Bekisting 2

27
Acuan dan perancah (formwork / bekisting) adalah suatu bagian dari konstruksi pembangunan yang bersifat sementara dan berfungsi membuat beton sesui dengan bentuk yang diinginkan, dikatakan sementara karena pada akhirnya akan dibongkar apabila beton sudah selesai Acuan Dan Perancah 2 Politeknik Negeri Jakarta

Transcript of Bekisting 2

Page 1: Bekisting 2

Acuan Dan Perancah 2

Politeknik Negeri Jakarta

Page 2: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Pendahuluan

A. Pengertian FormworkAcuan dan perancah (formwork / bekisting) adalah suatu bagian dari konstruksi

pembangunan yang bersifat sementara dan berfungsi membuat beton sesui dengan

bentuk yang diinginkan, dikatakan sementara karena pada akhirnya akan dibongkar

apabila beton sudah selesai.

Acuan sendiri memiliki arti bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi

sebagai pembentuk betonyang diinginkan atau bagian yang kontak langsung dengan

beton. Perancah memiliki arti sebagai bagian dari konstruksi bekisting yang

berfungsi menahan beban – beban yang ada di atasnya yang bekerja pada saat

pengecoran, baik beban vertikal maupun beban horizontal.

Pada konstruksi bekisting, harus memungkinkan untuk dapat melakukan :

Pemasangan tulangan (menahan beban tulangan)

Pengecoran sekaligus pemadatan adukan

Pelepasan formwork (acuan)sehingga beton tidak rusak.

Bentuk bekisting kolom ada yang berbentuk bulat , persegi panjang dll, pada pekerjaan bekisting kolom ini dibuat persegi dan menggunakan semi system dengan gabungan kayu dan besi

B. Macam – macam / tipe bekistng

Pesatnya perkembangan dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi agar

hasil dari suatu konstruksi baik dan ekonomis, maka saat ini tipe bekisting dapat

dibedakan menjadi 3, yaitu :

Sistem konvensional

Dalam sistem ini bekisting masih menggunakan bahan – bahan dari alam.

Misalnya acuan masih menggunakan papan / multiplek, sedangkan

perancahnya menggunakan kaso, balok, atau bambu. Bahan dasarnyadapat

digunakan kembali dalam bentuk lain. Cara kerjanya pun masih dikerjakan

secara tradisionaloleh orang – orang ahli, biasanya digunakan pada pekerjaan

yang tidak terlalu kompeks atau pada pekerjaan rumah tinggal.

Semi sistem

Dalam sistem ini bekisting menggabungkan bahan dari alam dan pabrikasi.

Misalnya saja masih menggunakan papan / multiplek, namun perancah sudah

1 | P a g e

Page 3: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

menggunakan scaffolding sehingga lebih moderen dan praktis didalam

pekerjaan dibanding kan sistem konvensional,ukuran pun dapat sesuai dengan

bentuk beton yang diinginkan.

Full sistem

Dalam sistem ini bekisting sudah menggunakan bahan pabrikasi seutuhnya, baik acuan maupun perancahnya. Bersifat full universal, dapat digunakan pada berbagai macam bangunan dan dapat dipakai berulang kali. Bahan acuan dan perancah sudah dirangkai sedemikian rupa sehingga pada waktu pekerjaan bekisting, alat – alat bisa langsung disetting

C. Persyaratan Pekerjaan PerancahPersyaratan harus memenuhi aspek bisnis dan teknologi seperti strength dan

workability karena itu harus memenuhi: Ekonomis Kokoh dan kuat Mudah dipasang dan dibongkar Tidakbocor memenuhi persyaratan permukaan Mampu menahan gaya horizontal

D. Persyaratan Khusus bekisting :a. Kualitas : Bentuk dan ukuran sesuai dengan rencana yang di buat dan

diinginkan, posisi dan bentuk acuan sesuai dengan rencana, hasil akhir permukaan beton rata/ tidak kropos

b. Keamanan : harus stabil pada posisinya, kokoh yaitu harus mampu menahan beban-beban khususnya vertical/horizontal, kekakuan yaitu harus mampu menahan beban horizontal sehingga tidak bergeser dari posisi seberanya.

c. Ekonomis : Mudah di kerjakan, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, mudah dipasang sehingga menghemat waktu, mudah dibongkar agar bahan bias digunakan kembali, mudah disimpan

E. Pembebanan Formwork / Bekisting

a. Gaya vertical

Beban tetap = berat sendiri bekisting, baja tulangan, dan beton yang masih

basah.

Beban tidak tetap = berat peralatan, tenaga kerja, dan barang – barang lain

yang ada diatasnya.

2 | P a g e

Page 4: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Beban – beban tersebut diatas harus dapat dipikul oleh formwork dan hanya

diperbolehkan menyebabkan lendutan (deflexi) maksimal yang diijinkan.

b. Gaya horizontal

Gaya horizontal biasanya terjadi pada dinding bekisting pada saat

pengecoran berlangsung sebagai akibat tekanan hidrostatisdari beton basah

ditambah gaya getar pengaruhproses penggetaran beton oleh vibrator.

Gaya horizontal dipengaruhi oleh :

Mortar beton yang terdiri dari : berat volume mortar, plastisitas mortar,

kecepatan penggetaran mortar.

Proses penggetaran terdiri dari : temperatur lapangan, kecepatan

pengecoran, metode pengecoran, cara pemadatan beton.

Formwork / bekisting yang terdiri dari : tinggi formwork, jarak dinding formwork (tebal beton), bentuk formwork

F. Pembongkaran Bekisting

Seluruh acuan harus dibongkar dalam rangaka penyelesaian srtuktur

bangunan dengan pertimbangan cuaca dan waktu ikat beton.

Hanya boleh dibongkar, apabila beton telah kuat menahan beton sendiri

dan beban lain.

Dengan hati – hati agar tidak menimbulkan getas pada beton,

pengelupasan dan lain – lain.

Pembongkaran dilakukan dari tengah kepinggir agar momennya sesuai dengan rencana.

G. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dlam pekerjaan bekisting adalah :

Palu besi : berfungsi untuk memukul benda keras seperti memasang paku.

Paku : berfungsi untuk menyambung kayu / papan dalam pekerjaan acuan dan

perancah.

Kapur warna : berfungsi untuk membuat tanda lokasi yang akan dikerjakan atau

membuat batasan yang akan dipotong.

Benang : berfungsi untuk membuat as pada pembuatan kolom serta sebagai

patokan pekerjaan.

Meteran : berfungsi sebagai alat ukur.

3 | P a g e

Page 5: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Gergaji listrik atau tangan : berfungsi untuk memotong dan membelah kayu serta

papan atau multiplek dalam pekerjaan bekisting.

Linggis : berfungsi sebagai pencabut paku terutama untuk paku – paku besar dan

dalam yang sulit dicabut dengan palu.

Siku : berfungsi untuk memastikan kesikuan pekerjaan serta pengukurn yang

tidak terlalu panjang.

Kunci pas : berfungsi untuk mengencangkan baut yang ada pada swevel clamp

atau right angle clamp

U head / shoring head : berfungsi sebagai dudukan kayu balok yang digunakan

untuk gelagar, serta mengatur ketinggian scaffolding.

Jack base : berfungsi sebagai pengatur ketinggian, memperluas bidang tekan,

memudahkan pembongkaran.

Joint pane : berfungsi sebagai penyambung arah vertikal.

Scaffolding : digunakan sebagai tiang penyangga dinding atau sebagai pengganti

perancah balok dan lantai.

Swivel clamp,right angel clamp : berfungsi sebagai pengunci pipa glasvanis pada

bidang diagonal dan horizontal. Right angle clamp hanya dapat digunakan pada

bidang horizontal karena hanya swivel clamp yang dapt bergerak ke berbagai

arah.

Cross brake : berfungsi sebagai alat sambung arah memanjang, skur – skur

diagonal serta pengatur jarak.

Tie rot : berfungsi sebagai pengunci atau penjepit.

Paralon (pvc) : berfungsi sebagai tebal dinding pada pekerjaan acuan dinding.

Blok beton : berfungsi untuk menahan skur – skur.

Bor tangan : berfungsi untuk membuat lubang pada papan panel.

Lorry : berfungsi untuk mempermudah dalam membawa blok beton dan lainnya.

Kaso penjepit : berfungsi sebagai kleman (tempat tie rod)

4 | P a g e

Page 6: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

JOB 1

PEMBUATAN BEKISTING KOLOM

A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat menggunakan alat alat yang di gunakan dalam pembuatan

bekisting kolom secara benar.2. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting kolom yang akan di buat dengan benar3. Mahasiswa dapat melakukan praktek Konstruksi kolom secara benar dan

menghasilkan konstruksi yang kuat dan kokoh4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk

membuat bekisting kolom secara tepat5. Mahasiswa dapat melakukan pembongkaran bekisting kolom dengan benar

B. Bahan dan Alata. Benangb. Papan 2/20 -400cmc. Kaso d. Paku panjang 4cm , 5cm, 7 cme. Alat ukurf. Gergaji tangan dan Gergaji Mesing. Unting – Untingh. Tangga lipati. Palu

C. Pelaksanaan BekistingPembuatan dan pemasangan bekisting dipengaruhi oleh berbagai faktor dan

lingkungan yang ada:a. Bahan yang tersedia/ diperlukan b. Alat alat unnutk konstruksi yang tersediac. Kualitas tenaga kerja yang tersediad. Tuntutan kualitas yang diinginkan e. Anggaran biaya yang tersediaf. Cara atau system yang dikehendakig. Setelah dibongkar harus tetap diberikan perawatan

D. Langkah kerja a. Pelajari dan pahami gambar kerja, mengatur letak kolom dan menentukan

dimana as kolom akan di letakan dapat di bantu dengan papan duga dan tali jika diperlukan

5 | P a g e

Page 7: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

b. Merangkai Panel sebagai tutupan dari beton yang disusun 4 buah dan mengikat menggunakan tie root dan kaso.

c. Mengatur jarak antar tie root dari lantai panel hingga ke atas panel, Pengaturan jarak ini bias menggunakan perhitungan pembebanan yang dapat dipakai sesuai kebutuhan dalam contoh disini berjarak 30cm, dari tie root pertama ke tie root kedua berjarak 60cm, dan jarak tie root kedua ke tie root yang terakhir berjarak 80 cm

d. Atur ketegakan bekisting kolom seusai dengan AS bangunan dan diratakan menggunakan unting-unting

e. Tahan setiap sisi menggunakan steel proof di ke empat sisi luar panel agar bekisting kolom semakin kokoh dan kaku

E. Gambar Kerja

Tampak samping Tampak Depan

Steel proof Uhead Tie Rod dan Steel proof

6 | P a g e

Page 8: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

F. Permasalahana. Tidak mudah mengatur ketegakan bekisting kolom menggunakan unting unting

karena faktor lantai dan panel yang pecah

G. Solusi a. Gunakanlah as pinjaman untuk menentukan as kolomb. Dapat menggunakan tulangan besi cadangan sebagai alat untuk mengunci tie

root, dan steel proof

H. Kesimpulana. Bekisting kolom dilapangan harus sesuai perencanaan pembebanan dan kokoh

sesuai letak di as bangunan agar kolom dapat menahan gaya gaya horizontal

I. Perhitungan Tegangan Lentur ( σ ) dan Lendutan ( δ )a. Diketahui :

Panjang dan Lebar = 32 cm Tinggi = 300cm Waktu yang dibutuhkan pengecorang 40 menit

b. Ditanyakan :- Kecepatan pengecoran- Tegangan lentur- Lendutan

c. Jawaban

Dimensi kolom 32/32 dan tinggi 244cm serta suhu 270 C

1. Volume=(0,32× 0,32× 2,44)m3=0,24986 m3

2. waktu pengecoran=40 menit

3.kecepatan pengecoran=2,44 meter

40 menit=2,44

23

=7,322

=3,66meter

jam

4. setelahdikalibrasi w=5,445ton

m2=5445

kg

m2

a. MultiplekTebal 1,2cm jarak L1 20cm

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×1m× (0,012 )3m3=1,44 ×10−7 m4

W =16

× b× h2=16

×1 m× (0,012 )2m2=2,4 × 10−5 m3

q=W kolom ×b=5445 kg /m2 ×1 m=5445kgm

M=18

× q × ( L1)2=18

×5445kgm

× (0,2 )2 m2=27,225 kg . m

σ ¿=MW

=27,225 kg . m

2,4 ×10−5 m3=11,344× 105 kg

m2=113,44

kg

cm2

7 | P a g e

Page 9: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Karena σ ¿=113,44kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=150kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L1

4

384 × E × I=

5 (54,45 ) kgm

(20)4 cm4

384 (125000 )(14,4 )cm4 =0,063

Jadi lendutannya adalah 0,063 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3b. Kaso

Kaso 5/10 menjadi 5/9 (ketam) dan jarak 40cm

I kaso=1

12×b × h3= 1

12×5cm ×6 cm3=90 cm4

W =16

× b× h2=16

×5 cm× 62 cm2=30 cm3

q=W kol 0 m× L1=5445 kg/m2 ×0,2 m=1089kgm

=10,89kgcm

M=18

× q × ( L2)2=18

×1089kgm

× (0,4 )2m2=21,78 kg .m=2178 kg . cm

σ ¿=MW

=2178 kg . cm

30 cm3=72,6

kg

cm2

Karena σ ¿=72,6kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=75kg

c m2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L2

4

384 × E × I=

5 (10,89 ) kgcm

(40)4 cm4

384 (80000 )(303,75)cm4 =0,0149

Jadi lendutannya adalah 0,0149 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

P1=W kolom × L1 × L2=5445 kg /m2 ×0,2 m ×0,4 m=435,6 kg

Tegangan normalnya adalah 10 ton = 10000 kg. jadi diizinkan

Job 2

Pembuatan Bekisting Balok Dan Lantai

A. Tujuana. Mahasiswa dapat menggunakan alat alat yang di gunakan dalam pembuatan

bekisting balok secara benarb. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting balok yang akan dibuat dengan benar

c. Mahasiswa dapat melaksanakan pembuatan konstruksi balok secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kokoh serta kaku

8 | P a g e

Page 10: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

B. Dasar TeoriStruktur beton yang menghubungkan suatu kolom dengan kolom lainnya untuk

menopang beban yang ada di atasnya , Balok umum nya berbentuk persegi panjang.Plat lantai adalah bagian konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai lantai pijakan diatas lantai dibawahnya

C. Langkah Kerjaa. Ukur jarak antara frame bekisting sesuai yang diinginkan lalu pasang landasan

pada titik tersebutb. Dirikan jack base dilandasan tersebut, lalu scaffolding (frame) diatas landasan

dan jack base, kuatkan dengan menggunakan cross bracec. Pasang join pin untuk menyambung frame dan pasang juga U head pada bagian

paling atas framed. Pasang skur horizontal dan diagonal pada scaffolding dengan pipa galvanis dan

kencangkan dengan suifel clamp minimal 3 d setiap scaffoldinge. Letakan balok tumpuan atas di U head sebagai gelagar dengan ukuran yang di

tentukan lalu buat cetakan balok diatas gelagarf. Pasang skur skur dan kasau di cetakan balok tadi lalu letakan papan panel

sebagai acuan lantai dan pastikan acuan dan perancah kuat dengan mengikuti perhitungan pembebanan scaffolding untuk memastikan tidak bocor dan roboh saat di cor

D. Gambar Kerja

Gelagar balok Balok Di atas gelagar Skur bagian luar

9 | P a g e

Page 11: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Skur bagian Dalam Tampak samping Cetakan balok dan lantai

E. Permasalahan Sulit karena banyak panel yang kurang layak pakai

Menaikkan rangakaian panel ke atas scaffolding

Balok dan kaso kurang lurus dan tegak

F. Solusi Gunakan Stager untuk menaikan rangkaian panel dan juga dibutuhkan

kekompakan pada tim kerja Gunakan panel yang masi bagus dan tidak cacat atau dapat membuat panel

yang baru Carilah balok dan kaso yang tidak melendut dan tegak, agar cetakan tersebut

kuat saat pengecoran

G. KesimpulanDalam pembuatan cetakan balok dan lantai, dibutuhkan kekuatan untuk melakukan pemasang agar kuat pada cetakan dan kokoh agar pengecoran nanti bias mendapatkan hasil yang maksimal

J. Perhitungan Tegangan Lentur ( σ ) dan Lendutan ( δ )a. Lantai

W = W1 + W2 + W3 = γ.d + 1/2.γ.d + 150 kg/cm2 = 1,5. γ.d + 150 kg/cm2

= 1,5(2400kg/m3)(0,15m) + 150kg/cm2 = 690 kg/cm2

1. MultiplekTebal 1,2 cm panjang l = 0,4 m

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×1 m× (0,012 )3m3=1,44 ×10−7 m4

W =16

× b× h2=16

×1 m× (0,012 )2m2=2,4 × 10−5 m3

q=W lantai ×b=690 kg /m2 ×1 m=690kgm

M=18

× q × ( L1)2=18

×690kgm

× (0,4 )2m2=13,8 kg . m

σ ¿=MW

= 13,8 kg .m

2,4 ×10−5 m3=575.000

kg

m2=57,5

kg

cm2

10 | P a g e

Page 12: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Karena σ ¿=57,5kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=150kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L1

4

384 × E × I=

5 (6,9 ) kgm

(40)4 cm4

384 (125000 )(14,4 )cm4 =0,1278

Jadi lendutannya adalah 0,1278 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

2. KASODiketahui: kaso 5/10 menjadi 5/9 (karena diketam) dan jarak 40cm (L2)

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×5cm ×93 cm3=303,75 cm4

W =16

× b× h2=16

×5 cm× 92 cm2=67,5 cm3

q=W lantai ×b=690 kg /m2 ×0,4 m=276kgm

=27,6kgcm

M=18

× q × ( L1)2=18

×276kgm

× (1,2 )2 m2=49,68 kg . m=4968 kg . cm

σ ¿=MW

=4968 kg . cm

67,5 cm3=73,6

kg

cm2

Karena σ ¿=73,6kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L1

4

384 × E × I=

5 (2,76 ) kgcm

(120)4 cm4

384 (80000 )(303,75)cm4 =0,2453

Jadi lendutannya adalah 0,2453 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

b. BALOKDiketahui jika balok 6/12 (kayu kelas III) jarak 60 cm(L3)

P1=W lantai × L1× L2=690 kg /m2×0,4 m× 1,2m=331,2 kg

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×6 cm ×123 cm3=864 cm4

W =16

× b× h2=16

×6 cm ×122 cm2=144 cm3

Ini terjadi beban terpusat, jadi:

M maks=5 P1 L3

12=

5 (331,2 ) kg (0,6 ) m12

=82,8 kg .m=8280 kg . cm

σ ¿=MW

=8280 kg . cm

144 cm3=57,5

kg

cm2

Karena σ ¿=57,5kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿(kelas III)

11 | P a g e

Page 13: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Maka lendutannya adalah: δ=53 P1 L3

3

1296 EI=

53 (331,2 ) kg(60)3 cm3

1296 (80000 )(864)cm4 =0,143

Jadi lendutannya adalah 0,143 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3Karena lebih kecil maka diizinkan.

P2=W lantai × L2 × L3=690 kg /m2×1,2 m ×0,6 m=496,8 kg

P2=496,8 kg lebih kecil dari−¿ N=1600 kg¿¿

Jadi diizinkan /memenuhi persyaratan.

Pembebanan pada balok (80/40) jika tebal multipleks 1,2cm dengan jarak antar kaso adalah 20cm

W balok=W 1+W 2=1,5 γd=1,5 (2400 ) kg

m3(0,8 ) m=2880

kg

m2

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×1 m× (0,012 )3m3=1,44 ×10−7 m4

W =16

× b× h2=16

×1 m× (0,012 )2m2=2,4 × 10−5 m3

q=W lantai ×b=2880 kg /m2 ×1 m=2880kgm

M=18

× q × ( L1)2=18

×2880kgm

× (0,2 )2 m2=14,4kg . m

σ ¿=MW

= 14,4 kg .m

2,4 ×10−5 m3=600.000

kg

m2=60

kg

cm2

Karena σ ¿=60kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=150kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L1

4

384 × E × I=

5 (28,8 ) kgm

(20)4 cm4

384 (125000 )(14,4 )cm4 =0,0333

Jadi lendutannya adalah 0,0333 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

c. Jarak Antar kaso Diketahui: kaso 5/10 menjadi 5/9 (karena diketam) dan jarak 80cm adalah L2

I kaso=1

12×b × h3= 1

12×5cm ×93cm3=303,75 cm4

W =16

× b× h2=16

×5 cm× 92 cm2=67,5 cm3

q=W lantai × L1=2880 kg /m2× 0,2m=576kgm

=57,6kgcm

M=18

× q × ( L1)2=18

×576kgm

× (0,8 )2 m2=46,08 kg .m=46,08 kg .cm

12 | P a g e

Page 14: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

σ ¿=MW

= 46,08 kg . m

67,5 × 10−6 m3=0,683

kg

m2=68,3

kg

cm2

Karena σ ¿=68,3kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L1

4

384 × E × I=

5 (5,76 ) kgcm

(80)4 cm4

384 (80000 )(303,75)cm4 =0,126

Jadi lendutannya adalah 0,126 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

d. Jarak Antar BALOKDiketahui jika balok 6/12 (kayu kelas III) dilihat dari tampak depan merupakan analisa beban terpusat. Jarak L3 adalah 120 cm

P1=W balok × L1× L2=288 0 kg/m2× 0,2 m× 0,8 m=460,8 kg

I balok=112

×b × h3= 112

× 6 cm× 123cm3=864 cm4

W =16

× b× h2=16

×6 cm ×122 cm2=144 cm3

q=W balok × L2=2880 kg/m2 ×0,8 m=2304kgm

=23,04kgcm

M maks=P1 L3

3=

(460,8 ) kg (1,2 ) m3

=184,32 kg .m=18432 kg . cm

σ ¿=MW

=18432 kg . cm

144 cm3=128

kg

cm2

Karena σ ¿=128kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=150kg

cm2 ¿

¿(kelas III)

Maka lendutannya adalah: δ=23 P1 L3

3

648 EI=

23 ( 460,8 ) kg(120)3 cm3

384 (125000 )(864)cm4 =0,262

Jadi lendutannya adalah 0,262 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3Karena lebih kecil maka diizinkan.Pada balok kedua (diatas U-Head). Dengan L4 = 120cm dan dimensi balok 6/12 (beban terbagi rata)

q=W balok × L3=2880 kg /m2 ×1,2 m=3456kgm

=34,56kgcm

M= 110

× q× ( L4 )2= 110

×3456kgm

× (1,2 )2 m2=497,664 kg . m

σ ¿=MW

=497,664 kg . m

144 ×10−6 m3=3,456 ×106 kg

m2=345,6

kg

cm2

Karena σ ¿=345,6kg

cm2 lebih besar dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿(tidak diizinkan).

e. Antar Scaffolding

13 | P a g e

Page 15: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Maka arak antar scaffolding harus diperkecil. Jika ditambahkan scaffolding lagi maka jarak L4 adalah 60cm.

q=W balok × L4=2880 kg /m2× 0,6 m=1728kgm

=17,28kgcm

M= 110

× q× ( L1 )2= 110

× 1728kgm

× (0,6 )2 m2=62,208 kg .m

σ ¿=MW

= 62,208 kg . m

144 × 10−6 m3=0,432× 106 kg

m2=43,2

kg

cm2

Karena σ ¿=43,2kg

cm2 lebih besar dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿(diizinkan dan memenuhi persyaratan).

δ=2,5 q L4

4

384 EI=

2,5 (17,28 )604

384 × 80000 ×864=0,021

Jadi δ=0,021lebih kecil dari yang diizinkan.

P2=W balok ×12

L3

× L4=2880 kg /m2×0,6 m×0,6 m=1036,8 kg

P2=1036,8 kg lebih kecildari−¿ N=1600 kg ¿¿

Jadi diizinkan /memenuhi persyaratan.

JOB 3

Bekisting Dinding

1. Tujuan a. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting dinding beton dengan baik dan benarb. Mahasiswa mengerti langkah pengerjaan bekisting dinding betonc. Mahasiswa dapat mengukur ketegakan dinding dan siku di setiap dinding

2. Dasar teoriPembuatan dinding nonstructural telah mengalami kemajuan dalam segi

metode pelaksanaannya. Pada metode konventional, pembuatan atau pemasang bekisting dinding dilakukan secara tradisional dengan pasangan bata namun sekarang dapat menggunakan semi system yaitu digunakan papan atau panel yang permukaannya rata dan halus kemudia untuk pengatur jaraknya menggunakan tie rod sekaligus penahan beban panel

14 | P a g e

Page 16: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

3. Langkah Kerjaa. Tentukan lokasi pembuatan dinding dengan benar , sediakan pula alat dan

bahan yang akan digunakanb. Buatlah as bekisting dinding, susun balok dan panel dengan memaku di setiap

bagian panel atau sesuai ukuran dan dirikan di daerah yang telah ditentukanc. Pasang tie rod yang sebelumnya telah dipasang paralon diantara sambungan

panel dengan jarak sekitar 30cm hingga tembus dan kencangkan d. Sambung dengan bekisting dinding yang lain hingga membentuk sudut siku siku

sempurnae. Pasang steel proof sebagai penahan bekisting dinding agar kokoh dan tidak

jatuh

4. Gambar Kerja

Dinding tampak Luar Dinding tampak Dalam Dinding samping

5. Permasalahan Kesulitan dalam merangkai panel karena ada yang kurang panjang dan cacat

kayu

6. Solusi Gunakan paku ukuran 7cm Panel yang digunakan tidak cacat pasang balok yang tidak melengkung dan bengkok

7. Kesimpulan

Dibutuhkan keterampilan memaku dalam melakukan job bekisting dinding serta kekohan pada cetakan. Agar pada saat pengecoran dapat menahan semua beban

8. Perhitungan

volume=(2,44 ×2 ×0,3 )m3=1,464 m3

15 | P a g e

Page 17: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Waktu pengecoran = 30 menit

kecepatan pengecoran=2,00 meter

12

jam=4,00

meterjam

W =5,6264ton

m2=5626,4

kg

m2

1. MultiplekTebal 1,2cm dan panjang 20cmJawab :

I multipleks=1

12× b ×h3= 1

12×1 m× (0,012 )3m3=1,44 ×10−7 m4

W =16

× b× h2=16

×1 m× (0,012 )2m2=2,4 × 10−5 m3

q=W dinding ×b=5626,4 kg /m2× 1m=5626,4kgm

M= 110

× q× ( L1 )2= 110

× 5626,4kgm

× (0,2 )2 m2=22,5056 kg . m

σ ¿=MW

=22,5056 kg . m

2,4 × 10−5 m3=9,377× 105 kg

m2=93,77

kg

cm2

Karena σ ¿=93,77kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=150kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=2,5 ×q× L1

4

384 × E × I=

2,5 (56,264 ) kgm

(20)4 cm4

384 (125000 )(14,4)cm4 =0,0326 cm

Jadi multiplek ini bias menahan beban (0.3cm)

2. KASOKaso 5/6 Panjang 25 cm

I kaso=1

12×b × h3= 1

12×5 cm ×63cm3=90 cm4

W =16

× b× h2=16

×5 cm× 62 cm2=30 cm3

q=W dinding ×b=5626,4 kg /m2× 0,2 m=1125,28kgm

=11,2528kgcm

M=18

× q × ( L2)2=18

×1125,28kgm

× (0,25 )2m2=8,791 kg .m=879,1 kg . cm

σ ¿=MW

=879,1 kg .cm

30 cm3=29,30

kg

cm2

16 | P a g e

Page 18: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Karena σ ¿=29,30kg

cm2 lebih keci dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=5 ×q × L2

4

384 × E × I=

5 (11,2528) kgcm

(25)4 cm4

384 (80000 )(90)cm4 =7,949× 10−3

Jadi lendutannya adalah 7,949×10−3 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3

Balok yang selanjutnya mengukur lendut atau tidaknya dengan perhitungan Dimensi6/12 Kelas 3 dan jarak 80 cm

P1=W dinding× L1× L2=5626,4

kg

m2× (0,2 ) m× (0,25 )m=281,32 kg

Sehingga: M maks=P1 L3

3=281,32× 0,8

3=75,019 kg . m

σ ¿=MW

= 75,019 kg . m

144 × 10−6 m3=52,096

kg

cm2

Karena σ ¿=52,096kg

cm2 lebih kecil dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=23 × P1× L3

3

648 × E × I=

23 (281,32 ) kgcm

(80)3 cm4

648 (80000 )(864)cm4 =0,074. Jadi lendutannya

adalah 0,074 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3.

Balok yang ke-2 melendut atau tidak, maka perlu dihitung tegangan lentur dan lendutannya. Dengan dimensi balok 8/15 dan jarak tierod(L4) adalah 30 cm.

P1=W dinding× L2× L3=5626,4

kg

m2× (0,25 ) m× (0,8 ) m=1125,28kg

Sehingga: M maks=3 P2 L4

5=

3 ×(1125,28)× 0,35

=202,55 kg .m

σ ¿=MW

= 202,55 kg . m

300 ×10−6 m3=67,52

kg

cm2

Karena σ ¿=67,52kg

cm2 lebih kecil dari −¿σ ¿=75kg

cm2 ¿

¿

Maka lendutannya adalah: δ=63 P2 L4

3

1000 EI=

63 (1125,28 )kg (30)3 cm4

1000 (80000 )(864)cm4 =0,0277. Jadi lendutannya

adalah 0,0277 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3.Sehingga:

P3=W dinding × L3 × L4=5626,4kg

m2× (0,8 ) m× (0,3 ) m=1350,336 kg

17 | P a g e

Page 19: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

Sedangkan nilai tegangan normalnya adalah 10000 kg (diizinkan/memenuhi).

Job 4

Bekisting Tangga

18 | P a g e

Page 20: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

1. Tujuana. Dapat memahami pembuatan rencana bekisting tangga

b. Menganalisa jumlah anak tangga berdasarkan tinggi suatu bangunan

c. Menganalisa kebutuhan bahan yang diperlukan

d. Terampil membuat bekisting tangga

2. Dasar teoriTangga merupakan sarana lalu lintas pejalan kaki yang menghubungkan suatu

daerah lantai dengan daerah lantai lainnya

a. Syarat tangga : Harus mampu menopang beban yang bekerja pada tangga Letaknya harus mudah dan tidak dipersulit ketika digunakan Mendapat sarana pendukung disetiap kondisi

Mudah atau nyaman untuk dilewat, kemiringan lebih dari 45 dan lebar minimum 10 orang

b. Macam macam tangga

Tangga lurus Tangga lurus bordes Tangga bordes berbalik Tangga berbentuk t Tangga bordes siku Tangga ¼ llingkaran

3. Hal yang perlu di perhatikan dalam merencanakan bentuk tangga a. Bentuk dan ukurang tangga harus sesuai dengan perhitungan sehingga ketika

terhubung oleh lantai yang lainnya dapat tersambungb. Bentuk lebar dan ukurant tangga harus sesuai dengan kondisic. Optride dan antrede sesuai perhitungan dan tebal lantai

4. Langkah Kerjaa. Susun 6 buah panel atau sesuai kebutuhan lalu paku hingga 4 lapis sebagai

dinding dari tanggab. Setelah dibuat sebagai dinding atur menjadi siku di setiap sisi dengan lebar

90cm, agar kuat dan kokoh lapisan dinding tadi dapat di tahan menggunakan kaso dan balok beton

c. Buat mal acuan tangga dilantai dengan skala sebenarnya menggunakan kapur tulis ditepi dinding dan potong sebagian papan sesuai dengan mal yang telah di gambar

19 | P a g e

Page 21: Bekisting 2

Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2

d. Gambar optride dan antride ditepi bagian dalam dinding lapisan siku , pasang papan sesuai potongan yang dibuat dari mal acuan tangga jika tidak cocok bias diganti dengan papan yang baru

e. Sebelum selesai menuju lantai selanjutnya, cobalah untuk mengecek apakah sambungan papan tadi sesuai dan cocok sampai ke atas

5. PermasalahanSaat pemasangan papan dalam pengukuran di mal dinding tangga sangat sulit menentukan Panjang dari stiap papan

6. SolusiTeliti sebelum memotong papan sebagai penahan mortar lakukan penggambaran di mal dinding tangga secara benar sehingga meminimalisir kesalahan

7. Kesimpulan Sebelum melakukan rencana bekisting tangga sebaiknya mengerti dalam melakukan penggambaran simulasi dari tangga dan perhitungan secara matang agar pertemuan lantai satu dan lantai dua bisa cocok

8. Gambar Kerja

Karena pekerjaan bengkel membuat bekisting tangga tidak selesai gambar tidak dapat dimuat

9. Perhitungan Dengan melakukan pekerjaan bengkel tangga kelompok tidak bisa menyelesaikan hingga akhir rencana bekisting tangga tersebut sehingga perhitungan jumlah optride dan antride berdasarkan perhitungan saja2 Optride + antride = 60 – 64Antride = 64 – (2.20) = 24

20 | P a g e