Bedah Mayat Dan Otopsi

download Bedah Mayat Dan Otopsi

of 16

Transcript of Bedah Mayat Dan Otopsi

Dian Putri Bungsu - 1102010073 Regina Septiani - 1102010234 Resha Chaerunisa R - 1102010236

Bedah mayat adalah suatu upaya tim dokter ahli untuk

membedah mayat karena dilandasi maksud atau kepentingan tertentu. Otopsi adalah pemeriksaan tubuh dengan jalan pembedahan untuk mengetahui penyebab kematian yang diduga tidak wajar.

Dilihat dari tujuannya, bedah mayat dibedakan atas 4

hal : 1. Bedah mayat anatomis : pembedahan mayat dengan tujuan menerapkan teori yang diperoleh oleh mahasiswa. 2. Bedah mayat keilmuan : bedah mayat yang dilakukan terhadap mayat yang meninggal di Rumah Sakit .

3. Bedah mayat kehakiman : bedah mayat yang bertujuan untuk mencari kebenaran hukum . 4. Bedah mayat untuk tujuan menyelamatkan janin yang ada di perutnya atau untuk mengeluarkan benda berharga.

Meskipun dalam Al-Quran tidak ada ayat khusus yang

menegaskan tentang hukum bedah mayat, tetapi banyak ayat yang dapat dijadikan sebagai acuan dan landasan dalam menetapkan praktik bedah mayat, misalnya janji Allah yang akan memperlihatkan tandatanda kebesaran-Nya di angkasa luar dan dalam diri manusia itu sendiri, seperti dalam ayat Al-Quran :

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu Qs. Fushshilat Surat Ke 41 : [54 Ayat]

Hukum bedah mayat dengan tujuan anatomis dan

klinis dapat berpedoman pada sejumlah hadits yang menganjurkan untuk berobat, setiap penyakit ada obatnya, diantaranya :Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud)

Fatwa yang lebih maju disampaikan oleh Syaikh Jad al

Haqq Ali Jad al Haqq membolehkan memanfaatkan sebagian tubuh mayat yang tidak diketahui identitasnya untuk pengobatan atau praktikum bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran, kadar kemaslahatannya jelas. Abu Ishaq asy-Syirazi (1003-1083 M), dan Sayyid Abu Bakar dari Mazhab Syafii mengemukakan jika janin dalam perut mayat masih hidup boleh dibedah karena alasan darurat. Syaid Abu Bakar menambahkan pembolehan tersebut jika janin masih hidup atau telah berumur sekurangnya 6 bulan, jika kurang atau tidak ada harapan hidup maka haram dilakukan pembedahan.

Sejalan dengan pendapat ulama klasik, Nuruddin Atr (ahli hadits dari Suriah) menyatakan, jika sekadar mengeluarkan koin dari perut saja dibolehkan. Ketidakbolehan mematahkan tulang sebagaimana dimaksud dalam Hadits Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah dimaksudkan jika tidak ada tujuan yang bermanfaat. Namun demikian, dalam batasan darurat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan keahlian pelaku kriminal, maka bedah mayat perlu dilakukan dan hukumnya menjadi wajib sejalan dengan kaidah hukum islam.

Inti dari fatwa-fatwa yang ada terpulang pada prinsip

mafsadah dan mashlahah : - Menolak mafsadah lebih didahulukan daripada mengambil mashlahah. - Dasar dalil untuk menetapkan hukumnya, merujuk pada sejumlah kaidah hukum Islam yang berhubungan dengan kedaruratan. Jika terjadi kontradiksi antara dua mafsadah, maka dipelihara yang lebih besar dengan melaksanakan yang lebih ringan.

Dari konferensi alim ulama di jakarta, 5 -6 agustus 1951 lahir

kesepakatan dan rekomendasi sebagai berikut : 1. bahwa milpunctie (suntikan mayat ) hanya di bolehkan dalam keadaan darurat. Keadaan darurat itu ditetapkan oleh ahli ahli kesehatan dan ahli ahli agama di daerah yang bersangkutan. 2. menganjurkan kepada pemerintah,supaya : A. Membatasi pelaksanaan suntikan mayat kepada batas yang seminimal minimalnya dan bila segala jalan lain tidak ada lagi. B. Menjaga dengan cara bijaksana. C. senantiasa berusaha mendapatkan jalan lain dari suntikan mayat guna mengetahui menyakit pes. D. memajukan segala daya upaya buat menyempurnakan usaha pencegahan pemberantasan penyakit pes pada khususnya dan memajukan kesehatan rakyat pada umumnya, dengan jalan penerangan penerangan dan tindakan tindakan efektif

Tim fatwah majlis tajrih muhammadiyah pada tahun

1987 menyatakan bahwa pada prinsipnya mengaharamkan otopsi, namun jika ada kebutuhan mendesak ( darurat ), untuk tujuan yang dibenarkan syarak, seperti untuk keperluan pendidikan dokter, praktik anatomi, atau keperluan kehakiman maka dibolehkan. Fatwa tersebut ditetapkan berdasarkan qiyas terhadap larangan mematahkan tulang orang mati, illiat-nya karena mengandung unsur penghinaan atau penganiyaan. Dalam praktik kedokteran, unsur unsur tersebut (illat) tidak ada, maka hukumnya tidak dilarang

Dari fatwa fatwa yang ada, pangkal persoalaan yang

di jadikan sebagai masalah, menyangkut batasan tentang menghormati jenazah antara pemahaman tekstual dan kontekstual. Disisi lain adanya kemaslahatan yang lebih luas. Pemahaman kontekstual ditunjang dengan sejumlah prinsip dalam agama islam lebih mementingkan kemaslahatan yang lebih luas, lebih bermanfaat, lebih mementingkan kemaslahataan bagi kehidupan orang hidup daripada orang mati, memilih kadar mafsadah yang lebih ringan

Dari uraian dan jabaran di atas dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut: 1. Bahwa hukum asal bedah mayat adalah haram, karena tindakan tersebut berarti menistakan manusia yang sangat dimuliakan Allah, namun untuk tujuan kemaslahatan yang lebih luas, Ulama cenderung menghalalkan bedah mayat, Alasannya, karena darurat, menolak mafsadah lebih didahulukan daripada menarik maslahah, dan lebih mendahulukan kepentingan orang hidup daripada kemaslahatan mayat.

2. Karena kebolehannya semata-mata alasan darurat, maka dalam praktik pembedahan mayat mesti dilakukan hanya sebatas yang diperlukan, tidak berlebihan, dan tetap dalam koridor menghormatinya. Setelah selesai. - Jika jenazahnya muslim, kewajiban bagi orang muslim adalah merawatnya sesuai dengan ketetapan dan batasan syariat Islam, seperti memandikan, mengafani, menyembahyangkan, dan menguburkannya. - Jika jenazah non-muslim, maka harus dikafani dan dikuburkan.