Beberapa Faktor Intrinsik Yang Berhubungan Dengan

5
BEBERAPA FAKTOR INTRINSIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PADA IBU HAMIL DI RSUD AMBARAWA BAB I A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Salah satu penyebab kematian ibu selama kehamilan adalah abortus. Angka kematian ibu maternal dikabupaten semarang tahun 2012 mengalami penurunan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 146,2 per 100.000 kh menjadi 78,01 per 100.000 kh. Hal ini telah sedikit memenuhi target sebesar 118 per 100.000 kh. ( DKK,2013 ) Angka kematian bayi di kabupaten semarang tahun 2012 sebesar 13,20 per 1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya angka ini sedikat mengalami penurunan dari 13,37 per 1000 kelahiran hidup menjadi 13,20 kelahiran hidup. Meskipun tingkat penurunanya sangat kecil dan belum mencapai target sasaran sebesar 8, 11 per 1000 kelahiran hidup. ( DKK, 2013) Insiden kehamilan diketahui secara klinis sebanyak 15%- 25% diantaranya mengalami komplikasi perdarahan pada trimester 1 dan 50% mengalami abortus. Jika tidak ditangani secara tepat maka kejadian abortus bisa membahayakan dan komplikasinya bisa menyebabkan perdarahan, infeksi dan syok ( Manuaba, 2002 ).

description

wedhekdh

Transcript of Beberapa Faktor Intrinsik Yang Berhubungan Dengan

Page 1: Beberapa Faktor Intrinsik Yang Berhubungan Dengan

BEBERAPA FAKTOR INTRINSIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PADA IBU HAMIL DI RSUD AMBARAWA

BAB I

A. Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

negara berkembang. Salah satu penyebab kematian ibu selama kehamilan adalah abortus.

Angka kematian ibu maternal dikabupaten semarang tahun 2012 mengalami penurunan

dengan tahun sebelumnya yaitu dari 146,2 per 100.000 kh menjadi 78,01 per 100.000 kh.

Hal ini telah sedikit memenuhi target sebesar 118 per 100.000 kh. ( DKK,2013 )

Angka kematian bayi di kabupaten semarang tahun 2012 sebesar 13,20 per 1000

kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya angka ini sedikat

mengalami penurunan dari 13,37 per 1000 kelahiran hidup menjadi 13,20 kelahiran

hidup. Meskipun tingkat penurunanya sangat kecil dan belum mencapai target sasaran

sebesar 8, 11 per 1000 kelahiran hidup. ( DKK, 2013)

Insiden kehamilan diketahui secara klinis sebanyak 15%-25% diantaranya

mengalami komplikasi perdarahan pada trimester 1 dan 50% mengalami abortus. Jika

tidak ditangani secara tepat maka kejadian abortus bisa membahayakan dan

komplikasinya bisa menyebabkan perdarahan, infeksi dan syok ( Manuaba, 2002 ).

Menurut Sarwono (2008) abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

Menurut data WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta

kejadian abortus yang tidak aman. Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu

diakibatkan oleh komplikasi abortus yang tidak aman, 95% diantaranya terjadi dinegara-

negara berkembang ( Pradono,2007 ).

Menurut data nasional diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia

Tenggara yaitu 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 - 1,5 juta di

Indonrsia antara 155.000 - 750.000 di Filipina dan antara 300.000 - 900.000 di Thailand.

Survei yang dilakukan dibeberapa klinik Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar

menunjukan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah menikah dan 11%

Page 2: Beberapa Faktor Intrinsik Yang Berhubungan Dengan

pada wanita yang belum menikah. Golongan umur mereka yang melakukan abortus yaitu

34% berusia antara 30-40 tahun, dan 51% berusia antara 20-29 tahun dan sisanya 15%

berusia dibawah 20 tahun ( Azhari, 2002 ).

Umur dapat mempengaruhikejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun

belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu

maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia

lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada

kromosom dan penyakit kronis. ( Manuaba, 2002 ).

Ibu umur dibawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2% risiko

meningkatnya 10% pada usia ibu lebih dari 35 tahun. Peningkatan risiko abortus ini

diduga berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut

( Cunnigham, 2005).

Faktor gravida juga berhubungan dengan abortus karena pada gravida yang tinggi

disebabkan oleh endometrium yang belum sempat tumbuh, faktor endometrium di fundus

belum siap menerima implantasi. Menurut Cunningham (2005) faktor paritas mempunyai

pengaruh besar. Frekuensi meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas,

6% kehamilan pertama atau kedua berakhir dengan abortus, angka ini meningkat menjadi

16% pada kehamilan ketiga dan seterusnya. (Llewellyn-Jones, Derek 2001).

Penyakit Ibu seperti Pneumonia, thipus abdominalis, jantung, malaria dan lain-lain

dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit-penyakit infeksi lain juga

memperbesar peluang terjadinya abortus. Hasil penelitian kesehatan diperoleh data

bahwa angka kejadian abortus (34,6%) disusul penyakit yang memperburuk kondisi ibu

(26,9%) dan yang disebabkan oleh faktor lainnya sebanyak (61,5%) ( Mochtar, 2002 ).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Ambarawa, peneliti

memperoleh data terjadinya peningkatan abortus dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011

jumlah ibu hamil sebanyak 1200 kasus 286 orang, tahun 2012 jumlah ibu hamil sebanyak

1240 orang dan yang mengalami abortus terjadi peningkatan sebanyak 292 kasus dan

pada tahun 2013 bulan januari sampai oktober jumlah ibu hamil sebanyak 980 dan yang

mengalami abortus sebanyak 154 kasus.

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti di RSUD Ambarawa pada 10 kelompok

kasus abortus pada umur yang beresiko yaitu <20 dan >35 sebanyak 8 orang (80%).

Page 3: Beberapa Faktor Intrinsik Yang Berhubungan Dengan

Dilihat dari segi gravida >4 sebanyak 7 orang (70%), pada ibu yang mempunyai riwayat

penyakit sebelumnya sebanyak 5 orang (505%). Sedangkan pada 10 kelompok ibu yang

tidak abortus didapatkan bahwa umur yang tidak berisio 20-25 sebanyak 2 orang (20%),

gravida <3 sebanyak 3 orang (30%) dan ibu yang tidak mempunyai riwayat penyakit

sebelumnya sebanyak 5 orang ( 50% ).

Dari uraian diatas, peneliti ditarik untuk melakukan penelitian tentang beberapa

faktor intrisik yang berhubungan dengan kejadian abortus pada ibu hamil di RSUD

Ambarawa tahun 2013.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa abortus sangat

mempengaruhi dalam kehamilan. Ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus

yaitu faktor intrinsik yang meliputi umur, gravida dan riwayat enyakit sebelumnya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa terjadi adanya peningkatan angka

kejadian abortus di RSUD Ambarawa.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Mengetahui beberapa faktor intrinsik yang berhubungan dengan kejadian abortus

pada ibu hamil di RSUD Ambrawa tahun 2013.

2.Tujuan Khusus

a.