Bedah Mayat Dalam Pandangan Islam

download Bedah Mayat Dalam Pandangan Islam

of 15

description

keperawatan

Transcript of Bedah Mayat Dalam Pandangan Islam

BEDAH MAYATMENURUT PANDANGAN ISLAM

MAKALAHDiajukan untuk memenuhitugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam semester 1yang diampu oleh Nur Aksin, S. Ag., MSI

2010 / 2011POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANGJurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Semarang

BEDAH MAYATMENURUT PANDANGAN ISLAM

MAKALAHDiajukan untuk memenuhitugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam semester 1yang diampu oleh Nur Aksin, S. Ag., MSI

DISUSUN OLEH1. Afidha Kumala PutriP.174201100332. Agida De ArgarintaP.174201100353. Aprilia Devy AndrawiniP.174201100374. Barzam FathanP.174201100395. Dedy SetyawanP.174201100416. Deny IrwantoP.174201100437. Egna YunitaP.17420110045

2010 / 2011POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANGJurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Semarang

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam Program Studi Keperawatan Semarang, makalah berjudul Bedah Mayat Menurut Pandangan Islam

Disahkan padaHari:Tanggal:

Mengetahui,Dosen Pembimbing Mata Kuliah KDM 1Politeknik Kesehatan Semarang

NUR AKSIN, S.Ag., MSINIP.

Alhayatu Bila Mahbub Kallaili Bila Nujum

Hidup tanpa cinta bagaikan malam tanpa bintang

PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Bedah Mayat Menurut Pandangan Islam ini tanpa halangan suatu apa pun.Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pandangan Islam tentang bedah mayat. Bedah mayat tersebut juga akan dibahas dari sudut pandang masyarakat serta merinci apa pengertian serta prosedur yang ada di dalam bedah maya. Kami menyadari, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, antara lain:1. Bapak Nur Aksin, S. Ag., MSI2. Segenap tim penyusun makalah3. Pihak-pihak lain yang telah mendukung terselesaikannya makalahPenyusun mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari pihak-pihak tersebut.Kami juga menyadari isi makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf dan besar harapan kami menerima saran berikut kritik yang membangun mengenai kekurangan tersebut.

Semarang, 8 Oktober 2010

Penyusun Makalah

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPULiHALAMAN JUDULiiPENGANTARiiDAFTAR ISIivBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang Masalah11.2 Rumusan Masalah11.3 Ruang Lingkup Pembahasan11.4 Tujuan Penulisan21.5 Manfaat Penulisan2BAB II BEDAH MAYAT32.1 Definisi Bedah Mayat32.2 Tujuan Dilakukan Bedah Mayat32.3 Prosedur Bedah Mayat42.4 Dasar Hukum Dilakukan Bedah Mayat52.5 Pandangan Islam Terhadap Bedah Mayat52.6 Analisa KelompokBAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 PenutupDAFTAR PUSTAKA

***vi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBedah mayat merupakan salah satu tindakan medis untuk mengetahui sebab meninggalnya seseorang atau digunakan sebagai media referensi pembelajaran khususnya di bidang kedokteran. Tetapi ada beberapa hal yang masih menjadi ambigu terutama mengenai boleh tidaknya dilakukan pembedahan mayat.Oleh karena itu patut diketahui lebih lanjut mengenai prosedur bedah mayat. Di dalamnya kita juga harus mengetahui pihak yang terlibat (melakukan bedah mayat).Selain hal di atas, kita harus mengetahui dasar hukum tentang bedah mayat; pandangan dari masyarakat khususnya mengenai bedah mayat dalam agama Islam.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah tentang bedah mayat menurut pandangan agama Islam adalah sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud dengan bedah mayat?2. Bagaimana prosedur dari dilakukannya bedah mayat?3. Apa tujuan dilakukannya bedah mayat?4. Apa dasar hukum dari dilakukannya bedah mayat?5. Bagaimana pandangan terhadap bedah mayat baik dari masyarakat maupun dari agama Islam?

1.3 Ruang Lingkup PembahasanRuang lingkup pembahasan mengenai bedah mayat menurut pandangan agama Islam adalah sebagai berikut:1. Definisi bedah mayat.2. Prosedur bedah mayat.3. Tujuan bedah mayat.4. Dasar hukum bedah mayat.5. Pandangan bedah mayat.

1.4 Tujuan Penulisan MakalahTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Memaparkan apa yang dimaksud dengan bedah mayat.2. Menjelaskan prosedur dari dilakukannya bedah mayat.3. Menjelaskan tujuan dari dilakukannya bedah mayat.4. Memaparkan dasar hukum dari dilakukannya bedah mayat.5. Membandingkan pandangan masyarakat dengan pandangan agama Islam terhadap bedah mayat.

1.5 Manfaat Penulisan MakalahBerikut ini adalah manfaat dari pembahasan mengenai pandangan agama Islam terhadap bedah mayat:1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan prosedur pembedahan mayat.2. Mengetahui tujuan dari prosedur bedah mayat.3. Mengetahui boleh atau tidaknya dilakukan bedah mayat.4. Mengetahui pandangan islam tentang bedah mayat.

***

BAB IIBEDAH MAYAT

2.1 Definisi Bedah MayatBedah mayat adalah prosedur yang sering dilakukan dalam bidang kedokteran. Biasanya bedah mayat dilakukan pada saat diperlukan tindakan otopsi, praktik dalam bembelajaran mata kuliah anatomi bagi mahasiswa kedokteran.Otopsi adalah pemeriksaan mayat dengan pembedahan. Terdapat tiga macam jenis otopsi:a. Otopsi AnatomisOtopsi yang dilakukan mahasiswa kedokteran dalam mempelajari ilmu anatomi.b. Otopsi KlinisOtopsi untuk mengetahui berbagai hal yang terkait dengan penyakit (misal jenis penyakit) sebelum pasien meninggal.c. Otopsi ForensikOtopsi yang dilakukan oleh penegak hukum terhadap korban pembunuhan atau kematian yang mencurigakan, untuk mengetahui sebab kematian, menentukan identitasnya dan sebagainya.Jadi dapat disimpulkan bahwa bedah mayat merupakan prosedur dalam proses otopsi dengan jalan melakukan pembedahan pada tubuh mayat (semua bagian tubuh) untuk tujuan tertentu.

2.2 Tujuan Dilakukan Bedah MayatDari penjelasan mengenai definisi bedah mayat, dikemukakan sekilas mengenai tujuan dari dilakukannya bedah mayat, yaitu untuk pendidikan dan pengungkapan kasus mengenai penyebab seseorang meninggal.Bedah mayat dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Di bidang pendidikan, bedah mayat berfungsi untuk mengajarkan anatomi fisiologi manusia secara nyata. Hal ini biasa dilakukan oleh calon mahasiswa kedokteran supaya mereka dapat melihat langsung organ-organ di dalam tubuh.Sementara di bidang medis, bedah mayat erat kaitannya dengan transplantasi organ. Organ-organ tubuh dari mayat baru bisa diambil untuk tujuan transplantasi organ bagi orang yang membutuhkan. Hal ini tentu saja dengan persetujuan dari keluarga mayat.Di bidang hukum, bedah mayat dilakukan manakala dibutuhkan pengusutan kasus-kasus tertentu dimana dibutuhkan pemeriksaan mayat supaya diketahui penyebab kematiannya secara pasti.Di bidang seni, prosedur ini juga dilakukan untuk mengawetkan mayat dan memperlihatkan bagian dalam tubuh manusia untuk dijadikan semacam koleksi yang bernilai estetik. Koleksi-koleksi tersebut kemudian dipajang di museum.

2.3 Prosedur Bedah MayatKarena mayat merupakan jasad seseorang yang sudah meninggal, tidak ada persiapan merinci untuk pembedahan mayat. Biasanya untuk mayat tanpa identitas, prosedur dilakukan dengan pengawetan mayat terlebih dahulu. Pengawetan tersebut menggunakan formalin. Biasanya, mayat yang diawetkan ini dipakai untuk pembelajaran nantinya. Ada penyimpanan mayat secara utuh yang nantinya akan disimpan pada museum anatomis dan patologi, ada juga yang menyimpan organ-organ tertentu dari tubuh untuk disimpan dalam bank alat tubuh.Untuk mayat yang akan diotopsi secara forensik, langsung dilakukan pembedahan. Peralatan-peralatan yang dipakai juga alat-alat kedokteran seperti pisau dokter, gunting pemotong organ dan lain-lain. Biasanya, setelah dilakukan pembedahan mayat, bagian tubuh mayat yang terbuka akan dirapikan kembali. Tapi pada beberapa kasus, sering tubuh mayat dibiarkan sedemikian rupa sehingga kondisinya tidak seperti semula. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang enggan jika sanak saudaranya yang meninggal butuh diotopsi.

2.4 Dasar Hukum Dilakukan Bedah MayatProsedur dari pembedahan mayat di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 18/1981. Dalam peraturan ini, bedah mayat dikelompokkan menjadi dua, yakni bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis. Adapun beberapa peraturan mengenai keduanya adalah sebagai berikut:a. Bedah Mayat Klinis (Pasal 2)Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan jika sudah ada persetujuan keluarga terdekat setelah penderita meninggal dunia jika sebab kematian belum diketahui secara pasti.b. Bedah Mayat Anatomis (Pasal 5)

2.5 Pandangan Islam Tentang Bedah MayatSetelah mengetahui dasar hukum tentang prosedur bedah mayat, ada pandangan khusus dari agama Islam mengenai bedah mayat ini. Secara keseluruhan terdapat dua pendapat yaitu sebagai berikut:1. Bedah mayat haram dilakukan 2. Bedah mayat hukumnya mubah (boleh)Perbedaan itu berpangkal pada perbedaan memahami hadis Nabi kepada penggali kubur agar tidak merusak tulang-belulang yang didapatkan dari kuburan. Engkau jangan merusak tulang itu, karena merusak tulang seseorang yang telah meninggal sama dengan merusak tulang seseorang yang masih hidup, sabda Nabi, diriwayatkan Malik, Ibnu Majah, dan Abu Daud dengan sanad yang sahih. Pendapat yang melarang operasi perut jenazah berasal dari pemahaman hadist itu secara mutlak, dalam kondisi apapun. Sedangkan alasan pendapat yang membolehkan adalah darurat, seperti menyelamatkan janin dan mengambil harta. Syekh Abdul Majid Sulem, mufti Mesir yang lain, dalam al-Fatawa al-Islamiyah, berkomentar terhadap hadist tadi. Menurutnya, hadis itu berlaku bila tidak ada kemaslahatan lebih krusial (maslahah rajihah). Bila ada kemaslahatan lebih krusial yang ingin diraih, seperti menyelamatkan janin, maka termasuk pengecualian. Fatwa MUI Nomor 19, tanggal 5 Februari 1988, menyebutkan bahwa penyelidikan ilmiah terhadap mayat tidak dilarang oleh Islam. Setelah dipakai penyelidikan, mayat itu wajib dikuburkan. Pandangan MUI, 20 tahun silam, itu sejalan dengan fatwa Yusuf Ad- Dajwi.Komisi Fatwa MUI, membuat keputusan dengan beberapa klausul: Pertama, hukum asal pengawetan jenazah adalah haram. Sebab jenazah manusia itu terhormat, sekalipun sudah meninggal. Orang yang hidup wajib memenuhi hak-hak jenazah. Salah satunya, menyegerakan jenazah dikuburkan. Kedua, pengawetan jenazah untuk penelitian dibolehkan, tapi terbatas (muqoyyad). Dengan ketentuan, penelitian itu bermanfaat untuk pengembangan keilmuan dan mendatangkan maslahat lebih besar: memberikan perlindungan jiwa. Bukan untuk praktek semata. Ketiga, sebelum pengawetan, hak-hak jenazah muslim harus dipenuhi. Misalnya dimandikan, dikafani, dan disalati. Pengawetan jenazah untuk penelitian harus dilakukan dalam batas proporsional, hanya untuk penelitian. Jika penelitian telah selesai, jenazah harus segera dikuburkan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Keempat, negara diminta membuat regulasi yang mengatur ketentuan dan mekanismenya. Kaidah dalam agama Islam, ulas Masdar F Mas'udi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), segala sesuatu pada dasarnya diperbolehkan sampai ada dalil yang menyatakan terlarang. Organ tubuh dalam hukum Islam menyangkut manusia hidup karena terkait dengan jiwa. Sejauh ini belum ada aturan tentang donasi tubuh manusia setelah meninggal, karena itu boleh dilakukan. Apalagi tujuan donasi adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia. Hal ini dihargai dan dinilai sebagai amal jariahIzin penggunaan mayat diberikan oleh pemilik tubuh saat masih hidup atau izin keluarga jika telah meninggal. Untuk mayat yang tak teridentifikasi, izin diberikan oleh pemerintah. Hal senada dikemukan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurutnya, sesungguhnya tidak perlu ada kekhawatiran jika mendonorkan tubuh maka tubuh menjadi tidak lengkap saat menghadap Tuhan. "Saat seseorang meninggal dunia, jiwanya meninggalkan tubuh untuk menghadap Tuhan, sedang tubuh hancur bersama tanah. Jika disumbangkan untuk riset dan pendidikan yang bermanfaat bagi kemanusiaan, si pemilik akan mendapat pahala," ujarnya. Menurut Sekretaris Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, Indonesia telah memiliki peraturan dan fatwa mengenai bedah mayat, antara lain Fatwa Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara' Kementerian Kesehatan No 4/1955, yang menyatakan bedah mayat hukumnya mubah (tidak diharamkan dan tidak dihalalkan).

2.6 Analisa Kelompok

BAB IIIBEDAH MAYAT

3.1 Kesimpulan3.2 Penutup

DAFTAR PUSTAKA