Sampai sekitar 25 tahun yang lalu, hutan di sekitar desa menyediakan sumber daya alam yang melimpah untuk masyarakat Baru Pelepat. Ketika itu hanya warga keturunan Minangkabau yang tinggal di wilayah tersebut. Mereka mengandalkan pengaturan berbasiskan adat dalam memanfaatkan dan mengelola hutan.

Namun, sejak pertengahan tahun 1970-an berbagai pihak luar mulai tertarik untuk turut memperoleh manfaat dari hutan di wilayah desa, khususnya kayu. Hal ini dimulai dengan usaha berskala kecil (seperti oleh perseorangan dari desa-desa tetangga) dan kemudian mencakup usaha berskala besar oleh para pengusaha hutan komersial. Untuk usaha skala besar ini berbagai perusahaan diberi ijin resmi (hak pengusahaan hutan (HPH)) oleh pemerintah untuk menebang kayu di wilayah tersebut. Akibatnya, berbagai pelaku luar nyaris secara terus-menerus melanggar batas-batas wilayah yang sebenarnya telah dianggap masyarakat sebagai milik mereka. Kotak 10 menunjukkan para pemangku kepentingan yang berasal dari luar masyarakat desa.

Masyarakat kemudian menyadari bahwa lembaga adat mereka ternyata tidak mampu untuk menghentikan “pelanggaran” seperti digambarkan di atas dan untuk menjaga sumber daya desa. Masyarakat juga nyaris tidak mendapat dukungan dari pemerintah dalam menjaga sumber daya mereka dari para “pengganggu” itu. Bahkan sebalik nya, pemerintah sering berpihak pada perusahaan dengan cara memberi HPH, sekalipun wilayah hutan yang bersangkutan telah dianggap masyarakat sebagai hutan mereka. Dengan begitu, penggunaan sumber daya hutan dan sumber daya alam lainnya menjadi tidak terkendali. Banyak pemangku

Page 64: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

48 • BAB EMPAT

kepentingan mulai memperlaku kan hutan seolah-olah merupakan sumber daya bebas dengan akses terbuka (open access). Mereka kemudian bersikap bahwa jika sumber daya hutan bagaimanapun akan habis, sebaiknya mereka mengambil apa yang masih bisa diperoleh selagi sumber daya itu masih ada.

Walaupun menggunakan dan mengelola hutan pada wilayah yang sama, karena beroperasi dengan sistem pengelolaan yang berbeda, masing-masing pemangku kepentingan memiliki cara mereka sendiri dalam mengambil keputusan tentang hutan. Di satu sisi, pengelolaan hutan lokal diarahkan terutama pada usaha pemenuhan kebutuhan manusia. Di sisi lain, perusahaan dan pemerintah menerapkan suatu sistem pengelolaan hutan formal yang diarahkan terutama untuk meng hasilkan pendapatan bagi mereka, sementara mengabaikan kebutuhan masyarakat. Sistem ini menggunakan aturan-aturan dan teknik-teknik pengelolaan yang biasanya dikembangkan di kantor pusat perusahaan atau kantor pemerintah tanpa terlalu memperhitungkan kondisi dan kebutuhan masyarakat lokal.

Kotak 10. Para pemangku kepentingan dari luar masyarakat desa

Desa Baru Pelepat, Jambi Desa Rantau Layung dan Desa

Rantau Buta, Kalimantan Timur

• Dusun tetangga, yakni Lubuk Telau• 6 desa tetangga lainnya• Pekerja hutan dari desa tetangga• Pemilik penggergajian kayu dan

pekerja hutan dari Baru Pelepat• Proyek ICDP, LSM dan staf Taman

Nasional Kerinci Seblat• Pemerintah kecamatan• Pemerintah kabupaten• Perusahaan penebangan kayu

(Inhutani V dan Koperasi Lamusa)• Tim ACM

• Desa-desa tetangga (Kasungai, Batu Kajang)

• Pekerja hutan dari desa tetangga• Pemilik penggergajian kayu• Pemerintah kecamatan• Pemerintah kabupaten• Perusahaan penebangan kayu

(PT Telaga Mas dan Teguh Maronda Prima)

• Tim ACM

Berbagai kepentingan yang berasal dari kebijakan pemerintah

Keputusan dan kebijakan pemerintah sering tidak sesuai dengan bagaimana masyarakat desa memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam di wilayah desa mereka. Kita telah melihat ketidakcocokkan semacam itu dalam contoh di atas

Page 65: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 49

ketika pemerintah memberi HPH kepada perusahaan yang beroperasi di Baru Pelepat tanpa mengakui masyarakat desa sebagai pengguna yang berhak atas sumber daya. Pada saat kami memasuki desa tersebut, masyarakat mengisahkan kembali bagaimana sejak pertengahan tahun 1970-an empat perusahaan kayu telah melakukan penebangan kayu besar-besaran di wilayah desa mereka. Tumpang tindih wilayah operasi perusahaan HPH dan wilayah desa seperti itu terjadi karena kebijakan pemerintah pada tahun 1970-an yang menetapkan berbagai luasan hutan sebagai Hutan Negara yang dikuasai oleh negara. Dalam penetapan kebijakan tersebut, pada umumnya pemerintah mengabaikan keadaan masyarakat lokal yang selama beberapa generasi telah hidup di dalam dan di sekitar wilayah hutan tersebut dan memperoleh penghidupan dari sumber daya alam di sana. Pada saat penelitian kami sekitar 60% wilayah Desa Baru Pelepat merupakan hutan negara.

Ada dua contoh lain tentang ketidakcocokkan antara kebijakan dan penggunaan sumber daya hutan oleh masyarakat lokal yang layak kita perhati kan. Di Pasir, peraturan pemerintah kabupaten pada tahun 2000 memberi hak kepada petani secara perseorangan untuk mengambil hasil hutan dari lahan mereka sendiri, disebut IPPK (izin pemungutan dan pemanfaatan kayu). Melalui kesepakatan resmi, masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung “berkolaborasi” dengan perusahaan komersial yang membeli hasil hutan tersebut. Walaupun dimaksudkan untuk memberi manfaat kepada masyarakat, kebijakan itu menjadi sarana bagi

Kebanyakan lanskap hutan sudah dibuka, seperti dapat ditemukan di banyak tempat di Indonesia.

Page 66: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

50 • BAB EMPAT

perusahaan dan elit desa untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri saja. Mereka melakukannya dengan mendorong petani untuk “bekerja sama” dengan perusahaan dengan cara mengajukan permohonan IPPK kepada pemerintah. Dalam prakteknya, usaha ini menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan dan elit desa, sementara warga masyarakat hanya memperoleh keuntungan yang tidak berarti.

Contoh kedua dari Jambi. Pada tahun 1980-an pemerintah menetapkan kebijakan nasional tentang “penyeragaman desa”.11 Sesuai dengan kebijakan ini, pemerintah desa dapat ditetapkan hanya jika disetujui oleh pemerintah kabupaten. Kebijakan tersebut juga menentukan luas dan cakupan wilayah desa tanpa mempertimbangkan wilayah yang sebelumnya ditempati oleh masyarakat. Walaupun pada tahun 2001 kebijakan tersebut sudah ditarik kembali, namun bagi kelompok Minangkabau dampaknya sudah sangat jauh. Misalnya, kebijakan tersebut tidak memungkinkan lembaga adat untuk tetap mengatur kehidupan masyarakat dan penggunaan sumber daya alam. Tambahan pula, sebagian dari kelompok Minangkabau yang tinggal ke arah hilir diharuskan menjadi bagian dari desa lain; hal ini jelas memperlemah ikatan sosial yang ada di dalam kelompok Minangkabau tersebut.

Sejak awal tahun 2001, pada saat pemerintah mulai menerapkan kebijakan desentralisasi, banyak pihak mengharapkan akan terjadinya perubahan-perubahan yang positif di dalam masyarakat. Kebijakan ini antara lain berarti bahwa lembaga lokal diberi kewenangan atas pengelolaan hutan di wilayah desanya. Tetapi dukungan pemerintah bagi penerapan desentralisasi ternyata sangat kurang. Akibatnya, masyarakat di kedua lokasi dibiarkan sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan baru dan cenderung rumit yang menyertai desentralisasi ini.

Lembaga adat yang ada di kedua lokasi penelitian ternyata tidak mampu memainkan peran koordinasi pengelolaan sumber daya hutan, maupun mengupayakan pengakuan pemerintah atas hak-hak masyarakat yang berkenaan dengan sumber daya alam. Lembaga ini juga lemah dalam menciptakan akses yang setara bagi semua pemangku kepentingan di dalam masyarakatnya sendiri. Misalnya, pada saat kami memasuki lokasi di Jambi, perempuan, Orang Rimba, dan masyarakat pendatang hampir tidak pernah dilibatkan dalam peng-ambilan keputusan tingkat desa. Kepentingan kelompok-kelompok ini nyaris tidak terwakili. Pada umumnya keputusan-keputusan masyarakat diambil oleh segelintir warga masyarakat yang ber pengaruh, dan biasanya mereka semua laki-laki. Seperti di kebanyakan masyarakat lokal di Indonesia, lembaga lokal ternyata tidak cukup mampu untuk menangani perbedaan-perbedaan kepentingan yang ada.

Page 67: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 51

Adanya tumpang tindih kepentingan mengenai hutan dan cara-cara lama dalam pengambilan keputusan tentang sumber daya hutan menunjukkan perlunya cara pandang baru tentang bagaimana hutan seharusnya digunakan dan dikelola, baik di tingkat pemerintah maupun tingkat masyarakat.

4.2. Konteks Pembelajaran: Menghadapi Ketidakpastian

Tim kami melihat bahwa ada suatu kondisi yang dihadapi para pemangku kepentingan pada saat pembelajaran dan aksi ACM dimulai, yakni kondisi ketidakpastian. Karena keadaan semacam ini dapat menentukan proses pembelajaran dalam ACM, kondisi tersebut perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan “ketidakpastian”? Kapan kita bisa mengatakan bahwa suatu keadaan bersifat “tidak pasti”? Selama ini masyarakat di kedua lokasi penelitian dihadapkan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan alam dan sosial yang menjadi gantungan hidup mereka. Banyak perubahan yang terjadi menimbulkan kegalauan pada diri mereka tentang masa depan mereka karena sering perubahan terjadi tak terduga. Akibatnya, menjadi sulit bagi mereka untuk memperkirakan masa depan dan merencanakannya. Nah, keadaan semacam inilah yang bisa kita sebut ketidakpastian (lihat Kotak 11). Di lokasi penelitian, kami menemukan tiga sumber ketidakpastian utama, yakni ketidakpastian karena perubahan sumber penghidupan masyarakat, perubahan hubungan sosial, dan kebijakan pemerintah.

Kotak 11. Ketidakpastian

Orang mempersepsikan bahwa mereka berada dalam keadaan yang tidak pasti ketika mereka sulit mengetahui terlebih dahulu apa yang akan terjadi. Mereka tidak dapat mengidentifi kasi faktor-faktor yang pada akhirnya menentukan apa yang akan terjadi sehingga masa depan sulit diperkirakan dan karena itu juga sulit direncanakan.

Perubahan-perubahan yang mempengaruhi sumber penghidupan masyarakat

Keprihatinan utama para pemangku kepentingan di Baru Pelepat, Rantau Buta, dan Rantau Layung berkenaan dengan perubahan-perubahan yang mempengaruhi sumber penghidupan mereka. Sementara manfaat hutan bagi

Page 68: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

52 • BAB EMPAT

kehidupan masyarakat mengalami penurunan yang cukup besar, hanya sedikit sumber penghidupan alternatif yang tersedia. Hal ini khususnya dialami kelompok Minangkabau dan Orang Rimba di Jambi, dan kelompok Dayak Adang di Pasir.

Di masa lalu, bagi kelompok-kelompok ini hutan selalu menjadi sumber yang penting untuk memenuhi kebutuhan subsistensi dan mengatasi kekurangan pangan di masa-masa sulit. Tetapi pada saat penelitian kami, penyempitan wilayah hutan telah mengurangi kesempatan bagi masyarakat yang membuka hutan untuk memulai pertanian ladang ber pindah. Penurunan ketersediaan hasil hutan juga mempengaruhi hasil pertanian masyarakat karena mereka makin sulit memperoleh hasil hutan yang diperlukan untuk kegiatan pertanian seperti serasah, pakan ternak, tempat penggembalaan ternak, dan kayu untuk peralatan pertanian. Pada akhirnya, semua itu menyebabkan menurunnya pendapat-an banyak rumah tangga. Sebelumnya, sumber penghasilan rumah tangga itu berasal dari penjualan hasil hutan seperti rotan dan kayu, hasil pertanian, pekerjaan sebagai buruh, atau penjualan barang-barang seperti anyaman keset dan keranjang yang berbahan baku dari hutan. Gambar 8 menggambarkan penurunan ketersedia an hasil hutan di lokasi kegiatan kami, ter masuk skenario masa depan, sebagaimana dilihat oleh kelompok-kelompok masyarakat desa.

Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial

Sumber ketidakpastian lain yang dihadapi para pemangku kepentingan di kedua lokasi penelitian adalah terjadinya berbagai perubahan dalam hubungan antara individu, kelompok, atau lembaga. Kadangkala ketidakpastian ini muncul karena berubahnya sifat dari hubungan yang telah ada, sementara dalam kasus lain ketidakpastian terjadi karena terbentuknya hubungan baru. Kami berikan contoh dari lokasi di Baru Pelepat untuk menggambarkan kedua macam ketidakpastian ini.

Ketika masyarakat Minangkabau masih merupakan satu-satunya kelompok penduduk di Baru Pelepat, lembaga adat mereka mengatur penggunaan sumber daya alam, hak dan kewajiban anggota masyarakat, serta hubungan antara para pemangku kepentingan. Tetapi peran peng aturan ini berubah ketika pada awal tahun 1980-an kebijakan pemerintah tentang “penyeragaman desa” menentukan bahwa lembaga adat harus berbagi kewenangan dengan pemerintah desa yang ditunjuk secara resmi (lihat juga hlm. 50).

Keadaan itu bertambah rumit ketika banyak warga masyarakat merasa tidak puas terhadap beberapa pemimpin adat yang menurut mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Jadi, lembaga adat yang semesti nya mengatur kehidupan

Page 69: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 53

Ra

nta

u B

uta

(P

as

ir)

Ba

ru P

ele

pa

t (J

am

bi)

Ran

tau

Layu

ng

(P

asir

)

Baru

Pele

pat

(Jam

bi)

Ketersedian Produk Hutan Ketersediaan Produk Hutan

Ketersediaan Produk Hutan Ketersediaan Produk Hutan

Tah

un

Tah

un

Tah

un

Tah

un

Bua

h

Ikan

Rot

an

Kay

u

Bua

h

Ikan

Rot

an

Rot

an(D

aem

onor

ops

spp.

)

Man

au

(Cal

amus

orn

atus

)

Bua

h (s

eper

ti D

urio

sp.

)

Ikan

Mer

anti

(Sho

rea

sp.)

Jelu

tung

(D

yera

cos

tula

ta)

Tem

besu

(F

agra

ea fr

agra

ns)

1950

1960

1970

1980

1990

2000

2010

1970

1975

1980

1985

1990

1995

2000

2001

2003

2005

1950

1960

1970

1980

1990

2000

2010

1970

1975

1980

1985

1990

1995

2000

2001

2003

2004

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0

Gam

bar

8.

Pen

urun

an k

eter

sedi

aan

hasi

l hut

an d

i ked

ua lo

kasi

pen

eliti

an s

ebag

aim

ana

dilih

at o

leh

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n de

sa

(pet

unju

k: 5

= k

eter

sedi

aan

optim

al, 0

= s

udah

hab

is s

ama

seka

li)

Page 70: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

54 • BAB EMPAT

masyarakat, justru kehilangan kepercayaan dan kewenangan yang pernah dimilikinya di masa lalu. Akibat melemah nya rambu-rambu adat, perilaku warga masyarakat menjadi sulit diperhitungkan jika saling berhubungan (lihat Kotak 12). Akibat lebih jauh lagi, hubungan sosial antarwarga melemah.

Sementara itu, pada tahun 1997 melalui program transmigrasi pemerintah menempatkan kelompok etnis dan kelompok sosial lain di Baru Pelepat. Kelompok-kelompok tersebut menjadi bagian dari masyarakat desa. Kehadiran kelompok baru itu menciptakan hubungan sosial baru dan adanya pandangan hidup dan norma sosial yang berbeda-beda. Perubahan-perubahan tersebut sering menciptakan situasi yang kabur. Dalam situasi tersebut niat satu pihak tidak jelas bagi pihak

lainnya dan perilaku satu pihak tidak dapat diperkirakan pihak lainnya. Dengan kata lain, kehadiran kelompok-kelompok baru telah menciptakan kondisi yang tidak pasti bagi warga masyarakat.

Perubahan yang berasal dari kebijakan pemerintah

Para pemangku kepentingan dalam masyarakat di kedua lokasi pengkajian juga harus menghadapi berbagai ketidakpastian yang merupakan dampak sosial, ekonomi, dan politik dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Misalnya, seperti dicatat sebelumnya, kebijakan pemerintah menentukan bahwa hutan di sekitar desa adalah hutan negara sementara masyarakat menganggapnya sebagai hutan desa mereka. Artinya, kedua pihak (pemerintah dan masyarakat) masing-masing menuntut hak mereka atas pemanfaatan hutan. Masyarakat melihat hutan sebagai sumber penghidupan penting, sementara pemerintah melihat hutan sebagai sumber daya yang bisa dieksploitasi. Sesuai dengan pandangan pemerintah itu, sejak per tengahan tahun 1970-an pemerintah memberi konsesi hutan kepada

Ketidakpastian karena menurunnya sumber penghidupan telah mengakibatkan akses terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan: warga desa sering mengatakan, “Tebanglah pohon se belum orang luar melakukannya.”

Page 71: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 55

para penebang kayu komersial, yakni perusahaan, koperasi, maupun perseorangan. Akibatnya, sejak kira-kira 25 tahun silam masyarakat mulai merasakan tekanan terhadap hutan dan mengkhawatirkan penebangan hutan oleh pihak luar (lihat Kotak 13).

Di Baru Pelepat tumpang tindih antara hak negara dan hak masyarakat juga membuka peluang untuk mengkonversi sebagian wilayah masyarakat menjadi wilayah proyek pemukiman transmigran.

Pada tahun 1985 Baru Pelepat menjadi unit administratif dalam hirarki pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan ini, pemerintahan desa menjadi tanggung jawab resmi pemerintah desa yang baru, sementara lembaga adat terkesampingkan. Implikasi dari kebijakan pemerintahan tersebut, secara resmi dilakukan penataulangan batas desa. Akibatnya, masyarakat Minangkabau terpecah menjadi dua bagian: satu bagian digabungkan dengan masyarakat desa tetangga. Dapat dipahami bahwa kebijakan pemerintah ini melemahkan kohesi sosial masyarakat Minangkabau di wilayah ini.

Kotak 12. Ketidakpastian tentang perilaku dan tindakan pihak lain

Suatu malam, tidak lama setelah tim kami tiba di Baru Pelepat, sekelompok kecil warga desa laki-laki berkumpul di rumah kepala desa hingga larut malam. Mereka mendiskusikan kejadian beberapa hari sebelumnya ketika seorang tokoh masyarakat tertangkap mengambil kayu berharga dari hutan desa mereka. Walaupun mereka sepakat bahwa tokoh itu telah melakukan kesalahan karena mengambil kayu tanpa persetujuan warga masyarakat lainnya, namun karena ia orang yang berpengaruh dan terpandang di masyarakat, tidak seorang pun berani menuntut agar ia mempertanggungjawabkan tindakannya. Selain itu, saat itu tidak ada pihak yang berwewenang dalam masyarakat yang dapat menuntut tokoh masyarakat tersebut.

Para warga desa tersebut tidak tahu apa yang harus mereka lakukan karena mereka sulit menilai apa konsekuensinya jika mereka menuduh warga masyarakat tersebut melakukan kesalahan. Lebih dari itu, sulit bagi mereka untuk memperkirakan bagaimana tokoh masyarakat itu akan bereaksi jika dituduh; misalnya apakah ia akan melakukan pembalasan. Mereka juga mencoba membayangkan apa dampak terbesar yang mungkin akan dirasakan masyarakat: kerugian materi dan peluang fi nansial berkaitan dengan kayu curiannya, ataukah “kerugian emosional” yang akan terjadi jika sang “pencuri” bereaksi dengan cara yang mungkin akan berdampak negatif terhadap masyarakat. Memang dapat dibayangkan bahwa kalau sang “pencuri” dipermalukan, apapun bisa dilakukannya sebagai pembalasan.

Page 72: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

56 • BAB EMPAT

Terakhir, kebijakan pemerintah tentang desentralisasi yang diberlakukan sejak awal 2001 juga ikut menciptakan kondisi baru dan tidak pasti bagi masyarakat desa di kedua lokasi. Di bawah kebijakan desentralisasi tersebut, masyarakat desa diharapkan mengambil tanggung jawab atas pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam mereka serta berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di desa mereka. Dalam memenuhi tuntutan tanggung jawab tersebut, masyarakat di lokasi Pasir dan Jambi merasa bahwa perhatian dan bantuan pemerintah yang mereka dapatkan sangat kurang.

Kotak 13. Ketidakpastian karena kebijakan

Ketika kami memasuki Baru Pelepat pada awal penelitian kami, warga desa mengisahkan bahwa sejak perusahaan pertama mulai beroperasi pada pertengahan tahun 1970-an, sudah ada empat perusahaan penebangan kayu yang beroperasi di sekitar Baru Pelepat. Dalam upayanya memanfaatkan kayu berharga, perusahaan-perusahaan itu menebang kayu di wilayah hutan yang cukup luas di sekitar desa. Selama itu masyarakat diabaikan dan tidak sekali pun warga masyarakat diberitahukan tentang akan beroperasinya perusahaan-perusahaan itu, apalagi dimintai persetujuannya.

Pernah ada pembicaraan informal dengan pekerja perusahaan yang memberi pemahaman kepada warga desa bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki ijin pemerintah untuk melakukan penebangan kayu. Mereka diberitahukan bahwa hutan yang sedang ditebang berada di bawah penguasaan negara dan karenanya siapa pun yang ingin menggunakan hutan harus mendapat persetujuan pemerintah. Padahal selama itu warga masyarakat mengira bahwa hutan adalah milik masyarakat adat mereka. Karena penebangan terus berlangsung dan kayu dalam jumlah besar terus dikeluarkan dari hutan, masyarakat mulai cemas. Mereka mulai mengkhawatirkan masa depan mereka dan mempertanyakan apakah yang akan didapatkan mereka maupun generasi mendatang jika hutan tidak ada lagi.

Masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung di Pasir mempunyai pengalaman yang hampir sama seperti masyarakat Baru Pelepat. Ketika pada tahun 1993 Menteri Kehutanan memutuskan bahwa sebagian hutan di Gunung Lumut menjadi Hutan Lindung secara resmi, masyarakat tidak dilibatkan ataupun diberitahukan bahwa keputusan semacam itu akan diambil. Pada suatu hari di tahun tersebut, sebagaimana dikisahkan beberapa anggota masyarakat, mereka menemukan beberapa patok tanda tapal batas dipancangkan di kebun wanatani mereka, yang berarti bahwa sebagian dari kebun mereka itu telah dijadikan wilayah Hutan Lindung resmi. Kehilangan sumber utama hidup mereka menimbulkan perasaan tidak pasti bagi anggota masyarakat.

Page 73: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 57

4.3. Mengapa para Pemangku Kepentingan Kurang Mampu Beradaptasi dan Berkolaborasi?

Pada awal penelitian, kami melihat bahwa ada kebutuhan akan suatu mekanisme yang memungkinkan para pemangku kepentingan menyesuaikan pandangan dan perilaku lama mereka dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Selain itu mereka juga perlu mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama dalam menghadapi perubahan-perubahan itu. Namun, tidak lama setelah mulai menetap di lokasi penelitian, kami menemukan bahwa mekanisme semacam itu tidak ada. Baiklah, mari kita cermati mengapa demikian.

Kurangnya kemampuan beradaptasi

Kami mengamati bahwa kurangnya kemampuan beradaptasi terdapat baik pada pemangku-pemangku kepentingan yang bersifat kolektif maupun individual. Contoh hal yang pertama adalah masyarakat, instansi pemerintah dan perusahaan kayu secara bersama di Pasir, sementara contoh hal yang kedua adalah tokoh adat di Jambi.

Terdapat tiga hal yang menurut kami dapat menjelaskan keadaan ini. Pertama, lembaga lokal dan instansi-instansi pemerintah sangat lemah dalam mengkoordinasikan pola-pola pengelolaan sumber daya yang ada. Karena itu, tidak ada dasar struktural bagi para pemangku kepentingan untuk bertindak dengan cara terkoordinasi dalam menghadapi perubahan sosial dan perubahan alam yang rumit. Karena kelemahan koordinasi itu, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat pemerintah kabupaten, para pemangku kepentingan tidak dapat menilai perubahan-perubahan yang terjadi secara sistematis sehingga tidak mampu mencari strategi untuk menghadapinya secara efektif.

Kedua, tidak ada mekanisme yang dapat membantu para pemangku kepentingan untuk belajar bersama dari aksi mereka sebagai kelompok dalam mengelola sumber daya alam. Karena itu mereka tidak dapat menilai akibat dari tindakan atau keputusan yang telah diambil. Pemantauan secara sadar dan terencana hampir tidak pernah dilakukan sehingga masukan yang dapat digunakan sebagai dasar keputusan untuk menentukan tindakan berikutnya nyaris tidak ada. Setiap pihak mengambil keputusan dan bertindak menurut pola pengelolaan masing-masing dan jarang berbagi informasi dan pengetahuan dengan pihak lain.

Ketiga, adanya ketimpangan dalam distribusi informasi antara para pemangku kepentingan. Pada gilirannya hal ini tidak mendukung terjadinya umpan-balik (feedback) informasi. Contohnya adalah keterbatasan arus informasi antara kelompok Orang Rimba dan para penanam modal dari luar desa. Masing-masing

Page 74: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

58 • BAB EMPAT

pihak ini mempunyai pola pengelolaan sumber daya sendiri dan hampir tidak pernah berbagi informasi. Lain halnya dengan para penebang kayu di desa dan para penanam modal dari luar desa: mereka berbagi informasi secara intensif karena keduanya merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan yang sama.

Ketiga hal di atas, berdasarkan pengamatan kami, disebabkan oleh tetap berkutatnya pemangku-pemangku kepentingan dalam cara-cara pandang lama tentang lingkungan alam dan sosial mereka. Akibatnya, peluang untuk mencari dan mempelajari cara-cara baru menjadi sangat terbatas. Sering para pemangku kepentingan yang “enggan belajar” ini adalah mereka yang sudah lama memiliki hak istimewa dalam mengatur kehidupan masyarakat, seperti para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah.

Terbatasnya kemampuan berkolaborasi

Tidak lama setelah mulai berhubungan dengan masyarakat di lokasi penelitian, kami menemukan bahwa terbatasnya kolaborasi terjadi karena beberapa faktor. Pertama, di kedua lokasi hubungan antara para pemangku kepentingan maupun hubungan dalam kelompok-kelompok pemangku kepentingan tertentu ternyata lemah. Kepercayaan timbal balik antara para pemangku kepentingan sangat kurang dan jaringan-jaringan sosial di antara mereka hampir tidak ada. Beberapa hal yang melatarbelakangi lemahnya hubungan tersebut:• Hubungan antara pengambil keputusan dengan pemangku kepentingan

lainnya pada umumnya didasarkan pada hubungan kewenangan (misalnya, hubungan antara tokoh adat dan anggota masyarakat lainnya, atau hubungan antara masyarakat dan pemerintah kabupaten). Hubungan semacam ini sangat rapuh karena tidak banyak memberikan ruang untuk rasa saling percaya dan saling menghargai.

• Latar belakang sosial-budaya para pemangku kepentingan yang berbeda-beda mengakibatkan terbatasnya komunikasi di antara mereka.

• Latar belakang sejarah. Misalnya, masyarakat di lokasi Pasir pernah terlibat secara tidak sengaja dalam gerakan politik yang mengakibatkan adanya ketidakpercayaan terhadap mereka di kalangan pemerintah.

• Konteks legal dan kebijakan. Sebagai contoh, oleh karena kebijakan transmigrasi mengalokasikan tanah kepada pendatang, penduduk asli merasa cemburu terhadap para pendatang.

Kedua, kami juga mengamati bahwa faktor lain yang menyebabkan terbatasnya kerja sama antara pemangku kepentingan, adalah lemahnya komunikasi di antara mereka. Walaupun lemahnya komunikasi itu sebenarnya terkait dengan lemahnya hubungan sosial (yang sudah dibahas di atas), karena penting perlu dijelaskan secara terpisah di sini. Kami melihat bahwa masing-masing pemangku kepentingan

Page 75: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LOKASI PENELITIAN KAMI • 59

Foto ini menunjukkan suasana pertemuan yang umum terjadi ketika tim kami baru saja datang di lokasi. Proses pertemuan cenderung menjemukan dan perempuan kurang terwakili, kalaupun ada yang diundang.

tidak saja memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda, tetapi sering juga dianggap berbeda kemampuan komunikasinya oleh pihak lain. Akibatnya, sering kita temukan bahwa ada pemangku kepentingan tertentu yang dipandang lebih layak untuk diajak berkomunikasi dibandingkan pihak lain. Contohnya, di kedua lokasi, ketika kami memulai penelitian, secara umum perempuan dianggap oleh masyarakat sebagai pihak yang kurang mampu berkomunikasi. Hal tersebut bukan karena dalam kenyataannya memang demikian, misalnya karena kurangnya pengetahuan perempuan, tetapi lebih karena budaya setempat menilainya demikian. Banyak warga masyarakat meyakini bahwa peran utama perempuan adalah mengurus rumah tangga dan membesarkan anak dan karenanya dianggap hanya memiliki sedikit pengetahuan selain tentang urusan rumah tangga dan keluarga. Akibatnya, perempuan nyaris tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tingkat desa.

Terakhir, kami melihat bahwa lemahnya peran lembaga-lembaga lokal dalam mengkoordinasikan pemanfaatan dan pengelolaan hutan mengakibatkan tidak berkembangnya dasar struktural bagi para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi.

Page 76: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 77: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Bagian Tiga

Praktek

Bagian Dua telah menggambarkan konteks penelitian dan penerapan ACM kami. Dalam Bagian Tiga ini kami hendak berbagi pengalaman tim kami dalam menerapkan pendekatan ini guna memfasilitasi pem-belajaran bersama di antara pemangku kepentingan di lokasi penelitian. Bagian ini dimulai dengan menggambarkan cara kami mendampingi para pemangku kepentingan dalam menerapkan ACM dan dengan menyajikan penilaian kami terhadap keluarannya (Bab 5).

Kemudian kita akan mendiskusikan tantangan yang dihadapi tim kami ketika menerapkan ACM, keunggulan pendekatan ini, maupun keterbatasannya sebagaimana kami alami (Bab 6).

Selanjutnya, kami menyampaikan pelajaran yang dapat kami petik dari pengalaman dalam menerapkan ACM, termasuk nilai tambah yang ditawarkan pendekatan ini bagi pengelolaan hutan di Indonesia (Bab 7).

Page 78: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 79: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

5MEMPRAKTEKKAN ACM

Page 80: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Hiduplah bersama masyarakat:tinggallah bersama mereka,belajarlah dari mereka,cintailah mereka,mulailah dengan apa yang mereka ketahui,bangunlah di atas apa yang telah mereka miliki. Tentang pemimpin yang terbaik,ketika pekerjaan terselesaikan,tugas-tugas terlaksana,warga masyarakat akan berkata, “Kami sendirilah yang telah melakukannya.”

Lau Tzu, begawan Tao

Page 81: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 65

Kotak 14. Mendefi nisikan “pembelajaran”

“Pembelajaran” terjadi ketika seseorang mencoba memahami dunia di sekitarnya. Manakala orang atau kelompok dengan berbagai cara pandang bertemu kita bisa berbicara tentang “pembelajaran sosial”. Cara pandang lama bisa saja disesuaikan atau pandangan baru dibentuk karena pertukaran pemikiran, gagasan, atau pengetahuan di antara mereka.

Pada bab terdahulu kami telah menggambarkan konteks penerapan dan penelitian ACM yang kami lakukan. Dalam Bab ini kami akan berbagi pengalaman dalam menerapkan pendekatan ini di lapangan mapun penilaian kami tentang keluarannya. Pengalaman kami ini secara umum berkenaan dengan penciptaan kondisi yang memungkinkan para pemangku kepentingan belajar bersama dan mengadaptasi cara mereka mengelola lingkungan alam dan sosial mereka.

5.1. Cara Kami Menciptakan Kondisi yang Memungkinkan Pembelajaran Multipihak

Ketika tim kami mulai terlibat dalam masyarakat di kedua lokasi penelitian, warga desa meng hadapi ketidakpastian akibat menghilangnya hutan mereka, berubahnya hubungan antara para pemangku kepentingan dalam masyarakat, dan diterapkannya berbagai kebijakan pemerintah. Terdorong oleh keadaan ini, para pemangku kepentingan ter motivasi untuk belajar bagaimana meningkatkan penghidupan mereka dan menghadapi keadaan yang tidak pasti itu, dan untuk itu kami diminta untuk mendampingi mereka.

Seperti telah kita lihat sebelumnya, pembelajaran adalah jiwa dari ACM. Jika kami menggunakan kata “pembelajaran”, yang kami maksudkan adalah upaya-upaya para pemangku kepentingan dalam memahami dunia di sekitar mereka maupun proses yang mereka tempuh untuk mencari gagasan dan pemahaman baru. Karena dalam hal ACM pembelajaran berlangsung ketika para pemangku kepentingan saling berinteraksi di antara mereka, pembelajaran ini disebut “pembelajaran sosial”. Pembelajaran semacam ini terjadi ketika para individu atau kelompok dengan pandangan yang berbeda saling berinteraksi serta bertukar pikiran, gagasan, atau pengetahuan sehingga pandangan lama bisa diadaptasi atau pandangan baru dibentuk. Kotak 14 menguraikan defi nisi “pembelajaran” kami.

Page 82: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

66 • BAB LIMA

Gambar 9. Tiga jenis kegiatan guna menciptakan kondisi pembelajaran

Terdapat tiga macam kegiatan utama yang diperlukan dalam menciptakan kondisi pembelajaran antara para pemangku kepentingan (lihat Gambar 9):• Mempersiapkan pembelajaran• Mengorganisasikan pembelajaran• Memfasilitasi pembelajaran

Pengorganisasianpembelajaran

Persiapanpembelajaran

Fasilitasipembelajaran

Mempersiapkan pembelajaran

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk:• Membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan lokal• Mengenali konteks pembelajaran • Mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan yang ingin ditangani bersama oleh

para pemangku kepentingan

Di dalam kegiatan ini, membangun hubungan dengan pemangku kepentingan lokal dan mengenali konteks lokal sangat penting apabila ACM dipraktekkan oleh “orang luar” (seperti tim kami). Namun mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan merupakan hal penting terlepas dari apakah “orang luar” ataupun “orang dalam” yang mendampingi dalam penerapan ACM. Di lapangan kami tidak terlalu mem bedakan pemisahan dan urutan ketiga kegiatan persiapan pembelajaran ini: dalam prakteknya mereka saling bertumpang tindih. Secara keseluruhan kami membutuhkan lima sampai delapan bulan untuk persiapan pembelajaran di setiap lokasi penelitian.

Kegiatan pertama dalam mempersiapkan pembelajaran para pemangku kepentingan adalah membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan

Page 83: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 67

Menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari masyarakat merupakan cara yang penting untuk membangun hubungan baik dan mengenali konteks lokal.

masyarakat lokal dan para pemangku kepenting an lainnya. Kami mulai melakukan hal ini sedini mungkin dengan cara melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat. Selain itu, membangun hubungan dengan berbagai pihak juga terjadi pada saat melakukan dua kegiatan persiapan lainnya, yakni mengenali konteks dan mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan. Sementara tim kami mengumpulkan data untuk mengenali konteks lokal dan berkegiatan untuk mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan, terbangunlah keakraban dan rasa saling percaya antara tim dan berbagai pemangku kepentingan. Dalam hal ini staf CIFOR banyak terbantu oleh staf dari mitra-mitra LSM yang fasih berbahasa daerah setempat dan mengenal adat-istiadat lokal. Tim kami membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk mengembangkan hubungan baik dengan para pemangku kepentingan dan untuk mengembangkan komunikasi yang efektif dengan mereka.

Kegiatan kedua adalah mengenali konteks lokal. Pertama, kami perlu mengembangkan pengetahuan kami tentang para pemangku kepentingan di wilayah tersebut, pola hubungan di antara mereka, dan kepentingan mereka masing-masing berkaitan dengan hutan. Walaupun kajian yang dilakukan sebelumnya untuk memilih lokasi telah menyediakan informasi tentang keadaan di lokasi, kami perlu mengumpulkan data yang lebih rinci dan secara spesifi k

Page 84: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

68 • BAB LIMA

diarahkan untuk penerapan ACM. Untuk itu, kami menggunakan berbagai pendekatan dan alat bantu guna mengidentifi kasi dan menganalisis para pemangku kepentingan (lihat Lampiran 1 dan Lampiran 2).

Selain pengetahuan tentang para pemangku kepentingan, kami juga mengembangkan pengetahuan dasar tentang konteks pembelajaran para pemangku kepentingan. Dasar informasi yang kami kembangkan meliputi informasi biofi sik, sosial-ekonomi, kebijakan, dan aspek kelembagaan lokal. Dalam melakukan hal ini, kami menggunakan beranekaragam metode pengumpulan data secara partisipatif dan juga beberapa metode yang lebih “konvensional”. Lampiran 1 menyajikan berbagai acuan guna melakukan kajian konteks lokal, sedangkan Lampiran 2 menguraikan berbagai alat bantu yang dapat digunakan dalam melakukannya.

Terakhir, bersama para pemangku kepentingan, kami menjajaki kebutuhan pembelajaran mereka dengan cara mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan yang ingin mereka tangani bersama serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ingin cari jawabannya melalui pembelajaran. Dari kajian konteks lokal yang kami lakukan, kami telah mempunyai informasi dasar tentang pokok-pokok permasalahan yang dihadapi para pemangku kepentingan, tetapi pada tahap ini adalah penting jika pengidentifi kasian pokok permasalahan dilakukan oleh mereka sendiri.

Kami menyadari bahwa mengidentifi kasi pokok-pokok permasalahan merupakan tahap yang penting dan menentukan untuk proses selanjutnya, dan karenanya patut diberi waktu dan perhatian yang memadai. Seperti telah kami catat sebelumnya, kegiatan ini penting juga dalam penerapan ACM yang tidak melibatkan “orang luar”, melainkan hanya para pemangku kepentingan lokal saja.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama kami temukan bahwa di kedua lokasi penelitian permasalahan yang mendesak cenderung berkisar di sekitar berkurangnya ketersediaan sumber daya hutan. Hal tersebut mempengaruhi penghidupan masyarakat secara negatif.

Memprioritaskan pokok-pokok permasalahan yang ada bersama para pemangku kepentingan ternyata bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini karena berbagai kelompok sosial dan perseorangan memiliki pandangan yang saling berbeda tentang bagaimana meningkatkan penghidupan mereka (Gambar 10). Kami menyadari bahwa keadaan nyata cukup kompleks. Hubungan sosial antara para pemangku kepentingan membentuk suatu pola hubungan yang saling ber-kaitan dan rumit. Dalam situasi seperti ini tingkah laku dan tindakan pemangku kepentingan yang satu berpengaruh terhadap peng hidupan pemangku kepentingan lainnya, dan sebaliknya.

Page 85: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 69

Gambar 10. Dari identifi kasi pokok-pokok permasalahan ke penentuan prioritas merupakan langkah BESAR

Bersama para pemangku kepentingan, kami me lakukan pengkajian terhadap berbagai masalah penghidupan yang mereka hadapi. Masalah-masalah itu sangat berbeda untuk masing-masing pemangku kepentingan. Tim kami membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mendampingi para pemangku kepentingan di kedua lokasi memprioritaskan pokok-pokok permasalahan yang telah diidentifi kasi. Proses ini membutuh kan waktu yang tidak sedikit karena masing-masing pemangku kepentingan melihat penting atau tidaknya suatu masalah berdasarkan persepsi dan penilaian mereka masing-masing. Sering mereka bahkan tidak menyadari bahwa pihak lain melihat dan menilai sesuatu dengan cara yang berbeda.

Kami sering menemukan, ketika para pemangku kepentingan menghadapi masalah yang sama, masing-masing merumuskannya dengan cara yang berbeda dan bahkan bisa saja memikirkan pemecahan masalah yang berbeda pula (Kotak 15). Hal ini terjadi karena setiap pemangku kepentingan melihat suatu masalah melalui “saringan” pengalaman dan latar belakang sejarah dan dengan tujuan masa depan masing-masing. Kotak 16 menunjukkan bagaimana para pemangku kepentingan dengan pendampingan tim kami mengidentifi kasi pokok-pokok pembelajaran mereka.

Page 86: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

70 • BAB LIMA

Kotak 16. Proses mengidentifi kasi pokok-pokok pembelajaran

Untuk mengidentifi kasi pokok-pokok pembelajaran, kami memfasilitasi pertemuan bersama antara para pemangku kepentingan dari lima dusun di Desa Baru Pelepat. Proses seperti ini juga dilakukan di Pasir. Dengan menggunakan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), kami mendiskusikan dengan para peserta pertemuan masalah-masalah penghidupan yang menurut mereka perlu diatasi. Beberapa kelompok, seperti kaum perempuan, tidak terbiasa untuk berbicara dalam suatu pertemuan umum. Oleh karena itu, kami memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada mereka untuk berbagi pendapat dalam diskusi kelompok kecil yang dirasakan lebih nyaman dibandingkan pertemuan besar. Pokok-pokok masalah yang teridentifi kasi dalam pertemuan-pertemuan kecil ini kemudian dikomunikasikan kepada kelompok-kelompok lainnya dalam pertemuan tingkat dusun. Pertemuan semacam ini biasanya dilakukan pada hari Jumat siang setelah kaum laki-laki kembali dari hutan yang menjadi tempat bekerja mereka sebagai pembalak hutan selama 3 sampai 5 hari seminggu.

Pertemuan-pertemuan di atas dilengkapi pula dengan berbagai pertemuan informal di tingkat desa. Pertemuan-pertemuan ini membantu kami dalam mengembangkan pemahaman tentang aspirasi para pemangku kepentingan maupun kondisi penghidupan yang ingin mereka rubah dan tingkatkan.

Kotak 15. Persepsi yang berbeda tentang permasalahan yang sama dengan pemecahan yang berbeda pula: Sebuah contoh dari Jambi

Sekelompok Orang Rimba yang berada di hutan Desa Baru Pelepat melihat diserangnya tanaman pangan dan karet oleh hama babi sebagai masalah yang berasal dari luar (faktor eksternal). Babi-babi tersebut datang dari lokasi yang sumber daya hutannya sudah menurun sehingga mereka terdorong untuk mencari habitat baru. Dengan sudut-pandang lain, sekelompok penduduk desa yang kami ajak membicarakan permasalahan ini, cenderung melihat hama tersebut sebagai akibat dari pembukaan lahan untuk perladangan oleh masyarakat secara tersebar, bukannya berdekatan dalam satu hamparan (faktor internal). Mereka berpikir bahwa jika mereka membuka ladang secara berkelompok di tempat yang berdekatan, seperti pernah mereka lakukan di masa lalu, kemungkinan dirambahnya ladang-ladang mereka oleh babi akan lebih kecil.

Kelompok Orang Rimba disebut tadi percaya bahwa jalan keluar dari masalah ini adalah memburu babi-babi tersebut. Sementara penduduk desa disebut di atas cenderung melihat perladangan secara berkelompok, bukan terpisah, sebagai pemecahannya. Ini adalah suatu contoh bagaimana terhadap masalah yang sama, masing-masing pemangku kepentingan melihat persoalan dan solusi dari sudut pandang yang berbeda.

Page 87: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 71

Kotak 17. Platform untuk mengorganisasikan pembelajaran

Suatu platform adalah tata pengorganisasian yang memenuhi persyaratan untuk terjadinya pembelajaran antara para pemangku kepentingan terpenuhi. Platform semacam ini dapat membantu kita dalam menyelenggarakan kegiatan yang mendorong pembelajaran bersama dan bertumpu pada empat prinsip berikut:• Pembelajaran dimiliki oleh semua pemangku kepentingan• Keterwakilan semua pemangku kepentingan• Pembelajaran melalui pengalaman• Pembelajaran melalui komunikasi.

Mengorganisasikan pembelajaran

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meletakkan landasan struktural yang dapat membantu kami mengorganisasikan pembelajaran bagi para pemangku kepentingan. Sambil bergiat bersama para pemangku kepentingan di kedua lokasi, kami mencoba memahami kondisi semacam apa yang dapat mendorong terjadinya pembelajaran bersama, baik dari lingkungan sosial maupun lingkungan alam mereka. Dengan kata lain, kami bertanya pada diri kami, prinsip-prinsip dasar apakah yang bisa kami gunakan sebagai acuan dalam mengorganisasikan pembelajaran agar terbentuk kondisi yang memicu pembelajaran bersama. Seiring dengan berjalannya kegiatan di lapangan, kami mengamati bahwa ada empat prinsip yang menjadi pokok, yakni:• Para pemangku kepentingan harus merasa memiliki pembelajaran yang terjadi• Semua pemangku kepentingan harus terwakili dalam kegiatan pembelajaran• Pembelajaran harus berdasarkan pengalaman• Pembelajaran harus terjadi melalui komunikasi.

Langkah selanjutnya adalah merancang suatu aransemen organisasi (tata organisasi) sebagai “ruang” untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang bertumpu pada keempat prinsip di atas. Kami menyebut aransemen organisasi semacam ini sebagai platform12 untuk mengorganisasikan pembelajaran (Kotak 17). Contoh-contoh platform pengorganisasian pembelajaran semacam ini dari lokasi penelitian adalah kegiatan simpan-pinjam kelompok kaum perempuan di Jambi, lokakarya tingkat kecamatan untuk memprioritaskan pokok-pokok pembelajaran di Pasir, dan pertemuan negosiasi antardesa tentang batas-batas desa.

Prinsip 1: Kepemilikan proses pembelajaranDari pengalaman kami sebelumnya dalam bergiat bersama masyarakat lokal di tempat lain, kami yakin mengenai satu prinsip: untuk terjadinya pembelajaran

Page 88: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

72 • BAB LIMA

Gambar 11. Menyeimbangkan kepemilikan individual dan kepemilikan kolektif atas pembelajaran

secara efektif, maka pembelajaran harus menjadi milik semua pihak yang terlibat dalam proses. Namun, yang merupakan tantangan sekarang ini, adalah keragaman dari mereka yang harus kami dampingi pembelajarannya. Setiap pemangku kepentingan mempunyai cara pandang sendiri tentang bagaimana mengelola sumber daya alam. Jika proses pembelajaran harus menjadi milik semua pemangku kepenting an yang terlibat di dalamnya, kegiatan pembelajaran bukan saja harus mem bantu mereka masing-masing dalam mengembang kan pengetahuannya, tetapi juga semua pihak sebagai satu kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran kolektif.

Jadi, dalam mengorganisasikan pembelajaran penting untuk tidak hanya terfokus pada pembelajaran yang bermakna bagi para pemangku kepentingan secara perseorangan (kepemilikan individual), tetapi juga bagi semua pemangku kepentingan sebagai sebuah kelompok (kepemilikan kolektif). Meskipun begitu, tim kami makin menyadari bahwa ketika suatu kelompok pemangku kepentingan belajar bersama, perhatian yang cukup tetap harus diberikan terhadap pembelajaran setiap pemangku kepentingan secara individual. Dengan kata lain, ketika berbicara tentang pembelajaran multipihak, kita bukan saja berhadapan dengan proses kolektif, tetapi pada saat yang sama juga dengan pembelajaran dari masing-masing pemangku kepentingan. Karenanya, pembelajaran multipihak harus mendorong kedua-duanya secara berimbang: baik pembelajaran para pemangku kepentingan secara individual maupun sebagai kelompok.

Page 89: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 73

Kotak 18. Membingkai kembali (reframe) beragam sudut pandang

Salah satu masalah yang mempengaruhi penghidupan masyarakat di lokasi Jambi adalah bahwa para pendatang merasa diperlakukan tidak adil karena tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan masyarakat tentang sumber daya alam. Para tokoh adat dan penduduk asli, kelompok Minangkabau, adalah pihak yang “berkuasa” dan biasanya merekalah yang mengambil keputusan-keputusan penting tentang sumber daya alam desa.

Menurut sudut pandang penduduk asli, karena mereka yang paling lama tinggal di Baru Pelepat, wajarlah jika mereka yang paling berwenang dan berhak atas “posisi khusus” mereka itu. Dari sudut pandang mereka, masalahnya bukan terutama rendahnya partisipasi kaum pendatang, melainkan tidak pahamnya kaum pendatang akan posisi dan wewenang kelompok Minangkabau.

Suatu contoh kebutuhan pembelajaran individual adalah kasus seorang tokoh adat di Jambi. Karena kepentingannya sendiri, pada awal kegiatan lapangan tokoh ini sering sulit menerima pandangan orang lain. Dia perlu belajar untuk lebih memahami pihak lain dan menghargai pandangan orang yang berstatus sosial lebih rendah daripada dirinya. Berdasarkan kebutuhan belajar individual ini, tim kami memberi perhatian khusus terhadap kebutuhan belajar orang tersebut. Kami berusaha untuk membantu tokoh tersebut mengembangkan pengetahuan dan kesadaran tentang konsep kepemimpinan dan tentang perlunya mendengarkan orang lain jika ia menginginkan orang lain melihatnya sebagai seorang pemimpin.

Sebagai contoh kebutuhan kolektif dapat diberikan kebutuhan dari baik masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung maupun dinas kehutanan akan kejelasan batas desa dengan Hutan Lindung Gunung Lumut.

Apa arti Prinsip 1 untuk kegiatan lapangan?

Untuk mewujudkan baik kepemilikan individual maupun kepemilikan kolektif, kami melihat bahwa kegiatan pembelajaran harus terpusat pada pokok-pokok permasalahan yang menjadi perhatian masing-masing pemangku kepentingan dan pada saat yang sama relevan untuk mereka semua sebagai suatu kelompok. Persoalan bagai mana memprioritaskan pokok-pokok permasalahan oleh keseluruhan kelompok menjadi sangat penting, bahkan mutlak diperlukan. Masing-masing pemangku kepentingan harus mengembangkan pemahaman tentang pandangan pemangku kepentingan lainnya, dan kemudian masalahnya harus dibingkai kembali (reframe) dalam suatu perspektif ber sama. Dengan kata lain, para pemangku kepentingan harus dapat memasukkan berbagai sudut pandang tentang masalah tersebut dalam satu bingkai bersama. Kotak 18 menggambarkan

Page 90: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

74 • BAB LIMA

Kotak 19. Pokok-pokok pembelajaran yang diprioritaskan

Pokok-pokok pembelajaran Jambi Pokok-pokok pembelajaran Pasir

1. Bagaimana wilayah adat masyarakat dapat diakui oleh desa tetangga dan pemerintah?

1. Bagaimana wilayah adat masyarakat dapat diakui oleh desa tetangga, pemerintah, dan perusahaan pemilik HPH?

2. Bagaimana meningkatkan kapasitas pengorganisasian dan kelembagaan masyarakat dalam hal pengelolaan sumber daya alam? Bagaimana meningkatkan keterwakilan para pemangku kepentingan masyarakat, termasuk kelompok perempuan? Bagaimana meningkatkan kolaborasi antara para pemangku adat dan pemerintah desa?

2. Bagaimana meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat?

3. Strategi apa yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat?

3. Apa saja alternatif pemanfaatan hasil hutan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat? Apakah peningkatan akses ke pasar rotan merupakan pilihan yang mungkin? Apakah pemanfaatan lahan bekas perladangan merupakan alternatif untuk meningkatkan penghidupan?

Untuk terjadinya pembelajaran yang bermakna bagi kedua kelompok pemangku kepentingan ini, kami mengembangkan kegiatan belajar yang berkenaan dengan persoalan perwakilan masyarakat. Dalam kegiatan itu perspektif keduanya diperlakukan sama penting. Kegiatan-kegiatan ini memungkinkan pihak pendatang untuk mulai belajar mengapa kelompok Minang dan para pemimpin adat memperlakukan mereka dengan cara berbeda. Demikian pula, kegiatan itu terfokus pada kebutuhan belajar kelompok Minang dan para pemimpin adat untuk memahami mengapa kaum pendatang merasa bahwa mereka ingin menyuarakan pendapat mereka.

Dengan menyelenggarakan kegiatan belajar yang mendorong kedua kelompok yang berbeda itu untuk saling memahami perspektif pihak lainnya dan untuk menilai secara kritis pemikiran mereka sendiri, terciptalah sebuah ruang untuk pertukaran pandangan yang positif dan penelaahan pandangan lama secara bersama.

Page 91: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 75

sebuah contoh tentang bagaimana kami mengorganisasikan pembelajar an di Jambi agar para pemangku kepentingan dapat membingkai kembali perspektif yang ada. Kotak 19 menunjukkan pokok-pokok per masalahan yang kemudian diprioritaskan.

Prinsip 2: Keterwakilan semua pemangku kepentingan dalam pembelajaranSejalan dengan perkembangan kegiatan lapangan, kami semakin menyadari bahwa semua pihak yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan-tindakan dalam sistem sosial dan alam yang bersangkutan harus terlibat dalam kegiatan belajar. Jika pembelajaran tidak melibatkan mereka semua, kecil kemungkinannya, persoalan-persoalan pengelolaan sistem tersebut bisa ditangani secara efektif karena pembelajaran tidak akan mencakup seluruh sistem.

Namun karena para pemangku kepentingan jumlahnya cukup banyak, tidaklah mungkin bagi kami untuk melibatkan mereka semua secara langsung. Kami hanya bisa menyelenggarakan pembelajaran untuk wakil-wakil mereka saja. Walaupun begitu, kami perlu memastikan bahwa semua pemangku kepentingan akan merasa memiliki pembelajaran itu. Dengan kata lain, menyelenggarakan pembelajaran bagi para wakil berarti bahwa sebuah mekanisme diperlukan untuk memastikan semua hasil pembelajaran dapat sampai juga kepada semua anggota masing-masing kelompok.

Gambar 12. Dari banyak orang, sekelompok orang saja yang dipilih sebagai wakil untuk berpartisipasi

Page 92: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

76 • BAB LIMA

Gambar 13. Menyelenggarakan pembelajaran bersama bagi para pemangku kepentingan dalam platform berjenjang (nested platforms)

Prinsip tentang keterwakilan mungkin merupakan hal terpenting untuk mengembangkan platform-platform pembelajaran. Jika kita mengabaikan prinsip ini bisa saja pembelajaran tidak akan menghasilkan perubahan yang bermakna dalam sistem karena adanya pihak-pihak yang aktif di dalamnya, tetapi tidak dilibatkan.

Apa arti Prinsip 2 untuk kegiatan lapangan?

Kami harus memastikan agar kegiatan lapangan menjangkau semua pemangku kepentingan, namun sementara tetap dapat dikelola dengan baik. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan menyeleng garakan kegiatan berdasarkan teori yang disebut “platform berjenjang” (nested platforms).13 Teori tersebut mengatakan bahwa platform yang lebih kecil terlingkupi oleh platform yang lebih luas dan keduanya saling mempengaruhi karena merupakan bagian dari satu sistem.

Ketika memulai kegiatan lapangan, kami tidak menyadari adanya teori semacam itu, tetapi baru belakangan kami menyadari bahwa apa yang kami lakukan ternyata cukup sesuai dengan kerangka teoretis ini. Di kedua lokasi kajian, pengorganisasian pembelajaran dengan platform berjenjang dapat digambarkan seperti pada Gambar 13.

PASIRJAMBI

Masyarakat Rantau LayungMasyarakat Rantau ButaMasyarakat desatetanggaPerusahaan HPH

Perwakilan Rantau LayungPerwakilanRantau ButaPerwakilanmasyarakatdesa tetanggaPerwakilanperusahaan HPH

Pemerintah kabupaten

•••

Pemerintah kabupaten

Masyarakat Baru Pelepat

Masyarakat desatetangga

Orang RimbaPenduduk asliPendatangElit desaGenerasi mudaLembaga adatPemerintah desaOrganisasi perempuan

--------

Perwakilan para pemangku kepentingan Baru Pelepat berikut:

Perwakilan masyarakatdesa tetangga

Page 93: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 77

Gambar ini menunjukkan bahwa keputusan yang dibuat oleh pemerintah tingkat kabupaten atau pada lapisan luar (yang misalnya terjadi pada kebijakan yang mengatur pemanfaatan hasil hutan) mempengaruhi tindakan pada tingkat masyarakat (lapisan tengah di gambar). Di sisi lain, tindakan masyarakat mempengaruhi pengambilan keputusan di tingkat kabupaten. Sebagai contoh, pengambilan hasil hutan secara berlebihan oleh masyarakat dapat mendorong pengambil keputusan pemerintah kabupaten untuk menerapkan pengawasan yang lebih ketat. Jadi, interaksi antara kedua lapisan ini terjadi melalui umpan balik dua arah.

Tim kami aktif di dua tingkat:• Lapisan paling dalam (pusat lingkaran): untuk menyelenggarakan kegiatan

belajar bagi wakil-wakil para pemangku kepentingan, masyarakat, dan dalam kasus di Pasir para pemangku kepentingan masyarakat dan perusahaan HPH

• Lintas kabupaten (lapisan luar) dan pemangku-pemangku kepentingan (pusat lingkaran): untuk menyelenggarakan kegiatan bagi wakil masyarakat lokal, pengusaha hasil hutan, dan pengambil keputusan tingkat kabupaten.

Ada dua implikasi lain dari prinsip ini, yakni bagaimana memilih wakil-wakil para pemangku kepentingan dan bagaimana memastikan terbangunnya mekanisme agar pembelajaran menjangkau semua pemangku kepentingan. Lampiran 1 (Kegiatan 2, Langkah 2) memberi beberapa acuan bagaimana kedua hal tersebut dapat dipraktekkan.

Prinsip 3: Belajar dari pengalamanMelalui suatu kajian pustaka, kami melihat bahwa untuk ter jadinya pembelajaran yang efektif, pembelajaran itu harus tertata sedemikian rupa sehingga menciptakan peluang bagi para pemangku kepentingan untuk membentuk pengetahuan baru dari pengalaman nya. Pembelajaran seperti itu sering disebut “pembelajaran berdasarkan pengalaman” (experiential learning)14. Pembelajaran semacam ini dibangun dari pandangan bahwa manusia itu sendiri adalah sumber informasi yang paling kaya untuk mengembangkan pengetahuan.

Beberapa pakar teori dan praktisi pembelajaran menegaskan bahwa manusia, terutama orang dewasa, daripada ditunjukkan atau diberitahukan hal-hal apa yang harus dia pelajari, akan mengembangkan pengetahuan secara lebih efektif jika mereka sendirilah yang menentukan hal-hal apa yang harus dipelajarinya.15 Mengadakan kegiatan pembelajaran bagi para pemangku kepentingan dengan cara membangun pengalaman dapat memicu mereka untuk melalui suatu proses penemuan hal-hal baru (discovery) dan proses pengembangan pengetahuan.

Page 94: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

78 • BAB LIMA

Apa arti prinsip 3 untuk kegiatan lapangan?

Seperti disebut di Bab 1, kami mengadopsi penelitian aksi partisipatif (PAR) sebagai metodologi guna mendorong para pemangku kepentingan agar dapat meningkatkan kondisi lingkungan alam dan lingkungan sosial mereka. Metodologi PAR yang kami pakai, kami sesuaikan dengan proses berulang-ulang (iteratif) yang dilakukan secara bersama oleh para pemangku kepentingan dengan tahapan-tahapan pengamatan, perencanaan, aksi, pemantauan, dan refl eksi, yakni ciri khas dari pendekatan ACM (lihat Bab 2, hlm. 20). Proses semacam ini memungkinkan dilakukannya perbaikan pengelolaan sesering dibutuhkan secara kolaboratif. Berdasarkan pengamatan, kami melihat bahwa metodologi ini sangat efektif untuk mewujudkan konsep pembelajaran berdasarkan pengalaman yang kami maksud di atas.

Menurut kami ada dua alasan untuk hal ini:• Penelitian aksi partisipatif menawarkan sebuah kerangka yang dapat memandu

tim kami dan para pemangku kepentingan untuk memberi struktur pada proses pembelajarannya sehingga menjadi lebih sistematis. Oleh karena dilakukan secara berulang-ulang, terbukti dapat menjadi dasar kuat untuk membangun pengalaman.

• Kita telah melihat di atas bahwa belajar berdasarkan pengalaman secara teoretis sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan. Walaupun begitu, kita harus tetap waspada karena tidak akan selalu dapat dikatakan bahwa dari sebuah pengalaman baru terbentuklah pengetahuan baru, ataupun terdoronglah kita untuk menanggalkan pandangan-pandangan lama. Kenapa demikian? Asumsi-asumsi kita sesungguhnya lebih tidak tergoyahkan daripada yang kita sadari sendiri. Sebagaimana terbukti dari kegiatan lapangan kami, PAR dapat membuat pembelajaran lebih refl ektif sehingga menjadi dasar yang kuat untuk terbentuknya pengetahuan baru. Dengan kata lain, pengalaman yang dibangun melalui PAR menjadi dasar untuk pembelajaran dalam artian yang sesungguhnya.

Dengan menggunakan PAR sebagai panduan, kami mendampingi para pemangku kepentingan dalam menangani pokok-pokok pembelajaran yang telah mereka prioritas kan. Sebelum melanjutkan pembahasan, ada baiknya kita melihat kembali proses-proses berulang-ulang di dalam PAR dan yang menjadi ciri khas ACM. Seperti dapat dilihat pada Gambar 14, proses-proses belajar untuk meng-atasi pokok-pokok permasalahan terjadi sepanjang waktu, dari saat ini hingga masa depan. Proses ini melalui tahapan-tahapan pengamatan, perencanaan, aksi, dan refl eksi yang berulang-ulang. Perhatikan bahwa dalam proses yang ber-langsung di lapangan, pemantauan tidak berdiri sendiri sebagaimana berlaku sesuai dengan teori dan yang dibahas pada Bab 2.

Page 95: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 79

Masa yangakan datang

Saat ini

pengamatan

aksi

aksi

refleksi refleksi

pere

ncan

aan

pere

ncan

aan

Gambar 14. Berbagai proses pembelajaran yang digunakan dalam memecahkan pokok permasalahan lokal

Proses ini pada dasarnya merupakan kegiatan pembelajaran yang kami selenggarakan untuk para pemangku kepentingan dalam menangani pokok-pokok permasalahan yang telah mereka identifi kasi (lihat Kotak 19). Di dalam buku ini, hendak kami bagi proses pembelajaran para pemangku kepentingan dalam menangani tiga pokok permasalahan: penyelesaian masalah tata batas, peningkatan kapasitas pemerintahan desa, dan peningkatan penghidupan melalui pemanfaatan lahan bekas perladangan. Dua pokok pembelajaran pertama dijelaskan dalam Kotak 20 dan Kotak 21, sedangkan pokok pembelajaran ketiga dapat dilihat di Lampiran 1. Lihat juga Gambar 15 dan Gambar 16.

Kotak 20. Bersama-sama memetakan tata batas: Sebuah contoh pembelajaran berdasarkan pengalaman

Pengamatan. Salah satu masalah utama yang dihadapi masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung di Pasir berkenaan dengan batas antara Hutan Lindung Gunung Lumut dan desa-desa mereka. Masyarakat menolak batas hutan karena beberapa alasan. Salah satu garis batas melintasi wilayah adat mereka. Garis lainnya ada yang terlalu dekat dengan batas desa, sementara ada juga yang cukup jauh dari batas desa. Hal tersebut menimbulkan kebingungan warga desa tentang garis batas mana yang benar. Tidak pernah masyarakat diajak berdiskusi atau dimintai pendapatnya sewaktu penentuan batas ini; bahkan tidak ada pemberitahuan kepada kepala desa. Tim kami menyarankan agar masyarakat menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah kabupaten.

Lanjut di halaman berikut

Page 96: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

80 • BAB LIMA

Karena tim kami berjanji untuk mendampingi masyarakat dalam pertemuan dengan pemerintah kabupaten, mereka merasa cukup percaya diri untuk bertemu dengan pemerintah. Selama ini mereka jarang saling berinteraksi. Kesempatan ini adalah kali pertama mereka akan berinteraksi dengan pemerintah, yakni untuk menyampaikan ketidaksetujuan mereka. Walaupun tidak dapat menduga bagaimana pemerintah akan menanggapinya, masyarakat sangat bersemangat untuk bertemu dengan para pembuat kebijakan.

Dalam lokakarya yang kami selenggarakan, semua pihak, termasuk pemerintah, sangat berminat untuk berupaya menyelesaikan persoalan tata batas ini. Mereka menyetujui bahwa penandaan tata batas harus dilakukan secara partisipatif.

Rencana 1. Pada saat lokakarya, peserta merencanakan untuk melakukan survei bersama. Mereka menyepakati bahwa cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah, masyarakat melakukan survei dengan pendampingan dari tim kami. Setelah itu, data yang terkumpul akan dibandingkan dengan data yang ada di dinas kehutanan (Dishut) kabupaten.

Aksi 1. Bersama tim kami, masyarakat menyelenggarakan survei dan mengumpulkan titik-titik koordinat garis batas hutan, mengambil foto patok-patok penanda batas dan rambu-rambu tata batas lainnya, serta informasi tentang tanah masyarakat yang terkena batas. Setelah titik-titik koordinat tersebut dimasukkan ke dalam peta wilayah, hasilnya disampaikan kepada Dishut untuk dibandingkan dengan data-data yang ada selama itu.

Refleksi 1. Setelah membandingkan data tentang kedua garis batas tersebut dalam suatu pertemuan bersama, Dishut mengakui bahwa garis yang letaknya paling jauh dari desa adalah batas yang benar dan bukannya garis yang dekat dengan desa. Perbedaan antara kedua garis itu disebabkan oleh kesalahan petugas lapangan Dishut. Ketika melakukan survei pemeliharaan batas, ia tidak dapat menemukan garis yang benar dan kemudian menempatkan garis dengan memperkirakan letaknya, yakni di lokasi yang sebenarnya terlalu dekat dengan desa.

Masyarakat merasa puas dengan penjelasan dari Dishut tersebut. Pada waktu itu juga mereka menyadari pentingnya batas desa yang jelas, antara lain untuk menghindari timbulnya konfl ik.

Rencana 2. Terdorong semangatnya untuk memetakan batas desa mereka, masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung membuat rencana bersama untuk mengundang Desa-Desa Kesunge, Sungai Terik dan Uko agar bergabung dalam

Lanjut di halaman berikut

Page 97: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 81

kegiatan pemetaan tersebut. Mereka membayangkan bahwa pertemuan ini akan memberi kesempatan untuk membicarakan perbatasan wilayah desa berdasarkan aturan adat. Pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan survei lapangan guna mengumpulkan data untuk pemetaan.

Mereka kemudian berpikir bahwa mereka belum cukup terampil dalam hal pemetaan dan perlu dilatih terlebih dahulu. Oleh karena itu, mereka merencanakan untuk mendapatkan pelatihan tentang pemetaan.

Aksi 2. Masyarakat Rantau Buta dan Rantau Layung menghadiri pertemuan yang direncanakan, namun wakil-wakil desa-desa lainnya tidak datang. Meskipun begitu, masyarakat kedua desa tersebut berpandangan bahwa mereka dapat memulai kegiatan tersebut tanpa kehadiran wakil desa-desa lainnya. Mereka berharap, desa-desa lain itu akan tertarik kemudian kalau melihat bahwa mereka dapat memperoleh manfaat dari kegiatan ini, yakni keterampilan pemetaan batas desa yang jelas.

Pelatihan yang telah direncanakan kemudian dilakukan. Pelatihan ini termasuk bagaimana cara menggunakan peranti sistem penentuan posisi global (global positioning system (GPS)), pengolahan data, dan bagaimana menuangkan data ke dalam peta dasar.

Refleksi 2. Ketika direfl eksikan, tidak ada masalah berarti yang muncul. Masyarakat percaya bahwa hal ini dikarenakan masyarakat kedua desa berasal dari sistem adat yang sama sehingga memiliki nilai-nilai yang sama. Hal ini memudahkan komunikasi.

Rencana 3. Masyarakat kedua desa membuat rencana untuk menyelenggarakan survei bersama.

Aksi 3. Didampingi tim kami, masyarakat kedua desa melaksanakan survei lapangan. Kelompok pelaksana survei terdiri atas para tokoh adat dan beberapa orang wakil dari kedua desa. Selama survei lapangan, mereka menemukan bahwa terdapat banyak tempat yang ternyata belum mereka ketahui sebelumnya. Peta dasar yang mereka bawa membantu mereka agar tidak tersesat. Selama survei ini tidak muncul masalah yang berarti sehingga dengan mudah mereka menyepakati titik-titik batas desanya.

Refleksi 3. Selama refl eksi, wakil-wakil dari kedua desa saling memastikan bahwa mereka telah menyetujui batas yang telah disurvei. Masyarakat kedua desa tersebut menyadari bahwa batas desa yang jelas akan merupakan hal yang sangat penting di masa yang akan datang.

Lanjut di halaman berikut

Page 98: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

82 • BAB LIMA

Pengamatan. Beberapa waktu sebelumnya, masyarakat kedua desa mendengar bahwa ada dua perusahaan HPH yang telah masuk ke wilayah desa mereka. Kedua perusahaan tersebut beroperasi di dua desa yang berbeda: PT Majau beroperasi di Rantau Buta, sementara PT WMS di Kesunge. Tidak jelasnya batas antara kedua desa, telah menyebabkan konfl ik antara kedua perusahaan tersebut.

Rencana 4. Rantau Buta dan Rantau Layung membuat rencana untuk menindaklanjuti pemetaan batas desa. Menurut rencana itu, Kepala Desa Rantau Buta akan mengunjungi desa-desa tetangganya dan mengajak mereka untuk bersama-sama membuat peta perbatasan antara desa di wilayah tersebut. Tetapi, karena persoalan konfl ik antara kedua perusahaan HPH tersebut dirasakan jauh lebih mendesak, mereka memutuskan untuk menunda kegiatan bersama itu.

Rencana 3.1. Sebagai tindak lanjut dari pengamatan yang disebutkan di Refl eksi 3, Kepala Desa Rantau Buta berencana untuk bertemu dengan para kepala desa desa-desa tetangga, khususnya Kesunge, untuk memberitahukan mereka tentang konfl ik yang terjadi antara kedua perusahaan HPH. Untuk penyelesaian masalah ini, penting bahwa semua desa di wilayah ini diberitahukan hal tersebut.

Aksi 3.1. Kepala Desa Rantau Buta bertemu dengan para kepala desa lainnya termasuk dari Kesunge. Wilayah yang dipersengketakan kedua perusahaan HPH terletak di kedua desa ini. Para kepala desa menindaklanjuti pertemuan ini dengan melakukan pendekatan kepada Dishut dan kedua perusahaan tersebut.

Refleksi 3.1. Semua pihak menyetujui bahwa kunjungan bersama untuk melihat letak garis batas antara kedua desa dan mengklarifi kasi hal-hal yang tidak disepakati merupakan hal yang mendesak.

Rencana 3.2. Setelah refl eksi, masyarakat kedua desa, kedua perusahaan HPH, dan Dishut berencana untuk bersama-sama melakukan survei lapangan. Biaya survei tersebut akan ditanggung oleh kedua perusahaan.

Aksi 3.2. Survei dilakukan bersama sesuai dengan rencana.

Refleksi 3.2. Survei lapangan mengungkapkan bahwa kedua perusahaan beroperasi di wilayah kedua desa, dan bukannya masing-masing perusahaan di salah satu dari kedua desa seperti yang mereka sangka sebelumnya. Pemetaan bersama telah menjelaskan hal ini. Setelah dirundingkan, semua pihak setuju bahwa kedua perusahaan itu akan memberi dana kompensasi kepada kedua desa.

Page 99: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 83

Kotak 21. Meningkatkan pemerintahan desa: Contoh lain pembelajaran berdasarkan pengalaman16

Untuk meningkatkan pemerintahan desa, para pemangku kepentingan di Baru Pelepat, Jambi, perlu mengembangkan kesadaran dan pemahaman tentang keterwakilan dalam pengambilan keputusan di desa mereka. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para pemangku kepentingan masyarakat menempuh suatu proses pembelajaran dalam memilih wakil-wakil mereka yang akan menjadi anggota Badan Perwakilan Desa (BPD). Sifat politis dari proses tersebut, menuntut kami sebagai fasilitator untuk mendampingi para pemangku kepentingan dalam memaknai permainan politik yang terjadi dan mengembangkan pemahaman tentang perubahan-perubahan kondisi politik.

Berikut ini kami paparkan siklus pembelajaran yang terjadi dengan cara yang berbeda dari contoh sebelumnya. Pemaparan berikut memberi gambaran mengenai tiga “forum sosial” yang berperan dalam menciptakan pembelajaran antara para pemangku kepentingan. Forum-forum sosial ini masing-masing menjadi sebuah mekanisme untuk memantau proses-proses pembelajaran di antara mereka. Ketiga mekanisme ini adalah: pembentukan panitia pemilihan, pertemuan para pemangku kepentingan masyarakat, dan penyebarluasan informasi kepada seluruh masyarakat. Dalam siklus penelitian aksi partisipatif pada Gambar 16 kita bisa melihat siklus belajar yang mengikuti tahapan-tahapan pengamatan, perencanaan, aksi, dan refl eksi.

Panitia pemilihan. Masyarakat memberi mandat kepada panitia pemilihan untuk bertindak atas nama masyarakat. Para anggota panitia berasal dari kelima dusun di Baru Pelepat dan keterwakilan ini menciptakan kondisi yang kondusif untuk keterlibatan seluruh anggota masyarakat.

Dengan pendampingan dari tim kami, panitia pemilihan melakukan beberapa tugas: mengembangkan prosedur pemilihan, mendata para pemilih yang memiliki hak suara, mencari dana pemilihan, serta mempersiapkan, melaksanakan, dan memantau pemilihannya. Dalam istilah penelitian aksi partisipatif, kegiatan yang dilaksanakan panitia pemilihan bisa dianggap sebagai kegiatan “pengamatan” dan “aksi” dalam siklus pengamatan—perencanaan—aksi—refl eksi.

Pertemuan-pertemuan para pemangku kepentingan. Mekanisme kedua berupa pertemuan berkala antara para pemangku kepentingan yang diselenggarakan oleh panitia pemilihan. Para peserta dalam pertemuan-pertemuan ini merefl eksikan aksi yang telah dilakukan, melaporkan perkembangan, mendiskusikan masalah-masalah yang muncul, meneruskan informasi yang berguna kepada atau dari masyarakat desa, dan membuat rencana bersama untuk menindaklanjuti aksi.

Lanjut di halaman berikut

Page 100: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

84 • BAB LIMA

Peran tim kami mendampingi panitia dalam memfasilitasi komunikasi antara para pemangku kepentingan dalam pertemuan. Kegiatan ini bisa dianggap sebagai tahap “refl eksi” dan “perencanaan” dalam siklus penelitian aksi partisipatif.

Penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas. Mekanisme ketiga adalah mekanisme komunikasi yang berkembang dengan sendirinya di antara warga desa, di luar fasilitasi kami. Dalam mekanisme ini, para anggota panitia pemilihan berperan sebagai informan kunci bagi warga desa lain yang mencari informasi. Oleh karena anggota panitia dipilih dari masing-masing dusun, arus informasi dapat menjangkau seluruh masyarakat desa. Sering, rumah tinggal para anggota panitia menjadi tempat pertemuan: di situ orang-orang secara spontan berkumpul untuk saling bertukar informasi tentang pemilihan. Warga desa secara spontan menyebarluaskan informasi yang berkenaan dengan pemilihan yang akan diselenggarakan. Proses-proses informal ternyata sangat penting dalam proses pembelajaran dan bukan hanya proses-proses pada pertemuan-pertemuan resmi yang sengaja diselenggarakan.

Suatu hal yang tidak kami duga sebelumnya adalah munculnya pemantauan masyarakat terhadap proses politik secara alami seiring dengan persiapan pemilihan. Orang-orang mulai secara aktif “mencari informasi” melalui interaksi mereka satu sama lainnya, menilai situasi yang berkembang berdasarkan “informasi yang dikumpulkan”, mengorganisasi diri, dan berstrategi dalam rangka pemilihan anggota BPD.

Page 101: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 85

Para pemangku kepentingan masyarakat Baru Pelepat melewati proses pembelajaran dalam memilih para wakil mereka. Terlihat seorang perempuan akan memasukkan kertas suaranya dalam kotak pemungutan suara.

Pencarian fakta bersama seperti yang digambarkan disini membantu dalam me meriksa ketepat an pemahaman dan asumsi-asumsi yang ada. Gambar ini memper lihatkan sebuah kunjung an bersama oleh para petani di Pasir dan seorang petugas dinas kehutanan pada saat memeriksa lahan bekas perladangan yang ingin dimanfaat kan oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Page 102: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

86 • BAB LIMA

Tin

daka

n/A

ksi

Ref

leks

iR

enca

na

Ob

se

rva

si:

• P

erba

tasa

n an

tara

Hut

an

Lind

ung

Gun

ung

Lum

ut d

an

wila

yah

Ran

tau

But

a da

n R

anta

u

Layu

ng ti

dak

jela

s. G

aris

bat

as

mel

ewat

i wila

yah

adat

, ter

lalu

dek

at

atau

terla

lu ja

uh

dari

bata

s de

sa•

Gar

is b

atas

yan

g tid

ak je

las

men

imbu

lkan

ke

bing

unga

n da

n ke

tidak

past

ian

di

anta

ra w

arga

de

sa

• P

okok

-pok

ok

perm

asal

ahan

ini

haru

s di

sam

paik

an

kepa

da

pem

erin

tah

kabu

pate

n

Re

nc

an

a 1

:

Mer

enca

naka

n su

rvei

yan

g ak

an d

ilaks

ana-

kan

oleh

m

asya

raka

t di

dam

ping

i tim

A

CM

; dat

a ya

ng

terk

umpu

l aka

n di

band

ingk

an

deng

an d

ata

di

Dis

hut

Re

nc

an

a 3

:

Men

yele

ng-

gara

kan

surv

ei

bers

ama

Re

fle

ks

i 1

:

• B

atas

yan

g le

takn

ya te

rjauh

da

ri de

sa a

dala

h ya

ng b

enar

• M

asya

raka

t dar

i ke

dua

desa

m

enya

dari

pent

ingn

ya b

atas

ya

ng je

las

untu

k m

engh

inda

ri ko

nflik

di m

asa

yang

aka

n da

tang

Re

nc

an

a 2

:

Men

gund

ang

para

wak

il D

esa

Kes

unge

, Sun

gai

Ter

ik d

an U

ko

untu

k m

endo

rong

m

erek

a m

emet

a-

kan

perb

atas

an

desa

-des

a m

erek

a

Re

fle

ks

i 2

:

• T

idak

ada

m

asal

ah y

ang

bera

rti s

elam

a pe

latih

an d

an

pert

emua

n•

Kes

amaa

n ni

lai-n

ilai a

dat

anta

ra k

edua

de

sa s

anga

t m

emba

ntu

terja

diny

a ko

mun

ikas

i ya

ng e

fekt

if

Re

fle

ks

i 3

:

• T

idak

ada

m

asal

ah b

erar

ti ya

ng m

uncu

l se

lam

a su

rvei

• S

alin

g ko

nfirm

asi

tent

ang

garis

-gar

is

bata

s be

rsam

a•

Kes

impu

lan

bers

ama

bahw

a pe

rbat

asan

yan

g je

las

dan

dise

paka

ti be

rsam

a m

utla

k di

perlu

kan

• P

en

ga

ma

tan

: dua

pe

rusa

haan

HP

H

yang

ber

oper

asi d

i w

ilaya

h ya

ng

bers

angk

utan

be

rsen

gket

a ka

rena

bat

as y

ang

tidak

jela

s an

tara

R

anta

u B

uta

dan

Kes

unge

Re

nc

an

a 4

:

• T

inda

k la

njut

pem

etaa

n ba

tas-

bata

s de

sa•

Kun

jung

an K

epal

a D

esa

Ran

tau

But

a ke

de

sa-d

esa

teta

ngga

un

tuk

men

doro

ng m

erek

a tu

rut s

erta

dal

am

kegi

atan

pem

etaa

n be

rsam

a di

Ran

tau

But

a da

n R

anta

u La

yung

Re

nc

an

a 3

.1:

Mas

yara

kat

Ran

tau

But

a da

n K

esun

ge

men

deka

ti D

ishu

t da

n pe

rusa

haan

H

PH

Re

fle

ks

i 3

.1:

Kla

rifik

asi t

enta

ng

perb

atas

an k

edua

de

sa d

iman

a ke

dua

peru

saha

an

HP

H b

erop

eras

i

Re

nc

an

a 3

.2:

• M

enye

leng

gara

kan

surv

ei b

ersa

ma

war

ga d

ua d

esa,

du

a H

PH

, dan

D

ishu

t •

Men

yusu

n re

ncan

a un

tuk

mem

pero

leh

duku

ngan

dan

a da

ri ke

dua

HP

H

ters

ebut

Re

fle

ks

i 3

.2:

• K

edua

per

usah

aan

HP

H

bero

pera

si d

i ked

ua d

esa,

bu

kan

mas

ing-

mas

ing

di

satu

des

a se

pert

i yan

g se

lam

a in

i diy

akin

i •

Sur

vei b

ersa

ma

berm

anfa

at b

agi s

emua

pi

hak

untu

k m

enje

lask

an

hal i

ni•

Ked

ua p

erus

ahaa

n H

PH

ak

an m

embe

ri da

na

kom

pens

asi k

epad

a ke

dua

desa

unt

uk

pem

bala

kan

kayu

di

wila

yah

mas

ing-

mas

ing

Ak

si

3.2

:

Mel

aksa

naka

nsu

rvei

ber

sam

a

Ak

si

3.1

:

Dis

kusi

den

gan

Dis

hut d

anpe

rusa

haan

HP

H te

ntan

g ca

raun

tuk

men

gata

si m

asal

ah

Ak

si

1:

Men

gada

kan

surv

ei:

• M

engu

mpu

lkan

titik

-titi

k ko

ordi

nat

garis

bat

as•

Men

gam

bil f

oto

pato

k-pa

tok

tand

a ba

tas

• M

engu

mpu

lkan

info

rmas

i ten

tang

ta

nah

yang

dila

lui o

leh

garis

bat

as

Ak

si

2:

• M

enye

leng

gara

kan

pert

emua

n an

tara

R

anta

u B

uta

dan

Ran

tau

Layu

ng,

mes

kipu

n pe

rwak

ilan

dari

Kes

unge

, S

unga

i Ter

ik d

an U

ko ti

dak

ikut

• M

enye

leng

gara

kan

pela

tihan

pe

met

aan

yang

dib

antu

ole

h tim

AC

M

Ak

si

3:

Mel

aksa

naka

n su

rvei

se

baga

iman

a te

lah

dire

ncan

akan

Ak

si 4

:

Mem

utus

kan

untu

k m

enun

da p

emet

aan

perb

atas

an d

esa

kare

na p

erso

alan

se

ngke

ta a

ntar

a du

a pe

rusa

haan

HP

H

lebi

h m

ende

sak

Gam

bar

15.

Sik

lus

pem

bela

jara

n ya

ng d

item

puh

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

upa

ya p

enye

lesa

ian

mas

alah

tata

bat

as

Page 103: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 87

Tin

daka

n/A

ksi

Ref

leks

iR

enca

na

lanj

ut d

i hal

aman

berik

ut

Pe

ng

am

ata

n:

• P

enga

mbi

lan

kepu

tusa

n m

asya

raka

t tid

ak

mel

ibat

kan

sem

ua

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

asya

raka

t•

Dal

am

berh

ubun

gan

deng

anpe

man

gku

kepe

ntin

gan

luar

te

ntan

g su

mbe

r da

ya a

lam

, pa

ndan

gan

bera

gam

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

mas

yara

kat

serin

g ku

rang

te

rwak

ili

Re

nc

an

a 1

:

• M

enga

daka

n pe

rtem

uan

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

asya

raka

t un

tuk

bert

ukar

pa

ndan

gan

tent

ang

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n da

n ke

pem

impi

nan

• M

enca

ri ca

ra

untu

k m

enin

gkat

kan

mek

anis

me

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n ol

eh

mas

yara

kat

Re

fle

ks

i 1

:

• P

erse

psi y

ang

ada

dala

m m

asya

raka

t te

ntan

g ke

pem

impi

nan

dan

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n sa

ngat

be

raga

m•

May

orita

s be

rpik

iran

bahw

a ca

ra la

ma

dala

m

kepe

mim

pina

n da

n pe

ngam

bila

n ke

putu

san

haru

s di

gant

ikan

de

ngan

car

a ya

ng le

bih

dem

okra

tis•

Ket

erw

akila

n se

mua

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m p

enga

mbi

lan

kepu

tusa

n ad

alah

sua

tu

keha

rusa

n•

Sal

ah s

atu

cara

unt

uk

men

ingk

atka

n ke

terw

akila

n de

sa

adal

ah m

elal

ui B

PD

ya

ng te

lah

diat

ur d

alam

pe

ratu

ran

daer

ah

tent

ang

kepe

mer

inta

h-an

des

a•

Tim

AC

M b

erse

dia

mem

bant

u pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

asya

raka

t dal

am

mem

bent

uk B

PD

dan

pe

mili

han

wak

il-w

akil

mas

yara

kat

• M

asya

raka

t per

lu

men

ghub

ungi

pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

untu

k m

enda

patk

an

duku

ngan

res

mi d

alam

m

embe

ntuk

BP

D

Re

nc

an

a 2

:

Men

deka

ti pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

untu

k m

engu

mpu

lkan

in

form

asi t

enta

ng

kebi

jaka

n B

PD

, pr

asya

rat

adm

inis

trat

ifnya

, da

n du

kung

an

apa

yang

dap

at

dibe

rikan

pe

mer

inta

h da

lam

m

embe

ntuk

BP

D

Re

fle

ks

i 2

:

• P

emer

inta

h ka

bupa

ten

bisa

m

enye

diak

an

duku

ngan

ad

min

istr

atif

dan

keua

ngan

, tet

api

tidak

sia

p un

tuk

mem

beri

duku

ngan

te

knis

. Pem

erin

tah

be

lum

mem

puny

ai

peng

alam

an k

aren

a B

PD

ada

lah

kebi

jaka

n ba

ru.

Dis

aran

kan

agar

tim

A

CM

mem

fasi

litas

i m

asya

raka

t•

Pro

posa

l ang

gara

n ha

rus

dibu

at o

leh

mas

yara

kat d

an

diaj

ukan

kep

ada

pem

erin

tah

• A

da 4

lang

kah

utam

a pe

mbe

ntuk

an

BP

D: 1

) m

embe

ntuk

pa

nitia

pem

iliha

n,

2)

men

dafta

r pa

ra

pem

ilih,

3)

nom

inas

i da

n m

enya

ring

para

ca

lon

untu

k an

ggot

a B

PD

, 4)

men

yele

ng-

gara

kan

pem

iliha

n

Re

nc

an

a 3

:

• M

emul

ai

pers

iapa

n un

tuk

pem

iliha

n an

ggot

a B

PD

• M

enye

leng

gara

-ka

n pe

rtem

uan

desa

unt

uk

mem

bica

raka

n pr

osed

ur

pem

bent

ukan

pa

nitia

pe

mili

han

Re

fle

ks

i 3

:

• A

nggo

ta p

aniti

a ha

rus

mem

iliki

ke

tera

mpi

lan

dan

peng

etah

uan

tert

entu

unt

uk

dapa

t mel

akuk

an

tuga

s m

erek

a.

Seb

agia

n be

sar

dari

mer

eka

mer

asa

kura

ng

mam

pu d

alam

hal

in

i dan

kar

ena

itu

men

ging

inka

n pe

latih

an•

Sud

ah a

da

gam

bara

n ya

ng

lebi

h je

las

tent

ang

jum

lah

dana

yan

g di

butu

hkan

unt

uk

pem

iliha

n,

sehi

ngga

pro

posa

l pe

ndan

aan

untu

k di

ajuk

an k

epad

a pe

mer

inta

h su

dah

dapa

t dis

usun

Re

nc

an

a 4

:

• M

embu

at

prop

osal

pe

ndan

aan

untu

k di

ajuk

an k

epad

a pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

• M

elat

ih a

nggo

ta

pani

tia d

alam

ad

min

istr

asi

keua

ngan

, m

enyu

sun

angg

aran

, m

enda

ta p

emili

h,

mon

itorin

g,

pros

es p

emili

han,

da

n pe

nyeb

arlu

a-sa

n in

form

asi

Ak

si

1:

• M

enye

leng

gara

kan

pert

emua

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n se

baga

iman

a di

renc

anak

an, d

idam

ping

i tim

AC

M•

Men

gide

ntifi

kasi

car

a-ca

ra u

ntuk

m

enin

gkat

kan

part

isip

asi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pe

ngam

bila

n ke

putu

san

Ak

si

2:

• B

erte

mu

para

pet

ugas

pem

erin

tah

kabu

pate

n ya

ng b

erke

pent

inga

n de

ngan

ke

pem

erin

taha

n de

sa, d

idam

ping

i ole

h tim

A

CM

• M

enye

leng

gara

kan

pert

emua

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n di

fasi

litas

i ole

h tim

A

CM

unt

uk m

enge

mba

ngka

n pe

mah

aman

ya

ng le

bih

jauh

dan

ber

tuka

r ga

gasa

n da

n in

form

asi t

enta

ng B

PD

ser

ta k

ebija

kan

daer

ah te

ntan

g B

PD

Ak

si

3:

• M

embu

at r

enca

na u

mum

pem

iliha

n an

ggot

a B

PD

Men

gada

kan

pert

emua

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n m

enye

paka

ti pr

osed

ur p

embe

ntuk

an

pani

tia p

emili

han

• M

enin

dakl

anju

ti pe

rtem

uan

deng

an

pert

emua

n tin

gkat

dus

un u

ntuk

m

emili

h an

ggot

a pa

nitia

dar

i set

iap

dusu

n

Ak

si

4:

• M

enye

leng

gara

kan

pela

tihan

unt

uk

angg

ota

pani

tia y

ang

difa

silit

asi t

im A

CM

• M

embu

at a

ngga

ran

pem

iliha

n da

n m

enyu

sun

prop

osal

pen

dana

an u

ntuk

di

ajuk

an k

e pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

• M

enye

bark

an in

form

asi p

emili

han

ke

war

ga d

esa

Gam

bar

16. S

iklu

s pe

mbe

laja

ran

untu

k m

enin

gkat

kan

pem

erin

taha

n de

sa

Page 104: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

88 • BAB LIMA

Tin

daka

n/A

ksi

Ref

leks

iR

enca

na

Re

fle

ks

i 4

:

• P

aniti

a pe

mili

han

men

gala

mi b

ahw

a m

erek

a ku

rang

m

enda

pat

duku

ngan

par

a pi

mpi

nan

desa

dan

ha

rus

mel

aksa

naka

n pe

rsia

pan

pem

iliha

n se

mua

se

ndiri

• B

antu

an d

ari l

uar

sang

at d

ibut

uhka

n (d

an te

rsed

ia

kare

na h

adirn

ya ti

m

AC

M)

• P

rasy

arat

-pra

syar

at

biro

krat

is d

ari

pem

erin

tah

men

untu

t ban

yak

wak

tu d

an te

naga

da

n te

rken

dala

ka

rena

jara

k an

tara

de

sa d

an k

anto

r pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

cuku

p ja

uh

Re

nc

an

a 5

:

• D

afta

rkan

pa

ra p

emili

h ya

ng

mem

enuh

i sy

arat

• T

untu

t ko

mitm

en

para

pi

mpi

nan

desa

unt

uk

men

duku

ng

pros

es

pem

iliha

n

Re

fle

ks

i 5

:

• P

ara

toko

h de

sa le

bih

bers

edia

unt

uk

beke

rjasa

ma

dan

lebi

h m

engh

arga

i pek

erja

an

pani

tia•

Pen

dafta

ran

tern

yata

tid

ak s

esed

erha

na y

ang

diba

yang

kan,

teru

tam

a ka

rena

dat

a ke

pend

uduk

an d

esa

tidak

mut

akhi

r da

n tid

ak

leng

kap.

Hal

ini t

idak

di

antis

ipas

i seb

elum

nya

Re

nc

an

a 6

:

• K

emba

ngka

n sy

arat

-sya

rat

calo

n da

n ad

akan

pe

nyar

inga

n ca

lon

angg

ota

BP

D•

Sel

esai

kan

pend

afta

ran,

ya

ng te

rnya

ta

mem

butu

hkan

w

aktu

ta

mba

han

Re

fle

ks

i 6

:

• K

aren

a se

mua

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

bers

ama-

sam

a m

enge

mba

ngka

n kr

iteria

cal

on, s

emua

m

eras

a be

rtan

ggun

g ja

wab

unt

uk

mem

anta

u pr

oses

pe

nyar

inga

n•

Dat

a ke

pend

uduk

an

yang

tida

k te

rtat

a m

empe

rsul

it pe

rsia

pan

pem

iliha

n•

Ger

ak-g

erik

pol

itik

bebe

rapa

ang

gota

m

asya

raka

t per

lu

dipa

ntau

Re

nc

an

a 7

:

• T

ingk

atka

n pe

man

taua

n pe

rsia

pan

pem

iliha

n da

n ge

rak-

gerik

po

litik

• T

ingk

atka

n pe

nyeb

aran

in

form

asi t

enta

ng

pros

es-p

rose

s pe

mili

han

yang

se

dang

be

rlang

sung

• S

elen

ggar

akan

da

n pa

ntau

pe

mili

han

Re

fle

ks

i 7

:

• P

enye

bara

n in

form

asi

mer

upak

an k

unci

da

lam

ke

ikut

sert

aan

war

ga m

asya

raka

t da

lam

pe

man

taua

n pe

mili

han

dan

dala

m

mem

astik

an

bahw

a pr

oses

nya

tran

spar

an•

Wak

tu

pem

ungu

tan

suar

a (y

akni

sa

mpa

i ten

gah

hari)

tern

yata

w

aktu

terla

lu

men

desa

k ba

gi

mer

eka

yang

be

kerja

di l

adan

g

Re

nc

an

a 8

:

Sel

engg

arak

an

perh

itung

an s

uara

da

n um

umka

n ha

siln

ya s

esua

i de

ngan

ren

cana

Re

fle

ks

i 8

:

Tid

ak a

da

mas

alah

yan

g be

rart

i

Ak

si

4:

• M

enye

leng

gara

kan

pela

tihan

unt

uk a

nggo

ta

pani

tia y

ang

difa

silit

asi t

im A

CM

• M

embu

at a

ngga

ran

pem

iliha

n da

n m

enyu

sun

prop

osal

pen

dana

an u

ntuk

dia

juka

n ke

pe

mer

inta

h•

Men

yeba

rkan

info

rmas

i pem

iliha

n ke

m

asya

raka

t

Ak

si

5:

• M

enye

leng

gara

kan

pert

emua

n an

tara

an

ggot

a pa

nitia

pem

iliha

n da

n pi

mpi

nan

desa

unt

uk m

enin

gkat

kan

kom

unik

asi d

an

mer

angs

ang

kerja

sam

a•

Men

yele

ngga

raka

n pe

ndaf

tara

n pe

mili

h ya

ng m

emen

uhi s

yara

t di s

emua

dus

un

Ak

si

6:

• M

enga

daka

n pe

rtem

uan

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

enen

tuka

n sy

arat

-sya

rat c

alon

an

ggot

a B

PD

unt

uk p

enya

ringa

n•

Men

yele

saik

an p

enda

ftara

n pa

ra

calo

n

Ak

si

7:

• P

eman

taua

n pr

oses

sel

ama

pers

iapa

n pe

mili

han

• M

enga

daka

n ke

giat

an-k

egia

tan

peny

ebar

an in

form

asi

• M

enye

leng

gara

kan

dan

mem

anta

u pe

mili

han

Ak

si

8:

Men

ghitu

ng s

urat

sua

ra d

an

men

gum

umka

n ha

sil

pem

iliha

n se

suai

den

gan

renc

ana

Lan

juta

n G

am

bar

16. S

iklu

s pe

mbe

laja

ran

untu

k m

enin

gkat

kan

pem

erin

taha

n de

sa

Page 105: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 89

Prinsip 4: Pembelajaran melalui komunikasiSewaktu berkegiatan bersama para pemangku kepentingan di kedua lokasi, sangat jelas bahwa ada prinsip lain yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran bersama yang efektif, yaitu kegiatan pembelajaran harus komunikatif.

Kegiatan yang komunikatif adalah kegiatan yang membantu para pemangku kepentingan untuk menyatakan pandangan mereka kepada pihak lain secara lisan, non-verbal, ataupun dengan cara simbolis. Kegiatan semacam ini dapat berupa dialog atau pertemuan yang memungkinkan para pemangku kepentingan berkomunikasi melalui gambar, perumpamaan (metafora), atau permainan peran. Kegiatan sejenis ini memungkinkan dikomunikasikannya di antara para pemangku kepentingan pandangan masing-masing. Kegiatan itu membantu mereka mengembangkan pemahaman dan makna bersama yang

lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi. Kegiatan-kegiatan semacam ini juga membantu pihak-pihak yang berbeda mencari cara-cara baru untuk mengartikulasikan pandangannya masing-masing. Interaksi dan komunikasi dengan pihak lain menjadi sumber penemuan hal-hal baru (discovery), pemahaman baru, dan “pencerahan” atau situasi “o, begitu!”. Kegiatan pembelajaran melalui

Permainan peran seperti yang nampak di sini dapat mendorong para pemangku kepentingan untuk menyatakan pandangan-pandangannya.

Page 106: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

90 • BAB LIMA

komunikasi tidak hanya merangsang timbulnya semangat saling berbagi pemikiran, gagasan, dan informasi, tetapi juga mendorong terbentuknya sudut pandang baru dalam melihat sesuatu.

Aspek kunci dari prinsip ini adalah bahwa komunikasi terjadi secara adil dan berimbang. Dengan kata lain, setiap pemangku kepentingan berhak untuk memahami apa yang dikatakan pihak lain dan untuk dipahami oleh orang lain. Jika kondisi pembelajaran merangsang proses komunikasi yang setara, pertukaran pengetahuan dan informasi yang berimbang antara para pemangku kepentingan dapat terjadi.

Apa arti prinsip 4 untuk kegiatan lapangan?

Selama kegiatan lapangan berjalan, tim kami bukan saja semakin menyadari pentingnya prinsip ini, tetapi juga semakin memahami dan terampil dalam menerapkan prinsip ini dalam kegiatan lapangan. Pada awalnya kami berpikir bahwa meminta para pemangku kepentingan mengidentifi kasi dan memprioritaskan masalah sudah cukup bagi mereka untuk mengatasi bersama masalahnya. Pada saat itu kami mengira bahwa sekali orang tahu apa yang harus dibicarakan—yakni, masalah yang ada—komunikasi akan terjadi dengan sendirinya. Namun kami melihat bahwa hal ini tidak selalu berlaku demikian. Kondisi yang mendorong terjadinya komunikasi yang berimbang nyaris tidak akan muncul dengan sendirinya: kondisi semacam itu harus secara sengaja diciptakan.

Gambar 17 menggambarkan proses komunikasi yang kelihatannya sederhana: pengirim pesan mengirim pesannya kepada penerima pesan. Setelah pesan itu diterima—dalam bentuk aslinya yang belum “terdistorsi”—penerima pesan memberi tanggapannya kepada pengirim pesan tadi. Pada saat umpan balik dikirim kepada pengirim pesan yang pertama, kita dapat mengatakan bahwa “komunikasi dua arah” sudah terjadi. Bukankah hal ini sederhana?

Namun, kami melihat di lapangan bahwa pada kenyataannya komunikasi tidak sesederhana itu. Kami menemukan berbagai faktor yang mengganggu komunikasi antara para pemangku kepentingan. Faktor-faktor yang paling menonjol adalah:• Prasangka (stereotyping); dalam hal ini pemangku kepentingan tertentu dalam

berkomunikasi mengaitkan pemangku kepentingan lainnya dengan praduga-praduga berdasarkan persepsi mereka sendiri (Kotak 22).

Page 107: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 91

komunikator saluran

komunikasi

pesan

umpan balik

(pengirim pesan)komunikan

(penerima pesan)

Kotak 22. Contoh-contoh prasangka (stereotyping)

Pasir:

• Pemerintah selalu lebih berpihak kepada perusahaan daripada mendukung masyarakat

• Masyarakat tidak melihat pentingnya upaya melindungi sumber daya hutan dan karena itu perlu dididik

Jambi:

• Kaum pendatang hanya mementingkan kemajuan kelompoknya sendiri• Penduduk asli Minangkabau tidak mau bekerja sama

Gambar 17. Proses komunikasi yang terlihat sederhana

• Adanya agenda tertentu yang dimiliki pemangku kepentingan; mereka hanya memilih pesan-pesan yang sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Sebagai contoh, pada awalnya petugas kehutanan Pasir cenderung ragu untuk menerima saran masyarakat agar meninjau kembali tata batas antara desa masyarakat dengan Hutan Lindung Gunung Lumut. Para petugas tersebut terfokus pada agenda dinas mereka, yakni menjaga tata batas hutan lindung tersebut.

• Status sosial; dalam situasi ini para pemangku kepentingan dalam berkomunikasi cenderung lebih bereaksi terhadap status sosial pihak lain daripada terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi cenderung lebih terpengaruh oleh faktor ini ketika perbedaan status sosial cukup timpang antara pengirim dan penerima pesan, misalnya, antara tokoh adat dan kaum perempuan di Jambi.

Faktor-faktor yang mengganggu komunikasi bisa kita sebut “kebisingan” (noise); hal tersebut mengganggu kita dalam menerima pesan. Hasilnya bisa berupa “distorsi” pesan aslinya yang pada awalnya disampaikan oleh komunikator sehingga pesan yang diterima penerima pesan tersebut tidak sesuai dengan aslinya.

Page 108: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

92 • BAB LIMA

Kami kemudian menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menggunakan komunikasi sebagai sarana utama untuk berbagi pengetahuan dan pandangan. Pada saat yang bersamaan, kami mencoba untuk mengatasi gangguan-gangguan komunikasi yang kami sebutkan di atas dengan cara:• Menciptakan suasana saling percaya dan saling menghargai di antara para

pemangku kepentingan• Mempersiapkan para pemangku kepentingan yang lemah dalam

mengartikulasikan pandangannya agar mampu mengkomunikasikan pendapat mereka dan memberikan tanggapan secara efektif

• Mempersiapkan para pemangku kepentingan yang dominan untuk bisa lebih mendengarkan dan menyimak pesan yang diterimanya sebelum membentuk pendapat

• Mengambil peran sebagai juru bicara para pemangku kepentingan tertentu untuk menyampaikan pesan mereka.

Lampiran 2 memberikan beberapa contoh alat bantu yang dapat digunakan dalam mempraktekkan hal-hal ini.

Memfasilitasi pembelajaran

Di atas kita telah mendiskusikan prinsip-prinsip pokok yang mendasari penyelenggaraan pembelajaran untuk para pemangku kepentingan. Pada bagian ini, akan kami jelaskan bagaimana kami, sebagai fasilitator, men dorong terjadinya pembelajaran bersama (pembelajaran sosial) di antara para pemangku kepentingan.

Page 109: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 93

Dari pengalaman kami, cara kami memfasilitasi proses belajar sebagai individu, jauh lebih penting daripada alat ataupun metode fasilitasi yang kami gunakan. Pendekatan dan sikap kami sebagai individu nampaknya sangat mempengaruhi secara langsung proses interaksi sosial antara para pemangku kepentingan yang kami fasilitasi, yang pada gilirannya menentukan terjadi atau tidaknya pembelajar-an. Ini berarti bahwa ketika memfasilitasi kami harus mencermati dengan hati-hati bagaimana fasilitasi yang kami lakukan mempengaruhi proses pembelajaran dan mengapa hal ini terjadi. Untuk dapat mencermati hal ini, kami terpandu oleh lima pertanyaan sederhana: Siapa yang perlu difasilitasi? Apa saja kebutuhan pembelajaran mereka? Bagaimana cara memfasilitasi mereka? Kapan? Mengapa pembelajaran cenderung terjadi atau apa motivasi para pemangku kepentingan untuk belajar?

Siapa?Mengetahui siapa yang difasilitasi merupakan pokok yang sangat mendasar dalam kegiatan fasilitasi. Sejauh mana kami secara sadar memusatkan fasilitasi kami pada siapa yang terlibat dalam pembelajaran, sangat menentukan terjadi atau tidaknya pembelajaran antara para pemangku kepentingan.

Pada tahap awal kegiatan lapangan, kami sudah mengidentifi kasi dan menganalisis para pemangku kepentingan sehingga mengetahui siapa yang akan kami fasilitasi. Tetapi, hal ini baru merupakan informasi awal tentang keanekaragaman para pemangku kepentingan yang pembelajarannya akan difasilitasi. Dengan berjalannya kegiatan, informasi dasar ini perlu kami tinjau kembali, lengkapi, dan perdalami. Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang ada ternyata bisa berubah dan tidak bersifat tetap seperti kami perkirakan sebelumnya. Individu-individu di dalam suatu kelompok beraliansi dengan individu di kelompok lainnya, ataupun membentuk kelompok pemangku kepentingan baru di kemudian hari. Kami menyadari bahwa keanekaragaman atau diversitas pemangku kepentingan berubah dari waktu ke waktu dan, karenanya, kami harus waspada dan peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada keadaan pemangku-pemangku kepentingan di lokasi kami. Kotak 9 dan Kotak 10 pada hlm. 46 dan hlm. 48 memperlihatkan diversitas pemangku kepentingan yang kami temukan pada tahap awal proses dan yang sewaktu-waktu harus kami tinjau kembali.

Kami juga melihat bahwa sebagai fasilitator pembelajaran bersama kami harus mewaspadai apa dan mengapa keanekaragaman pemangku kepentingan terus berubah. Secara bertahap kami menyadari bahwa perubahan-perubahan tersebut dilatarbelakangi perubahan-perubahan kepentingan, dan dengan ini, permainan kekuatan antara para pemangku kepentingan. Karenanya, pertanyaan ”siapa“ tadi sebenarnya sama halnya dengan pertanyaan “siapa yang cukup berkuasa untuk dapat turut menentukan keputusan-keputusan yang diambil para pemangku

Page 110: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

94 • BAB LIMA

Mengetahui siapa yang perlu difasilitasi merupakan inti fasilitasi kami.

kepentingan”, ataupun pertanyaan “siapa yang tidak cukup berkuasa sehingga tidak/kurang bersuara dalam pengambilan keputusan.” Menyadari ada atau tidaknya ketimpangan antara para pemangku kepentingan, sangat krusial bagi kami selaku fasilitator pembelajaran bersama karena ketimpangan kekuasaan antara pemangku kepentingan dapat mempengaruhi proses pembelajarannya.

Hal di atas berarti bahwa mengetahui siapa yang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran tidaklah cukup. Kami juga perlu memahami alasan-alasan di belakang setiap keputusan para pemangku kepentingan dalam menggunakan sumber daya alam dan apa yang mendasari hubungan antara para pemangku kepentingan ini. Untuk memperoleh informasi ini, yang merupakan latar belakang penting untuk pekerjaan fasilitasi kami, kami menggunakan suatu kerangka analisis yang berpusat pada tanggung jawab, hak, hasil dari hutan yang diperoleh para pemangku kepentingan, dan hubungan antara mereka.17 Lampiran 2 menampilkan informasi tentang hal ini untuk kasus di Baru Pelepat.

Mengetahui siapa yang terlibat dalam pembelajaran sosial juga penting bagi tim kami sebagai dasar untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran semacam ini, pemangku kepentingan yang satu mempengaruhi pembelajaran pihak lainnya. Karenanya, harus diperhatikan kapan suatu kumpulan pemangku kepentingan dapat belajar bersama atau kapan lebih baik bagi mereka masing-masing untuk belajar secara terpisah.

Apa?Setelah menentukan siapa yang harus dilibatkan dalam proses pembelajaran, dengan sendirinya kami perlu menjawab pertanyaan pembelajar an apa yang akan dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan ini? Berdasarkan penilaian kami sebelumnya tentang “kemampuan beradaptasi” dan “kemampuan berkolaborasi”, kami memiliki pemahaman awal tentang mengapa tidaklah mudah bagi para pemangku kepentingan pada awal penelitian kami untuk merubah cara berpikir

Page 111: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 95

dan bertindak mereka yang lama, ataupun untuk berkolaborasi dengan pihak lain. Pemahaman awal ini memberi panduan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan belajar mereka.

Tetapi kami membutuhkan dasar yang lebih konkret sebagai pijakan kegiatan fasilitasi kami. Karena itu, kami melakukan suatu studi pustaka tentang pembelajaran sosial dan mencoba mencocokkan apa yang kami temukan dalam studi pustaka itu dengan apa yang kami amati di lapangan. Sementara kami melakukan studi pustaka dan mempertemukan para pemangku kepentingan dalam menjalankan proses penelitian aksi partisipatif, kami menemukan sebuah defi nisi pembelajaran sosial yang sangat membantu dalam mengoperasionalkan konsep pembelajaran sosial dalam fasilitasi kami. Menurut defi nisi ini, pembelajaran sosial dapat dipahami dengan menghubungkannya dengan empat dimensi dari arti kata “sosial”:18

• Pengembangan pengetahuan oleh kelompok pemangku kepentingan tertentu di dalam kelompok itu sendiri. Di lapangan kami menemukan bahwa proses ini terjadi terutama ketika suatu kelompok melakukan refl eksi atas tindakan mereka sebelumnya atau ketika membuat rencana sebagai dasar untuk aksi baru atau untuk interaksi mendatang dengan pemangku kepentingan lainnya.

• Pengembangan komunikasi dan hubungan antara para pemangku kepentingan. Kami mengamati bahwa sejalan dengan kegiatan pembelajaran yang berulang-ulang, para pemangku kepentingan membangun kesadaran tentang adanya saling ketergantungan antara mereka. Pada gilirannya hal ini membangun rasa saling meng hargai. Kepercayaan timbal balik berkembang secara ber tahap di antara mereka. Meningkatnya komunikasi dan hubungan sosial ini kemudian merangsang terjadinya saling berbagi penge tahuan, yang sering menjadi dasar tindakan bersama.

• Berbagi pengetahuan antara para pemangku kepentingan. Ketika para pemangku kepentingan belajar bersama, pertukaran informasi dan pengetahuan terjadi. Hal ini menjadi dasar berkembang nya pemahaman-pemahaman bersama baru. Dalam proses ini, para pemangku kepentingan membawa pengetahuan dan sumber daya lainnya yang masing-masing mereka miliki ke dalam proses saling berbagi itu.

• Proses-proses politis. Kami melihat bahwa proses-proses politis mendorong para kelompok pemangku kepentingan untuk mengem bangkan kapasitas strategisnya, misalnya, kemampuan mereka untuk bernegosiasi dalam menentukan batas desa.

Kami mengamati bahwa keempat proses sosial ini tidak hanya muncul ketika para pemangku kepentingan belajar bersama, tetapi bahwa proses-proses tersebut juga menjadi dasar untuk pembelajar an bersama selanjutnya. Oleh karena itu, kami melihat bahwa keempat proses sosial itu dapat dijadikan acuan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan belajar para pemangku kepentingan.

Page 112: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

96 • BAB LIMA

Kotak 23. Empat kebutuhan belajar para pemangku kepentingan: Beberapa contoh

1. Mengembangkan pengetahuan di dalam kelompok kepentingannya sendiri Pengetahuan masyarakat tentang batas desa mereka dikembangkan melalui

pengamatan lapangan dan pengumpulan data geografi s. Tim ACM menyediakan pelatihan tentang bagaimana menggunakan peranti sistem penentuan posisi geografi s (GPS) untuk mengukur posisi geografi s. Dengan cara ini diciptakan peluang bagi masyarakat untuk mempelajari posisi geografi s batas-batas desa mereka. Pengetahuan ini kemudian digunakan sebagai dasar perundingan dengan masyarakat desa-desa lain di sekitar desa mereka.

2. Mengembangkan komunikasi dan hubungan dengan para pemangku kepentingan lain

Kunjungan lapangan bersama telah mendorong masyarakat desa-desa yang bertetangga untuk belajar saling mendengarkan dan berbicara. Dengan kata lain, mereka belajar bagaimana berkomunikasi dan membangun hubungan. Aturan adat sering digunakan sebagai dasar komunikasi semacam ini. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat yang desa-desanya bertetangga mempunyai aturan-aturan adat yang sangat mirip. Ketika komunikasi lisan menjadi terlalu abstrak, kami menyarankan agar semua pihak yang terlibat berkunjung ke lapangan untuk melihat seperti apa kenyataannya.

3. Berbagi pengetahuan dengan para pemangku kepentingan lain Pengetahuan tentang batas-batas desa yang dikembangkan oleh masyarakat

desa dibagi di antara mereka. Pada awalnya, arus informasi dan pengetahuan lebih bergerak dari masyarakat yang kami fasilitasi ke arah masyarakat desa-desa lain di sekitar mereka; tetapi dalam proses selanjutnya masyarakat desa-desa lain itu juga mulai berkontribusi terhadap proses berbagi pengetahuan dan informasi itu. Masing-masing kelompok masyarakat menyadari bahwa kelompok masyarakat lainnya memiliki pengetahuan yang berharga yang bisa melengkapi pengetahuan mereka sendiri. Proses saling berbagi pengetahuan difasilitasi melalui pertemuan-pertemuan formal, informal, dan pencarian fakta bersama di lapangan.

Kami menggunakan pemahaman ini dalam memandu fasilitasi kami seperti diperlihatkan Kotak 23. Pemetaan batas desa dan kegiatan negosiasi yang dilakukan masyarakat desa di lokasi Jambi dan lokasi Pasir dengan masyarakat desa-desa sekitarnya, perusahaan HPH, dan pemerintah merupakan contoh bagaimana kami memadukan keempat kebutuhan pembelajaran ini ke dalam kegiatan fasilitasi kami.

Lanjut di halaman berikut

Page 113: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 97

Kotak 24. Meningkatkan kemampuan strategis dalam bernegosiasi

Pada sebuah pertemuan negosiasi tentang batas desa dengan wakil-wakil dari Desa Sungai Beringin, dua orang tokoh adat Baru Pelepat berselisih. Salah satu dari mereka berpikir bahwa ia mengetahui peraturan adat lebih baik daripada yang lainnya. Sekembalinya dari pertemuan, ketika melakukan refl eksi, kedua tokoh adat ini bersumpah bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi karena ternyata telah mempermalukan Baru Pelepat. Mereka percaya: “Seekor ayam hanya bisa dipotong sekali saja”. Mereka belajar bahwa mereka jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi dan sebelum berangkat ke meja perundingan, wakil-wakil Baru Pelepat harus sepakat dulu di antara mereka sendiri tentang apa yang akan dirundingkan dan bagaimana cara melakukannya.

4. Pengembangan kemampuan strategis atau politis para pemangku kepentingan

Untuk kebutuhan belajar ini, kita dapat melihat contoh dari Jambi. Sebagai hasil negosiasi dengan masyarakat desa tetangga, masyarakat Baru Pelepat belajar bagaimana membangun kemampuan strategis atau politis mereka. Kami mendorong pembelajaran semacam ini dengan memfasilitasi para perunding merefl eksikan proses-proses negosiasi, keluaran-keluaran dari negosiasi itu, dan pelajaran yang dapat diperoleh dari proses negosiasi. Kotak 24 memberikan sebuah contoh tentang peningkatan kapasitas negosiasi masyarakat dan, karenanya, peningkatan kemampuan strategis mereka.

Bagaimana?Tentang bagaimananya pembelajaran sosial antara para pemangku kepentingan, berikut ini dapat dibaca tiga aspek kunci yang diangkat dari pengalaman lapangan kami.

Selama melakukan kegiatan fasilitasi, kami menemukan dua cara pembelajaran yang dapat cukup memicu para pemangku kepentingan untuk mengadopsi perilaku dan cara berpikir yang baru serta bersikap lebih terbuka dalam berinteraksi dengan pihak lain. Kedua cara pembelajaran tersebut kami sebut pembelajaran “investigatif” dan pembelajaran “refl ektif”. Kami amati bahwa pembelajaran dapat menghasilkan keluaran yang positif jika kedua jenis pembelajaran ini saling berurutan dalam suatu siklus yang dilakukan secara berulang-ulang (Gambar 18).

Kami memfasilitasi cara belajar investigatif dengan merangsang para pemangku kepentingan untuk bersikap ingin tahu (Kotak 25) serta cara belajar refl ektif

Page 114: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

98 • BAB LIMA

pembelajaranreflektif

pembelajaraninvestigatif

Kotak 25. Memotivasi para pemangku kepentingan untuk bersikap ingin tahu: Pembelajaran investigatif

Ada beberapa cara yang dapat dipakai fasilitator untuk mendorong para pemangku kepentingan agar bersikap ingin tahu:• Dalam mendiskusikan pokok-pokok persoalan, mulailah dengan pertanyaan

yang bersifat umum dan kemudian secara bertahap meningkat ke pertanyaan-pertanyaan yang lebih terinci dan mendalam. Hal ini akan membuat seseorang secara bertahap lebih “haus” akan hal-hal rinci dan lebih “analitis”.

• Makin tinggi motivasi seseorang untuk mencari tahu hal-hal yang rinci, semakin berhati-hati ia untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan dan semakin terbuka terhadap apa yang dikatakan orang lain.

• Bangunlah di atas apa yang sudah diketahui: aktifkan dasar pengetahuan yang sudah ada. Hal ini akan memicu orang untuk memperdalam pemahaman mereka tentang hal-hal yang telah mereka ketahui. Hal ini juga akan membantu dalam menguji kembali asumsi-asumsi mereka. Pertanyaan “kita tahu banyak, tetapi apakah kita benar-benar memahami apa yang kita ketahui?” bisa membantu.

Gambar 18. Cara pembelajaran para pemangku kepentingan: Pembelajaran yang investigatif dan refl ektif yang terjadi berulang-ulang

dengan mendorong mereka untuk “memperlambat proses berpikir” (Kotak 26). Kedua cara belajar yang saling melengkapi ini membantu kami dalam mengembangkan kesadaran para pemangku kepentingan bahwa asumsi-asumsi mereka mempengaruhi tindakan dan pembentukan model mental mereka. Maka dari itu, kami mengadopsi kedua cara belajar tersebut sebagai panduan untuk mengetahui bagaimana memfasilitasi pembelajaran antara para pemangku kepentingan, pada titik manapun mereka berada dalam siklus penelitian aksi partisipatif, apakah pada tahap perencanaan, aksi, refl eksi atas aksi, ataupun pengamatan.

Page 115: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 99

Kotak 26. Jangan cepat mengambil kesimpulan: Pembelajaran refl ektif

Sebagai manusia kita sering cenderung untuk segera bereaksi ketika mendengar seseorang berbicara. Reaksi atau tindakan kita yang segera itu bisa jadi kurang berhubungan dengan apa yang sesungguhnya dikatakan orang lain. Fasilitator pembelajaran bersama sebaiknya mendorong para pemangku kepentingan untuk mengambil waktu yang cukup untuk mengartikan sebuah pesan atau pengamatan.

Mengambil kesimpulan setelah proses berpikir yang memadai kadang disebut juga dengan “mendaki tangga kesimpulan” (climbing-up the ladder of inference). Ada juga yang menyebut “memperlambat proses berpikir” ini sebagai “mencerminkan pikiran seseorang”. Hal ini dapat membantu kita menelaah secara kritis asumsi-asumsi kita.

Cobalah praktekkan cara ini pada diri Anda sendiri, dan jika Anda tidak mendapatkan suatu hasil, mungkin cermin Anda perlu dibersihkan!

Selain perlu mengetahui bagaimana memfasilitasi proses belajar, tentu kami juga membutuhkan metode untuk melakukannya. Kami meng gunakan tiga jenis metode19 dalam fasilitasi kami, yakni dengan mendorong para pemangku kepentingan untuk: 1) mengalaminya sendiri; 2) mengamati pengalaman orang lain; atau 3) membuat “model” (yakni gambaran yang lebih abstrak, terkadang bahkan lebih sederhana) dari situasi nyata. Kotak 27 memaparkan beberapa contoh yang mengilustrasikan ketiga cara fasilitasi pembelajaran ini.

Berkaitan dengan pertanyaan bagaimana memfasilitasi, masih ada satu hal terakhir yang patut diperhatikan. Ketika kami memfasilitasi pembelajaran antara para pemangku kepentingan, per tanyaan tentang bagaimana memfasilitasi pembelajar-an sangat bergantung pada siapa yang difasilitasi (lihat hlm. 93). Dalam praktek-nya hal ini berarti bahwa fasilitasi kami harus mempertimbangkan preferensi masing-masing pemangku kepentingan tentang bagaimana cara belajarnya.

Sebagai contoh, kami mengamati bahwa di kedua lokasi kajian, kaum perempuan lebih menyukai lingkungan belajar yang santai, informal dan tidak terlalu terstruktur, yakni tidak menggunakan suatu format khusus. Mereka cenderung enggan berbicara dalam pertemuan yang lebih besar dan bersifat resmi. Karena alasan ini, pembelajaran bagi mereka sebaiknya memadukan cara-cara yang terstruktur dan resmi dengan pertemuan-pertemuan informal. Sering kami juga menyelenggarakan pertemuan terpisah untuk kaum perempuan guna mempersiapkan mereka sebelum menghadapi pertemuan yang lebih besar dengan para pemangku kepentingan lainnya.

Page 116: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

100 • BAB LIMA

Kotak 27. Tiga cara memfasilitasi pembelajaran: Contoh dari Jambi

• Mengembangkan pengalaman: Untuk membantu meningkatkan keterwakilan dalam pengambilan keputusan masyarakat, kami memfasilitasi suatu proses untuk pemilihan para wakil para pemangku kepentingan yang akan menjadi anggota BPD. Beberapa pengalaman belajar yang kami fasilitasi adalah: lokakarya tentang kepemimpinan dan keterwakilan di tingkat desa, penunjukan panitia pemilihan, penyiapan para pemangku kepentingan masyarakat untuk menghadapi proses pemilihan, pemilihan anggota BPD, dan penunjukan resmi para wakil masyarakat.

• Mengamati pengalaman orang lain: Pada sebuah pertemuan para pemangku kepentingan desa, seorang pemimpin adat dari suatu desa di Sumatera Barat diundang untuk berbagi pengalaman tentang upaya-upaya di desa asalnya dalam mengembangkan mekanisme kerja sama antara lembaga adat dan pemerintah desa.

• Membuat model: Pada suatu lokakarya, para pemangku kepentingan masyarakat difasilitasi untuk mengembangkan pemahaman tentang keterwakilan. Peserta diminta untuk memberi penilaian terhadap wakil yang “baik” dan yang “buruk” dengan bermain peran. Proses pembuatan model ini mendorong para peserta untuk mengidentifi kasi ciri-ciri wakil yang “baik” dan yang “buruk”. Dengan meminta peserta menyampaikannya dalam bentuk permainan peran, mereka didorong untuk merumuskan ciri-ciri yang harus dimiliki seorang wakil dengan istilah-istilah umum yang mudah dimengerti masyarakat. Dengan cara seperti ini, model yang dihasilkan menjadi sumber pengetahuan yang melengkapi pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Kapan?Pertanyaan mengenai kapan memfasilitasi pembelajaran berkaitan erat dengan tiga pertanyaan sebelumnya, sehingga pertanyaan kapan dalam fasilitasi dapat dijadikan rangkaian pertanyaan sebagai berikut: “Kapan waktu yang paling tepat untuk memfasilitasi siapa, tentang apa, dan bagaimana melakukannya?”

Dalam prakteknya, hal ini berarti bahwa kami harus mengembangkan kepekaan dalam memilih waktu yang tepat untuk memfasilitasi para pemangku kepentingan yang kebutuhan dan preferensi cara belajarnya saling berbeda. Sebagai contoh, marilah kita kembangkan contoh kelompok perempuan yang diberikan di atas tadi. Dalam kasus kelompok perempuan itu (siapanya), mereka membutuh-kan pendampingan kami dalam mengembangkan pengetahuan dan keteram-pil an mereka sebelum berpartisipasi dalam pertemuan forum para pemangku kepentingan yang lebih besar dan lebih resmi (kapannya). Persiapan ini terpusat pada pengembangan pengetahuan dasar dan keterampilan kaum perempuan, dalam hal kemampuan komunikasi dan berbagi pengetahuan dengan pihak lain

Page 117: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 101

Kotak 28. Tiga faktor yang menjadi motivasi para pemangku kepentingan untuk belajar bersama: Beberapa contoh

1. Faktor eksternal: Masyarakat di Pasir memprakarsai negosiasi dengan pemerintah dan perusahaan HPH mengenai batas desa dalam upaya untuk dapat turut menentukan bagaimana mengelola sumber daya alam desa mereka. Mereka berpendapat, jika batas desa jelas dan mereka memperoleh pengakuan atas batas tersebut, maka sumber penghidupan masyarakat desa akan lebih terjamin. Dalam keadaan ini, kedatangan tim kamilah yang memicu semangat mereka untuk lebih memastikan wilayah kelola desa mereka. Keinginan untuk meningkatkan kondisi penghidupan sebenarnya telah ada sejak sebelum kedatangan kami, tetapi fasilitasi kamilah yang mendorong masyarakat untuk mengupayakannya.

2. Faktor internal: Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk “melihat masa depan”. Faktor tersebut sifatnya internal karena tidak memerlukan motivasi luar (eksternal). Hal ini karena manusia mempunyai kemampuan belajar, atau kemampuan kognitif, yang memungkinkannya untuk menghubungkan pengalaman atau pengamatan masa lalu dengan situasi yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Dengan kata lain, sebagai manusia kita bisa memperkirakan konsekuensi dari hal-hal yang belum terjadi. Beberapa orang menyebut kemampuan ini sebagai kemampuan belajar antisipatif. Meskipun semua orang memilikinya, kemampuan semacam ini bisa ditingkatkan melalui fasilitasi.20

(apanya). Pada pertemuan dengan pihak lain yang diselenggarakan sesudah itu (kapannya lagi), kaum perempuan menerapkan apa yang telah mereka persiapkan sebelumnya dan mengalami sendiri (bagaimananya) proses saling berbagi pengetahu an dengan pihak lain melalui komunikasi.

Mengapa?Akhirnya, untuk memfasilitasi pembelajaran secara efektif, penting bagi kita untuk bertanya pada diri kita sendiri mengapa para pemangku kepentingan bersedia mengorbankan waktu luang mereka untuk belajar bersama kita. Dengan kata lain, untuk memahami peran kita sebagai fasilitator pembelajaran, kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi motivasi para pemangku kepentingan untuk belajar. Tim kami mengamati bahwa ada tiga faktor motivasi (Kotak 28) dan berdasarkan pengetahuan itu kami memfasilitasi setiap situasi sesuai dengan motivasi yang dapat memicu pembelajaran para pemangku kepentingan yang difasilitasi (Tabel 1):• Para pemangku kepentingan termotivasi oleh faktor-faktor eksternal• Para pemangku kepentingan termotivasi oleh faktor-faktor internal• Para pemangku kepentingan termotivasi untuk belajar karena terdorong oleh

proses-proses interaktif yang terjadi selama pembelajaran bersama.

Lanjut di halaman berikut

Page 118: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

102 • BAB LIMA

Di Baru Pelepat kami memfasilitasi pembelajaran antisipatif ini untuk membantu masyarakat desa mengambil tanggung jawab baru yang muncul dari kebijakan desentralisasi pemerintah, termasuk kebijakan yang mengalihkan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada pemerintah desa. Dalam suatu lokakarya, kami meminta warga desa untuk mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan jika ada pengusaha swasta datang menemui mereka dan menawarkan kerja sama dalam memanfaatkan hasil hutan. Gambar 19 memperlihatkan sebuah gambar yang kami gunakan untuk memicu diskusi tersebut. Dalam kasus ini, kami mendampingi para peserta untuk melakukan refl eksi tentang situasi serupa yang pernah mereka alami atau amati sebelumnya. Dalam melakukan ini kami mendorong mereka untuk tetap terfokus pada masa depan dengan memberi informasi tentang apa yang bisa terjadi di masa yang akan datang. Kami menyediakan informasi, antara lain tentang kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pemerintahan desa dan kemungkinan adanya minat investor swasta terhadap hasil hutan di wilayah desa. Dengan kata lain, kami mendampingi para pemangku kepentingan dalam mengembangkan kemampuannya untuk mengantisipasi masa depan.

3. Proses interaktif antara para pemangku kepentingan: Peran kami dalam hal ini adalah mendorong komunikasi antara para pemangku kepentingan. Dengan kata lain, peran kami adalah memfasilitasi proses-proses berkelompok.• Dengan kehadiran orang atau kelompok lain, seseorang atau suatu kelompok

cenderung belajar dengan lebih baik. Sebagai contoh, karena latar belakang sejarah dan pengalaman yang berbeda, perempuan Minangkabau pada awalnya merasa kurang percaya diri jika harus berbicara di muka umum dibandingkan dengan kaum perempuan pendatang. Namun kami mengamati pula bahwa karena kehadiran kaum perempuan pendatang, perempuan Minangkabau termotivasi untuk juga ikut berbicara dalam pertemuan yang lebih besar. Nampaknya seolah-olah mereka berpikir: “apa yang bisa dilakukan perempuan pendatang, kita juga bisa”.

• Kelompok yang terdiri dari beragam peserta, mengembangkan pemahaman yang lebih kaya tentang permasalahan yang didiskusikan. Hal ini dicontohkan oleh proses negosiasi antara masyarakat Pasir, pemerintah, dan pengusaha HPH. Selama negosiasi ini, setiap pemangku kepentingan memperkaya diskusi dengan menambahkan perspektif khas mereka.

• Para pemangku kepentingan merasa bahwa menilai tepat atau tidaknya suatu keputusan yang diambil akan lebih mudah jika dilakukan dalam kelompok. Di samping itu, karena pada umumnya lebih mudah untuk menilai kekurangan pihak lain daripada kekurangan diri sendiri, mereka bisa saling mengoreksi jika berkelompok. Demikian pula, sebagai kelompok mereka dapat mengingat fakta dengan lebih baik sehingga pilihan-pilihan dalam mengambil keputusan bisa dinilai dengan lebih tepat. Memang, sebagaimana kami amati, ingatan kelompok lebih kuat daripada ingatan masing-masing pemangku kepentingan yang ada di dalam kelompok tersebut secara terpisah.

Page 119: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 103

Gambar 19. Sebuah gambar yang kami pakai untuk memicu diskusi di antara para pemangku kepentingan

Tabel 1. Contoh motivasi belajar para pemangku kepentingan dan peran fasilitasi

Motivasi belajar

para pemangku kepentinganPeran fasilitasi

Keinginan untuk menghentikan pembalakan kayu secara berlebihan yang dilakukan orang luar desa (motivasi eksternal)

Memicu pembelajaran untuk terjadinya perubahan

Hasrat untuk tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan (motivasi internal)

Mendampingi dalam mengembangkan kemampuan para pemangku kepentingan dalam mengantisipasi

Proses interaktif selama pembelajaran Mendorong komunikasi antara para pemangku kepentingan, yakni memfasilitasi proses interaktif di antara mereka

Page 120: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

104 • BAB LIMA

Hasil dari pembelajaran yang diinginkan para pemangku kepentingan lokal adalah peningkatan penghidupannya. Oleh karena itu, kami memfokuskan penilaian kami tentang hasil pembelajaran pada hal-hal yang berkaitan dengan perubahan-perubahan penghidupan.

5.2. Keluaran Pembelajaran

Tujuan utama para pemangku kepentingan di kedua lokasi penelitian adalah peningkatan penghidupannya. Namun demikian, pada awal kegiatan kami, mereka merasa bahwa hal tersebut akan sulit dilakukan dalam keadaan tidak pasti. Mereka tidak tahu bagaimana memperkirakan dan me rencanakan masa depan mereka. Hal ini dipersulit lagi dengan tidak adanya mekanisme yang dapat membantu para pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah serta belajar bersama dari tindakan dan keputusan mereka. Dalam keadaan seperti itulah para pemangku kepentingan memulai berbagai kegiatan pembelajaran ACM.

Peningkatan kondisi penghidupan merupakan kebutuhan utama para pemangku kepenting an di tingkat masyarakat, maka penilaian kami dalam bab ini difokuskan pada keluaran pembelajaran yang berhubungan dengan perubahan-perubahan penghidupan itu. Tetapi sebelum itu kita harus mengingat kembali apa yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, yakni bahwa beberapa proses sosial telah terjadi antara para pemangku kepentingan, yang menghasilkan perubahan perilaku kerja sama dan perilaku adaptif mereka. Hal ini, pada giliran nya, menghasilkan

Page 121: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 105

berb

agi in

formasi d

an

pengembangan

komunikasi dan hubungan baik

pengetahuan

pengembangan

kapasitas s

trateg

is

Perubahan dalam modal penghidupan

Perubahan dalam modal penghidupan

Perubahan dalam modal penghidupan

Perubahan dalam modal penghidupan

Pembelajaran Sosial pengembang

an

pengetahuan

Gambar 20. Roda-roda perubahan karena pembelajaran sosial

berbagai perubahan penghidupan masya rakat. Maka dari itu, proses-proses sosial yang muncul itu bisa kita sebut proses-proses perubahan. Proses-proses sosial apakah yang telah bermunculan?

Proses-proses perubahan

Seperti dapat dilihat pada bab sebelumnya, terdapat empat proses yang muncul dalam pembelajaran para pemangku kepentingan: pengembangan pengetahuan, pengem bangan komunikasi dan hubungan, saling berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas strategis (atau kemampuan politis).

Proses-proses itu telah menghasilkan perubahan-perubahan perilaku para pemangku kepentingan, yakni diadopsinya cara berpikir dan bertindak yang baru. Lebih dari itu, proses-proses itu tidak hanya timbul sepanjang berjalannya pembelajaran, tetapi juga menjadi pemicu proses pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian dapat kita bayangkan, proses-proses perubahan yang muncul itu berwujud “roda-roda berputar” seperti yang diperlihatkan Gambar 20. Dapat kita lihat pada gambar itu bagaimana pembelajaran sosial menggulirkan proses-proses perubahan yang mulai pada skala kecil tetapi kemudian “terpental” keluar untuk secara bertahap menjangkau wilayah yang lebih luas. Pertanyaan kita selanjutnya, perubahan-perubahan apakah yang telah dihasilkan proses-proses itu?

Page 122: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

106 • BAB LIMA

Di antara keluaran ACM yang lebih nyata adalah meningkatnya keterampilan masyarakat dalam memproduksi hasil anyaman rotan dan bambu, yang dapat dijual di pasar lokal. Keluaran ini terkait dengan pokok pembelajaran tentang peningkatan keadaan penghidupan dengan cara mencari sumber pendapatan alternatif (lihat Kotak 19).

Perubahan-perubahannya

Untuk menentukan apakah pembelajaran telah menghasilkan perubahan dalam penghidupan masyarakat, kami sangat terbantu oleh sebuah alat bantu analisis yang disebut “kerangka penghidupan berkelanjutan” (sustainable livelihoods framework)21. Kerangka ini menyatakan bahwa agar masyarakat dapat memiliki kehidupan yang layak mereka harus mendayagunakan sumber daya—atau asset/modal—yang memungkinkan mereka melakukan kegiatan penghidupan. Istilah “modal” yang dimaksudkan adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam membuat penghidupan, jadi lebih luas daripada yang biasa di guna kan dalam bidang keuangan atau ekonomi. Ada lima bentuk modal:1. Modal manusia (human capital): pengetahuan, keterampilan, kondisi fi sik

pekerjaan, dan kesehatan2. Modal sosial (social capital): saling percaya, jaringan-jaringan, dan hubungan-

hubungan sosial yang diperlukan orang untuk bekerja sama3. Modal alam (natural capital): tanah, pepohonan, sumber daya air, ikan, dll.4. Modal keuangan (fi nancial capital): pendapatan, tabungan, dan pinjaman5. Modal fi sik (physical capital): peralatan, perlengkapan, binatang, jalan, dan

pelayanan publik (air, tenaga listrik, dll.).

Dari pengamatan kami, sangat jelas bahwa sejak kami memulai pembelajaran ACM, modal manusia dan modal sosial yang dimiliki para pemangku kepentingan di kedua lokasi kajian mengalami perbaikan. Pertama, modal manusia jelas meningkat: keterampilan kepemimpinan berkembang, pengetahuan teknis dan keterampilan masyarakat semakin kaya, kemampuan berkomunikasi meningkat, kemampuan bernegosiasi mengalami kemajuan, dan motivasi perseorangan untuk bertindak guna mengatasi masalah terpacu. Kami juga mengamati bahwa

Page 123: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 107

para pemangku kepentingan dari status sosial yang berbeda telah mengembang-kan rasa percaya diri untuk memperbaiki hubungan di antara mereka.

Namun yang lebih nyata adalah perubahan-perubahan pada modal sosial. Rasa saling percaya di antara para pemangku kepentingan telah terbangun dan hal ini, pada gilirannya, memperbaiki hubungan dan menyeimbangkan perbedaan kekuasaan di antara mereka. Kualitas jaringan sosial yang sudah ada meningkat, dan jaringan-jaringan sosial baru terbentuk.

Perubahan-perubahan modal ini dipaparkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Keluaran-keluaran dalam kedua tabel tersebut berlaku untuk siklus-siklus pembelajaran yang telah kami gunakan sebagai contoh dalam bab sebelumnya, yakni siklus pembelajaran yang berkenaan dengan masalah tata batas dan siklus peningkatan pemerintahan desa (lihat hlm. 86 dan hlm. 87).

Tabel 2. Keluaran ACM dari pembelajaran tentang tata batas desa: Contoh dari Pasir

Modal Penghidupan Keluaran

Modal manusia 1. Berkembangnya keterampilan pemetaan warga masyarakat, termasuk penggunaan teknologi seperti GPS (misalnya, membaca, merekam, dan memasukkan data dari GPS ke peta dasar).

2. Berkembangnya pengetahuan masing-masing kelompok masyarakat (termasuk kaum perempuan dan remaja) tentang tata batas wilayah adat mereka.

3. Peningkatan pengetahuan kelompok-kelompok masyarakat tentang instansi pemerintah mana yang harus didekati dalam menyelesaikan permasalahan tertentu.

Modal sosial 1. Komunikasi dan jaringan sosial antara masyarakat desa, perusahaan HPH, dan pemerintah yang makin baik.

2. Kepercayaan antara masyarakat dan instansi-instansi luar yang meningkat.

Modal alam Belum dapat diamati

Modal fi sik Batas-batas desa

Modal keuangan Belum dapat diamati

Page 124: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

108 • BAB LIMA

Tabel 3. Keluaran ACM dari pembelajaran tentang peningkatan pemerintahan desa: Contoh dari Jambi

Modal Penghidupan Keluaran

Modal manusia 1. Pemahaman yang berkembang tentang: kebijakan desentralisasi pemerintah dalam hal pengalihan kewenangan kepada desa (devolusi), prinsip-prinsip demokrasi (termasuk berkembangnya pemahaman ini pada para “penguasa” yang lama), mekanisme pengambilan keputusan tingkat desa oleh wakil-wakil pemangku kepentingan, pembuatan peraturan desa, dan kepemimpinan.

2. Berkembangnya keterampilan berkaitan dengan pengambilan keputusan, pengembangan peraturan desa, kepemimpinan, dan manajemen organisasi.

Modal sosial 1. Kelembagaan sosial dan organisasi yang lebih baik: a. mekanisme keterwakilan yang lebih baik; b. keterwakilan para pemangku kepentingan

masyarakat yang lebih baik. 2. Rasa saling percaya dan hubungan timbal balik

yang lebih baik antara kaum pendatang dan penduduk asli; kesadaran kaum laki-laki bahwa kaum perempuan adalah warga masyarakat yang berpotensi dan sah untuk berpartisipasi dalam peng ambilan keputusan tingkat desa; pengakuan tetua adat tentang perlunya membagi kekuasaan.

3. Kesadaran politik anggota masyarakat yang makin berkembang.

Modal alam Belum dapat diamati

Modal fi sik Belum dapat diamati

Modal keuangan Beberapa anggota masyarakat telah memperoleh manfaat keuangan ketika mereka terpilih sebagai wakil-wakil masyarakat dan anggota BPD yang menerima gaji.

Page 125: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 109

Perubahan yang kurang nyata di kedua lokasi kajian tersebut adalah perubahan pada modal alam, modal keuangan, dan modal fi sik. Kami menduga, terbentuknya bentuk-bentuk modal seperti itu memerlukan waktu yang cukup lama. Penelitian kami terlalu singkat sehingga perubahan dalam bentuk-bentuk modal itu belum dapat kami amati.

Walaupun demikian, kami menemukan beberapa petunjuk di lapangan tentang bagaimana dalam jangka panjang modal sosial dapat mempengaruhi pembentukan modal-modal yang lain, seperti modal alam dan modal fi nansial. Maka dari itu, modal sosial bisa dilihat sebagai “modal awal” (start-up capital) dan modal alam serta modal fi nansial sebagai “modal terbentuk” (formed capital), seperti dapat dilihat pada Gambar 21. Di sinilah letaknya peran penting fasilitasi ACM.

Berkembangnya strategi penghidupan kolaboratif

Ketika suatu masyarakat dianugerahi dengan kekayaan berupa kelima macam modal penghidupan, hal itu tidak serta-merta berarti bahwa penghidupan para pemangku kepentingan dalam masyarakat itu terjamin secara berkelanjutan. Untuk memastikan agar berbagai modal penghidupan tersebut benar-benar menghasilkan keluaran-keluaran penghidupan yang nyata—pendapatan, kesejahteraan, kecukupan pangan, kekuatan dalam menghadapi goncangan sosial dan alam, dan penggunaan sumber daya alam yang keberlanjutan—masyarakat tersebut harus mempunyai strategi.

Para pemangku kepentingan di dalam masyarakat itu harus mempunyai sasaran dalam menentukan bagaimana mereka akan menggunakan modal-modal penghidupan mereka untuk mencapai penghidupan yang berkelanjutan. Sebagai contoh, para pemangku kepentingan masyarakat desa harus memilih apakah mereka akan meng gunakan sumber daya keuangannya (modal fi nansial) untuk membeli benih dan mengalokasikan keterampilan manusia (modal manusia) untuk bertani, ataupun mereka akan memilih untuk menyimpan uangnya di bank dan bekerja sebagai buruh di ibu kota kabupaten.

ACM meningkatkan jumlah pilihan penghidupan bagi para pemangku kepentingan. Dengan berkontribusi ter hadap pengembangan modal sosial, ACM menawarkan sebuah strategi penghidupan melalui kolaborasi yang dapat digunakan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan prospek penghidupan mereka.

Kebanyakan program pembangunan yang berfokus pada peningkatan peng-hidupan masyarakat, termasuk program-program hutan kemasyarakatan atau perhutanan sosial (lihat Bab 3), cenderung bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Akan tetapi pendekatan ACM dapat menawarkan lebih dari itu.

Page 126: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

110 • BAB LIMA

MO

DA

L S

OS

IAL

SE

BA

GA

I“M

OD

AL

AW

AL”

(kep

erca

yaan

dan

jarin

gan

anta

r pa

ra p

eman

gku

AC

MFA

SIL

ITA

SI

pros

es-p

rose

s

peru

baha

n

pem

bent

ukan

pem

bent

ukan

kep

entin

gan)

pengaruh

pengaruh

(kep

erca

yaan

dan

ja

ringa

n ya

ng

terb

angu

n m

endo

rong

di

angg

arka

nnya

dan

a pe

mer

inta

h)

(kep

erca

yaan

dan

ja

ringa

n ya

ng

terb

angu

n m

endo

rong

du

kung

an p

elat

ihan

da

ri m

asya

raka

t te

tang

ga d

an p

emda

)

“MO

DA

L A

NT

AR

A”

(ket

eram

pila

n da

n pe

nget

ahua

n da

lam

pro

duks

i rot

an;

kem

ampu

an y

ang

men

ingk

at

untu

k m

empe

role

h pe

ndap

atan

da

n un

tuk

dapa

t men

abun

g)

“MO

DA

L A

NT

AR

A”

(dan

a un

tuk

pem

belia

n be

nih,

ba

han-

baha

n un

tuk

bert

anam

)

MO

DA

L K

EU

AN

GA

N S

EB

AG

AI

“MO

DA

L T

ER

BE

NT

UK

”(in

vest

asi d

ari t

abun

gan)

MO

DA

L A

LAM

SE

BA

GA

I“M

OD

AL

TE

RB

EN

TU

K”

(teg

akan

pep

ohon

an,

kean

ekar

agam

an h

ayat

i, tu

tupa

n hu

tan)

Ga

mb

ar

21. K

aita

n ya

ng m

ungk

in a

ntar

a m

odal

sos

ial s

ebag

ai “

mod

al a

wal

” de

ngan

mod

al k

euan

gan

dan

mod

al a

lam

seb

agai

“m

odal

terb

entu

k”: C

onto

h da

ri P

asir

Page 127: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MEMPRAKTEKKAN ACM • 111

ACM telah meningkatkan modal sosial di antara para pemangku kepentingan.

Dengan cara menawarkan suatu strategi kolaboratif, ACM memperluas peluang penghidupan yang dapat digunakan para pemangku kepentingan. Dengan begitu, ACM memberi nilai tambah pada strategi penghidupan para pemangku kepenting an. Nampaknya, strategi penghidupan yang “terinspirasi ACM” dapat menghasilkan keluaran yang lebih luas: bukan saja peningkatan pendapatan, tetapi juga peningkatan kesejahteraan, kecukupan pangan, keberlanjutan sumber daya alam, dan pengurangan kerentanan (Gambar 22).

Page 128: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

112 • BAB LIMA

M

A

S

K

F

FasilitasiACM

MODALPENGHIDUPAN

KELUARANPENGHIDUPAN

Petunjuk:

S = modal sosialM = modal manusiaA = modal alamK = modal keuanganF = modal fisik

STRATEGI PENGHIDUPAN

INDIVIDUAL DAN KOLABORATIF

Pendapatan yang

lebih tinggi

Kesejahteraan yang

meningkat

Kerentanan yang

berkurang

Kecukupan pangan yang

meningkat

Pengunaan sumber daya

alam yang lebih berkelanjutan

Gambar 22. Nilai tambah ACM terhadap strategi penghidupan

Page 129: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

6TANTANGAN, KEUNGGULAN, DAN

KETERBATASAN ACM

Page 130: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Surutlah engkau yang mesti surut, di geletar kepudaran fatamorganatinggallah engkau yang mesti tinggal, di dirimu kebakaan metamorfosa.

Sri Kusdyantinah, penyair, dalam syair berjudul “Pancaroba”, 1979

Page 131: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

TANTANGAN, KEUNGGULAN, DAN KETERBATASAN ACM • 115

Pada bab terdahulu telah kami sampaikan bagaimana kami menerapkan ACM dan menciptakan kondisi yang mendorong terjadinya pembelajaran antara para pemangku kepentingan. Bab ini menyajikan tantangan-tantangan yang dihadapi ACM, keunggulan-keunggulannya, serta keterbatasan-keterbatasan pendekatan ini sebagaimana kami menerapkannya.

Tantangan

Seperti juga banyak pihak lain yang bergiat dengan para pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya alam secara kolaboratif, kami menghadapi berbagai tantangan yang sudah umum dalam kegiatan-kegiatan yang menggunakan pendekatan partisipatif. Tantangan-tantangan semacam ini misalnya partisipasi masyarakat yang terbatas karena sibuk mencari nafkah untuk hidup kesehariannya atau ketergantungan mereka pada “orang luar”. Namun demikian, kami melihat bahwa ACM memiliki empat tantangan yang merupakan ciri khas dari pendekatan ini:

1. Sementara ACM diharapkan dapat mengembangkan kerja sama antara para pemangku kepentingan, tantangan yang harus dihadapinya adalah sangat rendahnya kemampuan organisasional di antara para pemangku kepentingan. Kurangnya kemampuan organisasional ini menjadi tantangan ACM karena dua alasan. Pertama, ketika mengkaji masalah, para pemangku kepentingan cenderung melihat berbagai hal dari sudut pandang sempit mereka sendiri dan kurang menyadari bahwa suatu masalah dapat dilihat dengan cakupan yang lebih luas dengan juga memasukkan pandangan-pandangan pihak lain. Kedua, dalam memecahkan masalah mereka cenderung mencari pemecahannya sesuai dengan sudut pandangnya sendiri, tanpa memikirkan bahwa pemecahannya sebenarnya dapat dilakukan secara bersama dengan pihak lain. Pada umumnya pengidentifi kasian dan pemecahan masalah secara kolaboratif belum banyak dikenal para pemangku kepentingan.Kalaupun ada pemangku kepentingan tertentu yang memiliki kemampuan kolaborasi di dalam kelompoknya sendiri, hal ini tidak berarti dengan sendirinya bahwa mereka bisa bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain. Sering hal ini berhubungan dengan masa lalu. Di lokasi penelitian kami, misalnya, pada masa lalu para pemangku kepentingan tidak berkesempatan mengembangkan pengalaman mereka dalam berhubungan dengan pihak lain, seperti pemerintah dengan masyarakat desa di Pasir, ataupun penduduk asli dengan pendatang di Jambi.

2. Tantangan kedua yang kami hadapi, berkenaan dengan aspek pembelajaran, yang merupakan jiwa ACM. Kami tertantang oleh pertanyaan apakah para pemangku kepentingan akan cukup termotivasi untuk mempertahankan

Page 132: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

116 • BAB ENAM

Perbedaan status sosial atau kekuasaan di antara para pemangku kepentingan merupakan salah satu tantangan yang dihadapi tim kami dalam memfasilitasi ACM. Gambar ini mencerminkan perbedaan status sosial antara masyarakat desa dan pejabat pemerintah.

cara-cara baru dalam berpikir dan bertindak yang telah diadopsinya. Jika tidak, maka pem belajaran yang kami fasilitasi tidak akan berkelanjutan.Dalam sejarahnya, para pemangku kepentingan di lokasi penelitian kami hanya mengenal kegiatan-kegiatan belajar yang tidak meng hasilkan perubahan yang langgeng. Misalnya, ketika baru memulai kegiatan di Jambi, kepada kami disampaikan bahwa penyuluh pertanian telah mengadakan pelatihan dalam penggunaan teknologi pertanian baru. Hanya dalam waktu singkat setelah pelatihan itu, warga masyarakat berhenti menggunakan teknik-teknik yang telah dipelajarinya. Penyuluh pertanian mengira hal ini dikarenakan masyarakat tidak mampu mempelajari dan mengadopsi teknologi baru, tetapi tim kami menduga hal tersebut dikarenakan teknologi tersebut dikembangkan di tempat lain dan hanya dialihkan ke lokasi. Dengan cara seperti ini alih pengetahuan tidak mengarah pada terjadinya pembelajaran yang benar-benar bermakna bagi pemangku-pemangku kepentingan lokal. Pada awal kegiatan tim kami, kami mengkhawatirkan hal yang sama dapat terjadi pada pembelajaran ACM.

Page 133: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

TANTANGAN, KEUNGGULAN, DAN KETERBATASAN ACM • 117

3. Lebih lanjut kami ditantang oleh pertanyaan apakah ACM akan berhasil dalam memotivasi para pemangku kepentingan untuk belajar di dalam lingkungan mereka yang begitu kompleks dan penuh ketidak pastian. Sebagaimana ditunjukkan pada masa lalu, perubahan lingkungan sosial dan alam dianggap begitu rumit sehingga para pemangku kepentingan terperangah dan merasa tidak berdaya untuk menghadapi perubahan itu. Kami dihadapkan oleh pertanyaan apakah pembelajaran dalam ACM dapat membantu mereka menghadapi secara kolaboratif keadaan semacam itu.

4. Tantangan terakhir yang kami hadapi ketika memfasilitasi ACM, berkenaan dengan perbedaan kekuasaan atau status sosial antara para pemangku kepentingan. Kami menemukan bahwa para pemangku kepentingan yang lebih berkuasa cenderung kurang terbuka untuk mempelajari cara-cara yang baru dan kolaboratif. Mereka sering ber anggapan bahwa pihak dengan status sosial yang lebih rendah kurang layak atau tidak mempunyai legitimasi untuk diajak bekerja sama, atau bahkan untuk diajak berbicara atau didengarkan.

Keunggulan ACM

Sekarang kita akan membahas keunggulan ACM sebagaimana kami mengalaminya. Kami menyebut suatu kualitas ACM sebagai “keunggulan” jika hal tersebut memungkinkan kami untuk menangani tantangan-tantangan di atas secara berhasil. Tim kami memperhatikan bahwa keunggulan-keunggulan ACM adalah:

1. ACM memiliki kemampuan untuk menjadikan hubungan sosial antara para pemangku kepentingan lebih sistematis dan terorganisasi. Secara nyata kami melihat bahwa para pemangku kepentingan di kedua lokasi kajian mulai mengorganisasi diri mereka sendiri dengan lebih baik. Kami memperkirakan bahwa faktor yang telah mendorong terjadinya perbaikan organisasi sosial adalah sifat iteratif dari kegiatan pembelajaran ACM. Karena hal ini, interaksi dan komunikasi antara para pemangku kepentingan men jadi lebih intensif, yang pada gilirannya mendorong berkembangnya kesadaran akan ketergantungan timbal balik serta kesadaran untuk saling menghargai dan mempercayai. Kesadaran atas saling ketergantungan itu, pada gilirannya lagi, mendorong para pemangku kepentingan untuk mengakui pihak lain sebagai pemangku kepentingan yang sah (legitim) dalam sistem hutan yang sama. Kami melihat bahwa terbangunnya hubungan sosial yang lebih tertata tidak terbatas pada lingkup fasilitasi tim kami, tetapi terjadi juga di luar program kami.

Page 134: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

118 • BAB ENAM

Tampaknya, salah satu keunggulan ACM adalah kemampuannya untuk menjadikan hubungan-hubungan sosial lebih sistematis dan tertata. Kaum perempuan terbukti merupakan pemangku kepentingan yang ter organisasi paling baik, baik secara internal dalam kelompok mereka sendiri, maupun secara eksternal ketika berhubungan dengan para pemangku kepentingan lainnya.

2. Keunggulan ACM lainnya yang cukup terlihat, adalah kemampuannya untuk membantu para pemangku kepentingan dalam mengembangkan pemahaman mereka tentang fenomena yang rumit. Karena sifatnya yang bertahap, pembelajaran dalam ACM memungkinkan penguraian “bahan belajar” yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih “kecil dan sederhana”. Hal ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk secara bersama dan bertahap memahami kontradiksi-kontradiksi yang mereka hadapi. Pada gilirannya, hal tersebut membantu mereka untuk secara berangsur memahami kerumitan yang ada.

3. Supaya dalam keadaan yang rumit dan penuh ketidakpastian pembelajaran dapat terjadi, suatu jenis pembelajaran yang khas ACM nampaknya menjadi kunci, yakni pembelajaran melalui komuni kasi. Pembelajaran semacam ini mendukung berkembangnya pemahaman bersama para pemangku kepentingan dengan berbagai sudut pandang.

4. Kemampuan ACM untuk menangani masalah ketimpangan kekuasaan antara pemangku kepentingan mendorong mereka yang berkuasa untuk mengakui mereka yang lemah karena penekanannya pada:

Page 135: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

TANTANGAN, KEUNGGULAN, DAN KETERBATASAN ACM • 119

• peningkatan kesadaran tentang ketergantungan timbal balik, yang pada gilirannya mendorong para pemangku kepentingan untuk lebih saling menghargai

• manfaat yang dibawa masing-masing pemangku kepentingan ke dalam proses kolaboratif

• pembahasan substansi dan bukannya persoalan-persoalan hubungan sosial antara para pemangku kepentingan.

Keterbatasan ACM

ACM juga memiliki keterbatasan. Ada tiga keterbatasan yang kami lihat dengan jelas di lapangan:

1. Kegiatan belajar ACM sering sangat menyita waktu. Kegiatan pembelajaran, seperti lokakarya atau pertemuan para pemangku kepentingan, biasanya membutuhkan paling tidak satu hari penuh, selain menuntut waktu semua pihak yang terlibat dalam persiapan dan penyelenggaraannya. Artinya, ACM sering lebih menarik bagi mereka yang dapat meluangkan waktunya untuk berpartisipasi. Sebaliknya, para pemangku kepentingan yang kurang mampu sering lebih terbatas kesempatannya untuk berpartisipasi. ACM merupakan proses pembelajaran dan karenanya menuntut waktu. Keluaran dari proses pembelajaran ini tidak selalu cepat atau nyata. Ini merupakan keluhan umum yang kami dengar dari para pemangku kepentingan. Ironinya, sementara pemangku-pemangku kepentingan yang terkesampingkan secara sosial sangat membutuhkannya, mereka justru paling sedikit menerima manfaat dari ACM.

2. Bagi tim kami, pelaksanaan ACM juga menuntut banyak upaya dan waktu. Juga biaya untuk mempertemukan para pemangku kepentingan tidaklah sedikit. Selain itu, waktu dan sumber daya lain yang diinvestasikan sering tidak segera menunjukkan hasil. Hal in juga menjelaskan kenapa kami belum dapat memastikan apakah para pemangku kepentingan akan mempertahankan cara-cara baru mereka dalam berpikir dan bertindak. Walaupun begitu, kami yakin bahwa jika pembelajaran bersama dapat didorong secara terus-menerus, hubungan-hubungan konstruktif di antara para pemangku kepentingan akan terbentuk dan, pada gilirannya, sikap dan pandangan lama secara berangsur ditanggalkan.

3. Terakhir, ketika kekuasaan antara para pemangku kepentingan sangat timpang, kami melihat bahwa pembelajaran tidak mendorong berkembangnya pandangan yang lebih inklusif pada para pemegang kuasa. Nampaknya, keadaan dengan ketimpangan kekuasaan yang sangat menonjol bukan

Page 136: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

120 • BAB ENAM

Salah satu keterbatasan ACM seperti yang kami alami adalah bahwa kegiatan-kegiatan belajar sangat menyita waktu, baik bagi para peserta maupun bagi tim kami. Sering ini berarti bahwa ACM menjadi kurang menarik bagi para pemangku kepentingan yang lebih miskin karena mereka mengalami kesulitan dalam menyediakan waktu untuk kegiatan pembelajaran.

merupakan kondisi yang tepat untuk saling belajar. Dalam kondisi seperti itu sulit diharapkan terjadinya suatu transformasi pandangan dan perilaku lama.

Page 137: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

7HIKMAH BELAJAR

Page 138: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

... jika kita harus membangun kembali keselarasan sosial dan kebajikan .... Kita harus mendorong pertukaran sosial dan material antara sesama yang sederajat.

(… if we are to recover social harmony and virtue .... We must encourage social and material exchange among equals.)

Matt Ridley, ahli zoologi dan penulis tentang ilmu pengetahuan, dalam “The Origins of Virtue”, 1997

Page 139: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

HIKMAH BELAJAR • 123

Seiring dengan perjalanan penelitian aksi, tim kami belajar bagaimana ACM mempengaruhi hutan dan para pemangku kepentingan.

Mengetahui keunggulan dan keter batasan-keterbatasan ACM serta tantangan-tantangan dalam penerapannya, memungkinkan kami untuk menarik beberapa pelajaran. ACM merupakan suatu pendekatan yang memperoleh wujudnya sepanjang penerapannya di lapangan. Pelajaran-pelajaran yang kami sampaikan berikut ini muncul sepanjang proses tersebut. Beberapa aspek dari pelajaran-pelajaran berikut telah didiskusikan dengan lebih rinci pada bagian-bagian terdahulu.

1. Dari proses penelitian, kami belajar bahwa ACM dapat mem bantu para pemangku kepentingan untuk mengorganisasi dirinya guna menjalin hubungan dan berkolaborasi di antara mereka. Meskipun pemangku kepen-tingan tertentu mungkin sudah memiliki kemampuan berorganisasi dan bekerja sama di dalam kelompoknya sendiri, bisa jadi mereka kurang mampu untuk saling berhubungan dan berkolaborasi dengan pihak-pihak lain. Ini terjadi di lokasi-lokasi penelitian kami karena di masa lalu para pemangku kepentingan kurang berkesempatan dalam mengembangkan hubungan di antara mereka. Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, pengorganisasian kelompok-kelompok pemangku kepentingan meningkat. Pada gilirannya hal ini meningkatkan mutu proses pengambilan keputusan bersama.

Page 140: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

124 • BAB TUJUH

2. Seperti telah dicatat di atas, ACM sangat membantu dalam mendorong para pemangku kepentingan untuk saling menjalin hubungan dan berorganisasi di antara mereka. Cara ACM melakukan hal ini adalah dengan mendorong pembelajaran yang iteratif. Dalam siklus penelitian aksi partisipatif, langkah yang berulang-ulang itu mendukung pembelajaran semacam ini. Keempat prinsip yang digunakan ACM dalam mengorganisasikan pembelajaran bersama bagi para pemangku kepentingan adalah: kepemilikan para pemangku kepentingan atas proses pembelajarannya, keterwakilan semua pemangku kepentingan, pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan pembelajaran melalui komunikasi.

3. Pelajaran ketiga berkenaan dengan perbedaan kekuasaan di antara para pemangku kepentingan. Sebagai orang luar, kita sering tidak melihat adanya ketimpangan kekuasaan antara para pemangku kepentingan. Ketika memasuki lokasi terpencil, mungkin nampaknya para pemangku kepentingan lokal hidup dengan damai dan harmonis dan tidak ada permainan kekuatan di antara mereka. Kita cenderung berpikir bahwa politik hanya berperan di ibu kota, wilayah perkotaan, atau di DPRD. Namun walaupun tidak selalu tampak di permukaan, perbedaan-perbedaan yang menyebabkan konfl ik ada di mana-mana, termasuk di masyarakat dan kelompok-kelompok lokal. Kita mungkin tidak melihat ketimpangan-ketimpangan yang ada karena para pemangku kepentingan yang lemah cenderung diam atau kita kurang dapat “mendengar suara mereka”. Bisa juga masyarakat berpura-pura tidak ada perbedaan pendapat atau konfl ik di antara mereka. Sebagai orang luar bisa jadi kita tidak mempunyai “alat untuk mendengarkan” pihak yang “tidak bersuara”.ACM telah sangat membantu tim kami, sebagai orang luar, untuk lebih peka terhadap perbedaan-perbedaan kekuasaan antara para pemangku kepentingan. ACM dapat membuat perbedaan semacam ini tampak lebih nyata dan pada saat yang sama memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam menghadapinya. Situasi-situasi konfl ik dikendalikan (dikelola) melalui proses-proses sosial yang muncul di antara para pemangku kepentingan.

4. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab 6 kegiatan-kegiatan ACM sangat menyita waktu sehingga para pemangku kepentingan yang miskin kurang terlibat dan kurang memperoleh manfaat dari pembelajaran dalam ACM dibandingkan para pemangku kepentingan lainnya. Untuk menghindari hal ini, dalam upaya-upaya kita, pemangku-pemangku kepentingan yang miskin dan kurang berdaya perlu diberi perhatian yang sesuai sehingga mereka dapat memperoleh manfaat secara adil.

5. Keterbatasan yang lain adalah bahwa ketika perbedaan kekuasaan antara para pemangku kepentingan sangat timpang, pemangku-pemangku kepentingan yang lebih berkuasa ternyata tidak terdorong untuk belajar.

Page 141: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

HIKMAH BELAJAR • 125

Mereka cenderung mempertahankan perilaku kuno mereka dan kurang adaptif dalam mengadopsi cara-cara baru. Seorang fasilitator harus mencari cara-cara yang kreatif untuk mendorong para pemangku kepentingan ini agar lebih terbuka dan bersedia untuk belajar dari pihak-pihak lain.

6. Pelajaran terakhir berkenaan dengan nilai tambah ACM pada pengelolaan hutan di Indonesia. Dari pengalaman kami dalam menerapkan ACM, kami meyakini bahwa pendekatan ini menawarkan tiga nilai tambah bagi pengelolaan hutan:a) ACM meningkatkan kemampuan para pemangku kepentingan untuk

mengorganisasi di antara mereka untuk beraksi dan melakukan pemantauan bersama

b) ACM memacu para pemangku kepentingan untuk belajar secara sadar dan sistematis di antara mereka dan dari lingkungan alam untuk kemudian beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi

c) ACM menyediakan cara pengelolaan hutan dimana fasilitasi (pem-belajaran) dan pengkajian/penelitian berjalan seiring dan saling memperkuat satu dengan yang lainnya.

Page 142: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 143: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Bagian Empat

Implikasi dan Kesimpulan

Didasarkan pada hikmah belajar dari penelitian ACM kami, Bagian Empat membahas implikasinya untuk pengelolaan hutan di Indonesia (Bab 8) dan menyajikan kesimpulan kami dari penelitian dan penerapan ACM (Bab 9).

Page 144: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 145: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

8MENERAPKAN ACM SECARA LUAS

DALAM PENGELOLAAN HUTAN

DI INDONESIA

Page 146: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

... prosesnya tidak berakhir dengan penciptaan pengetahuan baru. Harus ada juga komitmen untuk bertindak yang mengarah pada perilaku lingkungan dan sosial yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan.

(… the process does not end in the creation of new knowledge. There must also be commitment to action that leads to environmental and social conduct compatible with sustainable development.)

Cecilia von Sanden dan Graciela Evia dari Centro de Investigación y Promoción Franciscano y Ecológico (Uruguai) dalam “Environmental Learning”, 1993

Page 147: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MENERAPKAN ACM SECARA LUAS DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA • 131

Pelajaran-pelajaran yang diperoleh tim kami dari penerapan ACM di kedua lokasi di Indonesia berimplikasi bagi pengelolaan hutan di negeri ini. Bab ini memaparkan beberapa implikasi yang kami pandang penting.

Mengapa Repot-Repot dengan Pembelajaran dalam Pengelolaan Hutan?

Seperti yang disampaikan dalam Bab 3, pendekatan partisipatif telah berkembang melalui berbagai percobaan yang bersifat “uji dan ralat” (trial and error) namun yang pada kenyataannya berjalan lamban. Upaya-upaya pemerintah pada umumnya masih bersifat top-down dan terlalu berhati-hati dalam ber eksperimen dengan pendekatan partisipatif. Upaya-upaya tersebut didasarkan pada kerangka pemikiran yang membatasi ruang untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. Oleh karena itulah dibutuhkan pembelajaran yang dapat menggugat model-model mental seperti itu. Pembelajaran menawarkan sebuah opsi untuk mengem-bangkan pengelolaan hutan yang lebih baik, tetapi pembelajaran itu harus bisa menggugat kerangka-kerangka berpikir yang lama dan kaku.

Dari penelitian ACM, kami belajar bahwa pendekatan semacam ini dapat merupakan nilai tambah bagi program-program dan kebijakan kehutanan karena mempercepat proses pembelajaran dan mengaktifkan pengetahuan, yang kemudian ditrans formasikan menjadi perubahan melalui aksi. Kondisi yang dapat memicu percepatan seperti itu dapat kita ciptakan.

Pertama, pembelajaran perlu diperluas agar mencakup pula para pelaku pengelolaan hutan serta melibatkan masyarakat dan kelompok-kelompok lokal, bukan hanya para petugas dan pejabat pemerintah, karyawan perusahaan, dan staf LSM. Selain itu, jaringan atau platform untuk pertukaran informasi dan pengetahuan yang dilakukan secara strategis dan terencana perlu dikembangkan. Terakhir, pentinglah pula untuk menghubungkan kegiatan-kegiatan berbagi pengetahuan dan informasi dengan aksi dan pengalaman nyata di lapangan.

Berbagi Kerja antara Pemerintah, LSM, dan Lembaga Penelitian

Persoalan-persoalan pengelolaan hutan saat ini terlalu kompleks dan tidak pasti dengan laju perubahan lingkungan alam dan sosial yang cepat untuk di-hadapi oleh pemerintah sendiri. Berbagi tanggung jawab secara kemitraan antara pemerintah, LSM, dan lembaga penelitian akan lebih efektif karena masing-masing akan membawa pengetahuan, sumber daya, dan kapasitas lainnya ke dalam proses.

Page 148: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

132 • BAB DELAPAN

Penting bagi para perencana program dan staf kantor lainnya untuk secara teratur mengunjungi lapangan dan mengadakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan lokal. Sebaiknya suatu rencana jangan hanya disusun dari belakang meja kantor.

Namun, dalam praktek ACM yang kami lakukan, kami melihat bahwa suatu kerja sama tidak akan menghasilkan sinergi, kecuali jika para mitra yang terlibat merumuskan sendiri hubungan kemitraan mereka. Oleh karena itu penting jika aturan main tentang kemitraan dikembangkan bersama oleh para mitra tanpa adanya tekanan dari pihak luar.

Melibatkan Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan dan Penerapan Kebijakan Kehutanan

Berdasarkan pengalaman kami dalam melakukan penelitian aksi ACM bersama pemangku kepentingan, kami melihat bahwa identifi kasi dan analisis pemangku kepentingan diperlukan untuk program kehutanan apa pun. Hal tersebut terutama diperlukan untuk menentukan sejauh mana kegiatan program mempengaruhi berbagai pemangku kepentingan dan, sebaliknya, bagaimana mereka dapat mempengaruhi berjalannya program tersebut. Meskipun demikian, mengidentifi kasi dan menganalisis para pemangku kepentingan bukan sesuatu yang sederhana.

Page 149: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MENERAPKAN ACM SECARA LUAS DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA • 133

Sangatlah penting untuk melakukan identifi kasi dan analisis pemangku kepentingan secara sistematis dan secara kritis. Proses ini harus diulang secara berkala sepanjang program. Analisis pemangku kepentingan harus dilakukan secara dinamis dan kreatif sehingga dapat mengembangkan kepekaan para pelaksana program terhadap permainan kekuasaan antara pemangku-pemangku kepentingan.

Untuk pelibatan para pemangku kepentingan dalam pembuatan kebijakan, konsultasi dan bentuk pelibatan mereka harus diintegrasikan dalam keseluruhan proses. Oleh karena keterbatasan waktu yang dimiliki pemangku-pemangku kepentingan lokal, kegiatan konsultasi harus diselenggarakan sesuai dengan kesibukan mereka sehari-hari. Kurang “tampaknya” kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat, seperti perempuan atau kaum miskin, perlu mendapat perhatian khusus dalam menyelenggarakan konsultasi dan merencanakan program yang melibatkan mereka. Staf lapangan bisa ditugaskan untuk menjalin hubungan dengan mereka secara informal dan untuk berperan sebagai sumber informasi yang berharga untuk para perencana program. Namun demikian, untuk para perencana program tersebut, belajar dari lapangan tetaplah merupakan hal penting dalam melakukan tugasnya. “Dunia di luar sana” harus dipelajari—atau perlu dihadirkan lebih dekat—dan bukannya hanya direnungkan di kantor.

Dalam mengembangkan dan melaksanakan kebijakan kehutanan, mencari keseimbangan antara berbagai sasaran para pemangku kepentingan merupakan hal yang penting. Dalam prakteknya, keseimbangan tersebut dapat diraih secara bertahap. Misalnya, kita dapat mengadakan suatu pertemuan di antara para pemangku kepentingan untuk mendampingi mereka dalam menemukan dasar pijakan bersama. Pertemuan-pertemuan berikutnya dapat digunakan untuk, sedikit demi sedikit tapi dengan pasti, mengembangkan lebih lanjut dasar pijakan tersebut. Apabila sebuah dasar pijakan bersama sama sekali tidak dapat ditemukan, baru kita perlu mencari pihak yang dapat membantu untuk “campur tangan” dan memberi arahan.

Melibatkan para pemangku kepentingan dalam program kehutanan menyiratkan bahwa para pelaksana program harus mendorong terbentuknya hubungan yang konstruktif antara pemangku-pemangku kepentingan. Salah satu kondisi yang dapat membantu dalam hal ini adalah adanya mekanisme komunikasi untuk pertukaran informasi dan pengetahuan antara pemangku-pemangku kepentingan, seperti forum atau jaringan. Manakala hubungan-hubungan antara para pemangku kepentingan itu tumbuh dan berkembang, pada akhirnya dorongan dari luar tidak akan diperlukan lagi. Singkatnya, program-program kehutanan seharusnya berinvestasi untuk mengembangkan ruang-ruang komunikasi semacam itu.

Page 150: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

134 • BAB DELAPAN

Menuju Tujuan Jangka Panjang Sementara Bekerja dengan Sasaran Jangka Pendek

Keluhan umum di antara para pelaksana program kehutanan adalah bahwa karena rencana program sering dibuat di kantor pusat, dalam pelaksanaannya sebuah program sulit disesuaikan. Perencanaan terpusat seperti itu sering masih dianggap tepat dan benar kendati kenyataan menunjukkan hal yang sebaliknya, yakni bahwa rencana program sering tidak cocok dengan keadaan nyata lokal. Di kalangan para perencana program, pelaksana, dan staf lapangan, pandangan bahwa rencana adalah sesuatu yang tuntas dan tidak dapat diubah lagi, masih sering kita temukan.

Dari penelitian aksi yang kami lakukan bersama para pemangku kepentingan, kami belajar bahwa sebenarnya sulit untuk membuat rencana program yang fi nal, terutama karena tidak selalu jelas bagaimana tujuan jangka panjang dapat dicapai. Dalam membuat suatu rencana, akan lebih realistis jika kita melihat rencana itu sebagai sesuatu yang bersifat sementara. Penyesuaian rencana semula dapat dilakukan sepanjang waktu guna mengakomodasi berbagai perkembangan yang tidak terduga sebelumnya. Selama bumi berputar hal-hal tidak terduga akan selalu ada dan karenanya suatu rencana harus bersifat terbuka, sementara tetap terfokus pada tujuan jangka panjang. Untuk mempraktekkannya, misalnya, dalam suatu pertemuan para pemangku kepentingan membuat rencana konkret jangka pendek untuk suatu kegiatan, yang pada pertemuan berikut dapat dievaluasi. Hasil evaluasi kemudian dipakai untuk membuat rencana jangka pendek tahap berikut, namun dengan tetap tertuju pada tujuan jangka panjang. Proses ini diulang pada pertemuan berikut yang dapat digunakan para pemangku kepentingan guna mengevaluasi dan menyesuaikan rencana-rencana jangka pendek sesuai dengan kebutuhan yang muncul. Dalam memantau pelaksanaan rencana-rencananya secara kolaboratif di antara para pemangku kepentingan, daripada menggunakan aturan pemantauan yang kaku akan lebih membantu jika kita mengupayakan terbentuknya hubungan konstruktif di antara mereka. Membangun hubungan seperti itu dapat mendorong berkembangnya secara alami proses pemantauan yang dilakukan para pemangku kepentingan secara kolaboratif.

Mengadopsi Pendekatan Proses dalam Program-Program Kehutanan

Sebagian besar organisasi dan instansi yang memprakarsai dan melaksanakan program kehutanan mempunyai staf yang banyak tahu dan terampil dalam aspek-aspek biofi sik dan teknis kehutanan, tetapi cenderung kurang berpengalaman dalam mendorong proses-proses sosial di antara para pemangku kepentingan. Pada umumnya, program-program kehutanan kurang memperhatikan keluaran-

Page 151: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MENERAPKAN ACM SECARA LUAS DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA • 135

keluaran proses—seperti kepercayaan antara para pemangku kepentingan—dibandingkan dengan keluaran-keluaran yang lebih nyata dan lebih mudah diukur—seperti jumlah bibit yang diperoleh dari kebun wanatani. Singkatnya, staf lapangan kehutanan pada umumnya kurang siap untuk memfasilitasi proses sosial.

Penelitian ACM kami menunjukkan bahwa kunci keberhasilan program kehutanan adalah proses. Hal ini terutama penting dalam pengembangan hubungan antara para pemangku kepentingan karena pada akhirnya hubungan-hubungan itulah yang sangat mempengaruhi lingkungan alam dan sosial. Oleh karena itu, kami menyarankan agar perencana-perencana program kehutanan memasukkan dalam perencanaannya peningkatan kemampuan staf lapangan untuk dapat memfasilitasi proses, maupun menyertakan indikator-indikator proses untuk memantau pelaksanaan program.

Kami lebih lanjut menganjurkan agar birokrasi pemerintah mengembangkan mekanisme pemantauan yang tidak kaku. Staf lapangan perlu diberi ruang yang lebih luas untuk bergerak dengan lebih mandiri dalam menangani proses-proses yang berkembang di antara para pemangku kepentingan. Jika memiliki keleluasaan itu, staf lapangan akan lebih mampu mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan yang berkembang di antara para pemangku kepentingan.

Pengalaman kami selama penelitian menunjukkan bahwa siklus penelitian aksi partisipatif dapat membantu mengorganisasikan pembelajaran bagi para pemangku kepentingan dalam menempuh proses belajar mereka. Kami menyarankan proyek-proyek kehutanan menyelenggarakan kegiatan yang mengikuti siklus pembelajaran semacam ini.

Fasilitasi Multipihak yang Efektif

Mengingat kompleksitas lingkungan sosial dan alam yang dihadapi bidang kehutanan, program-program kehutanan harus dilengkapi dengan dasar yang kuat dalam hal memfasilitasi proses-proses multipihak secara efektif. Staf yang memadai untuk pekerjaan fasilitasi merupakan suatu keharusan karena para fasilitator inilah yang merupakan kunci keberhasilan program-program kehutanan. Oleh karena itu, suatu program kehutanan harus mengalokasikan dana yang memadai untuk pengembangan fasilitasi yang bermutu serta memberikan imbalan dan penghargaan lainnya yang memadai terhadap pekerjaan para fasilitator di lapangan.

Sifat penting yang harus dimiliki fasilitator multipihak adalah kepekaan terhadap perbedaan kekuasaan antara para pemangku kepentingan. Berbagai

Page 152: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

136 • BAB DELAPAN

alat dan metode dapat membantu para fasilitator dalam memfasilitasi proses, tetapi keterampilan para fasilitator berdasarkan kepekaan itu merupakan “alat fasilitasi” terpenting. Kepekaan semacam ini dapat dikembangkan seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya pengalaman mereka.

Salah satu unsur kunci fasilitasi adalah mendorong arus komunikasi yang adil dan seimbang antara para pemangku kepentingan. Peran utama fasilitator adalah mendampingi multipihak dalam berkomunikasi. Untuk itu para fasilitator harus memiliki indikator-indikator tentang kepatutan, keseimbangan, dan keadilan dalam proses komunikasi antara para pemangku kepentingan. Jika terjadi ketimpangan dalam proses itu fasilitator harus mendampingi pihak-pihak yang kurang mempunyai kemampu an berkomunikasi untuk menyampaikan pandangannya.

Unsur kunci fasilitasi lainnya adalah mengembangkan proses pengambilan keputusan bersama. Pengalaman kami menunjukkan bahwa memfasilitasi proses pengambilan keputusan bersama benar-benar merupakan tantangan bagi para fasilitator. Sering ada kecenderungan para fasilitator untuk mendorong proses pengambilan keputusan ke arah yang sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu, para fasilitator multipihak yang efektif harus bisa menjadi pendengar yang baik, tidak hanya dengan telinganya, tetapi juga dengan hatinya.

Fasilitasi yang bermutu adalah kunci keberhasilan.

Page 153: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MENERAPKAN ACM SECARA LUAS DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA • 137

Dalam situasi konfl ik, sangat penting menyatakan dengan jelas bahwa fasilitator berposisi bebas dan tidak berpihak pada salah satu pihak yang berkonfl ik. Pada saat yang sama semua pihak harus mengetahui kepada siapa seorang fasilitator bertanggung jawab, misalnya, apakah ia bekerja untuk suatu LSM lokal, dinas kehutanan, atau suatu organisasi tingkat nasional. Hal ini akan mempermudah pihak-pihak yang difasilitasi untuk menilai posisi fasilitator dalam keseluruhan proses.

Beberapa unsur kunci dalam memediasi konfl ik pada program-program kehutanan adalah:• Fasilitasi pengungkapan asumsi-asumsi agar menjadi lebih nyata dan jelas

(eksplisit) sehingga tidak menghalangi komunikasi• Tetapkan sebagai salah satu tujuan fasilitasi pembangunan hubungan yang

konstruktif antara pihak-pihak yang berada dalam konfl ik• Jelaskan kepada semua pihak apa yang menjadi tujuan-tujuan negosiasi

sepanjang prosesnya: apakah mengembangkan pemahaman (“Mengapa kita lebih suka pilihan tertentu dari antara pilihan-pilihan yang ada?” “Bagaimanakah pilihan kita mempengaruhi pihak lain dan diri kita sendiri?”), ataukah memutuskan untuk memilih alternatif tertentu (“Apa yang akan kita lakukan?”)

• Pastikan bahwa perundingan menjangkau semua kelompok-kelompok kepentingan dan tidak hanya melibatkan para wakil mereka. Ingatlah bahwa suatu sengketa biasanya melibatkan para anggota kelompok, bukan hanya para wakil atau pimpinan mereka.

Dicari: Fasilitator yang Memiliki Komitmen!

Mengingat tantangan-tantangan yang luar biasa dalam mengembangkan program-program kehutanan, fasilitator multipihak yang mempunyai komitmen sangat dibutuhkan. Kriteria penting untuk fasilitator seperti itu adalah:• Kesediaan mereka bukan saja untuk melakukan tugasnya, tetapi juga untuk

selalu belajar dan terbuka untuk mengadopsi pendekatan-pendekatan baru• Kesediaan mereka untuk merefl eksikan secara kritis kinerjanya• Kesiapan mereka untuk menghadapi keadaan-keadaan yang sulit dalam

bekerja dengan berbagai pihak.

Ciptakan Ruang Pembelajaran dalam Organisasi Kita Sendiri

Program-program kehutanan perlu dibangun atas dasar pembelajaran dan proses. Berdasarkan pengalaman kami, suatu organisasi yang menggerakkan pembelajaran, harus juga mempraktekkan pembelajaran di dalam organisasi

Page 154: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

138 • BAB DELAPAN

itu sendiri. Lingkungan organisasional harus kondusif untuk mem fasilitasi pembelajaran di luar “dinding-dinding” organisasi. Tentu akan sangat ironis jika kita berkhotbah tentang perlunya pembelajaran tetapi tidak mempraktekkannya sendiri.

Namun demikian, mengembangkan pembelajaran organisasional bukanlah suatu hal yang mudah. Sering staf dan departemen-departemen dalam organisasi sibuk dengan prioritas program mereka masing-masing, ada banyak surat yang perlu dijawab, dan mekanisme komunikasi antardepartemen sering tidak ada. Selain itu, staf organisasi mungkin tidak melihat manfaatnya untuk belajar dari rekan-rekan sejawatnya.

Untuk meningkatkan pembelajaran dalam organisasi kita sendiri, kita perlu mengidentifi kasi insentif organisasional yang tepat. Staf perlu diyakinkan bahwa dengan belajar mereka akan memperoleh sesuatu. Organisasi yang menggeluti persoalan hutan harus kreatif dalam mengembangkan struktur insentif dan penghargaan bagi stafnya yang berhasil mendorong pembelajaran, tidak hanya pembelajaran di luar organisasi tetapi juga di dalamnya, yakni dari rekan kerja dan staf lainnya.

Penelitian dan Pengembangan

Ada beberapa implikasi pengalaman kami dalam menerapkan ACM untuk penelitian dan pengembangan program kehutanan yang perlu mendapat perhatian.

Pertama, dibutuhkan upaya untuk menjembatani kesenjangan di antara kantor para pembuat kebijakan dan perancang proyek serta “kehidupan nyata”. Sering kita melihat bahwa orang-orang sibuk, banyak kegiatan yang nampaknya menjadi lebih mendesak daripada kegiatan lapangan, ataupun sumber daya keuangan tidak ada. Guna mengatasi masalah ini, organisasi-organisasi pendidikan dan pelatihan dapat mengambil peran dalam mengembangkan materi pelatihan, buku-buku pedoman, atau alat-alat bantu untuk “mengumpulkan pengalaman lapangan” dengan lebih efektif. Pengalaman lapangan sangat diperlukan untuk mengarahkan para pembuat kebijakan dan perancang program; staf lapangan merupakan salah satu narasumber untuk hal ini.

Di atas telah kami sebutkan bahwa para fasilitator multipihak yang efektif sangat dibutuhkan. Suatu anggapan umum adalah bahwa staf lapangan, baik pada instansi-instansi pemerintah maupun LSM-LSM, telah memiliki kemampuan untuk menggunakan metode-metode partisipatif dalam memfasilitasi pemangku-pemangku kepentingan. Namun pengalaman kami menunjukkan bahwa anggapan

Page 155: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

MENERAPKAN ACM SECARA LUAS DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA • 139

itu sering kurang benar; para fasilitator yang mempromosikan pembelajaran di kalangan para pemangku kepentingan membutuhkan keahlian dan kemampuan tertentu yang relatif baru bagi kebanyakan organisasi dan staf lapangan yang menggeluti bidang pengelolaan hutan, sementara kemampuan itu belum dimiliki atau dikuasai sepenuhnya. Karenanya, pelatihan untuk fasilitator dan pelatihan untuk para pelatih (ToT) dalam hal fasilitasi multipihak diperlukan untuk berbagai instansi dan organisasi yang bekerja di bidang kehutanan.

Berdasarkan penelitian kami sendiri, kami mengidentifi kasi beberapa persoalan yang memerlukan pengkajian lebih lanjut. Kita perlu mengetahui lebih banyak tentang:• Insentif22 dan disinsentif bagi pembelajaran dan kolaborasi antara berbagai

pemangku kepentingan kehutanan• Bagaimana pembelajaran antara para pemangku kepentingan mempengaruhi

lingkungan alam mereka, dan sebaliknya• Keahlian, pengetahuan, dan sikap apa yang dibutuhkan para fasilitator

multipihak agar dapat bekerja dengan efektif• Budaya kelembagaan apa yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran

dalam bidang kehutanan, dan sejauhmana birokrasi dapat direformasi agar mendukung pembelajaran

• Terakhir, bentuk kepemimpinan apa yang dibutuhkan pada berbagai tingkatan pengelolaan hutan untuk mendukung pembelajaran dalam lingkungan yang kompleks dan tidak pasti.

Pendanaan Pembelajaran Bersama

Kebutuhan pembelajaran bersama antara para pemangku kepentingan dalam program-program kehutanan juga berimplikasi pada pendanaan. Para donor sangat perlu menyadari bahwa pendanaan program pembelajaran bersama sangat berbeda dari pendanaan program lainnya. Keluaran-keluaran program pembelajaran bersama sering tidak dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Ini berarti bahwa tujuan proyek perlu dirumuskan dalam bentuk keluaran-keluaran proses dan bahwa komitmen jangka panjang untuk program seperti itu sangat dibutuhkan.

Implikasi lainnya adalah bahwa para penyandang dana perlu mengembangkan perangkat-perangkat alternatif untuk pertanggungjawaban proyek, dan untuk ini kreativitas sangat diperlukan. Misalnya, di samping kerangka logis (logical framework) proyek, perlulah dikembangkan cara-cara lain untuk memantau kemajuan proyek. Selain itu, penganggaran suatu proyek harus dapat mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan yang muncul kemudian berdasarkan kegiatan pembelajaran.

Page 156: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

140 • BAB DELAPAN

Para penyandang dana sebaiknya mendorong organisasi-organisasi yang mengajukan proposal pendanaan untuk mengalokasikan anggaran yang memadai dalam pos tersendiri untuk kegiatan-kegiatan pelatihan fasilitasi multipihak dan pembelajaran organisasional. Alokasi biaya untuk pengembangan staf dan kegiatan belajar ber sama di dalam organisasi sering sangat kurang, baik dalam anggaran instansi-instansi pemerintah, perusahaan, maupun LSM. Selain itu, sering diasumsikan bahwa kebanyakan staf lapangan telah cukup terampil dalam menggunakan metode partisipatif dalam memfasilitasi multipihak.

Pembentukan sebuah platform dan jaringan multipihak untuk mendukung proses pembelajaran bersama tentang berbagai persoalan kehutanan merupakan aspek penting lainnya yang membutuhkan perhatian dalam pendanaan program-program pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar di tingkat lapangan, akan muncul kebutuhan-kebutuhan yang perlu diakomodir secara memadai dalam anggaran.

Page 157: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

9CATATAN PENUTUP

Page 158: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Sebagai manusia, pada dasarnya kita terjaga dan dapat memahami kenyataan. … Kita menemukan bahwa, bagaimanapun, kita dapat menangani dunia kita, jagat raya kita, dengan semestinya dan seutuhnya secara luhur.

Chögyram Trungpa, guru agama Budha

Page 159: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

CATATAN PENUTUP • 143

Menciptakan kondisi yang tepat untuk pembelajaran para pemangku kepentingan akan berdampak positif terhadap keadaan hutan dan hubungan antara para pemangku kepentingan lokal.

Sebagaimana dibuktikan kegiatan lapangan kami, pendekatan seperti ACM yang menekankan pada pembelajaran yang dilakukan dengan sadar dan cermat serta mengikuti siklus-siklus yang iteratif, memiliki dua keunggulan mendasar. Pertama, ACM memacu para pemangku kepentingan untuk belajar dari tindakan-tindakan mereka dan menyesuaikan strategi pengelolaan mereka berdasarkan proses pembelajaran tersebut. Kedua, ACM mendorong para pemangku kepentingan untuk membangun hubungan yang konstruktif di antara mereka.

Kami tidak mempunyai resep atau panduan yang baku untuk penerapan ACM atau pendekatan-pendekatan serupa. Apa yang telah kami coba sampaikan dalam buku ini hanyalah cara kami melakukannya agar para pembaca buku ini dapat menarik pelajaran dari pengalaman kami. Harapannya adalah tentu, para pembaca dapat mengembangkan kerangka panduan mereka sendiri, yang akan berkembang seiring dengan kemajuan program atau kegiatan di lapangan.

Kunci dari pendekatan seperti ini adalah menciptakan kondisi-kondisi yang tepat untuk memungkinkan para pemangku kepentingan belajar bersama. Dalam pengalaman kami kondisi-kondisi itu dapat diciptakan jika kegiatan fasilitasi dilakukan atas dasar empat prinsip:• Para pemangku kepentingan harus mempunyai rasa kepemilikan atas

pembelajarannya sendiri

Page 160: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

144 • BAB SEMBILAN

• Semua pemangku kepentingan harus terwakili dalam kegiatan-kegiatan belajar

• Pengalaman harus menjadi inti pembelajaran• Pembelajaran harus terjadi melalui komunikasi.

Kondisi-kondisi itu tidak akan muncul dengan sendirinya. Peran fasilitator sangat menentukan. Agar efektif, seorang fasilitator pembelajaran harus menjadi pendengar yang baik, memiliki rasa keadilan, dan mampu mendorong proses komunikasi antara para pemangku kepentingan. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, ia harus memiliki kemauan untuk belajar dari tindakan-tindakannya dalam memfasilitasi para pemangku kepentingan, dan senantiasa menyesuaikan strategi fasilitasinya sesuai dengan pembelajaran itu.

Seperti telah dibuktikan kegiatan lapangan kami, pendekatan seperti ACM yang menekankan pada pembelajaran dan proses, dapat meningkatkan kapasitas manusia (modal manusia) dan mendorong terbangunnya hubungan antara pemangku kepentingan yang konstruktif (modal sosial). Karena keterbatasan waktu penelitian, kami tidak dapat mengamati apakah ACM juga menghasilkan perubahan-perubahan modal sumber daya alam, modal fi sik, ataupun modal fi nansial. Walaupun demikian, kami menemukan beberapa bukti bahwa dalam jangka panjang peningkatan modal sosial dapat membantu terbentuknya ketiga modal itu.

Pengalaman kami merupakan suatu pencarian yang kaya, meskipun bukan sesuatu yang selalu mudah, guna menemukan bentuk-bentuk pengelolaan hutan yang baru dan kolaboratif. Dari pengalaman ini, sebagai peneliti-peneliti aksi yang belajar bersama pihak-pihak lokal, kami telah memperoleh banyak pelajaran yang sangat berharga. Karena pengalaman inilah kami mengetahui dengan pasti bahwa pembelajaran dan proses sangat bermakna dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan oleh para pemangku kepentingan.

Nah, sekarang kami telah berbagi pengalaman. Kami tertarik untuk mendengar pengalaman Anda juga!

Page 161: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

LAMPIRAN

Page 162: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia
Page 163: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

147

LAMPIRAN 1

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM

Lampiran ini menyajikan suatu kerangka untuk menerapkan ACM yang didasarkan pada pengalaman tim kami. Kerangka ini sebaiknya dilihat sebagai petunjuk indikatif dalam men dampingi para pemangku kepentingan untuk bersama-sama menghadapi permasalahan sumber daya lokal, bukannya sebagai pedoman teknis yang siap pakai. Anda tentu memiliki kebebasan penuh untuk menyesuaikan kerangka ini dengan kebutuhan pribadi Anda dan di tempat Anda bergiat. Idealnya, Anda membuat kerangka Anda sendiri, yang kemudian akan berkembang seiring dengan kemajuan kegiatan Anda dalam memfasilitasi para pemangku kepentingan. Kuncinya adalah bahwa sepanjang proses fasilitasi, Anda dengan sadar berusaha menciptakan kondisi yang tepat bagi para pemangku kepentingan untuk belajar bersama, bereksperimen dengan cara dan alat fasilitasi baru, merefl eksikan dengan kritis peran Anda sebagai fasilitator pembelajaran, dan bersikap terbuka untuk melakukan penyesuaian (atau bahkan membuang!) cara fasilitasi lama yang kurang efektif.

Kerangka yang dipaparkan di sini memberikan langkah-langkah kunci penerapan ACM sebagaimana kami melakukannya. Kerangka ini dapat digunakan pada kegiatan dan program baru atau pada program yang sudah berlangsung selama beberapa waktu. Dengan kata lain, tidak ada aturan tentang kapan kita dapat memulai fasilitasi pembelajaran antara para pemangku kepentingan. Dari pengalaman, kami belajar bahwa ACM bisa memberi nilai tambah pada setiap situasi ketika para pemangku kepentingan berinteraksi, terlepas dari tahap program yang sedang dilaksanakan.

Ada tiga jenis kegiatan untuk membentuk keadaan yang tepat bagi pembelajaran para pemangku kepentingan:1. Mempersiapkan pembelajaran2. Mengorganisasikan pembelajaran3. Memfasilitasi pembelajaran.

Dalam kerangka yang disajikan di bawah ini, tujuan setiap kegiatan disampaikan, langkah-langkah kunci dan bagaimana menerapkannya diuraikan, serta beberapa alat bantu atau metode dianjurkan untuk setiap langkah pelaksanaan. Pada Lampiran 2 Anda akan menemukan perangkat alat bantu yang memberi uraian singkat tentang alat-alat bantu atau metode-metode tersebut.

Page 164: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

148 • LAMPIRAN 1

Keg

iata

n 1

: M

em

pers

iap

kan

Pem

bela

jara

n

Ada

tiga

tuj

uan

utam

a da

ri k

egia

tan

ini,

yait

u:•

Mem

bang

un h

ubun

gan

deng

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n di

loka

si p

enda

mpi

ngan

• M

enge

tahu

i kon

teks

dar

i pem

bela

jara

n ya

ng a

kan

dila

kuka

n•

Men

gide

ntifi

kasi

pok

ok-p

okok

per

mas

alah

an y

ang

ingi

n di

tang

ani b

ersa

ma

oleh

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

Pada

pra

ktek

nya

ini b

erar

ti b

ahw

a ad

a ti

ga la

ngka

h, m

asin

g-m

asin

g se

suai

den

gan

sala

h sa

tu d

ari t

iga

tuju

an d

i ata

s.

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

1.

Mem

ban

gu

n h

ub

un

gan

baik

Seba

gai f

asili

tato

r AC

M, p

enti

ng b

agi

And

a un

tuk

mul

ai m

enge

mba

ngka

n hu

bung

an b

aik

deng

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n lo

kal s

edin

i mun

gkin

se

tela

h m

emas

uki l

okas

i dam

ping

an.

Hal

ini t

erut

ama

pent

ing

jika

And

a be

rasa

l dar

i lua

r lok

asi d

ampi

ngan

. H

ubun

gan

yang

bai

k ak

an sa

ngat

m

enen

tuka

n ha

sil a

khir

pro

gram

And

a da

n m

erup

akan

keh

arus

an d

alam

m

enja

lank

an tu

gas A

nda

seba

gai

fasi

litat

or.

Nam

un A

nda

haru

s men

yada

ri b

ahw

a m

emba

ngun

hub

unga

n ha

rus m

enja

di

bagi

an d

ari k

esel

uruh

an p

rogr

am d

an

tida

k ha

nya

pent

ing

pada

taha

p aw

al

ini.

Car

a ya

ng e

fekt

if un

tuk

mem

bang

un h

ubun

gan

adal

ah m

enja

dika

n di

ri A

nda

bagi

an d

ari

kese

hari

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n lo

kal,

baik

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

di ti

ngka

t ko

mun

itas

mau

pun

peja

bat d

an st

af p

emer

inta

h,

atau

per

usah

aan

kehu

tana

n. U

ntuk

mem

bang

un

hubu

ngan

den

gan

para

pej

abat

ata

u pe

ngus

aha,

A

nda

mem

erlu

kan

inte

raks

i yan

g ti

dak

hany

a te

rbat

as p

ada

kese

mpa

tan

form

al, s

eper

ti

pert

emua

n re

smi,

teta

pi ju

ga d

enga

n ca

ra-c

ara

info

rmal

. And

a, m

isal

nya,

dap

at m

engu

ndan

g m

erek

a un

tuk

min

um k

opi,

ngob

rol,

atau

be

rmai

n ba

dmin

ton.

Unt

uk ta

hap

prog

ram

ini,

pada

das

arny

a A

nda

tida

k m

embu

tuhk

an a

lat b

antu

. Yan

g di

butu

hkan

ada

lah

kepr

ibad

ian

And

a se

baga

i fa

silit

ator

. Kar

ena

itu,

And

a ha

rus s

elal

u sa

dar

akan

per

an A

nda

dala

m h

ubun

gann

ya d

enga

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

di lo

kasi

yan

g be

rsan

gkut

an. R

efl e

ksik

an p

eran

ini s

ecar

a te

rus-

men

erus

. Fok

uska

n up

aya-

upay

a fa

silit

asi A

nda

pada

pen

gem

bang

an h

ubun

gan

yang

kon

stru

ktif

deng

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n. U

ntuk

m

enca

pai h

al in

i And

a pe

rlu

men

unju

kkan

rasa

m

engh

arga

i ora

ng la

in, e

mpa

ti, d

an ra

sa p

erca

ya

kepa

da p

eman

gku-

pem

angk

u ke

pent

inga

n ya

ng

beri

nter

aksi

den

gan

And

a.

Page 165: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 149

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

2.

Mem

ah

am

i ko

nte

ks

2A

. Seja

rah

pen

ge

lola

an

hu

tan

Kon

disi

hut

an sa

at in

i dan

ke

seja

hter

aan

mas

yara

kat y

ang

mem

anfa

atka

nnya

, seb

agia

n di

peng

aruh

i ole

h pe

nggu

naan

dan

pe

ngel

olaa

n hu

tan

pada

mas

a la

lu.

Mak

a, p

enti

ng b

agi A

nda

untu

k m

enge

mba

ngka

n pe

nget

ahua

n da

sar

tent

ang

seja

rah

peng

elol

aan

huta

n.

And

a da

pat m

enge

mba

ngka

n su

atu

gam

bara

n se

jara

h pe

ngel

olaa

n hu

tan

deng

an

men

gum

pulk

an in

form

asi t

enta

ng ti

ga a

spek

:•

Peru

baha

n da

n ke

cend

erun

gan

dala

m h

al

kete

rsed

iaan

sum

ber d

aya

huta

n di

mas

a la

lu.

• Fa

ktor

-fak

tor y

ang

men

doro

ng te

rjad

inya

pe

ruba

han

ini (

mis

alny

a, m

asal

ah e

kolo

gi

sepe

rti h

ama

babi

, mas

alah

eko

nom

i sep

erti

in

trod

uksi

tana

man

kom

ersi

al, m

asal

ah

tekn

olog

i sep

erti

pen

ggun

aan

kare

t sin

teti

s, ya

ng m

empe

ngar

uhi h

arga

kar

et a

lam

, at

au m

asal

ah so

sial

-pol

itik

sepe

rti p

eran

g an

tarn

egar

a ya

ng m

enun

tut p

etan

i mud

a m

enja

di te

ntar

a).

• C

ara

mas

yara

kat l

okal

, pem

erin

tah,

dan

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya

men

angg

api

peru

baha

n te

rseb

ut.

Pert

emua

n in

form

al d

enga

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

mer

upak

an k

esem

pata

n ya

ng b

aik

untu

k m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i ten

tang

seja

rah

peng

elol

aan

huta

n. N

amun

di s

ampi

ng it

u, te

tap

pent

ing

untu

k m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i den

gan

cara

yan

g le

bih

sist

emat

is.

Sebe

lum

men

entu

kan

pilih

an m

etod

e/al

at b

antu

ya

ng a

kan

digu

naka

n, a

da b

eber

apa

hal y

ang

patu

t dip

erha

tika

n:•

Past

ikan

lah

bahw

a se

mua

kel

ompo

k so

sial

te

rwak

ili d

alam

pen

gum

pula

n da

ta, t

erm

asuk

pe

rem

puan

. Sek

alip

un b

elum

men

gide

ntifi

kasi

se

cara

rinc

i sia

pa p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n,

dari

inte

raks

i aw

al, A

nda

tela

h m

emili

ki

gam

bara

n te

ntan

g si

apa

saja

mer

eka.

Pen

ting

un

tuk

disa

dari

bah

wa

kelo

mpo

k-ke

lom

pok

yang

ber

beda

aka

n m

empu

nyai

pen

gala

man

se

jara

h ya

ng b

erbe

da p

ula.

• D

i ant

ara

para

kel

ompo

k, o

rang

-ora

ng

yang

tua

mer

upak

an su

mbe

r pen

ting

unt

uk

men

emuk

an fa

kta

seja

rah.

Di s

ampi

ng it

u,

peja

bat p

emer

inta

h at

au p

erus

ahaa

n ya

ng

tela

h be

rada

di l

okas

i pro

gram

And

a be

bera

pa

lam

a bi

sa m

erup

akan

sum

ber b

erha

rga

untu

k m

enda

patk

an in

form

asi.

Page 166: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

150 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Ada

ber

baga

i met

ode/

alat

ban

tu u

ntuk

m

engu

mpu

lkan

dat

a. S

anga

t mem

bant

u ad

alah

al

at-a

lat b

antu

PR

A. A

nda

dapa

t men

ggun

akan

:•

Waw

anca

ra se

mite

rstr

uktu

r•

Disk

usi k

elom

pok

terf

okus

(FG

D)

• A

lur s

ejar

ah y

ang

diko

mbi

nasik

an d

enga

n m

etod

e di

strib

usi k

erik

il•

Tra

nsek

seja

rah

lans

kap

• P

emet

aan

sum

ber d

aya

dan

pem

etaa

n so

sial

seca

ra p

artis

ipat

if

2B

. P

ara

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

,

kep

en

tin

gan

ny

a,

dan

hu

bu

ng

an

di a

nta

ra m

ere

ka

Ting

kat k

eter

libat

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n ak

an m

empe

ngar

uhi

peng

guna

an d

an p

enge

lola

an

huta

n. K

aren

anya

, pen

ting

unt

uk

men

geta

hui s

iapa

mer

eka,

apa

ke

pent

inga

nnya

, dan

bag

aim

ana

mer

eka

salin

g be

rhub

unga

n. D

i sa

mpi

ng it

u, m

enge

nali

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

emun

gkin

kan

And

a m

empe

rtim

bang

kan

kebu

tuha

n m

erek

a ya

ng m

ungk

in sa

ja a

kan

kura

ng

diun

tung

kan

dala

m su

atu

prog

ram

ke

huta

nan.

Den

gan

dem

ikia

n, A

nda

akan

dap

at m

emas

tika

n pe

mba

gian

ya

ng a

dil d

ari m

anfa

at p

rogr

am.

Unt

uk m

enge

nali

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n lo

kal A

nda

dapa

t men

ggun

akan

per

tany

aan-

pert

anya

an k

unci

ber

ikut

seba

gai p

edom

an:

• Si

apa

yang

cen

deru

ng d

ipen

garu

hi o

leh

kegi

atan

pen

gelo

laan

hut

an, b

aik

seca

ra p

osit

if at

aupu

n ne

gati

f?•

Siap

a ya

ng, j

ika

berp

arti

sipa

si, a

kan

men

jadi

kan

peng

elol

aan

huta

n le

bih

efek

tif

(ata

u si

apa

yang

, jik

a ti

dak

berp

arti

sipa

si, a

kan

men

jadi

kann

ya k

uran

g ef

ekti

f)?

• Si

apa

yang

mun

gkin

men

enta

ng p

raka

rsa

peng

elol

aan

huta

n? A

pa y

ang

dapa

t dila

kuka

n un

tuk

men

doro

ng p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n in

i bek

erja

sam

a?

Beb

erap

a al

at b

antu

ata

u m

etod

e ya

ng

berm

anfa

at u

ntuk

men

gena

li da

n m

enel

iti p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n ad

alah

:•

Mat

riks s

iapa

yan

g pe

rlu d

iper

timba

ngka

n•

Dia

gram

Ven

n•

Pen

yort

iran

kart

u sk

or•

Ker

angk

a ta

nggu

ng ja

wab

, hak

, has

il, d

an

hubu

ngan

(T

H3)

• M

atrik

s per

selis

ihan

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

• P

enga

mat

an te

rliba

t (pa

rtic

ipan

t obs

erva

tion)

Page 167: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 151

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Ana

lisis

pem

angk

u ke

pent

inga

n se

ring

di

guna

kan

seba

gai d

asar

per

anca

ngan

pr

ogra

m d

an se

cara

um

um d

iang

gap

perl

u un

tuk

pene

rapa

n pr

ogra

m y

ang

efek

tif.

Teta

pi a

nalis

is in

i dap

at p

ula

digu

naka

n un

tuk

mem

bant

u pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

emah

ami

pent

ingn

ya p

ihak

lain

dal

am si

stem

hu

tan

yang

sam

a. K

etik

a m

elak

ukan

pe

ngka

jian

lapa

ngan

tent

ang

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

And

a ak

an

mel

ihat

bah

wa

kajia

n in

i dap

at

mem

bant

u m

erek

a un

tuk

men

yada

ri

send

iri k

ehad

iran

pem

angk

u ke

pent

inga

n la

inny

a da

n ba

gaim

ana

hal i

ni m

empe

ngar

uhi k

ehid

upan

m

erek

a.

Inga

tlah

bah

wa

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n bi

sa

pers

eora

ngan

, kel

ompo

k m

asya

raka

t, le

mba

ga,

atau

org

anis

asi (

sepe

rti k

elom

pok

sim

pan-

pinj

am p

erem

puan

). P

eman

gku

kepe

ntin

gan

dapa

t pul

a m

erup

akan

inst

ansi

form

al (

mis

alny

a,

dina

s keh

utan

an),

ata

upun

kel

ompo

k in

form

al

(mis

alny

a, k

elom

pok

tani

).

Lang

kah

beri

kutn

ya a

dala

h m

enge

mba

ngka

n pe

mah

aman

tent

ang

berb

agai

kep

enti

ngan

pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

sert

a m

emah

ami

cara

mer

eka

berh

ubun

gan

satu

den

gan

lain

nya.

Pe

rtan

yaan

pen

ting

yan

g da

pat d

igun

akan

unt

uk

men

ggal

i inf

orm

asi t

enta

ng h

al in

i ada

lah:

• B

agai

man

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

ggun

akan

dan

men

gelo

la su

mbe

r day

a hu

tan?

• B

aran

g da

n ja

sa a

pa y

ang

mer

eka

dapa

tkan

da

ri su

mbe

r day

a hu

tan

yang

ada

itu?

• A

pa sa

ja h

ak m

erek

a at

as su

mbe

r day

a te

rseb

ut, b

aik

seca

ra d

e ju

re (

lega

l, re

smi)

at

aupu

n de

fact

o (d

alam

ken

yata

anny

a)?

• B

agai

man

a pa

ndan

gan

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

ntan

g pe

man

faat

an d

an

peng

elol

aan

sum

ber d

aya

huta

n te

rseb

ut o

leh

piha

k la

in?

• A

paka

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

ggun

akan

dan

men

gelo

la su

mbe

r day

a ya

ng sa

ma?

Jika

“ya

”, b

agai

man

a hu

bung

an d

i an

tara

mer

eka

dala

m h

al in

i?

Page 168: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

152 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

And

a da

pat m

engg

unak

an b

erba

gai c

ara

untu

k m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i (un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

ke

pent

inga

nnya

, ata

u hu

bung

an d

i ant

ara

mer

eka)

, sep

erti

:•

Peng

umpu

lan

info

rmas

i dar

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

itu

send

iri.

• Pe

ngum

pula

n in

form

asi d

ari p

erse

oran

gan,

m

aupu

n ke

lom

pok

yang

ban

yak

tahu

tent

ang

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n.•

Peng

umpu

lan

data

dar

i dok

umen

-dok

umen

. •

Peng

amat

an te

rhad

ap p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n in

tera

ksi m

erek

a.

Di b

awah

ini d

iber

ikan

daf

tar c

ara

yang

seri

ng

digu

naka

n un

tuk

men

gena

li da

n m

engk

aji p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n. A

nda

dapa

t mem

ilih

cara

yan

g pa

ling

sesu

ai d

enga

n ke

butu

han

And

a.

Pe

nd

ekata

n-p

en

de

kata

n y

an

g s

eri

ng

dig

un

akan

un

tuk

me

ng

ide

nti

fi k

as

i p

ara

pe

ma

ng

ku

ke

pe

nti

ng

an

• Id

entifi

kas

i ole

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

itu se

ndiri

: Sta

f pro

yek

men

yeba

rkan

info

rmas

i mel

alui

med

ia lo

kal a

tau

pada

saat

kun

jung

an

lapa

ngan

dan

men

gund

ang

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

ghad

iri p

erte

mua

n.R

esik

o: M

erek

a ya

ng k

uran

g m

empu

nyai

aks

es te

rhad

ap m

edia

ters

ebut

bis

a sa

ja ti

dak

akan

men

erim

a in

form

asi i

tu. P

ihak

yan

g ku

rang

be

rpen

didi

kan

atau

lebi

h m

iski

n m

ungk

in a

kan

mer

asa

bahw

a m

erek

a ti

dak

perl

u da

tang

. Kee

ngga

nan

untu

k m

engh

adir

i per

tem

uan

bisa

te

rjad

i pad

a pi

hak

yang

ber

sika

p m

enen

tang

kar

ena

mem

iliki

pen

gala

man

kur

ang

baik

dal

am k

egia

tan

yang

ber

hubu

ngan

den

gan

huta

n di

m

asa

lalu

.

Page 169: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 153

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

• Id

entifi

kas

i ole

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

lain

: Par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

diid

enti

fi kas

i pad

a ta

hap

awal

dap

at d

ijadi

kan

sum

ber

info

rmas

i ten

tang

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya.

Bia

sany

a, p

ende

kata

n in

i jug

a m

emba

ntu

untu

k m

emah

ami s

iapa

saja

yan

g di

angg

ap

seba

gai w

akil

oleh

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Sel

ain

itu,

car

a in

i jug

a da

pat m

enol

ong

kita

men

gide

ntifi

kasi

pih

ak la

in y

ang

pent

ing

untu

k di

pert

imba

ngka

n ka

rena

mer

eka

dapa

t ter

peng

aruh

i ole

h pr

oyek

.R

esik

o: K

etik

a di

tany

a te

ntan

g pe

man

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya,

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

rten

tu b

isa

saja

lebi

h m

enyu

kai p

ihak

tert

entu

se

men

tara

men

ying

kirk

an p

ihak

yan

g ku

rang

dis

ukai

nya.

• Id

entifi

kas

i mel

alui

ora

ng a

tau

kelo

mpo

k ya

ng b

anya

k ta

hu: O

rang

ata

u ke

lom

pok

tert

entu

dap

at m

enja

di su

mbe

r inf

orm

asi y

ang

baik

unt

uk

men

gide

ntifi

kasi

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

mis

alny

a or

ang

yang

dit

uaka

n di

des

a, p

erem

puan

, sta

f din

as k

ehut

anan

, ata

u m

asya

raka

t des

a te

tang

ga.

Res

iko:

Par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

kur

ang

tam

pak

bisa

jadi

aka

n ku

rang

terw

akili

.

• Id

entifi

kas

i mel

alui

staf

lapa

ngan

pro

yek:

Sta

f yan

g te

lah

ting

gal d

an b

eker

ja d

i lok

asi y

ang

bers

angk

utan

sela

ma

bebe

rapa

wak

tu m

ungk

in a

kan

mem

iliki

pen

geta

huan

yan

g be

rhar

ga u

ntuk

mem

bant

u m

engi

dent

ifi ka

si p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n.R

esik

o: S

taf d

apat

mem

ilih

indi

vidu

ata

u ke

lom

pok

yang

per

nah

beke

rja

deng

anny

a sa

ja. P

erem

puan

mun

gkin

aka

n ku

rang

terw

akili

.

• Id

entifi

kas

i ber

dasa

rkan

dat

a de

mog

rafi :

Kel

ompo

k-ke

lom

pok

sosi

al d

iiden

tifi k

asi s

ecar

a si

stem

atis

ber

dasa

rkan

kar

akte

rist

ik d

emog

rafi s

sepe

rti

usia

, pek

erja

an, a

tau

jend

er. S

esud

ah it

u, k

elom

pok-

kelo

mpo

k ya

ng m

enun

jukk

an k

epen

ting

an y

ang

tern

yata

sam

a di

kelo

mpo

kkan

men

jadi

sa

tu k

elom

pok.

Res

iko:

Kal

au k

ita

men

ggun

akan

ban

yak

kara

kter

isti

k, m

aka

jum

lah

pem

angk

u ke

pent

inga

n ya

ng te

ride

ntifi

kasi

aka

n m

enja

di sa

ngat

bes

ar;

kons

ekue

nsin

ya ta

hap

pela

ksan

aan

proy

ek a

kan

suka

r unt

uk d

itan

gani

.

2C

. K

on

teks k

eb

ijakan

dan

kele

mb

ag

aan

Huk

um, r

egul

asi p

emer

inta

h, d

an

atur

an re

smi m

empe

ngar

uhi b

agai

man

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

mem

anfa

atka

n da

n m

enge

lola

hut

an

dan

baga

iman

a m

erek

a be

rhub

unga

n sa

tu sa

ma

lain

nya

dala

m p

enge

lola

an

huta

n.

And

a da

pat m

enge

mba

ngka

n pe

mah

aman

das

ar

tent

ang

kera

ngka

keb

ijaka

n da

n ke

lem

baga

an

yang

terk

ait d

enga

n pe

ngel

olaa

n hu

tan

mel

alui

pe

ngum

pula

n in

form

asi t

enta

ng a

spek

-asp

ek

beri

kut:

Ada

ber

baga

i ala

t ban

tu y

ang

ters

edia

unt

uk

men

gum

pulk

an in

form

asi t

enta

ng k

ebija

kan.

N

amun

kar

ena

mas

ing-

mas

ing

alat

mem

iliki

ke

ungg

ulan

dan

kel

emah

an, a

kan

sang

at

mem

bant

u jik

a A

nda

men

gkom

bina

sika

n al

at-

alat

yan

g be

rbed

a da

lam

men

gum

pulk

an d

ata.

B

eber

apa

alat

ban

tu y

ang

bisa

dig

unak

an:

Page 170: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

154 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Pada

gili

rann

ya h

al in

i aka

n m

empe

ngar

uhi k

esej

ahte

raan

m

asya

raka

t dan

kon

disi

hut

an. M

aka,

se

baga

i fas

ilita

tor A

CM

, And

a ha

rus

men

gem

bang

kan

pem

aham

an y

ang

cuku

p te

ntan

g ha

l-ha

l ini

.

• St

atus

huk

um w

ilaya

h hu

tan

dan

sum

ber

daya

di l

okas

i (m

isal

nya

huta

n ne

gara

yan

g di

beri

kan

seba

gai k

onse

si (

HPH

) ke

pada

pe

rusa

haan

, hut

an n

egar

a ya

ng d

iber

ikan

pe

ngel

olaa

nnya

kep

ada

mas

yara

kat l

okal

(s

eper

ti H

Km

), h

ak p

eneb

anga

n ka

yu y

ang

dibe

rika

n ke

pada

kel

ompo

k pe

nggu

na h

utan

, at

au h

utan

mili

k pe

rseo

rang

an).

• K

ebija

kan

yang

ber

kena

an d

enga

n w

ilaya

h hu

tan

dan

sum

ber d

aya

huta

n di

loka

si

yang

ber

sang

kuta

n (b

aik

kebi

jaka

n na

sion

al

mau

pun

daer

ah);

term

asuk

keb

ijaka

n no

nkeh

utan

an y

ang

mem

peng

aruh

i pe

ngel

olaa

n hu

tan

(mis

alny

a ke

bija

kan

tran

smig

rasi

, keb

ijaka

n ag

rari

a).

• C

ara

kebi

jaka

n it

u m

empe

ngar

uhi

pem

anfa

atan

dan

pen

gelo

laan

hut

an o

leh

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

• In

stan

si p

emer

inta

h ap

a sa

ja y

ang

terl

ibat

da

lam

per

enca

naan

, pel

aksa

naan

, dan

pe

ngaw

asan

keb

ijaka

n te

rseb

ut.

• C

ara

mas

yara

kat d

an p

eman

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya

terl

ibat

dal

am p

eren

cana

an,

pela

ksan

aan,

dan

pem

anta

uan

kebi

jaka

n te

rseb

ut.

• P

engk

ajia

n do

kum

en te

rtul

is•

Waw

anca

ra se

mite

rstr

uktu

r•

Waw

anca

ra ta

k te

rstr

uktu

r•

Disk

usi k

elom

pok

terf

okus

(FG

D)

Page 171: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 155

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

2D

. Ko

nte

ks b

iofi

sik

And

a da

pat m

engg

unak

an d

afta

r per

tany

aan

di

baw

ah in

i seb

agai

pan

duan

dal

am m

engu

mpu

lkan

in

form

asi p

enti

ng te

ntan

g lin

gkun

gan

biofi

sik:

• B

agai

man

a ke

adaa

n su

mbe

r day

a hu

tan

yang

ad

a sa

at in

i (ro

tan,

bua

h-bu

ahan

, kay

u da

n la

in-l

ain)

? Bag

aim

ana

jika

diba

ndin

gkan

de

ngan

mas

a la

lu?

• D

enga

n ca

ra a

pa sa

ja su

mbe

r day

a te

rseb

ut

digu

naka

n? A

pa sa

ja k

emun

gkin

an

dam

pakn

ya?

• B

agai

man

a ko

ndis

i hut

an sa

at in

i dal

am h

al

kean

ekar

agam

an h

ayat

i?•

Apa

kah

ada

indi

kasi

aka

n te

rjad

inya

deg

rada

si

huta

n (s

eper

ti e

rosi

tana

h)?

• B

agai

man

a de

ngan

kej

adia

n da

n lu

asny

a be

ncan

a al

am (

sepe

rti b

anjir

dan

keb

akar

an)

di d

aera

h ya

ng b

ersa

ngku

tan?

Ada

kah

kece

nder

unga

nnya

?

Ala

t ban

tu y

ang

dapa

t dig

unak

an u

ntuk

men

ilai

kont

eks b

iofi s

ik a

dala

h:•

Disk

usi k

elom

pok

terf

okus

(FG

D)

• M

etod

e di

strib

usi k

erik

il •

Pen

ilaia

n ce

pat k

eane

kara

gam

an h

ayat

i (ra

pid

biod

iver

sity

asse

ssm

ent)

• K

riter

ia d

an in

dika

tor (

K&

I)

2E

. Kead

aaan

so

sia

l-b

ud

aya d

an

eko

no

mi

Mem

aham

i kea

daan

sosi

al m

erup

akan

ha

l pen

ting

kar

ena

akan

mem

beri

ga

mba

ran

tent

ang

fakt

or-f

akto

r so

sial

, bud

aya,

dan

eko

nom

i yan

g m

empe

ngar

uhi p

eman

faat

an d

an

peng

elol

aan

huta

n.

Unt

uk m

emah

ami k

onte

ks so

sial

-bud

aya

dan

ekon

omi A

nda

perl

u m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i te

ntan

g ha

l-ha

l ber

ikut

:•

Ber

apa

besa

r pop

ulas

i di t

empa

t ter

sebu

t?

Apa

kah

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

elih

at

adan

ya k

ebut

uhan

unt

uk m

enye

imba

ngka

n ju

mla

h pe

ndud

uk d

enga

n ke

ters

edia

an su

mbe

r da

ya a

lam

?

Ala

t-al

at y

ang

dapa

t dig

unak

an u

ntuk

m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i ten

tang

kon

teks

sosi

al

loka

l ada

lah

anta

ra la

in:

• P

engk

ajia

n do

kum

en te

rtul

is•

Waw

anca

ra•

Disk

usi k

elom

pok

terf

okus

(FG

D)

• P

enga

mat

an la

ngsu

ng•

Pen

gam

atan

terli

bat (

part

icip

ant o

bser

vatio

n)

Page 172: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

156 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

• B

agai

man

a an

gka

keak

sara

an d

an ti

ngka

t pe

ndid

ikan

men

urut

usi

a, je

nder

, dan

kel

ompo

k et

nik?

Bag

aim

ana

peng

elom

poka

n so

sial

pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

di lo

kasi

yan

g be

rsan

gkut

an?

• A

pa su

mbe

r pen

ghid

upan

yan

g ut

ama

di lo

kasi

it

u? B

erap

a ra

ta-r

ata

pend

apat

an ru

mah

tang

ga?

Bag

aim

ana

pem

bagi

an k

erja

(je

nder

) da

lam

ru

mah

tang

ga?

• A

pa m

akna

hut

an b

agi p

ara

piha

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

ber

beda

dar

i seg

i sos

ial-

buda

ya, e

kono

mi,

dan

ekol

ogi?

• D

enga

n ca

ra a

pa p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

emen

uhi k

ebut

uhan

pan

gann

ya? A

paka

h in

i ber

hubu

ngan

den

gan

huta

n? A

paka

h ba

gian

yan

g di

pero

leh

dari

pen

ggun

aan

huta

n di

inve

stas

ikan

kem

bali

ke h

utan

? Apa

kah

untu

k ke

giat

an p

rodu

ksi a

tau

kons

erva

si, a

tau

kedu

anya

?•

Siap

a, o

rgan

isas

i, at

au le

mba

ga a

pa y

ang

mem

egan

g pe

ran

kepe

mim

pina

n da

n m

emili

ki

kend

ali a

tas p

engg

unaa

n ta

nah

huta

n da

n su

mbe

r day

a hu

tan,

sert

a di

stri

busi

man

faat

nya?

• A

paka

h m

erek

a di

horm

ati o

leh

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

mem

aink

an p

eran

ters

ebut

? B

agai

man

a ka

um p

erem

puan

mel

ihat

hal

ini?

• A

paka

h m

erek

a m

ewak

ili p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pen

gam

bila

n ke

putu

san

tent

ang

sum

ber d

aya?

Jika

“ya

”, d

enga

n ca

ra

apa?

Apa

kah

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n

Page 173: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 157

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

mer

asa

bahw

a ha

l itu

dila

kuka

n de

ngan

ca

ra y

ang

adil?

Bag

aim

ana

kaum

per

empu

an

mer

asak

an h

al te

rseb

ut?

• A

daka

h m

ekan

ism

e pe

ngel

olaa

n ko

nfl ik

yan

g di

teri

ma

dan

dian

ggap

efe

ktif

oleh

sem

ua

pem

angk

u ke

pent

inga

n?•

Apa

kah

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n lo

kal

beri

nter

aksi

dan

ber

kom

unik

asi d

enga

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n lu

ar? J

ika

“ya”

, mel

alui

m

ekan

ism

e ap

a da

n ap

akah

mew

akili

ber

baga

i ke

pent

inga

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

loka

l? B

agai

man

a m

asya

raka

t men

gelo

la

konfl

ik d

i ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n,

baik

di d

alam

mau

pun

di lu

ar w

ilaya

h ke

tika

ha

l ter

sebu

t ter

jadi

?

2F

. K

erj

asam

a p

ara

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

dan

kem

am

pu

an

nya u

ntu

k b

ela

jar

berk

ola

bo

rasi

dan

bera

dap

tasi

Men

ging

at tu

juan

AC

M a

dala

h m

enge

mba

ngka

n ke

rja

sam

a da

n pe

mbe

laja

ran

di a

ntar

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan,

pen

ting

bah

wa

And

a m

emili

ki g

amba

ran

tent

ang

ting

kat

kola

bora

si d

i ant

ara

mer

eka

dan

kem

ampu

anny

a un

tuk

bela

jar d

an

bera

dapt

asi t

erha

dap

peru

baha

n.

Unt

uk m

engk

aji k

onte

ks in

i, in

form

asi t

enta

ng

aspe

k-as

pek

beri

kut p

enti

ng u

ntuk

dik

umpu

lkan

:•

Apa

kah

ada

orga

nisa

si a

tau

mek

anis

me

(mis

alny

a di

skus

i inf

orm

al, p

erte

mua

n du

sun

atau

des

a, a

tau

foru

m p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n) y

ang

digu

naka

n pa

ra p

ihak

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k be

rtem

u se

rta

bert

ukar

info

rmas

i dan

pen

geta

huan

, mem

buat

re

ncan

a, d

an m

enga

mbi

l kep

utus

an te

ntan

g pe

ngel

olaa

n hu

tan?

And

a da

pat m

engg

unak

an a

lat y

ang

sam

a se

pert

i pa

da la

ngka

h 2B

dan

2E.

Page 174: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

158 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

• A

paka

h se

tiap

pem

angk

u ke

pent

inga

n be

rpar

tisi

pasi

akt

if da

lam

org

anis

asi a

tau

mek

anis

me

sepe

rti i

tu? A

paka

h pa

rtis

ipas

i da

lam

keg

iata

n te

rjad

i den

gan

suka

rela

?•

Apa

kah

sem

ua p

ihak

men

dapa

tkan

kes

empa

tan

yang

sam

a un

tuk

men

gkom

unik

asik

an

pand

anga

n m

erek

a da

n ap

akah

kom

unik

asi

dian

ggap

pen

ting

dal

am p

rose

s yan

g te

rjad

i da

lam

org

anis

asi a

tau

mek

anis

me

ini?

Apa

kah

info

rmas

i dap

at m

enga

lir d

enga

n le

luas

a an

tara

se

mua

pem

angk

u ke

pent

inga

n?•

Apa

kah

orga

nisa

si a

tau

mek

anis

me

ini

men

doro

ng p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

bers

ama-

sam

a m

enca

ri in

form

asi?

Apa

ya

ng d

ilaku

kan

deng

an in

form

asi t

erse

but

dan

apak

ah ti

ndak

an m

erek

a di

dasa

rkan

pad

a in

form

asi i

tu? A

paka

h in

form

asi t

erse

but

digu

naka

n un

tuk

mem

anta

u ke

putu

san

yang

di

buat

dan

tind

akan

yan

g di

laku

kan?

• Ji

ka ti

ngka

t keo

rgan

isas

ian

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n re

ndah

, mak

a fa

ktor

-fak

tor a

paka

h ya

ng m

enye

babk

an h

al te

rseb

ut (

mis

alny

a,

fakt

or so

sial

-bud

aya,

sepe

rti k

esuk

uan,

ata

u fa

ktor

seja

rah

sepe

rti k

onfl i

k di

mas

a la

lu).

• Ji

ka k

eorg

anis

asia

n at

au m

ekan

ism

e se

pert

i it

u ad

a, te

tapi

kom

unik

asi a

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

rham

bat,

arus

in

form

asi t

erba

tas,

atau

pen

gam

bila

n ke

putu

san

kura

ng m

empe

rtim

bang

kan

pand

anga

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n, fa

ktor

-fak

tor a

pa y

ang

men

yeba

bkan

nya?

Page 175: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 159

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

3.

Iden

tifi

kasi p

oko

k

perm

asala

han

yan

g i

ng

in

dit

an

gan

i b

ers

am

a o

leh

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Dar

i pen

gkaj

ian

yang

tela

h A

nda

laku

kan

sam

pai s

aat i

ni, s

ehar

usny

a A

nda

tela

h da

pat m

endu

ga

perm

asal

ahan

apa

yan

g be

rken

aan

deng

an h

utan

di l

okas

i pro

gram

A

nda.

And

a da

pat m

engg

unak

an

peng

etah

uan

ini s

ebag

ai d

asar

un

tuk

mem

bant

u pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m m

engi

dent

ifi ka

si

poko

k-po

kok

perm

asal

ahan

yan

g in

gin

mer

eka

tang

ani b

ersa

ma.

Pada

lang

kah

ini,

pent

ing

untu

k m

emah

ami b

ahw

a:•

Buk

an A

nda

seba

gai f

asili

tato

r ya

ng m

enen

tuka

n ap

a po

kok

perm

asal

ahan

nya,

teta

pi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n it

u se

ndir

i.•

Iden

tifi k

asi m

asal

ah a

dala

h pr

oses

ya

ng it

erat

if ya

ng p

erlu

dila

kuka

n be

rula

ng k

ali s

epan

jang

pro

ses

pene

litia

n ak

si p

arti

sipa

tif (

lihat

K

egia

tan

2, L

angk

ah 3

di b

awah

in

i).

Ada

ber

baga

i car

a un

tuk

men

dam

ping

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m m

engi

dent

ifi ka

si

poko

k pe

rmas

alah

an. P

iliha

nnya

terg

antu

ng

pada

tata

nan

sosi

al d

i tem

pat p

rogr

am A

nda

dila

ksan

akan

. Sec

ara

umum

dap

at d

ikat

akan

ba

hwa

cara

yan

g te

rbai

k da

lam

kea

daan

yan

g di

hada

pi a

kan

dite

ntuk

an o

leh:

• K

eane

kara

gam

an p

eman

gku

kepe

ntin

gan:

m

akin

ber

agam

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gann

ya, m

aka

mak

in b

anya

k pu

la

upay

a ya

ng d

ibut

uhka

n un

tuk

mer

angk

um

pers

pekt

if se

mua

pih

ak, y

ang

seca

ra u

mum

be

rart

i bah

wa

dibu

tuhk

an a

lat b

antu

yan

g le

bih

vari

atif

dala

m m

elak

ukan

tuga

s And

a.•

Ting

kat p

endi

dika

n/ke

aksa

raan

: sec

ara

umum

da

pat d

ikat

akan

bah

wa

sem

akin

rend

ah

ting

kat p

endi

dika

n pe

sert

a, se

mak

in lo

ngga

r st

rukt

ur m

etod

e ya

ng d

apat

dig

unak

an,

kare

na p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n de

ngan

ti

ngka

t pen

didi

kan/

keak

sara

an y

ang

rend

ah

tida

k te

rbia

sa d

enga

n ca

ra p

embe

laja

ran

yang

te

rstr

uktu

r.

Con

toh

alat

ban

tu y

ang

dapa

t dig

unak

an

untu

k m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

engi

dent

ifi ka

si p

okok

per

mas

alah

an a

dala

h:•

Disk

usi k

elom

pok

terf

okus

(FG

D)

• B

erba

gai a

lat p

engk

ajia

n pa

rtisi

patif

(PR

A)

sepe

rti p

emet

aan

part

isipa

tif d

an tr

anse

k•

Kal

ende

r mus

im y

ang

diko

mbi

nasi

kan

deng

an

disk

usi k

elom

pok

terf

okus

• D

iagr

am la

ba-la

ba

Page 176: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

160 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Apa

pun

cara

yan

g di

pilih

, And

a pe

rlu

mem

pert

imba

ngka

n ha

l-ha

l ber

ikut

:•

Pusa

tkan

upa

ya A

nda

pada

usa

ha y

ang

efek

tif

untu

k m

enan

gkap

pok

ok p

erm

asal

ahan

dar

i be

rbag

ai p

ersp

ektif

yan

g ad

a. A

daka

n pe

rtem

uan

kons

ulta

si se

cara

terp

isah

bag

i kel

ompo

k ya

ng k

uran

g m

ampu

men

gart

ikul

asik

an

pand

anga

nnya

. Kon

sult

asi s

emac

am in

i dap

at

mem

bant

u m

erek

a un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

dan

m

erum

uska

n m

asal

ah ta

npa

“int

erve

nsi”

pih

ak

lain

.•

Dam

ping

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

ende

kati

per

mas

alah

anny

a se

cara

hol

isti

k,

arti

nya

deng

an m

elih

at m

asal

ah-m

asal

ah d

ari

berb

agai

per

spek

tif,

yakn

i per

spek

tif s

osia

l-bu

daya

, eko

nom

i, da

n ek

olog

i.•

Ada

kan

pert

emua

n de

ngan

men

ggun

akan

vi

sual

isasi

dan

pem

buat

an b

agan

/dia

gram

seba

gai

unsu

r pok

ok d

alam

pro

ses p

embe

laja

ran

dari

pada

met

ode

tert

ulis

. Ala

t ban

tu v

isua

l dan

ba

gan/

diag

ram

aka

n m

empe

rmud

ah a

nalis

is

hubu

ngan

yan

g ko

mpl

eks d

an k

omun

ikas

i an

tara

kel

ompo

k. P

ada

umum

nya

oran

g ak

an

lebi

h m

udah

mem

aham

i pre

sent

asi i

nfor

mas

i be

rgam

bar d

arip

ada

info

rmas

i ter

tulis

. La

mpi

ran

2 m

embe

rika

n be

bera

pa c

onto

h al

at

bant

u vi

sual

dan

dia

gram

.

Page 177: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 161

Keg

iata

n 2

: M

en

go

rgan

isasik

an

Pem

bela

jara

n

Tuju

an k

egia

tan

ini a

dala

h m

elet

akka

n la

ndas

an st

rukt

ural

unt

uk m

enye

leng

gara

kan

peke

rjaa

n fa

silit

asi A

nda.

Ada

em

pat p

rins

ip y

ang

dapa

t A

nda

guna

kan

untu

k m

enye

leng

gara

kan

pem

bela

jara

n gu

na m

endo

rong

kon

disi

yan

g di

perl

ukan

aga

r par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

bela

jar

bers

ama:

• Pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

haru

s mem

puny

ai ra

sa k

epem

ilika

n at

as p

embe

laja

ran

ters

ebut

• Se

mua

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

haru

s ter

wak

ili d

alam

keg

iata

n be

laja

r•

Pem

bela

jara

n ha

rus t

erja

di m

elal

ui p

enga

lam

an•

Pem

bela

jara

n ha

rus t

erja

di m

elal

ui k

omun

ikas

i.

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

1.

Mem

asti

kan

rasa k

ep

em

ilik

an

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

ata

s k

eg

iata

n p

em

bela

jara

n

Ada

lah

sesu

atu

yang

logi

s bah

wa

kegi

atan

bel

ajar

har

us d

isel

engg

arak

an

sede

mik

ian

rupa

sehi

ngga

ber

mak

na

untu

k se

mua

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

Nam

un, t

anta

ngan

bag

i And

a se

baga

i fa

silit

ator

AC

M a

dala

h m

engu

paya

kan

kese

imba

ngan

aga

r keg

iata

n be

laja

r m

emen

uhi k

ebut

uhan

bel

ajar

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

seca

ra

indi

vidu

al, m

aupu

n ke

butu

han

bela

jar

mer

eka

seba

gai k

elom

pok.

And

a ha

rus m

enye

leng

gara

kan

kegi

atan

bel

ajar

ya

ng m

enga

kom

odas

ikan

hal

-hal

yan

g m

enja

di

perh

atia

n m

asin

g-m

asin

g pe

man

gku

kepe

ntin

gan

seca

ra in

divi

dual

. Pad

a sa

at y

ang

sam

a ke

giat

an

itu

haru

s ter

tuju

pad

a pe

mec

ahan

per

mas

alah

an

yang

dih

adap

i ber

sam

a ol

eh p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n se

baga

i kel

ompo

k.

Unt

uk in

i, A

nda

perl

u m

empe

rtim

bang

kan

dua

aspe

k pe

mbe

laja

ran

yang

pen

ting

: •

Bag

aim

ana

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n se

baga

i kel

ompo

k m

empr

iorit

aska

n po

kok-

poko

k pe

rmas

alah

an u

tam

a un

tuk

dita

ngan

i ber

sam

a.•

Bag

aim

ana

mem

bing

kai u

lang

(re

fram

e)

berb

agai

sudu

t pan

dang

, yak

ni m

emas

ukka

n pe

rmas

alah

an y

ang

dilih

at d

ari b

erba

gai s

udut

pa

ndan

g da

lam

satu

ker

angk

a be

rsam

a.

Ada

ber

baga

i ala

t ban

tu y

ang

dapa

t dig

unak

an

untu

k in

i; be

bera

pa c

onto

h ad

alah

:•

Cur

ah p

enda

pat d

ikom

bina

sika

n de

ngan

pe

mer

ingk

atan

pre

fere

nsi

• T

ekni

k D

elph

i.

Page 178: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

162 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

2.

Men

gem

ban

gkan

kete

rwakil

an

para

pem

an

gk

u k

ep

en

tin

gan

dala

m k

eg

iata

n p

rog

ram

Sem

ua p

eman

gku

kepe

ntin

gan

haru

s te

rlib

at d

alam

pem

bela

jara

n. N

amun

, ka

rena

jum

lah

mer

eka

bany

ak,

And

a ha

nya

dapa

t bek

erja

den

gan

wak

il-w

akil

mer

eka

saja

. Pad

a sa

at

yang

sam

a, h

asil

pem

bela

jara

n ya

ng

And

a se

leng

gara

kan

haru

s sam

pai

kepa

da se

mua

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n bu

kan

hany

a w

akil

atau

pi

mpi

nann

ya sa

ja. K

aren

a it

u, A

nda

perl

u m

enge

mba

ngka

n m

ekan

ism

e ke

terw

akila

n ya

ng e

fekt

if un

tuk

pem

bela

jara

n it

u.

Pada

das

arny

a ad

a ti

ga la

ngka

h ya

ng p

erlu

And

a da

mpi

ngi p

rose

snya

:•

Pem

iliha

n w

akil

deng

an c

ara

yang

adi

l dan

tr

ansp

aran

• M

embe

ntuk

kel

ompo

k-ke

lom

pok

bela

jar a

tau

orga

nisa

si pe

mbe

laja

ran

bagi

par

a w

akil

yang

te

rpili

h ak

an “

dudu

k” d

an te

rlib

at d

alam

pr

oses

bel

ajar

• M

empr

akar

sai a

tau

mem

perb

aiki

mek

anism

e ko

mun

ikas

i ant

ara

para

wak

il da

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

yang

diw

akili

nya

(kon

stit

uen)

M

ekan

ism

e in

i dig

unak

an u

ntuk

mel

ibat

kan

sem

ua p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m

pem

bela

jara

n, w

alau

pun

mer

eka

send

iri t

idak

te

rlib

at la

ngsu

ng d

i dal

am p

rose

snya

. Ada

be

bera

pa h

al y

ang

dapa

t dila

kuka

n un

tuk

hal

ini,

mis

alny

a, p

elap

oran

ata

u ko

nsul

tasi

par

a w

akil

deng

an k

onst

itue

nnya

.

Apa

bila

yan

g di

guna

kan

seba

gai k

elom

pok

bela

jar

atau

mek

anis

me

adal

ah o

rgan

isas

i yan

g su

dah

ada,

And

a pe

rlu

mem

asti

kan

adan

ya m

ekan

ism

e ke

terw

akila

n da

n pe

rtan

ggun

gjaw

aban

(a

kunt

abili

tas)

dan

ber

jala

n ef

ekti

f.

• A

nda

dapa

t men

ggun

akan

ala

t-al

at b

antu

ya

ng te

lah

dise

butk

an d

i ata

s, m

isal

nya

disk

usi k

elom

pok

terf

okus

ata

u w

awan

cara

se

mite

rstr

uktu

r. A

papu

n al

at b

antu

yan

g A

nda

pilih

, kun

ciny

a ad

alah

bah

wa

seba

gai

fasi

litat

or A

CM

And

a m

emba

ntu

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

embu

at

kepu

tusa

n be

rsam

a da

lam

kes

elur

uhan

pro

ses

(lih

at L

ampi

ran

2).

Page 179: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 163

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

3.

Men

gem

ban

gkan

pen

gala

man

para

pem

an

gk

u k

ep

en

tin

gan

mela

lui p

en

eliti

an

aksi

part

isip

ati

f (P

AR

)

Peng

alam

an d

ari k

ehid

upan

nya

ta

adal

ah g

uru

terb

aik

untu

k m

enge

m-

bang

kan

peng

etah

uan.

Pem

bela

jara

n ya

ng d

iban

gun

atas

pen

gala

man

di

sebu

t pem

bela

jara

n m

elal

ui

peng

alam

an (

expe

rient

ial l

earn

ing)

. Pe

nelit

ian

aksi

par

tisi

pati

f (PA

R)

men

awar

kan

suat

u pa

ndua

n un

tuk

men

yele

ngga

raka

n pe

mbe

laja

ran

sem

acam

ini.

PAR

mel

akuk

an h

al in

i de

ngan

men

doro

ng p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

mem

buat

pe

ngam

atan

seca

ra b

erla

njut

, m

embu

at re

ncan

a, b

erti

ndak

, dan

m

erefl

eks

ikan

nya.

And

a da

pat m

engg

unak

an p

enel

itia

n ak

si p

arti

sipa

tif u

ntuk

men

ghad

api

poko

k pe

rmas

alah

an y

ang

tela

h te

ride

ntifi

kasi

sebe

lum

nya

(Keg

iata

n 1,

La

ngka

h 3)

.

Jela

skan

kep

ada

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

enga

pa p

enel

itia

n ak

si p

arti

sipa

tif d

igun

akan

un

tuk

men

ghad

api p

erm

asal

ahan

yan

g te

lah

mer

eka

iden

tifi k

asi.

Pada

taha

p in

i san

gat

pent

ing

untu

k m

empe

rjel

as a

pa p

eran

mer

eka

dala

m p

rose

s itu

. Ini

lebi

h m

udah

diu

capk

an

dari

pada

dila

kuka

n, k

husu

snya

jika

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

tida

k cu

kup

men

gena

l pe

nelit

ian

part

isip

atif,

sem

enta

ra m

erek

alah

pi

hak

utam

a ya

ng h

arus

men

entu

kan

apa

yang

aka

n di

telit

i dan

bag

aim

ana.

Jika

ku

rang

ber

peng

alam

an d

an k

uran

g pe

rcay

a di

ri, p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

ungk

in

akan

men

olak

unt

uk m

enga

mbi

l per

an b

aru

ters

ebut

. Hor

mat

ilah

sika

p m

erek

a, se

kalip

un

And

a ti

dak

men

yetu

juin

ya. J

elas

kan

bahw

a pe

nelit

ian

part

isip

atif

adal

ah p

rose

s yan

g be

rlan

jut d

an b

ahw

a ak

an a

da k

esem

pata

n ba

gi

mer

eka

untu

k m

ener

ima

tang

gung

jaw

ab b

aru

ini s

ecar

a be

rtah

ap.

Seba

gai f

asili

tato

r AC

M, A

nda

mem

iliki

keb

ebas

an

untu

k m

enge

mba

ngka

n al

at b

antu

And

a se

ndir

i at

au m

engg

unak

an y

ang

suda

h ad

a un

tuk

mem

bant

u pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m m

enem

puh

kese

luru

han

pros

es p

enel

itia

n ak

si p

arti

sipa

tif.

And

a pe

rlu

men

gem

bang

kan

pera

ngka

t ala

t ban

tu A

nda

send

iri (

sepe

rti y

ang

dico

ntoh

kan

pada

Lam

pira

n 2)

sehi

ngga

pad

a ak

hirn

ya A

nda

akan

mem

iliki

se

kum

pula

n al

at b

antu

yan

g da

pat A

nda

pilih

sesu

ai

deng

an k

ebut

uhan

. Ing

atla

h ba

hwa

untu

k se

tiap

ko

ntek

s lok

al, A

nda

perl

u m

empe

rkir

akan

terl

ebih

da

hulu

apa

kah

alat

ban

tu se

suai

ata

u ti

dak

untu

k di

guna

kan.

Apa

pun

alat

ban

tu y

ang

And

a pi

lih, p

enti

ng u

ntuk

m

enya

dari

apa

tuju

an d

ari s

etia

p pr

oses

pen

elit

ian

aksi

, ser

ta a

lat b

antu

man

a ya

ng p

alin

g te

pat u

ntuk

m

enca

pai t

ujua

n te

rseb

ut. A

nda

haru

s mem

puny

ai

pem

aham

an y

ang

jela

s ten

tang

apa

yan

g in

gin

dica

pai k

etik

a m

emili

h al

at b

antu

tert

entu

. Pili

han

alat

ban

tu ju

ga a

kan

dite

ntuk

an o

leh

perm

asal

ahan

ya

ng d

ihad

api.

Mis

alny

a, ti

dak

akan

ban

yak

man

faat

un

tuk

And

a m

engg

unak

an p

enel

usur

an tr

anse

k jik

a pe

rsoa

lann

ya a

dala

h ku

rang

nya

pelu

ang

pasa

r unt

uk

hasi

l hut

an. A

lat b

antu

yan

g le

bih

sesu

ai a

dala

h m

isal

nya

kunj

unga

n ke

pus

at-p

usat

pem

asar

an.

Page 180: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

164 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Pem

etaa

n ta

ta b

atas

dan

per

soal

an

pem

erin

taha

n de

sa p

ada

hlm

. 86

dan

hlm

. 87

tela

h di

beri

kan

seba

gai

cont

oh si

klus

pem

bela

jara

n m

elal

ui

peng

alam

an d

ari k

erja

lapa

ngan

ka

mi.

Pada

hlm

. 166

dal

am la

mpi

ran

ini,

kam

i ber

ikan

con

toh

lain

dar

i la

pang

an.

Ura

ikan

den

gan

isti

lah-

isti

lah

yang

jela

s da

n m

udah

dip

aham

i apa

sebe

narn

ya p

rose

s pe

nelit

ian

aksi

par

tisi

pati

f itu

–ya

kni p

rose

s ya

ng m

enca

kup

peng

amat

an, p

eren

cana

an,

aksi

, dan

refl e

ksi.

Teka

nkan

bah

wa

kunc

inya

ad

alah

, keg

iata

n it

u di

laku

kan

seca

ra b

erul

ang-

ulan

g. S

ebag

ai fa

silit

ator

, And

alah

yan

g m

emot

ivas

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

elak

ukan

pro

ses i

tera

tif i

ni.

Seca

ra u

mum

pro

ses m

asin

g-m

asin

g ta

hap

dari

ke

empa

t tah

ap te

rseb

ut d

ipap

arka

n di

baw

ah

ini.

Ber

ikut

ini a

dala

h be

bera

pa c

onto

h al

at b

antu

ya

ng d

apat

dig

unak

an p

ada

mas

ing-

mas

ing

taha

p pe

nelit

ian

aksi

par

tisi

pati

f. Ya

ng te

rbai

k ad

alah

m

engk

ombi

nasi

kan

bebe

rapa

ala

t ban

tu se

hing

ga

kele

mah

an a

lat b

antu

tert

entu

dap

at d

iata

si o

leh

alat

ban

tu la

inny

a.

Pent

ing

juga

unt

uk d

iinga

t bah

wa

sepa

njan

g si

klus

pe

nelit

ian

aksi

par

tisi

pati

f And

a m

engg

unak

an a

lat

bant

u un

tuk

men

ingk

atka

n ko

mun

ikas

i, te

rmas

uk

di d

alam

nya

kem

ampu

an u

ntuk

men

yim

ak a

pa

yang

dis

ampa

ikan

ora

ng la

in. B

eber

apa

alat

ban

tu

disa

rank

an p

ada

Keg

iata

n 2,

Lan

gkah

4.

Pen

gam

atan

: Par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

men

ilai p

okok

-pok

ok p

erso

alan

yan

g ak

an

dita

ngan

i, be

rtuk

ar p

enda

pat t

enta

ng

kem

ungk

inan

pen

yeba

bnya

, dan

mem

ikir

kan

kem

ungk

inan

stra

tegi

pen

yele

saia

nnya

. Pe

ntin

g pu

la u

ntuk

bel

ajar

dar

i pen

gala

man

m

asa

lalu

.

Pen

gam

atan

: Per

an A

nda

seba

gai f

asili

tato

r pa

da ta

hap

ini a

dala

h m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

dua

pro

ses u

tam

a:i.

Mem

buat

pen

afsi

ran

bers

ama

atas

pen

gam

atan

ya

ng te

lah

dila

kuka

n.ii.

Ber

dasa

rkan

pen

afsi

ran

ters

ebut

, ber

sam

a-sa

ma

mer

umus

kan

apa

poko

k pe

rmas

alah

anny

a.

Pada

taha

p pe

ngam

atan

, gam

bar v

isual

ata

u di

agra

m

akan

sang

at m

emba

ntu.

Ala

t ban

tu v

isua

l sep

erti

pe

ta, g

amba

r, fo

to, d

an b

agan

sang

at e

fekt

if da

lam

m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

enaf

sirk

an

apa

yang

mer

eka

lihat

, den

gar,

dan

rasa

kan

sela

ma

peng

amat

an. A

lat-

alat

itu

juga

sang

at m

emba

ntu

dala

m m

engu

ngka

pkan

dan

mer

umus

kan

poko

k pe

rmas

alah

an y

ang

mun

cul.

Page 181: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 165

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Per

enca

naan

: Pad

a ta

hap

awal

pen

elit

ian

aksi

par

tisi

pati

f, pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

gem

bang

kan

suat

u vi

si y

ang

dise

paka

ti

bers

ama

–sua

tu k

ondi

si id

eal y

ang

dici

ta-c

itak

an

untu

k m

asa

depa

n (m

isal

nya

3, 1

5, a

tau

25

tahu

n da

ri sa

at p

enel

itia

n pa

rtis

ipat

if di

mul

ai)

sete

lah

berh

asil

men

anga

ni p

erso

alan

yan

g te

lah

diid

enti

fi kas

i. M

erek

a m

enye

paka

ti st

rate

gi u

ntuk

m

ewuj

udka

n ci

ta-c

ita

itu

sert

a m

enge

mba

ngka

n re

ncan

a pe

nera

pan

dan

pem

anta

uann

ya. M

erek

a ju

ga m

enye

paka

ti p

eran

dan

tang

gung

jaw

ab

mer

eka

mas

ing-

mas

ing,

mau

pun

baga

iman

a m

enda

patk

an d

an m

enga

loka

sika

n su

mbe

r day

a ya

ng d

iper

luka

n.

Jika

pen

elit

ian

aksi

par

tisi

pati

f sud

ah b

erad

a pa

da

ting

kat y

ang

lanj

ut, p

ada

taha

p pe

renc

anaa

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

entu

kan

aksi

ap

a ya

ng a

kan

diam

bil s

elan

jutn

ya b

erda

sark

an

pela

jara

n da

ri re

fl eks

i seb

elum

nya.

Per

enca

naan

: Seb

elum

keg

iata

n pe

renc

anaa

nnya

, A

nda

perl

u m

enda

mpi

ngi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

men

gem

bang

kan

visi

ber

sam

a ya

ng b

erke

naan

den

gan

poko

k pe

rsoa

lan

yang

ak

an d

itan

gani

. Beb

erap

a al

at b

antu

yan

g da

pat

digu

naka

n un

tuk

hal i

ni a

dala

h:•

Cur

ah p

enda

pat

• Sk

enar

io v

isi

• Sk

enar

io ja

lur

• A

lat b

antu

per

enca

naan

ber

sam

a

Aks

i: R

enca

na y

ang

suda

h di

sepa

kati

di

laks

anak

an.

Aks

i: Po

kok

pers

oala

n ya

ng se

dang

dit

anga

ni d

an

taha

pan

pene

litia

n ak

si y

ang

seda

ng d

item

puh,

ak

an m

enen

tuka

n al

at b

antu

unt

uk ta

hap

aksi

. A

lat b

antu

aks

i dap

at b

erup

a ku

njun

gan

silan

g,

mis

alny

a ku

njun

gan

ke k

abup

aten

teta

ngga

un

tuk

mem

pela

jari

pen

erap

an in

ovat

if ke

bija

kan

dese

ntra

lisas

i. C

onto

h la

in a

dala

h pe

met

aan

bers

ama

bata

s des

a.

Page 182: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

166 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Refl

eks

i: Pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

gkaj

i ke

mba

li ha

sil-

hasi

l aks

inya

dan

pro

ses-

pros

esny

a da

n m

enja

dika

nnya

pel

ajar

an. P

elaj

aran

itu

akan

dig

unak

an u

ntuk

mel

ihat

apa

kah

stra

tegi

ya

ng d

ipak

ai p

erlu

dia

dapt

asi.

Den

gan

kata

lain

, ta

hapa

n re

fl eks

i dig

unak

an se

baga

i das

ar u

ntuk

m

eman

tau

stra

tegi

yan

g di

guna

kan.

Refl

eks

i: A

lat b

antu

pad

a ta

hap

ini p

erlu

m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

erefl

eks

ikan

bag

aim

ana

mer

eka

men

gam

ati,

men

afsir

kan,

ata

u ba

hkan

mun

gkin

men

gaba

ikan

in

form

asi.

Ala

t itu

har

us ju

ga m

emba

ntu

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

enge

nali

baga

iman

a ha

l itu

dip

enga

ruhi

ole

h ke

prib

adia

n da

n la

tar b

elak

ang

mer

eka.

Ala

t ban

tu y

ang

dapa

t mem

bant

u ad

alah

:•

Fakt

a, p

enda

pat,

ata

u de

sas d

esus

• K

otak

26

pada

hlm

. 99

mem

beri

kan

bebe

rapa

ki

at y

ang

dapa

t And

a gu

naka

n un

tuk

men

doro

ng p

rose

s-pr

oses

refl e

ksi:

mis

alny

a,

men

daki

tang

ga k

esim

pula

n un

tuk

men

elaa

h as

umsi

-asu

msi

kit

a se

ndir

i.

Co

nto

h s

iklu

s p

em

bela

jara

n b

erd

asark

an

pen

ga

lam

an

: P

en

ing

ka

tan

su

mb

er

pe

ng

hid

up

an

be

rba

sis

hu

tan

Pen

gam

ata

n. D

ifasi

litas

i ole

h ti

m k

ami,

mas

yara

kat P

asir

men

gam

ati b

ahw

a sa

lah

satu

car

a ya

ng m

ungk

in u

ntuk

men

ingk

atka

n su

mbe

r pe

nghi

dupa

n be

rbas

is h

utan

ada

lah

mem

anfa

atka

n w

ilaya

h di

seki

tar d

esa

yang

tadi

nya

digu

naka

n un

tuk

perl

adan

gan

berp

inda

h. K

etik

a m

asya

raka

t mem

ulai

sikl

us p

embe

laja

ran

ini,

wila

yah

ters

ebut

ham

pir s

elur

uhny

a te

rtut

up a

lang

-ala

ng d

an ta

nam

an ta

huna

n ya

ng te

rseb

ar,

sepe

rti p

ohon

bua

h-bu

ahan

. Rum

put y

ang

ting

gi m

enyu

litka

n m

asya

raka

t men

gola

h la

han

itu.

Kal

aupu

n pe

nana

man

kem

bali

mem

ungk

inka

n,

kond

isi l

ahan

terl

alu

buru

k un

tuk

pena

nam

an y

ang

men

gunt

ungk

an. O

leh

kare

na b

erta

mba

hnya

pen

dudu

k te

lah

men

gura

ngi k

eter

sedi

aan

laha

n un

tuk

berl

adan

g pi

ndah

, mas

yara

kat b

erpe

ndap

at b

ahw

a pe

ning

kata

n pr

oduk

tivi

tas l

ahan

mer

upak

an p

rior

itas

.

Kam

i men

yara

nkan

aga

r mas

yara

kat m

emba

wa

gaga

sann

ya k

epad

a pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

untu

k m

enda

pat d

ukun

gan.

Tim

kam

i ber

janj

i m

emba

ntu

mer

eka

dala

m h

al it

u. M

erek

a te

rnya

ta c

ukup

per

caya

dir

i unt

uk m

elak

ukan

pen

deka

tan

terh

adap

pet

ugas

dan

pej

abat

pem

erin

tah,

m

eski

pun

mer

eka

jara

ng b

erhu

bung

an.

Lanj

ut d

i hal

aman

ber

ikut

Page 183: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 167

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Ren

cana 1

. Tid

ak la

ma

sete

lah

itu,

dal

am su

atu

loka

kary

a ya

ng d

ifasi

litas

i tim

kam

i, m

asya

raka

t men

disk

usik

an p

erm

asal

ahan

itu

deng

an

Din

as K

ehut

anan

(D

ishu

t) K

abup

aten

Pas

ir d

an in

stan

si p

emer

inta

h la

inny

a. R

eaks

i pem

erin

tah

sang

at p

osit

if da

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

men

yepa

kati

bah

wa

mas

alah

itu

haru

s dit

anga

ni b

ersa

ma-

sam

a. D

ishu

t cuk

up h

eran

bah

wa

mas

yara

kat t

erny

ata

begi

tu p

roak

tif

dan

tanp

a di

min

ta m

engu

sulk

an k

egia

tan

yang

tern

yata

sesu

ai d

enga

n pr

ogra

m re

habi

litas

i mer

eka.

Dis

hut m

enya

rank

an a

gar m

asya

raka

t m

emul

ai p

rose

snya

den

gan

men

yusu

n pe

renc

anaa

n pa

da ti

ngka

t mas

yara

kat t

enta

ng p

elak

sana

anny

a. P

emer

inta

h ak

an ik

ut b

erga

bung

pad

a ta

hap

beri

kutn

ya ji

ka d

iper

luka

n. M

asya

raka

t ser

ta ti

m k

ami m

ener

ima

usul

an p

emer

inta

h da

n m

endi

skus

ikan

den

gan

lebi

h ri

nci p

emba

gian

tu

gas d

an ta

nggu

ng ja

wab

.

Sepu

lang

di d

esa,

mas

yara

kat m

embu

at re

ncan

a ya

ng m

enca

kup

suat

u ra

ncan

gan

untu

k w

ilaya

h ya

ng a

kan

dita

nam

i kem

bali

–jen

is-j

enis

po

hon

apa

yang

aka

n di

tana

m, b

agai

man

a po

la ta

nam

nya,

dan

sebe

rapa

ban

yak

bibi

t dan

ana

kan

tana

man

yan

g di

butu

hkan

. Mer

eka

kem

udia

n m

enem

ukan

bah

wa

mer

eka

kura

ng p

enge

tahu

an d

an k

eter

ampi

lan

tent

ang

jeni

s-je

nis p

ohon

yan

g se

suai

unt

uk k

egia

tan

reha

bilit

asi

laha

n da

n te

ntan

g ba

gaim

ana

pem

elih

araa

nnya

hin

gga

pane

n. Ja

di, m

erek

a m

embu

tuhk

an p

elat

ihan

dan

uan

g un

tuk

mem

beli

bibi

t dan

an

akan

tana

man

. Mas

yara

kat s

endi

ri d

apat

men

yedi

akan

tena

ga k

erja

, lah

an, d

an w

aktu

. Ren

cana

yan

g ke

mud

ian

dike

mba

ngka

n m

elip

uti

usah

a m

enca

ri k

esem

pata

n pe

lati

han

sert

a m

enca

ri d

ana

untu

k m

embe

li be

nih

dan

hal-

hal l

ain

yang

dip

erlu

kan.

Aksi

1. M

asya

raka

t kem

udia

n m

ulai

men

cari

pel

atih

yan

g se

suai

, sua

tu u

paya

yan

g m

erup

akan

pen

gala

man

bar

u ba

gi m

erek

a. D

ifasi

litas

i tim

ka

mi,

mer

eka

men

ghub

ungi

beb

erap

a in

stan

si p

emer

inta

h di

kab

upat

en, s

eper

ti D

inas

Per

tani

an d

an T

anam

an K

eras

(D

is-P

TK

) da

n D

ishu

t K

abup

aten

Pas

ir. D

is-P

TK

ber

sedi

a m

enye

diak

an te

naga

pel

atih

den

gan

syar

at b

ahw

a m

asya

raka

t mem

pers

iapk

an la

han

yang

dib

utuh

kan

untu

k pe

lati

han.

Ini b

ukan

mas

alah

bag

i mas

yara

kat.

Mas

yara

kat m

ende

kati

CIF

OR

unt

uk m

emin

ta b

antu

an p

enga

daan

bib

it d

an b

ahan

ta

nam

an la

inny

a.

Refl

eksi

1. P

ada

saat

refl e

ksi,

mas

yara

kat b

eran

ggap

an b

ahw

a se

mua

tela

h be

rjal

an d

enga

n ba

ik sa

mpa

i saa

t ini

. Nam

un C

IFO

R

men

yam

paik

an in

form

asi k

epad

a m

asya

raka

t bah

wa

seba

gai l

emba

ga p

enel

itia

n, C

IFO

R ti

dak

dapa

t men

yedi

akan

duk

unga

n da

lam

ben

tuk

dana

ata

u ba

han-

baha

n pr

oyek

.

Ren

cana 2

. Mas

yara

kat k

emud

ian

mem

buat

renc

ana

untu

k m

enja

jaki

sum

ber d

ana

yang

lain

unt

uk p

enga

daan

bib

it. D

alam

dis

kusi

, m

asya

raka

t sam

pai p

ada

gaga

san

untu

k m

ende

kati

pem

erin

tah,

sepe

rti D

ishu

t.

Lanj

ut d

i hal

aman

ber

ikut

Page 184: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

168 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Aksi

2. K

etik

a m

asya

raka

t men

deka

ti D

ishu

t, di

nas t

erse

but s

etuj

u un

tuk

mem

beri

kan

bibi

t dan

men

yele

ngga

raka

n pe

lati

han.

Sua

tu p

elat

ihan

du

a ha

ri d

ilaku

kan

untu

k m

asya

raka

t ked

ua d

esa.

Pela

tih

dari

Dis

-PT

K sa

ngat

tert

arik

mel

ihat

sem

anga

t mas

yara

kat.

Teta

pi p

ada

awal

pel

atih

an, m

asya

raka

t sem

pat m

enga

lam

i keb

osan

an. T

im

kam

i men

yara

nkan

pen

gatu

ran

kem

bali

tem

pat d

uduk

aga

r pes

erta

tida

k du

duk

berb

aris

teta

pi m

elin

gkar

sehi

ngga

pel

atih

dap

at b

erin

tera

ksi

lebi

h ba

ik d

enga

n pe

sert

a. P

eser

ta ju

ga d

idor

ong

untu

k be

rbag

i pen

gala

man

mer

eka

dala

m p

enan

aman

rota

n. M

erek

a m

empe

laja

ri b

agai

man

a m

embu

at o

kula

si, m

emel

ihar

a an

akan

, dan

men

ggun

akan

pup

uk.

Patu

t dis

ebut

kan

di si

ni b

ahw

a po

sisi

dud

uk p

eser

ta d

alam

pel

atih

an m

empe

ngar

uhi p

arti

sipa

si m

erek

a. D

alam

kas

us in

i, pe

ngat

uran

pos

isi

dudu

k ya

ng m

elin

gkar

men

ghas

ilkan

inte

raks

i yan

g le

bih

baik

ant

ara

pela

tih

dari

Dis

-PT

K d

an p

eser

ta. B

agi t

im k

ami,

cara

itu

suda

h m

erup

akan

keb

iasa

an, t

api t

idak

dem

ikia

n ba

gi p

elat

ih D

is-P

TK

. Den

gan

dem

ikia

n, k

egia

tan

itu

juga

mer

upak

an p

enga

lam

an b

elaj

ar b

agin

ya.

Refl

eksi

2. P

elat

ihan

beg

itu

suks

es se

hing

ga m

asya

raka

t ing

in se

gera

mel

akuk

an p

enan

aman

sete

lah

pela

tiha

n. M

erek

a ju

ga te

rtar

ik u

ntuk

m

enan

am je

nis p

ohon

pen

ghas

il ka

yu d

an b

ukan

han

ya p

ohon

bua

h-bu

ahan

. Mer

eka

berp

ikir

bah

wa

mer

eka

akan

mam

pu m

empe

role

h pe

ngha

sila

n ya

ng le

bih

besa

r dar

i pen

jual

an k

ayu.

Nam

un, b

ibit

yan

g di

janj

ikan

Dis

hut t

erny

ata

hany

a be

rupa

poh

on b

uah-

buah

an. M

asya

raka

t kem

udia

n m

emut

uska

n un

tuk

men

gem

bang

kan

suat

u pr

opos

al p

enca

rian

dan

a un

tuk

mem

beli

bibi

t tan

aman

kay

u-ka

yuan

. Pel

atih

an in

i men

doro

ng m

asya

raka

t unt

uk m

embe

ntuk

tiga

ke

lom

pok

kerj

a, m

asin

g-m

asin

g te

rdir

i dar

i pen

dudu

k de

sa y

ang

ting

gal b

erde

kata

n. S

etia

p ke

lom

pok

akan

ber

tang

gung

jaw

ab a

tas s

eper

tiga

w

ilaya

h ya

ng a

kan

dita

nam

i.

Ren

cana 3

. Refl

eks

i di a

tas k

emud

ian

diik

uti d

enga

n re

ncan

a pe

ngem

bang

an p

ropo

sal d

an p

embe

ntuk

an ti

ga k

elom

pok

kerj

a.

Aksi

3. A

ksi b

erik

utny

a te

rmas

uk p

enge

mba

ngan

pro

posa

l unt

uk m

enda

nai p

embe

lian

bibi

t tan

aman

kay

u da

n m

enca

ri d

onor

pot

ensi

al.

Ber

sam

a ti

m k

ami,

wak

il m

asya

raka

t men

data

ngi D

ishu

t. Ti

m k

ami m

ende

ngar

bah

wa

ada

kem

ungk

inan

unt

uk m

enda

patk

an d

ana

dari

an

ggar

an re

bois

asi d

inas

ters

ebut

. Tet

api,

pend

anaa

n it

u ha

nya

akan

ters

edia

pad

a pe

rten

gaha

n ta

hun.

Tid

ak a

da d

onor

lain

yan

g be

rhas

il di

dapa

tkan

.

Lanj

ut d

i hal

aman

ber

ikut

Page 185: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 169

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Ang

gota

mas

yara

kat d

ari k

edua

des

a m

embe

ntuk

tiga

kel

ompo

k ke

rja.

Sel

ama

aksi

, mas

yara

kat m

enya

mpa

ikan

mer

eka

bers

edia

men

yedi

akan

bi

bit r

otan

unt

uk d

irin

ya se

ndir

i gun

a m

elen

gkap

i bib

it la

inny

a. L

ebih

lanj

ut, s

elam

a ak

si m

erek

a ju

ga m

enda

pat i

nfor

mas

i bah

wa

CIF

OR

ak

an m

endu

kung

bia

ya tr

ansp

orta

si b

ibit

dar

i kan

tor k

abup

aten

ke

loka

si.

Refl

eksi

3. M

asya

raka

t mer

asa

sena

ng b

ahw

a D

ishu

t dap

at m

enda

nai u

paya

yan

g m

erek

a re

ncan

akan

. Mes

kipu

n de

mik

ian,

mer

eka

bela

jar

bahw

a re

ncan

a aw

al m

erek

a pe

rlu

dise

suai

kan.

Men

ging

at d

ana

bera

sal d

ari a

ngga

ran

rebo

isas

i pem

erin

tah,

mas

yara

kat h

arus

mem

enuh

i be

bera

pa p

ersy

arat

an y

ang

dite

ntuk

an o

leh

Dis

hut.

Mas

yara

kat h

arus

mem

pers

iapk

an la

han

untu

k m

emul

ai k

ebun

bib

it d

an m

embe

ntuk

ke

lom

pok

tani

yan

g m

emer

luka

n pe

rset

ujua

n pe

mer

inta

h. P

ersy

arat

an la

inny

a ad

alah

bah

wa

mas

yara

kat h

arus

men

yedi

akan

bah

an

tana

man

nya

send

iri.

Kar

ena

mas

yara

kat s

esun

gguh

nya

tela

h m

eren

cana

kan

hal i

tu, s

atu

perb

edaa

n ya

ng je

las a

dala

h ba

hwa

Dis

hut h

arus

te

rleb

ih d

ahul

u m

enye

tuju

i ren

cana

ters

ebut

seca

ra fo

rmal

. Dis

hut a

kan

mem

beri

kan

bibi

t tan

aman

kay

u, a

naka

n po

hon,

dan

bah

an la

in

sepe

rti p

upuk

.

Ren

cana 4

. Mas

yara

kat m

empe

rsia

pkan

laha

n un

tuk

kebu

n bi

bit d

an m

embe

ntuk

kel

ompo

k-ke

lom

pok

tani

yan

g ke

mud

ian

seca

ra re

smi

dise

tuju

i ole

h pe

mer

inta

h ka

bupa

ten.

Aksi

4. P

ada

akhi

rnya

pen

anam

an d

apat

dim

ulai

. Nam

un, s

emen

tara

itu

mus

im b

erta

ni te

lah

tiba

dan

mas

yara

kat m

engh

adap

i kes

ulit

an

kare

na h

arus

bek

erja

di l

ahan

per

tani

anny

a se

men

tara

juga

har

us m

emul

ai k

ebun

bib

itny

a.

Refl

eksi

4. W

alau

pun

agak

kec

ewa,

mas

yara

kat m

emah

ami m

enga

pa b

ibit

dat

angn

ya te

rlam

bat.

Kar

ena

kete

rbat

asan

wak

tu, t

idak

ban

yak

anak

an y

ang

diha

silk

an se

baga

iman

a di

renc

anak

an. M

asya

raka

t mer

asa

haru

s men

ginf

orm

asik

an k

epad

a D

ishu

t bah

wa

kare

na b

ibit

dat

ang

terl

amba

t, sa

sara

n ti

dak

dapa

t ter

penu

hi se

penu

hnya

.

Kes

elur

uhan

pro

ses k

egia

tan

pem

bela

jara

n in

i dit

unju

kkan

pad

a ga

mba

r di b

awah

.

Page 186: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

170 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Aks

iR

efle

ksi

Ren

cana

Pen

gam

ata

n:

• M

asya

raka

t pe

rcay

a ba

hwa

laha

n be

kas

perla

dang

an

berp

inda

h pe

rlu

dija

dika

n le

bih

prod

uktif

unt

uk

men

ingk

atka

n su

mbe

r pe

ng-

hidu

pan

mer

eka

• G

agas

an in

i per

lu

disa

mpa

ikan

ke-

pa

da p

emer

inta

h ka

bupa

ten

• B

ersa

ma

deng

an

pem

erin

tah,

m

asya

raka

t m

enyi

mpu

lkan

ba

hwa

mer

eka

haru

s m

embu

at

renc

ana

pela

ksan

aan

terle

bih

dahu

lu.

Pem

erin

tah

akan

be

rgab

ung

kem

udia

n

Ren

can

a 1

:

• M

eran

cang

w

ilaya

h re

habi

litas

i (p

ohon

apa

ya

ng d

itana

m

dan

baga

i- m

ana

cara

nya)

• M

enca

ri du

kung

an

untu

k pe

latih

an

kete

ram

pila

n da

n pe

nge-

ta

huan

yan

g di

perlu

kan

untu

k ke

giat

an

reha

bilit

asi

Refl

eksi 1:

• D

is-P

TK

be

rsed

ia

men

yedi

akan

pe

latih

• C

IFO

R ti

dak

dapa

t mem

beri

dana

unt

uk b

ibit

kare

na s

ebag

ai

lem

baga

pe

nelit

ian

mer

eka

tidak

da

pat m

embe

ri ba

ntua

n m

ater

ial

Ren

can

a 2

:

• M

elak

ukan

pe

ndek

atan

ke

pada

pet

ugas

da

n pe

jaba

t di

nas-

dina

s

kabu

pate

n un

tuk

men

jaja

ki

pelu

ang

pend

anaa

n•

Men

yele

ngga

ra-

kan

pela

tihan

Refl

eksi 2:

• S

ehar

usny

a ju

ga m

enan

am

poho

n pe

ngha

sil k

ayu

dan

buka

n ha

nya

poho

n bu

ah-b

uaha

n ka

rena

aka

n le

bih

men

gunt

ungk

an•

Kar

ena

itu p

erlu

m

enca

ri da

na

yang

di

butu

hkan

un

tuk

mem

beli

bibi

t poh

on k

ayu

• T

iga

kelo

mpo

k pe

tani

per

lu

dibe

ntuk

, m

asin

g-m

asin

g de

ngan

ang

gota

ya

ng ti

ngga

l be

rdek

atan

• P

ropo

sal

pend

anaa

n pe

rlu

dike

mba

ngka

n

Ren

can

a 3

:

• M

enge

mba

ng-

kan

prop

osal

pe

mbe

lian

anak

an p

ohon

ka

yu•

Jaja

ki d

onor

po

tens

ial

• B

agi a

nggo

ta

mas

yara

kat

men

jadi

tiga

ke

lom

pok

Refl

eksi 3:

• D

ishu

t ter

nyat

a da

pat m

emba

ntu

peng

adaa

n bi

bit

dari

dana

re

bois

asi

• D

ishu

t han

ya

dapa

t mem

bant

u de

ngan

sya

rat

bahw

a m

asya

raka

t m

empe

rsia

pkan

la

han,

mem

buat

pe

rsem

aian

, be

kerja

dal

am

kelo

mpo

k, d

an

mem

bant

u de

ngan

bah

an

tana

man

Ren

can

a 4

:

• M

empe

rsia

pkan

la

han

untu

k pe

rsem

aian

• M

empe

rsia

pkan

di

ri un

tuk

men

yum

bang

bi

bit r

otan

• M

embe

ntuk

tiga

ke

lom

pok

dan

men

dapa

t pe

nges

ahan

dar

i pe

mer

inta

h

Refl

eksi

4:

• K

aren

a pe

mer

inta

h te

rlam

bat m

engi

rim

bibi

t, pe

kerja

an

pers

emai

an ti

dak

sesu

ai d

enga

n m

usim

tana

m•

Jum

lah

anak

an y

ang

diha

silk

an d

i pe

rsem

aian

lebi

h se

diki

t dar

ipad

a ju

mla

h ya

ng d

apat

di

hasi

lkan

jika

pe

ngiri

man

bib

it te

pat w

aktu

kar

ena

m

asya

raka

t m

enga

lam

i ken

dala

w

aktu

dal

am

men

gerja

kan

pers

emai

an d

an

laha

nnya

sen

diri

pada

wak

tu y

ang

bers

amaa

n•

Aki

bat d

ari

terla

mba

tnya

pe

ngan

tara

n bi

bit

haru

s di

info

rmas

ikan

ke

pada

pem

erin

tah

Aksi 1:

• M

enge

mba

ngka

n ra

ncan

gan

reha

bilit

asi

• P

ende

kata

n pa

da d

inas

-din

as

kabu

pate

n un

tuk

men

cari

pela

tih•

Pen

deka

tan

pada

CIF

OR

unt

uk

men

gusu

lkan

duk

unga

n da

na

untu

k m

embe

li bi

bit

Aksi 2:

• M

enem

ui p

etug

as d

an

peja

bat p

emer

inta

h ka

bupa

ten

guna

men

jaja

ki

kem

ungk

inan

pen

dana

an•

Men

yele

ngga

raka

n pe

latih

an

sesu

ai d

enga

n ya

ng

dire

ncan

akan

Aksi 3:

• M

enul

is p

ropo

sal p

enda

naan

de

ngan

ban

tuan

tim

kam

i•

Men

yam

paik

an p

ropo

sal

kepa

da D

ishu

t•

Men

gelo

mpo

kkan

ang

gota

m

asya

raka

t men

jadi

tiga

ke

lom

pok

peta

niA

ksi 4:

Mem

ulai

keg

iata

n re

habi

litat

ion

Page 187: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 171

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/meto

de a

pa y

an

g d

igu

nakan

4.

Men

yele

ng

gara

kan

keg

iata

n

den

gan

ko

mu

nik

asi

seb

ag

ai

sara

na p

em

be

laja

ran

Dal

am k

egia

tan

yang

And

a se

leng

gara

kan

untu

k pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan,

sang

atla

h pe

ntin

g m

engg

unak

an k

omun

ikas

i se

baga

i sar

ana

pem

bela

jara

n da

n pe

ngem

bang

an p

enge

tahu

an. K

egia

tan

bela

jar s

emac

am in

i mem

ungk

inka

n pe

ngem

bang

an p

emah

aman

ber

sam

a te

ntan

g pe

rsoa

lan

yang

per

lu d

ihad

api

dan

untu

k m

empe

laja

ri c

ara

baru

da

lam

ber

tuka

r pan

dang

an d

an

info

rmas

i. D

enga

n de

mik

ian

pros

es

kom

unik

asi d

apat

men

jadi

sum

ber

pem

aham

an d

an te

mua

n-te

mua

n ba

ru.

Dar

i pen

ilaia

n A

nda

yang

terd

ahul

u, A

nda

tela

h m

empu

nyai

bay

anga

n te

ntan

g ap

a ya

ng m

enja

di

ham

bata

n ko

mun

ikas

i di a

ntar

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

(sep

erti

pra

sang

ka n

egat

if, a

gend

a te

rten

tu, a

tau

kura

ngny

a ke

perc

ayaa

n di

ri k

aren

a te

rbat

asny

a pe

ngal

aman

ber

kom

unik

asi d

enga

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

lain

). B

uatl

ah d

afta

r sia

pa

mem

butu

hkan

ban

tuan

apa

unt

uk m

enge

mba

ngka

n ke

mam

puan

kom

unik

asin

ya. G

unak

an d

afta

r itu

se

baga

i das

ar p

enye

leng

gara

an “

kegi

atan

kom

unik

atif”

(l

ihat

hlm

. 89)

.

Unt

uk m

elak

ukan

ini,

cipt

akan

kon

disi

pem

bela

jara

n ya

ng ti

dak

mem

ungk

inka

n be

rkem

bang

nya

“keb

isin

gan”

ata

u pe

nyim

pang

an (

“dis

tors

i”)

dala

m

peny

ampa

ian

dan

pene

rim

aan

pesa

n. D

enga

n ka

ta la

in: “

bers

ihka

n sa

lura

n-sa

lura

n ko

mun

ikas

i”

sehi

ngga

pes

an d

apat

dis

ampa

ikan

dan

dit

erim

a ta

npa

“gan

ggua

n”. B

eber

apa

kiat

tela

h di

beri

kan

pada

Bab

5:

• C

ipta

kan

suas

ana

salin

g pe

rcay

a da

n sa

ling

men

ghor

mat

i•

Pers

iapk

an d

an b

antu

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

lem

ah d

alam

men

gung

kapk

an d

an

men

gkom

unik

asik

an p

anda

ngan

mer

eka

• D

ampi

ngi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

m

enin

gkat

kan

kem

ampu

an u

ntuk

men

deng

arka

n or

ang

lain

dan

men

yim

ak y

ang

dika

taka

n or

ang

lain

.

Con

toh

bebe

rapa

ala

t ban

tu d

alam

m

enge

mba

ngka

n ko

mun

ikas

i ada

lah:

Ala

t ban

tu v

isual

• M

ende

ngar

kan

deng

an e

mpa

ti•

Men

ghar

gai m

ende

ngar

kan

dan

berb

icar

a.

Page 188: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

172 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

1.

Sia

pa

yan

g p

erl

u d

ifasil

itasi

Men

geta

hui s

iapa

yan

g pe

rlu

difa

silit

asi

mer

upak

an in

ti k

egia

tan

fasi

litas

i. Se

jauh

man

a ki

ta m

emus

atka

n fa

silit

asi k

ita

pada

per

tany

aan

ini

akan

men

entu

kan

seja

uh m

ana

pem

bela

jara

n ak

an te

rjad

i di a

ntar

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan.

Mel

alui

keg

iata

n 1,

lang

kah

2B A

nda

seha

rusn

ya

suda

h m

emba

ngun

pen

geta

huan

aw

al te

ntan

g si

apa

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n ut

ama

di

loka

si p

enda

mpi

ngan

And

a. N

amun

, sel

ama

prog

ram

And

a be

rlan

gsun

g, d

asar

pen

geta

huan

it

u pe

rlu

diti

njau

kem

bali

seca

ra b

erka

la. S

ebag

ai

fasi

litat

or A

nda

perl

u se

lalu

mem

perb

arui

pe

nget

ahua

n aw

al in

i dan

men

gam

ati a

paka

h ke

anek

arag

aman

ata

u hu

bung

an d

i ant

ara

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

And

a fa

silit

asi

men

gala

mi p

erub

ahan

. Kep

enti

ngan

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

bisa

ber

ubah

, ora

ng

bisa

ber

alia

nsi d

enga

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya,

ata

u m

embe

ntuk

kel

ompo

k ba

ru.

And

a da

pat m

engg

unak

an a

lat b

antu

yan

g sa

ma

sepe

rti p

ada

Keg

iata

n 1,

Lan

gkah

2B

.

Suat

u al

at b

antu

yan

g sa

ngat

ber

man

faat

yan

g da

pat A

nda

guna

kan

untu

k m

engi

kuti

per

ubah

an

susu

nan

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n ad

alah

do

kum

enta

si pr

oses

, yak

ni c

atat

an b

erka

la te

ntan

g ka

rakt

eris

tik

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n hu

bung

an d

i ant

ara

mer

eka.

Con

toh

form

at

doku

men

tasi

pro

ses d

iber

ikan

pad

a La

mpi

ran

2.

Ala

t ban

tu in

i dap

at d

ikom

bina

sika

n de

ngan

ala

t ba

ntu

anal

isis

pem

angk

u ke

pent

inga

n la

inny

a un

tuk

mem

bant

u m

enat

a in

form

asi y

ang

And

a ku

mpu

lkan

seca

ra si

stem

atis

, sep

erti

ker

angk

a T

H3.

Keg

iata

n 3

: M

em

fasilit

asi P

em

bela

jara

n

Tuj

uan

utam

a ke

giat

an in

i ada

lah

men

doro

ng te

rjadi

nya

bela

jar d

i ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n. L

ima

pert

anya

an se

derh

ana

dapa

t di

guna

kan

seba

gai p

eman

du u

ntuk

mem

fasi

litas

i pem

bela

jara

n:•

Sia

pa y

ang

perl

u di

fasi

litas

i?•

Apa

keb

utuh

an b

elaj

ar m

erek

a?•

Bag

aim

ana

mer

eka

seha

rusn

ya d

ifasi

litas

i?•

Kap

an se

haru

snya

mer

eka

difa

silit

asi?

• M

enga

pa p

embe

laja

ran

dapa

t ter

jadi

(at

au a

pa m

otiv

asi p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k be

laja

r)?

Page 189: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 173

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

2.

Ap

a k

eb

utu

han

bela

jar

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Sete

lah

And

a m

enet

apka

n sia

pa y

ang

perl

u te

rlib

at d

alam

pro

ses b

elaj

ar,

And

a pe

rlu

men

cari

tahu

pem

bela

jara

n se

pert

i apa

kah

yang

dip

erlu

kan

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

ters

ebut

.

Sela

ma

stud

i ten

tang

kon

teks

dan

kem

ampu

an

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

bela

jar

berk

olab

oras

i dan

bel

ajar

ber

adap

tasi

(ya

kni,

Keg

iata

n 1,

Lan

gkah

2F)

, And

a te

lah

men

ilai

fakt

or-f

akto

r apa

yan

g m

empe

ngar

uhi

kura

ngny

a ke

mam

puan

ber

adap

tasi

dan

bek

erja

sa

ma

di a

ntar

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan.

G

olon

gkan

lah

fakt

or-f

akto

r ter

sebu

t men

urut

sa

lah

satu

dar

i em

pat j

enis

keb

utuh

an b

elaj

ar

seba

gai b

erik

ut:

i. Pe

ngem

bang

an p

enge

tahu

an o

leh

kelo

mpo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

tert

entu

ii. M

emba

ngun

kom

unik

asi d

an h

ubun

gan

deng

an p

eman

gku

kepe

ntin

gan

lain

nya

iii. B

erba

gi p

enge

tahu

an a

ntar

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

iv. P

enge

mba

ngan

kem

ampu

an st

rate

gis a

tau

polit

is p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n

Seba

gai c

onto

h, d

alam

pek

erja

an la

pang

an k

ami,

teri

dent

ifi ka

si d

ua fa

ktor

kun

ci y

ang

men

dasa

ri

kura

ngny

a ke

mam

puan

ber

adap

tasi

dan

bek

erja

sa

ma,

yak

ni, k

etim

pang

an d

alam

dis

trib

usi

info

rmas

i dan

lem

ahny

a ko

mun

ikas

i ant

ara

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Ked

ua h

al te

rseb

ut d

apat

di

golo

ngka

n se

baga

i keb

utuh

an b

elaj

ar k

edua

dan

ke

tiga

.

Unt

uk m

enge

nali

kebu

tuha

n be

laja

r pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

And

a da

pat

men

ggun

akan

ala

t ban

tu y

ang

sam

a se

pert

i pad

a K

egia

tan

1, L

angk

ah 2

B. S

esud

ah it

u, A

nda

dapa

t m

enat

anya

dal

am m

atri

ks y

ang

men

unju

kkan

se

cara

sist

emat

is e

mpa

t jen

is k

ebut

uhan

bel

ajar

te

rseb

ut.

Page 190: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

174 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

Sete

lah

mel

akuk

an h

al in

i And

a ak

an

mem

puny

ai g

amba

ran

tent

ang

kebu

tuha

n-ke

butu

han

bela

jar p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

n A

nda

dapa

t mul

ai m

eran

cang

keg

iata

n pe

mbe

laja

rann

ya.

Kar

ena

past

i ber

ubah

dan

ber

kem

bang

, ke

butu

han

bela

jar p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n pe

rlu

diti

njau

kem

bali

dari

wak

tu k

e w

aktu

.

3.

Bag

aim

an

a m

em

fasil

itasi

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Car

a A

nda

mem

fasi

litas

i pem

bela

jara

n ak

an m

enen

tuka

n ap

akah

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

And

a fa

silit

asi a

kan

men

gado

psi p

erila

ku d

an

cara

ber

piki

r bar

u se

rta

men

jadi

lebi

h te

rbuk

a da

lam

ber

kom

unik

asi d

an

beke

rja

sam

a de

ngan

pih

ak la

in.

Ada

dua

car

a ut

ama

yang

dap

at A

nda

guna

kan

untu

k m

eran

gsan

g pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

agar

bel

ajar

ber

sam

a:i.

Men

doro

ng m

erek

a un

tuk

men

gado

psi

sika

p ra

sa in

gin

tahu

–ya

ng ju

ga d

iseb

ut

pem

bela

jara

n “i

nves

tiga

tif”

.ii.

Mem

inta

mer

eka

untu

k se

cara

kon

sist

en

mer

efl e

ksik

an a

sum

si-a

sum

si d

an a

kiba

t dar

i ke

putu

san

dan

tind

akan

mer

eka

–yan

g ju

ga

dike

nal d

enga

n pe

mbe

laja

ran

“refl

ekt

if”.

Dal

am m

engu

saha

kan

pem

bela

jara

n ya

ng e

fekt

if,

And

a ha

rus m

emfa

silit

asi p

rose

s pem

bela

jara

n se

dem

ikia

n ru

pa se

hing

ga k

edua

jeni

s pe

mbe

laja

ran

terj

adi b

erur

utan

seca

ra b

erul

ang-

ulan

g.

Dal

am m

endo

rong

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

agar

bel

ajar

ber

sam

a –s

ecar

a in

vest

igat

if da

n re

fl ekt

if– A

nda

dapa

t men

ggun

akan

tiga

jeni

s al

at b

antu

:•

Ala

t ban

tu y

ang

mem

bant

u da

lam

m

enge

mba

ngka

n pe

ngal

aman

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Seb

agai

con

toh,

pem

etaa

n pa

rtis

ipat

if at

au k

unju

ngan

ke

pusa

t pe

mas

aran

.•

Ala

t ban

tu y

ang

mem

bant

u pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

bela

jar d

ari p

enga

lam

an o

rang

la

in, m

isal

nya

kunj

unga

n sil

ang

atau

disk

usi

kelo

mpo

k te

rfok

us, m

isal

nya

tent

ang

pene

rapa

n ke

bija

kan

dese

ntra

lisas

i di k

abup

aten

lain

da

n ba

gaim

ana

pend

uduk

di s

ana

men

gala

mi

kebi

jaka

n te

rseb

ut.

Page 191: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

SUATU KERANGKA UNTUK MENERAPKAN ACM • 175

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

• A

lat b

antu

yan

g da

pat d

igun

akan

ole

h pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

mem

buat

“m

odel

”. M

odel

ada

lah

gam

bara

n ab

stra

k da

ri su

atu

kead

aan

nyat

a da

n te

rkad

ang

bahk

an b

erup

a pe

nyed

erha

naan

dar

i rea

litas

te

rseb

ut. C

onto

h al

at b

antu

unt

uk m

embu

at

mod

el a

dala

h pe

rmai

nan

pera

n at

au si

mul

asi

kom

pute

r.

Pert

anya

an te

ntan

g ba

gaim

ana

mem

fasi

litas

i be

rhub

unga

n er

at d

enga

n pe

rtan

yaan

tent

ang

siapa

yan

g di

fasi

litas

i. D

alam

pra

ktek

nya

ini

bera

rti b

ahw

a al

at b

antu

yan

g A

nda

pilih

per

lu

mem

perh

itun

gkan

keb

utuh

an b

elaj

ar d

an

pref

eren

si c

ara

bela

jar d

ari s

etia

p pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

4.

Kap

an

mem

fasil

itasi

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Dal

am p

rakt

ekny

a pe

rtan

yaan

in

i ber

arti

bah

wa

And

a ha

rus

men

gem

bang

kan

kepe

kaan

unt

uk

mem

ilih

saat

yan

g te

pat u

ntuk

m

emfa

silit

asi p

eman

gku-

pem

angk

u ke

pent

inga

n ya

ng b

erbe

da.

Pert

anya

an k

apan

mel

akuk

an h

al-h

al te

rten

tu

dala

m fa

silit

asi A

nda

berh

ubun

gan

erat

den

gan

keti

ga p

erta

nyaa

n se

belu

mny

a. B

erta

nyal

ah p

ada

diri

And

a se

ndir

i “ka

pan

wak

tu y

ang

terb

aik

untu

k m

emfa

silit

asi s

iapa

, ten

tang

apa

, dan

ba

gaim

ana

And

a ak

an m

elak

ukan

nya?

Unt

uk p

erta

nyaa

n ka

pan,

And

a ha

rus

men

ggun

akan

ala

t ban

tu y

ang

men

olon

g A

nda

men

gem

bang

kan

kepe

kaan

dal

am m

enen

tuka

n sa

at y

ang

tepa

t unt

uk m

endo

rong

pem

bela

jara

n an

tara

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Dal

am

peng

alam

an k

ami,

alat

ban

tu y

ang

berm

anfa

at

adal

ah d

okum

enta

si pr

oses

yan

g da

pat m

enan

gkap

pe

ruba

han

dari

wak

tu k

e w

aktu

sehu

bung

an

deng

an si

apa

dan

baga

iman

anya

pem

bela

jara

n.

Page 192: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

176 • LAMPIRAN 1

Lan

gkah

Ba

ga

ima

na

me

lak

uk

an

ny

aA

lat

ba

ntu

/me

tod

e a

pa y

an

g d

igu

nakan

5.

Men

gap

a p

em

bela

jara

n

mu

ng

kin

terj

ad

i (a

tau

apa

mot

ivas

i pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

bela

jar)

Seba

gai f

asili

tato

r AC

M A

nda

perl

u m

enya

dari

apa

yan

g m

emot

ivas

i pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k be

laja

r, be

rada

ptas

i, da

n be

kerj

a sa

ma.

Sa

ngat

lah

pent

ing

bagi

And

a un

tuk

men

geta

hui p

eran

fasi

litas

i apa

yan

g di

hara

pkan

dar

i And

a.

Sela

ma

pela

ksan

aan

prog

ram

, And

a ha

rus

men

ilai a

pa y

ang

men

jadi

mot

ivas

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k be

laja

r. Se

cara

um

um a

da ti

ga je

nis f

akto

r mot

ivas

i:•

Mot

ivas

i eks

tern

al (

sepe

rti h

asra

t war

ga d

esa

untu

k m

engh

enti

kan

pene

bang

an k

ayu

yang

di

laku

kan

piha

k la

in);

• M

otiv

asi i

nter

nal (

sepe

rti h

asra

t unt

uk

men

geta

hui a

pa y

ang

mun

gkin

terj

adi d

i mas

a ya

ng a

kan

data

ng);

• Pr

oses

inte

rakt

if an

tara

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

yang

terj

adi s

elam

a pe

mbe

laja

ran.

Con

toh

fakt

or-f

akto

r mot

ivas

i jug

a di

beri

kan

pada

Kot

ak 2

8 pa

da h

lm. 1

01.

And

a ha

rus m

emfa

silit

asi m

asin

g-m

asin

g si

tuas

i it

u de

ngan

car

a ya

ng b

erbe

da. J

adi,

dala

m se

tiap

si

tuas

i per

an y

ang

diha

rapk

an d

ari A

nda

akan

be

rbed

a pu

la.

Ala

t ban

tu y

ang

And

a bu

tuhk

an te

rgan

tung

pad

a si

tuas

i yan

g pe

rlu

And

a fa

silit

asi:

• K

etik

a pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

term

otiv

asi s

ecar

a ek

ster

nal,

And

a m

embu

tuhk

an a

lat b

antu

yan

g m

enol

ong

And

a m

endo

rong

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

engu

paya

kan

peru

baha

n ny

ata.

C

onto

h al

at b

antu

, ske

nario

jalu

r ata

u be

laja

r be

rsam

a (c

o-le

arn)

.•

Ket

ika

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

rmot

ivas

i sec

ara

inte

rnal

And

a da

pat

men

ggun

akan

ala

t yan

g m

emba

ntu

And

a m

enge

mba

ngka

n ke

mam

puan

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k be

refl e

ksi d

an

men

gant

isip

asi m

asa

depa

n, se

pert

i ske

nario

vi

si.•

Ket

ika

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n be

rint

erak

si so

sial

, And

a ak

an m

embu

tuhk

an

alat

ban

tu y

ang

men

doro

ng k

omun

ikas

i ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n. M

isal

nya,

ala

t ba

ntu

visu

al a

tau

alat

-ala

t PC

SPP

(pen

gkaj

ian

cepa

t sis

tem

pen

geta

huan

per

tani

an; r

apid

ap

prai

sal o

f agr

icul

tura

l kno

wle

dge

syst

ems

(RA

AK

S)).

Page 193: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

177

LAMPIRAN 2

PERANGKAT ALAT BANTU ACM: SEBUAH CONTOH

Lampiran 2 ini memaparkan suatu contoh perangkat alat bantu (tool kit) yang dapat digunakan dalam menerapkan ACM. Di dalam lampiran ini diuraikan berbagai alat bantu dan metode, masing-masing disertai penjelasan atau contoh tentang bagaimana menggunakannya. Di samping itu, diberikan juga sumber-sumber acuan sebagai bacaan lanjutan bilamana Anda ingin lebih memperdalam penggunaan alat-alat bantu atau metode-metode tertentu. Anda dapat memakai perangkat ini sebagai contoh untuk mengembangkan perangkat alat bantu Anda sendiri yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan fasilitasi Anda di tempat Anda menjalankan program Anda. Dari kumpulan alat bantu dan metode yang Anda temukan dalam perangkat alat bantu ini, akan terlihat bahwa suatu perangkat alat bantu dapat berupa sebuah kumpulan alat bantu yang sangat beragam.

Page 194: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

178 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Ala

t bantu

vis

ual/dia

gram

Ala

t vis

ual s

eper

ti p

eta,

gam

bar,

foto

, dan

dia

gram

bes

ar m

anfa

atny

a da

lam

mem

bant

u pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

enaf

sirk

an

apa

yang

mer

eka

lihat

, den

gar,

atau

ra

saka

n. A

lat-

alat

ini j

uga

sang

at

men

olon

g da

lam

men

gana

lisis

hu

bung

an y

ang

rum

it d

an

men

gung

kapk

an p

okok

-pok

ok

pers

oala

n ya

ng m

uncu

l, ka

rena

ora

ng

pada

um

umny

a le

bih

bisa

mem

aham

i in

form

asi b

erga

mba

r dar

ipad

a in

form

asi t

ertu

lis.

Sum

ber

1: A

Tra

iner

’s G

uide

for

Part

icip

ator

y Le

arni

ng a

nd A

ctio

n. P

rett

y,

J.N.,

I. G

uijt

, I. S

coon

es &

J. T

hom

pson

. 19

95. P

arti

cipa

tory

Met

hodo

logy

Ser

ies.

IIED

, Lon

don,

Ingg

ris.

Sum

ber

2: B

erbu

at B

ersa

ma.

Ber

pera

n Se

tara

. Acu

an P

ener

apan

Par

ticip

ator

y R

ural

App

raisa

l. R

. Djo

hani

(pe

nyun

ting

).

1996

. Stu

dio

Dri

ya M

edia

Ban

dung

unt

uk

Kon

sors

ium

Pen

gem

bang

an D

atar

an T

ingg

i N

usa

Teng

gara

, Ban

dung

, Ind

ones

ia.

Page 195: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 179

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Kam

i ing

in le

bih

baha

gia.

Ada

ban

yak

keku

rang

an. T

idak

ada

cuk

up u

ang

untu

k m

embe

li m

inya

k go

reng

dan

kep

erlu

an la

in. T

idak

ada

uan

g un

tuk

bela

nja

atau

mem

beli

paka

ian.

Kam

i ing

in m

emba

ntu

oran

g-tu

a ka

mi d

i keb

un p

ekar

anga

n at

au d

i keb

un

kare

t seh

ingg

a ka

mi,

anak

per

empu

an, d

apat

mem

bant

u da

lam

men

yada

p ka

ret.

Para

ana

k m

uda

yang

ban

yak

kegi

atan

mas

yara

kat k

eban

yaka

n la

ki-l

aki

dan

tida

k ba

nyak

per

empu

an. O

rgan

isas

i pem

uda

mem

prak

arsa

i kop

eras

i, te

tapi

per

empu

an ti

dak

terl

ibat

.

Kam

i har

ap m

enda

pat p

elua

ng u

ntuk

mem

pero

leh

peng

etah

uan

yang

lebi

h ba

ik (

mel

alui

hub

unga

n de

ngan

ora

ng la

in, k

eter

sedi

aan

baha

n ba

caan

da

n se

baga

inya

).

Keb

anya

kan

pim

pina

n/to

koh

mas

yara

kat a

dala

h la

ki-l

aki,

pada

hal

pere

mpu

an ju

ga m

ampu

. Kam

i men

ghar

apka

n ka

um la

ki-l

aki d

apat

m

enga

kui h

al it

u.

Kam

i tid

ak m

empu

nyai

kei

ngin

an a

pa-a

pa d

i san

a, y

ang

kam

i ing

inka

n ad

alah

per

baik

an k

eada

an d

esa

kam

i.

Lam

ban

g-l

am

ban

g v

isu

al

sep

ert

i p

ad

a fl

ip

ch

art

in

i te

lah

ka

mi g

un

ak

an

pa

da

ke

gia

tan

bela

jar

rem

aja

pere

mp

uan

di

Baru

Pa

lep

at

gu

na

me

ran

gs

an

g p

em

ikir

an

te

nta

ng

ma

sa

dep

an

Di ru

mah

Di lu

ar

rum

ah

Di d

ala

m d

esa

Di lu

ar

desa

pem

ukim

anas

lipe

muk

iman

tran

smig

rasi

Bar

u P

elep

atJa

kart

alu

ar n

eger

i

orga

nisa

sipe

mud

ake

lom

pok

pere

mpu

an

toko

hm

asya

raka

t

rum

ahor

ang

asli

rum

ahpe

ndat

ang

Page 196: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

180 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Ala

t per

enca

naan b

ersa

ma

Ada

ber

baga

i ala

t yan

g da

pat

And

a gu

naka

n da

lam

mem

fasi

litas

i pe

mbu

atan

renc

ana

bers

ama,

m

isal

nya,

per

enca

naan

des

a at

au

pere

ncan

aan

berb

asis

pen

elit

ian

aksi

par

tisi

pati

f. N

amun

, kar

ena

And

a be

kerj

a de

ngan

ber

baga

i pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

ala

t ap

apun

yan

g A

nda

guna

kan,

ala

t it

u ha

rus d

apat

men

gung

kapk

an

pand

anga

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

itu.

Per

an k

unci

And

a ad

alah

mem

bant

u pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m m

enca

pai

kepu

tusa

n-ke

putu

san

sepa

njan

g pr

oses

per

enca

naan

(lih

at

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n be

rsam

a).

Pros

es p

eren

cana

an p

ada

dasa

rnya

m

elip

uti:

• M

enin

jau

kem

bali

poko

k-po

kok

perm

asal

ahan

yan

g ad

a•

Men

inja

u ke

mba

li vi

si/

pand

anga

n ya

ng b

erhu

bung

an

deng

an p

erm

asal

ahan

nya

• M

emik

irka

n st

rate

gi a

lter

nati

f (m

isal

nya

deng

an m

engg

unak

an

met

ode

sken

ario

seba

gai a

lat

bant

u)•

Mer

umus

kan

renc

ana

pene

rapa

n•

Mem

buat

renc

ana

pem

anta

uan

Perh

atik

an b

ahw

a pr

oses

ini

mun

gkin

saja

tida

k se

luru

s (s

elin

ear)

yan

g te

rkes

anka

n da

ri d

afta

r lan

gkah

-lan

gkah

ini.

Yang

pen

ting

ada

lah

bahw

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

capa

i kep

utus

an b

ersa

ma,

sa

ling

berk

omun

ikas

i sep

anja

ng

pros

es. T

ekan

kanl

ah b

ahw

a re

ncan

a ya

ng d

ikem

bang

kan

bers

ifat fl

eks

ibel

(le

ntur

) da

n ba

hwa

mel

alui

pro

ses p

enel

itia

n ak

si p

arti

sipa

tif r

enca

na it

u ak

an

sena

ntia

sa d

itin

jau

ulan

g da

n di

sesu

aika

n de

ngan

keb

utuh

an-

kebu

tuha

n ya

ng m

uncu

l.

Liha

t sum

ber

2.

Buk

u-bu

ku p

etun

juk

atau

acu

an

lain

nya

tent

ang

peng

guna

an a

lat-

alat

ban

tu P

RA

.

Page 197: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 181

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Alu

r se

jara

h

dik

ombin

asi

kan d

enga

n

met

ode

dis

trib

usi

ker

ikil

Ala

t ini

dap

at m

emba

ntu

dala

m

men

gide

ntifi

kasi

kej

adia

n-ke

jadi

an

pent

ing

di w

ilaya

h pr

oyek

ata

u pe

nyeb

ab p

erub

ahan

sum

ber d

aya.

Und

angl

ah se

bany

ak m

ungk

in o

rang

yan

g tu

a at

au y

ang

tela

h ti

ngga

l lam

a di

wila

yah

ters

ebut

. Mul

aila

h de

ngan

men

anya

kan

kepa

da m

erek

a ke

jadi

an-k

ejad

ian

pent

ing,

sepe

rti “

pera

ng”,

“Pr

okla

mas

i K

emer

deka

an”,

ata

u su

atu

benc

ana

alam

. La

njut

kan

deng

an m

emin

ta m

erek

a m

engi

ngat

kem

bali

keja

dian

-kej

adia

n la

in. J

anga

n lu

pa u

ntuk

men

caku

pkan

ju

ga p

eris

tiw

a-pe

rist

iwa

di ti

ngka

t nas

iona

l at

au in

tern

asio

nal y

ang

mun

gkin

juga

m

empe

ngar

uhi k

ehid

upan

mas

yara

kat

loka

l, se

pert

i Per

ang

Dun

ia K

edua

.

Unt

uk m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i te

ntan

g pe

ruba

han

sum

ber d

aya,

met

ode

dist

ribus

i ker

ikil,

sang

at b

ergu

na d

i tin

gkat

m

asya

raka

t des

a at

au k

elom

pok-

kelo

mpo

k lo

kal l

ainn

ya. U

ntuk

mel

akuk

an h

al in

i, ga

mba

rkan

tabe

l pad

a ke

rtas

bes

ar a

tau

di ta

nah.

Tul

iska

n na

ma

sum

ber d

aya

huta

n ya

ng p

enti

ng d

i ata

s tab

el (

laju

r ho

riso

ntal

) da

n gu

naka

n la

jur v

erti

kal

untu

k m

enan

daka

n w

aktu

den

gan

mem

bagi

nya

dala

m b

eber

apa

peri

ode,

m

isal

nya

10 ta

huna

n. M

inta

lah

para

pe

sert

a un

tuk

mem

bagi

100

ker

ikil

dala

m

tabe

l den

gan

peng

erti

an b

ahw

a ju

mla

h ke

riki

l mew

akili

ket

erse

diaa

n su

mbe

r day

a.

Liha

t sum

ber

2.

Buk

u-bu

ku p

etun

juk

atau

acu

an

lain

nya

tent

ang

peng

guna

an

alat

-ala

t ban

tu P

RA

.

Sum

ber

3: P

andu

an P

enda

mpi

ng.

Peni

laia

n D

asar

Kes

ejah

tera

an

Man

usia

. Col

fer,

C.J.

P. d

kk.

1999

. Per

angk

at K

rite

ria

&

Indi

kato

r No.

6. C

IFO

R, B

ogor

, In

done

sia.

Juga

ters

edia

dal

am

baha

sa C

ina,

Ingg

ris,

Span

yol,

Pera

ncis

, dan

Por

tugi

s. D

apat

ju

ga d

iam

bil d

ari:

ww

w.ci

for.

cgia

r.org

/acm

/pub

/too

lbox

.htm

l

Page 198: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

182 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Bel

aja

r ber

sam

a (

Co-

learn

)B

elaj

ar b

ersa

ma

(co-

lear

n) a

dala

h pa

ket p

eran

gkat

luna

k ko

mpu

ter

yang

mem

bant

u pe

nggu

nany

a da

lam

ber

navi

gasi

ber

baga

i ala

t dan

pr

oses

pem

bela

jara

n.

And

a da

pat m

engg

unak

an a

lat

ini s

ebag

ai “

alat

nav

igas

i” u

ntuk

m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

per

enca

naan

da

n ke

giat

an b

elaj

ar la

inny

a.

Pera

ngka

t ini

sang

at m

emba

ntu

dala

m p

embe

laja

ran

bers

ama

berk

enaa

n de

ngan

pen

gelo

laan

su

mbe

r day

a al

am k

aren

a m

enja

dika

n pr

oses

pem

bela

jara

n se

baga

i ses

uatu

yan

g m

enye

nang

kan.

Sum

ber

4: w

ww.

cifo

r.cgi

ar.o

rg/A

CM

Cu

rah p

endapat

dik

ombin

asi

kan d

enga

n

pem

erin

gkata

n p

refe

rensi

Cur

ah p

enda

pat a

dala

h ke

giat

an

men

gung

kapk

an p

anda

ngan

at

au g

agas

an se

cara

beb

as ta

npa

pem

bata

san,

eva

luas

i, at

au se

nsor

.

Ket

ika

mem

fasi

litas

i aca

ra c

urah

pe

ndap

at a

nda

perl

u m

endo

rong

pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

enge

mba

ngka

n ga

gasa

n kr

eati

f yan

g ba

ru, b

ahka

n ga

gasa

n ya

ng “

aneh

” at

au “

kony

ol”

seka

lipun

.

Sum

ber

5: T

he A

rt o

f Bui

ldin

g Fa

cilit

atio

n C

apac

ities

. A T

rain

ing

Man

ual.

Bra

akm

an L

. & K

. Edw

ards

. 20

02. R

ECO

FTC

, Ban

gkok

, T

haila

nd.

Liha

t sum

ber

1.

Page 199: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 183

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Sete

lah

dida

ftar

kan,

seti

ap g

agas

an

diba

ndin

gkan

den

gan

gaga

san

lain

nya

dan

dipe

ring

katk

an

dari

yan

g pa

ling

baik

sam

pai

yang

pal

ing

buru

k. U

ntuk

pe

mer

ingk

atan

pre

fere

nsi,

And

a da

pat m

engg

unak

an te

knik

Del

phi.

Cu

rah

pen

dap

at

(bra

insto

rmin

g)*

Cur

ah p

enda

pat c

ukup

dik

enal

di k

alan

gan

prak

tisi

, tet

api t

ekni

k in

i ser

ing

digu

naka

n un

tuk

tuju

an y

ang

terl

alu

terb

atas

. Dal

am k

onte

ks

peng

elol

aan

huta

n, c

urah

pen

dapa

t dap

at d

igun

akan

unt

uk b

erba

gai t

ujua

n, m

isal

nya:

men

cari

pen

yeba

b m

asal

ah-m

asal

ah k

ehut

anan

; men

cari

pe

luan

g un

tuk

mem

perb

aiki

kon

disi

men

urun

nya

kete

rsed

iaan

sum

ber d

aya

alam

; men

geks

plor

asi p

iliha

n-pi

lihan

pem

asar

an u

ntuk

has

il hu

tan

nonk

ayu;

ata

u un

tuk

mem

aham

i ala

san

men

gapa

pih

ak te

rten

tu m

enen

tang

upa

ya p

emec

ahan

mas

alah

seca

ra k

olab

orat

if.

Prin

sip

dasa

r dal

am c

urah

pen

dapa

t ada

lah

apap

un b

oleh

, yak

ni m

engu

ngka

pkan

pan

dang

an y

ang

beba

s tan

pa e

valu

asi,

kore

ksi,

atau

sens

or.

Cur

ah p

enda

pat h

arus

dis

erta

i den

gan

tekn

ik-t

ekni

k un

tuk

men

yim

pulk

an h

asil

cura

h pe

ndap

at it

u se

cara

efe

ktif,

sepe

rti m

isal

nya

pene

ntua

n pr

iori

tas a

tau

peng

elom

poka

n al

tern

atif-

alte

rnat

if ke

putu

san

seca

ra e

fekt

if.

Dal

am c

urah

pen

dapa

t per

an fa

silit

ator

AC

M a

dala

h m

enga

rahk

an p

rose

s kel

ompo

k da

lam

men

geks

plor

asi d

an m

emad

ukan

alt

erna

tif-

alte

rnat

if ke

putu

san

untu

k m

enca

pai s

uatu

kep

utus

an y

ang

baik

unt

uk se

tiap

piha

k.

*)

Dia

mbi

l dar

i sum

ber

5.

Page 200: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

184 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Dia

gram

laba-l

aba

Ala

t ini

mem

bant

u un

tuk

berp

ikir

se

cara

hol

isti

k (m

enye

luru

h)

tent

ang

poko

k-po

kok

perm

asal

ahan

ya

ng sa

ling

berk

aita

n.

• M

ulai

lah

deng

an su

atu

poko

k pe

rsoa

lan

dan

doro

ngla

h pe

sert

a un

tuk

men

disk

usik

an h

al in

i m

elal

ui c

urah

pen

dapa

t. D

alam

m

elak

ukan

ini,

min

tala

h m

erek

a un

tuk

men

gait

kan

berb

agai

pe

rsoa

lan,

tem

a, p

erta

nyaa

n de

ngan

pok

ok p

erm

asal

ahan

pe

rtam

a ta

di.

• Tu

liska

n po

kok-

poko

k pe

rsoa

lann

ya p

ada

fl ipc

hart

, hu

bung

kan

poko

k-po

kok

pers

oala

n ya

ng sa

ling

berk

aita

n de

ngan

m

engg

amba

r gar

is d

i ant

aran

ya.

• La

njut

kan

deng

an id

enti

fi kas

i po

kok-

poko

k pe

rsoa

lan

yang

salin

g be

rhub

unga

n sa

mpa

i sem

ua k

aita

n ya

ng m

ungk

in te

lah

terb

ahas

.

Liha

t sum

ber

1.

Sum

ber

6: P

artic

ipat

ory

Syst

ems

Ana

lysis

: An

Intr

oduc

tory

Gui

de.

Lyna

m, T

.J.P.

200

1. In

stit

ute

of E

nvir

onm

enta

l Sci

ence

s –

Uni

vers

ity

of Z

imba

bwe,

Har

are,

Zi

mba

bwe

dan

CIF

OR

, Bog

or,

Indo

nesi

a.

Dia

gram

Ven

nA

lat i

ni m

engu

ngka

pkan

ke

terk

aita

n da

n hu

bung

an d

i an

tara

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

(apa

kah

indi

vidu

, kel

ompo

k,

orga

nisa

si, a

tau

lem

baga

). D

i sa

mpi

ng it

u, a

lat i

ni ju

ga b

isa

men

gide

ntifi

kasi

per

beda

an

keku

asaa

n di

ant

ara

mer

eka.

Min

tala

h pe

sert

a (y

ang

mew

akili

se

luru

h pe

man

gku

kepe

ntin

gan)

un

tuk

mem

buat

daf

tar s

emua

ke

lom

pok

sosi

al, i

nsta

nsi,

dan

orga

nisa

si y

ang

mer

eka

keta

hui d

i w

ilaya

h m

erek

a. S

etel

ah se

mua

te

rdaf

tar,

min

tala

h pe

sert

a un

tuk

men

ggun

ting

ling

kara

n ke

rtas

, sat

u lin

gkar

an m

ewak

ili se

tiap

kel

ompo

k,

lem

baga

, ata

u or

gani

sasi

.

Liha

t sum

ber

1.

Liha

t sum

ber

2.

Buk

u-bu

ku p

etun

juk

atau

acu

an

lain

nya

tent

ang

peng

guna

an a

lat-

alat

ban

tu P

RA

.

Page 201: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 185

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Uku

ran

lingk

aran

men

unju

kkan

se

bera

pa p

enti

ngny

a ke

lom

pok,

in

stan

si, a

tau

orga

nisa

si y

ang

bers

angk

utan

di d

alam

mas

yara

kat

atau

dae

rah

itu.

Min

tala

h pe

sert

a un

tuk

men

yusu

n lin

gkar

an-l

ingk

aran

it

u un

tuk

men

gind

ikas

ikan

kai

tan

anta

ra k

elom

pok,

org

anis

asi,

dan

lem

baga

seba

gai b

erik

ut:

• Ji

ka ti

dak

ada

kont

ak =

ling

kara

n te

rpis

ah•

Ada

sedi

kit k

onta

k/ke

rja

sam

a =

sedi

kit t

umpa

ng ti

ndih

• A

da k

onta

k/ke

rja

sam

a ya

ng

cuku

p be

rart

i = tu

mpa

ng ti

ndih

le

bih

besa

r•

Ada

per

tuka

ran

info

rmas

i di

ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n =

lingk

aran

salin

g m

enye

ntuh

Dis

kusi

kel

ompok

ter

fokus

(foc

us

grou

p d

iscu

ssio

n

(FG

D))

And

a da

pat m

engg

unak

an m

etod

e in

i unt

uk m

emfa

silit

asi k

elom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

m

endi

skus

ikan

satu

ata

u le

bih

topi

k de

ngan

ara

h/fo

kus y

ang

jela

s.

Und

ang

sem

ua k

elom

pok

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

berk

umpu

l. Po

kok

disk

usi t

erga

ntun

g pa

da

tuju

an k

egia

tan

And

a, m

isal

nya

men

gum

pulk

an in

form

asi t

enta

ng

seja

rah

peng

elol

aan

huta

n at

au

pert

emua

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

erefl

eks

ikan

ke

giat

an te

rdah

ulu.

Din

as

kehu

tana

nka

bupa

ten

Seb

uah

dia

gra

m V

en

n

Per

usah

aan

kayu

(H

PH

)

Mas

yara

kat

LSM

ling

kung

an

Page 202: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

186 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pers

iapk

anla

h te

rleb

ih d

ahul

u su

atu

daft

ar y

ang

akan

mem

bant

u A

nda

untu

k te

tap

terf

okus

pad

a po

kok

disk

usin

ya. U

ntuk

mem

asti

kan

agar

se

tiap

ora

ng m

enda

pat k

esem

pata

n be

rbic

ara,

pes

erta

dis

kusi

seba

ikny

a ti

dak

lebi

h da

ri 8

-10.

Unt

uk

kelo

mpo

k ya

ng a

nggo

tany

a be

raga

m p

asti

kanl

ah b

ahw

a se

mua

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

terw

akili

.

And

a da

pat j

uga

men

gkom

bi-

nasi

kan

disk

usi k

elom

pok

terf

okus

de

ngan

ala

t ban

tu la

inny

a,

mis

alny

a pe

met

aan

part

isip

atif;

A

nda

dapa

t mem

fasi

litas

i par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m

kegi

atan

pem

etaa

n ya

ng d

iikut

i de

ngan

dis

kusi

kel

ompo

k.

Suat

u di

skus

i kel

ompo

k te

rfok

us

akan

lebi

h ef

ekti

f jik

a 2

oran

g m

emfa

silit

asi p

rose

s: sa

tu o

rang

m

emfa

silit

asi d

isku

si, s

emen

tara

ya

ng la

in m

enca

tat p

rose

s dan

ke

luar

an.

Page 203: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 187

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Dok

um

enta

si p

rose

sPr

oses

pen

cata

tan

dapa

t mem

bant

u A

nda

dala

m m

endo

kum

enta

sika

n pe

ngam

atan

seca

ra b

erla

njut

, an

alis

is A

nda,

dan

refl e

ksi y

ang

And

a la

kuka

n te

ntan

g pe

ran

And

a se

baga

i fas

ilita

tor.

Hal

ini

juga

dap

at m

embe

ri p

emah

aman

te

ntan

g ko

ntek

s sep

anja

ng p

rose

s ke

giat

an fa

silit

asi A

nda.

Hal

ini

pent

ing

untu

k m

enda

patk

an h

asil

mak

sim

al d

ari p

enga

mat

an d

an

peng

alam

an A

nda.

Suat

u co

ntoh

form

at d

okum

enta

si

pros

es d

iber

ikan

di b

awah

ini,

teta

pi ju

rnal

har

ian

adal

ah b

entu

k ya

ng le

bih

umum

.

Do

ku

men

tasi P

roses F

asilit

ato

r

Fas

ilita

tor:

Pok

ok p

embe

laja

ran:

Per

iode

dok

umen

tasi

:

Tan

ggal

Keg

iata

n/pr

oses

Tuj

uan

kegi

atan

/pro

ses

Par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

Kel

uara

n/pe

ngar

uhR

efle

ksi

fasi

litat

or

Page 204: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

188 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Fakta

, op

ini,

ata

u d

esas

des

us

And

a da

pat m

engg

unak

an a

lat i

ni

untu

k m

endo

rong

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

embe

daka

n fa

kta,

opi

ni, d

an d

esas

des

us a

gar

dapa

t men

gkaj

i kem

bali

asum

si-

asum

si m

erek

a.

Dia

dapt

asi d

ari s

umbe

r no.

1:

Dal

am a

cara

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

min

tala

h m

erek

a un

tuk

men

yam

paik

an p

enga

mat

an

mas

ing-

mas

ing

tent

ang

suat

u pe

rist

iwa

yang

bar

u te

rjad

i. Tu

liska

n at

au v

isua

lisas

ikan

pen

yam

paia

n te

rseb

ut p

ada

fl ipc

hart

dan

min

tala

h pe

sert

a un

tuk

men

yepa

kati

ap

akah

has

il pe

ngam

atan

itu

mer

upak

an fa

kta,

opi

ni, a

tau

desa

s de

sus.

And

a ju

ga b

isa

mem

inta

pe

sert

a un

tuk

men

yam

paik

an

pend

apat

mer

eka

deng

an

mem

inta

mer

eka

men

ulis

kan

atau

men

ggam

bark

anny

a pa

da

kart

u-ka

rtu.

Fas

ilita

sila

h pe

sert

a m

elak

ukan

kaj

i sila

ng (

cros

s-ch

eck)

ap

akah

info

rmas

i tel

ah d

igun

akan

se

cara

ber

beda

(se

baga

i fak

ta, o

pini

, at

au d

esas

des

us)

dan

untu

k m

enca

ri

jaw

aban

men

gapa

bis

a se

pert

i itu

.

Liha

t sum

ber

1.

Kale

nder

musi

mA

nda

dapa

t men

ggun

akan

al

at in

i unt

uk m

endo

rong

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

engi

dent

ifi ka

si p

ola-

pola

dan

ke

cend

erun

gan

peng

elol

aan

huta

n se

panj

ang

tahu

n.

Sebe

lum

keg

iata

n, p

ersi

apka

n fo

rmat

kal

ende

rnya

. And

a da

pat

men

ggam

barn

ya p

ada

kert

as b

esar

at

au d

i ata

s tan

ah.

Liha

t sum

ber

2.

Buk

u-bu

ku p

etun

juk

atau

acu

an

lain

nya

tent

ang

peng

guna

an a

lat-

alat

ban

tu P

RA

.

Page 205: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 189

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Hal

ini m

emun

gkin

kan

mer

eka

untu

k m

engi

dent

ifi ka

si m

asal

ah

peng

elol

aan

yang

dis

ebab

kan

oleh

ku

rang

nya

kerj

a sa

ma

pada

wak

tu-

wak

tu te

rten

tu.

Pola

mus

iman

dan

kec

ende

rung

an-

nya

dapa

t dig

amba

rkan

men

g-gu

naka

n ka

pur b

erw

arna

ata

u ba

han

sepe

rti b

enih

, bat

ang

padi

, ata

u ke

riki

l. Je

lask

an k

epad

a pe

sert

a,

yang

mew

akili

selu

ruh

pem

angk

u ke

pent

inga

n, k

egun

aan

dan

pros

es d

ari k

egia

tan

ini.

Min

tala

h ke

lom

pok

pese

rta

untu

k m

elen

gkap

i ka

lend

erny

a de

ngan

men

gerj

akan

se

mua

var

iabe

l sat

u pe

r sat

u se

cara

be

ruru

tan,

mis

alny

a m

usim

huj

an,

mus

im b

uah,

ket

erse

diaa

n te

naga

ke

rja,

dan

seba

gain

ya. D

oron

glah

di

skus

i sel

ama

kegi

atan

ber

lang

sung

, se

men

tara

And

a m

emin

ta in

form

asi

lanj

utan

dan

mem

erik

sany

a.

Ker

angk

a t

angg

ung

jaw

ab,

hak,

hasi

l, d

an h

ubunga

n

(TH

3)

Ker

angk

a T

H3

ini m

erup

akan

al

at y

ang

sang

at b

erm

anfa

at

dala

m m

emba

ntu

And

a da

n pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

gorg

anis

asik

an se

cara

sist

emat

is

info

rmas

i ten

tang

tang

gung

jaw

ab,

hak,

has

il, d

an h

ubun

gan

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m sa

tu

kera

ngka

.

Kum

pulk

anla

h in

form

asi t

enta

ng

tang

gung

jaw

ab, h

ak, h

asil,

dan

hu

bung

an d

ari p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n de

ngan

men

ggun

akan

pa

ndua

n ya

ng d

ised

iaka

n pa

da

Lam

pira

n 1

(Keg

iata

n 1,

Lan

gkah

2B

). M

asuk

kan

info

rmas

i yan

g te

lah

diku

mpu

lkan

ke

dala

m ta

bel

seba

gaim

ana

dico

ntoh

kan

tabe

l di

hlm

. 191

. Tab

el in

i men

yajik

an

kasu

s pen

gkaj

ian

kam

i di J

ambi

pa

da a

wal

pen

elit

ian

aksi

.

Sum

ber

7: C

apac

ity to

Man

age

Rol

e C

hang

es in

For

estr

y: In

trod

ucin

g th

e “4

Rs”

Fra

mew

ork.

Dub

ois,

O.

1998

. IIE

D, L

ondo

n, In

ggri

s.

Page 206: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

190 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Ker

angk

a in

i dap

at m

engu

ngka

pkan

ke

tim

pang

an y

ang

mun

gkin

ada

di

anta

ra p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

hal

per

an d

an ta

nggu

ng ja

wab

m

erek

a da

lam

pen

gelo

laan

hut

an.

And

a da

pat m

engg

unak

an k

eran

gka

ini u

ntuk

men

gorg

anis

asik

an

info

rmas

i yan

g A

nda

kum

pulk

an

send

iri.

Di s

ampi

ng it

u, k

eran

gka

ini b

isa

juga

dig

unak

an u

ntuk

m

endo

rong

dis

kusi

di a

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n, m

isal

nya

untu

k m

engi

dent

ifi ka

si m

asal

ah.

Jika

And

a m

engg

unak

an k

eran

gka

TH

3 te

rseb

ut se

baga

i ala

t ban

tu u

ntuk

m

endo

rong

pem

bela

jara

n di

ant

ara

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan,

dis

aran

kan

untu

k m

engu

mpu

lkan

info

rmas

i das

ar te

ntan

g T

H3

itu

lebi

h da

hulu

, seh

ingg

a A

nda

siap

un

tuk

mem

fasi

litas

i pro

ses d

isku

si.

Mat

riks

di b

awah

men

unju

kkan

ke

tim

pang

an p

eran

di a

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n. S

ebag

ai c

onto

h,

piha

k ya

ng p

alin

g be

rkep

enti

ngan

de

ngan

hut

an (

mis

alny

a O

rang

Rim

ba

dan

pend

uduk

asl

i) h

anya

mem

iliki

ta

nggu

ng ja

wab

huk

um y

ang

terb

atas

, te

ruta

ma

sehu

bung

an d

enga

n pe

ngel

olaa

n da

n pe

lest

aria

n al

am. D

i pih

ak la

in,

sem

enta

ra p

emer

inta

h m

emili

ki ta

nggu

ng

jaw

ab u

ntuk

men

gelo

la d

an m

eles

tari

kan

huta

n, m

erek

a ti

dak

mem

iliki

sara

na

dan

kem

ampu

an u

ntuk

mel

akuk

an h

al

ini s

ecar

a ef

ekti

f. K

aren

a it

u, se

haru

snya

ta

nggu

ng ja

wab

itu

dial

ihka

n ke

pada

pih

ak

yang

mem

iliki

kep

enti

ngan

terb

esar

te

rhad

ap h

utan

. Nam

un h

al in

i ber

arti

ba

hwa

Ora

ng R

imba

dan

pen

dudu

k as

li pe

rlu

men

dapa

tkan

hak

yan

g le

bih

bany

ak d

an b

ahw

a m

ekan

ism

e un

tuk

hubu

ngan

yan

g ef

ekti

f ant

ara

mer

eka

dan

pem

erin

tah

perl

u di

cipt

akan

.

Page 207: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 191

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Ker

angk

a T

H3

ters

ebut

men

unju

kkan

ju

ga k

etim

pang

an la

in. P

eran

fasi

litat

or

adal

ah m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

mer

undi

ngka

n T

H3

(tan

ggun

g ja

wab

, hak

, has

il, d

an

hubu

ngan

) ya

ng se

imba

ng.

Kera

ng

ka T

H3 u

ntu

k J

am

bi

Pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Tan

gg

un

g jaw

ab

Hak

Hasil

Hu

bu

ng

an

Ora

ng R

imba

(k

elom

pok

yang

be

rsif

at n

omad

)

• Pe

ngel

olaa

n da

n pe

rlin

dung

an su

mbe

r da

ya a

lam

seca

ra

trad

isio

nal

• Ti

dak

ada

tang

gung

ja

wab

resm

i dal

am

peng

elol

aan

sum

ber

daya

ala

m

• H

ak a

dat (

yang

pe

ngak

uann

ya h

arus

di

min

taka

n ke

pada

pe

mer

inta

h)•

Hak

resm

i yan

g te

rbat

as, t

erut

ama

kare

na k

elom

pok

ini

seca

ra a

dmin

istr

atif

tida

k m

enem

pati

te

mpa

t ter

tent

u

• H

asil

huta

n no

nkay

u•

Tana

man

dan

pr

oduk

lain

nya

dari

hu

tan

• M

anfa

at ja

sa

lingk

unga

n•

Tem

pat p

emuk

iman

• Ja

min

an so

sial

dar

i hu

bung

an p

atro

n kl

ien

deng

an

bebe

rapa

pen

dudu

k de

sa

• H

ak a

dat a

tas t

anah

dan

sum

ber d

aya

huta

n ti

dak

diak

ui o

leh

nega

ra•

Hub

unga

n ya

ng le

mah

den

gan

mas

yara

kat d

esa

• H

ubun

gan

yang

lem

ah d

enga

n in

stan

si-

inst

ansi

resm

i (pe

mer

inta

h da

n pe

rusa

haan

)•

Hub

unga

n pa

tron

klie

n de

ngan

be

bera

pa p

endu

duk

desa

Pen

dudu

k as

li•

Peng

elol

aan

dan

perl

indu

ngan

sum

ber

daya

ala

m se

cara

tr

adis

iona

l

• H

ak a

dat (

yang

pe

ngak

uann

ya h

arus

di

min

taka

n ke

pada

pe

mer

inta

h)

• H

asil

huta

n ka

yu

dan

nonk

ayu

• H

ak a

dat a

tas t

anah

dan

sum

ber d

aya

huta

n ti

dak

diak

ui o

leh

nega

ra

Lanj

ut d

i hal

aman

ber

ikut

Page 208: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

192 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Tan

gg

un

g jaw

ab

Hak

Hasil

Hu

bu

ng

an

• Ti

dak

ada

tang

gung

ja

wab

resm

i dal

am

peng

elol

aan

sum

ber

daya

ala

m•

Mem

baya

r paj

ak

• H

ak re

smi y

ang

terb

atas

• Ta

nam

an p

anga

n da

n ta

nam

an la

inny

a•

Pend

apat

an d

an

hasi

l hut

an la

inny

a•

Man

faat

jasa

lin

gkun

gan

• M

anfa

at d

ari l

ahan

, te

rmas

uk u

ntuk

pe

ngge

mba

laan

• H

ubun

gan

lem

ah d

enga

n pe

mer

inta

h ka

rena

per

lada

ngan

ber

pind

ah se

cara

re

smi t

idak

dia

kui

• H

ubun

gan

buru

k de

ngan

pem

erin

tah

juga

dik

aren

akan

pen

yera

han

tana

h ad

at k

epad

a pe

ndat

ang

• H

ubun

gan

buru

k de

ngan

pen

data

ng

kare

na p

enda

tang

seca

ra re

smi

dipe

rbol

ehka

n un

tuk

“oku

pasi

” ta

nah

adat

• G

angg

uan

“cam

pur t

anga

n” n

egar

a

Pen

data

ng•

Men

gem

bang

kan

laha

n pe

rtan

ian

di b

awah

pro

gram

tr

ansm

igra

si•

Tida

k ad

a ta

nggu

ng

jaw

ab re

smi d

alam

pe

ngel

olaa

n su

mbe

r da

ya h

utan

• M

engh

orm

ati

kew

enan

gan

adat

pe

ndud

uk a

sli a

tas

sum

ber d

aya

tana

h da

n su

mbe

r day

a al

am la

inny

a•

Mem

baya

r paj

ak

Hak

resm

i ata

s pem

ilika

n ta

nah

yang

terd

afta

r (b

erse

rtifi

kat)

di b

awah

pr

ogra

m tr

ansm

igra

si

(sep

erti

hak

war

is d

an

tran

saks

i jua

l bel

i)

• Ta

nam

an m

usim

an

dari

hum

a/la

dang

• Ta

nam

an se

mus

im

dan

tahu

nan

dari

ta

nah

bers

erti

fi kat

di

baw

ah p

rogr

am

tran

smig

rasi

• K

esen

jang

an so

sial

den

gan

pend

uduk

as

li ka

rena

“ok

upas

i” ta

nah

pend

uduk

as

li•

Han

ya se

diki

t kom

itm

en u

ntuk

pe

ngel

olaa

n da

n pe

rlin

dung

an su

mbe

r da

ya a

lam

di l

uar t

anah

per

tani

an m

ilik

mer

eka

Lanj

ut k

e ha

lam

an b

erik

ut

Page 209: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 193

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pem

an

gku

kep

en

tin

gan

Tan

gg

un

g jaw

ab

Hak

Hasil

Hu

bu

ng

an

Dis

hut

kabu

pate

n•

Men

erap

kan

kebi

jaka

n,

prog

ram

, dan

re

ncan

a ke

huta

nan

pem

erin

tah

• M

enin

dak

para

pe

nggu

na h

utan

ile

gal

• M

emon

itor

pe

laks

anaa

n re

ncan

a ke

huta

nan

• H

ak u

ntuk

mem

berik

an

ijin

pem

anfa

atan

hut

an•

Hak

men

inda

k pe

nggu

na h

utan

ileg

al•

Hak

unt

uk m

engu

sulk

an

pros

edur

pen

gelo

laan

su

mbe

r day

a hu

tan

• Te

rcap

ainy

a tu

juan

ke

bija

kan

kehu

tana

n•

Gen

gsi

(pen

ghor

mat

an/

dita

kuti

)•

Peng

akua

n te

rhad

ap

kew

enan

gann

ya•

Man

faat

fi na

nsia

l

Hub

unga

n ya

ng te

rbat

as d

enga

n pe

ndud

uk a

sli,

hany

a pa

da sa

at k

unju

ngan

pe

man

taua

n

LSM

yan

g m

elak

sana

kan

proy

ek p

eles

tari

an

dan

pem

bang

unan

te

rpad

u (I

CD

P)

• M

enge

mba

ngka

n da

n m

elak

sana

kan

renc

ana

peng

elol

aan

zona

pen

yang

ga•

Ber

koor

dina

si

deng

an B

alai

Tam

an

Nas

iona

l ata

u de

ngan

B

appe

da se

hubu

ngan

de

ngan

pel

aksa

naan

pr

oyek

• H

ak u

ntuk

m

enge

mba

ngka

n da

n m

elak

sana

kan

renc

ana

peng

elol

aan

zona

pe

nyan

gga

Tam

an

Nas

iona

l•

Tida

k ad

a ha

k re

smi

atas

hut

an

• Te

rcap

ainy

a tu

juan

pr

oyek

ICD

P•

Peke

rjaa

n

• H

ubun

gan

deng

an p

endu

duk

asli

dan

pend

atan

g se

bata

s keg

iata

n pr

oyek

• H

ubun

gan

resm

i den

gan

pem

erin

tah

daer

ah

Page 210: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

194 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Kri

teri

a &

indik

ato

rSu

mbe

r 8:

Per

angk

at K

riter

ia d

an

Indi

kato

r. 19

99. C

IFO

R. B

ogor

, In

done

sia.

Juga

ters

edia

dal

am

baha

sa C

ina,

Ingg

ris,

Span

yol,

Pera

ncis

, dan

Por

tugi

s. D

apat

juga

di

ambi

l dar

i: w

ww.

cifo

r.cgi

ar.o

rg/

acm

/pub

/too

lbox

.htm

l

Sum

ber

9: K

riter

ia d

an In

dika

tor

Kel

esta

rian

Hut

an y

ang

Dik

elol

a ol

eh

Mas

yara

kat (

Com

mun

ity M

anag

ed

Fore

st):

Ped

oman

Pen

dahu

luan

. R

itch

ie, B

., C

. McD

ouga

ll, M

. H

aggi

th &

N. B

urfo

rd d

e O

livei

ra.

2001

. CIF

OR

, Bog

or, I

ndon

esia

. Ju

ga te

rsed

ia d

alam

bah

asa

Ingg

ris,

Pera

ncis

, dan

Por

tugi

s.

Matr

iks

per

selisi

han p

ara

pem

angk

u k

epen

tinga

nSu

atu

visu

alis

asi k

eber

adaa

n da

n de

raja

t kon

fl ik

di a

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

Di b

awah

ini d

iber

ikan

sebu

ah

cont

oh m

atri

ks p

erse

lisih

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n.

Sum

ber

10: T

he S

usta

inab

le F

ores

try

Han

dboo

k. H

igm

an S

., S.

Bas

s., J.

Ju

dd, J

. May

ers &

R. N

ussb

aum

. 19

99. E

arth

scan

, Lon

den,

Ingg

ris.

Sum

ber

11: T

rees

and

Tra

de-o

ffs:

A S

take

hold

er A

ppro

ach

to N

atur

al

Res

ourc

e M

anag

emen

t. G

rim

ble,

R.,

M.K

. Cha

n, J.

Agl

ionb

y &

J. Q

uan.

19

95. I

IED

, Lon

den,

Ingg

ris.

Page 211: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 195

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/co

nto

h

Bah

an

bacaan

Matr

iks

siapa y

ang

per

lu

dip

erti

mbangk

an

(Who

counts

matr

ix)

Ala

t ban

tu in

i bis

a m

emba

ntu

And

a m

empr

iori

task

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n ya

ng k

esej

ahte

raan

nya

sang

at b

erka

itan

den

gan

peng

elol

aan

huta

n. A

lat i

ni m

engg

unak

an tu

juh

dim

ensi

unt

uk m

enila

i kai

tan

di

anta

ra p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n de

ngan

hut

an:

1. K

edek

atan

den

gan

huta

n2.

Hak

mas

yara

kat l

okal

yan

g su

dah

ada

Aja

klah

suat

u ke

lom

pok

terd

iri d

ari u

nsur

mas

yara

kat,

orga

nisa

si, i

nsta

nsi p

emer

inta

h,

dan

lem

baga

lain

nya.

Min

tala

h m

erek

a un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

ke

lom

pok-

kelo

mpo

k so

sial

, or

gani

sasi

mas

yara

kat,

dan

inst

ansi

pem

erin

tah

yang

pe

ntin

g di

wila

yah

itu

dan

men

empa

tkan

nya

pada

bag

ian

atas

mat

riks

.

Tid

ak a

da s

engk

eta

Sen

gket

a ke

cil

Sen

gket

a be

sar

Co

nto

h m

atr

iks y

an

g m

en

gg

am

bark

an

ad

an

ya s

en

gketa

di an

tara

para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

dan

dera

jat

sen

gketa

nyaIn

stan

si-

inst

ansi

pe

mer

inta

h

LSM

ko

nser

vasi

Per

usah

aan

pene

bang

ka

yu

Pem

ilik

tana

h da

ri lu

ar d

esa

Mas

yara

kat

loka

l di d

alam

/se

kita

r hu

tan

Mas

yara

kat

loka

l di d

alam

/se

kita

r hu

tan

Pem

ilik

tana

h da

ri lu

ar d

esa

Per

usah

aan

pene

bang

ka

yu

LSM

ko

nser

vasi

Inst

ansi

-in

stan

si

pem

erin

tah

Sum

ber

12: S

iapa

yan

g Pe

rlu

Dip

ertim

bang

kan.

Men

ilai K

esej

ahte

raan

M

anus

ia d

alam

Pen

gelo

laan

Hut

an L

esta

ri.

Col

fer,

C.J.

P. b

ersa

ma

R. P

rabh

u, M

. G

ünte

r, C

. McD

ouga

ll, N

. Miy

asak

a Po

rro

& R

. Por

ro. 1

999.

Per

angk

at

Kri

teri

a &

Indi

kato

r No.

8. C

IFO

R,

Bog

or, I

ndon

esia

. Jug

a te

rsed

ia d

alam

ba

hasa

Cin

a, In

ggri

s, Sp

anyo

l, Pe

ranc

is,

dan

Port

ugis

. Dap

at ju

ga d

iam

bil d

ari:

ww

w.ci

for.c

giar

.org

/acm

/pub

/too

lbox

.htm

l

Page 212: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

196 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

3. K

eter

gant

unga

n4.

Kem

iski

nan

5. P

enge

tahu

an in

dije

nus/

loka

l6.

Int

egra

si h

utan

/bud

aya

7. D

efi si

t kek

uasa

an

Met

ode

ini m

engg

unak

an

tekn

ik p

embe

rian

nila

i (sk

orin

g)

sede

rhan

a un

tuk

mem

prio

rita

skan

pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m

tind

akan

pen

gelo

laan

hut

an.

Tem

patk

an k

etuj

uh d

imen

si d

i se

panj

ang

sisi

kir

i mat

riks

dan

m

inta

pes

erta

unt

uk m

engu

rutk

an

pent

ingn

ya m

asin

g-m

asin

g pe

man

gku

kepe

ntin

gan

pada

seti

ap

dim

ensi

. And

a bi

sa m

engg

unak

an

sist

em n

ilai (

skor

ing)

dar

i 1 sa

mpa

i 3

(1 =

ting

gi, 2

= se

dang

, 3 =

re

ndah

).

Am

billa

h ni

lai t

enga

h da

ri

kese

luru

han

dari

ke-

7 ni

lai t

erse

but

seba

gai n

ilai r

ata-

rata

. Nila

i ten

gah

yang

kur

ang

dari

2 m

enun

jukk

an

bahw

a ke

lom

pok

ters

ebut

“p

enti

ng”,

seda

ngka

n di

ata

s 2

arti

nya

“kur

ang

pent

ing”

.

Con

toh

di b

awah

men

unju

kkan

ka

sus d

i Pas

ir: m

atri

ks te

rseb

ut

men

unju

kkan

bah

wa

di a

ntar

a pa

ra

pem

angk

u ke

pent

inga

n, m

asya

raka

t da

n pe

kerj

a hu

tanl

ah y

ang

haru

s di

prio

rita

skan

dal

am k

egia

tan

peng

elol

aan

huta

n.

Page 213: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 197

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Matr

iks S

iap

a y

an

g P

erl

u D

ipert

imb

an

gkan

un

tuk L

okasi P

asir

Peru

sah

aan

Kayu

/HP

HB

ap

ped

a

Din

as

Keh

uta

nan

Kab

up

ate

n

LS

M

Lin

gku

ng

an

Ran

tau

Layu

ng

Ran

tau

Bu

taW

arg

a D

esa

Ora

ng

lu

ar

Ked

ekat

an

deng

an h

utan

11

12

13

33

Hak

yan

g su

dah

ada

11

12

12

13

Ket

erga

ntun

gan

11

12

13

22

Kem

iski

nan

11

22

33

31

Pen

geta

huan

indi

jenu

s/lo

kal

11

12

33

31

Inte

gras

i hu

tan/

buda

ya1

11

23

33

2

Defi

sit

keku

asaa

n1

11

12

33

2

Jum

lah

77

813

1420

1814

Nila

i ten

gah

11,

01,

11,

92,

02,

92,

62,

0

Para

pem

an

gku

kep

en

tin

gan

/

Dim

en

si

Masyara

kat

Desa

Pe

ke

rja

Hu

tan

Page 214: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

198 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Men

den

gark

an d

enga

n

empati

Ala

t unt

uk m

enge

mba

ngka

n ke

mam

puan

yan

g le

bih

baik

unt

uk

men

deng

arka

n or

ang

lain

dan

m

enyi

mak

apa

yan

g di

kata

kan

oran

g la

in.

Dia

dapt

asi d

ari s

umbe

r no.

1: A

nda

dapa

t men

ggun

akan

ala

t ini

unt

uk

mem

pers

iapk

an o

rang

dal

am m

ende

ngar

kan

oran

g la

in d

enga

n pe

nuh

perh

atia

n.

Min

tala

h pe

sert

a un

tuk

men

disk

usik

an

suat

u to

pik

tert

entu

. Baw

alah

suat

u be

nda

yang

cuk

up b

erat

yan

g da

pat d

ileta

kkan

di

pang

kuan

. Jel

aska

n ba

hwa

pese

rta

hany

a da

pat b

erbi

cara

jika

mer

eka

mem

egan

g be

nda

ters

ebut

; jik

a ti

dak

mem

egan

g be

nda

ters

ebut

mer

eka

haru

s men

deng

arka

n or

ang

yang

seda

ng b

erbi

cara

. Ora

ng y

ang

tela

h se

lesa

i ber

bica

ra h

arus

men

erus

kan

bend

a it

u ke

pada

ora

ng la

in (

baik

yan

g m

emin

ta

kese

mpa

tan

berb

icar

a, a

taup

un ti

dak)

.

Sete

lah

kegi

atan

ini,

disk

usik

an b

agai

man

a pe

rasa

an p

eser

ta k

etik

a m

emeg

ang

bend

a it

u at

au k

etik

a m

ener

iman

ya ta

npa

dim

inta

, ata

upun

ket

ika

dim

inta

. Pel

atih

an

ini m

endo

rong

sika

p m

ende

ngar

kan

dan

men

doro

ng p

eser

ta y

ang

cend

erun

g di

am

untu

k be

rbic

ara.

Car

a in

i jug

a m

enya

dark

an

pese

rta

yang

dom

inan

aka

n la

man

ya w

aktu

ya

ng m

erek

a gu

naka

n un

tuk

berb

icar

a ke

tika

mem

egan

g be

nda

bera

t ter

sebu

t.

Liha

t sum

ber

1.

Page 215: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 199

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Men

gharg

ai m

enden

gark

an

dan

men

gharg

ai ber

bic

ara

Ala

t ini

men

doro

ng p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

ghar

gai

men

deng

arka

n m

aupu

n be

rbic

ara.

O

rang

per

lu le

bih

men

yada

ri

bahw

a pa

da u

mum

nya

lebi

h m

udah

un

tuk

berb

icar

a da

ripa

da b

enar

-be

nar m

ende

ngar

kan.

Bar

angk

ali

inila

h al

asan

men

gapa

kit

a pu

nya

satu

mul

ut te

tapi

dua

telin

ga!

Min

tala

h pa

ra p

eser

ta u

ntuk

dud

uk

mel

ingk

ar d

i lan

tai d

an b

erik

an se

tiap

pe

sert

a de

lapa

n ta

nda

(sep

erti

ker

ikil

atau

kar

tu)

deng

an d

ua w

arna

. Dua

ta

nda

berw

arna

sam

a da

n si

sany

a be

rwar

na la

in. J

elas

kan

bahw

a de

ngan

ked

ua ta

nda

pert

ama

para

pe

sert

a da

pat m

embe

li w

aktu

unt

uk

berb

icar

a da

n de

ngan

ena

m la

inny

a m

erek

a bi

sa m

enju

al w

aktu

unt

uk

men

deng

arka

n. Je

lask

an b

ahw

a se

tiap

ta

nda

mem

iliki

nila

i yan

g sa

ma.

B

iark

an p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n se

ndir

i yan

g m

enen

tuka

n to

pik

disk

usi.

Seti

ap k

ali s

eseo

rang

mau

ber

bica

ra,

dia

haru

s mem

beli

wak

tu d

enga

n ca

ra

mel

etak

kan

tand

a di

teng

ah li

ngka

ran.

Se

tela

h se

seor

ang

berb

icar

a, p

eser

ta

lain

bol

eh m

elet

akka

n sa

tu ta

nda

di

teng

ah li

ngka

ran

jika

mer

eka

mer

asa

bahw

a m

erek

a su

dah

men

deng

arka

n de

ngan

cuk

up b

aik

apa

yang

di

kata

kan.

Per

mai

nan

sede

rhan

a in

i m

embu

at o

rang

ber

piki

r dul

u se

belu

m

mem

utus

kan

untu

k be

rbic

ara

dan

men

deng

arka

n pi

hak

lain

den

gan

lebi

h be

rper

hati

an k

aren

a be

rbic

ara

mau

pun

men

deng

arka

n m

empu

nyai

nila

i.

Page 216: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

200 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pem

etaan s

um

ber

daya

dan

pem

etaan s

osia

l se

cara

part

isip

ati

f

And

a da

pat m

emili

h al

at in

i jik

a A

nda

perl

u m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

gung

kapk

an

pand

anga

n m

erek

a te

ntan

g su

mbe

r da

ya a

lam

di w

ilaya

hnya

. Pro

ses

pem

etaa

n da

n di

skus

inya

men

doro

ng

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

mem

bang

un p

emah

aman

ber

sam

a te

ntan

g pe

rmas

alah

an d

an h

amba

tan-

ham

bata

n ya

ng a

da. D

i sam

ping

itu,

pes

erta

aka

n te

rmot

ivas

i unt

uk m

engi

dent

ifi ka

si

pelu

ang-

pelu

ang

guna

mem

perb

aiki

ko

ndis

i sum

ber d

aya

alam

.

Past

ikan

bah

wa

sem

ua p

eman

gku

kepe

ntin

gan

terw

akili

dal

am

pem

etaa

n da

n ba

hwa

sebe

lum

ke

giat

an p

ara

pese

rta

mem

aham

i de

ngan

jela

s tuj

uann

ya, b

agai

man

a m

elak

ukan

nya,

dan

sum

ber d

aya

alam

ap

a ya

ng in

gin

mer

eka

peta

kan

(air,

hu

tan,

pem

ukim

an, d

an b

agai

man

a le

takn

ya).

Usa

haka

nlah

par

tisi

pasi

se

mua

pih

ak d

an a

mat

i bag

aim

ana

perk

emba

ngan

nya.

Bia

rkan

pes

erta

m

emut

uska

n ca

ra m

erek

a se

ndir

i da

lam

mem

etak

an, t

etap

i min

tala

h m

erek

a un

tuk

men

gerj

akan

nya

satu

dem

i sat

u (s

eper

ti, p

erta

ma

mem

baha

s sum

ber d

aya

tana

h,

kem

udia

n ai

r dan

sete

rusn

ya).

D

oron

glah

dis

kusi

sela

ma

pros

es

pem

etaa

n da

n la

njut

kan

deng

an

disk

usi y

ang

lebi

h te

rara

h, m

isal

nya

deng

an d

isku

si k

elom

pok

terf

okus

.

Liha

t sum

ber

1 da

n su

mbe

r 2. B

uku-

buku

pet

unju

k at

au

acua

n la

inny

a te

ntan

g pe

nggu

naan

ala

t-al

at b

antu

PR

A.

Pen

gam

ata

n langs

ung

Peng

amat

an y

ang

And

a la

kuka

n te

rhad

ap

berb

agai

situ

asi d

an p

rose

s int

erak

si d

i an

tara

pem

angk

u-pe

man

gku

kepe

ntin

gan

adal

ah a

lat y

ang

efek

tif u

ntuk

m

enge

mba

ngka

n pe

nget

ahua

n A

nda

tent

ang

situ

asi l

okal

di t

empa

t And

a m

elak

ukan

tuga

s And

a.

Seb

uah

sket

sa d

esa

yang

di

gam

bark

an o

leh

para

ang

gota

m

asya

raka

t Bar

u P

elep

at.

Page 217: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 201

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pen

gam

ata

n t

erlibat

(part

icip

ant

obse

rvati

on)

Liba

tkan

dir

i And

a da

lam

keg

iata

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

yang

ke

hidu

pann

ya in

gin

And

a pa

ham

i. C

onto

hnya

, jik

a A

nda

ingi

n ta

hu

lebi

h ba

nyak

tent

ang

part

isip

asi

pere

mpu

an d

alam

pen

gam

bila

n ke

putu

san

di d

alam

mas

yara

kat,

ikut

lah

dala

m p

erte

mua

n/ra

pat

desa

dan

laku

kanl

ah p

enga

mat

an

And

a sa

mbi

l ber

part

isip

asi d

alam

ke

giat

anny

a.

Den

gan

berp

arti

sipa

si d

alam

keg

iata

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan,

And

a da

pat

mel

akuk

an p

enga

mat

an g

una

mem

pero

leh

info

rmas

i yan

g m

enje

lask

an b

erba

gai

pers

oala

n. C

ara

ini d

apat

dip

akai

seba

gai

alat

pel

engk

ap d

alam

men

gum

pulk

an

info

rmas

i (ya

ng d

ilaku

kan

mis

alny

a de

ngan

waw

anca

ra).

Den

gan

mel

ibat

kan

diri

And

a da

lam

keg

iata

n, A

nda

akan

da

pat m

empe

rkec

il re

siko

bah

wa

pem

angk

u ke

pent

inga

n ak

an m

eras

a ti

dak

nyam

an k

etik

a di

amat

i.

Page 218: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

202 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pen

gam

bilan k

eputu

san

ber

sam

aM

em

fasil

itasi

pen

ga

mb

ila

n k

ep

utu

sa

n b

ers

am

a

Peng

ambi

lan

kepu

tusa

n be

rsam

a m

erup

akan

pro

ses b

elaj

ar a

ntar

a du

a or

ang

atau

lebi

h un

tuk

mem

buat

kep

utus

an y

ang

dapa

t dit

erim

a se

tiap

or

ang.

Ole

h ka

rena

itu,

mem

fasi

litas

i pen

gam

bila

n ke

putu

san

bers

ama

hany

a ak

an e

fekt

if jik

a fa

silit

ator

den

gan

seng

aja

men

jadi

kan

pem

bela

jara

n se

baga

i int

i dar

i pen

gam

bila

n ke

putu

san.

Unt

uk it

u fa

silit

ator

per

lu:

• M

empu

nyai

foku

s yan

g je

las p

ada

nila

i-int

i pen

gam

bila

n ke

putu

san

bers

ama:

tang

gung

jaw

ab b

ersa

ma

atas

kon

seku

ensi

kep

utus

an, a

pres

iasi

te

rhad

ap p

anda

ngan

ora

ng la

in, d

an p

arti

sipa

si a

ktif

sem

ua p

eman

gku

kepe

ntin

gan.

Kar

ena

itu,

buk

anla

h fa

silit

ator

yan

g m

enga

mbi

l ke

putu

sann

ya, t

etap

i ia

mem

andu

pro

ses-

pros

es in

tera

ktif

yang

ber

jala

n se

panj

ang

pros

es sa

mpa

i ter

capa

inya

titi

k ke

putu

san.

• M

emili

ki si

kap

yang

sesu

ai. H

al in

i men

yira

tkan

bah

wa

seor

ang

fasi

litat

or p

embe

laja

ran

perl

u m

emili

ki ra

sa k

eadi

lan

(fai

rnes

s) se

hing

ga

pros

es y

ang

difa

silit

asin

ya d

ipan

dang

adi

l ole

h se

mua

pem

angk

u ke

pent

inga

n. S

elai

n it

u, fa

silit

ator

har

us m

erup

akan

pen

deng

ar y

ang

baik

dan

men

unju

kkan

em

pati

. Den

gan

sika

p in

i, fa

silit

ator

aka

n da

pat

deng

an se

suai

mem

beri

resp

on te

rhad

ap p

rose

s-pr

oses

yan

g m

uncu

l se

lam

a pe

mbe

laja

ran.

Sik

ap se

pert

i itu

terg

antu

ng p

ada

kepr

ibad

ian

fasi

litat

or d

an le

bih

pent

ing

dari

pada

pem

beka

lan

tekn

ik d

an a

lat b

antu

fa

silit

asi.

Nam

un, h

al in

i dap

at d

ikem

bang

kan

dala

m d

iri f

asili

tato

r se

irin

g de

ngan

ber

kem

bang

nya

peng

alam

an d

alam

ber

giat

den

gan

para

pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Liha

t sum

ber

5.

Lanj

ut d

i hal

aman

ber

ikut

Page 219: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 203

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

• M

embe

ntuk

kon

disi

yan

g te

pat b

agi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

bela

jar c

ara

baru

dal

am m

enga

mbi

l kep

utus

an b

ersa

ma.

Ada

tiga

kon

disi

pe

ntin

g, y

aitu

:

Pert

ama,

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

perl

u m

eras

a te

rdor

ong

untu

k m

enga

juka

n ga

gasa

n ba

ru y

ang

krea

tif t

anpa

mem

pedu

likan

bah

wa

gaga

sann

ya it

u m

ungk

in te

rkes

an a

neh.

Sem

akin

kre

atif

sebu

ah

kelo

mpo

k, se

mak

in b

anya

k al

tern

atif

kepu

tusa

n ya

ng d

ikem

bang

kan

dan

sem

akin

bes

ar p

ula

kem

ungk

inan

terc

apai

nya

tero

bosa

n kr

eati

f ya

ng b

ukan

han

ya “

kepu

tusa

n ya

ng it

u-it

u sa

ja.”

K

edua

, par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

perl

u di

doro

ng u

ntuk

men

yedi

akan

w

aktu

mem

adai

unt

uk b

erpi

kir:

kepu

tusa

n ja

ngan

lah

dibu

at te

rges

a-ge

sa. H

al in

i men

ingk

atka

n ke

mam

puan

pes

erta

unt

uk m

erefl

eks

ikan

de

ngan

kri

tis a

sum

si-a

sum

si d

an c

ara-

cara

ber

piki

r yan

g la

ma.

Dal

am

prak

tekn

ya in

i bis

a di

capa

i den

gan

men

gem

bang

kan

“ras

a in

gin

tahu

” di

ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n de

ngan

men

gaju

kan

pert

anya

an

yang

tepa

t pad

a sa

at y

ang

tepa

t.

K

etig

a, fa

silit

asi h

arus

ber

tuju

an m

emba

ngun

hub

unga

n ya

ng

kons

truk

tif d

i ant

ara

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n. F

okus

ini m

inim

al

sam

a pe

ntin

gnya

den

gan

tuju

an d

ari p

enga

mbi

lan

kepu

tusa

n be

rsam

a it

u se

ndir

i.

• Le

ngka

pila

h di

ri A

nda

deng

an a

lat-

alat

ban

tu y

ang

efek

tif u

ntuk

m

emfa

silit

asi p

rose

s int

erak

si k

elom

pok.

Ala

t fas

ilita

si y

ang

efek

tif a

dala

h ya

ng m

endo

rong

pem

bela

jara

n be

rsam

a. A

lat-

alat

itu

dapa

t ber

upa,

ant

ara

lain

, pem

etaa

n pa

rtis

ipat

if, d

isku

si k

elom

pok

terf

okus

, cur

ah p

enda

pat,

pert

emua

n m

asya

raka

t, sk

enar

io, b

erm

ain

pera

n, d

an si

mul

asi m

odel

ko

mpu

ter.

Page 220: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

204 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Pen

gkajian c

epat

kea

nek

ara

gam

an h

aya

ti

(rapid

bio

div

ersi

ty

ass

essm

ent)

Sum

ber

13: M

enge

kspl

oras

iK

eane

kara

gam

an H

ayat

i, Li

ngku

ngan

da

n Pa

ndan

gan

Mas

yara

kat L

okal

M

enge

nai b

erba

gai L

ansk

ap H

utan

: M

etod

e-M

etod

e Pe

nila

ian

Lans

kap

seca

ra M

ultid

isipl

iner

. She

il, D

., R

.K. P

uri,

I. Ba

suki

, M. v

an H

eist

, M

. Wan

, N. L

iswan

ti, R

ukm

iyat

i, M

.A. S

ardj

ono,

I. S

amso

edin

, K.

Sidi

yasa

, Chr

isand

ini,

E. P

erm

ana,

E.

Man

gopo

Ang

i, F.

Gat

zwei

ler,

B.

John

son

& A

. Wija

ya. 2

004.

CIF

OR

, Bo

gor,

Indo

nesia

. Jug

a te

rsed

ia

dala

m b

ahas

a In

ggris

, Per

anci

s, da

n Sp

anyo

l. D

apat

juga

dia

mbi

l dar

i: w

ww.

cifo

r.cgi

ar.o

rg\m

la

Pen

gkajian c

epat

sist

em

pen

geta

huan p

erta

nia

n

(PC

SP

P;

rapid

appra

isal of

agr

icult

ura

l know

ledge

sy

stem

s (R

AA

KS))

Ala

t-al

at P

CSP

P m

erup

akan

se

pera

ngka

t ala

t yan

g da

pat

digu

naka

n pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

enge

valu

asi

hubu

ngan

di a

ntar

a m

erek

a. P

CSP

P te

ruta

ma

sang

at m

emba

ntu

untu

k m

elih

at p

erm

asal

ahan

dar

i ber

baga

i di

men

si.

Jika

And

a in

gin

men

geta

hui

lebi

h ba

nyak

tent

ang

PCSP

P at

au

peng

guna

anny

a, su

atu

pera

ngka

t al

at b

antu

ters

edia

(su

mbe

r 14

), te

rmas

uk p

andu

an u

ntuk

m

emba

ntu

kelo

mpo

k pe

man

gku

kepe

ntin

gan

guna

men

gana

lisis

hu

bung

an d

i ant

ara

mer

eka

dari

ber

baga

i dim

ensi

(di

sebu

t “j

ende

la”)

.

Sum

ber

14: F

acili

tatin

g In

nova

tion

for D

evel

opm

ent.

A R

AA

KS

Res

ourc

e B

ox. E

ngel

, P.G

.H. &

M

. Sal

omon

. 199

7. K

IT,

Am

ster

dam

, Bel

anda

.

Page 221: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 205

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Sasa

ran

kunc

i PC

SPP

adal

ah

men

ingk

atka

n sis

tem

pen

geta

huan

da

n in

form

asi,

misa

lnya

m

enin

gkat

kan

orga

nisa

si,

peng

ambi

lan

kepu

tusa

n da

n pe

rtuk

aran

info

rmas

i dal

am ja

ringa

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan.

Beb

erap

a al

at b

antu

dal

am

pera

ngka

t itu

dap

at A

nda

guna

kan

untu

k m

emfa

silit

asi p

engu

mpu

lan

info

rmas

i dan

men

gola

hnya

. Pro

ses

PCSP

P m

enca

kup

tiga

pro

ses

bela

jar y

ang

salin

g te

rjal

in, y

akni

pe

rum

usan

mas

alah

dan

iden

tifi k

asi

sist

em, a

nalis

is h

amba

tan

dan

pelu

ang,

dan

per

umus

an st

rate

gi

aksi

.

Pen

gkajian d

okum

en

tert

ulis

Inst

ansi

keh

utan

an, L

SM lo

kal,

kant

or la

pang

an p

erus

ahaa

n, d

an

inst

ansi

pem

erin

tah

daer

ah se

ring

m

enyi

mpa

n ca

tata

n, re

kam

an, a

tau

doku

men

yan

g be

rgun

a se

baga

i in

form

asi.

Dok

umen

tert

ulis

ber

upa

mis

alny

a la

pora

n-la

pora

n ya

ng

beri

sika

n da

ta d

asar

tent

ang

sum

ber

daya

ala

m, s

ensu

s pen

dudu

k, d

ata

stat

isti

k, d

ata

tent

ang

piha

k-pi

hak

yang

ber

seng

keta

, daf

tar

pem

ilik

ijin,

dok

umen

keb

ijaka

n,

mem

oran

dum

resm

i, do

kum

en

pene

litia

n, la

pora

n pr

oyek

, dan

lip

utan

med

ia.

Ket

ika

men

gum

pulk

an in

form

asi

dari

dok

umen

tert

ulis

, And

a ha

rus

mem

perh

atik

an b

ahw

a in

form

asi

yang

ters

edia

tida

k se

lalu

aku

rat,

leng

kap,

ata

u m

utak

hir.

Di s

ampi

ng

itu,

ber

baga

i bia

s bis

a sa

ja te

rsir

at d

i da

lam

dok

umen

ters

ebut

.

Pen

yort

iran k

art

u s

kor

Met

ode

ini m

enila

i ket

erlib

atan

pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m

peng

elol

aan

huta

n da

n ti

ngka

t in

tera

ksi d

i ant

ara

mer

eka.

Liha

t sum

ber

3.

Page 222: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

206 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Sken

ari

oSk

enar

io a

dala

h al

at y

ang

sang

at

mem

bant

u da

lam

mem

ikir

kan

mas

a de

pan

seca

ra k

reat

if da

n de

ngan

car

a-ca

ra b

aru.

Ber

beda

de

ngan

pro

yeks

i, sk

enar

io ti

dak

perl

u m

eluk

iska

n m

asa

depa

n ya

ng se

sung

guhn

ya. S

kena

rio

khus

usny

a m

emba

ntu

dala

m

situ

asi y

ang

rum

it, t

idak

men

entu

, da

n su

lit u

ntuk

dip

erki

raka

n be

rdas

arka

n ke

cend

erun

gan

saat

in

i. D

alam

kea

daan

sepe

rti i

ni,

krea

tivi

tas s

anga

t dib

utuh

kan

untu

k m

enga

ntis

ipas

i per

ubah

an.

Di b

awah

ini d

isam

paik

an d

ua je

nis

sken

ario

: ske

nario

visi

dan

sken

ario

ja

lur.

Dua

sken

ario

lain

nya,

sken

ario

pr

oyek

si da

n sk

enar

io a

ltern

atif,

da

pat d

ibac

a da

lam

sum

ber n

o. 1

5.

Sum

ber

15: M

enga

ntisi

pasi

Peru

baha

n: S

kena

rio se

baga

i Sa

rana

unt

uk P

enge

lola

an H

utan

se

cara

Ada

ptif.

Sua

tu P

andu

an.

2001

. Wol

lenb

erg,

E. b

ersa

ma

D. E

dmun

ds &

L. B

uck.

CIF

OR

; B

ogor

, Ind

ones

ia. J

uga

ters

edia

da

lam

bah

asa

Ingg

ris d

an S

pany

ol.

Sum

ber

16: F

utur

e Sc

enar

io a

s an

Inst

rum

ent f

or F

ores

t Man

agem

ent.

M

anua

l for

Tra

inin

g Fa

cilit

ator

s of

Futu

re S

cena

rios.

Nem

arun

dwe,

N.,

W. d

e Jo

ng &

P. C

ronk

leto

n. 2

003.

C

IFO

R. B

ogor

, Ind

ones

ia.

Sken

ari

o ja

lur

Jeni

s ske

nari

o in

i men

awar

kan

suat

u ca

ra u

ntuk

men

uju

ke

arah

kon

disi

yan

g le

bih

disu

kai

bera

ngka

t dar

i kon

disi

saat

ini.

Sebe

lum

mem

buat

sken

ario

jalu

r, A

nda

perl

u m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

ghas

ilkan

sk

enar

io v

isi (

lihat

di b

awah

). K

emud

ian

ikut

i lan

gkah

-lan

gkah

ber

ikut

:•

Min

tala

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

emba

yang

-ka

n ko

ndis

i mas

a de

pan

yang

idea

l, m

isal

nya

untu

k de

sa m

erek

a, su

mbe

r da

ya a

lam

, ata

u or

gani

sasi

-org

anis

asi

yang

ada

.

Page 223: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 207

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

• D

ampi

ngi m

erek

a un

tuk

mem

band

ingk

an v

isi y

ang

tela

h m

erek

a bu

at d

enga

n ko

ndis

i saa

t in

i.•

Ban

tula

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

untu

k m

engi

dent

ifi ka

si k

enda

la d

an

pelu

ang

utam

a da

lam

upa

ya

men

capa

i vis

i mer

eka.

• Fa

silit

asi m

erek

a da

lam

cur

ah

pend

apat

tent

ang

stra

tegi

ya

ng a

kan

digu

naka

n un

tuk

men

capa

i vis

i ter

sebu

t, di

mul

ai

dari

kon

disi

saat

ini s

ambi

l m

empe

rtim

bang

kan

kend

ala

dan

pelu

ang

yang

ada

.•

Dam

ping

ilah

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

m

emba

ndin

gkan

stra

tegi

-str

ateg

i al

tern

atif

dan

men

gide

ntifi

kasi

po

kok-

poko

k ak

si.

Page 224: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

208 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Gam

bar

yan

g k

am

i g

un

akan

di la

pa

ng

an

da

lam

me

ran

gs

an

g p

em

ikir

an

te

nta

ng

ma

sa

dep

an

Page 225: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 209

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Sken

ari

o vi

siJe

nis s

kena

rio

ini m

emba

ntu

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n m

engu

ngka

pkan

has

rat m

erek

a da

n m

endo

rong

mer

eka

untu

k be

rkey

akin

an b

ahw

a ha

srat

itu

dapa

t dic

apai

.

Aja

klah

par

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

berk

umpu

l dan

men

giku

ti e

mpa

t la

ngka

h be

riku

t ini

:•

Min

tala

h m

erek

a un

tuk

mem

baya

ngka

n m

asa

depa

n ya

ng id

eal a

tau

men

gide

ntifi

kasi

ap

a ya

ng m

enur

ut m

erek

a ha

rus

beru

bah

dala

m k

ehid

upan

, m

asya

raka

t, de

sa, a

tau

huta

n m

erek

a.•

Dor

ong

mer

eka

untu

k se

cara

in

divi

dual

mem

ikir

kan

mas

a de

pan

yang

diin

gink

an. P

rose

s in

i bis

a di

fasi

litas

i dal

am

pert

emua

n it

u se

ndir

i ata

u bi

sa

juga

dila

kuka

n da

lam

per

tem

uan

terp

isah

. And

a bi

sa m

elak

ukan

ke

giat

an in

i den

gan

men

ggun

akan

m

isal

nya

disk

usi k

elom

pok

terf

okus

, per

tem

uan

kons

ulta

si,

atau

pem

etaa

n de

sa.

• M

inta

lah

para

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

salin

g m

enya

mpa

ikan

vis

i ata

u sk

enar

io

mas

a de

pan

mer

eka.

Dor

ongl

ah

mer

eka

untu

k m

enya

mpa

ikan

sk

enar

io m

erek

a de

ngan

car

a-ca

ra y

ang

hidu

p, m

isal

nya

dala

m

bent

uk p

erm

aina

n pe

ran,

gam

bar,

dll.

Page 226: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

210 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

• Fa

silit

asi p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

impl

ikas

i da

ri se

tiap

sken

ario

, ter

mas

uk

yang

ber

kait

an d

enga

n ak

si

dan

sum

ber d

aya

(mis

alny

a,

wak

tu, d

ana,

ket

eram

pila

n, d

an

peng

etah

uan)

. Ban

tula

h m

erek

a un

tuk

men

yusu

n pe

ring

kat

berb

agai

sken

ario

itu

men

urut

ti

ngka

t kel

ayak

anny

a de

ngan

m

empe

rtim

bang

kan

sum

ber

daya

yan

g te

rsed

ia. S

epak

atila

h sk

enar

io a

tau

visi

man

a ya

ng

palin

g la

yak.

Tek

nik

Del

phi

Ala

t ini

dap

at d

igun

akan

unt

uk

men

ggol

ongk

an, m

enge

lom

pokk

an,

dan

men

yusu

n pe

ring

kat p

rior

itas

.

Mul

aila

h de

ngan

keg

iata

n cu

rah

pend

apat

unt

uk m

engh

asilk

an

poko

k-po

kok

yang

per

lu

dipe

ring

katk

an d

an tu

liska

n m

asin

g-m

asin

g po

kok

pada

ka

rtu-

kart

u te

rpis

ah. M

asuk

kan

sem

ua p

okok

, kec

uali

yang

ra

ngka

p. S

epak

atila

h de

ngan

se

luru

h an

ggot

a ke

lom

pok

baga

iman

a ka

rtu-

kart

u it

u ak

an d

ikel

ompo

kkan

dan

di

peri

ngka

tkan

.

Liha

t sum

ber

1.

Page 227: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

PERANGKAT ALAT BANTU ACM : SEBUAH CONTOH • 211

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Tra

nse

k p

art

isip

ati

fA

nda

dapa

t men

ggun

akan

al

at in

i unt

uk m

empe

role

h in

form

asi t

enta

ng su

mbe

r day

a hu

tan,

pen

ggun

aan

laha

n,

perm

asal

ahan

, dan

pel

uang

. Ala

t in

i jug

a da

pat d

igun

akan

unt

uk

men

gam

ati d

an m

embi

cara

kan

berb

agai

per

soal

an lo

kal.

Car

a in

i men

doro

ng p

ara

pem

angk

u ke

pent

inga

n un

tuk

berp

arti

sipa

si

akti

f dal

am p

rose

s pen

gkaj

ian.

• D

isku

sika

n de

ngan

pes

erta

lin

tasa

n tr

anse

knya

dan

renc

ana

perj

alan

anny

a. L

engk

apila

h ti

m

deng

an m

etod

e da

n m

ater

i yan

g di

perl

ukan

.•

Past

ikan

lah

bahw

a se

panj

ang

perj

alan

an p

ara

angg

ota

tim

m

emah

ami d

enga

n je

las a

pa y

ang

haru

s mer

eka

amat

i.•

Sepu

lang

nya,

bek

erja

lah

deng

an

tim

unt

uk m

empe

rsia

pkan

pr

esen

tasi

tem

uan.

Dor

ongl

ah

pese

rta

untu

k m

engg

unak

an

pres

enta

si n

onve

rbal

sepe

rti

gam

bar,

diag

ram

, ata

u pe

rmai

nan

pera

n.

Liha

t sum

ber

2.

Buk

u-bu

ku p

etun

juk

atau

acu

an

lain

nya

tent

ang

peng

guna

an a

lat-

alat

PR

A.

Tra

nse

k s

ejara

h lansk

ap

Met

ode

ini d

apat

dig

unak

an

untu

k m

enge

nali

kece

nder

unga

n pe

ngel

olaa

n da

n pe

nggu

naan

su

mbe

r day

a al

am d

i mas

a la

lu

dan

di m

asa

depa

n.

Dia

dapt

asi d

ari s

umbe

r no.

13

: Min

tala

h pa

ra p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dari

wila

yah

proy

ek

untu

k m

embu

at sk

etsa

tran

sek

wila

yahn

ya p

ada

mas

a in

i. K

emud

ian

min

tala

h pe

sert

a ya

ng le

bih

tua

untu

k m

engg

amba

rkan

sket

sa

tran

sek

wila

yah

ters

ebut

10,

20,

ata

u 30

tahu

n ya

ng la

lu. B

antu

sem

ua

kelo

mpo

k un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

pe

rbed

aan-

perb

edaa

n an

tara

ke

dua

tran

sek

ters

ebut

dan

fakt

or-

fakt

or a

paka

h ya

ng m

empe

ngar

uhi

peru

baha

n-pe

ruba

han

ters

ebut

.

Liha

t sum

ber

3.

Page 228: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

212 • LAMPIRAN 2

Ala

t b

an

tu/m

eto

de

Ura

ian

Ba

ga

ima

na

me

ng

gu

na

ka

nn

ya

/

co

nto

h

Bah

an

bacaan

Waw

anca

ra

Waw

anca

ra

sem

iter

stru

ktu

rD

alam

car

a pe

ngum

pula

n da

ta in

i, ha

nya

poko

k pe

mbi

cara

an d

iten

tuka

n te

rleb

ih

dulu

, sem

enta

ra p

erta

nyaa

n ya

ng le

bih

rinc

i dik

emba

ngka

n se

lam

a w

awan

cara

be

rdas

arka

n ha

sil p

embi

cara

an a

ntar

a “p

ewaw

anca

ra”

dan

“yan

g di

waw

anca

rai”

.

Ket

ika

men

ggun

akan

met

ode

ini a

da d

ua

aspe

k ya

ng p

erlu

dip

erha

tika

n:

• K

onte

ks w

awan

cara

nya,

kar

ena

hal i

ni

akan

mem

peng

aruh

i jaw

aban

resp

onde

n.

And

a ha

rus m

empe

rhit

ungk

an si

apa

yang

mel

akuk

an w

awan

cara

, sia

pa y

ang

diw

awan

cara

i, ba

gaim

ana,

di m

ana,

dan

ka

pan

waw

anca

ra d

ilaku

kan.

• C

ara

bert

anya

yan

g se

nsit

if, te

rmas

uk

bert

anya

yan

g ti

dak

men

gara

hkan

dan

be

rtan

ya d

enga

n pr

obin

g (m

enga

juka

n pe

rtan

yaan

tind

ak la

njut

unt

uk

mem

perd

alam

tang

gapa

n da

n ja

wab

an

yang

suda

h di

beri

kan)

.

Waw

anca

ra t

ak

ters

truktu

rPa

da p

engu

mpu

lan

data

den

gan

met

ode

ini h

anya

tem

a um

um y

ang

dite

ntuk

an

sebe

lum

nya.

Tem

a ba

ru y

ang

tida

k te

rdug

a da

pat m

uncu

l sel

ama

waw

anca

ra.

Waw

anca

ra ta

k te

rstr

uktu

r dap

at

mel

engk

api p

enga

mat

an te

rliba

t. C

ara

ini b

isa

men

ghas

ilkan

info

rmas

i yan

g be

rhar

ga, k

husu

snya

kal

au b

erla

ngsu

ng

dala

m su

asan

a ya

ng m

eran

gsan

g in

tera

ksi

posi

tif d

i ant

ara

“pew

awan

cara

” da

n “y

ang

diw

awan

cara

i”. P

erso

alan

yan

g se

nsit

if da

pat m

uncu

l leb

ih b

ebas

dar

ipad

a da

lam

su

asan

a ya

ng le

bih

ters

truk

tur.

And

a da

pat m

engg

unak

an w

awan

cara

ta

k te

rstr

uktu

r den

gan

indi

vidu

dan

ke

lom

pok

seba

gai a

lat u

ntuk

bel

ajar

tent

ang

pand

anga

n m

erek

a te

rhad

ap b

anya

k ha

l yan

g be

rhub

unga

n de

ngan

keh

idup

an m

erek

a.

Page 229: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

213

CATATAN AKHIR

1 Yayasan Gita Buana, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah, dan Yayasan Padi. Dua lembaga yang disebut pertama berlokasi di Jambi (Sumatera), sementara lembaga yang terakhir berlokasi di Samarinda (Kalimantan Timur).

2 Disesuaikan dari Hyperdictionary online. http://www.hyperdictionary.com/search.aspx?defi ne=adaptation dan http://www.hyperdictionary.com/search.aspx?defi ne=collaboration (May 17, 2006)

3 Disesuaikan dari McDougall, 2000.4 Hartanto dkk., 2003.5 Disesuaikan dari Buck dkk., 2001.6 Diambil dari Braakman & Edwards, 2002.7 Disesuaikan dari Steins & Edwards, 1999.8 Kami mengartikan istilah “lembaga” dengan dua cara. Pertama, lembaga

(institution) adalah suatu struktur atau mekanisme sosial yang bertujuan untuk mendukung kehidupan kolektif sekelompok orang, seperti misalnya dalam “lembaga adat”, “lembaga pendidikan”, dan “lembaga keagamaan”. Tujuan suatu lembaga dicapai melalui pengaturan (penerapan norma-norma atau aturan-aturan) terhadap perilaku para anggotanya. Kedua, kata lembaga (institute) dapat juga diartikan sebagaimana lebih umum digunakan di Indonesia, yakni sebagai organisasi atau instansi yang berbadan hukum, seperti misalnya dalam “lembaga pemerintah desa”, “lembaga donor”, dan “lembaga pemuda”.

9 Kami menggunakan istilah “perhutanan sosial” sebagai konsep payung untuk menjelaskan berbagai bentuk pelibatan masyarakat atau kelompok lokal dalam kebijakan dan program pengelolaan hutan.

10 Lihat, sebagai contoh, Sarin, 1998.11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Tata Pemerintahan Desa, yang

telah digantikan oleh undang-undang desentralisasi pada tanggal 1 Januari 2001.

12 Disesuaikan dari gagasan “platform” sebagaimana dirumuskan oleh Röling & Jiggins, 1998.

13 Lihat, misalnya, Groot dkk., 2002.14 Lihat Kolb, 1984.15 Lihat, sebagai contoh, Bawden, 1991.16 Disesuaikan dari Kusumanto, akan diterbitkan.

Page 230: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

214 • CATATAN AKHIR

17 Menurut Dubois, 1998.18 Lihat Buck dkk. 2001 dan 2005.19 Lihat Maarleveld & Dangbégnon, 1999.20 Lihat, sebagai contoh, Wollenberg dkk., 2000.21 Lihat Carney (penyunting), 1998.22 Pengertian “insentif” di sini bukan hanya mencakup imbalan fi nansial,

tetapi juga insentif dalam bentuk nonfi nansial, seperti hak kelola atas hutan, kesempatan pelatihan dan pendidikan, promosi jenjang karier, dsb.

Page 231: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

215

DAFTAR PUSTAKA

Bawden. R.J. 1991. Systems Thinking and Practice in Agriculture. Dalam: Journal of Dairy Science, 74.

Braakman, L. & K. Edwards. 2002. The Art of Building Facilitation Capacities. A Training Manual. RECOFTC, Bangkok, Thailand.

Buck, L., E. Wollenberg & D. Edmunds. 2001. Social Learning in the Collaborative Management of Forests. Dalam: Wollenberg, E., D. Edmunds, L. Buck, J. Fox & S. Brodt (penyunting). Social Learning in Community Forests. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Buck, L., E. Wollenberg & D. Edmunds. 2005. Pembelajaran Sosial dalam Pengelolaan Kolaboratif Hutan Komunitas: Pelajaran dari Lapangan. Dalam: Wollenberg, E., D. Edmunds, L. Buck, J. Fox & S. Brodt (penyunting). Pembelajaran Sosial dalam Pengelolaan Hutan Komunitas. Pustaka LATIN dan CIFOR, Bogor, Indonesia.

Carney, D. (penyunting). 1998. Sustainable Rural Livelihoods. What Contribution can We Make? Makalah dipresentasikan pada Konferensi Penasehat Sumber Daya Alam - DFID, Juli 1998. DFID, Londen, Inggris.

Dubois, O. 1998. Capacity to Manage Role Changes in Forestry. Introducing the 4R’s Framework. IIED, Londen, Inggris.

Groot, A., N. van Dijk & J. Jiggins. 2002. Three Challenges in the Facilitation of System-wide Change. Dalam: Leeuwis, C. & R. Pyburn (penyunting). Wheelbarrows Full of Frogs: Social Learning in Rural Resources Management. International Research and Refl ections. Hlm. 199-213. Koninklijke van Gorcum, Belanda.

Hartanto, H., C.M. Lorenzo, C. Valmores, L. Arda-Minas, E.M. Burton & R. Prabhu. 2003. Learning Together. Responding to Change and Complexity to Improve Community Forests in the Philippines. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Kolb, D.A. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, AS.

Kusumanto, T. Akan diterbitkan. Beyond Power Barriers: Political Learning in Jambi, Indonesia. Dalam: Guijt, I. (penyunting). Triggering Adaptation in Adaptive Collaborative Management: Learning through Collaborative Monitoring. CIFOR, Bogor, Indonesia; dan Resources for the Future, Washington DC, AS.

Maarleveld, M. & C. Dangbégnon. 1999. Managing Natural Resources: A Social Learning Perspective. Dalam: Agriculture and Human Values 16:267-280.

McDougall, C. 2000. Draft Working Model of ACM (#2), Local People, Devolution and Adaptive Co-Management Program, CIFOR (Feb). Draft

Page 232: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

216 • DAFTAR PUSTAKA

internal. CIFOR, Bogor, Indonesia.Ritchie, B., C. McDougall, M. Haggith & N. Burford de Oliveira, N. 2001.

Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola oleh Masyarakat (Community Managed Forests). Pedoman Pendahuluan. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Röling, N.G. & J. Jiggins. 1998. The Ecological Knowledge System. Dalam: Röling, N.G. & M.A.E. Wagemakers (penyunting). Facilitating Sustainable Agriculture. Cambridge University Press, Cambridge, Inggris.

Sarin, M. 1998. Who is Gaining? Gender and Equity Concerns in Joint Forest Management. Society for Promotion of Wasteland Development, New Delhi, India.

Steins, N.A. & Edwards, V.M. 1999. Platforms for Collective Action in Multiple Use Common-pool Resources. Dalam: Agriculture and Human Values 16:241-255.

Wollenberg, E. bersama D. Edmunds & L. Buck. 2001. Mengantisipasi Perubahan. Skenario sebagai Sarana Pengelolaan Hutan secara Adaptif. Suatu Panduan. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Page 233: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Center for International Forestry Research (CIFOR) adalah lembaga penelitian kehutanan

internasional terdepan, yang didirikan pada tahun 1993 sebagai tanggapan atas keprihatinan

dunia akan konsekuensi sosial, lingkungan dan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan dan

kehilangan hutan. Penelitian CIFOR ditujukan untuk menghasilkan kebijakan dan teknologi

untuk pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang yang bergantung kepada hutan

tropis untuk kehidupannya. CIFOR adalah salah satu di antara 15 pusat Future Harvest di

bawah Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR). Berpusat di Bogor,

Indonesia, CIFOR mempunyai kantor regional di Brazil, Burkina Faso, Kamerun dan Zimbabwe,

dan bekerja di lebih dari 30 negara di seluruh dunia.

Donatur

CIFOR menerima pendanaan dari pemerintah, organisasi pembangunan internasional, yayasan

swasta dan organisasi regional. Pada tahun 2005, CIFOR menerima bantuan keuangan

dari Australia, Asian Development Bank (ADB), Belgia, Brazil, Canada, China, Centre de

coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD),

Cordaid, Conservation International Foundation (CIF), European Commission, Finland,

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Ford Foundation, France,

German Agency for Technical Cooperation (GTZ), German Federal Ministry for Economic

Cooperation and Development (BMZ), Indonesia, International Development Research Centre

(IDRC), International Fund for Agricultural Development (IFAD), International Tropical Timber

Organization (ITTO), Israel, Italy, The World Conservation Union (IUCN), Japan, Korea,

Netherlands, Norway, Netherlands Development Organization, Overseas Development

Institute (ODI), Peruvian Secretariat for International Cooperation (RSCI), Philippines, Spain,

Sweden, Swedish University of Agricultural Sciences (SLU), Switzerland, Swiss Agency for the

Environment, Forests and Landscape, The Overbrook Foundation, The Nature Conservancy

(TNC), Tropical Forest Foundation, Tropenbos International, United States, United Kingdom,

United Nations Environment Programme (UNEP), World Bank, World Resources Institute (WRI)

dan World Wide Fund for Nature (WWF).

Page 234: BELAJAR BERADAPTASI  Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia

Di berbagai tempat di dunia ada kebutuhan yang kian mendesak untuk meningkatkan kualitas pengelolaan hutan. Kebutuhan ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara pemangku-pemangku kepentingan yang menggunakan tanah hutan (forestlands) dan sumber daya hutan (forest resources) yang sama. Situasi ini juga terjadi di Indonesia. Meskipun secara umum disepakati bahwa permasalahan ini harus diselesaikan melalui kerja sama antara para pemangku kepentingan yang bersaing, masih terdapat banyak pertanyaan tentang bagaimana kerja sama dapat dilakukan. Buku ini mencoba menjawab sebagian dari pertanyaan tersebut.

Buku ini membahas suatu pendekatan berbasis pembelajaran dalam mengembangkan kerja sama yang disebut adaptive collaborative management (ACM), yang bila diterjemahkan menjadi “pengelolaan bersama secara adaptif”. Di dalam buku ini, digambarkan pengalaman Center for International Forestry Research (CIFOR) dan tiga mitra kerjanya, yakni Yayasan Gita Buana (YGB), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (PSHK-ODA), dan Yayasan Padi dalam meneliti dan menerapkan ACM di dua tempat di Indonesia, yaitu di Sumatera dan Kalimantan. Para pembaca dapat membaca bagaimana sebuah tim peneliti aksi mendampingi kelompok dan lembaga lokal dalam menghadapi permasalahan sumber daya hutan di lokasi, apa keluarannya, dan apa implikasinya untuk penerapan ACM secara lebih luas di Indonesia. Buku ini memadukan pengalaman konkret tim dengan konsep-konsep yang lebih abstrak terkait dengan ACM yang berkembang ketika pendekatan ini diterapkan di lapangan.

Buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para pendamping masyarakat, staf lapangan lembaga swadaya masyarakat (LSM), petugas lapangan instansi pemerintah, staf lapangan perusahaan kehutanan, dan pelatih. Mereka dan pembaca lainnya yang tertarik dapat menggunakan buku ini sebagai bahan acuan, “alat” dalam memfasilitasi kegiatan kelompok atau lembaga lokal, ataupun sekedar sebagai catatan pengalaman tim peneliti aksi dalam menerapkan pendekatan pengelolaan hutan yang berintikan pembelajaran. Buku ini juga dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dalam mengembangkan metode, “alat”, atau konsep pengelolaan hutan sembari mengaitkannya dengan praktek lapangan.