Bbb

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamu Gendong Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku banyak tersedia di pasar-pasar atau di toko bahan baku jamu (Suharmiati dan Handayani, 2005). Usaha jamu gendong terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang banyak menggunakannya sebagai minuman penyegar atau obat penyakit ringan. Konsumen jamu gendong banyak tersebar, baik di pedesaan maupun di perkotaan dan diperkirakan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah penjaja jamu gendong. Menurut data Departemen kesehatan, peningkatan jumlah penjual jamu gendong cukup pesat, yaitu dari 13.128 orang pada tahun 1989 menjadi 25.077 orang pada tahun 1995. Angka tersebut barangkali masih di bawah angka sebenarnya, mengingat sangat banyak penjual jamu gendong sehingga besar kemungkinan banyak yang tidak terdata (Suharmiati, 2003). Penggunaan jamu gendong bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama karena ramuannya terdiri dari bahan alami dan pemakaiannya bertujuan untuk menjaga kesehatan. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi penjual jamu, karena dengan demikian konsumen akan memanfaatkan jamu yang dikehendaki Universitas Sumatera Utara

description

jamu gendong

Transcript of Bbb

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jamu Gendong

    Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati

    masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong

    adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa

    penandaan. Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan

    diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku

    banyak tersedia di pasar-pasar atau di toko bahan baku jamu (Suharmiati dan

    Handayani, 2005).

    Usaha jamu gendong terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

    yang banyak menggunakannya sebagai minuman penyegar atau obat penyakit

    ringan. Konsumen jamu gendong banyak tersebar, baik di pedesaan maupun di

    perkotaan dan diperkirakan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini terbukti

    dengan meningkatnya jumlah penjaja jamu gendong. Menurut data Departemen

    kesehatan, peningkatan jumlah penjual jamu gendong cukup pesat, yaitu dari

    13.128 orang pada tahun 1989 menjadi 25.077 orang pada tahun 1995. Angka

    tersebut barangkali masih di bawah angka sebenarnya, mengingat sangat banyak

    penjual jamu gendong sehingga besar kemungkinan banyak yang tidak terdata

    (Suharmiati, 2003).

    Penggunaan jamu gendong bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama

    karena ramuannya terdiri dari bahan alami dan pemakaiannya bertujuan untuk

    menjaga kesehatan. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi penjual jamu,

    karena dengan demikian konsumen akan memanfaatkan jamu yang dikehendaki

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam waktu yang relatif lama. Hal demikian sesuai dengan tradisi yang

    berkembang di masyarakat, bahwa minum jamu sudah menjadi kebiasaan seperti

    halnya orang minum teh. Karena itu para pembuat jamu gendong perlu diberi

    kesadaran untuk menjaga konsistensi, baik takaran maupun komposisi jamu yang

    diraciknya, sehingga kepercayaan masyarakat atau konsumen tetap terjaga

    (Suharmiati, 2003).

    2.1.2 Sejarah Jamu Gendong

    Kata jamu berasal dari kata jampi (dalam krama Jawa kuno). Jampi berarti

    ramuan ajaib. Jampi-jampi berarti mantera oleh dukun, sedangkan kata menjampi

    berarti menyembuhkan dengan magis/mantera. Artinya saat dukun membuat

    jamu, dia harus berdoa meminta restu dari Tuhan (Tilaar, 2010).

    Pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah, dari kerajaan Mataram

    yang selanjutnya pecah menjadi Keraton Ngayogjokarto dan Surokarto,

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dilakukan sampai pelosok desa. Hal

    ini disebabkan sistem transportasi belum maju seperti saat ini. Pusat kesehatan

    milik kerajaan yang disebut Dinas Kesehatan Kerajaan berkedudukan di ibukota

    kerajaan. Rumah sakit untuk pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

    pemerintah Hindia Belanda juga berada di ibukota. Hal ini mendorong masyarakat

    untuk berupaya mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan memanfaatkan

    potensi yang ada. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan oleh orang pintar,

    dukun atau wiku sebagian besar menggunakan ramuan (jamu), sebagian

    menggunakan ilmu kebatinan dan ada yang menggabungkan kedua cara tersebut.

    Orang pintar itulah yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan.

    Pembuatan ramuan itu biasanya berdasarkan wangsit atau wahyu. Meskipun

    Universitas Sumatera Utara

  • demikian ada pula yang berdasarkan ketajaman daya nalarnya untuk mengenal

    tumbuhan (Suharmiati, 2003).

    Masyarakat yang tinggal jauh dari rumah orang pintar tersebut, tentunya

    mengalami kesulitan untuk pergi berobat jika sedang menderita sakit. Keadaan ini

    mendorong berkembangnya sistem distribusi jamu tersebut. Distribusi jamu

    pertama kali dilakukan oleh seorang laki-laki atas suruhan dukun berdasarkan

    pesanan konsumen. Sistem yang dilakukan berupa barter, yakni jamu ditukar

    dengan bahan makanan atau barang lainnya. Hal ini dirasa sangat

    menguntungkan, baik oleh sidukun maupun masyarakat pemakai, sehingga

    kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan pada akhirnya pengiriman jamu

    dilakukan secara teratur. Pada perkembangan berikutnya penjualan jamu ke desa-

    desa dilakukan secara berkeliling. Penjual jamu laki-laki membawa jamu dengan

    cara memikulnya dan kaum perempuan melakukan dengan cara menggendongnya

    (Suharmiati, 2003).

    Selanjutnya, karena tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk usaha pertanian,

    penjualan jamu lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Jamu yang dijual

    pada saat itu banyak dibuat oleh dukun bayi, sehingga jenis jamu yang dijual

    hanyalah untuk perempuan, terutama yang sedang mengandung atau baru

    melahirkan. Setelah mengetahui usaha tersebut menguntungkan, penjual jamu

    mulai menjual jamu buatannya sendiri. Bahkan banyak menarik minat perempuan

    lain untuk berjualan. Resep-resep jamu yang diperoleh dari para dukun bayi

    tersebut mulai ditularkan dari mulut ke mulut, sehingga semakin banyak orang

    yang mengetahuinya (Suharmiati, 2003).

    Sesudah masa kemerdekaan, banyak penduduk desa yang pindah ke kota

    untuk mengadu nasib dengan cara menjadi buruh atau berdagang, demikian juga

    Universitas Sumatera Utara

  • para penjual jamu tersebut. Mengingat konsumen yang dilayani berbeda-beda,

    jenis jamu yang dijual akhirnya berupa jamu-jamu yang mempunyai khasiat lebih

    umum, seperti cabe puyang, beras kencur dan daun pepaya. Saat ini jenis jamu

    yang dijual oleh penjual jamu semakin banyak. Meskipun demikian mereka tetap

    mengembangkan resep-resep yang diturun oleh leluhurnya (Suharmiati, 2003).

    2.1.3 Jenis-Jenis Jamu Gendong

    Jenis jamu gendong yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong sangat

    bervariasi. Hal tersebut tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari

    pengalaman tentang jamu yang diminati dan pesanan yang diminta konsumen.

    Jenis-jenis jamu ini mudah dibuat sendiri di rumah. Beberapa jenis jamu yang

    dimaksud di antaranya beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh, uyup-

    uyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom (Suharmiati, 2003).

    2.1.4 Pengolahan Jamu gendong

    Jamu gendong biasanya dibuat dalam jumlah kecil untuk memenuhi

    kebutuhan sendiri atau kepentingan keluarga. Namun tidak tertutup kemungkinan

    jamu gendong dibuat dalam jumlah besar, misalnya untuk dijual atau yang dibuat

    berdasarkan pesanan. Pembuatan jamu gendong secara umum dibedakan menjadi

    dua macam, yakni dengan cara merebus seluruh bahan atau mengambil (memeras

    sari) yang terkandung di dalam bahan baku, kemudian mencampurnya dengan air

    matang. Beberapa bahan ramuan yang akan direbus dan diperas biasanya diiris-

    iris atau dihancurkan lebih dulu (Suharmiati, 2003).

    Rasa ramuan sangat bervariasi, tergantung dari ramuannya. Ada yang

    mempunyai rasa pahit, asam atau segar. Untuk mengurangi rasa yang kurang

    disukai, dapat ditambahkan bahan-bahan seperti jeruk nipis. Rasa pahit dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • dikurangi dengan menambahkan madu, gula merah, gula batu, gula pasir.

    (Suharmiati, 2003).

    2.1.5 Jamu Beras Kencur

    Jamu beras kencur dapat digunakan untuk menghilangkan pegal-pegal pada

    tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari

    pegal-pegal dan linu yang biasa timbul setelah bekerja keras. Selain itu jamu beras

    kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan menjadi meningkat

    dan tubuh menjadi sehat (Suharmiati, 2003).

    Ada beberapa variasi bahan yang digunakan untuk membuat jamu beras

    kencur. Meskipun demikian, ada dua bahan pokok yang selalu dipakai, yaitu beras

    dan kencur. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu

    beras kencur adalah asam kawak, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga,

    buah asam, kunci, kayu manis, kunir, jeruk nipis dan buah pala. Sebagai pemanis

    digunakan gula merah dicampur gula pasir dan ditambah sedikit garam

    (Suharmiati, 2003).

    Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu air bersama gula

    merah dan asam kawak dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan sampai dingin.

    Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain

    sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi

    atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas dan disaring dengan

    saringan atau diperas melalui kain saringan. Sari perasan dicampurkan ke dalam

    air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam

    botol-botol (Suharmiati, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2 Sterilisasi

    Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh

    atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau

    spesimen.

    Cara-cara sterilisasi yaitu:

    a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya.

    Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat

    bekerja.

    b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri,

    tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada

    pengembunan dan tetes air.

    c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam

    autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara

    ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan

    meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam

    autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas

    tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan

    autoklaf berada pada suhu 1210 C selama 15 menit.

    d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai

    atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu

    menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut

    melalui lubang saringan yang sangat kecil.

    e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api

    langsung. Misalnya untuk sterilisasi jarum ose dan pinset (Beisher, L,

    1991).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Bakteri

    2.3.1 Uraian Umum

    Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena

    materi genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut

    dengan sel prokariot. Secara umum, sel bakteri terdiri atas beberapa bentuk, yaitu

    bentuk basil/ batang, bulat atau spiral. Dinding sel bakteri mengandung kompleks

    karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan. Bakteri umunya bereproduksi

    dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut

    dengan pembelahan biner. Untuk nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan

    kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari organisme hidup atau

    organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan sendiri

    dengan proses biosintesis, sedangkan bakteri yang lain memperoleh nutrisi dari

    substansi organik (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).

    Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh:

    1. Zat makanan (nutrisi)

    Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,

    sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi,

    tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan

    pertumbuhannya.

    2. Keasaman dan kebasaan (pH)

    Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5

    namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau

    basa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Temperatur

    Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi

    kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-

    30oC, temperatur optimum adalah 10-20oC.

    b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur

    50-60oC, temperatur optimum adalah 25-40oC.

    c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur

    50-100oC, temperatur optimum adalah 55-65oC.

    4. Oksigen

    Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan

    sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen,

    bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    a. Aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk

    pertumbuhannya.

    b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.

    c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan

    oksigen ataupun tanpa oksigen.

    d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan

    adanya sedikit oksigen.

    5. Tekanan osmosa

    Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis

    terhadap isi sel bakteri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Kelembaban

    Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada

    lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis

    bakterinya (Pelczar et al, 1988).

    2.3.2 Morfologi Bakteri

    Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:

    a. Bentuk basil

    Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau

    silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai

    pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:

    Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung

    tumpul.

    Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.

    Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung

    tajam.

    Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella

    dysenteriae.

    b. Bentuk kokus

    Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang

    hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat

    dibedakan atas:

    Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.

    Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.

    Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu

    untaian.

    Universitas Sumatera Utara

  • Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa

    rantai.

    Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.

    Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis,

    Staphylococcus aureus, Sarcina luten.

    c. Bentuk spiral

    Dapat dibedakan atas:

    Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.

    Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.

    Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam

    kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil

    bergerak.

    Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk and Wheeler,

    1989).

    2.3.3 Fase Pertumbuhan Bakteri

    Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu:

    1) Fase penyesuaian (lag phase)

    Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian pada lingkungan baru

    setelah pemindahan untuk menyeimbangkan pertumbuhan.

    2) Fase pembelahan (log phase)

    Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang

    teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya

    aktivitas metabolisme sel.

    3) Fase tetap (stationary phase)

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi

    dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain

    tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi

    tetap.

    4) Fase kematian

    Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel

    baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee, J,

    1983).

    Kurva Fase Pertumbuhan Bakteri (Anonim, 2011)

    2.3.4 Media Pertumbuhan Bakteri

    Pembiakan bakteri di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara

    serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk

    pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan.

    Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber

    karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen, ke dalam bahan dasar

    media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan

    vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • I. Berdasarkan asalnya, media dibagi atas:

    1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang

    ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,

    magnesium fosfat.

    2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui

    secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam.

    Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, BW, 1994).

    II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi:

    1) Media selektif

    Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu

    bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang

    tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme

    tertentu yang ingin diisolasi, contohnya: MSA, PDA, Saboaraut Agar

    (SA).

    2) Media diferensial

    Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari

    berbagai jenis dalam suatu lempengan agar, contohnya: EMB, SSA.

    3) Media diperkaya

    Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh

    dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat

    dalam jumlah sedikit, beberapa zat organik yang mengandung zat karbon

    dan nitrogen (Irianto, K, 2006).

    Universitas Sumatera Utara

  • III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas:

    1) Media padat/solid

    2) Media semi solid

    3) Media cair (Irianto, K, 2006)

    2.3.5 Bakteri Escherichia coli

    Berikut sistematika bakteri Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1985):

    Divisi : Protophyta

    Kelas : Schizomycetes

    Ordo : Eubacteriales

    Famili : Enterobacteriaceae

    Genus : Escherichia

    Spesies : Escherichia coli

    Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan

    panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob

    fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini

    umumnya hidup pada rentang 20-400 C, optimum pada 370C (Dwidjoseputro,

    1985).

    Escherichia coli merupakan merupakan flora normal yang terdapat pada

    saluran pencernaan manusia. Flora tetap yang hidup di bagian tubuh manusia

    mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara

    normal. Flora normal dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Tetapi

    yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi

    tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang

    menyertainya (Brooks, 2001).

    Bakteri patogen dalam saluran cerna merupakan bakteri yang dapat

    menyebabkan penyakit pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang paling

    Universitas Sumatera Utara

  • sering menyebabkan infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili

    Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan,

    dalam tanah dan dalam air. Karena hidup dalam usus besar manusia, bakteri-

    bakteri ini sering disebut bakteri enterik (Radji, 2011).

    Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai

    macam jalan. Sebagian besar penyakit yang disebabkan Escherichia coli

    ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang terkontaminasi.

    Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam lambung dan

    enzim-enzim di lambung atau oleh empedu dan enzim di usus halus.

    Mikroorganisme yang bertahan dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme

    patogen ini selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke

    inang lainnya melaui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi

    (Pratiwi, 2008).

    Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi

    di tempat yang kurang memiliki sanitasi lingkungan yang bersih (Radji, 2011).

    Organisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran

    pada air adalah Escherichia coli dan kelompok koliform secara keseluruhan.

    Escherichia coli, tidak diragukan lagi berasal dari kotoran manusia dan adanya

    Escherichia coli harus dianggap sebagai petunjuk adanya polusi kotoran yang

    memerlukan tindakan secepatnya (Buckle, 2007).

    Hampir semua hewan berdarah panas dapat dikolonisasi oleh Escherichia coli

    hanya dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah dilahirkan. Kolonisasi pada

    bayi dapat terjadi oleh bakteri yang ada dalam makanan atau air atau dengan

    kontak langsung melalui pengasuh bayi. Kolonisasi dalam saluran cerna manusia

    biasanya terjadi setelah 40 hari dilahirkan. Escherichia coli dapat melekat pada

    Universitas Sumatera Utara

  • usus besar dan bertahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan

    populasi bakteri Escherichia coli terjadi dalam periode yang lama, hal ini dapat

    terjadi setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau anti mikroba

    yang dapat membunuh flora normal (Radji, 2011).

    Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia,

    seperti infeksi saluran kemih. Infeksi Escherichia coli seringkali berupa diare

    yang disertai darah, kejang perut, demam dan terkadang dapat menyebabkan

    gangguan pada ginjal (Radji, 2011).

    2.3.6. Staphylococcus aureus

    Berikut sistematika bakteri Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1985):

    Divisi : Protophyta

    Kelas : Schizomycetes

    Ordo : Eubacteriales

    Famili : Micrococcaceae

    Genus : Staphylococcus

    Spesies : Staphylococcus aureus

    Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat.

    Memiliki diameter 0,4 sampai 1 mikron, dengan diameter 0,4 1,2 mikrometer.

    Tidak bergerak dan tidak berspora. Koloni mikroskopik cenderung berbentuk

    menyerupai buah anggur. Dapat tumbuh pada suhu 20-400 C dan suhu optimum

    350 C dan dalam NaCl 15 % (Radji, 2011).

    Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit

    manusia. Merupakan jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan

    kelainan pada kulit (Radji, 2011). Secara ekologis, Staphylococcus aureus erat

    sekali hubungannya dengan manusia terutama pada bagian kulit, hidung dan

    tenggorokan. Dengan demikian makanan dan minuman kebanyakan tercemar

    Universitas Sumatera Utara

  • melalui pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan organisme ini tidak kuat

    bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran penting

    pada bahan-bahan pangan yang tidak dimasak. Akan tetapi, dalam bahan pangan

    yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh

    pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel

    Staphylococcus aureus dapat terus berkembang mencapai tingkat yang

    membahayakan. Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus

    aureus kebanyakan berhubungan dengan produk bahan pangan yang telah

    dimasak terutama yang dikelola oleh manusia. Gejala-gajala dari bahan pangan

    yang tercemar Staphylococcus aureus bersifat intoksikasi. Pertumbuhan

    organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana

    apabila termakan dapat mengakibatkan serangan mendadak, yaitu kekejangan

    pada perut dan muntah-muntah yang hebat. Diare dapat juga terjadi (Buckle,

    2007).

    Universitas Sumatera Utara