Be Jan a 1

24
Bejana 1 Edisi 1/Th.XI/2010 DAFTAR ISI Bejana Magnificat Anima Mea Dominum Seorang APR bukan hanya sekedar formalitas saja sebagai pemimpin doa, pembaca bacaan rohani atau pun pembawa alokusio. Tetapi mereka seperti seorang Pemimpin Novisiat, membimbing legioner yang dipercayakan Allah kepada meraka sebagai “Jiwa dari Organisasi” Legio Maria. Mereka juga sebagai pegangan hidup spiritual Presidium/Dewan yang dipimpinnya. FOKUS SERBA SERBI BEDAH BUKU: Ignatius Kardinal Kung Pin Mei adalah salah seorang Uskup yang menjadi simbol bagi perjuan- gan kebebasan agama. Dia menjadi musuh yang ditakuti oleh pemerintah China. TOKOH : 22 23 Kehadiran buku ini sangat inspiratif bagi para legioner untuk memenangkan peperan- gan rohani. Ada perang yang terus berkecamuk yang tidak kelihatan tetapi nyata. PROFIL LEGIONER Akhirnya selain didorong kecintaannya kepada Bunda Maria yang sudah ada se- belumnya, bersama dengan seorang temannya, Ibu dari dua orang anak ini memu- tuskan untuk bergabung menjadi seorang legioner di Presidium BYPD di Paroki St. Theresia. Ketulusan Dalam Berkarya INDEKS pesan dewan 3 fokus 4 naskah legioner 17 alukusio 18 profil dewan 19 profil legioner 20 berita dalam negeri 21 serba serbi 22 prajurit bertanya 24 perwira menjawab WAWANCARA : Rm Susilo Wijoyo & Sr Rina

Transcript of Be Jan a 1

Page 1: Be Jan a 1

Bejana 1 Edisi 1/Th.XI/2010

DAFTAR ISI

Bejana Magnificat Anima Mea Dominum

Seorang APR bukan hanya sekedar formalitas saja sebagai pemimpin doa, pembaca bacaan rohani atau

pun pembawa alokusio. Tetapi mereka seperti seorang Pemimpin Novisiat, membimbing legioner yang dipercayakan Allah kepada meraka sebagai “Jiwa

dari Organisasi” Legio Maria. Mereka juga sebagai pegangan hidup spiritual Presidium/Dewan yang

dipimpinnya.

FOKUS

SERBA SERBI

BEDAH BUKU:

Ignatius Kardinal Kung Pin Mei adalah salah seorang Uskup yang menjadi simbol bagi perjuan-gan kebebasan agama. Dia menjadi musuh yang ditakuti oleh pemerintah China.

TOKOH :

22

23

Kehadiran buku ini sangat inspiratif bagi para legioner untuk memenangkan peperan-gan rohani. Ada perang yang terus berkecamuk yang tidak kelihatan tetapi nyata.

PROFIL LEGIONER

Akhirnya selain didorong kecintaannya kepada Bunda Maria yang sudah ada se-belumnya, bersama dengan seorang temannya, Ibu dari dua orang anak ini memu-tuskan untuk bergabung menjadi seorang legioner di Presidium BYPD di Paroki St. Theresia.

Ketulusan Dalam Berkarya

INDEKS

• pesandewan 3

• fokus 4

• naskahlegioner 17

• alukusio 18

• profildewan 19

• profillegioner 20

• beritadalamnegeri 21

• serbaserbi 22

• prajuritbertanya24

perwiramenjawab

WAWANCARA :

Rm Susilo Wijoyo & Sr Rina

Page 2: Be Jan a 1

Bejana 2 Edisi 1/Th.XI/2010

HATI BEJANA

Bejana Magnificat Anima Mea Dominum

Penerbit• Senatus Bejana Rohani Jakarta

Penanggung Jawab• Kuria Ratu Rosari Matraman

Pelindung • Rm Egidia Taimenas, SVD

Penasehat • Alamsyah Limantara • Borgias Jaman

Pemimpin redaksi• Thomas Kho Liang Hong

Redaktur Pelaksana• Giovanni S Jussie Hadisurya Anggota Redaksi • Euginia Rina Astuti • Thomas Effendi • Leni Martini Siadari • Martina Stephanie• Christoforus Johan

Editor Bahasa• Marshal Octavianus Hyunanda • Maria Thiodora Deo

Penata Grafis • hpm design

Sirkulasi dan distribusi • Maria Tina Agustine

Alamat redaksi : email : [email protected]: www.legion-of-marie.ie

(Untuk kalangan sendiri)

(Yoh 21:16)

Para legioner yang terkasih, kalimat ini merupakan perintah dari Tuhan Yesus, yang tidak hanya ditujukan kepada St Petrus tetapi kepada kita semua yang mau mengasihi Tuhan Yesus. Domba sebenarnya hewan yang penurut, tapi mereka tidak bisa berdiri sendiri, mereka perlu seorang gembala. Domba tanpa gembala pasti akan tercerai berai, mudah diterkam musuh. Kemana gembala membawa mereka, pasti mereka akan ikut. Kita para legioner adalah domba-domba itu sendiri, dan kita perlu penggembala yang baik supaya tujuan pengkudusan kita tercapai.

Dalam edisi kali ini kita mencoba masuk ke dunia APR, baik dilihat dari sudut pandang legioner, Romo, maupun dari APR sendiri. Kita coba mengkritisi diri kita sendiri bahwa saat ini masih banyak presidium yang tidak mempunyai APR, kesulitan legioner untuk mendapatkan sosok APR, apalagi untuk mencari APR yang benar-benar ideal, yang bisa menjadi gembala dan sahabat yang baik untuk para legioner. Seorang APR tidak hanya bisa membimbing rohani, tetapi juga bisa menjadi motivator, inspirator dan memberikan empati kepada anggotanya.

Dari catatan dewan Senatus diperkirakan 70% presidium belum mempunyai APR atau mempunyai PR yang tidak aktif, yang menjadikan keprihatinan kita semua. Tetapi hendaknya kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan kita semakin tertantang, bukan sebaliknya melunturkan semangat kita. Banyak juga presdium di daerah-daerah terpencil yang bisa bertahan, walau tanpa APR. Semuanya kembali bagaimana kita menyikapinya. Dan kita

percaya dengan Roh Kudus yang akan selalu membimbing kita untuk memenangkan peperangan rohani ini. AVE MARIA

Gembalakanlah Domba-DombaKu

Page 3: Be Jan a 1

Bejana 3 Edisi 1/Th.XI/2010

PESAN DEWAN

ASISTEN&PEMIMPINROHANIKAMI oleh:Alamsyah(KetuaSenatusJakarta)

Di sini sangat jelas, kualitas kehidupan Rohani seorang legioner (bahkan semua umat) sangat menentukan intensitas pelayanan karya Legio, yang berwujud nyata dalam pikiran, perkataan dan perbuatan amal kasih yang menggelora tak terpadamkan. Sehingga legio maria dalam sistemnya sangat menekankan akan keberadaan atau fungsi Asisten Pemimpin Rohani (APR) sebagai penggerak utama atau sebagai motivator, aktuator, direktor bahkan sebagai inspirator, konselor dan mentor bagi dinamika giat berlegio guna menumbuhkembangkan iman anggotanya.

Asisten Pemimpin Rohani juga merupakan anggota legio maria sebagai perwira yang masa jabatannya tidak ditentukan lamanya, tetapi tergantung keperluan Gereja, dalam hal ini Uskup setempat yang memutuskan dan mempertimbangkan kebutuhan tersebut tetapi mereka mempunyai “Hak Veto”.

Mereka bersama perwira lainnya (bahkan semua anggota) berusaha keras dan maksimal turut serta dalam setiap penanganan masalah dengan berbagai diskusi aktif dan terbuka, mengarahkan serta membimbing, mengajar dan memberkati Legioner untuk selalu tanpa henti mencari daya upaya untuk menumbuhkembangkan kehidupan yang dalam hal ini cara hidup bukan cara kerja rohani legioner menuju kebajikan luhur dan ketaatan serta ketekunan sehingga legioner dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan dan sifat yang pantas sebagai prajurit sejati Bunda Maria.

Dengan demikian, seorang APR bukan hanya sekedar formalitas saja sebagai

pemimpin doa, pembaca bacaan rohani atau pun pembawa alokusio. Tetapi mereka seperti seorang Pemimpin Novisiat, membimbing legioner yang dipercayakan Allah kepada meraka sebagai “Jiwa dari Organisasi” Legio Maria. Mereka juga sebagai pegangan hidup spiritual Presidium/Dewan yang dipimpinnya.

Sungguh demikian pentingnya keberadaan APR, kita semua juga menyadari keterbatasan dari jumlah Imam dengan segala tugas dan tanggung jawab mereka yang hampir setiap kategorial membutuhkan kehadiran Imam atau biarawan/i.

Sebagai masukan, kami sampaikan beberapa informasi secara global, bahwa di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) sendiri mempunyai lebih dari 150 kategorial yang terdaftar di Pemikat KAJ (walau separuhnya sudah tidak berajalan). Jumlah umat Katolik Roma (informasi akhir th.2008) sekitar 1,3 milyar umat, sementara Imam (sekitar 400.000); Bruder (sekitar 80.000) dan suster (sekitar 800.000). Tentu saja dari jumlah di atas, para Imam khususnya tidak semua terlibat dalam tugas langsung Bimbingan Pastoral (apa lagi aktif di kelompok kategorial). Banyak yang sudah sepuh, atau pun tugas-tugas lainnya, dengan demikian yang terlibat langsung dalam karya bimbingan Pastoral dalam giat menggereja, mungkin sekitar 200.000 Imam saja. Kalau demikian, rata-rata seorang Imam harus membimbing sekitar 6.000 umat. Bandingkan dengan kondisi rata-rata seorang pendeta di Jakarta yang membina jemaat sekitar 100 orang saja.

Demikian juga bagi para Suster dan Bruder, sangat dirasakan kurang sekali jumlahnya sebagai fasilitator dan pembina

Tujuan legio maria adalah kemuliaan Allah melalui pengudusan anggotanya yang dikembangkan dengan doa dan kerjasama aktif, di bawah bimbingan gereja, dalam karya Maria dan gereja untuk menghancurkan kepala ular dan meluaskan kerajaan Kristus melalui tugas perutusan.

Page 4: Be Jan a 1

PESAN DEWAN

Bejana 4 Edisi 1/Th.XI/2010

dalam kelompok kategorial yang berdampak langsung tentunya kepada Legio Maria. Diperkirakan presidium dan dewan yang tidak mempunyai Pemimpin Rohani (atau punya PR tapi tidak bisa aktif karena over load tugas) lebih dari 70%.

Beruntung sistem Legio Maria, mengizinkan diangkatnya seorang Tribunan (awam) sebagai Assisten Pemimpin Rohani yang tentu saja dengan kondisi dan wawasan serta semangat seorang Imam. Yang terpenting mereka adalah Devotan Maria yang sejati, konsisten, komit dan bertanggung jawab terhadap berkat Allah dalam mempercayai mereka (para awam) bagi para legioner di bawah asuhan mereka. Sebagai APR Tribunan, tentu saja diharapkan juga mempunyai wawasan pengetahuan keKatolikkan, dewasa dan bijaksana serta mempunyai semangat tinggi melayani.

Tetapi sampai saat ini, khususnya di Senatus Bejana Rohani, sangatlah sedikit APR Tribunan tersebut, padahal banyak presidium yang tidak memiliki APR apa lagi Pemimpin Rohani. Bagaimanakah ini? Pengamatan kami, banyak presidium dalam kondisi demikian, ternyata mereka tidak kalah. Bahkan banyak yang tumbuh berkembang pesat baik kualitas mau pun kuantitas. Jangan lupa Allah tidak pernah diam saja dalam hal apa pun, apa lagi keinginan umatNya yang luhur guna melayani sesama.

Ada seorang Pemimpin Rohani dalam suatu kesempatan dalam rekoleksi legioner menyampaikan bahwa presidium-presidium yang belum mempunyai APR (bukan tidak mempunyai) sebenarnya adalah presidium istimewa / special seperti keluarga special (yang dipercayakan Allah anak-anak yang special). Kemampuan, semangat dan komitmen mereka pasti lebih besar dari yang lainnya, sehingga Allah mempercayakan mereka lebih dari yang standard/ biasa. Tinggal masalahnya, apakah para perwira dan juga para anggota di presidium tersebut menyadari kepercayaan dan harapan serta penilaian Allah yang lebih bagi mereka?

Bukankah apa pun yang kita perbuat, kita perbuat dengan semangat hati kita seperti untuk Allah dan bukan untuk manusia (Kol 3:23); haruslah merupakan persembahan yang kudus, hidup dan berkenan bagi Allah untuk Kemulian

Allah, bukan untuk yang lainnya. Jadi, ada atau tidak ada APR /PR, bukan alasan berhenti atau tidak bertumbuhnya iman legioner (presidium). Sekali lagi tergantung pribadi kita sendiri, karena yakinlah Allah tidak pernah meninggalkan kita.

Apalagi bila seorang legioner (sebaiknya yang sudah Senior), tergerak memberanikan diri menanggapi harapan Allah guna berbagi lebih lagi kepada Presidium yang membutuhkan APR Tribunan. Siap menerima berkat lebih lagi dari Allah guna menjadi APR. Sedangkan bimbingan dan arahan seorang legioner senior sejati sangat dibutuhkan bagi presidium-presidium yang relatif perwira dan anggotanya masih lemah dan baru.

Mari menerima dengan sukacita panggilan menjadi APR Tribunan. Ayo siapa berani dan mau menerima berkat dan kepercayaan lebih dari Allah, terus maju dalam Karya Cinta Kasih dan jangan setengah-setengah dalam menanggapi harapan Allah guna membalas kasih-Nya yang tak berhingga. Amin.

Page 5: Be Jan a 1

FOKUSFOKUS

Bejana 5 Edisi 1/Th.XI/2010

Selain itu, presidium juga harus memiliki seorang Imam yang bertindak sebagai pemimpin rohani. Mengingat peran pemimpin rohani yang esensial dalam suatu rapat presidium, maka dapat disadari bahwa kehadirannya sangat penting dan dinantikan. Namun, karena berbagai kondisi dan keadaan yang membuat pemimpin rohani absen dalam rapat presidium, ia dapat menunjuk Imam lainnya atau seorang biarawan/ biarawati, atau bahkan seorang legioner (yang disebut tribune) untuk mewakilinya. Orang-orang inilah yang dikenal sebagai asisten pemimpin rohani. Secara prinsipil dan praktis, peranan asisten pemimpin rohani sangat merepresentasikan kehadiran dari pemimpin rohani dan menjadi salah satu bagian yang fundamental dari presidium itu sendiri.

Salah satu aspek yang menunjang kesuksesan dalam berlegio terletak pada kualitas rohani yang dibangun dan dipraktekkan oleh para anggotanya dalam aktivitas yang dilakukan. Pemimpin Rohani merupakan motor penggerak dalam presidium yang salah satu tugas pokoknya adalah memberikan nafas rohani kepada para anggotanya. Ia juga secara tidak langsung bertindak sebagai pemberi inspirasi dan angin segar dalam rapat presidium. Kehadirannya dalam rapat sangat berpotensi untuk memajukan legio itu sendiri. Ia harus hadir dalam rapat yang diadakan dan bersama-sama dengan perwira presidium lainnya harus menjaga berbagai peraturan dan sistem legio sesuai dengan visi, semangat, dan tujuannya. Karena itulah bila Pemimpin berhalangan hadir, asisten pempimpin roahani yang sudah ditunjuklah yang menggantikan kehadirannya.

Menjadi Gembala yang BaikSeorang asisten pemimpin rohani membantu

pemimpin rohani dalam membimbing presidiumnya untuk mengarahkan dan mengembangkan wawasan spiritual anggotanya. Peranan asisten pemimpin

rohani yang dasar adalah mendampingi tiap-tiap presidium, agar para anggotanya tetap mempunyai semangat untuk terus berkarya dan melayani sesuai dengan pokok-pokok ajaran Legio Maria dengan meniru keteladanan dan kerendahan hati Bunda Maria sendiri.

Peranan asisten pemimpin rohani sangat pas bila dianalogikan dengan perumpamaan Yesus tentang gembala yang baik menurut Injil Yohanes bab 10. Dalam bab tersebut sebagai gembala yang baik harus mencakup ketiga hal penting. Pertama, memberikan nyawa untuk domba-domba (bdk. Yoh 10:11). Asisten pemimpin rohani yang dituntut untuk menjadi gembala yang baik, memegang tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengayomi presidium untuk tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan koridor-koridor ajaran Legio Maria. Rela berkorban, itu adalah kunci utama. Kegiatan Legio Maria menurut adanya tanggung jawab dan pengorbanan. Kehadiran dalam rapat presidium menjadi salah satu komitmen asisten pemimpin rohani untuk memikul tanggung jawab tersebut. Setidaknya, asisten pemimpin rohani dapat menghadiri rapat mingguan presidium untuk dapat mendampingi presidium lebih baik.

Kedua, mengenal presidium dan sebaliknya (bdk. Yoh 10:14). Seorang gembala yang baik harus mengenal domba-dombanya, dan demikian pula domba-dombanya harus mengenalnya. Hal ini sama pula dengan asisten pemimpin rohani dan presidiumnya. Untuk menjadi seorang pendamping yang baik, asisten pemimpin rohani harus mengenal betul presidium itu, bagaimana karakter-karakter dan setiap pribadi dalam presidium, bagaimana pola pikir mereka, dan mampu menyesuaikan dengan adat dan tradisi setempat. Hal ini untuk menjalin kekompakan diantara asisten pemimpin rohani dengan presidium. Dengan mengenal lebih dalam, asisten pemimpin rohani diharapkan mampu membangun relasi yang hangat dengan presidiumnya sehingga esensi dari asisten pemimpin rohani semakin terasa dan dibutuhkan

Seberapa Penting Peran Asisten Pemimpin Rohani dalam Legio Maria ?

Oleh: Marshal

Saat ini, Legio Maria merupakan organisasi apostolik terbesar di dunia di bawah naungan dan hierarki gereja Katolik. Sebagai organisasi yang strukturnya mengacu pada sistem militansi tentara Romawi, Legio Maria berdiri sebagai lembaga yang memiliki sistem kepengurusan yang sangat teratur dan universal. Presidium, sebagai satu unit dalam Legio Maria, setidaknya harus memiliki kepengurusan yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara.

FOKUS

Page 6: Be Jan a 1

Bejana 6 Edisi 1/Th.XI/2010

dalam presidium. Kehadiran asisten pemimpin rohani akan menjadi angin segar apabila relasi yang harmonis bisa terjalin dengan presidium tersebut sehingga membuat kehidupan berlegio menjadi semakin hidup. Akan tetapi, perlu diingat bahwa esensi yang paling penting dalam presidium terletak pada masing-masing pribadi legioner itu sendiri. Asisten pemimpin rohani hanya merupakan fasilitator untuk mengarahkan agar kebijakan-kebijakan yang diambil dari presidium koheren dengan ajaran gereja Katolik Roma dan sistem Legio Maria itu sendiri.

Ketiga. Ia dapat mengusahakan persatuan (bdk. Yoh 10: 16). Persatuan merupakan salah satu dari empat sifat gereja Katolik, disamping Kudus, Katolik, dan Apostolik. Peranan asisten pemimpin rohani salah satunya adalah untuk mengusahakan persatuan dalam presidium itu. Ia menjadi penengah untuk menyelesaikan problematika yang ada dalam presidium. Ia dapat memberikan pandangan dan

solusi tentang permasalahan mengenai sesuatu hal yang terjadi dalam presidium. Akan tetapi, keputusan akhir tetap jatuh di tangan perwira yang memutuskan. Asisten pemimpin rohani juga harus memiliki semangat nasionalis dalam presidium sehingga kekompakan tiap-tiap legioner dapat diwujudkan. Oleh karena tujuan Legio Maria adalah semakin memuliakan Allah melalui pengudusan anggotanya, dibutuhkan pula persatuan yang erat antara masing-masing pihak. Dalam hal ini, peran asisten pemimpin rohani vital untuk memajukan hal itu. Dengan demikian, persatuan dapat terjadi baik antara asisten pemimpin rohani dengan presidium, maupun antara masing-masing legioner. Diharapkan, diversitas dari tiap-tiap individu mampu melebur dalam kebersatuan dalam spiritualitas Legio Maria.

Selain itu, asisten pemimpin rohani merupakan suatu figur yang dapat dijadikan patron dalam kehidupan berlegio dalam suatu presidium tersebut. Bagaimana kehidupan kerasulan dan doa dari sang asisten pemimpin rohani sangat mengilhami tiap individu dalam suatu presidium menjadikan peran mereka yang cukup esensial. Kehidupan rohaninya juga merepresentasikan kualitas presidium secara tidak langsung. Salah satu kewajiban legioner yang paling dasar adalah devosi kepada Bunda Maria dengan setulus hati. Hal ini dapat dicapai melalui tiap pribadi dalam presidium tersebut, dimana tiap-tiap pribadi diminta untuk ambil peran dalam usaha yang serius untuk terus meningkatkan kualitas devosi

kepada Bunda Maria. Asisten pemimpin rohani juga tak luput dari kewajiban itu. Oleh karena itu, ia harus mampu memberikan contoh yang baik kepada anggotanya, bagaimana untuk terus setia berdevosi kepada Bunda Maria dengan konsisten hidup dalam karya doa dan kerasulan. Tugas penting lainnya adalah mampu membekali para anggota dari presidium dengan semangat Maria. Secara nyata, ia juga harus membangun harapan dan memberikan spirit yang nyata dalam tiap individu untuk semakin meningkatkan kualitas doa dan pelayanan seturut teladan Bunda Maria.

Sosok SahabatDalam Yohanes 15:15, Yesus berkata:”Aku

tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang

telah Kudengar dari BapaKu.” Peran penting seorang asisten pemimpin rohani adalah ketika ia mampu dan kompeten menghadirkan dirinya di tengah-tengah presidium sebagai sosok seorang sahabat. Sahabat yang mau mendengarkan dan berbagi. Hal ini sesuai pula dengan tugas asisten pemimpin rohani yang harus menghadirkan sosok Bunda Maria yang penuh kasih mesra dan rendah hati sehingga tiap-tiap individu dalam presidium itu mampu bertumbuh kembang dalam iman menjadi pribadi yang lebih matang dan tidak mudah goyah oleh pengaruh duniawi. Asisten pemimpin rohani dituntut pula untuk tidak ’jauh’ dari presidium itu, dalam artian bahwa hubungan yang dibentuk lebih ke arah kekeluargaan; bahasa yang disampaikan juga jangan terlampau tinggi sehingga diharapkan tiap orang mampu menangkap dan mencerna sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Menurut beberapa sumber yang diperoleh penulis, beberapa presidium mengaku bangga memiliki sosok asisten pemimpin rohani yang sangat kekeluargaan dan bertindak sebagai sahabat. Bukan sahabat yang menghakimi dengan doktrin-doktrin teologis dan bahasa yang tinggi, melainkan sahabat yang mau mendengarkan dan meneladani spirit Bunda Maria. Ia juga harus mau memupuk semangat nasionalis dalam presidium dengan menyadari bahwa tanpa cinta dan kasih, semuanya akan sia-sia belaka. Dengan memperhatikan kasih kepada masing-masing pribadi dalam presidium ia membawa kasih Allah dan menunjukkan kerendahan hatinya. Sebagai seorang

Seorang asisten pemimpin rohani membantu pemimpin rohani dalam membimbing presidiumnya untuk mengarahkan dan mengembangkan wawasan spiritual anggotanya.

FOKUS

Page 7: Be Jan a 1

Peran penting seorang asisten pemimpin rohani adalah ketika ia mampu dan kompeten menghadirkan dirinya di tengah-tengah presidium sebagai sosok seorang sahabat.

Bejana 7 Edisi 1/Th.XI/2010

sahabat ia harus mau terbuka dan hidup dalam kasih. Seperti Bapa mengasihi Yesus, dan Yesus mengasihi kita maka kita harus bisa saling mengasihi. Sedemikian pentingnya hal ini sampai diangkat menjadi perintah Tuhan. Sebagai suatu keharusan yang akan mendatangkan sukacita. Menyampaikan hal itu saja sudah membuat sukacita hatiNya, apa lagi jika kemudian kita sungguh-sungguh hidup dalam kasih. Selama ini kita sudah merasa bahagia ketika kita menjadi obyek kasih dari sesama kita, apalagi dari Tuhan. Tetapi terlebih bahagia jika kita bisa menjadi subyek kasih.

Karya PanggilanKonsili Vatikan II (1962-1965) menyoroti

aspek penting peran gereja Katolik dalam perkembangannya di dunia modern dan kembali merefleksikan hal-hal yang mendasari untuk membawa kesegaran baru untuk dapat menghadirkan gereja Katolik baru yang semakin membumi. Hal ini dihadapkan pada tantangan nyata yang menyangkut usaha untuk memahami gereja secara lebih profound,

di mana pada era globalisasi yang semakin aktual dan cepat, hakikat gereja dan korelasinya dengan dunia yang semakin terbuka guna mengadakan suatu aggiornamento (pembaharuan) yang selaras dan koheren. Legio Maria didirikan lebih kurang 41 tahun sebelum Konsili Vatikan II. Frank Duff sendiri hadir dalam Konsili tersebut sebagai pengamat awam. Konsep berlegio yang meniru militansi prajurit Roma yang konvensional justru membuat sifat Legio Maria sendiri menjadi sesuatu yang klasik dan satu. Legio Maria dalam perkembangannya juga tak lekang dimakan waktu. Akan tetapi, nilai-nilai historis dan tradisi berlegio tetap dipertahankan. Korelasi dengan asisten pemimpin rohani adalah menjaga nilai-nilai persatuan sesuai dengan perkembangan jaman di era globalisasi ini dengan masing-masing pribadi dalam presidium. Hal ini bertujuan untuk menciptakan legioner-legioner yang mampu menilai dan memakani hidup tidak secara superfisial, tetapi dimaknai dengan lebih profound dengan meniru kerendahan hati Bunda Maria sendiri. Nilai ini sesuai dengan semangat Yesus yang bukan hanya sebagai seorang gembala, tapi juga seorang penjaga, pengasuh, dan pembimbing. Dia menyebut diriNya sebagai pintu; pintu menuju kehidupan yang kekal. Hati-Nya lembut dan tulus bagi semua orang;

pendirian dan sikap-Nya tegas, bukan hanya untuk orang atau kelompok lain tetapi juga untuk murid-murid-Nya sendiri (bdk. Yoh 10: 9).

Ironisnya, banyak presidium yang tidak memiliki asisten pemimpin rohani. Menurut berbagai macam sumber yang diperoleh penulis, hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor: karena dari presidium itu belum membutuhkan sosok seorang asisten pemimpin rohani dan merasa baik-baik saja, karena kesibukan waktu dari calon-calon asisten pemimpin rohani yang tidak dapat meninggalkan pekerjaanya, karena kurang paham dengan sistem legio atau belum begitu mengenal Legio Maria, dan berbagai macam faktor lainnya. Kurangnya sumber daya manusia yang komprehensif dan mempunyai kecakapan, serta figur yang memiliki wawasan rohani dan pengalaman iman yang luas juga menjadi salah satu faktor minimnya asisten pemimpin rohani dalam tiap-tiap presidium. Hal ini juga mungkin pas jika dikaitkan dengan krisis panggilan yang semakin menurun akhir-akhir ini sehingga menyebabkan sumber daya manusia juga terbatas.

Menurut buku pegangan, semangat ketergantungan kepada Maria tidak boleh dipakai sebagai alasan bila kita kurang berusaha atau bila sistem tidak berjalan dengan baik, tetapi justru sebaliknya. Karena bila kita bekerja sama secara sempurna dengan Maria, seharusnya pemberian kita adalah yang terbaik dari yang dapat kita persembahkan. Orang harus bekejra giat penuh keterampilan dan kecermatan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan legioner yang menjunjung prinsip kerasulan dan devosi yang sejati, dimana dengan atau tidak adanya asisten pemimpin rohani, kehidupan berlegio terus berjalan. Walaupun atmosfernya dirasa kurang segar tanpa kehadiran asisten pemimpin rohani, diharapkan para legioner juga semakin mau untuk belajar semakin dewasa dan tetap menghadirkan Maria dalam karya-karya kerasulan yang dijalaninya. Berbagai alasan telah dikemukakan sehubung dengan peran asisten pemimpin rohani dalam kehidupan legio maria. Peran mereka merupakan suatu bumbu yang penting yang dapat mewarnai kehidupan berlegio dalam suatu presidium. Singkatnya, peran asisten pemimpin rohani dalam Legio Maria merupakan suatu poin yang penting untuk menyemarakkan dan memberi warna dalam kehidupan berlegio. (Marshal)

FOKUS

Page 8: Be Jan a 1

PresidiumBYPKdarikirikekanan:Endang,Eta,Betty,Umi

Bejana 8 Edisi 1/Th.XI/2010

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peranan seorang APR dalam Presidium, redaksi Bejana mewancarai Presidium Bunda Yang Patut diKagumi (Presidium BYPK) dan Presidium Portacaeli.

Latar Belakang Presidium BYPK dan PortacaeliPresidium BYPK kini beranggotakan 4 orang wanita dewasa. APR BYPK adalah seorang suster. Karena ada tugas sementara , suster tidak dapat menghadiri rapat. Untuk beberapa waktu perannya sebagai APR digantikan oleh seorang awam. Redaktur berusaha untuk menggali perbedaan kesan presidium tentang perbedaan APR awam dan APR rohaniwan.Sedangkan, presidium Portacaeli beranggotakan 8 orang wanita dewasa. APR Portacaeli adalah seorang suster. 6 bulan terakhir, suster tidak pernah menghadiri rapat karena ada kewajiban dari susteran yang tidak dapat ditunda. Presidium ini telah mencoba untuk mencari APR baru tetapi belum berhasil menemukannya.

Kesan dan Pesan Presidium akan kehadiran APRPara anggota presidium merasa bahwa kehadiran seorang APR dalam rapat sangatlah penting. APR dapat membagikan pemahaman rohaniah akan segala yang dialami oleh setiap anggota dalam tugas-tugasnya, yang pada

akhirnya dapat membantu para anggota untuk semakin dekat dengan kehidupan rohani, setidaknya mereka dapat lebih memahami isi kitab suci dan peranan kitab suci dalam hidup dan pelayanan sehari-hari. Seorang APR juga berperan sebagai pembimbing yang penuh dengan kharisma dan sebagai pembawa semangat bila anggota-anggota presidium kehilangan arah dan semangat. Sebagai contoh, ada seorang anggota Presidium yang juga adalah seorang ibu rumah tangga yang karena kesibukannya di rumah tidak dapat melakukan tugas – tugas yang telah dibagikan dalam rapat selama beberapa minggu. Oleh karena hal itu, anggota ini merasa malu kepada anggota – anggota lain dan menjadi patah semangat sehingga berniat mengundurkan diri. APR memberikan masukan kepada presidium tersebut bahwa seorang anggota harus terlebih dulu membereskan masalah pribadinya terlebih dulu sebelum melakukan tugas presidium. Tentulah pikiran dan perhatian anggota itu terbagi-bagi dan tidak akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ada juga kasus di mana ada anggota presidium yang memiliki masalah dengan anggota keluarga lain di dalam rumahnya. Ia sering meminta tugas – tugas di luar agar ia dapat jarang berada di rumah, untuk menghindari bertemu dengan anggota keluarganya itu. APR dengan bijaksana memberikan pengarahan agar tugas-tugas presidium tidak menjadi pelarian, tetapi menjadi sarana agar anggota presidium dapat menyelamatkan jiwa-jiwa. Seorang anggota presidium haruslah dapat berdamai dengan sesamanya sebelum ia dapat

Sharing Iman Presidium BYPK dan Portacaeli

PresidiumPortacaelidarikirikekanan:Angel,Josephine,Bertha,Ruth

FOKUS

Page 9: Be Jan a 1

Bejana 9 Edisi 1/Th.XI/2010

menyucikan dirinya dan orang lain. Dapatkah seorang anggota presidium menyelamatkan jiwa – jiwa apabila ia sendiri sedang berada dalam masalah dan jiwanya dipenuhi pertentangan dan kebimbangan? Seorang APR juga dapat membantu para anggota presidium untuk lebih disiplin dalam melakukan kewajiban-kewajibannya, karena mereka lebih peka akan hal – hal kecil seperti : Posisi dan sikap berdoa, ketepatan waktu dalam menjalankan rapat dan tugas – tugas. APR juga dapat mengarahkan presidium agar lebih efektif dalam menjalankan tugas seperti memberikan ide – ide bagaimana para anggota dapat membuka dialog dalam kunjungan.Menurut para anggota presidium, perbedaan mendasar antara APR awam dan APR Rohaniwan adakah

kemampuan mereka untuk mengkaitkan antara pengalaman hidup sehari – hari dengan isi kitab suci. APR rohaniwan lebih menekankan alokusio mereka pada pemahaman alkitabiah dalam kehidupan sehari – hari, sementara APR awam lebih menekankan pada sharing pengalaman mereka. Keduanya baik, tetapi para anggota presidium merasa iman mereka lebih berkembang apabila APR dapat memberikan pemahaman rohaniah yang lebih mendalam. Pada intinya, setiap anggota presidium merasakan bahwa suatu rapat presidium belumlah lengkap tanpa kehadiran seorang APR. (Thomas Effendi)

WAWANCARA : A. Rm. Aloysius Susilo Wijoyo, Pr.

Peran APR/PR dalam Kehidupan Berlegio

Sejarah singkat romo bergabung degan legio?Saya mengenal sewaktu duduk di Seminari Menengah “Mertoyudan”,Magelang dari kakak kelas. Kemudian dalam perjalanan sebagai legioner, ketika saya menjadi perwira, saya semakin tertarik dengan legio karena mengetahui bahwa sebagai perwira dimana perwira juga ikut rapat kuria di Magelang di luar biara merupakan saat-saat yang sangat dinantikan dan menyenangkan karena bisa main-main di luar biara. Kemudian setelah jadi frater tingkat I diminta menjadi asisten pemimpin rohani di Presidium Sumber Sukacita Kami, Paroki Damai Kristus, Kampung Duri setiap hari Sabtu sembari weekend saya mendampingi 1 presidium, menyenangkan! Tingkat II menjadi pendamping legio di Pademangan, di Tanjung Priuk menjadi pendamping legio. Setelah menjadi Imam, menjadi pendamping legio di Kelapa Gading. Pada saat menjadi pastor Atmajaya, saat Romo Krismanto, pemimpin rohani senatus Bejana Rohani meninggal dunia, saya diminta untuk menggantikan beliau 1998-2005 (selama 7 tahun).

FOKUS

Page 10: Be Jan a 1

Bejana 10 Edisi 1/Th.XI/2010

Selepas dari Atmajaya, dan tidak lagi memegang paroki, saya tinggal di Cempaka Putih namun masih tetap menjadi PR senatus. Sejak saat menjadi pastor paroki di Pejompongan, saya mulai mendapat kesulitan dalam menjadi PR Senatus, karena senatus rapat setiap hari Minggu dimana sebagai seorang pastor paroki tidak menyenangkan bagi umat apabila saya harus meninggalkan paroki untuk acara di luar paroki. Kemudian setelah berkonsultasi dengan bapak Uskup, diputuskan untuk mencari PR baru untuk senatus menggantikan saya yakni Rm. Tunjung. Kemudian dari paroki Pejompongan saya pindah ke paroki Kosambi ini sampai saat ini sudah 1,5 tahun. Itu kiprah saya sebagai legioner sampai saat ini. Saya pernah menjadi anggota, perwira, APR, PR presidium, kemudian PR senatus.

Kesan selama menjadi APR/ PR?Selama saya menjadi frater, saya bersemangat karena hari Senin sampai Jumat saya kuliah kemudian hari Sabtu bisa weekend di paroki dengan tujuan rapat kuria merupakan suatu yang saya tunggu-tunggu dimana saya bisa bertemu dengan misdinar, teman-teman legio. Dan saat itu saya sangat fokus karena hanya membimbing 1 presidium, saya kenal setiap pribadi dalam presidium tersebut. Kemudian karena antusias saya, terkadang setiap hari Jumat malam saya mendoakan mereka secara khusus satu per satu semoga mereka sehat, dapat menjalankan tugas,dll. Namun, setelah saya jadi pastor, hal itu sudah tidak dapat saya lakukan lagi karena yang harus diperhatikan dan digembalakan banyak, ada aneka kelompok dan pribadi yang harus diperhatikan, tentunya legio juga masih saya perhatikan. Namun, sampai saat ini, saya masih membimbing legio di tingkat paroki untuk sekedar memberi bacaan rohani, alokusio saya bersedia. Dan bila saya tidak bisa, saya akan ngomong kepada mereka sehingga ketua presidium dapat mempersiapkan diri, namun, terkadang tak jarang mereka meminta alukuisio tertulis untuk dibacakan dalam alukuisio rapat pada saat itu. Namun, kesiapsediaan saya untuk mereka ada. Sampai saat ini saya menjadi pembimbing 3 presidium yang ada di sini (2 presidium ibu-ibu dan 1 presidium bapak-bapak) dan yang 1 ada 1 lagi dengan Romo Didit

Kesulitan yang dihadapi selama menjadi PR?Sulit untuk focus dan secara setia memperhartikan presidium ini karena mengingat tugas saya sebagai pastor paroki tadi itu. Namun, bila saya tidak ada acara sama sekali pada jadwal rapat yang ada, saya memang mengagendakan waktu saya untuk itu. Pokoknya, sampai saat ini kalau tidak ada acara lain yang menyangkut keperluan warga (misa arwah, dll) di paroki pasti saya akan menyempatkan datang rapat presidium, walaupun sepahit-pahitnya hanya memberi bacaan rohani dan alokusio. Dan selama saya ada di paroki ini, setidaknya Legio Maria diperhatikan dan adanya perkembangan dengan adanya pertambahan presidium yang terbentuk dan tidak ada presidium yang ditutup. Malah sampai saat ini, ada 1 presidium ibu-ibu yang anggotanya cukup banyak sudah saya push untuk dipecah namun mereka belum bersedia mengingat isinya adalah ibu-ibu tua.

RmSusilo:

Lukas 16: 10 “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.”

Seorang legioner adalah salah satu devosan kepada Bunda Maria. Devosan berarti orang yang berdevosi, kalau kita berbicara tentang devosi walaupun itu bersifat personal, tetapi memiliki karakter dan sifat. Karakter dan sifat devosi itu yakni:

• SETIA• KESUNGGUHAN

Maka bila kita sudah sepakat dari hati kita untuk memutuskan menjadi seorang legioner, apalagi itu sebagai seorang legioner yang aktif, jadi harus setia. Setia hadir dalam rapat mingguan, setia menjalankan tugas yang diberikan oleh presidium, setia menjalankan doa katena harian, dan kesetiaan itu harus diwujudkan dengan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Ketika berdoa, berdoalah

FOKUS

Page 11: Be Jan a 1

Bejana 11 Edisi 1/Th.XI/2010

Kesan dari para anggota sebagai APR? kegiatan apa saja selain yang anda lakukan selain memberi alokusio dan bacaan rohani dalam rapat?Saya ikut bersama mereka dalam kunjungan. Menurut saya, saya merasa terbantu dan bagi para legioner, mereka merasa sangat dimantapkan. Dalam hal ini saya terbantu karena legioner ini tahu lapangan dan mengetahui lebih dekat apa yang dibutuhkan oleh warga yang akan dilayani sehingga saya dapat datang berkunjung sesuai keperluan mereka seperti membagi komuni, pengakuan dosa, perminyakan. Pertemuan 2-3 bulanan”Gathering”: merpakan kegiatan gabungan dari 4 presidium ini, setelah doa Rosario, sambutan dari Romo (berupa masukan-masukan untuk tugas-tugas selanjutnya, dll). Pengumuman sehubungan dengan tugas legio, makan malam bersama. Pendanaannya didapat dari kolekte kecil yang dikumpulkan setelah rapat.

Peran PR untuk setiap legioner?Selain dalam rapat yakni dalam bacaan rohani dan alokuisio, saya juga sebagai pendamping legioner untuk acara-acara yang tidak rutin seperti rekoleksi, retret, ziarah.

Bagaimana tanggapan romo tentang krisis PR/ APR?Untuk menjadi PR/ APR biasanya seorang Imam namun untuk menjadi asisten pemimpin rohani bisa oleh seorang Bruder/ Suster atau awam yang berkompeten yang mengerti seluruhnya tentang legio. Sebenarnya bukan krisis, namun masalahnya hanya kesiapan dan bersedia: mau atau tidak mau saja. Kalau merujuk pada pengalaman saya: bahwa kecintaan saya kepada legio itu dirintis sejak seminari hingga sampai menjadi Pastor sampai saat ini. Lalu pengenalan itu menjadi: kalau tak kenal maka tak saying. Jadi walaupun jadi Imam dimana pun, saya tetap melayani dan memperhatikan legio. Namun, dilain pihak tidak saja seorang Imam,

dengan sungguh-sungguh. Sehingga rangkaian butiran Rosario bukan menjadi sesuatu yang membuat ngantuk, bosan, apalagi rutin belaka. Akan tetapi bila itu didoakan sungguh-sungguh menjadi suatu rangkaian bunga mawar atau rose yang lama-lama mewangi sebagai pujian kepada Maria Bunda Yesus sendiri. Kalau kita menjalankan tugas, entah itu mengunjungi orang sakit atau yang sedang terpenjara, atau yang sedang mengalami aneka kesulitan hidup terutama dalam pergulatan hidup menggereja atau beriman. Kita lakukan bukan hanya sekedaruntuk menjadi bahan laporan bahwa tugas telah dilaksanakan, waktu sekian menit, kesan biasa-biasa saja. Tetapi, kita lakukan itu dengan sungguh-sungguh seperti semangat Maria mengunjungi Elisabeth saudarinya. Sehingga yang dikunjungi juga merasa terkesan sampai Elisabeth mengatakan siapakah aku ini, hingga ibu Tuhan datang mengunjungi aku? Ketika salam mu terdengar di dalam kandung, maka melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabeth pun penuh dengan Roh Kudus. Kita juga ingin kunjungan-kunjungan kita jangan berlalu tanpa kesan, tetapi harus berkesan penuh suka cita pada orang yang dikunjungi dan pada

diri kitapun yang melakukan tugas kunjungan ini karena kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Atau sungguh-sungguh itu kalau dalam bahasa kitab suci dikatakan “hendaklah engkau melakukannya dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Maka dalam perikop lain mengatakan bahwa ”kalau engkau panas-panaslah, kalau engkau dingin-dinginlah, dan jangan menjadi suam-suam kuku. Artinya harus totalis dan jangan setengah-setengah dan pastinya kita akan membuat laporkan tugas yang lebih menarik. Tugas telah dilaksanakan! Dan waktunya sekian jam. Dan kesannya aku bersuka cita karena aku dapat membuat orang yang aku kunjungi juga bersuka cita. Maka seorang devosan yang sejati kepada Bunda Maria akan setia menjalankan tugas dan kewajibannya, karya dan pelayanannya. Tetapi dia juga akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh sekaligus suka cita. Siapapun entah itu sebagai anggota, perwira, asisten pemimpin rohani maupun pemimpin rohani bila merasa bahwa dirinya seabagai devosan Maria yang sejatu harus sampai pada tujuan itu. AMIN.

FOKUS

Page 12: Be Jan a 1

Bejana 12 Edisi 1/Th.XI/2010

namun legioner sendiri juga harus proaktif dalam usaha mengembangkan legio itu sendiri untuk lebih baik. Para biarawan/biarawati juga sudah diperkenalkan sejak pendidikan dan ditugaskan untuk menjadi pemimpin rohani dari suatu presidium dan diharapkan setelah menjadi Imam dapat tetap memperhatikan legio dan menjadi pendamping legio. Legioner juga harus berusaha menghubungi atau mengingatkan. Bagaimana tanggapan romo tentang kenyataan di lapangan bahwa banyak presidium yang tidak mempunyai PR/APR? Dalam kenyataanya, walaupun mereka

mempunyai PR/APR namun mereka jarang sekali datang, dan tak jarang juga mereka hanya akan bertemu dengan presidium yang dibimbingnya itu apabila presidium itu akan laporan tahunan dan membutuhkan tanda tangan romo tersebut.? Dalam 52 minggu setahun, walaupun diundang datang rapat juga tak kunjung datang. Menurut saya, masalah ini lebih merupakan masalah “personal approach”. Biarawan/biarawati juga manusia juga membutuhkan pendekatan terutama dari kita yang memerlukan mereka. Walaupun mereka secara otomatis sudah mengetahui jadwal rapat presidium tersebut, namun tanpa pendekatan (mungkin dari sapaan, sms, telepon, perhatian )ini sulit terbina suatu hubungan yang konkret. Contoh personal approach yang dilakukan oleh legioner disini adalah mengingatkan saya melalui sms: “Romo, bacaan rohani rapat nanti adalah ini lo, kalau romo bisa hadir kami akan sangat senang sekali“. Nah, dari sini kita tidak perlu menyalahkan pihak romo yang tidak perhatian tapi dari pihak kita juga harus berusaha approach. Kalau kita ketahui romo tersebut agak kaku, mungkin kita bisa cari cara lain yakni mencari seseorang perantara dalam presidium yang cukup dekat dengannya untuk berbicara. Ini merupakan cara yang biasa dan manusiawilah untuk dilakukan. Approach tidak hanya dapat dilakukan dalam dunia politik, namun dapat dilakukan dalam

kehidupan menggereja karena gereja juga bisa diajak berdialog, namun didalamnya kita harus ada saling pengertian juga. Umumnya, para biarawan/biarawati sudah mengenal legio dan bahkan diam-diam memuji legio. LEGIO ITU ORANGNYA LOW PROFILE TAPI RAJIN BEKERJA. Artinya bukan orang yang tinggi hati, banyak bicara tapi tidak mau kerja, dan pada akhirnya kembali lagi ke masalah personal approach.

Masukan dari romo untuk para presidium yang sedang kesulitan dalam mencari APR/

PR?Kalau melihat pengalaman saya, saya tinggal di Cempaka Putih, namun masih tetap menjadi Asisten Pemimpin Rohani di Kampung Duri dan di Pademangan. Itu berarti presidium yang bersangkutan membuat surat yang ditandatangani oleh pastor kepala paroki yang memohon kepada pemimpin frateran/ bruderan/ susteran tertentu untuk menugaskan seorang frater/ bruder/ suster nya untuk menjadi APR di presidium tersebut. Namun ada kendala tempat rapat yang jauh ataukah waktu rapat yang tidak sama dengan jawal para biarawan/biarawati tersebut. Jadi sebaiknya bila meminta bantuan dari kelompok ini cari hari rapat yang paling memungkinkan yakni hari Sabtu atau hari Minggu yang tidak mengganggu jadwal studi mereka dan ini merupakan waktu kosong mereka. Namun, bila jatuh di hari biasa itu sulit, atau bila tempat rapatnya berada di dekat biara atau gereja yang ada biarawan/biarawati, jadwal rapat diluar week end itu lebih memungkinkan.

Apa masukan romo kepada presidium yang tidak memiliki atau yang PR/APR yang tidak aktif agar mengembalikan semangat untuk tetap melayani? Menyangkut motivasi mungkin ada saatnya seorang legioner itu membutuhkan waktu pause. Pause disini mungkin dapat diisi dengan rekoleksi

“Dalam kenyataanya, walaupun mereka mempunyai PR/APR namun mereka jarang sekali datang, dan tak jarang juga mereka hanya akan bertemu dengan presidium yang dibimbingnya itu apabila presidium itu akan laporan tahunan dan membutuhkan tanda tangan romo tersebut”

FOKUS

Page 13: Be Jan a 1

Bejana 13 Edisi 1/Th.XI/2010

ataupun retret, seminar rohani yang berkaitan dengan Legio Maria sehingga semangatnya dapat dibangkitkan kembali. Kembali kepada kesadaran dimana sebagai seorang legioner itu berarti berdevosi. Devosi disini berarti tidak terikat dengan syarat-syarat yang mengikat (ikut legio bila tersedia fasilitas-fasilitas tertentu, terikat terhadap seseorang seperti bila ada yang mengantar jemput ataupun aku akan ikut legio bila selalu ada romo yang membimbing). Bila dikatakan orang itu berdevosi tapi terikat dengan berbagai syarat, dan ketika syarat tersebut tidak ada lalu melemahkan motivasiku dalam melayani ataupun dalam legio, maka kita harus kembali mengintrospeksi diri apa maskud aku menjadi seorang legioner? Karena sebagai legioner itu berdevosi tapi devosi itu sebagai legioner aktif diaksikan melalui kerajinan dalam melaksanakan aneka tugas presidium dan rapat mingguan; bila sebagai auxilier dilihat dari kesetiaannya dalam berdoa terutama mendoakan teserra setiap harinya; dan lalu segala kekurangan yang lain menjadi sesuatu yang relatif, entah itu dicapai atau tidak namun yang jelas wujud devosi kita tetap terlaksana dalam menjalankan tugas-tugas tersebut dengan setia.

Apakah ada bedanya antara APR yang berasal dari kaum biarawan/biarawati dengan yang dari kaum awam?Ya, kalau melihat kemantapan umat biasanya lebih mantap bila dipimpin oleh kaum berjubah. Kaum awam akan dianggap mantap bila orang tersebut dikenal memang sudah lama mengenal legio dan seluk beluk didalamnya. Namun selama ini bila PR berhalangan, ketua presidium atau sesama perwira bergantian memberikan alokusio dalam rapat tersebut.

Bagaimana cara membangkitkan semangat para PR/ APR non aktif atau untuk menggugah mereka untuk mau menjadi seorang PR dan APR dalam rangka mengatasi krisis APR/PR ini? Dan pesan dari romo untuk para calon-calon PR/APR ini terutama para biarawan-

biarawati agar mau terjun secara langsung dalam pelayanan legio menjadi PR?Cara mengatasinya adalah berusaha mencari PR/APR dengan mengirimkan surat kepada kepala biara/frateran terdekat untuk diminta kesediaanya menjadi PR/APR yang tentunya menyesuaikan jadwal juga dengan para biarawan yang diutus tanpa mengganggu aktivitas keseharian mereka. Karena bila mereka sudah diutus, mereka mau tidak mau akan datang untuk melayani. Melalui mereka datang kemudian mengenal kemudian mereka akan sayang. Dan

dari hal ini, kita dituntut untuk proaktif, selain itu sebisa mungkin jangan mencantumkan nama tertentu sebagai utusan. Kemudian kita

tetap menjalankan apa yang telah saya ulas tentang personal approach itu sendiri (terutama bila serang frater, kita juga menyemangati dia dalam studinya, dalam bentuk perhatian yang sederhana lain yang dibutuhkannya, dll). Sehingga membuat suatu kesan yang baik, tidak saja organisasi yang baik namun orang-orang didalamnya juga baik dan menjadikannya suka cita dan kerasan didalam menjalankan tugasnya.

Apa pesan romo untuk para legioner dengan presidium yang belum mempunyai PR/APR?Sampaikan kepada teman-teman untuk membuat terobosan baru yakni:

• berusaha mengirimkan surat kepada biara-biara terdekat tadi.

• Menjalin suatu personal approach yang baik. Hingga terbentuk suatu hubungan “Simbiosis Mutualisme” yang saling menguntungkan. Kita dapat bimbingan, dan mereka merasa betah atau memiliki perasaan at home di presidium itu. At home itu dibangun dari perhatian-perhatian yang manusiawi dan ciptakan suasana yang kondusif.

LEGIO ITU ORANGNYA LOW PROFILE TAPI RAJIN BEKERJA

FOKUS

Page 14: Be Jan a 1

Bejana 14 Edisi 1/Th.XI/2010

Dijumpai di sela-sela kesibukannya di susteran Gembala Baik, Jatinegara beberapa waktu lalu, Sr. Rina, RGS, salah satu suster dari komunitas Gembala Baik di Jakarta membagi pengalaman dengan Bejana terkait dengan perannya sebagai seorang asisten pemimpin rohani legio maria presidium Ratu Para Malaikat di Jatinegara. Bergabung menjadi seorang asisten pemimpin rohani pada tahun 2008 dan hingga kini aktif mendampingi legioner-legioner pada presidium tersebut. Berikut petikan wawancara dengan beliau seputar peran penting asisten pemimpin rohani dalam berlegio.

Apakah ada perbedaan internal yang anda rasakan sebelum dan sesudah anda menjadi asisten pemimpin rohani dalam presidium Ratu Para Malaikat ?Awalnya saya diberi tugas oleh pimpinan untuk mendampingi legio sebagai asisten pemimpin rohani. Kesediaan saya menuntut saya untuk mau berkomitmen dengan apa yang saya pegang. Waktu itu, saya berhak menolak dan menerima, tetapi saya pikir apa salahnya jika saya coba, toh tidak ada ruginya untuk saya. Awalnya saya melihat legio itu sebagai sesuatu yang kaku, banyak aturan, dan sangat konservatif, tetapi kemudian, bukan saya bermaksud pula untuk merubah sistem dalam buku pegangan, saya semakin kagum dengan semangat kaum muda gereja katolik yang mau terlibat dalam pelayanan. Secara sukarela dan cuma-Cuma. Intinya pandangan saya adalah saya dulu melihat sebagai suatu lembaga yang eksklusif tetapi tidak demikian. Jadi perubahan internal yang saya alami adalah perubahan pandangan tentang legio, dimana setiap pribadi sangat unik dan berbeda-beda.

Bagaimana kesan-kesan anda selama menjadi asisten pemimpin rohani?Kesan saya sejauh ini adalah menyenangkan. Di dalamnya ada kesempatan untuk berbagi

tidak hanya dalam hal duniawi atau material, tetapi lebih kepada rohani. Hal yang paling saya suka adalah sewaktu rapat ada laporan anggota, setelah itu ada kesan yang dibagikan. Dari kesan-kesan itulah ,setiap pribadi akan dibangun secara rohani. Kadang ada teman yang menanggapi dan meneguhkan. Saya merasa itu adalah satu momen yang baik sekali untuk bersatu saling menguatkan dalam suatu pelayanan yang sangat mendalam. Kesan yang lain adalah legio ini sangat mendorong kaum muda

untuk semakin banyak berdoa. Suatu yang yang mengagumkan semacam tugas Rosario yang merupakan doa berantai yang tidak boleh putus rantainya. Bayangkan jika setiap legioner mempunyai kesadaran itu untuk mau berdoa saling menguatkan antar teman. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri banyak juga yang kelupaan. Tuhan memberikan kita ingatan, tetapi Tuhan juga memberikan kita kelupaan lho. Jadi kalau rantai itu sungguh-sungguh dijaga, betapa surga amat bersukacita. Melatih dir setiap orang mudah untuk mengandalkan Tuhan melalui perantaraan Maria.

Bagaimana dengan dukanya?Ketika kita terlalu berpegang pada sistem yang terlampau baku, sehingga mungkin dapat menimbulkan konflik. Sebagai contoh adalah kadang ada anggota yang tetap kekeuh (ngotot-red) bahwa alokusio tidak dapat dibantah, karena alokusio itu sendiri merupakan amanat atau perintah dari pimpinan atau atasan kepada bawahan. Akan tetapi, ketika berani bertanya

B. Sr. Rina, RGS

“Asisten pemimpin rohani sebagai seorang sahabat”

FOKUS

Page 15: Be Jan a 1

Bejana 15 Edisi 1/Th.XI/2010

atau menanggapi untuk alokusio tersebut dapat semakin menumbuhkan suatu iman yang dalam. Mengapa tidak? Membantahpun juga adalah suatu hal yang mungkin dapat menimbulkan inspirasi baru. Kita jangan hidup sebagai kelompok yang terlalu otoriter, kita harus bersikap demokratis dan terbuka. Jangan juga dipendam sampai menimbulkan konflik. Yang kedua adalah ketika sharing saling melaporkan kegiatan dan memberikan kesan. Banyak teman-teman yang tidak memperhatikan temannya itu. Karena itu merupakan saat penting bagi teman kita dimana ketika seorang sahabat membagikan apa yang dia rasakan, apa yang dia alami, kita dituntut untuk mau mendengarkan dengan antusias, sehingga sahabat kita tidak merasa ditelantarkan dan ia sungguh merasa diterima dan diperhatikan oleh teman-temannya.

Apakah anda pernah merasa bosan menjadi seorang asisten pemimpin rohani?Awalnya saya sangat bosan dengan kegiatan legio yang monoton. Rapat seminggu sekali dengan bentuk yang tidak variatif, saya sempat bosan. Rapatpun begitu-begitu saja, bahkan sampai larut malam. Akan tetapi saya berpikir, tugas yang diembankan kepada saya sebagai seorang asisten pemimpin rohani pasti ada maksud dibalik itu. Sayapun ditantang tunuk semakin bisa menikmati pekerjaan yang saya lakukan caranya dengan rileks dan enjoy dengan setiap pribadi dalam legio dan terlibat langsung dalam pelayanan legio sehingga dapat membuat relasi kita dengan setiap pribadi semakin lebih nyata dan dekat. Akibatnya muncul rasa kerinduan yang mendalam. Sekali kita tidak datang rapat, kita merasa rindu dengan teman-teman dan kangen dengan rasa kebersamaan yang telah dibangun. Kadang saya juga menyesal tidak bisa ikut rapat karena berbagai tugas dan kesibukan.

Apakah ada beban selama anda memegang peran asisten pemimpin rohani?Tidak ada sama sekali. Saya mengganggap tugas ini sebagai suatu hiburan karena terus terang di dalam biara, tugas-tugas saya tidak sedikit dan melelahkan. Ketika saya bisa didengarkan di dalam legio, ketika kita bisa berbagi suka dan duka ini menjadi suatu penghiburan bagi saya. Jadi ini tidak merupakan suatu beban. Kalau saya bisa datang, ya saya akan datang. Jika tidak, saya akan ijin dengan perwira. Sebagai seorang sahabat, saya hanya mendampingi presidium ini, yang menerangi kalian sesungguhnya adalah roh kudus dan Bunda Maria sendiri. Mari kita bersama-sama bertumbuh dalam hidup rohani. Anggota presidiumlah yang menemukan sendiri bimbingan Tuhan, saya hanya menjadi perantara atau fasilitator. Sewaktu rapat selalu dibuka dan ditutup dengan doa. Hal ini ka nada maksudnya, yakni meminta bimbingan dari roh kudus.

Menurut anda, apakah peran penting seorang asisten pemimpin rohani dalam legio maria?Saya kurang suka jika seorang asisten pemimpin rohani disebut tinggi. Dari namanya saja sudah asisten pemimpin, kesannya itu tinggi. Jujur dari diri saya lebih senang disebut sebagai seorang sahabat.

Tidak sedikit kaum religius yang menolak menjadi asisten pemimpin rohani. Bagaimana anda melihat hal ini?Mungkin mereka punya beberapa alasan, mungkin karya legio yang dibebankan kepada mereka cukup berat sehingga mereka tidak sanggup untuk menemani, tetapi semua balik lagi ke tiap individu masing-masing. Saya kagum dengan orang-orang muda di legio yang bersemangat. Mereka tumbuh menjadi harapan gereja. Legio itu merupakan wadah bagi orang-orang mudah, khususnya yang mau berbagai dengan orang lain. Sayapun tidak merasa rugi ikut kegiatan ini. Saya dapat mendampingi mereka secara rohani dan membuat diri dan kehidupan spiritual saya juga semakin bertambah. Dan itu adalah salah satu komitmen saya pula sebagai seorang biarawati untuk mendampingi kaum muda mencari iman di tengah dunia. Sangat memprihatinkan banyak presidium yang krisi asisten pemimpin rohani. Mungkin presidium itu juga merasakan krisis

FOKUS

Page 16: Be Jan a 1

Bejana 16 Edisi 1/Th.XI/2010

rohani, mungkin juga tidak. Legio ini kan suatu wadah. Wadah rohani dimana misinya adalah untuk menguatkan setiap pribadi dengan iman dan devosi.Menurut saya, krisis panggilan juga menjadi salah satu berbagai macam alas am yang membuat banyak presidium yang belum ada asisten pemimpin rohani.

Hal-hal apa yang mendukung dan menghambat suatu presidium yang tidak atau belum memiliki asisten pemimpin rohani?Kekompakan hati dari tiap presidium, niat dari tiap presidium. Kesemuanya itu dibawa dalam doa dan kerendahan hati adalah yang terpenting jika kita sungguh membutuhkan seorang asisten pemimpin rohani. Hal yang menghambat mungkin adalah kalau presidium tersebut merasa sudah cukup secara rohani dan tidak membutuhkan asisten pemimpin rohani, ia tidak perlu ngotot dan ngoyo mencara asisten pemimpin rohani. Saya pribadi melihat peran asisten pemimpin rohani cukup penting dalam tiap presidium dalam konteks mendampingi dan fasilitator. Rahmat itu datang dari roh kudus dan Ibu Maria sendiri. Tujuan legio adalah untuk menguduskan para anggotanya dan bagaimana seseorang mau berbagi untuk memiliki sikap pelayanan sehingga sayapun sebagai seorang religius semakin matang dalam hidup membiara saya.

Pesan-pesan untuk presidium yang belum atau sedang tidak memiliki asisten pemimpin rohani?Untuk setiap legioner dibutuhkan semacam kesadaran bahwa presidium itu sedang membutuhkan sosok pendamping secara rohani yang mampu meningkatkan kehidupan spiritual tiap pribadi. Kesadaran itu mampu dibangun dalam suatu kesepakatan dan selalu dibawa dalam doa, tetapi juga harus dilakukan aksi dan tindakan yang nyata. Sayapun sangat yakin dengan kuasa doa yang dimana Bunda Maria sendiri berdoa untuk kita. Roh kudus yang membangun legio maria, mengapa kita tidak meminta bantuan roh kudus pula? (Marshal)

FOKUS

Page 17: Be Jan a 1

Bejana 17 Edisi 1/Th.XI/2010

Singkat cerita ada dua orang sahabat. Keduanya berpikir bahwa sahabatnya tersebut sedang sibuk dan tidak akan menghubungi sahabatnya tersebut, karena takut mengganggu. Kemudian waktu berlalu, keduanya mulai berpikir: biarlah sahabatku yang menghubungiku terlebih dahulu. Setelah itu, masing-masing akan berpikir: “kenapa harus aku yang menyapanya terlebih dahulu?”“kenapa harus aku yang menyapanya terlebih dahulu?”, perasaan inilah yang kadang merusak hubungan seorang sahabat, relasi, teman ataupun tugas kita sebagai legioner. Kita sebagai legioner kadang lupa akan satu hal yang sangat mudah dan sederhana yang telah Yesus sendiri ajarkan ke kita. Yaitu “menyapa lebih dulu”. Perilaku ini sangat mudah kita lakukan sehingga kita dengan gampangnya melupakannya juga. Kita seharusnya lebih mudah menyapa orang-orang disekitar kita. Jangan pernah berharap orang menyapa kita terlebih dahulu. Mungkin mereka juga merasakan apa yang kita rasakan sehingga merekapun malu menyapa kita terlebih dahulu. Kita harus peka akan sekeliling kita. terutama sebagai legioner. Jangan hanya menggandalkan tugas-tugas yang diberikan. Kita pun harus aktif menyumbang ide dan bentuk-bentuk tugas. Tidak perlu dalam lingkup yang luas. Tapi dapat kita lakukan dalam lingkup yang kecil terlebih dahulu. Contoh, mungkin ada anggota lain yang keluarganya sakit atau butuh doa, kita sebagai teman pun harus tanggap tanpa perlu diminta terlebih dahulu tapi kita memberitahu ke ketua atau perwira sehingga mereka pun dapat menugaskan kita untuk kunjungan ke tempatnya. Contoh lain warga paroki/lingkungan kita yang sakit, meninggal, butuh pendengar, dll. Sebagai legioner jangan hanya dapat berita dari paroki baru melakukan pembagian tugas kunjungan. Tetapi bila salah satu dari kita sudah ada yang tau segera beritahu perwira sehingga penugasan pun dapat cepat di inisiatifkan tanpa harus mendapat pemberitahuan dari paroki lebih dahulu. Bisa sajakan orang di paroki lupa ataupun sibuk. Akhirnya yang bisa dirasakan bahwa paroki tidak peduli umatnya atau kurag tanggap. Penyapaan terlebih dahulu juga bukan hanya seperti contoh di atas. Penyapaan pun dapat kita lakukan dalam menghadapi penolakkan. Banyak diantara kita pasti pernah mengalaminya. Mau kunjungan eh… tapi di suruh pulang lah, tidak dibukakan pintulah, atau hanya berdiri dekat pagar tanpa disuruh masuk. Saat menggalami kejadian itu pasti kita jengkel, kesal, dan berharap tidak pernah di tugaskan ketempat itu lagi. Tapi sebenarnya kita masih harus bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang seperti itu. karena merekalah tugas kita sebagai legioner sangat diperlukan. Kita jangan pernah putus asa tapi cobalah terus karena lama kelamaan mereka akan merasa disapa, diperhatikan dan didengarkan. Kita adalah perpanjangan tangan dari paroki. Dan legioner diharapkan bisa benar-benar melakukan itu. Membuat umat-umat paroki merasa diperhatikan, membawa umat-umat yang telah pergi untuk kembali ke paroki.Sekarang, marilah kita tanpa rasa ragu dan malu, berani untuk memulai menyapa orang-orang disekeliling kita terlebih dahulu daripada mengharapkan sapaan orang lain terlebih dahulu.( Euginia Rina Astuti)

NASKAH LEGIONER

“Kenapa harus aku yang menyapa terlebih dahulu?”

Page 18: Be Jan a 1

Bejana 18 Edisi 1/Th.XI/2010

HIDUP SEBAGAI SEORANG KATOLIKOleh: Rm Tujung Kesuma Pr

Sudah beberapa hari ini saya dikunjungi oleh beberapa orang anak muda yang sedang menjadi katekumen di kampus Universitas Tarumanegara. Mereka bertanya kepada saya beberapa hal tentang iman mereka. Salah satu pertanyaan mereka adalah “Bagaimana menurut Romo menjadi orang Katolik yang baik?”

Ada hal-hal yang perlu kita sadari untuk menjawab pertanyaan itu: menjadi Katolik adalah suatu proses yang panjang dalam kehidupan kita. Kita bisa dibaptis, namun itu bukanlah akhir. Itu adalah awal. Tujuan dalam kehidupan kita adalah menjadi Katolik bukan hanya secara formal melainkan juga di dalam batin kita. Itulah yang disebut menjadi Katolik yang baik. Saya mau mengatakan kepada anda bahwa menjadi Katolik yang baik artinya anda menjadi orang suci. Apa Artinya hidup Anda terarah kepada Allah semata-mata dan dalam seluruh aspek hidup kita menghadirkan Dia. Itulah menjadi Katolik yang sesungguhnya. Selama kita belum menjadi suci berarti kita belum menjadi Katolik yang sesungguhnya.

Karena itu menjadi Katolik adalah proses seumur hidup karena kesucian tidaklah dapat kita capai dalam sekejap melainkan membutuhkan perjuangan kita. Allah memanggil kita untuk menjadi suci, siapapun kita apapun jabatan dan kedudukan kita, yang diminta dari Allah dari kita adalah kita menjawab panggilan tersebut. Kita semua bisa menjawab panggilan itu karena Allah akan memberi kita kekuatan yaitu rahmatnya di dalam hidup kita. Namun demikian, agar rahmat itu bisa bekerja kita diminta untuk selalu beriman kepada Allah.

Salah satu tanda bertumbuhnya hidup rohani kita adalah dengan mampu melihat segala sesuatu dengan kaca mata iman atau melihat sesuatu dari sudut iman. Dengan melihat sesuatu dari sudut iman kita mengetahui bahwa Allah bekerja dalam hidup kita dan terus bekerja serta membawa kita ke arah kesucian itu. Hal itu bukanlah hal yang mudah namun bukan berarti tidak mungkin. Allah akan membantu kita dengan rahmatnya terus menerus sehingga kita tetap mampu berjalan di jalan kita.

Bagaimana rahmat kita dapat kita alami dan rasakan dalam hidup kita: pertama, bahwa kita hendaknya mau untuk menerima sakramen-sakramen, terutama sakramen ekaristi dan sakramen tobat hendaknya kita terima sesering mungkin. Namun penerimaan sakramen-sakramen tersebut bukan sekedar terima tetapi membutuhkan juga persiapan batin yang sungguh-sungguh. Penerimaan sakramen yang sembarangan bukan saja membuat kita tidak pernah merasakan rahmat Allah yang bekerja dalam hidup kita, tetapi juga membuat kita menghina Allah.

Selain penerimaan sakramen yang penting adalah doa dan tindakan-tindakan devosi lainnya. Doa membuka kesadaran kita terus menerus bahwa kita tergantung dari Allah. Doa membuat kita selalu sadar bahwa Allah tetap akan membimbing kita dan membawa kita ke jalan keselamatan. Namun doa juga menyadarkan bahwa kehidupan kita punya arah ( dalam bahasa betawi ada juntrungannya).

Doa juga harus disertai dengan mengenal kitab suci dan ajaran gereja. Mengenal kitab suci membuat kita semakin tahu apa yang dikehendaki oleh Allah, tetapi itu semua diwujudkan dalam ajaran-ajaran gereja. Ajaran gereja merupakan bentuk pendalaman dan perluasan dari ajaran kitab suci.

Terakhir adalah perbuatan amal kasih. Kalau kita percaya bahwa Tuhan itu mencintai manusia dan kita dipanggil untuk saling mengasihi satu sama lain. Itu semua tidak sekedar berhenti dalam pikiran kita saja. Kita tidak hanya diajak untuk mengetahui ajaran Kristus tetapi kita diajak untuk menghayati semua ajaran Kristus itu. Karena itu, yang penting dalam kehidupan kita adalah penghayatan . Saya menghayati Kristus dalam hidup kita. Penghayatan itulah yang akhirnya tampak dalam seluruh hidup saya dalam berbagai aspeknya.

ALUKUSIO

Page 19: Be Jan a 1

Bejana 19 Edisi 1/Th.XI/2010

PROFIL DEWAN

Kuria Maria Ratu Rosari

Kuria Maria Ratu Rosa-ri Jakarta adalah salah satu dari 14 Kuria yang ada di Jakarta dan bergabung langsung dengan Senatus Bejana Rohani. Saat ini Kuria Maria Ratu Rosari baru saja melalui usianya yang ke 19 tahun. Rapat pertama dilakukan tanggal 19 Januari 1991. Disahkan tanggal 17 Februari 1991.

Dari kiri ke kanan: Maria, Fenny, Basuki, Tina

Pada saat awal dibentuk, Kuria Maria Ratu Rosari beranggotakan 10 Presidium dari 3 paroki (St. Joseph, Matraman: 5 presidium, Hati Kudus, Kramat: 4 presidium dan St. Ig-natius Loyola, Jl. Malang:1 presidium). Dalam perkembangan Kuria Maria Ratu Rosari, sep-erti juga Kuria atau pun dewan legio lainnya, mengalami turun naik seperti yang tergambar dalam tabel dibawah ini. Bahkan Senatus Bejana Rohani menambahkan Presidium dari Paroki Santa Theresia bergabung dalam Kuria Maria Ratu Rosari untuk memperkuat Kuria.

USIA PAROKI

KRAMAT MATRAMAN Jl. MALANG THERESIA

1 – 2 4 5 1 Belum bergabung

3 4 3 1

4 – 5 4 3 2

6 – 7 5 4 1

8 5 3 1

9 – 11 5 2 1 2

12 2 1 Vacum 2

13 – 14 2 2 Vacum 5

15 2 2 1 5

16 1 3 1 5

17 – 19 1 4 1 5

Jadi saat ini Kuria MRR terdiri dari 10 Pre-sidium Senior dan 1 Presidium Yunior. Dengan kondisi seperti ini, merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kuria Maria Ratu Rosari untuk mempertahankan perkemban-gan Legio Maria di Paroki yang tergabung karena saat ini hanya ada 1 presidium saja (di Paroki Theresia) tempat pembinaan calon Legioner Senior.Saat ini Perwira Kuria Maria Ratu Rosari adalah sbb:Pemimpin Rohani :Pastur Egidius Taimenas, SVDKetua: Dionisius Basuki WidjajaWakil Ketua:Alfonsus Utojo PudjiatmokoSekretaris 1: Maria Tina AgustineSekretaris 2: Maria DinataBendahara 1: Maria ThiodoraBendahara 2:Felicitas Fenny Loa

Page 20: Be Jan a 1

Bejana 20 Edisi 1/Th.XI/2010

Ketulusan dalam berkaryaLoa Maria Felicitas Fenny adalah nama lengkapnya, legioner dari Presidium Bunda

Yang Patut Dicintai ini dikenal sebagai sosok yang ramah, ceria dan bersahabat di kalangan para teman dan sahabatnya di Paroki St. Theresia. Keikutsertaan beliau menjadi seorang legioner selama kurang lebih 6 tahun ini berawal dari rasa ingin tahu beliau tentang kelompok Legio Mariae di gereja Paroki tempat beliau beribadah dan kerkegiatan.

“Apa sih Lego Mariae itu?, Apa saja kegiatan - kegiatan yang mereka lakukan?” a d a l a h pertanyaan yang sering muncul dalam benaknya. Akhirnya selain didorong kecintaannya kepada Bunda Maria yang sudah ada s e b e l u m n y a , bersama dengan seorang temannya Ibu dari dua orang anak ini memutuskan untuk bergabung menjadi seorang legioner di Presidium BYPD di Paroki St. Theresia. Kecintaan beliau pada Bunda Maria semakin nampak terwujud melalui sejumlah kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang legioner yaitu rapat mingguan presidium, kunjungan ke orang sakit, orang meninggal dan para lansia dilakukan dengan tulus hati dan penuh sukacita.

“Selalu ada kerinduan dalam hati saya untuk mengikuti rapat presidium setiap minggunya karena itu saya berkomitmen mendisiplinkan diri saya untuk selalu menghadiri rapat karena setiap kali menghadiri rapat saya merasakan damai sukacita dalam hati, rasanya hati saya seperti di penuhkan / diisi kembali dan saya menjadi bersemangat untuk melakukan tugas – tugas yang selanjutnya. Sejak menjadi legioner begitu banyak perubahan karakter positif yang saya rasakan apalagi sejak menjadi Ketua Presidium saya menjadi lebih sabar dalam menghadapi orang lain, selain itu menjadi lebih sering berdoa, doa Rosario terutama hampir setiap hari saya lakukan kalau dulu sih cukup dengan doa spontan saja tapi sekarang berbeda. Apalagi dalam melakukan tugas kunjungan saya merasakan kalau kita ditempa untuk menjadi lebih sabar dan juga rendah hati, karena tidak setiap tugas kunjungan yang kita lakukan mendapatkan respon positif dari orang yang kita kunjungi. Seperti sebelumnya, saya dan beberapa teman legioner pernah mengunjungi seorang ibu yang sedang sakit di RS.St. Carolus, pada awalnya pasien yang kita kunjungi kelihatan merasa tidak senang dan terganggu dengan kunjungan kita, tapi kita mencoba untuk tetap ramah dan berusaha berkomunikasi dengan beliau lalu ketika selesai berdoa kita menyanyikan beberapa lagu - lagu pujian buat pasien tersebut….Puji Tuhan…… ternyata pasien senang dengan lagu –lagu yang kita nyanyikan dan juga menjadi lebih terbuka dengan kita dan kunjungan kita berakhir dengan menyenangkan. Dari setiap tugas legio yang saya jalankan terutama tugas kunjungan membuat saya menjadi lebih berempati terhadap orang lain, lebih sabar dan bersyukur pada Tuhan untuk kehidupan yang saya miliki sekarang ini”.

Mendengar tuturan dari beliau mengingatkan saya pada tujuan Legio Maria yang bisa kita baca di Buku Pegangan yaitu kemuliaan Allah melalui pengudusan para anggotanya, dengan segala perubahan karakter rohani yang dialami oleh Ibu Fenny hal tersebut sungguh nyata terwujud. (Leni)

PROFIL LEGIONER

Page 21: Be Jan a 1

Bejana 21 Edisi 1/Th.XI/2010

BERITA DALAM NEGERI

MisaNatalBersamaLansiadiKapelGembalaBaik,Jatinegara

MisaLansiadanmerekayangsakitdiadakansejaktahun2006.LegioMariaRatuParaMalaikatyangberkaryadiJatinegarabekerjasamadenganPro-diakondanPengurusLingkungandanWilayahSt.CaeciliaJatinegaramengadakanMisainidiadakanbiasanya3kalidalamsetahun(Natal&TahunBaru,PaskahdanpadabulanSeptemberatauOktober)SejarahnyamisainikamiadakankarnaadanyakerinduandariparaLansiadanyangsakityangtidakdapatpergikegerejauntukmengikutimisakudussertakerinduannyauntukbertemudenganPas-tornya.Sejaktahun1990ansampaitahun1997,RomoParokiSt.YosephMatramanyangsaatitubertugassenantiasamemberikanwaktunyaminimum3bulansekaliuntukberkelilingbersamaLegioMariauntukmembagikankomunikelilingbagimerekayanglansiadanyangsakit.SejakgerejaparokimulaimembentukProdiakon(Tahun1998)untukmembantukegiatanImamdiluarmisakudus.PastorParokiyangmenja-batsaatituselalumengandalkanProdiakonuntukmembagikankomunikeliling.MemangsetiapNataldanPaskah,ParokiSt.Yosephmengadakanmisalansia.TetapimerekayangadadisekitarJatinegaraagakkesulitanuntukpergikeParokiuntukikutmisakudusitu.BerdasarkansurveydantanyajawabLegionerdanProdiakonkepadaparaLansiaini,kamimengam-bilkesimpulanbahwaparalansiadisekitarwilayahJatinegarasangatrindusekaliuntukbertemuPas-tornyawalaupunhanyamemberikankomunikelilingsaja.Kadang-kadangkamiparalegionersukamen-caripastortamuuntukmemberikankomunikelilingsaatNatalatauPaskahkarenakerinduan

dariparalansiatersebut.SejakNatal2006&TahunBaru2007,LegioMariaRatuParaMalaikatyangberkaryadiJatinegarabekerjasamadenganProdiakondanPengurusLingkungandanWilayahSt.CaeciliaJatinegaramengadakanmisalansiadiKapelaGembalaBaik.LuarbiasaantusiasdarimerekayangsudahlansiadanyangsakitdiWilayahJatinegara.BahkanmerekayanghadirbanyakyangdatangdenganTongkatataukursirodasekalipun.Kamimelihatsenyumdankegembi-raanluarbiasadarimerekayanghadirdimisalansiaini.Bahkanmerekamerasakankekuatanyangluarbiasauntukmenjalanikehidupaninikarenadimisalansiainilahmerekamendapat-kanjugaurapanminyaksertamendengarkanjugakesaksianImandarisesamalansiasertahiburanbeberapalagudariLegiountukmer-eka.BiasanyasetelahMisa,paraLansiamakanbersamadandisinilahsuasanakekeluargaandanpersahabatanmuncul.Setiapkamimen-gadakanmisainijumlahyanghadirselaluber-tambahbahkanpadatanggal10Januari2010yanglalumisayangdipimpinolehRm.FransLamuriSVDyangjugasudahmulaimemasukimasalansia,jumlahomadanopayanghadirluarbiasa,sampailebihdari100orang.Kamibersyukurkarenamerekabolehtersenyum,gembira,terharukarenapelayanankamiini.Majulahterusparalegionerdanteruslahbeker-jasamadengankelompoklainuntukberkaryamembagikancintadankasihkepadamerekayangmembutuhkanterutamamerekayangLansia.(Johan)

Page 22: Be Jan a 1

Bejana 22 Edisi 1/Th.XI/2010

SERBA SERBI

Kehadiran buku ini sangat inspiratif bagi para legioner untuk memenangkan peperangan rohani. Ada perang yang terus berkecamuk yang tidak kelihatan tetapi nyata. Propaganda kejahatan yang berlangsung terus menerus melalui pers, televise, dan video dengan memasukkan unsur aborsi,perceraian, kontrasepsi, percabulan dan segala bentuk ketidaksopanan dan kebrutalan dalam hati semua orang dan masih banyak kejahatan lain seperti narokoba, pergaulan bebas,gaya hidup konsumerisme, materialisme, budaya instan dan sebagainya.Berjuta-juta roh sedang berkeliaran di dunia dan pengaruh mereka sangat besar bagi dunia.

Theresa Chang dalam bukunya mengingatkan kembali arti dari gambar pada cover Tessera yang menunjukkan peperangan yang tak kunjung padam antara Maria dan ular, keturunannya dan keturunan ular dan kuasa setan akan hancur berantakan

Buku ini memberikan semangat bagi kita legioner untuk berjuang seperti Prajurit Tamtama yang apabila jatuh kelemahan untuk

bangun kembali dan mengumpulkan kekuatan yang lebih dari yang sudah-sudah. Meski terlihat bodoh bagi dunia, kita dipanggil untuk meneladani St.Yohanes dari Vianney yang bermental juara “Dalam nama Yesus jika mereka (setan) berani menyerang kita, kita tetap akan keluar sebagai pemenang.”

Untuk memenangkan peperangan rohani tersebut, ada delapan senjata rahasia prajurit Legio Maria, yaitu salib (seorang pun tidak diterima sebagai prajurit kalau tidak rela memanggul salib sebagi senjata), doa (anak panah yang mencapai hati Tuhan), rosario(senjata ampuh untuk memerangi neraka,memberantas kejahatan), meditasi (doa mental;mengenal pribadi dan Tuhan),Puasa/mati raga (disertai berdoa dalam kesatuan peperangan akan lebih kuat), silih bagi sesama (menambah kekuatan kita), pengakuan dosa (refleksi diri), dan pertobatan (agar sanggup melaksanakan pekerjaan luhur).

Ef 6:11-12 : “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi pemerintah-pemerintah dan melawan penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Tidak hanya memberi semangat dalam memenangkan pertempuran dalam kejahatan tetapi buku ini meneguhkan legioner yang menghadapi permasalahan persoalan ekonomi agar kita tidak berorientasi pada materi, menikmati hidup dalam kesederhanaan bahkan terkadang serba kekurangan. Legioner juga diajak untuk memenangkan perperangan dari pikiran dalam kesusahan, putus asa bahkan pikiran dalam usaha bunuh diri.

Pada bab terakhir buku ini kita diingat kembali akan tujuan Legio Maria, selalu waspada dan peka terhadap dorongan Roh Kudus, menyediakan diri untuk berperang dan berdoa setiap waktu serta menjadi agen rahasia pewartaan dan penyelamatan. Tidak pernah bersepakat dengan musuh!

BEDAH BUKU: 8 SENJATA RAHASIA PRAJURIT LEGIO MARIA MEMENANGKAN PEPERANGAN

ROHANI Oleh : Maria Deo

Page 23: Be Jan a 1

Bejana 23 Edisi 1/Th.XI/2010

Ignatius Kardinal Kung Pin Mei adalah salah seorang Uskup yang menjadi simbol bagi perjuangan kebebasan agama. Dia menjadi musuh yang ditakuti oleh pemerintah China. Ketakutan pemerintah China terlihat dengan jelas dari pernyataan Mr. Ye Xiaowen, seorang Direktur Biro Agama dari China, “Kung Ping Mei telah melakukan tindakan kejahatan yang serius dengan memecah belah negara dan membawa bahaya bagi warga negara.”

Kardinal Kung menjabat sebagai seorang Uskup Shanghai dan Administrator Apostolik di Souchou dan Nanking sejak 1950 hingga beliau wafat. Ia ditasbihkan sebagai imam sekitar 73 tahun yang lalu tepatnya pada 28 Mei 1930, dan dikonsentrasikan sebagai uskup 54 tahun yang lalu. Ia diangkat sebagai kardinal oleh Sri Paus Yohanes Paulus II secara in pectore, artinya ia diangkat sebagai kardinal tanpa pengumuman kepada seorang pun termasuk Kung sendiri. Kejadian ini terjadi tahun 1979, saat Kung menginjak usia 78 tahun dan sedang menjalani hukuman seumur hidup yang dijatuhkan kepadanya dalam sel isolasi di China. Baru pada 28 Juni 1991 oleh Sri Paus di Vatikan, Roma, Kung diproklamirkan sebagai kardinal kepada dunia.

Kisah tentang Kardinal Kung adalah kisah tentang seorang gembala iman dan seorang pemberani. Ia menolak untuk menyangkal Tuhan dan Gereja Katolik, dengan menolak memimpin Gereja yang independen dan mendirikan Asosiasi Patriotik China, meskipun sebagai konsekuensinya ia dijebloskan ke penjara oleh pemerintah China. Asosiasi Katolik Patriotik China adalah sebuah asosiasi yang didirikan oleh pemerintah komunis China sebagai sempalan gereja Katolik Roma. “Saya adalah seorang Uskup Katolik Roma. Jika saya menyangkal Sri Paus, bukan hanya saya bukan lagi seorang uskup, saya bahkan bukan lagi seorang Katolik. Kalian bisa memotong kepala saya tetapi kalian tidak bisa memisahkan saya dari tugas dan kewajiban saya,” tegasnya.

Perjuangan Kung menolak Asosiasi Katolik Patriotik China, termanifestasi dalam berbagai aktivitas pembinaan keagamaan. Hal ini untuk mengantisipasi apabila dirinya dan para imam ditangkap. Di antaranya dengan membimbing Legio Maria, yakni suatu kerasulan awam Katolik yang didedikasikan bagi Santa Perawan Maria. Hasilnya

luar biasa banyak anggota Legio Maria yang berani terancam risiko ditangkap demi nama Tuhan, Gereja Katolik dan Uskup Kung. Dalam masa penindasan itu, Uskup Kung mendeklarasikan tahun 1952 sebagai Tahun Maria di Shanghai dan selama tahun tersebut diadakan doa pengucapan doa Rosario selama 24 jam terus-menerus. Uskup Kung juga membina ratusan katekis (guru agama) untuk meneruskan imam Katolik di keuskupan bagi generasi di masa depan. Kemartiran dan usaha dari mereka, memberi peran dan andil yang besar bagi pertumbuhan yang kuat dari

gereja Katolik bawah tanah China sekarang ini.

Tepat pada tanggal 8 September 1955, Uskup Kung ditangkap bersama lebih dari 200 imam dan para pemimpin gereja lainnya di Shanghai. Beberapa bulan kemudian ia diseret ke hadapan publik. Rakyat China dipaksa menyaksikan dan mendengarkan pengakuan Uskup Kung atas «kejahatan-kejahatannya» melawan pemerintah China. Dengan kawalan ketat polisi khusus dan posisi kedua tangan terikat ke belakang serta mengenakan piyama khas China, Uskup Kung didorong ke depan mikrofon untuk mengakui «dosa-dosanya. « Namun teriakan lantang

Sang Uskup membuat orang tercengang, «Terpujilah Kristus Raja, terpujilah Sri Paus.» Teriakan langsung disambut dengan gegap gempita. Keteguhan hatinya membuatnya diseret ke pengadilan tahun 1960. Ia divonis penjara seumur hidup.

Setelah menjalani masa hukuman selama 25 tahun, yakni pada tahun 1985, ia dibebaskan dari penjara dan menjalani hukuman 10 tahun tahanan rumah di bawah pengawasan para uskup dari Asosiasi Patriotik yang mengkhianati dan mengambil alih keuskupan yang pernah dipimpinnya. Setelah dua setengah tahun menjalani tahanan rumah, ia resmi dibebaskan, namun tuduhan sebagai kontrarevolusioner tetap disandangnya.

Keberanian dan ketegaran hati Uskup Kung menjadikannya sebagai sumber inspirasi bagi umat Katolik bawah tanah di China, sekaligus sebagai musuh pemerintah China hingga saat wafatnya dalam usia 98 tahun pada 12 Maret 2000 di Stamford, Connenticut, AS. Namun demikian nama Uskup Kung tetap abadi menempati hati para umatnya. (disadur dan diolah dari dari www.sabda.org) *

IGNATIUS KARDINAL KUNG PIN MEISERBA SERBI

Page 24: Be Jan a 1

Bejana 24 Edisi 1/Th.XI/2010

SERBA SERBI

PRAJURIT BERTANYA PERWIRA MENJAWAB

Mengapa patung-patung dan corpus salib ditutup kain unggu selama masa prapaskah?

Jawaban : Salib Kristus/ crucifix, patung-patung dan gambar-gambar di altar dan seluruh gereja kecuali gambar-gambar jalan salib, ditutupi oleh kain ungu. Ungu melambangkan dua hal:1. Warna berkabung untuk memperingati penderitaan Kristus; dan 2. Warna kerajaan untuk menyambut kebangkitan-Nya sebagai Raja semesta alam. Salib/ crucifix tetap tertutup kain ungu sampai pada hari Jumat Agung. Patung-patung dan gambar-gambar tetap tertutup sampai pada Gloria pada Sabtu Suci. Crucifix ditutupi kain ungu sebab Kristus pada waktu sesudah itu tidak lagi berjalan di muka umum. Patung-patung dan gambar-gambar dari para malaikat dan para kudus ditutupi untuk menyatakan bahwa Gereja menutupi dirinya dan berduka cita ketika Tuhannya mempersiapkan diri untuk mengalami penderitaan dan kematian untuk menebus dosa dunia. Umat diingatkan akan keTuhanan Ye-sus yang menyerahkan diriNya dan dengan tanda yang dilihat maupun didengar, umat yang berdosa dapat diingatkan untuk bertobat dengan menarik diri dari ke-senangan duniawi, dan melakukan tindakan mati raga, merenungkan penderitaan Kristus yang telah mati demi kasih-Nya kepada manusia.

Mengenai Doa Frank Duff, intensi ujud seperti apakah yang dapat dipersembahkan dalam doa Frank Duff karena ada yang mempersembahkan Bunga Rohaninya untuk didoakan dan ada yang mempersembahkan 1 ujud doa saja. Dengar-dengar dari pre-sidium yang mempersembahkan 1 ujud doa, ujud itu harus didoakan sampai terwujud, apakah itu benar? Jika benar apakah doa itu harus tetap didoakan jika ujud itu belum juga terwujud dalam dua tahun terakhir.

Jawaban :Intensi doa, bukan untuk merubah kehendak (memaksa Allah) untuk mengabulkannya bu-kan? Karena keinginan kita, pastilah kurang / tidak sempurna dibandingkan rencana Allah.Kita berdoa lebih karena wujud ekspresi iman kita, juga relasi & pertemuan serta ket-erarahan kita pada Allah; jadi melalui Frank Duff intensi apa pun silakan saja ( 1 atau 2, dilanjutkan terus / sekali saja ..., silakan saja .... tetapi yang paling terpenting adalah kita berdoa ... dan bertemu dengan Allah guna memperbaharui berkat bukan, jadi bukan semata untuk permohonan); Dewan Konsilium tidak membatasi / memberi petunjuk secara jelas, silakan saja anda ambil kebijakkan, yang terpenting segala sesuatu yang kita doakan ada kegembiraan, kebersamaan dalam presidium, terlebih wujud empati kita akan Beatifikasi F. Duff agar segera terlaksana. Soal dikabulkan / tidak oleh Allah, bukan hal yang penting (ingat bila dikabulkan, artinya permintaan kita selaras dengan Rencana / kehendak Allah; bila tidak, berarti kita dimurnikan & dicerahkan Allah bahwa permohonan kita tidak sesuai dengan kehendak Allah).