Bbb
-
Upload
patrisia-halla -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
description
Transcript of Bbb
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamu Gendong
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati
masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong
adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa
penandaan. Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan
diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku
banyak tersedia di pasar-pasar atau di toko bahan baku jamu (Suharmiati dan
Handayani, 2005).
Usaha jamu gendong terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang banyak menggunakannya sebagai minuman penyegar atau obat penyakit
ringan. Konsumen jamu gendong banyak tersebar, baik di pedesaan maupun di
perkotaan dan diperkirakan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya jumlah penjaja jamu gendong. Menurut data Departemen
kesehatan, peningkatan jumlah penjual jamu gendong cukup pesat, yaitu dari
13.128 orang pada tahun 1989 menjadi 25.077 orang pada tahun 1995. Angka
tersebut barangkali masih di bawah angka sebenarnya, mengingat sangat banyak
penjual jamu gendong sehingga besar kemungkinan banyak yang tidak terdata
(Suharmiati, 2003).
Penggunaan jamu gendong bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama
karena ramuannya terdiri dari bahan alami dan pemakaiannya bertujuan untuk
menjaga kesehatan. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi penjual jamu,
karena dengan demikian konsumen akan memanfaatkan jamu yang dikehendaki
Universitas Sumatera Utara
-
dalam waktu yang relatif lama. Hal demikian sesuai dengan tradisi yang
berkembang di masyarakat, bahwa minum jamu sudah menjadi kebiasaan seperti
halnya orang minum teh. Karena itu para pembuat jamu gendong perlu diberi
kesadaran untuk menjaga konsistensi, baik takaran maupun komposisi jamu yang
diraciknya, sehingga kepercayaan masyarakat atau konsumen tetap terjaga
(Suharmiati, 2003).
2.1.2 Sejarah Jamu Gendong
Kata jamu berasal dari kata jampi (dalam krama Jawa kuno). Jampi berarti
ramuan ajaib. Jampi-jampi berarti mantera oleh dukun, sedangkan kata menjampi
berarti menyembuhkan dengan magis/mantera. Artinya saat dukun membuat
jamu, dia harus berdoa meminta restu dari Tuhan (Tilaar, 2010).
Pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah, dari kerajaan Mataram
yang selanjutnya pecah menjadi Keraton Ngayogjokarto dan Surokarto,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dilakukan sampai pelosok desa. Hal
ini disebabkan sistem transportasi belum maju seperti saat ini. Pusat kesehatan
milik kerajaan yang disebut Dinas Kesehatan Kerajaan berkedudukan di ibukota
kerajaan. Rumah sakit untuk pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
pemerintah Hindia Belanda juga berada di ibukota. Hal ini mendorong masyarakat
untuk berupaya mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan memanfaatkan
potensi yang ada. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan oleh orang pintar,
dukun atau wiku sebagian besar menggunakan ramuan (jamu), sebagian
menggunakan ilmu kebatinan dan ada yang menggabungkan kedua cara tersebut.
Orang pintar itulah yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan.
Pembuatan ramuan itu biasanya berdasarkan wangsit atau wahyu. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
-
demikian ada pula yang berdasarkan ketajaman daya nalarnya untuk mengenal
tumbuhan (Suharmiati, 2003).
Masyarakat yang tinggal jauh dari rumah orang pintar tersebut, tentunya
mengalami kesulitan untuk pergi berobat jika sedang menderita sakit. Keadaan ini
mendorong berkembangnya sistem distribusi jamu tersebut. Distribusi jamu
pertama kali dilakukan oleh seorang laki-laki atas suruhan dukun berdasarkan
pesanan konsumen. Sistem yang dilakukan berupa barter, yakni jamu ditukar
dengan bahan makanan atau barang lainnya. Hal ini dirasa sangat
menguntungkan, baik oleh sidukun maupun masyarakat pemakai, sehingga
kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan pada akhirnya pengiriman jamu
dilakukan secara teratur. Pada perkembangan berikutnya penjualan jamu ke desa-
desa dilakukan secara berkeliling. Penjual jamu laki-laki membawa jamu dengan
cara memikulnya dan kaum perempuan melakukan dengan cara menggendongnya
(Suharmiati, 2003).
Selanjutnya, karena tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk usaha pertanian,
penjualan jamu lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Jamu yang dijual
pada saat itu banyak dibuat oleh dukun bayi, sehingga jenis jamu yang dijual
hanyalah untuk perempuan, terutama yang sedang mengandung atau baru
melahirkan. Setelah mengetahui usaha tersebut menguntungkan, penjual jamu
mulai menjual jamu buatannya sendiri. Bahkan banyak menarik minat perempuan
lain untuk berjualan. Resep-resep jamu yang diperoleh dari para dukun bayi
tersebut mulai ditularkan dari mulut ke mulut, sehingga semakin banyak orang
yang mengetahuinya (Suharmiati, 2003).
Sesudah masa kemerdekaan, banyak penduduk desa yang pindah ke kota
untuk mengadu nasib dengan cara menjadi buruh atau berdagang, demikian juga
Universitas Sumatera Utara
-
para penjual jamu tersebut. Mengingat konsumen yang dilayani berbeda-beda,
jenis jamu yang dijual akhirnya berupa jamu-jamu yang mempunyai khasiat lebih
umum, seperti cabe puyang, beras kencur dan daun pepaya. Saat ini jenis jamu
yang dijual oleh penjual jamu semakin banyak. Meskipun demikian mereka tetap
mengembangkan resep-resep yang diturun oleh leluhurnya (Suharmiati, 2003).
2.1.3 Jenis-Jenis Jamu Gendong
Jenis jamu gendong yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong sangat
bervariasi. Hal tersebut tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari
pengalaman tentang jamu yang diminati dan pesanan yang diminta konsumen.
Jenis-jenis jamu ini mudah dibuat sendiri di rumah. Beberapa jenis jamu yang
dimaksud di antaranya beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh, uyup-
uyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom (Suharmiati, 2003).
2.1.4 Pengolahan Jamu gendong
Jamu gendong biasanya dibuat dalam jumlah kecil untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau kepentingan keluarga. Namun tidak tertutup kemungkinan
jamu gendong dibuat dalam jumlah besar, misalnya untuk dijual atau yang dibuat
berdasarkan pesanan. Pembuatan jamu gendong secara umum dibedakan menjadi
dua macam, yakni dengan cara merebus seluruh bahan atau mengambil (memeras
sari) yang terkandung di dalam bahan baku, kemudian mencampurnya dengan air
matang. Beberapa bahan ramuan yang akan direbus dan diperas biasanya diiris-
iris atau dihancurkan lebih dulu (Suharmiati, 2003).
Rasa ramuan sangat bervariasi, tergantung dari ramuannya. Ada yang
mempunyai rasa pahit, asam atau segar. Untuk mengurangi rasa yang kurang
disukai, dapat ditambahkan bahan-bahan seperti jeruk nipis. Rasa pahit dapat
Universitas Sumatera Utara
-
dikurangi dengan menambahkan madu, gula merah, gula batu, gula pasir.
(Suharmiati, 2003).
2.1.5 Jamu Beras Kencur
Jamu beras kencur dapat digunakan untuk menghilangkan pegal-pegal pada
tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari
pegal-pegal dan linu yang biasa timbul setelah bekerja keras. Selain itu jamu beras
kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan menjadi meningkat
dan tubuh menjadi sehat (Suharmiati, 2003).
Ada beberapa variasi bahan yang digunakan untuk membuat jamu beras
kencur. Meskipun demikian, ada dua bahan pokok yang selalu dipakai, yaitu beras
dan kencur. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu
beras kencur adalah asam kawak, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga,
buah asam, kunci, kayu manis, kunir, jeruk nipis dan buah pala. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampur gula pasir dan ditambah sedikit garam
(Suharmiati, 2003).
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu air bersama gula
merah dan asam kawak dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan sampai dingin.
Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi
atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas dan disaring dengan
saringan atau diperas melalui kain saringan. Sari perasan dicampurkan ke dalam
air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
botol-botol (Suharmiati, 2003).
Universitas Sumatera Utara
-
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh
atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau
spesimen.
Cara-cara sterilisasi yaitu:
a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya.
Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat
bekerja.
b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri,
tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada
pengembunan dan tetes air.
c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam
autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara
ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan
meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam
autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas
tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan
autoklaf berada pada suhu 1210 C selama 15 menit.
d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai
atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu
menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut
melalui lubang saringan yang sangat kecil.
e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api
langsung. Misalnya untuk sterilisasi jarum ose dan pinset (Beisher, L,
1991).
Universitas Sumatera Utara
-
2.3 Bakteri
2.3.1 Uraian Umum
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena
materi genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut
dengan sel prokariot. Secara umum, sel bakteri terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
bentuk basil/ batang, bulat atau spiral. Dinding sel bakteri mengandung kompleks
karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan. Bakteri umunya bereproduksi
dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut
dengan pembelahan biner. Untuk nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan
kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari organisme hidup atau
organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan sendiri
dengan proses biosintesis, sedangkan bakteri yang lain memperoleh nutrisi dari
substansi organik (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh:
1. Zat makanan (nutrisi)
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi,
tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.
2. Keasaman dan kebasaan (pH)
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5
namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau
basa.
Universitas Sumatera Utara
-
3. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-
30oC, temperatur optimum adalah 10-20oC.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
50-60oC, temperatur optimum adalah 25-40oC.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
50-100oC, temperatur optimum adalah 55-65oC.
4. Oksigen
Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan
sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen,
bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan
oksigen ataupun tanpa oksigen.
d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan
adanya sedikit oksigen.
5. Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis
terhadap isi sel bakteri.
Universitas Sumatera Utara
-
6. Kelembaban
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis
bakterinya (Pelczar et al, 1988).
2.3.2 Morfologi Bakteri
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:
a. Bentuk basil
Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau
silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai
pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella
dysenteriae.
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang
hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat
dibedakan atas:
Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu
untaian.
Universitas Sumatera Utara
-
Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa
rantai.
Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis,
Staphylococcus aureus, Sarcina luten.
c. Bentuk spiral
Dapat dibedakan atas:
Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.
Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam
kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil
bergerak.
Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk and Wheeler,
1989).
2.3.3 Fase Pertumbuhan Bakteri
Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu:
1) Fase penyesuaian (lag phase)
Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian pada lingkungan baru
setelah pemindahan untuk menyeimbangkan pertumbuhan.
2) Fase pembelahan (log phase)
Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang
teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya
aktivitas metabolisme sel.
3) Fase tetap (stationary phase)
Universitas Sumatera Utara
-
Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi
dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain
tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi
tetap.
4) Fase kematian
Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel
baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee, J,
1983).
Kurva Fase Pertumbuhan Bakteri (Anonim, 2011)
2.3.4 Media Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan bakteri di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara
serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan.
Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen, ke dalam bahan dasar
media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan
vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
-
I. Berdasarkan asalnya, media dibagi atas:
1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,
magnesium fosfat.
2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui
secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam.
Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, BW, 1994).
II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi:
1) Media selektif
Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu
bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi, contohnya: MSA, PDA, Saboaraut Agar
(SA).
2) Media diferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari
berbagai jenis dalam suatu lempengan agar, contohnya: EMB, SSA.
3) Media diperkaya
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh
dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat
dalam jumlah sedikit, beberapa zat organik yang mengandung zat karbon
dan nitrogen (Irianto, K, 2006).
Universitas Sumatera Utara
-
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas:
1) Media padat/solid
2) Media semi solid
3) Media cair (Irianto, K, 2006)
2.3.5 Bakteri Escherichia coli
Berikut sistematika bakteri Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1985):
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan
panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob
fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini
umumnya hidup pada rentang 20-400 C, optimum pada 370C (Dwidjoseputro,
1985).
Escherichia coli merupakan merupakan flora normal yang terdapat pada
saluran pencernaan manusia. Flora tetap yang hidup di bagian tubuh manusia
mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara
normal. Flora normal dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Tetapi
yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi
tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya (Brooks, 2001).
Bakteri patogen dalam saluran cerna merupakan bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang paling
Universitas Sumatera Utara
-
sering menyebabkan infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan,
dalam tanah dan dalam air. Karena hidup dalam usus besar manusia, bakteri-
bakteri ini sering disebut bakteri enterik (Radji, 2011).
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan. Sebagian besar penyakit yang disebabkan Escherichia coli
ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang terkontaminasi.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam lambung dan
enzim-enzim di lambung atau oleh empedu dan enzim di usus halus.
Mikroorganisme yang bertahan dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme
patogen ini selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke
inang lainnya melaui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi
(Pratiwi, 2008).
Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi
di tempat yang kurang memiliki sanitasi lingkungan yang bersih (Radji, 2011).
Organisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran
pada air adalah Escherichia coli dan kelompok koliform secara keseluruhan.
Escherichia coli, tidak diragukan lagi berasal dari kotoran manusia dan adanya
Escherichia coli harus dianggap sebagai petunjuk adanya polusi kotoran yang
memerlukan tindakan secepatnya (Buckle, 2007).
Hampir semua hewan berdarah panas dapat dikolonisasi oleh Escherichia coli
hanya dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah dilahirkan. Kolonisasi pada
bayi dapat terjadi oleh bakteri yang ada dalam makanan atau air atau dengan
kontak langsung melalui pengasuh bayi. Kolonisasi dalam saluran cerna manusia
biasanya terjadi setelah 40 hari dilahirkan. Escherichia coli dapat melekat pada
Universitas Sumatera Utara
-
usus besar dan bertahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan
populasi bakteri Escherichia coli terjadi dalam periode yang lama, hal ini dapat
terjadi setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau anti mikroba
yang dapat membunuh flora normal (Radji, 2011).
Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia,
seperti infeksi saluran kemih. Infeksi Escherichia coli seringkali berupa diare
yang disertai darah, kejang perut, demam dan terkadang dapat menyebabkan
gangguan pada ginjal (Radji, 2011).
2.3.6. Staphylococcus aureus
Berikut sistematika bakteri Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1985):
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat.
Memiliki diameter 0,4 sampai 1 mikron, dengan diameter 0,4 1,2 mikrometer.
Tidak bergerak dan tidak berspora. Koloni mikroskopik cenderung berbentuk
menyerupai buah anggur. Dapat tumbuh pada suhu 20-400 C dan suhu optimum
350 C dan dalam NaCl 15 % (Radji, 2011).
Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit
manusia. Merupakan jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan
kelainan pada kulit (Radji, 2011). Secara ekologis, Staphylococcus aureus erat
sekali hubungannya dengan manusia terutama pada bagian kulit, hidung dan
tenggorokan. Dengan demikian makanan dan minuman kebanyakan tercemar
Universitas Sumatera Utara
-
melalui pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan organisme ini tidak kuat
bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran penting
pada bahan-bahan pangan yang tidak dimasak. Akan tetapi, dalam bahan pangan
yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh
pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel
Staphylococcus aureus dapat terus berkembang mencapai tingkat yang
membahayakan. Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus
aureus kebanyakan berhubungan dengan produk bahan pangan yang telah
dimasak terutama yang dikelola oleh manusia. Gejala-gajala dari bahan pangan
yang tercemar Staphylococcus aureus bersifat intoksikasi. Pertumbuhan
organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana
apabila termakan dapat mengakibatkan serangan mendadak, yaitu kekejangan
pada perut dan muntah-muntah yang hebat. Diare dapat juga terjadi (Buckle,
2007).
Universitas Sumatera Utara