Beautiful Mind

download Beautiful Mind

of 5

description

Ulasan Film Beautiful Mind

Transcript of Beautiful Mind

BEAUTIFUL MIND

BEAUTIFUL MIND

John Forber Nash adalah seorang profesor Matematika yang sangat jenius. Teramat jenius. Tahun 1947 ia masuk ke dalam Priceton demi mendalami ilmu Matematika sekaligus mencari teori baru, salah satu kelulusan yang diakui adalah menemukan sebuah teori atau rumus terbaru. Hingga akhirnya, ia mengalami kejadian hidup yang dianggap tidak nyata oleh orang - orang disekitarnya , termasuk sang istri yang setia, Alicia ( Jennifer Conelly). Setelah melakukan diagnosa yang panjang, Nash dianggap mengidap kelainan jiwa. Ini baru diketahui saat pernikahan sudah berjalan, retardasi mentalnya biasa disebut schizophrenic.Dan sudah dianggap stadium 3, karena sulit membedakan mana yang nyata dan yang tidak. Ia pun bersikeras bahwa selama ini ia bekerja secara diam - diam dengan Pentagon. Juga memiliki sahabat sejati dan keponakan mungil yang selalu hadir setiap saat. Padahal kenyataannya itu semua hanyalah kesimpangan jiwanya.agaimana kelanjutan hidup profesor jenius yang pada tahun 1994 mendapatkan Nobel Prize ini ? Apakah karirnya akan berhenti akibat penyakit jiwa yang dideritanya? Film ini diangkat dari kisah nyata sang tokoh yang disadur Sylvia Nasar's ke dalam biografi. Kemudian sutradara Ron Howard pun tak membiarkan ditelan jaman. Bersama Akiva Goldsman sebagai penulis skenario, film ini ditekankan pada sisi keberadaan Nash bagaimana ia berjuang membedakan antara nyata dan tidak. Dan itu memerlukan waktu hingga akhir usianya. Monday, 25.04.2005 10:40 Analisis Film : A Beautiful Mind

Posted on Psychology.

Film A Beautiful Mind menggambarkan kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang bernama John Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer. Selama Perang Dingin berlangsung, Nash mengidap schizophrenia yang membuatnya hidup dalam halusinasi dan selalu dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk sembuh dan meraih hadiah Nobel tahun 1994, kala ia memasuki usia senja.Kisah dibuka dengan Nash muda di tahun 1948 yang memulai hari-hari pertama kuliahnya di universitas bergengsi, Princeton University. Sejak awal, Nash -lelaki sederhana dari dusun Virginia digambarkan sebagai pribadi penyendiri, pemalu, rendah diri, introvert sekaligus aneh. Aku tak terlalu suka berhubungan dengan orang dan rasanya tak ada orang yang menyukaiku, ujar Nash berkali-kali. Di balik segala kekurangannya, Nash juga digambarkan sebagai laki-laki arogan yang bangga akan kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul. Sebagai gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.Di tengah persaingan ketat, Nash mendapat teman sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis cilik Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika-sampai-sampai menulis berbagai rumus di kaca jendela kamar dan perpustakaanakhirnya secara tak sengaja berhasil menemukan konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpi Nash menjadi kenyataan. Tak hanya meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT.Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.Adalah Alicia Larde, seorang mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga membutuhkan cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia sedang membawakan makalahnya di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang ahli jiwa menangkap dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap, Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa kejadian yang dialami Nash selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar, Herman dan keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek rahasianya.Untungnya, Alicia adalah seorang istri setia yang tak pernah lelah memberi semangat pada suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tak pernah habis dari Alicia, Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.ANALISA : Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton - simpton/ indikasi sebagai berikut:1. adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.- Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata - mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.

- Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata - mata/agen rahasia.

- Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.

2. adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.

3. gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman - temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.

4. adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.5. social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang - orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

Stressor atau kejadian - kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu Kalah bermain dari temannya Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita citanya Merasa tidak dapat melayani isterinya Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali

Karakter Pribadi John Nash, yaitu: Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial. Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.

Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 - 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat - obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat - obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.

Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi peristiwa - peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.

Sampai saat ini Skizofrenia adalah salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti penyebabnya. Bukti terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak penderitanya adalah abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis) bisa dimungkinkan bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis. Menyusuri Dunia Gelap Nash

Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata tentang seorang jenius matematika John Nash yang mengidap schizophrenic paranoia. Crowe dan Connely bersinar.A Beautiful Mind Sutradara : Ron Howard Skenario : Akiva Goldsman dan Sylvia Nasar Pemain : Russel Crowe, Jennifer Connely, Ed Harris Produksi : DreamWorks Pictures, Universal Pictures & ImagineDia berlari melesat membelah malam. Dia yakin, ada bayang-bayang yang dikenalnya: tubuh William Parcher. Parcher tampak berdiri; dengan nyata, di tengah rerimbunan hutan di antara puluhan moncong senapan yang diarahkan padanya. Saat itu, John Forbes Nash Jr. tak tahu lagi: apakah ini sebuah delusi atau kenyataan? Apakah benar seperti yang dituduhkan Psikiater Dr. Rosen (Christopher Plummer) bahwa ia mengalami schizophrenic paranoia, salah satu kelainan jiwa yang terberat yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi. Nash tak tahu lagi apakah sosok Parcher, yang mengaku seorang pentolan di Departemen Pertahanan AS itu, adalah bayangan rekaannya atau memang sosok nyata; dan dia juga bahkan tak tahu apakah sosok Charles Herman, sahabatnya sejak kuliah, adalah sebuah sosok bayangan belaka. Inilah sebuah drama yang mengharukan, yang diangkat dari biografi, kisah nyata pemenang hadiah Nobel matematika John Nash (Russel Crowe)dengan judul samamelawan penyakit di dalam dirinya. Sejak awal penonton dibawa masuk ke dalam dunia pemikiran sang jenius matematikayang kemudian menyumbang ke ilmu lainnya seperti ekonomiyang kompleks dan penuh fantasi. Adalah sutradara Ron Howard yang membiarkan kita memercayai bahwa dunia Nash adalah sebuah dunia yang sepi dan sunyi. Selain berteman dengan seorang jenius dari Universitas Princeton, dia memiliki kawan baik bernama Charles Herman, yang senantiasa mengikuti kegiatannya; keponakan kecil Herman yang juga rajin memeluk Nash setiap saat mereka bertemu. Satu sosok penting dalam dunia Nash adalah tokoh misterius William Parcher, yang memberinya penugasan "rahasia tingkat tinggi" untuk memecahkan kode-kode Soviet melalui media cetak. Untuk paruh pertama film ini, penonton diajak ikut bergumul dalam suasana keterlibatan Nash dalam spionase di tahun 1950-an, di masa Perang Dingin, sekaligus tersenyum simpul menyaksikan romansa gaya jenius matematika yang jatuh cinta pada si jelita Alicia (dimainkan dengan baik oleh Jennifer Connely), seperti, "Apakah hubungan kita bisa menjadi hubungan jangka panjang? Saya membutuhkan bukti yang bisa diverifikasi bahwa cintamu abadi," katanya dengan gugup sembari melontarkan istilah-istilah matematika. Bukan hanya sutradara Ron Howard yang begitu dahsyat membuat penonton percaya pada "kebenaran" dari "kehidupan alam pikiran Nash". Nash, yang diperankan dengan gemilang oleh Russel Crowe, membuat kita betul-betul yakin bahwa dia memang hidup dalam dunia yang diciptakannya: sahabat bernama Herman; keponakan cilik yang lucu bermata bintang dan intel sialan bernama Parcher yang senantiasa memburunya. Dan ternyata, itu semua ada di alam fantasi Nash. Betapa tragisnya. Dan betapa dramatisnya adegan itu, ketika dia harus digiring, disuntik dan diikatkarena melawanuntuk dirawat di rumah sakit jiwa. Bahkan istrinya, Alicia, dengan hati hancur harus membuka matanya bahwa apa yang dilakukan suaminya selama ini adalah sebuah fantasi yang tercipta puluhan tahun lamanyaSatu-satunya yang nyata dalam hidup Nash adalah: "ini", kata Alicia menunjuk dadanya. Cintanya, dengan begitu banyak kendala yang menghantam, tak pernah pudar. Dan kenyataan lain yang juga toh tetap setia padanya: dia seorang jenius matematikaCrowe, dengan persaingan ketat melawan Denzel Washington, Sean Penn, Will Smith, dan Tom Wilkinson, tampaknya tampil bersinar. Connelly mengimbanginya dengan luar biasa. Mereka berdua sangat layak menggondol Academy Awards tahun ini.Penulisan skenario adaptasi film ini sangat layak mendapat pujian. Paranoia yang diidap Nash dan cara Nash mengatasinya sungguh menyentuh dan menerbitkan sebuah harapan: perlawanan itu tak harus pada ketergantungan insulinyang menyebabkan ia ogah bercinta dan mogok berpikirtetapi dia mampu mengatasinya dengan tak memedulikan kehadiran tokoh-tokoh rekaannya itu. Setiap kali mereka datang, meski tergoda untuk "berbincang" dengan mereka, ia berhasil me-lawan dan mengucapkan "selamat tinggal". Di antara kepedihan, kehancuran, destruksi, dan depresi itu, Nash bahkan bisa membuat humor tentang penyakitnya. Ketika kawan lamanya datang mengunjunginya ke rumah, Nash menunjuk ke arah kursi yang kosong, "Sudah kenal Harvey?" Setelah kawannya menelan ludah dengan wajah syok, barulah Nash tersenyum bandel, "Sorry, just kidding...." Ketika seorang lelaki menghampirinya dan mengaku sebagai Panitia Penghargaan Nobel, Nash berbisik pada seorang mahasiswanya, "Apakah kau juga bisa melihat pria ini?" Sang mahasiswa mengangguk, tersenyum maklum "ya." Nash segera meminta maaf pada sang lelaki, karena sesekali dia harus membuat verifikasi tentang kehadiran seseorang akibat penyakitnya. Puncak acara, untuk segala film Hollywood tentu mem-butuhkan ritual. Penghargaan hadiah Nobel Matematika 1994 itu menjadi adegan yang mengharukan bukan hanya karena pidato Nash yang menyentuh tentang cintanya pada Alicia. Adegan itu penting karena pada saat ketiga sosok rekaan itu muncul, dan Nash masih bisa melihatnya di masa tuanya, ia berhasil melawannya dengan satu cara: bersandar pada cintanya yang nyata, Alicia.Leila S. Chudori Judul: A BEAUTIFUL MIND

Sutradara: Ron HowardSkenario: Akiva Goldman

Pemain: Russell Crowe, Jennifer Conelly, Paul Bethany

Ini adalah sebuah film yang bercerita tentang perjuangan luar biasa seorang penerima Nobel Ekonomi, John Forbes Nash (Russel Crowe) yang menderita gangguan schizophrenia paranoid.Apakah schizophrenia itu? Ini adalah penyakit, di mana pemikiran manusia seringkali mengalami suatu dinamisasi, entah itu mengarah pada kemajuan atau bahkan kemunduran. Pemikiran merupakan proses perdebatan antara kita dengan diri kita. Secara sadar ataupun tidak sadar kita pasti melakukan hal tersebut.Tokoh utama film ini (Crowe) adalah seorang ilmuwan matematika yang tentunya lebih sering mengutak-atik angka. Kehidupan pun ia jabarkan dengan angka-angka. Hal inilah yang menghadapkan ia dengan penyakit psikologisnya. Hingga akhirnya ia selalu dihantui oleh mimpi ataupun fantasinya. Dalam fantasinya ia seolah-olah berada dalam keanggotaan rahasia (intel) departemen pertahanan Amerika Serikat yang sedang melakukan spionase ataupun pelacakan terhadap pemboman yang akan dilakukan Rusia. Penyakit ini dinamakan schizophrenia yang memiliki gejala-gejala paranoid terhadap sekitarnya.Tak ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini, kecuali kesadaran penderitanya sendiri. Seringkali dilakukan suatu langkah pengobatan, namun selalu berakhir dengan nilai nol besar. Setiap kali pengobatan nantinya ia akan kembali pada situasi yang serba fantasi, kesemuan belaka. Dukungan keluarga [terutama istrinya, Alicia, fisikawan muda yang cantik], sahabat-sahabatnya, sejawatnya di kampus, membuat John Nash bisa berdamai dengan halusinasi dan delusi yang menjadi simptom utama schizophrenia.Film ini luar biasa dari segi penceritaannya. Juga menampilkan kejeniusan Nash yang di atas rata-rata, halusinasi dan delusi yang terus menghantuinya, pengobatan schizophrenia yang saat itu masih menggunakan insulin shock-therapy, dukungan istri dan rekan-rekannya dalam karirnya di Princeton University, dan masih banyak lagi.Memang film ini kurang mengeksplorasi Game Theory yang merupakan solusi ekonomi yang lebih canggih daripada metafora Invisible Hand-nya seorang ekonom terkemuka Adam Smith, yang mengantarkan Nash memperoleh Nobel. Soalnya ini film tentang shizophrenia, bukan tentang ekonomi. Insya Allah tentang teori ekuilibrium atau dikenal dengan kesetimbangan Nash ini akan saya bahas di tulisan yang lain. Inti dari Game Theory yang sangat terkenal ini adalah analysis of decision making atau sebuah analisis dengan mempertimbangkan strategi orang lain di dalam strategi kita. Salah satu aplikasi yang memanfaatkan Game Theory ini adalah untuk kejadian prisoners dilemma, di mana kejadian ini akan menguntungkan semua pihak bila mencapai sebuah titik yang dinamakan kesetimbangan Nash. Teori kesetimbangan ini lebih banyak digunakan pada bidang ekonomi.Pada saat John Nash menerima penganugerahan Nobel di Swedia pada tahun 1994 berkat teori ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi, ia menutup penganugerahan tersebut dengan kata-kata yang sangat inspiratif buat saya.

Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional, dan tenggelam ke dalamnya yang membuatku hampir kehilangan istri dan anakku. Namun saat aku hampir tenggelam hingga ke dasar palung delusi, keyakinan cinta istriku yang mampu menarikku kembali ke permukaan alam sadarku. Keyakinan cintanya yang tulus telah menyadarkan akutelah kudapatkan penemuan penting dalam karirku, hidupku. Hanya di persamaan misterius cinta, alasan logis tidak bisa ditemukan. Ada satu misteri yang belum bisa aku pecahkan, yaitu misteri cinta.

Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart. (dari berbagai sumber)